Anda di halaman 1dari 13

PARSIAL SIMULASI DINAMIKA FLUIDA DAM

BREAK 3D DENGAN MENGGUNAKAN PERSAMAAN


SAINT VERNANT METODE BEDA HINGGA

Selsa Sururiyah1, a), Dila Sabila2, b), Syahreza Fahlevi3, b), Aisyah Nur4, b).
1
Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta, Jl.
Rawamangun Muka, Jakarta 13220..

Email: a)selsasururiyahsyabaniyah_1306621036@gmail.com , b)dilasabila_1306621044@gmail.com ,


c)
syahrezafahlevi_1306621052@gmail.com , d)aisyahnurhikmah_1306621062@gmail.com

Abstrak

Dam break merupakan studi tentang aliran fluida yang terjadi kita sebuah bendungan atau tanggul yang
menahan air tiba-tiba pecah. Simulasi Dinamika Fluida Dam Break 3D dengan Persamaan Saint Vernant
ini dilakukan untuk mempelajari perilaku aliran fluida saat bendungan pecah. Simulasi ini menggunakan
persamaan Saint-Vernant yaitu persamaan kontunitas dan momentum. Dalam memodelkan dan
menganalisis fenomena ini, metode numerik seperti metode beda hingga digunakan. Metode beda hingga
memecah domain kontinu menjadi grid diskrit, dan persamaan diferensial parsial yang menggambarkan
aliran fluida diaproksimasi menggunakan perbedaan hingga pada grid tersebut. Dengan menggunakan
metode beda hingga, dapat digambarkan perubahan dalam aliran fluida secara numerik, yang dapat
digunakan untuk memperkirakan perilaku aliran. Simulasi ini dapat memberikan wawasan yang berguna
dalam merancang dan mengella bendungan serta membantu dalam pengambilan keputusan terkait
pengolahan sumber daya air.

Kata-kata kunci: Dam Break, Fluida, Persamaan Saint-Vernant, Metode Beda Hingga

Abstract

Dam break is the study of fluid flow that occurs when a dam or embankment that holds water suddenly
breaks. The 3D Dam Break Fluid Dynamics Simulation with the Saint Vernant Equation is carried out to
study the behavior of fluid flow when the dam breaks. This simulation uses the Saint-Vernant equation,
namely the continuity and momentum equations. In modeling and analyzing this phenomenon, numerical
methods such as the finite difference method are used. The finite difference method breaks the
continuous domain into discrete grids, and the partial differential equations describing the fluid flow are
approximated using finite differences on those grids. Using the finite difference method, changes in the
fluid flow can be numerically described, which can be used to estimate the flow behavior. These
simulations can provide useful insights in designing and engineering dams and help in decision-making
related to water resources management.

Keywords: Dam Break, Fluid, Saint-Vernant Equation, Finite Difference Method


PENDAHULUAN

Aliran fluida adalah fenomena yang kompleks dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
tekanan, kecepatan, dan tinggi air. Studi tentang aliran fluida memiliki aplikasi yang luas dalam
berbagai bidang seperti rekayasa sipil, hidrologi, dan ilmu kelautan. Salah satu peristiwa yang
menarik untuk diteliti adalah perubahan tiba-tiba dalam aliran fluida yang terjadi saat sebuah
bendungan retak atau pecah. Fenomena ini dikenal sebagai "dam break" dan dapat menyebabkan
perubahan signifikan dalam tinggi air, kecepatan aliran, dan distribusi tekanan.

Bendungan adalah salah satu struktur buatan yang paling penting untuk melindungi kehidupan
manusia dan melestarikan persediaan air. Oleh karena itu, para konstruktor biasanya berusaha untuk
memastikan keamanan bendungan selama periode operasi. Para perancang dihadapkan pada jebolnya
bendungan karena hal ini merupakan masalah yang tidak mungkin terjadi secara tidak disengaja.
Dinamika fluida dam break merupakan studi tentang aliran fluida yang terjadi ketika sebuah
bendungan atau tanggul yang menahan air tiba-tiba pecah dari ketinggian yang tinggi ke ke ketinggian
yang rendah. Fenomena ini sering kali memiliki konsekuensi yang serius, termasuk banjir yang dapat
menyebabkan kerusakan besar dan bahaya bagi manusia dan lingkungan sekitarnya.[1]

