Anda di halaman 1dari 86

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS


Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
1

BAB I
PENGUKURAN
1.1

DEBIT

DI

SALURAN

TERBUKA

Latar Belakang
Dalam sebuah kegiatan pertanian, kebutuhan air sudah tak terelakkan lagi.

Tanaman yang diusahakan dalam kegiatan pertanian pada umumya membutuhkan


air yang cukup agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, hingga
menghasilkan produksi yang maksimal tentunya. Pemberian air pada tanaman
haruslah sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman tersebut, pemberian air yang
berlebihan atau tidak sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman juga akan
mengganggu pertumbuhan tanaman tersebut, atau bahkan akan berakibat pada
kematian pada tanaman tersebut. Sedangkan pada tanaman yang pemberian airnya
kurang juga akan berakibat terhambatnya pertumbuhan pada tanaman. Oleh
karena itu pengukuran debit perlu dilakukan agar pemberian air pada tanaman
hendaklah dilakukan sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman.
Dalam sebuah saluran irigasi fungsi pengukuran debit yaitu untuk
mengetahui debit aliran dalam sebuah saluran irigasi. Ini bertujuan untuk dapat
mengontrol laju penggunaan air pada petak sawah dengan sesuai dengan
kebutuhan suatu lahan atau tanaman di sebuah lahan tersebut.
Hubungan Teknik Pertanian dengan pengukuran debit yaitu dapat
mengetahui besarnya laju aliran per satuan waktu (debit) diharapkan akan dapat
mengontrol laju aliran sesuai dengan yang dibutuhkan. Oleh karena itu perlunya
pengukuran debit aliran pada sebuah saluran irigasi adalah merupakan suatu
metoda ataupun kepentingan dalam sebuah manajemen irigasi atau dalam sebuah
system keirigasian. Dengan demikian kita sebagai seorang mahasiswa teknik
pertanian harus mengetahui tentang tata cara pengukuran debit di saluran
terbuka,karena pada saat sekarang ini pendistribusian air di lingkungan kurang
optimal.

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
2

1.2

Tujuan
Tujuan dari praktikum debit saluran terbuka ini adalah :

1.
2.
3.
1.3

Menentukan hubungan head dengan debit pada bangunan ukur cipolleti.


Mengukur debit dengan pelampung.
Mengukur debit dengan current meter.
Manfaat
Manfaat dari praktikum debit saluran terbuka ini adalah :

1.
2.
3.
4.
1.4
1.4.1

Agar praktikan dapat mengetahui bagaimana bentuk dari debit itu sendiri.
Agar praktikan dapat mengerti kinerja dari suatu sistem debit tersebut.
Agar praktikan nantinya dapat mengaplikasikan langsung dibidang
pertanian.
Agar praktikan tahu bangunan ukur yang terdapat di lapangan.
Tinjauan Pustaka
Definisi Debit
Definisi debit adalah besaran yang menunjukkan volume fluida atau cairan

(m3 yang mengalir melalui suatu penampang per satuan waktu (sekon). Untuk
fluida atau cairan tidak kompresibel, debit dinyatakan sebagai hasil kali antara
laju aliran dengan luas penampang dan dirumuskan :
Q =A. V
Keterangan :
A : Luas Penampang (m2)
V : Laju aliran fluida atau cairan (m/s)
Q : debit (m3 / s)
1.4.2. Jenis-Jenis Aliran
Aliran dapat diklasifikasikan dalam banyak cara seperti turbulen, laminer,
nyata, ideal, takmampubalik, stedi, takstedi; seragam, takseragam; rotasional, tak
rotasional. Dalam aliran turbulen partikel-partikel (massa-massa molar yang kecil)
fluida

bergerak

dalam

lintasan-lintasan

yang

sangat

teratur,

dengan

mengakibatkan pertukaran momentun dari satu bagian fluida ke bagian lainnya.


HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
3

Turbulensi dapat membangkitkan tegangan geser yang lebih besar di seluruh


fluida dan mengakibatkan lebih banyak ketakmampubalikan (ireversibilitas) atau
kerugian. Dalam aliran laminar, partikel-partkel fluida bergerak sepanjang
lintasan-lintasan yang halus serta lancar dalam lamina-lamina, atau lapisanlapisan, dengan satu lapisan meluncur secara mulus pada lapisan yang
bersebelahan. Aliran laminar mengikuti hukum Newton tentang viskositas yang
menghubungkan antara tegangan geser dengan laju perubahan bentuk sedut.
Dalam aliran laminar, kerja viskositas meredam kecenderungan-kecenderungan
turbulen. Aliran laminar tidak stabil dalam situasi yang menyangkut gabungan
viskositas yang rendah, kecepatan tinggi, atau laluan aliran yang besar, serta
berubah menjadi aliran turbulen. Aliran stedi terjadi bila kondisi di titik manapun
di dalam fluida tidak berubah dengan waktu. Aliran takstedi adalah bila kondisi di
titik manapun dalam aliran berubah terhadap waktu.
1.4.3. Pengukuran Debit Secara Langsung dan Tidak Langsung
Pengukuran debit air secara langsung digunakan beberapa alat pengukur
yang langsung dapat menunjukkan ketersediaan air pengairan bagi penyaluran
melalui jaringan-jaringan yang telah ada atau telah dibangun. Dalam hal ini
berbagai alat pengukur yang telah biasa digunakan yaitu:
1.

Alat Ukur Pintu Romijn

Ambang dari pintu Romijn dalam pelaksanaan pengukuran dapat dinaik turunkan,
yaitu dengan bantuan alat pengangkat. Pengukuran debit air dengan pintu ukur
romijin yaitu dengan menggunakan rumus:
Q= 1,71 b h3/2

Keterangan:
Q

= debit air

= lebar ambang

= tinggi permukaan air

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
4

2.

Sekat Ukur Thompson


Berbentuk segitiga sama kaki dengan sudut 90 o dapat dipindah-pindahkan

karena bentuknya sangat sederhana (potable), lazim digunakan untuk mengukur


debit air yang relatif kecil. Penggunaan dengan alat ini dengan memperhatikan
rumus sebagai berikut:
Q= 0,0138h
Keterangan:

3.

= debit air

= tinggi permukaan air

Alat Ukur Parshall Flume


Alat ukur tipe ini ditentukan oleh lebar dari bagian penyempitan,yang

artinya debit air diukur berdasarkan mengalirnya air melalui bagian yang
menyempit (tenggorokan) dengan bagian dasar yang direndahkan.
4.

Bangunan Ukur Cipoletty


Prinsip kerja bangunan ukur Cipoletty di saluran terbuka adalah

menciptakan aliran kritis. Pada aliran kritis, energi spesifik pada nilai minimum
sehingga ada hubungan tunggal antara head dengan debit. Dengan kata lain Q
hanya merupakan fungsi H saja. Pada umumnya hubungan H dengan Q dapat
dinyatakan dengan:
Q=k.H.n
Keterangan:
Q

= debit air

= head

k dan n = konstanta
Besarnya konstanta k dan n ditentukan dari turunan pertama persamaan
energi pada penampang saluran yang bersangkutan. Pada praktikum ini besarnya
konstanta k dan n ditentukan dengan membuat serangkaian hubungan H dengan Q
yang apabila diplotkan pada grafik akan diperoleh garis hubungan H Q yang
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
5

paling sesuai untuk masing masing jenis bangunan ukur. Dalam pelaksanaan
pengukuran-pengukuran debit air,secara langsung, dengan pintu ukur romijin,
sekat ukur tipe cipoletty dan sekat ukur tipe Thompson biasanya lebih mudah
karena untuk itu dapat memperhatikan daftar debit air yang tersedia.
Pengukuran debit secara tidak langsung adalah pengukuran debit yang
dilakukan dengan menggunakan rumus hidrolika misal rumus Manning atau
Chezy. Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur parameter hidraulis sungai
yaitu luas penampang melintang sungai, keliling basah, dan kemiringan garis
energi. Garis energi diperoleh dari bekas banjir yang teramati di tebing sungai.
Untuk pos duga air yang sudah dilengkapi dengan pelskal khusus garis energi
dapat dibaca dari pelskal khusus tersebut. Pengukuran debit air secara tidak
langsung menggunakan pelampung. Terdapat dua tipe pelampung yang digunakan
yaitu: (1) pelampung permukaan, dan (2) pelampung tangkai. Tipe pelampung
tangkai lebih teliti dibandingkan tipe pelampung permukaan. Pada permukaan
debit dengan pelampung dipilih bagian sungai yang lurus dan seragam, kondisi
aliran seragam dengan pergolakannya seminim mungkin. Pengukuran dilakukan
pada saat tidak ada angin. Pada bentang terpilih (jarak tergantung pada kecepatan
aliran, waktu yang ditempuh pelampung untuk jarak tersebut tidak boleh lebih
dari 20 detik) paling sedikit lebih panjang dibanding lebar aliran.
1.4.4. Metode Pengukuran Debit
1. Bangunan ukur cipoletti
Prinsip kerja bangunan ukur cipoletti di saluran terbuka adalah
menciptakan aliran kritis. Pada aliran kritis, energi spesifik pada nilai minimum
sehingga ada hubungan tunggal antara head dengan debit. Dengan kata lain Q
hanya merupakan fungsi H saja. Pada umumnya hubungan H dengan Q dapat
dinyatakan dengan:
Q = k . H3/2 . b
Keterangan:
Q
HANA DESLIANA
1111112045

= debit
KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
6

H
k dan n

= head
= konstanta (0.0186)

Pada umumnya besarnya konstanta k dan n ditentukan dari turunan


pertama persamaan energi pada penampang saluran yang bersangkutan. Pada
praktikum ini besarnya konstanta k dan n ditentukan dengan membuat
serangkaian hubungan H dengan Q yang apabila diplotkan pada grafik akan
diperoleh garis hubungan H Q yang paling sesuai untuk masing masing jenis
bangunan ukur.
2. Pelampung
Terdapat dua tipe pelampung yang digunakan yaitu: (i) pelampung
permukaan, dan (ii) pelampung tangkai. Tipe pelampung tangkai lebih teliti
dibandingkan tipe pelampung permukaan. Pada permukaan debit dengan
pelampung dipilih bagian sungai yang lurus dan seragam, kondisi aliran seragam
dengan pergolakannya seminim mungkin. Pengukuran dilakukan pada saat tidak
ada angin. Pada bentang terpilih (jarak tergantung pada kecepatan aliran, waktu
yang ditempuh pelampunh untuk jarak tersebut tidak boleh lebih dari 20 detik)
paling sedikit lebih panjang dibanding lebar aliran. Kecepatan aliran permukaan
ditentukan berdasarkan rata rata yang diperluakan pelampung menempuh jarak
tersebut. Sedangkan kecepatan rata rata didekati dengan pengukuran kecepatan
permukaan dengan suatu koefisien yang besarnya tergantung dari perbandingan
antara lebar dan kedalaman air. Koefisien kecepatan pengaliran dari pelampung
permukaan sebagai berikut :
Tabel 1 Koefisien Kecepatan Pengaliran
B/H

