Hidraulika
Pengenalan Dinamika Fluida
(19 September 2013)
Minggu 4
Dr. Dhemi Harlan
1. Pengantar
Suatu studi perilaku cairan dan gas disebut dengan mekanika fluida.
Mekanika fluida dapat dibagi dalam dua kelompok: statika fluida dan
dinamika fluida. Statika fluida adalah studi fluida dalam keadaan diam dan
termasuk studi tekanan dan kerapatan. Jika suatu benda ditempatkan
dalam fluida statis (tidak bergerak), hal ini berkaitan dengan gaya normal
terhadap elemen permukaan. Gaya normal ini beraksi pada suatu unit luas
permukaan yang disebut tekanan. Jika gaya benda diabaikan, tekanan
seragam di semua tempat.
Sementara dinamika fluida adalah studi fluida bergerak dan termasuk studi
aliran garis alir (streamline), hukum Bernoulli, dan pergerakan gelombang.
Jika suatu benda ditempatkan dalam fluida bergerak, tidak hanya tekanan
dari fluida tetapi juga gaya lain yang beraksi sejajar terhadap elemen
permukaan harus ditinjau. Dalam kasus fluida bergerak ini, tekanan tidak
seragam secara umum tetapi bervariasi berdasarkan lokasi dikaitkan
dengan pengaruh penempatan benda dalam gerakan fluida. Gaya
tangensial terhadap permukaan adalah tegangan geser yang ditimbulkan
oleh viskositas fluida, dimana membuat fluida menempel pada permukaan
benda (kondisi tidak ada gelincir). Engineer menggunakan kedua tipe diatas
dalam mendesain jembatan, dam, kapal dll.
Aliran fluida adalah kompleks (rumit) dan tidak selalu berdasarkan analisis
matematik eksak. Tidak seperti benda padat, elemen-elemen fluida yang
mengalir dapat bergerak pada kecepatan yang berbeda dan dapat
berdasarkan percepatan yang berbeda. Tiga konsep penting dalam fluida
adalah:
(a) Prinsip konservasi massa, dari mana persamaan kontinuitas dibangun.
(b) Prinsip konservasi energi, dari mana persamaan aliran tertentu
diturunkan.
(c) Prinsip momentum, dari persamaan2 yang mana evaluasi gaya-gaya
dinamik yang disebabkan oleh fluida yang mengalir dapat dibangun.
2. Aliran Fluida
Aliran fluida dapat berupa steady dan tidak steady; seragam atau tidak
seragam; laminar atau turbulen, satu dimensi, dua dimensii, atau tiga
dimensi; dan berotasi dan tidak berotasi.
Aliran satu dimensi dari suatu fluida tidak mampu mampat terjadi jika arah
dan besaran kecepatan pada semua titik adalah identik. Walaupun, analisis
aliran satu dimensi dapat diterima jika dimensi tunggal
diterapkan
sepanjang pusat garis alir (streamline) dari aliran dan jika kecepatan dan
percepatan normal terhadap garis alir diabaikan. Dalam kasus seperti ini,
nilai rata-rata dari kecepatan, tekanan, dan elevasi ditinjau mewakili aliran
keseluruhan, dan variasi minor dapat diabaikan. Sebagai contoh: aliran
dalam pipa melengkung.
Aliran dua dimensi terjadi jika partikel2 fluida bergerak dalam bidang atau
sejajar bidang dan pola garis alir adalah identik untuk masing-masing
bidang.
Untuk fluida ideal dimana tegangan geser tidak terjadi dan juga torsi tidak
ada, partikel2 fluida tidak akan mengalami gerakan rotasi disekitar pusat
masany sendiri. Aliran ideal seperti ini, yang mana dapat diwakili oleh
jaringan aliran (flow net), disebut aliran tidak berotasi (irrotational flow).
Aliran steady terjadi jika pada suatu titik, kecepatan partikel-partikel fluida
secara berurutan adalah sama pada periode waktu berurutan. Jadi
kecepatan adalah konstan terhadap waktu, atau V/t = 0 , tetapi bisa
berubah pada titik yang berbeda atau terhadap jarak. Pernyataan ini
mengakibatkan bahwa variabel2 fluida lain tidak akan berubah terhadap
waktu, atau p/t = 0 , /t = 0, Q/t = 0 , dan seterusnya.
Aliran adalah unsteady (tidak tunak) jika kondisi pada suatu titik fluida
berubah terhadap waktu, atau V/t 0.