Dalam konteks simulasi fluida dam break, dapat digunakan salah satu persamaan diferensial parsial
nonlinier yaitu persamaan Saint-Vernant. Persamaan Saint-Vernant adalah sistem persamaan
diferensial parsial berorde satu yang menggambarkan aliran fluida dalam saluran terbuka dengan
asumsi bahwa aliran bersifat inkompresibel.[2] Persamaan Saint-Vernant menggunakan konsep aliran
yang secara tidak langsung berhubungan dengan mekanika fluida dan hidrolika. Hidrolika dan
Mekanika fluida merupakan bagian dari mekanika terapan yang mempelajari statika dan dinamika
dari cairan dan gas. Dalam mempelajari dasar-dasar aliran fluida, ada tiga konsep penting untuk
menganalisis aliran fluida yaitu prinsip kekekalan massa (untuk persamaan kontinuitas), prinsip
energi kinetik, dan prinsip momentum. Dengan menggunakan persamaan kontinuitas dan momentum
dapat dianalisis dinamika fluida dam break. Kedalaman air dan kecepatan aliran akan berubah seiring
waktu dan posisi horizontal, sehingga perubahan ini akan mempengaruhi distribusi tekanan dan gaya
pada fluida. [3]

Dalam pemodelan dan analisis fenomena ini, metode numerik seperti metode beda hingga digunakan.
Metode beda hingga memecah domain kontinu menjadi grid diskrit, dan persamaan diferensial parsial
yang menggambarkan aliran fluida diaproksimasi menggunakan perbedaan hingga pada grid tersebut.
Metode beda hingga adalah metode numerik yang dapat digunakan dalam penyelesaian persoalan
matematis dari suatu gejala fisis pada sebuah fluida. Metode ini membuat pendekatan terhadap harga
yang tidak diketahui pada setiap titik secara diskrit. Diawali dengan pemodelan dari suatu benda dan
membaginya menjadi beberapa grid atau kotak- kotak hitungan kecil. Metode beda hingga tersebut
saling dihubungkan dengan persamaan- permasalahan laplace, dimana penentuan pola dari suatu
aliran fluida dalam kondisi batas tertentu diperlukan pemecahan persamaan laplace dalam fungsi
aliran yang memenuhi kondisi batas tertentu.[4]

Dalam mengembangkan simulasi menggunakan metode beda hingga, dapat dibuat visualisasi
perubahan dalam tinggi air dan aliran fluida pada saluran tiga dimensi, mengamati fenomena seperti
pembentukan gelombang, aliran turbulen, dan interaksi antara fluida dan bendungan. Informasi ini
dapat memberikan wawasan yang berguna dalam merancang dan mengelola bendungan, serta
memahami efek dari perubahan dalam kondisi aliran fluida.

Dengan menggunakan metode beda hingga, kita dapat menggambarkan perubahan dalam aliran
fluida secara numerik, yang dapat digunakan untuk memperkirakan perilaku aliran dalam berbagai
skenario. Pengembangan simulasi fluida dam break 3 dimensi ini dengan menggunakan metode beda
hingga akan memberikan kontribusi pada pemahaman tentang aliran fluida dan membantu dalam
pengambilan keputusan terkait pengelolaan sumber daya air.
METODE

Persamaan Matematis

Persamaan diferensial parsial (pdp) adalah persamaan diferensial yang memiliki dua atau lebih
variabel bebas. Berikut contoh persamaan diferensial parsial yaitu : [5]

 101\*
MERGEFORMAT (.)

 Keterangan:

T, x, y adalah variabel bebas.


A, b, c, dan f adalah fungsi yang bergantung pada variabel bebas dan diketahui.
U adalah variabel tak bebas dan fungsi yang belum diketahui.
Ut , ux, uyy adalah turunan-turunan parisal dari u.

 Persamaan saint venant merupakan persamaan differensial parsial berorde satu dengan
variabel bebasnya yaitu dan serta variabel tak bebasnya yaitu ℎ (kedalaman air) dan (debit
air) untuk setiap titik di aliran sungai. persamaan ini pertama kali ditemukan oleh barre de
saint venant pada tahun 1871 untuk penelusuran dinamis. persamaan ini tersusun oleh dua
persamaan dasar yaitu persamaan keseimbangan massa yang mengikuti hukum kekekalan
massa dan persamaan keseimbangan momentum yang mengikuti hukum kekekalan
momentum yang diperoleh dari hukum II newton.