10

15

20

30

40

Vm/Vs

0,98

0,95

0,92

0,90

0,87

0,85

Sumber : Modul Praktikum Teknik Irigasi dan Drainase

Keterangan:
B
H

= lebar permukaan aliran


= kedalaman air

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
7

Vm
Vs
Dalam

= kecepatan rata rata


= kecepatan pada permukaan
pelepasan

pelampung

harus

diingat

bahwa

pada

waktu

pelepasannya, pelampung tidak stabil oleh karena itu perhitungan kecepatan tidak
dapat dilakukan pada saat pelampung baru dilepaskan, keadaan stabil akan dicapai
5 detik sesudah pelepasannya. Pada keadaan pelampung stabil baru dapat dimulai
pengukuran kecepatannya. Debit aliran diperhitungkan berdasarkan kecepatan rata
rata kali luas penampang. Pada pengukuran dengan pelampung, dibutuhkan
paling sedikit 2 penampang melintang. Dari 2 pengukuran penampang melintang
ini dicari penampang melintang rata ratanya, dengan jangka garis tengah lebar
permukaan air kedua penampang melintang yang diukur pada waktu bersama
sama disusun berimpitan, penampang lintang rata -

rata didapat dengan

menentukan titik titik pertengahan garis garis horizontal dan vertikal dari
penampang itu, jika terdapat tiga penampang melintang, maka mula mula dibuat
penampang melintang rata rata antara penampang melintang rata rata yang
diperoleh dari penampang lintang teratas dan terbawah. Debit aliran kecepatan
rata rata:
Q = C . Vp Ap

Keterangan:
Q
=
C
=
Vp
=
Ap
=

debit aliran
koefisien yang tergantung dari macam pelampung yang digunakan
kecepatan rata rata pelampung
luas aliran rata rata

3. Pengukuran dengan Current Meter


Alat ini terdiri dari flow detecting unit dan counter unit. Aliran yang
diterima detecting unit akan terbaca pada counter unit, yang terbaca pada counter
unit dapat merupakan jumlah putaran dari propeller maupun langsung
menunjukkan kecepatan aliran, aliran dihitung terlebih dahulu dengan

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
8

memasukkan dalam rumus yang sudah dibuat oleh pembuat alat untuk tiap tiap
propeller.
Pada jenis yang menunjukkan langsung, kecepatan aliran yang sebenarnya
diperoleh dengan mengalihkan faktor koreksi yang dilengkapi pada masingmasing alat bersangkutan. Propeler pada detecting unit dapat berupa : mangkok,
bilah dan sekrup. Bentuk dan ukuran propeler ini berkaitan dengan besar kecilnya
aliran yang diukur. Debit aliran dihitung dari rumus :
Q = V x A
dimana :
V = Kecepatang aliran
A = Luas penampang
Dengan demikian dalam pengukuran tersebut disamping harus mengukur
kecepatan aliran, diukur pula luas penampangnya. Distribusi kecepatan untuk tiap
bagian pada saluran tidak sama, distribusi kecepatan tergantung pada :
1.
2.
3.

Bentuk saluran
Kekasaran saluran dan
Kondisi kelurusan saluran
Dalam penggunaan currentmeter pengetahuan mengenai distribusi

kecepatan ini amat penting. Hal ini bertalian dengan penentuan kecepatan aliran
yang dapat dianggap mewakili rata-rata kecepatan pada bidang tersebut. Dari hasil
penelitian United Stated Geological Survey aliran air di saluran (stream) dan
sungai mempunyai karakteristik distribusi kecepatan sebagai berikut:
a) Kurva distribusi kecepatan pada penampang melintang berbentuk parabolic.
b) Lokasi kecepatan maksimum berada antara 0,05 s/d 0,25 h kedalam air
dihitung dari permukaan aliran.
c) Kecepatan rata-rata berada 0,6 kedalaman dibawah permukaan air.
d) Kecepatan rata-rata 85 % kecepatan permukaan.
Pengukuran luas penampang aliran dilakukan dengan membuat profil
penampang melintangnya dengan cara mengadakan pengukuran kearah horizontal
(lebar aliran) dan kearah vertical (kedalam aliran). Luas aliran merupakan jumlah

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
9

luas tiap bagian (segment) dari profil yang terbuat. Pada tiap bagian tersebut
diukur kecepatan alirannya (sesuai dengan yang telah diterangkan).
Debit aliran di segment (Qi) = Ai . Vi
Keterangan :
Qi = Debit aliran pada segment i
Ai = Luas aliran pada segment 2i
Vi = Kecepatan aliran pada segment i
Untuk memperoleh ketelitian yang lebih besar dilakukan pengukuran
secara mendetail kearah vertical dengan menggunakan integrasi dari pengukuran
tersebut dapat dihitung kecepatan rata-ratanya. Dalam pelaksanaan kecepatan ratarata dapat diperoleh dengan :
1. Mengukur kecepatan pada titik 0,6 kedalaman dengan kecepatan rata-rata sama
dengan kecepatan pada titik tersebut.
2. kecepatan pada titik 0,2 kedalaman dan 0,8 kedalaman dengan kecepatan ratarata sama dengan 0,5 (kecepatan 0,2 h + kecepatan pada 0,8 h)
3. Mengukur kecepatan pada titik pengukuran yaitu pada 0,2 h ; 0,6 h dan 0,8 h
dengan kecepatan rata-rata sama dengan 0,5 (kecepatan pada 0,2 h + 2 kecepatan
pada 0,6 + kecepatan pada 0,8 h).
Jumlah titik pengukuran berkaitan dengan kedalaman aliran . Jumlah titik
pengukuran pada berbagai kedalaman sesuai dengan daftar berikut :

Tabel 2 Titik pengukuran kedalaman


Kedalaman saluran (h)

Jumlah titik pengukuran

Titik kedalaman

0,6 h

dalam m
0,0 0,6

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
10

0,6 3,0

0,2 h ; 0,8 h

3,0 6,0

0,2 h ; 0,6 h ; 0,8 h

> 6,0

0,2 h ; 0,6 h ; 0,8 ;


dan dasarnya

Sumber : Modul Praktikum Teknik Pertanian

1.4.5

Faktor yang Mempengaruhi Debit di Saluran Terbuka


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran debit disaluran terbuka

selain input hujan salah satunya adalah kemiringan lereng yaitu suatu derajat
ketinggian permukaan lahan yang juga akan mempengaruhi pada laju infiltrasi
tanah. Faktor lain yang mempengaruhi pengukuran debit yaitu Angin, bentuk
saluran, lebar saluran, kedalaman, kecepaatan air dan lainnya. Analisa morfologi
permukaan yang digunakan sebagai dasar logika pendekatan

hydrologik

modelling berupa perhitungan kualitatif, berdasarkan sifat air terhadap tipologi


lereng yang meliputi gambaran arah larian air, kalkulasi akumulasi arus,
konsentrasi arus air, dan daerah-daerah pengaliran.

1.5 Metodologi Praktikum


1.5.1 Lokasi Dan Waktu
Praktikum pengukuran debit disaluran terbuka ini dilaksanakan di jaringan
irigasi gunung nago disaluran primer pada tanggal 21 September 2014 pukul
07.00 wib. Dan praktikum dilaksanakan disaluran sekunder pada tanggal 25
September 2014 pukul 11.00 wib.
1.5.2

Alat Dan Bahan

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
11

Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum pengukuran debit
disaluran terbuka ini adalah:
1. Current meter
2. Bangunan cipoletti
3. Pelampung
4. Meteran
5. Rambu ukur
6. Stopwatch
1.5.3 Metode Kerja
1. Current meter
a. Pada saluran irigasi diukur lebar atas dan lebar bawah.
b. Lalu pada jarak 1 meter dari bangunan saluran diukur tinggi
kedalaman saluran kemudian tinggi kedalaman dikalikan dengan
titik kedalaman untuk meletakan propeller di stik.
c. Kemudian atur waktu pada control display unit.
d. Kemudian kecepatan aliran diukur dengan menggunakan current
meter.
e. Setelah berhenti baca nilai terukur real dan average pada alat
2. Pelampung
a. Ukur saluran terbuka yang ditentukan tempatnya sejauh 30 m
b. Jatuhkan pelampung pada saluran diatas titik start
c. Hidupkan stopwacth pada saat pelampung telah seimbang
d. Biarkan pelampung sampai pada jarak 30 meter
e. Tangkap pelampung dan matikan stopwatch
f. Catat waktu pelampung tersebut dari titik awal sampai pada
batasnya
3. Bangunan cipoletti
a. Ukur panjang dari bangunan cipoletti pada permukaan air
b. Ukur tinggi dari air
c. Catat hasil yang didapatkan
1.6.

Hasil dan Pembahasan

1.6.1 Hasil
Tabel 3 Hasil Pelampung
Saluran

Rata rata waktu (s)


53.03

Primer
sekunder 27.53

Jarak (m)

Debit (m/s)

30
30

2.8530
1.0897

Sumber: Hasil Analisis

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
12

Tabel 4 Hasil Current Meter


Saluran

Primer

Sekunder

Pengukuran 1
Pengukuran 2
Pengukuran 3
Pengukuran 4
Pengukuran 5
Pengukuran 1
Pengukuran 2
Pengukuran 3

Kecepata
n (m/s)
0,08518
0,06568
0,07259
0,07419
0,08174
0.1525
0.15083
0.16195

Luas
Penampang
(m)
6,0984
6,0368
6,2216
5,7904
5,1744
1,8408
1,7784
1,7472

Debit
(m/s)
0,5141
0,3887
0,4560
0,4030
0,3534
0,2807
0.2682
0.2829

Debit
Rata
rata(m/s)