Aliran seragam terjadi jika besaran dan arah kecepatan tidak berubah dari
titik ke titik dalam fluida, atau V/s = 0. Pernyataan ini mengakibatkan
bahwa variabel2 fluida lain tidak berubah dengan jarak, atau y/s = 0,
/s = 0, p/s = 0, dan seterusnya. Aliran fluida dibawah tekanan yg
melewati pipa panjang dengan diameter konstan adalah aliran seragam
apakah aliran steady atau unsteady.
Studi teori mekanika fluida didasarkan pada konsep suatu massa dasar
atau partikel fluida. Partikel ini tidak memiliki keberadaan yang terdefinisi
dengan baik. Partikel bisa ditinjau sebagai sebuah benda asing dalam
mekanika kontinum. Partikel ini ditujukan untuk pemahaman fisik dari
persamaan differensial yang membentuk pergerakan aliran.
Massa dasar dari fluida diasumsikan berupa kecil tidak hingga atau cukup
kecil dimana semua bagian elemen dapat ditinjau memiliki kecepatan
translasi yang sama V dan kerapatan yang sama . Partikel fluida dasar ini
diasumsikan homogen, isotropic dan kontinu dalam ungkapan yang lebih
luas.
2. Persamaan Kontinuitas
dan outflow
u dydz
u dydz
u dxdydz
x
udydz dx
x
Jika ekspresi yang sama ditulis untuk net inflow dalam arah y dan z dan jumlahkan
besaran net inflow , didapat
(2.1)
Persamaan diatas menjadi lebih akurat jika dx, dy, dan dz mendekati nol.
u v w dxdydz
y
z
x
dx
u dydz
dy
dz
u dydz
u dydz dx
x
dxdydz
t
atau
dxdydz
t
dxdydz
u v w dxdydz
y
z
t
x
Jadi persamaan kontinuitas untuk aliran unsteady tiga dimensi dari fluida
mampu mampat menjadi
u v w
y
z
t
x
(2.2)
x u y v z w 0
(2.3)
u v w
0
Jika w/z
=
0
,
aliran
steady
adalah dua dimensi
x y z
(2.4)
(2.5)
u v
0
Jika w/z = 0 dan v/y = 0, aliran steady adalah satu dimensi
x y
u
0mewakili aliran seragam
Persamaan ini
x
(2.6)
Contoh 2. 1
Komponen-komponen kecepatan untuk aliran tidak mampu mampat
steady adalah u = (2x 3y) t , v = (x-2y)t, dan w = 0, apakah persamaan
kontinu dipenuhi?
Solusi
Turunkan masi-masing komponen terhadap dimensi yang sesuai
u/t = 2t
v/y = -2t
w/t = 0
( w 0)
2x 3 y t x 2 y t
0
x
y
z
2t 2t 0
Jadi komponen2 kecepatan memenuhi persamaan kontinu.
3. Persamaan Energi
Tinjau sebagai benda bebas, massa dasar dari fluida dM ditunjukkan pada
Gambar 2 (a) dan (b). Sumbu x dipilih dalam arah gerakan. Gaya normal
terhadap arah gerakan tidak ditunjukkan beraksi pada benda bebas dM,
Gaya-gaya beraksi dalam arah x adalah berdasarkan (1) tekanan aksi
pada ujung kedua bidang (2) komponen berat, dan (3) gaya geser dFs
yang disebabkan oleh partikel-partikel fluida yang berdampingan.
Ma x
dA dl
dA
(3.1)
p p dp
dFs VdV
dl sin s dA g
dV
dt
dF / dA
(3.2)
s
Suku
mewakili tahanan aliran sepanjang dl. Gaya geser dF s
dapat digantikan dengan intensitas geser kali luas sepanjang dimana
gaya beraksi (keliing x panjang), atau dF dP dl
s
dl
lost head dhL
R
(3.3)
dp VdV
dz dhL 0
(3.4)
p2
p1
z2
2
dp V2 VdV
dz dhL 0
V
z1
1
1
(3.5)
p2 p1 V22 V12
z 2 z1 H L 0
2g 2g
p1 V12
p2 V22
z1 H L
z2
2g
2g
(3.6)
Contoh 3.1
Untuk pipa pengisap dengan diameter 100 mm menuju pompa ditunjukkan
pada Gambar 4. Tekanan pada titik A dalam pipa pengisap adalah
kekosongan 180 mm air raksa. Jika debit adalah 0,0300 m3/detik minyak
(sp gr = 0,85), tentukan head energi total pada titik A terhadap datum
pada pompa.
Solusi:
23,97
3,820
energi pada A
1,200 3,337 m
0,85 9,79 2 9,81
2
Contoh 3.2
Aliran mengalir melewati turbin, Gambar 5 pada besaran 0,214 m3/det dan
tekanan pada A dan B adalah 147,5 kPa dan -34,5 kPa. Tentukan tenaga
yang diberikan kepada turbin oleh air.