Dimana:
u = Kecepatan lokal (m/s)
h = kedalaman local (m)
r (x,t) = aliran samping (m3 / s m2 )
g = gravitasi (m/s2).
s0 = Kemiringan dasar saluran
sf = Kemiringan aliran
v = Komponen x untuk kecepatan dari aliran samping
x,t = jarak dan waktu

Metode beda hingga adalah metode numerik yang umum digunakan untuk menyelesaikan persoalan
teknis dan problem matematis dari suatu gejala fisis. Prinsipnya adalah mengganti turunan yang ada
pada persamaan differensial dengan diskritisasi beda hingga berdasarkan deret Taylor. Secara fisis,
deret Taylor dapat diartikan sebagai besaran tinjauan pada suatu ruang dan waktu (ruang dan waktu
tinjauan) dapat dihitung dari besaran itu sendiri pada ruang dan waktu tertentu yang mempunyai
perbedaan yang kecil dengan ruang dan waktu tinjauan. [6]

Beberapa macam skema differensi hingga akan dijelaskan sebagai berikut: Skema Maju Dengan
menggunakan tiga ruas suku pertama dari ruas kanan deret Taylor pada persamaan (20) diperoleh
(22)

Dari persamaan (22), maka skema maju disebut mempunyai kesalahan derajat satu atau (∆x). Seperti
yang ditunjukkan skema maju dengan menggunakan kisi beda hingga, maka skema maju [7]
a) Beda hingga terhadap ruang

Dengan
b) Beda hingga terhadap waktu dapat digunakan salah satu dari diskritisasi di bawah ini:

Dengan

Metode yang digunakan untuk menyelesaikan solusi persamaan Saint-Vernant adalah metode solusi
numerik berbasis persamaan diferensial parsial. Dimana langkah awal yaitu mengimport pustaka yang
digunakan yaitu numpy untuk operasi matematika dan manipulasi array numerik, seperti pembuatan
array, operasi array, dan fungsi matematika, matplotlib.pyplot untuk membuat grafik dan visualisasi
data, dan mpl_toolkits.mplot3d.Axes3D untuk membuat plot 3D.

Langkah kedua yaitu Membuat Grid dengan menghasilkan array koordinat x dan y menggunakan
np.arange() berdasarkan parameter L,H, dan dx, serta menggunakan np.meshgrid() untuk membuat
matriks 2D X dan Y yang berisi koordinat x dan y yang membentuk domain simulasi.

Langkah ketiga yaitu Membuat matriks tinggi air (h) dengan ukuran yang sama seperti X dan
mengisinya dengan nilai tinggi awal H menggunakan np.ones_like(), mengubah nilai tinggi air pada
bagian domain dengan x > L / 2 menjadi 0.2, serta membuat matriks kecepatan (u) dengan ukuran
yang sama seperti X dan mengisinya dengan nilai 0.

Langkah keempat yaitu mendefinisikan pesamaan Saint-Vernant yang digunakan sebagai fungsi untuk
memudahkan perhitungan pada solusi numerik.
1. Mendefinisikan fungsi continuity_equation(h, u) yang mengimplementasikan persamaan
kontinuitas untuk menghitung perubahan tinggi air seiring waktu (dh_dt).
2. Menggunakan operasi roll untuk menghitung perbedaan tinggi air pada titik sekitar dan
memperoleh turunan spasial menggunakan persamaan beda hingga.
3. Mendefinisikan fungsi euler_equation(h, u) yang mengimplementasikan persamaan Euler
untuk menghitung perubahan kecepatan seiring waktu (du_dt).
4. Menggunakan operasi roll untuk menghitung perbedaan kecepatan pada titik sekitar dan
memperoleh turunan spasial menggunakan persamaan beda hingga.
5. Langkah kelima yaitu membuat variable untuk menyimpan data
6. Membuat list kosong speed dan height untuk menyimpan nilai kecepatan dan tinggi air pada
setiap iterasi.
7. Membuat list kosong table untuk menyimpan data tabel perhitungan.