0,42306

0.2273

Sumber : Hasil Analisis

Tabel 5 Cippoleti
Saluran Lebar Atas (b)
Primer
7,16 m
Sekunder 4,16 m

H (m)
0.39
0.39

Debit(m/s)
3,243
1,8845

Sumber : Hasil Analisis

1.6.2 Pembahasan
Dari pelaksanaan praktikum pada saluran primer dengan metode
currentmeter debit yang dihasilkan 0,42306 m3/s, metode pelampung debit yang
dihasilkan 2.8530 m3/s, metode bangun ukur cipoletti debit yang dihasilkan 3,243
m3/s. Sedangkan pada saluran sekunder metode currentmeter debit yang
dihasilkan 0.2273m3/s, metode pelampung debit yang dihasilkan 1.0897 m 3/s,
metode bangun ukur cipoletti debit yang dihasilkan 1,8845 m3/s.
Dari pelaksanaan praktikum pengukuran debit di saluran terbuka didapat
pengukuran debit dengan menggunakan tiga metoda, yaitu dengan pelampung,
current meter, dan bangunan ukur cipolleti. Dari hasil yang didapat pada
pengukuran debit dengan menggunakan metode pelampung saluran primer
memiliki debit yang lebih tinggi dibandingkan dengan debit pada saluran
sekunder sedangkan untuk waktu tempuh dengan panjang saluran yang sama,
saluran primer memiliki waktu tempuh yang lebih lama dibanding waktu tempuh
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
13

pada saluran sekunder. Pada metode curent meter dan metode bangunan ukur
cipoleti saluran primer mempunyai debit yang lebih tinggi dibandingkan dengan
saluran sekunder.
Dari hasil pengukuran tersebut telah terlihat bahwa debit pada saluran
primer dan sekunder berbeda hal ini dikarenakan perbedaan pada luas penampang
saluran dan volume air yang mengalir.Sedangkan pada saluran yang sama dengan
menggunakan metoda pengukuran yang berbeda didapatkan hasil yang berbeda,
mungkin hal ini dikarenakan praktikan kurang teliti dalam melakukan
pengukuran. Selain itu hal tersebut dipengaruhi oleh kedalamannya dan ukuran
dari bangunannya, sepeti pada cipoletti bangunannya lebih kecil, sedangkan pada
pelampung berdasarkan arus yang mengalir, serta luas penampangnya besar. Dan
pada curentmeter dipengaruhi oleh luas penampang dan kedalaman.
Faktor lain yang mempengaruhi pengukuran debit pada saluran terbuka
yaitu faktor angin. Angin sangat mempengaruhi pada pengukuran debit
menggunakan metode pelampung. Pengaruh sedimen terhadap debit adalah
semakin banyak sedimen di dasar saluran dan bangunan cipoletti maka debit akan
mengecil,karena terjadi pendangkalan pada dasar saluran dan debit air yang terjun
didasar saluran juga akan semakin kecil.
1.7 Penutup
1.7.1 Kesimpulan
Dari praktikum pengukuran debit pada saluran terbuka dapat diambil
kesimpulan bahwa, luas penampang pada saluran sangat mempengaruhi debit air
pada saluran tersebut. Tidak hanya bangunan saluran yang mempengaruhi debit
air tetapi juga ada pengaruh dari keadaan lingkungan sekitar seperti angin
kemudian pengaruh sedimen yang ada didasar saluran irigasi yang juga
mempengaruhi debit pada saluran. Dari ketiga metode pengukuran debit pada
saluran terbuka yang digunakan metode currentmeter merupakan metode yang
lebih teliti atau akuran dibandingkan dengan metode pengukuran debit yang lain.
Karena pada metode pengukuran yang lain banyak dipengaruhi faktor lingkungan.
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
14

1.7.2

Saran
Adapun saran dari praktikum objek pengukuran debit yaitu :

1. Kepada praktikan selanjutnya yang akan mengukur debit harus lebih serius
saat pengambilan data di lapangan agar saat pengambilan data tidak salah.
2. Sebelum praktikum dimulai diharapkan sudah belajar dan memahami
materinya, agar mempermudah saat dilapangan.
3. Agar lebih memperhatikan kondisi alat yang digunakan agar menghasilkan
data yang akurat.

BAB II
PENGENALAN JARINGAN IRIGASI
2.1 Latar Belakang
Pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan terhadap air semakin tinggi.
Sementara itu keberadaan air cenderung semakin langka. Oleh karena itu perlu
pemanfaatan air yang seefisien dan seefektif mungkin. Air merupakan sumber
kehidupan bagi manusia. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak dapat dipisahkan
dari senyawa kimia ini. Demikian besar manfaat air bagi kehidupan seperti untuk
kebutuhan rumah tangga yaitu sebagai air minum, kebutuhan industri, air irigasi
untuk pertanian sampai pembangkit listrik tenaga air.
Jaringan irigasi merupakan sekumpulan bangunan bangunan sadap,
bangunan bagi, bangunan silang, pelengkap, saluran pembawa, saluran dan
bangunan yang terdapat dalam suatu lahan yang petak sawahnya memanfaatkan
air dari sumber yang sama. Jaringan irigasi sangatlah penting dalam pengairan,
semua tumbuhan membutuhkan air untuk bertahan hidup. Jika kebutuhan air
tanaman kurang maka hasil yang diperoleh pun akan berkurang.
Dengan demikian pembangunan saluran irigasi sangat diperlukan untuk
menunjang penyediaan bahan pangan, sehingga ketersediaan air di lahan akan
terpenuhi walaupun lahan tersebut berada jauh dari sumber air permukaan
(sungai). Hal tersebut tidak terlepas dari usaha teknik irigasi yaitu memberikan air
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
15

dengan kondisi tepat mutu, tepat ruang dan tepat waktu dengan cara yang efektif
dan ekonomis.
Oleh karena itu kita sebagai mahasiswa teknik pertanian perlu mempelajari
sistem jaringan irigasi,guna mengetahui bagaimana kondisi dari saluran irigasi
tersebut,apakah penyaluran air optimal ke lahan pertanian atau tidak.

2.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum jaringan irigasi adalah :
1. Mengenal bangunan yang ada pada suatu jaringan irigasi
2. Mengenal tata cara pemberian nama atau kode pada bangunan irigasi
3. Mengenal macam macam, fungsi, kegunaan serta cara pengoprasian
bangunan irigasi
2.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum jaringan irigasi ini antara lain :
1. Para praktikan dapat mengetahui dan memahami jaringan irigasi
2. Para praktikan dapat menentukan jenis irigasi yang lebih cocok digunakan
pada suatu daerah tetentu
3. Para praktikan mengetahui jenis dan fungsi jaringan irigasi
2.4 Tinjauan Pustaka
2.4.1 Pengertian Irigasi
Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang
diperlukan untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan,
pembagian, pemberian dan penggunaannya. Secara hirarki jaringan irigasi dibagi
menjadi jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan utama meliputi bangunan,
saluran primer dan saluran sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari
bangunan dan saluran yang berada dalam petak tersier. Suatu kesatuan wilayah
yang mendapatkan air dari suatu jarigan irigasi disebut dengan Daerah Irigasi.
2.4.2

Fungsi Jaringan Irigasi


Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang

diperlukan untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan,


pembagian, pemberian, dan penggunaannya. Secara hirarki jaringan irigasi dibagi
menjadi jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan utama meliputi bangunan,
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
16

saluran primer dan saluran sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari
bangunan dan saluran yang berada di petakan tersier. Suatu kesatuan wilayah
yang mendapatkan air dari suatu jaringan irigasi disebut dengan daerah irigasi.
(Direktorat Jenderal Pengairan, 1986)
Fungsi jaringan irigasi yang utama adalah memenuhi kebutuhan air bagi
pertumbuhan tanaman. Fungsi dari sebuah jaringan irigasi adalah lebih kompleks.
Fungsi tersebut antara lain :
1. Mengambil air dari sumber air (diverting). Sumber air yang umumnya
digunakan antara sumur air, sungai, waduk, bendungan dan danau.
2. Membawa atau mengalirkan air dari sumber air ke

lahan

pertanian(conveying). Dalam fungsi ini, air bisa dibawa melalui saluran


terbuka (kanal) dan saluran tertutup melalui pipa-pipa (mainline).
3. Mendistribusikan air ke tanaman (distributing). Dalam sebuah jaringan
irigasi, pendistribusian air dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:
a. Continuos flow, merupakan metode distribusi yang sederhana dimana
air dialirkan secara terus menerus ke lahan pertanian tanpa
penyesuaian dengan kebutuhan tanaman sesuai fase pertumbuhannya.
b. Rotational flow, merupakan metode distribusi yang dilakukan secara
bergantian dari lahan satu ke lahan lainnya berdasarkan perencanaan
dan jadwal yang telah disepakati bersama antara sesama petani
pemakai air irigasi. Jadwal yang direncanakan tentunya telah
disesuaikan dengan fase pertumbuhan dan kebutuhan tanaman.
c. On demand, merupakan metode distribusi yang lebih modern dan
kompleks. Gambaran umum metode ini adalah seperti jaringan PDAM
di kompleks pemukiman. Dibutuhkan beberapa komponen otomatisasi
dalam jaringan, sehingga petani pemakai air dapat mendistribusikan air
sewaktu waktu. Keuntungan dari metode adalah kebebasan petani
memakai air irigasi dalam aplikasi air tanaman. Sedangkan kelemahan
dari metode ini adalah kebutuhan modal yang lebih banyak untuk
pembangunan jaringannya, serta potensi terjadinya kekurangan air saat
seberapa petani pemakai air menggunakan air secara bersamaan.
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
17

d. Reservoir, merupakan metode gabungan antara continous flow dan on


demand. Bak bak penampungan air dibangun di sepanjang lahan
pertanian. Bak tersebut akan diisiterus menerus seperti pada metode
continous flow. Selanjutnya petani pemakai air mendistribusikan air
dari bak penampungan tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka
sewaktu-waktu seperti pada metode on demand.
2.4.3

Macam-macam irigasi
Ketersediaan sumber air irigasi sangat penting. Salah satu upaya mencari

potensi sumber air irigasi adalah dengan melakukan deteksi air bawah permukaan
(groundwater) melalui pemetaan karakteristik air bawah tanah. Cara ini dapat
memberikan informasi mengenai sebaran, volume dan kedalaman sumber air
untuk mengembangkan irigasi suplemen.
Keberhasilan peningkatan produksi tanaman hortikultura di Indonesia
tidak terlepas dari peran irigasi yang merupakan salah satu faktor produksi
penting. Usaha untuk mencapai target produksi di satu sisi, dan teknologi tepat
dan murah di sisi lain telah mendorong penggunaan air secara berlebihan tanpa
mempertimbangkan

efisiensi

penggunaan

sumber

daya

yang

tersedia

Teknologi dibidang irigasi merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya
meningkatkan produksi pertanian, khususnya pada pertanian lahan kering.
Oleh karena itu, sejalan dengan perkembangan dan kemajuan di bidang
irigasi, maka teknologi irigasi yang umum dilakukan oleh petani perlu
disempurnakan

berdasarkan

penelitian

dan

pengkajian

yang

terbaru.

Salah satu rahasia membuat tanaman subur dan sehat adalah dengan cara
mengalirkan air yang sering sampai ke dalam akar. Berikut ini beberapa macam
irigasi:
1. irigasi tetes
2. irigasi sprinkeler
3. irigasi kendi , dll

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
18

2.4.4

Klasifikasi Saluran Irigasi


1.

Saluran primer adalah saluran yang membawa air sejak dari Pintu
Intake sampai pada Bangunan Bagi yang membagi air ke Saluran
Sekunder.

2.

Saluran Sekunder adalah saluran yang membawaair sejak dari


bangunan Bagi diujung saluran Primer sampai pada bangunan bagi
yang membagi air ke Saluran Tersier.

3.

Saluran Tersier adalah saluran yang membawa air sejakbangunan Bagi


diujung Saluran sekunder sampai pada Box Tersier yang membagi air
ke saluran kwarter / saluran cacing.

4.

Saluran Kwarter / Saluran cacing adalah saluran yang membawa air


sejak dari Box Tersier diujung saluran tersier sampai pada ujung
saluranyang langsung membagi-bagi air kesawah.

5.

