Anda di halaman 1dari 9

TUGAS HIDROLOGI II

MAKALAH PENELUSURAN BANJIR


PENELUSURAN BANJIR MELALUI SUNGAI

Oleh:
AGUS SHOLIHIN SOFYANI 1810811110020
MUHAMMAD RIZKONI 1810811110035
MUHAMMAD SALIMI 1810811110041
KHOLIQ MALIKUR RAHMAN 1810811110019
KRISTNANDA FLOTER PARDOSI 1710811210028

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL
BANJARBARU
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banjir merupakan permasalahan umum terjadi di sebagian wilayah Indonesia, terutama


didaerah perkotaan. Oleh karena itu, kerugian yang ditimbulkannya cukup besar baik dari segi
materi maupun kerugian jiwa, maka sudah selayaknya permasalahan banjir perlu mendapatkan
perhatian yang serius. Dengan anggapan bahwa, permasalahan banjir merupakan permasalahan
umum, sudah semestinya dari berbagai pihak perlu memperhatikan hal-hal yang dapat
mengakibatkan banjir agar sedini mungkin dapat diantisipasi, untuk memperkecil kerugian yang
ditimbulkan.

Program pengendalian banjir memerlukan dana besar yang diperlukan untuk pembiayaan
pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan pengamanan maupun pengendalian banjir.
Disamping itu, masyarakat yang berada pada daerah rawan banjir setiap saat memerlukan rasa
aman dari pengaruh akibat banjir. Dengan dana yang terbatas pengendalian banjir harus
dilakukan seoptimal mungkin dan dilaksanakan menurut rencana dan prioritas yang baik.

Pengendalian banjir dapat dilakukan dengan dua metode yaitu: Metode struktur dan non
struktur. Metode struktur secara garis besamya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
Perbaikan, pengaturan sistem sungai dan pembangunan bangunan pengendali banjir. sedangkan
metode nonstruktur dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satu diantaranya adalah dengan
melakukan penelusuran banjir.

Metode Muskingum tidak didasarkan atas hukum-hukum dasar hidrolika. Metode ini
hanya meninjau hukum kontinuitas dan tampungan. Metode Muskingum menggunakan data
debit masuk dan debit keluar yang diukur pada waktu yang bersamaan. Metode ini sering sekali
memakan waktu yang lama dikarenakan adanya perulangan-perulangan pada perhitungan
konstanta-konstanta penelusuran sehingga dalam proses perhitungan memungkinkan terjadinya
kesalahan.
1.2 Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Penelusuran Banjir (Flood Routing)?
b. Apa yang dimaksud Penelusuran Banjir lewat sungai?

1.3 Tujuan Masalah


a. Mendeskripsikan tentang Penelusuran Banjir (Flood Routing).
b. Mendeskripsikan tentang Penelusuran Banjir lewat sungai.

1.4 Manfaat Penulisan Makalah


Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
a. Melatih penulis agar mampu menyusun tulisan ilmiah yang benar.
b. Memperluas wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai Penelusuran
Sungai.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penelusuran Banjir


Penelusuran Banjir adalah suatu metode pendekatan untuk menentukan variasi
debit terhadap waktu pada suatu titik pengamatan (Amri et al., 2014). Sedangkan
menurut Triatmodjo (2010) Penelusuran banjir (flood routing) adalah prosedur untuk
menentukan waktu dan debit aliran (hidrograf aliran) di suatu titik pada aliran
berdasarkan hidrograf yang diketahui di sebelah hulu.Penelusuran banjir dapat juga di
artikan sebagai penyelidikan perjalanan banjir (flood tracing).yang didefinisikan sebagai
upaya prakiraan corak banjir pada bagian hilir berdasarkan corak banjir di daerah hulu
(sumbernya). Oleh karena itu dalam kajian hidrologi penelusuran banjir (flood routing)
dan penyelidikan banjir (flood tracing) digunakan untuk peramalan banjir dan
pengendalian banjir (Tikno, 2002).