Langkah keenam yaitu perhitungan numerik dan pengumpulan data


1. Menggunakan iterasi while loop dengan batasan waktu simulasi (t < t_max).
2. Menambahkan data iterasi, waktu, tinggi air, dan kecepatan ke dalam table.Menghitung
perubahan tinggi air (dh_dt) dan kecepatan (du_dt) menggunakan persamaan kontinuitas dan
persamaan Euler.
3. Menggunakan metode beda hingga untuk mengupdate variabel tinggi air (h) dan kecepatan (u)
berdasarkan langkah waktu (dt) dan perubahan yang dihitung.
4. Menambahkan dt pada nilai waktu t dan tambahkan 1 pada nilai iteration.
5. Menyimpan data kecepatan air dan tinggi air pada iterasi saat ini ke dalam variabel speed dan
height.
6. Mengupdate tinggi air dan kecepatan air: Setelah menyimpan data, tinggi air (h[0, 0])
dikalikan dengan faktor 0.9, sedangkan kecepatan air (u[0, 0]) ditambah dengan nilai 0.9.
7. Langkah ketujuh yaitu visualisasi dengan mencetak tabel perhitungan yang mencakup kolom
iterasi, Langkah waktu (t), variable tinggi air (h), dan variable kecepatan (u), membuat grafik
kecepatan dan ketinggian terhadap waktu dimana data kecepatan(speed) dan tinggi(height)
digunakan sebagai sumbu y, dan membuat plot 3D dengan memanggil ax.plot_surface(X, Y, h,
cmap='Blues'), di mana X dan Y adalah grid yang dibuat sebelumnya, dan h adalah tinggi air
pada setiap titik di grid.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Visual yang dihasilkan dari running kode berupa tabel dan grafik :

GAMBAR 1. Grafik Dam Break 3 Dimensi


GAMBAR 2.Grafik Kecepatan dan Ketinggian Air Terhadap Waktu

TABEL 1. Hasil Perhitungan

Iterasi Langkah Waktu (t) Variabel Tingi Air (h) Variabel Kecepatan (u)
1 0.00 1.0000 0.0000
2 0.01 0.9000 0.9000
3 0.02 0.8100 1.0000
4 0.03 0.7200 2.7088
5 0.04 0.6561 3.6474
6 0.05 0.5905 4.6479
7 0.06 0.5312 5.7560
8 0.07 0.4771 7.0379
9 0.08 0.4255 8.5989
Pembahasan

Sisi Algortima

 Algoritma Saint Vernant merupakan salah satu metode numerik untuk memodelkan dinamika
fluida dalam pergerakan dam break. Metode ini menggabungkan persamaan Euler dan
persamaan kontinuitas untuk memodelkan aliran fluida.

 Pada dasarnya, algoritma ini melibatkan pemecahan persamaan Saint Vernant menggunakan
metode beda hingga untuk update ketinggian air. Langkah-langkahnya melibatkan pemilihan
grid, diskritisasi persamaan Saint Vernant, dan iterasi untuk mencapai solusi numerik yang
stabil.

Sisi Step Size

Terdapat dua parameter yang berperan dalam menentukan ukuran langkah (step size) dalam
simulasi, yaitu dx dan dt.

 dx merupakan langkah ruang yang menentukan seberapa detail grid pada domain simulasi.
Semakin kecil nilai dx, semakin halus grid yang terbentuk dan semakin detail simulasi aliran
fluida yang dihasilkan. Pada kode tersebut, nilai dx diatur sebesar 0.1.

 dt merupakan langkah waktu yang menentukan interval waktu antara dua iterasi dalam
simulasi. Semakin kecil nilai dt, semakin kecil perubahan waktu antar iterasi, sehingga
simulasi akan lebih akurat dan mendekati solusi yang sebenarnya. Namun, penggunaan dt
yang terlalu kecil juga dapat meningkatkan waktu komputasi yang diperlukan. Pada kode
tersebut, nilai dt diatur sebesar 0.01.