Saluran

Pembuang

Drainase

adalah

Saluran

yang

membawa/membuang sisa/kelebihan air yang sudah dimanfaatkan oleh


tanaman. Dengan susunan tingkatannya sejak dari hulu kehilir adalah
Saluran pembuang Kwarter ke Saluran pembuang Tersier diteruskan
kesaluran pembuang Sekunder selanjutnya ke Saluran pembuang
Primer dan terakhir dibuang ke Saluran pembuang utama ( Sungai atau
Laut).
2.4.5

Pengertian Bendung dan Bendungan


Bendung merupakan suatu bangunan yang dibuat untuk menaikkan

permukaan air sungai,sehingga dapat di sadap dan dialirkan ke lahan pertanian


atau untuk kepentingan masyarakat lainnya.

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
19

Gambar 1. Bendung Katulampa,Jawa Barat


Sumber : http://www.antarafoto.com/peristiwa/v1201869504/banjir
Bendungan merupakan suatu bangunan yang dibuat untuk menampung
volume air sungai sehingga air tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan,seperti :untuk PLTA,irigasi dan lain sebagainya.

Gambar 2 Bendungan Jatiluhur


Sumber : http://jatiluhur.info/galeri-photo.html
2.4.6

Bangunan irigasi
1. Bangunan utama
Bangunan utama adalah suatu komplek bangunan yang direncanakan

dibangun di sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke saluran
irigasi. Bangunan utama dapat mengatur debit dan mengurangi sedimen yang
masuk ke saluran irigasi. Bangunan utama terdiri dari: bangunan pengelak dengan
peredam energy, pengambilan utama, pintu bilas, kolam olak, kantung lumpur,
dan tanggul banjir. Bendungan (weir) berfungsi untuk mengatur atau meninggikan
muka air hingga dapat disadap.
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
20

2. Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa mempunyai fungsi membawa atau mengalirkan air
dari sumbernya menuju petak irigasi. Bangunan pembawa meliputi saluran
primer, saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kuarter. Termasuk saluran
pembawa adalah talang, gorong-gorong. Saluran primer biasanya diberi nama
sesuai daerah irigasi yang dilayani. Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan
sesuai nama desa yang terletak pada saluran sekunder.
3. Bangunan Bagi dan Sadap
Bangunan Bagi adalah

Bangunan yg berfungsimembagi air dari

saluranyang sama atau lebih rendahtingkatannya.(Sal.Primer ke Primer atau


Sekunder, Saluran Sekunder ke Sekunder atau Tersier). Bangunan Sadap adalah
Bangunan yg berfungsi mengambil atau menyadap air dari Saluran Primer atau
Saluran Sekunder, seterusnya dialirkan melalui saluran Tersier atau Kwarter ke
sawah. Bangunan Bagi Sadap adalah Bangunan yg berfungsi selain membagi air
dari saluran kesaluran lainnya, juga berfungsi mengambil/menyadap air untuk
dialirkan melalui sal. Tertier atau Kwarter ke sawah.
4. Bangunan Pelengkap
Dalam saluran tersebut dilengkapi dengan saluran pembagi, bangunan
sadap tersier, bangunan bagi sadap dan boks-boks tersier. Bangunan sadap
tersebut dapat pula berfungsi sebagai bangunan ukur atau hanya dapat berfungsi
sebagai pengatur debit. Dalam saluran primer atau sekunder dilengkapi dengan
bangunan pengatur muka dan pada saluran pembawa dengan larian super kritis
dilengkapi bangunan terjun, got miring.
2.4.7

Klasifikasi jaringan irigasi


Bila ditinjau dari cara pengaturan, cara pengukuran aliran air dan

fasilitasnya, dibedakan atas tiga tingkatan, yaitu :


1. Jaringan Irigasi Sederhana
Di dalam jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atai diatur
sehingga air lebih akan mengalir ke saluran pembuang. Persediaan air biasanya
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
21

berlimpah dan kemiringan berkisar antara sedang dan curam. Oleh karena itu
hampir-hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untuk pembagian air.
Jaringan irigasi ini walaupun mudah diorganisir namun memiliki
kelemahan- kelemahan serius yakni :
a. Ada pemborosan air dan karena pada umumnya jaringan ini terletak di
daerah yang tinggi, air yang terbuang tidak selalu dapat mencapai daerah
rendah yang subur.
b. Terdapat banyak pengendapan yang memerlukan lebih banyak biaya dari
penduduk karena tiap desa membuat jaringan dan pengambilan sendirisendiri.
c. Karena bangunan penangkap air bukan bangunan tetap/permanen, maka
umumya pendek.
2. Jaringan Irigasi Semi Teknis
Pada jaringan irigasi semi teknis, bangunan bendungnya terletak di sungai
lengkap dengan pintu pengambilan tanpa bangunan pengukur di bagian hilirnya.
Beberapa bangunan permanen biasanya juga sudah dibangun di. jaringan saluran.
Sistim pembagian air biasanya serupa dengan jaringan sederhana. Bangunan
pengambilan dipakai untuk melayani/mengairi daerah yang lebih luas dari pada
daerah layananjaringan sederhana.
3.

Jaringan Irigasi Teknis


Salah satu prinsip pada jaringan irigasi teknis adalah pemisahan antara

saluran irigasi/pembawa dan saluran pembuanglpematus. Ini berarti bahwa baik


saluran pembawa maupun saluran pembuang bekerja sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Saluran pembawa mengalirkan air irigasi ke sawah-sawah dan
saluran pembuang mengalirkan kelebihan air dari sawah- sawah ke saluran
pembuang. Petak tersier menduduki fungsi sentral dalamjaringan irigasi teknis.
Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang
umumnya berkisar antara 50 - 100 ha kadang-kadang sampai 150 ha. Jaringan
saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah. Kelebihan air ditampung
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
22

didalam suatu jaringan saluran pembuang tersier dan kuarter dan selanjutnya
dialirkan ke jaringan pembuang sekunder dan kuarter.
Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip-prinsi di atas adalah
cara pembagian air yang paling efisien dengan mempertimbangkan waktu- waktu
merosotnya persediaan air serta kebutuhan petani. Jaringan irigasi teknis
memungkinkan dilakukannya pengukuran aliran, pembagian air irigasi dan
pembuangan air lebih secara efisien. Jika petak tersier hanya memperoleh air pada
satu tempat saja dari jaringan utama, hal ini akan memerlukan jumlah bangunan
yang lebih sedikit di saluran primer, ekspoitasi yang lebih baik dan pemeliharaan
yang lebih murah. Kesalahan dalam pengelolaan air di petak-petak tersier juga
tidak akan mempengaruhi pembagian air di jaringan utama.
2.4.8

Simbol-Simbol Dalam Jaringan Irigasi


Tabel 6 Simbol-Simbol Jaringan Irigasi

NO

Simbol Jaringan
Irigasi

Arti Sombol

Keterangan
Terdapat
irigasi

Bendungan
Utama

pada
yang

hulu

jaringan

berfungi

untuk

membendung air DAS batang


Kuranji untuk dialirkan ke lahan
pertanian

melalui

saluran

primer,sekunder,dan tersier
Menggambarkan aliran air yang
2

Arah aliran

bergerak menuju hilir

air
Berfungsi untuk patokan dalam

Cipoletti

menguykur debit aliran sakuran


pada jaringan irigasi

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
23

Saluran utama yang mengalirkan


4

Saluran

air yang diterima dari bendungan

primer

menuju saluran bagi sadap


Saluran yang menerima air dari

Saluran

saluran primer dan mengalirkan

Sekunder

ke saluran tersier
Saluran yang menerima airdari

Saluran

saluran sekunder dan

Tersier

mengalirkannya ke lahan
pertanian

Talang Air

Sebagai tempat penyemberangan


8

Jembatan

yang berada di atas permukan


saluran
Sebagai tempat penyemberangan

Jembatan

yang berada di atas permukan

Kecil

saluran
Berfungsi untuk membagi saluran

10

Bangunan

primer menjadi saluran sekunder

Bagi sadap

dan seterusnya dialirkan ke lahan


pertanian
Membagi

11

HANA DESLIANA
1111112045

Banguna

saluran

sekunder

menjadi saluran tersier

Bagi

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
24

Kahan pertanian yang menjadi


12

Sawah

sasaran pengaliran air irigasi

Saluran yang dibuat sedikit lebih


Ambang

13

Lebar

lebar

dari saluran yang

dengan kedalaman yang lebih


yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya sedimentasi
Tempat pembudidayaan

14

Kolam Ikan

ada

ikan

keramba dengan memanfaatkan


aliran air iigasi

Sumber :http: blog ilmu teknik sipil.html


2.5

Metoda Praktikum

2.5.1 Alat dan Bahan


1. Peta jaringan
2. Roll meter (50 m)
3. Alat tulis
2.5.2 Langkah Kerja
1. Penetapan jaringan irigasi yang ditinjau
2. Menelusuri jaringan dari penyadap utama sampai ke petak tersier
3. Catat:
a. Nomor kode bangunan
b. Nama bangunan
c. Kondisi dan fungsi bangunan
d. Gambar bangunan tersebut

2.6 Hasil dan Pembahasan


2.6.1

Hasil

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
25

Hasil dari pengenalan jaringan irigasi ini adalah berupa sketsa. Untuk
gambar sketsa hasil pengamatan jaringan irgasi Gunung Nago dapat dilihat pada
lampiran. Gambar sketsa dimulai dari irigasi sekunder Gunung Nago di jaringan
irigsi daerah Kampung dalam sekitaran musallah Darussalam mulai dari pos
pemuda sampai pada bangunan bagi didekat daerah tersebut.
wawancar terhadap tiga orang yang berbeda yang menggunakan air irigasi
tersebut
a. Menggunakan air untuk mengairi sawah
Nama
: Buk Yur
Umur
: 50 tahun
Alamat
: Kapalo Koto
b. Menggunakan air untuk kolam ikan
Nama
: Bapak Dedi
Umur
: 50 tahun
Alamat
: Kapalo Koto
c. Menggunakan air untuk mandi dan mencuci
Nama
: Buk Dahlia
Umur
: 30 tahun
Alamat
: Kampung Dalam
Menurut wawancara kami dengan warga sekitar yang tinggal disekitar
daerah irigasi dan menggunakan air irigasi untuk memenuhi kebutuhan. Menurut
beliau juga air di irigasi ini juga tidak pernah kurang sehingga dapat
dimaksimalkan oleh petani didaerah sekitarnya. Air irigasi ini juga dimanfaatkan
oleh warga sekitarnya untuk beternak ikan. Karena disepanjang irigasi ini banyak
ditemui kolam ikan.
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan kepada petani dan masyarakat
yang berada disekitar irigasi Gunung Nago, saya dapat menyimpulkan bahwa
penggunaan irigasi ini sudah tidak hanya sebatas pengairan sawah secara khusus,
tetapi

sudah

mengalami

perkembangan

seperti

penggunaan

kebutuhan

masyarakat, untuk kebutuhan sehari-hari. Hal ini juga yang menyebabkan banyak
timbul masalah pada saluran, contohnya banyak masyarakat yang membuang
sampah, sisa air cucian dan limbah rumah tangga padsa saluran tersebut sehingga
saluran irigasi tersebut tercemar. Masyarakat berpendapat bahwa pemeliharaan
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
26

irigasi ini bukan merupakan tanggungjawab mereka. Untuk itu mereka


menyarankan agar pemeliharaan irigasi yang dibangun oleh pemerintah harus
dirawat.
2.6.2

Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh setelah melakukan pratikum dan survey

ke irigasi Gunung Nago, dapat diketahui bangunan bangunan yang ada dalam
jaringan irigasi tersebut. Yang pertama yaitu bendungan, saluran primer, saluran
skunder, saluran tersier dan juga petak tersier. Bangunan-bangunan pelengkap
lainnya seperti bangunan cipoletti, bangunan bagi, bangunan sadap, bangunan
bagi sadap, dan bangunan lainnya.
Di sepanjang saluran tersebut, banyak ditemukan kerusakan pada badanbadan saluran, seperti terkikisnya dinding saluran sehingga dapat menyebabkan
sedimentasi. Pada sisi lain ada juga terdapat batu-batuan yang menyebabkan aliran
air terganggu.
Dari data di atas dapat di bahas, bahwasannya bangunan-bangunan
tersebut dapat dikatakan kurang layak, karena banyak bangunan yang rusak.
Namun kerusakan-kerusakan yang ada hanya pada saluran-saluran banyak yang
terkikis akibat derasnya debit sehingga angka-angka pengukur kedalaman airnya
mulai hilang. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan perawatan yang
rutin, serta peninjauan dari dinas yang terkait.Sealin itu alih fungsi juga dilakukan
oleh warga sekitar saluaran irigasi,kebanyakan warga sekitar menggunakan
saluran irigasi sebagai tempat cucian dan pemandian,sedangkan pada hasil
wawancara kemarin pendistribusian air hanya optimal untuk perikanan.
2.7

Kesimpulan dan Saran

2.7.1

Kesimpulan
Dari pengamatan dan wawancara yang dilakukan dilapangan,bahwasanya

pendistribusian air ke lahan kurang optimal,faktor yang mempengaruhi antara lain


banyaknya bangunan saluran yang rusak,selain itu banyaknya warga sekitar yang
menyadap air dari saluran untuk kepentingan pribadi seperti usaha tambak ikan.
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
27

Jaringan irigasi Gunung Nago sangat banyak memiliki kerusakan-kerusakan


seperti beton yang sudah pecah, pintu air yang sudah tidak berfungsi, dan
sebagainya.
2.7.2

Saran

1. Memahami materi sebelum praktikum dimulai, agar lebih mengerti dalam


pelaksanaan praktikum.
2. Memperhatikan setiap bangunan yang ada pada gunung nago, agar dapat
memperhatikan kerusakan-kerusakan apa saja yang ada di irigasi tersebut.
3. Sebelum praktikum diharapkan mengetahui fungsi, kegunaan dan simbol
simbol dari bangunan irigasi tersebut, agar pada saat meninjau dilapangan sudah
tergambar gamabar yang akan dibuat.
4. Hendaknya praktikum dilakukan juga di tempat irigasi teknis, sehingga
praktikan bisa membedakan secara langsung perbedaan antara irigasi teknis dan
semiteknis.

BAB III
PENGENALAN PERANGKAT LUNAK KEBUTUHAN AIR
IRIGASI (CROPWAT)
3.1. Latar Belakang
Salah satu perangkat lunak dalam bidang irigasi adalah CROPWAT yang
disusun oleh FAO. CROPWAT dapat dipergunakan untuk menghitung
evapotranspirasi potensial, evapotranspirasi actual, kebutuhan air irigasi satu jenis
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
28

tanaman maupun beberapa jenis tanaman dalam satu hamparan, serta


merencanakan pemberian air irigasi. Model menghitung evapotranspirasi dan
kebutuhan air tanaman memungkinkan mengembangkan rekomendasi untuk
perbaikan praktek irigasi, perencanaan penjadwalan irigasi di bawah berbagai
kondisi ketersediaan air dan dapat mengevaluasi tingkat produksi di bawah
kondisi tadah hujan atau defisit irigasi (Prijono, 2009). Irigasi mempunyai
pengaruh positif terhadap hasil tanaman yang ditanam jika pemberiannya
dilakukan sebelum tanaman mengalami cekaman air.
Pengaplikasian software dalam bidang ilmu keirigasian ini sangat
membantu dan bahkan berperan penting sekali dalam penglolaan data klimatologi
dan sehingga menghasilkan data hasil yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
pengambilan keputusan dalam hal kebijakan keirigasian. Dalam hal pengelolaan
jaringan irigasi yang baik, pengaplikasian software ini juga sangat berguna.
Dengan hasil data yang telah diolah dengan software tersebut yang pada
umumnya akan memdekati kenyataan jika dilakukan pengolahan yang benar,
maka ini akan sangat membantu sekali.
Pada bidang teknik pertanian, permodelan dapat dilakukan yaitu dengan
memodelkan pola penanaman tanaman pertanian. Dengan melakukan permodelan
kita dapat menekan biaya, dan tingkat efisiensinya lebih tinggi. Pada objek ini,
kita sedikitnya sudah mengetahui bagaimana untuk menjalankan program
permodelan itu sendiri, sehingga nantinya apa yang kita lakukan pada permodelan
ini setidaknya dapat dijadikan sebagai referensi dalam melakukan penanaman.
Dengan adanya

software cropwat ini,mahasiswa diharapkan dapat

memecahkan suatu masalah keirigasian terutama masalah kebutuhan air terhadap


tanaman. Dengan demikian pentingnya kita untuk dapat menggunakan aplikasi ini
sehingga dapat mempermudah dalam menganalisa suatu usaha pertanian yang
akan dilakukan kedepannya.
3.2.

Tujuan

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
29

Adapun tujuan dari praktikum pengenalan perangkat lunak kebutuhan air


iriasi yaitu :
1.
Mengenal perangkat lunak (software) computer untuk menghitung
kebutuhan air tanaman dan kebutuhan air irigasi beserta karakteristiknya.
2. Mengetahui kebutuhan air tanaman dan penambahan air irigasi.
3.3. Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu :
1. praktikan dapat mengenal perangkat lunak (software) computer
2. Dapat menghitung kebutuhan air tanaman dan kebutuhan air irigasi beserta
3.4.

karakteristiknya.
Tinjauan Pustaka

3.4.1. Sejarah Cropwat


Di seluruh dunia ini telah tersedia beribu-ribu jenis perangkat lunak
komputer dalam bidang teknik tanah dan air yang telah disusun oleh berbagai
lembaga untuk bermacam-macam keperluan. Penyusunan perangkat lunak
dimaksudkan untuk mempermudah dan mempercepat pekerjan terutama yang
berkaitan dengan perencanaan dan perhitungan-perhitungan yang rumit,
memerlukan iterasi atau presisi yang tinggi.
Perangkat lunak disusun berdasarkan suatu teori atau model tertentu
sehingga penggunanya juga harus menguasai teori atau model tersebut sebelum
mengoperasikannya. Disamping itu pengguna juga harus mengetahui cara
pengoperasian dan data yang diperlukan serta kelebihan dan kelemahan perangkat
lunak yang bersangkutan. Kesalahan dalam hal-hal tersebut akan mengakibatkan
kesalahan keluaran (output).
Pada praktikum ini digunakan perangkat lunak CROPWAT 4 for
WINDOW yang menggunakan persamaan yang sama dengan CROPWAT versi 7
versi DOS. Menu yang terdapat pada CROPWAT 4 for WINDOW adalah: :
Fungsi dari software Cropwat ini adalah dipergunakan untuk menghitung
evapotranspirasi potensial, evapotranspirasi aktual, kebutuhan air irigasi satu jenis
tanaman maupun beberapa jenis tanaman dalam satu hamparan, serta
merencanakan pemberian air irigasi.

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
30

3.4.2

Tollbar pada CROPWAT


Menu File dan Input Data digunakan untuk memasukkan data. Menu

Schedule digunakan untuk mengatur penjadwalan irigasi. Menu Tables dan


Graphs digunakan untuk menyajikan hasil perhitungan. Program ini juga
dilengkapi dengan menu Save Report untuk menyimpan file dalam bentuk ASCII.
Untuk mengelola data yang telah dimasukkan tersedia Data Status Window
yang merupakan suatu tabel ringkasan data yang sedang digunakan yang juga
menunjukkan apakah data sudah cukup bila akan melanjutkan perhitungan
kebutuhan air tanaman atau penjadwalan irigasi.
Tools pada CROPWAT :
1. New , berfungsi untuk membuat file baru/input data baru.
2. Open, berfungsi untuk membuka file yang ada dalam data base.
3. Close, berfungsi untuk menutup file/data yang aktif.
4. Save, berfungsi untuk penyimpanan data atau hasil analisis.
5. Print, berfungsi kalau akan melakukan printout data atau hasil analisis
(Tabel atau Grafik).
6. Option, berfungsi untuk melakukan pemilihan metode analisis.
7. Chart, berfungsi untuk menampilkan data atau hasil analisis berupa grafik
(climate/Eto/ RHmin, CWR, Irrigation Schedule/Water balance).
Tampilan grafik Input data Country, yaitu negara dimana data meteorologi itu
berasal
1) Input data Station, yaitu stasiun meteorologi pencatat.
2) Input data Altitude, yaitu tinggi tempat stasiun pencatat.
3) Input data Latitude, yaitu letak lintang (Utara/Selatan).
4) Input data Longitute, yaitu letak bujur (Timur/Barat).
5) Input data Temperatur maksimum (oC/oF/oK),
6) Input data Temperatur minimum,
7) Input data Kelembaban relatif (%, mmHg, kPa, mbar),