Menurut Amri et al (2014) dilakukannya penelusuran banjir memiliki tujuan sebagai


berikut :
a. Untuk memprediksi banjir jangka pendek
b. Untuk penggambaran hidrograf satuan berbagai titik di suatu sungai
c. Untuk memperoleh karakteristik sungai setelah melewati palung
d. Untuk menderivasi hidrograf sintetik

Adapun perhitungan penelusuran banjir, digunakan Metode Tinggi Tampungan (Level


Pool Routing) dengan rumus (Soemarto, 1987):
ds
I – Q = dt

Dengan:
I= rata-rata inflow (𝑚3 /dt)
Q= rata-rata outflow (𝑚3 /dt)
dS= simpanan air (Storage) (𝑚3 )
T=tenggang waktu (detik, jam atau hari)
Menurut Fiedler (1999) pada jurnal (Hendri & M, 2012) penelusuran banjir dapat
dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya yaitu:
• Modified Plus, yaitu Metode yang biasanya digunakan pada penelusuran lewat waduk.
• Kinematik Wave, yaitu Metode yang merupakan bentuk dasar penelusuran secara
hidraulika.
• Muskingum, yaitu Metode yang merupakan metode yang tidak didasarkan atas hukum-
hukum dasar hidraulika, yang ditinjau disini hanyalah hukum kontinuitas, sedangkan
persamaan keduanya didapat secara empiris. Biasanya digunakan pada penelusuran lewat
sungai
• Muskingum-Cunge, yaitu Metoda yang perumusannya diperoleh dari persamaan
kontinuitas yang meliputi difusi bentuk dari persamaan momentum
• Dynamic, yaitu Metode yang merupakan solusi dari persamaan Saint Venant.

Di Indonesia pemakaian Metode Muskingum pemah dilakukan oleh Saihul Anwar


pada stasiun Kamun, Eretan dan Warungpeti stasiun Monjot. Penelusuran banjir dengan
cara MUSKINGUM , hanya berlaku pada kondisi - kondisi berikut:
1. Tidak ada anak sungai yang masuk kedalam bagian memanjang palung sungai yang di
tinjau.
2. Penambahan atau kehilangan air oleh curah hujan, aliran masuk atau keluar air tanah
dan evaporasi, kesemuanya ini di abaikan

Ada dua macam penelusuran aliran yaitu penelusuran hidrologis dan penelusuran
hidraulis. Pada penelusuran hidrologis dicari hidrograf debit di suatu titik di hilir
berdasarkan hidrograf di hulu. Penelusuran hidrologis dapat beruba penelusuran waduk
dan penelusuran sungai. Pada penelusuran hidraulis dicari hidrograf debit di beberapa
titik di sepanjang aliran (Triatmodjo, 2010). Penelusuran banjir lewat waduk hasil yang
diperoleh dapat lebih eksak (akurat) karena penampungannya adalah fungsi langsung dari
aliran keluar (outflow). Dalam makalah ini, penelusuran banjir yang akan dibahas adalah
penelusuran banjir lewat sungai.
2.2 Penelusuran Banjir Lewat Sungai

Penelusuran banjir dapat diterapkan atau dilakukan melalui / lewat dua bentuk kondisi
hidrologi, yaitu lewat palung sungai dan waduk. Penelusuran banjir lewat waduk hasil
yang diperoleh dapat lebih eksak (akurat) karena penampungannya adalah fungsi
langsung dari aliran keluar (outflow) . Dalam kajian ini penelusuran banjir dilakukan
lewat palung sungai. Dan jenis Penilitian yang digunakan adalah dengan konsep Jaringan
Saraf Tiruan :

a) Jaringan Saraf Tiruan


Jaringan saraf tiruan adalah konsep pengolahan informasi yang terinspirasi oleh
sistem saraf secara bioogis, seperti proses informasi pada otak manusia. Elemen
kunci dari konsep ini adalah struktur dari sistem pengolahan informasi yang
terdiri dari sejumlah besar elemen pemprosesan yang saling berhubungan
(neuron), bekerja serentak untuk menyelesaikan masalah tertentu. Cara kerja JST
ini sama seperti cara kerja otak manusia, yaitu belajar melalui contoh.
b) Pelatihan JST
Pada kegiatan ini digunakan jaringan syaraf tiruan dengan jumlah data 70% dari
total seluruh data yang ada menggunakan MATLAB.
c) Validasi JST
Validasi dilakukan setelah pelatihan dan pengujian selesai. Validasi ini dilakukan
untuk mengaplikasikan model JST yang telah dibangun pada proses pelatihan
sehingga model JST tersebut bisa digunakan untuk memprediksi tinggi muka air
pada tahun 2012.
d) Prediksi Tinggi Muka Air
Model JST yang telah dibangun pada proses pelatihan, lalu diuji serta dilakukan
validasi digunakan untuk memprediksi tinggi muka air pada tahun 2012 data
tinggi muka air tahun 2009-2011 (Q) yang diperoleh dari BWS Sumatera III
Provinsi Riau.
1. Metodologi Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Sungai Siak Sub DAS Tapung Kiri Stasiun Tandun
Kabupaten Rokan Hulu dan Sub DAS Siak Hulu Stasiun Pantai Cermin Kabupaten
Kampar Provinsi Riau.
b. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data berupa data tinggi muka air
hasil pencatatan AWLR dari tahun 2009 s/d 2012 Sumber data diambil dari Balai
Wilayah Sungai (BWS) Sumatera III Provinsi Riau Jalan Cut Nyak Dien 01,
Pekanbaru