Pemilihan nilai dx dan dt haruslah dilakukan dengan pertimbangan. Nilai yang terlalu kecil
dapat meningkatkan akurasi simulasi, tetapi juga meningkatkan kompleksitas dan waktu
komputasi. Sementara itu, nilai yang terlalu besar dapat mengurangi akurasi simulasi. Oleh
karena itu, penentuan langkah ruang dan langkah waktu yang optimal dalam simulasi dam
break perlu dilakukan dengan eksperimen dan evaluasi terhadap kebutuhan dan sifat sistem
yang diinginkan.

Sisi Cost – Computation

Terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan perhitungan biaya (cost
computation). Berikut adalah beberapa aspek yang dapat dibahas:
1. Kompleksitas Waktu (Time Complexity):
- Kompleksitas waktu secara umum terkait dengan banyaknya operasi yang
harus dilakukan dalam kode.
- Kode ini memiliki loop while yang dijalankan selama `t` kurang dari
`t_max`. Jumlah iterasi dalam loop ini bergantung pada nilai `t_max` dan
`dt`.
- Selain itu, terdapat juga operasi-operasi matematika seperti perhitungan
persamaan kontinuitas dan persamaan Euler, pembaruan nilai variabel, dan
penyimpanan data dalam list.
- Kompleksitas waktu dari kode ini dapat diperkirakan berdasarkan jumlah
iterasi dalam loop dan kompleksitas operasi-operasi matematika yang
terlibat.
2. Kompleksitas Memori (Memory Complexity):
- Kompleksitas memori terkait dengan penggunaan memori yang diperlukan
oleh kode.
- Pada kode ini, terdapat beberapa variabel array seperti `h`, `u`, `X`, dan `Y`
yang digunakan untuk menyimpan data tinggi air, kecepatan, dan grid
domain simulasi.
- Selain itu, terdapat juga variabel list `speed` dan `height` yang digunakan
untuk menyimpan data kecepatan dan tinggi air pada setiap iterasi.
- Kompleksitas memori dari kode ini dapat diperkirakan berdasarkan ukuran
data yang disimpan dalam variabel array dan list.
3. Efisiensi dan Optimasi:
- Efisiensi dan optimasi kode sangat penting untuk meminimalkan waktu
komputasi dan penggunaan memori.
- Dalam kode ini, beberapa perhitungan menggunakan operasi matriks seperti
`np.roll`, yang memungkinkan manipulasi array secara efisien.
- Penggunaan fungsi bawaan NumPy dan matplotlib juga dapat meningkatkan
efisiensi kode.
- Penting untuk mempertimbangkan optimasi seperti penggunaan vektorisasi
dan penghapusan redundansi operasi dalam kode.
Perhitungan biaya (cost computation) pada kode simulasi dam break ini dapat dianalisis lebih
lanjut dengan melihat kompleksitas waktu dan memori yang terlibat. Peningkatan efisiensi dan
optimasi kode dapat dilakukan untuk meminimalkan waktu komputasi dan penggunaan memori
yang dibutuhkan.

Sisi Time - Computation

Terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan perhitungan waktu (time
computation). Berikut adalah beberapa aspek yang dapat dibahas:

1. Iterasi Loop:
- Kode ini menggunakan loop while untuk melakukan iterasi selama `t` kurang dari `t_max`.
- Jumlah iterasi dalam loop ini bergantung pada nilai `t_max` dan `dt`.
- Semakin besar nilai `t_max` dan semakin kecil nilai `dt`, maka semakin banyak iterasi yang
akan dilakukan, yang berdampak pada waktu komputasi yang lebih lama.

2. Perhitungan Persamaan:
- Pada setiap iterasi, terdapat perhitungan persamaan kontinuitas dan persamaan Euler.
- Perhitungan ini melibatkan operasi-operasi matematika seperti perkalian, penjumlahan, dan
pengurangan antar elemen array.
- Jumlah operasi matematika yang harus dilakukan pada setiap iterasi akan berpengaruh pada
waktu komputasi keseluruhan.

3. Operasi Manipulasi Array:


- Kode ini menggunakan beberapa operasi manipulasi array seperti penggunaan fungsi `np.roll`
untuk menggeser elemen-elemen array.
- Operasi-operasi manipulasi array ini dapat mempengaruhi waktu komputasi, terutama jika
ukuran array yang digunakan cukup besar.