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
31

8) Input data Kecepatan angin (km/hari, km/jam, m/detik, mile/hari,


mile/jam).
3.4.3

Unsur-unsur Iklim

1. Penyinaran Matahari
Penyinaran matahari dapat mengubah suhu dipermukaan bumi. Banyaknya
jumlah panas yang dapat diterima oleh permukaan bumi tergantung pada lamanya
penyinaran, kemiringan sudut datang sinar matahari ke bumi, keadaan awan, dan
juga keadaan bumi itu sendiri.
2. Suhu Udara
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat yang
digunakan untuk mengukur suhu udara disebut termometer. Ada tiga macam skala
yang digunakan, yaitu Celcius, Fahrenheit, dan Kelvin. Energi panas matahari
tidak semuanya diserap akan tetapi ada sebagian yang dipantulkan kembali ke
atmosfer. Dipermukaan bumi perbedaan suhu dari satu tempat dengan tempat
lainnya dipengaruhi oleh ketinggian tempat dan letak lintang.
3. Kelembapan Udara
Kelembapan udara adalah kandungan uap air dalam udara. Alat yang
digunakan untuk mengukur kelembapan udra adalah higrometer.
4. Tekanan Udara
Udara merupakan benda gas yang mempunyai massa, dan volume. Oleh
karena itu udara memiliki tekanan yang disebut tekanan udara. Besar kecilnya
udara dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut barometer. Besar
tekanan udara dinyatakan denganmilibar (mb). Ketinggian suatu tempat sangat
mempengaruhi besarnya tekanan udara. Tekanan udara disuatu tempat juga dapat
berubah karena dipengaruhi oleh suhu udara. Pemanasan radiasi matahadi
menyebabkan pemuaian sehingga udara akan menjadi lebih ringan.
5. Angin
Udara yang bergerak dari daerah yang bertekanan udara tinggi ke tekanan
udara yang rendah disebut dengan angin. Angin mempunyai kecepatan yang
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
32

bergantung pada beda tekanan udara antara dua tempat. Semakin besar beda
tekanannya, maka senakin besar kecepatannya. Alat yang digunakan untuk
mengukur necepatan angin adalah anemometer. Angin juga memiliki arah, arah
gerakan angin selain dipengaruhi oleh perbedaan tekanan, angin juga dipengaruhi
oleh gerakan rotasi bumi yang menghasilkan gya coriolis dan gaya gesekan
dengan permukaan bumi. Daerah Konvergasi Antar Tropik adalah suatu zona yang
memilki suhu tertinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya, dan daerah ini
merupakan daerah pertemuan dua angin pasat.
6. Curah Hujan (Presipitasi)
Curah hujan adalah banyaknya air hujan atau kristal es yang jatuh ke
permukaan bumi. Curah hujan juga dapat diukur dengan menggunakan corong
hujan atau biasa disebut ombrometer dengan satuan inci atau milimeter.
3.4.4

Metoda Perhitungan CROPWAT


Evapotranspirasi referensi atau ETo adalah evapotranpirasi potensial dari

tanaman rumput yang sehat dan mendapat air cukup. Kebutuhan air untuk
tanaman lain secara langsung dibandingkan dengan parameter iklim ini.
Metode Penman Modifikasi (FAO ID No.24) secara umum telah
diterima sebagai metode yang cukup untuk menghitung evapotranspirasi dari data
klimatologi seperti: temperatur, kelembaban (humidity), radiasi penyinaran
(sunshine) dan kecepatan angin (windspeed). Data klimatologi harus diambil dari
stasiun terdekat dan yang paling mewakili daerah kajian. Data pertama yang
penting dari stasiun klimatologi ini adalah elevasi ketinggian (altitude) dan
latitude. Masukan data klimatologi meliputi tiap bulanan:
1. Temperatur dalam derajat Celcius, dapat sebagai temperatur ratarata harian atau
sebagai temperatur maksimum dan minimum dalam bulan.
2. Kelembaban udara (airhumidity) dapat diberikan sebagai kelembaban relatif
(relative humidity) dalam persen (0 100) atau vapour pressure dalam mbar
(1 50). Untuk membedakan diantara kedua satuan di atas, nilai vapour
pressure dimasukkan sebagai nilai negatif, misalnya 12.5 mbar ditulis 12.5.
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
33

3. Penyinaran (daily sunshine) dapat diberikan sebagai persentase (20 100) dari
perbandingan penyinaran terhadap panjang hari; atau pecahan (0 1) atau
sebagai lamanya penyinaran dalam jam (1 20).
4. Kecepatan angin (windspeed) dapat diberikan dalam km/hari (10 500) atau
m/det (0 10).
5. Nilai > 10 menafsirkan sebagai kecepatan angin dalam km/hari
Nilai < 10 menafsirkan sebagai kecepatan angin dalam m/det
Adapun rumus atau metoda yang berkaitan dengan cropwat adalah rumus
penman mounteith dan metoda USDA :
a. Rumus Penman Mounteith
Metode Penman (FAO ID No.24) secara umum telah diterima sebagai
metode yang cukup untuk menghitung evapotranspirasi dari data klimatologi
seperti: temperatur, kelembaban (humidity), radiasi penyinaran (sunshine) dan
kecepatan angin (windspeed). Data klimatologi harus diambil dari stasiun terdekat
dan yang paling mewakili daerah kajian. Data pertama yang penting dari stasiun
klimatologi ini adalah elevasi ketinggian (altitude) dan latitude. Masukan data
klimatologi meliputi tiap bulanan:
1. Temperatur dalam derajat Celcius, dapat sebagai temperatur ratarata harian
atau sebagai temperatur maksimum dan minimum dalam bulan.
2. Kelembaban udara (air humidity) dapat diberikan sebagai kelembaban
relatif (relative humidity) dalam persen (0 100) atau vapour pressure
dalam mbar (1 50). Untuk membedakan diantara kedua satuan di atas,
nilai vapour pressure dimasukkan sebagai nilai negatif, misalnya 12.5
mbar ditulis 12.5.
3. Penyinaran (daily sunshine) dapat diberikan sebagai persentase (20 100)
dari perbandingan penyinaran terhadap panjang hari; atau pecahan (0 1)
atau sebagai lamanya penyinaran dalam jam (1 20).
4. Kecepatan angin (windspeed) dapat diberikan dalam km/hari (10 500)
atau m/det (0 10).
a. Nilai > 10 menafsirkan sebagai kecepatan angin dalam km/hari
Nilai < 10 menafsirkan sebagai kecepatan angin dalam m/det
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
34

= panas laten penguapan .Energi yang dibutuhkan per satuan massa


air menguap (J/g)

Lv

= Volumetrik panas laten penguapan. Energi yang dibutuhkan per


volume air menguap. ( Lv = 2453 MJ m -3 )

= Massa air evapotranspirasi tingkat (gs -1 m -2)

ETo

= Volume Air evapotranspired (m 3 s -1 m -2)

= Tingkat perubahan kelembaban saturasi tertentu dengan suhu


udara. (Pa K -1 )

Rn

= Bersih radiasi (W m -2), sumber energi dari luar fluks

cp

= panas spesifik kapasitas udara (J kg -1 K -1)

udara kering = kerapatan (kg m -3)


e

= tekanan uap defisit, atau kelembaban tertentu (Pa)

ga

= Konduktivitas udara, konduktansi atmosfer (ms -1)

gs

= Konduktivitas stoma, konduktansi permukaan (ms -1)

= konstan Psychrometric( 66 Pa K -1)


(Monteith, 1965) [4]

Catatan: Sering hambatan yang digunakan daripada konduktivitas.

dimana r

mengacu pada resistensi terhadap fluks dari kanopi vegetasi sejauh

beberapa lapisan batas yang ditetapkan.


b. Metoda USDA / Sistem Soil Taxonomy (USDA)
Sistem USDA atau Soil Taxonomy dikembangkan pada tahun 1975 oleh
tim Soil Survey Staff yang bekerja di bawah Departemen Pertanian Amerika
Serikat (USDA). Sistem ini pernah sangat populer namun juga dikenal sulit
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
35

diterapkan. Oleh pembuatnya, sistem ini diusahakan untuk dipakai sebagai alat
komunikasi antarpakar tanah, tetapi kemudian tersaingi oleh sistem WRB.
Meskipun demikian, beberapa konsep dalam sistem USDA tetap dipakai dalam
sistem WRB yang dianggap lebih mewakili kepentingan dunia.
Sistem ini bersifat hierarkis. Pada aras pertama, terdapat penggolongan 12
(pada versi pertama berjumlah sepuluh) kelompok utama yang disebut soil order
("ordo tanah") adalah :
a. Entisol (membentuk akhiran -ent)
b. Inceptisol (membentuk akhiran -ept)
c. Alfisol (membentuk akhiran -alf)
d. Ultisol (membentuk akhiran -ult)
e. Oxisol (membentuk akhiran -ox)
f. Vertisol (membentuk akhiran -vert)
g. Mollisol (membentuk akhiran -mol)
h. Spodosol (membentuk akhiran -od)
i. Histosol (membentuk akhiran -ist)
j. Andosol (membentuk akhiran -and)
k. Aridisol (membentuk akhiran -id)
l. Gleisol (membentuk akhiran )
Penamaan berikutnya ditentukan oleh kondisi masing-masing
order. Sistem USDA mempertimbangkan aspek pembentukan tanah akibat faktor
aktivitas di bumi dan atmosfer.

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
36

Gambar 3 Segitiga Metoda USDA


Sumber: https://ml.scribd.com/doc/78600751/Klasifikasi-USDA-tanah

3.4.5

Data Curah Hujan


Hujan memberikan kontribusi yang besar dari kebutuhan air untuk

tanaman.Selama musim hujan, sebagian besar kebutuhan air dipenuhi oleh


hujansementara dalam musim kering dipenuhi oleh air irigasi. Berapa jumlah
airyang datang dari curah hujan dan berapa jumlah air yang harus dipenuhi olehair
irigasi

adalah

sulit

diperkirakan.

Curah

hujan

sangat

bervariasi

setiaptahunnya.Untuk mengestimasi kekurangan curah hujan yang harus dipenuhi


oleh airirigasi diperlukan suatu analisa statistik yang membutuhkan data curah
hujanyang panjang. Sedangkan tidak semua curah hujan yang jatuh digunakanoleh
tanaman. Sebagian hujan hilang karena limpasan permukaan (run off)atau karena
perkolasi yang dalam jauh di luar daerah akar tanaman.Untuk menentukan bagian
hujan yang dapat diperhitungkan sebagai air yangdapat digunakan oleh tanaman,
beberapa definisi diberikan:
1. Curah hujan rata-rata bulanan (average monthly rainfall) adalah nilai ratarata dari suatu data curah hujan. Digunakan dalamperhitungan kebutuhan air
tanaman dalam keadaan iklim yang ratarata.
2. Dependable rainfalladalah jumlah hujan dapat tergantung dari 1 di luar4
atau 5 tahun tergantung pada 75 atau 80 % kemungkinan terlampauidan

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
37

menunjukkan suatu tahun kering normal. Dependable rainfalldigunakan


untuk merencanakan kapasitas sistem irigasi.
3. Hujan dalam tahun basah, tahun normal dan tahun keringadalah hujan dengan
kemungkinan terlampaui 20% untuk tahun basah,50% tahun normal dan
80% untuk tahun kering. Ketiga nilai tersebutsangat berguna untuk
merencanakan suplai air irigasi dan simulasi darimacam-macam kondisi
pengelolaan irigasi.
4. Effective rainfall didefinisikan sebagai bagian dari hujan yangsecara efektif
digunakan oleh tanaman setelah beberapa hilang karenalimpasan permukaan
(run off) dan perkolasi yang dalamdiperhitungkan. Hujan efektif ini digunakan
untuk menentukankebutuhan irigasi bagi tanaman.
3.4.6 Pola Tanam Dan Data Tanaman
Kebutuhan air irigasi selain tergantung dari curah hujan juga tergantung
dari data tanaman dan pola tanam yang disusun. Data tanaman meliputi: sifat-sifat
dari tanaman yang diungkapkan oleh koefisien tanaman kc dan lama pertumbuhan
tanaman yaitu dalam tingkatan-tingkatan pertumbuhan. Dari data tanaman ini
dapat dihitung kebutuhan air untuk tanaman. Dengan menambahkan data tanggal
tanam pertama, maka kebutuhan air irigasi untuk tanaman dapat ditemukan. Data
pola tanam dari beberapa jenis tanaman yang tumbuh dalam daerah irigasi yang
disusun secara skematik diperlukan untuk menghitung kebutuhan air irigasi.