Solusi:
2
2
p A V300
pB V600
z A 0 H turbin
z B
2g
2g
147,5 3,032
34,5 0,7582
1,00 H turbin
0
2g
2g
9,79
9,79
H turbin 20,0 m
p1
sampai
dinyatakan dalam bentuk variabel p. Hubungan antara
p tergantung pada kondisi termodinamika yang terlibat.
dan
(a) Untuk kondisi isothermal (temperatur konstan), hukum gas umum dapat
dinyatakan sebagai
p1 / 1 p / kons tan
1 / p1 p
1 / p1
atau
dimana
adalah suatu konstanta dan p harus dalam lb/ft2 atau Pa
absolut.
Substitusi ke Vdalam persamaan
(3.5)
diatas menjadi
p
z
2
p1
dp
2 VdV
2
dz dhL 0
V
1
1 / p1 p 1 g z1
p1
V1
p
V
ln p1
z1 H L 1 ln p2 2 z 2
2g
1
2g
1
(3.7)
1 A1V1 2 A2V2
p1 p2
RT
1 2
dan
yang mana
A2
2 A2V2
V1
2 / p2 p1 A1 A1
p2
V2
p1
p
1 ln p A2
1
A
1
1
p2
p1
V22
p
V
1
2
z1 H L ln p2
z2
1
2g
2g
(3.8)
/ 1 k p / p1
atau
dimana k adalah eksponen adiabatik.
p2
p1
1/ k
1
dp
p
1/ k
1
1 p / p1
p2
p1
dp /
dp k
1/ k
p
k
p1 p2
1 p1
k
k 1
p1 V
k
z1 H L
2
g
k
2
1
p1
p2
p1
k 1 / k
k 1 / k
(3.9)
V22
z2
2g
(3.10)
1 A1V1 2 A2V2
2 A2V2 p2
V1
1 A1
p1
atau
1/ k
A2
V2
A1
menjadi
k p1 p2
k 1 1 p1
k 1
p1
p2
p1
A2 V22
z1 H L
A1 2 g
k 1 / k
V22
z2
2g
2/ k
(3.11)
4. Persamaan Momentum
Hukum kedua Newton menyatakan bahwa gaya netto yang bekerja pada
suatu masa tertentu sebanding dengan laju perubahan momentum linier
massa tersebut terhadap waktu. Hukum ini dapat diterapkan pada fluida
dengan volume kontrol yang diperkecil seukuran titik untuk mendapatkan
persamaan-persamaan gerak dalam bentuk differensial.
Du
Fx m Dt
(4.1)
Dari gambar 6 terlihat gaya-gaya permukaan yang bekerja pada enam sisi
elemen fluida yang berbentuk kubus, dengan memasukannya ke dalam
persamaan (4.1) dan menerapkan deret Taylor pada gaya-gaya tersebut
didapat :
xx
yx
yx y
xx x
xx x
xz
yz xx
yz yx
x 2
x 2
y 2
yx y
z
zx z
xz zx zx
xy zx
xy
y 2
z 2
z 2
xyzX xyz
Du
Dt
dimana X menyatakan gaya benda per satuan massa yang bekerja dalam
arah x. Persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi :
Du xx yx zx
X
Dt
x
y
z
(4.2)
Dv xy yy zy
Y
Dt
x
y
z
Dw xz yz zz
Z
Dt
x
y
z
(4.3)
Untuk fluida Newton, tegangan geser adalah hasil kali antara viskositas
dinamik dan laju deformasi sudut :
untuk arah-x
xx p
yx
2 u v w
u
2
3 x y z
x
v u
x y
zx
w u
x z
Untuk arah-y
u v
y x
xy
w v
y z
zy
yy p
2 u v w
v
2
3 x y z
y
Untuk arah-z
xz
u w
z x
v w
z y
yz
2 u v w
w
2
3 x tegangan
y z geser untuk
z fluida Newton pada persamaan gerak fluida
Substitusikan persamaan
zz p
kental (4.2) dengan menganggap fluida tak mampu mampat (incompressible fluid), maka
untuk persamaan kontinuitas yang terdapat dalam persamaan diatas adalah
u v w
0
x y z
2 u 2 u 2 u
Du
1 p
2 2 X
2
Dt
x
y
z
x
Untuk arah-y
2 v 2 v 2 v
Dv
1 p
2 2 Y
2
Dt
y
x
y
z
2w 2w 2w
Dw
1
2 2 Z
2
Dt = viskositas
x fluida
y
z
dimana
dinamik
= viskositas kinematik fluida
X, Y, Z = gaya badan
Untuk arah-y