4. Visualisasi Grafik:
- Setelah iterasi selesai, kode ini juga melakukan visualisasi grafik menggunakan matplotlib.
- Pembuatan plot 2D dan plot 3D dapat memakan waktu komputasi tambahan tergantung pada
jumlah data yang harus diplot.
Untuk melakukan perhitungan waktu komputasi secara akurat, dapat digunakan library atau
modul Python khusus seperti `time` untuk mengukur waktu mulai dan selesai eksekusi kode.
Dengan mengukur waktu eksekusi, kita dapat mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan
untuk menjalankan keseluruhan kode atau sebagian tertentu yang ingin diuji. Peningkatan waktu
komputasi dapat dicapai dengan melakukan optimasi kode, seperti mengurangi jumlah operasi
matematika yang tidak perlu, mengoptimalkan penggunaan array dan manipulasinya, serta
menggunakan algoritma atau teknik yang lebih efisien jika diperlukan.
Dalam kasus ini, analisis lebih lanjut dan pengukuran waktu eksekusi yang akurat dapat
memberikan informasi yang lebih mendetail tentang waktu komputasi yang diperlukan oleh kode
simulasi dam break ini.

PENUTUP

Kesimpulan

Simulasi fluida dam break yang telah dijelaskan menggunakan metode beda hingga dan persamaan Saint-
Vernant memberikan pemahaman yang lebih baik tentang dinamika aliran fluida dalam kasus pecahnya
bendungan. Melalui simulasi ini, kita dapat memodelkan perubahan tinggi air, kecepatan aliran, dan distribusi
tekanan dalam aliran fluida. Metode beda hingga memecah domain simulasi menjadi grid diskrit dan
mengaproksimasi persamaan diferensial parsial yang menggambarkan aliran fluida pada grid tersebut.
Simulasi ini memberikan visualisasi perubahan dalam tinggi air dan aliran fluida melalui grafik dan plot 3D.
Data hasil simulasi disimpan dan tabel perhitungan dicetak untuk menganalisis nilai-nilai tinggi air dan
kecepatan aliran pada setiap langkah waktu. Dari hasil perhitungan didapatkan grafik hubungan kecepatan air
terhadap waktu yaitu semakin lama waktu maka kecepatan juga semakin bertambah dan hubungan ketinggian
air terhadap waktu yaitu semakin lama waktu maka ketinggian air akan semakin berkurang. Dengan demikian,
simulasi ini berjalan baik dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang perubahan aliran fluida seiring
waktu.
Studi tentang aliran fluida dan pemodelan fenomena seperti dam break memiliki aplikasi yang luas dalam
berbagai bidang, termasuk rekayasa sipil, hidrologi, dan ilmu kelautan. Simulasi fluida dam break ini dapat
digunakan sebagai alat yang berguna dalam merancang dan mengelola bendungan, serta membantu dalam
pengambilan keputusan terkait pengelolaan sumber daya air. Selain itu, pemahaman yang diperoleh melalui
simulasi ini dapat membantu dalam memitigasi risiko dan konsekuensi dari peristiwa pecahnya bendungan.
Dengan memanfaatkan metode beda hingga dan persamaan Saint-Vernant, simulasi fluida dam break ini
memberikan kontribusi pada pemahaman tentang aliran fluida dan memberikan wawasan yang berguna dalam
menganalisis dinamika fluida dalam berbagai skenario.

Saran

1. Pengembangan Fitur dan Animasi


Pengembangan ini bisa dengan menambahkan visualisasi animasi bergerak atau interaktif.
Misalnya dengan menggunakan pustaka animasi seperti matplotlib.animation untuk membuat
animasi perubahan tinggi air dan aliran fluida dari waktu ke waktu.
2. Penggunaan Metode Numerik Lain
Selain metode beda hingga yang digunakan dalam simulasi ini, dapat digunakan metode
numerik lain seperti metode volume hingga (finite volume method) atau metode elemen
hingga (finite element method) yang dapat memberikan pendekatan yang berbeda dalam
pemecahan persamaan diferensial parsial yang menggambarkan aliran fluida. Dengan
penggunaan metode numerik yang berbeda dapat membantu dalam memvalidasi hasil
simulasi dan memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang fenomena dam break.
3. Perluasan simulasi ke parameter lain
Simulasi dam break ini dapat diperluas dengan memasukkan parameter lain yang relevan.
Misalnya, dengan mempertimbangkan variasi geometri saluran, karakteristik benda
penghalang, atau interaksi dengan lingkungan sekitar. Dengan memperluas simulasi ke
parameter lain, dapat dipelajari efek tambahan dan menggali lebih dalam fenomena fluida.
4. Analisis dampak struktur
Simulasi dapat diperluas dengan menganalisis dampak struktur, seperti kekuatan bendungan
atau distribusi tegangan pada struktur bangunan. Hal ini dapat membantu mengevaluasi
keandalan dan kekuatan bendungan dalam skenario dam break, serta membantu perencanaan
dan perbaikan struktur yang lebih efektif.