2. Hasil dan Pembahasan


Percobaan dilakukan dengan menggunakan 70% dari jumlah data. lalu data yang telah
dibangun pada Excel diinput pada program JST Sebelum menentukan
Parameterparameter JST kita harus menentukan fungsi-fungsi yang berpengaruh pada
pemodelan jaringan syaraf tiruan,adapun Fungsi-fungsi tersebut yaitu;
1. Fungsi Training, Learning dan Kinerja. Dalam peneltian ini Fungsi traning dan
Learning dibatasi dengan menggunakan Fungsi TRAINGDX dan LEARNGDM, fungsi
ini sudah dibuktikan dalam penelitian sebelumnya oleh Mahyudin 2013 dan Asral 2013
dimana menghasilkan nilai korelasi yang optimum.
Fungsi pelatihan yang digunakan yaitu epoch, gradient descent dengan momentum dan
adaptive learning rate (TRAINGDX), fungsi ini akan memperbaiki bobot-bobot
berdasarkan gradient descent dengan learning rate yang bersifat adaptive dan
menggunakan momentum. Dimana perubahan Learning rate mempengaruhi model JST
yang kita bangun dalam menghasil Korelasi yang diharapkan. Apabila learning rate
terlalu tinggi, maka algoritma menjadi tidak stabil.
2. Fungsi Aktifasi Seperti yang Sudah dijelaskan pada Bab 2, dimana ada 3 Fungsi
aktifasi pada algoritma Backpropagation yaitu LOGSIG, TANSIG, PURLINE. Fungsi
aktifasi sangat mempengaruhi kinerja model JST yang dibangun dalam menghasilkan
nilai korelasi yang optimum, dimana Fungsi aktifasi merespon kinerja Jaringan pada tiap
lapisan (layer).
3. Kesimpulan
a. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran menghasilkan nilai koefisien korelasi (R)
dan MSE pada tahap pelatihan = 0.99965 dan 9,87, pengujian = 0.99975 dan 7,05
serta validasi = 0.9967 dan 10,6. Maka berdasarkan klasifikasi nilai R, model JST
yang dibangun mempunyai tingkat korelasi sangat kuat dengan nilai
b. Proses prediksi tinggi muka air menghasilkan nilai koefisien korelasi (R) = 0,453,
dan tingkat kesalahan(RMSE) = 0,556. Berdasarkan klasifikasi nilai R, model
tersebut mempunyai tingkat korelasi cukup kuat dengan nilai koefisien korelasi
berada pada 0,4 5 î
0,599.
c. Model jaringan saraf tiruan yang dibangun untuk memprediksi tinggi muka air
pada Sub DAS Tapung Kiri Stasiun Tandun dan Sub DAS Siak Hulu Stasiun
Pantai Cermin mempunyai tingkat keandalan yang kurang bagus.
DAFTAR PUSTAKA

Amri, R. A., Fauzi, M., & Siswanto. (2014). PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING)
TERHADAP MUKA AIR SUNGAI DENGAN METODE JARINGAN SARAF TIRUAN
(STUDI KASUS DAS KAMPAR DAN DAS SIAK). 2(2), 1–11.

Hendri, A., & M, I. (2012). Pemodelan Penelusuran Banjir Dengan Metode Muskinghum.

Tikno, S. (2002). Penerapan Metode Penelusuran Banjir (Flood Routing) untuk Program
Pengendalian dan Sistem Peringatan Dini Banjir Kasus: Sungai Ciliwung. Jurnal Sains Dan
Teknologi Modifikasi Cuaca, 3(4), 53–61.

Triatmodjo, B. (2010). Hidrologi Terapan.

Anda mungkin juga menyukai