UCAPAN TERIMAKASIH

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang maha Esa. Karena berkat, rahmat dan karunia
serta mukzizat-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan paper dengan judul “Simulasi Dinamika Fluida Dam
Break 3D dengan Menggunakan Persamaan Saint-Vernant”.
Dengan selesainya paper ini, bukanlah menjadi sebuah akhir, melainkan suatu awal yang baru untuk memulai
petualangan hidup yang baru.
Penulis menyadari betul bahwa ada orang-orang yang berjasa dibalik selesainya paper ini. Tidak ada
persembahan terbaik yang dapat penulis berikan selain rasa ucapan terimakasih kepada pihak yang telah banyak
membantu penulis.
Secara khusus, penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dewi Muliyati, M.Si, M.Sc. Selaku dosen
pembimbing yang telah sabar, meluangkan waktu, merelakan tenaga dan pikiran serta turut memberi perhatian
dalam memberikan pendampingan selama proses penulisan paper ini.
Terimakasih juga kepada kak Early amada dan ka Tim Abyan Syah atas diberikannya kesempatan untuk dapat
melakukan pengerjaan project dengan baik.
Segala kekurangan dan ketidaksempurnaan paper ini, penulis sangat mengharapkan masukan, krtikan, dan saran
yang bersifat membangun kearah perbaikan dan penyempurnaan paper ini.
Cukup banyak kesulitan yang penulis alami dalam penyusunan paper ini, tetapi puji tuhan dapat terselesaikan
dengan baik.
Akhir kata, penulis berharap semoga paper ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan semoga amal baik yang
telah diberikan mendapatkan balasan dari Tuhan yang Maha Esa.

REFERENSI

[1] Owen, J.R., Kemp, D., Lébre, É., Svobodova, K. and Murillo, G.P., 2020. Catastrophic
tailings dam failures and disaster risk disclosure. International journal of disaster risk
reduction, 42, p.101361.
[2] Utama, G.S., 2022. Penentuan tingkat kerawanan bencana banjir di kota malang
menggunakan sistem informasi geografis (sig). Geofisika, January.
[3] Agustini, A., IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN TES
DIAGNOSTIK FOUR-TIER BERBANTUAN GOOGLE FORMULIR PADA KONSEP
FLUIDA DINAMIS DI SMA NEGERI 1 PARUNG (Tahun Ajaran 2019/2020) (Bachelor's
thesis, Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
[4] Ilmah, A.M., Syarifuddin, A. and Abdullah, M., 2021. Pemodelan Matematis dari Sifat Fisis
Aliran Fluida pada Saluran Pipa Menggunakan Metode Beda Hingga 2 Dimensi. INOVTEK
POLBENG, 11(2), pp.142-147. [4]
[5] Harlan, D., Adityawan, M. B., Natakusumah, D. K., & Zendrato, N. L.H. (2019). Application
of numerical filter to a Taylor Galerkin finite element model for movable bed dam break
flows. International Journal of GEOMATE, 16(57), 209–216.
[6] Zeneli, M., Nikolopoulos, A., Karellas, S., & Nikolopoulos, N. (2021). Numerical methods
for solid-liquid phase-change problems. In Ultra-High Temperature Thermal Energy Storage,
Transfer and Conversion. LTD.
[7] Putri, P. I. D., Iskandar, R. F., Adityawan, M. B., Kardhana, H., & Indrawati, D. (2020). 2D
Shallow Water Model for Dam Break and Column Interactions. Journal of the Civil
Engineering Forum, 6(3), 237.
LAMPIRAN

Source Code :
Input
Output

Anda mungkin juga menyukai