3.5

Metoda Praktikum

3.5.1

Lokasi dan Waktu


Praktikum dilakukan di Laboratorium Land and Water Resources

Engineering Program Studi Teknik Pertanian Universitas Andalas pada 26


Oktober 2014.
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
38

3.5.2

Alat dan Bahan


a) Seperangkat komputer dan printer
b) Perangkat lunak CROPWAT for WINDOWS
c) Data klimatologi bulanan dan 8 data tanaman

3.5.3 Cara Kerja


1. Open software cropwat
2. Masukkan data-data yang diminta, yaitu :
a. Data stasiun klimatologi
b. Data-data iklim rata-rata bulanan, meliputi :
a) data temperatur harian rata-rata (C)
b) data kelembaban udara (% atau mbar)
c) data intensitas penyinaran matahari (jam atau %)
d) data kecepatan angin (km/hari atau m/s)
c. Metode yang digunakan metode Penman-Mounteith

Gambar 4 Tabel Input Climate


Sumber: Analisis Data Model Cropwat

3.

Masukan data curah hujan yaitu jumlah curah hujan yang terjadi dalam
satu bulan. Ketik nama stasiun dan ubah Eff. rain method menjadi USDA
S.C Metode.

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
39

Gambar 5 Tabel input Curah hujan


Sumber : Analisis Data model Cropwat

4.

Klik menu Crop lalu pilih jenis tanaman pada menu open lalu ketik jadwal
tanam yang diinginkan. initial stage yaitu masa permulaan tanam,
development stage yaitu masa pertumbuhan, mid season yaitu masa
pembungaan, late season yaitu masa pemasakan dan panen.

Gambar 6 Dry Crop


Sumber : Analisis Data Model Cropwat

5.

Klik menu soil, lalu pilih jenis tanah yang akan digunakan. Tabel soil data
yang di input adalah red loamy. Pada table ini dapat kita simpulkan bahwa
total ketersediaan kelembaban tanah 180.0 mm/meter. intrfiltras hujan
maximum dengan jangka 30 mm/hari, Kedalaman akar maximum 900cm.
Tingkat deplesi kelembaban pada tahap awal 0 %, dengan kelembaban tanah
awal 180ml/m.

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
40

Gambar 7 Soil
Sumber : Analisis Data Model Cropwat

6.

Hasil output dari kebutuhan air untuk tanaman tersebut dapat dilihat pada
output.

3.6 Hasil Dan Pembahasan


Hasil data perhitungan dari aplikasi CROPWAT adalah :

Gambar 8 Tabel CWR


Sumber : Analisis Data Model Cropwat

Pada table CWR dengan pengimputan data climate/ETo, rain, soil, maka
akan dapat diketahui berapa besarnya Kc, Etc dalam mm/ hati dan Etc mm/dec.
serta didapatkan rata-rata nilai eff rain dan irr req. dimana dalam kurun waktu 6
bulan , dalam masa penanaman hingga pertengahan musim koefisiennya yang
paling tinggi adalah pada bulan april - mei. Etc tertinggi pada masa awal tanam.
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
41

Pada tanaman cabbage penambahan air tidak diperlukan karena curah hujan sudah
memenuhi kebutuhan air tanaman.

Gambar 9 Grafik CWR


Sumber : Analisis Data model Cropwat

Dari grafik diatas evapotranspirasi tertinggi terjadi pada awal masa tanam.
Penambahan kebutuhan air tanaman atau irigasi tidak diperlukan karena curah
hujan dapat memenuhi kebutuhan air pada tanaman.

Gambar 10 Schedule cropwat


Sumber : Analisis Data Model Cropwat

Pada tabel schedule kita dapat memperoleh data-data waktu penanaman,


sehingga kita dapat mempersiapkan hal-hal yang diperlukan dalam saat menanam.
Dapat dilihat dibawah grafik untuk penanaman. Total irigasi 0 berarti tanaman ini
cocok dengan tanah dan tidak memerlukan tambahan irigasi Efisiensi curah hujan
16,5% berarti tanaman cabbage tidak membutuhkan air tambahan karena
kebutuhan airnya sudah terpenuhi oleh curah hujan.
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
42

Gambar 11 Grafik Schedule Cropwat


Sumber : Analisis Data Model Cropwat

Pada tabel ini menjelaskan tentang pengikisan yang terjadi, pengikisan


tidak terjadi. Pada grafik ram dan tam semakin menurun sampai hari ke-100 dan
stabil sampai masa panen.
3.7. Penutup
3.7.1 Kesimpulan
Dari praktikum Pengenalan Perangkat Lunak Kebutuhan Air Irigasi
(CROPWAT) dapat disimpulkan bahwa perangkat lunak Cropwat for Windows
dapat digunakan untuk pedoman dasar dalam manajemen sumberdaya air. Kriteria
penjadwalan irigasi (scheduling) yang paling baik adalah berdasarkan pada
kondisi ketersediaan air dalam tanah. Pada hasil yang diperoleh pada program
juga dapat diketahui nilai kebutuhan air irigasi pada tanaman yang mana
kebutuhan air irigasi dibutuhkan jika jumlah curah hujan tidak dapat memenuhi
kebutahan air tanaman. Jika curah hujan pada tempat tersebut sangat tinggi maka
air irigasi tidak di gunakan karena kebutuhan air tanaman telah terpenuhi oleh air
hujan. Dari data diatas curah hujan sangat mendukung, kelembaban juga sangat
mendukung, jadi sangat memungkinkan untuk menanam tanaman komoditas ini.

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
43

Tanaman Cabbage cocok ditanam pada tanah red loamy. Total irigasi 0 dan efisien
curah hujan 16,5 %. Curah hujan mencukupi kebutuhan air tanaman.
3.7.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum selanjutnya yaitu :
1.

Untuk praktikan agar lebih memperhatikan asisten saat asisten


menerangkan tentang cropwat sehingga saat pengerjain tugas tidak terjadi
kesalahan oleh praktikan.

2. Diharapkan kepada praktikan untuk memahami materi sebelum praktikum


dimulai.
3. Untuk asisten diharapkan untuk menerangkan setiap icon-icon yang ada
pada program cropwat tersebut sehingga dapat mempermudah praktikan
mengerti.

BAB IV
PENENTUAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAN KEBUTUHAN AIR
TANAMAN
4.1

Latar Belakang

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
44

Dalam sebuah kegiatan pertanian, kebutuhan air sudah tak merupakan hal
yang mutlak diperlukan setelah tanah. Tanpa adanya air tumbuhan tidak akan
dapat tumbuh. Tanaman yang diusahakan dalam kegiatan pertanian pada umumya
membutuhkan air yang cukup agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik,
hingga menghasilkan produksi yang maksimal tentunya.

Pemberian air pada

tanaman haruslah sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman tersebut, pemberian air
yang berlebihan atau tidak sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman juga akan
mengganggu pertumbuhan tanaman tersebut, atau bahkan akan berakibat pada
kematian pada tanaman tersbut. Sedangkan pada tanaman yang pemberian airnya
kurang juga akan berakibat terhambatnya pertumbuhan pada tanaman, oleh karena
itu pemberian air pada tanaman hendaklah dilakukan sesuai dengan yang
dibutuhkan tanaman.
Pengukuran atau pengamatan curah hujan dilakukan guna untuk
kepentingan tertentu, misalnya ramalan cuaca, penentuan musim tanam,
perancangan saluran drainase dan lain sebagainya. Untuk mengetahui data curah
hujan yang mendekati data sebenarnya, diadakan sebuah stasiun pemantau, yang
dilengkapi dengan alat tertentu dan bertugas untuk memantau sekaligus merekap
hasil pantauannya tersebut.
Oleh sebab itu pengetahuan tentang kebutuhan air tanaman dan kebutuhan
air irigasi sangat penting diketahui, apalagi sebagai mahasiswa yang bergelut
dalam bidang teknik pertanian. Dengan adanya pengetahuan tersebut, kita dapat
menentukan kebutuhan air yang sebenarnya dibutuhkan oleh tanaman sehingga
tanaman tersebut dapat berkembang dengan baik dan berproduksi secara
maksimal pula. Hasil akhir yang ingin diperoleh dari pertumbuhan tanaman yang
baik itu tentunya produksi dari tanaman itu sendiri,baik itu secara kualitas ataupun
kuantitasnya.
Dalam bidang teknik pertanian pengetahuan dan pemahaman tentang ke
klimatologian tersebut sangat dibutuhkan, dikarenakan mahasiswa yang akan

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
45

berhubungan atau bergelut dibidang teknik tanah dan air tentunya sangat
memerlukan data tentang klimatologi tersebut.
4.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum klimatologi dan penentuan kebutuhan air irigasi
pada tanaman ini adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Menentukan besarnya nilai kebutuhan air tanaman (crop water requirement)


Membuat neraca air (water balance)
Menghitung curah hujan yang terjadi pada suatu areal
Menentukan besarnya kebutuhan air hujan atau irigasi terhadap pertumbuhan

tanaman
5. Menetukan jenis tanaman yang dapat tumbuh pada suatu areal sesuai dengan
keadaan iklim pada suatu areal tersebut
4.3
Manfaat
Manfaat dari praktikum klimatologi dan penentuan kebutuhan air irigasi
atau tanaman ini adalah sebagai berikut :
1.

Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa itu klimatologi dan unsur-

2.

unsur yang terdapat didalamnya


Mahasiswa dapat menentukan kebutuhan air pada tanaman (crop water

3.

requirement) dengan menggunakan metode-metode perhitungan yang benar


Mahasiswa dapat membuat neraca air (water balance) dengan menggunakan

4.

data curah hujan Selama 10 tahun pada suatu daerah tertentu


Mahasiswa dapat menentukan dan mengetahui jenis tanaman yang cocok
tumbuh pada suatu daerah tertentu sesuai dengan keadaan iklim dan curah
hujan pada daerah tersebut

4.4

Tinjauan Pustaka

4.4.1

Pengertian Klimatologi
Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang atmosfer. Mirip dengan

meteorologi, tapi dalam kajiannya meteorologi lebih membahas tentang proses


diatmosfer, sedangkan klimatologi pada hasil akhir dari proses-proses atmosfer.
Klimatologi berasal dari bahasa Yunani Klimat dan Logos yang masing-masing
berarti kemiringan (slope) yang di arahkan ke Lintang tempat sedangkan Logos
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
46

sendiri berarti Ilmu.Jadi definisi Klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran
dan penjelasan sifat iklim, mengapa iklim di berbagai tempat di bumi berbeda,
dan bagaimana kaitan antara iklim dan dengan aktivitas manusia.Karena
klimatologi memerlukan interpretasi dari data-data yang banyak sehingga
memerlukan statistik dalam pengerjaannya, orang-orang sering juga mengatakan
klimatologi sebagai meteorologi statistik (Tjasyono, 2004).
4.4.2

Unsur-Unsur Klimatologi
Iklim merupakan keadaan cuaca rata-rata atau keadaan cuaca jangka

panjang pada suatu daerah, meliputi kurun waktu beberapa bulan atau beberapa
tahun.
1. Penyinaran Matahari
Penyinaran matahari dapat mengubah suhu dipermukaan bumi. Banyaknya
jumlah panas yang dapat diterima oleh permukaan bumi tergantung pada lamanya
penyinaran, kemiringan sudut datang sinar matahari ke bumi, keadaan awan, dan
juga keadaan bumi itu sendiri.
2. Suhu Udara
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat yang
digunakan untuk mengukur suhu udara disebut termometer. Ada tiga macam skala
yang digunakan, yaitu Celcius, Fahrenheit, dan Kelvin. Energi panas matahari
tidak semuanya diserap akan tetapi ada sebagian yang dipantulkan kembali ke
atmosfer. Dipermukaan bumi perbedaan suhu dari satu tempat dengan tempat
lainnya dipengaruhi oleh ketinggian tempat dan letak lintang. Penurunan semacam
itu dinamakan Gradien Temperatur Vertikal atau Lapse Rate. Berdasarkan letak
astronomis suhu udara akn lebih tinggi didaerah sekitar ekuator. Garispada peta
yang menghubungkan tempat yang memiliki suhu udara sama disebut isoterm.
3. Kelembapan Udara
Kelembapan udara adalah kandungan uap air dalam udara. Alat yang
digunakan untuk mengukur kelembapan udra adalah higrometer.
4. Tekanan Udara
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
47

Udara merupakan benda gas yang mempunyai massa, dan volume. Oleh
karena itu udara memiliki tekanan yang disebut tekanan udara. Besar kecilnya
udara dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut barometer. Besar
tekanan udara dinyatakan dengan milibar (mb). Ketinggian suatu temapat sangat
mempengaruhi besarnya tekanan udara. Tekanan udara disuatu tempat juga dapat
berubah karena dipengaruhi oleh suhu udara. Pemanasan radiasi matahadi
menyebabkan

pemuaian sehingga udara akan menjadi lebih ringan.

5. Angin
Udara yang bergerak dari daerah yang bertekanan udara tinggi ke tekanan
udara yang rendah disebut dengan angin. Angin mempunyai kecepatan yang
bergantung pada beda tekanan udara antara dua tempat. Semakin besar beda
tekanannya, maka senakin besar kecepatannya. Alat yang digunakan untuk
mengukur necepatan angin adalah anemometer. Angin juga memiliki arah, arah
gerakan angin selain dipengaruhi oleh perbedaan tekanan, angin juga dipengaruhi
oleh gerakan rotasi bumi yang menghasilkan gya coriolis dan gaya gesekan
dengan permukaan bumi. Daerah Konvergasi Antar Tropik adalah suatu zona yang
memilki suhu tertinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya, dan daerah ini
merupakan daerah pertemuan dua angin pasat.
6. Awan
Awan merupakan kumpulan partikel air yang melayang-layang di udara,
sedangkan yang dekat dengan permukaan bumi disebut kabut. Inti kondensasi
merupakan titik air yang mengumpul pada sekeliling partikel-partikel kecil. Intiinti tersebut biasanya terdiri atas asap, benda mikroskopik yang bersifat
menyerap, dan kristal garam. Jenis awan didasarkan pada bentuk awan dan
ketinggiannya didalam atmosfer. Awan yang bergumpal disebut kumulus, awan
yang berlapis disebut stratus, dan awan yang berserat disebut sirus. Sedangkan
awan tinggi yang tidak memberikan hujan dinamakan alto, dan awan rendah yang
memeberikan hujan dinamakan nimbus.
7. Curah Hujan (Presipitasi)
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
48

Curah hujan adalah banyaknya air hujan atau kristal es yang jatuh ke
permukaan bumi. Curah hujan juga dapat diukur dengan menggunakan corong
hujan atau biasa disebut ombrometer dengan satuan inci atau milimeter.
4.41.3. Kebutuhan Air Irigasi
Air irigasi merupakan air yang diambil dari suatu sungai atau waduk
melalui saluran-saluran irigasi yang disalurkan ke lahan pertanian guna menjaga
keseimbangan air dan kepentingan pertanian (Suhardjono, 1994 dalam Gunawan,
2008).
Kebutuhan air konsumtif. Kebutuhan air konsumsi memiliki makna bahwa
setiap tanaman akan memiliki kebutuhan tertentu terhadap air sehingga antara
tanaman satu dengan lainnya akan memiliki kebutuhan yang berbeda dalam
menggunakan air. Dengan menggunakan standar yang sudah ada maka besarnya
kebutuhan air konsumtif dapat dihitung menggunakan rumus berikut.

Etc = Eto x kc
Keterangan :
Etc

= kebutuhan air konsumtif (mm/hari),

Eto

= evapotranspirasi (mm/hari),

kc

= koefisien tanaman.

Penggunaan konsumtif adalah jumlah total air yang dikonsumsi tanaman untuk p
enguapan

(evaporasi),

transpirasi

dan

aktivitas

metabolisme

tanaman.

istilah itu disebut juga sebagai evapotranspirasi tanaman. Jumlah evapotranspirasi


kumulatif selama pertumbuhan tanaman yang harus dipenuhi oleh air
irigasi, dipengaruhi oleh jenis tanaman, radiasi surya, sistim irigasi,
lamanya pertumbuhan,hujan dan faktor lainnya. Jumlah air yang
ditranspirasikan tanaman tergantung pada jumlah lengas yang tersedia di
daerah perakaran, suhu dan kelembaban udara, kecepatan angin, intensitas dan
lama penyinaran, tahapan pertumbuhan, tipe dedaunan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air irigasi
a. Jenis tanah
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
49

Jenis tanah dapat mempengaruhi kebutuhan air irigasi. Semakin padat atau rapat
pori suatu jenis tanah, maka kebutuhan airnya akan semakin besar dan begitu
sebaliknya
b. Cara pemberian air
Cara pemberian air mempengaruhi kebutuhan air irigasi karena pada masingmasing cara pemberian air memiliki volume tertentu agar kebutuhan air irigasi
terpenuhi.
c. Jenis tanaman
Setiap jenis tanaman memiliki kebutuhan air yang berbeda, kebutuhan air tersebut
sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut.
d. Cara pengelolaan atau pemeliharaan saluran irigasi
Pengelolaan dan pemeliharaan saluran irigasi mempengaruhi kebutuhan air irigasi,
karena jumlah kebutuhan air irigasi tergantung pada berapa air yang dibutuhkan
sesuai dengan pengelolaan.
e. Pengelolaan tanah
f. Iklim dan keadaan cuaca.
Iklim dan cuaca merupakan faktor penting dalam menentukan kebutuhan air
irigasi, karena tidak pada semua keadaan cuaca dan iklim jumlah kebutuhan air
sama.
4.4.4 Metode Kebutuhan Air Tanaman Dan Kebutuhan Air Irigasi
Adapun metodemetode pengukuran yang digunakan adalah sebagai berikut
a. Metode aritmatik
Metode rata-rata aritmatik merupakan metode yang paling sederhana. Metode ini
umumnya digunakan untuk menghitung tebal hujan pada wilayah dengan
topografi datar dengan stasiun pengamatan hujan yang cukup banyak. Persamaan
yang digunakan adalah :
P rata-rata = 1/n ( p1 + P2 + P3 + ...... + Pn)
Keterangan : P = tebal hujan (mm)
n = jumlah stasiun pengamatan
b. Isohiet
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
50

Isohiet menggambarkan suatu garis dengan tebal hujan yang sama besarnya,
persamaan yang digunakan adalah :
Prata-rata = 1/A ( A1P1+A2P2+A3P3....+AnPn)
Keterangan : P = tebal hujan (mm)
A = luas daerah diantara dua garis isohiet (km2)
c. Metode polygon Theissen
Metode polygon Theissen didasarkan pada anggapan bahwa sebuah stasiun hujan
dapat mewakili pengamatan tebal hujan pada wilayah dengan unit luasan tertentu
dan dibatasi oleh garis tegak lurus yang menghubungan stasiun hujan lain yang
berada di dekatnya. Persamaan yang digunakan adalah :
Prata-rata = P1A1 + P2A2 + .... + PnAn / A1 + A2+ ..... An
Keterangan:

P = tebal hujan (mm)


A = luas wilayah polygon theissen (km2)

d. Metode Blaney-Criddle
Metode Blaney-Cridle memerlukan data meteorologi berupa suhu udara dan
data pendukung berupa letak lintang dan faktor koreksi c, persamaan yang
digunakan adalah :
= p . +
Keterangan :
Eto = evapotranspirasi potensial (mm/hari)
C

= panjang hari dan kondisi angin pada siang hari

= prosentase lama penyinaran

= suhu rata-rata harian selama 1 bulan

e. Metode radiasi
Metode radiasi membutuhkan data metereologi berupa suhu udara dan
panjang hari, persamaan yang digunakan adalah :

= ( . )

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
51

= . + ( .

Keterangan :
ETo = Evapotranspirasi potensial (mm/hari)
C

= Faktor koreksi yang tergantung kelembaban dan kecepatan angin

W = Faktor tertimbang yang bergantung pada suhu udara dan altitude


Rs = Radiasi gelombang pendek yang diterima bumi(mm/hari)
n

= Lama penyinaran actual

= Lama penyinaran maksimum

Ra = Radiasi teresterial
f. Metode Penmant-Monteith
Metode Penman membutuhkan data metereologi berupa suhu udara,
kelembaban, kecepatan angin, lama penyinaran dan intsitas radiasi. Persamaan
yang digunakan adalah :
= .+ ( ) ( ) ( )

Keterangan :
ETo

= evapotranspirasi potensial (mm/hari)

= faktor koreksi akibat kondisi siang dan malam

= faktor tertimbang yang dipengaruhioleh suhu udara

Rn

= radiasi netto (mm/hari)

= .+ ( .

= ( ) ( ) (

= . .

= . ( +

HANA DESLIANA
1111112045

)
KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
52

RH

=
=kelembaban relatif

(ed-ea) = Perbedaan antara tekanan udara jenuh dan udara atmosfir (mbar)
f(u)

= Fungsi yang dipengaruhi oleh kecepatan angin

g. Metode Panci Evaporasi


Metode evaporasi panci merupakan pengukuran dengan melihat pengaruh
radiasi, angin, suhu udara dan kelembaban udara. Persamaan yang digunakan
adalah :
=

Keterangan :
ETo = Evapotranspirasi potensial (mm/hari)
Kp = koefisien panci
4.4.5

Curah Hujan Dan Intensitas Hujan


Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama

periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan
horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan infiltrasi. intensitas hujan
adalah jumlah air yang jatuh di permukaan bumi tanah datar selama periode
tertentu.
Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan persatuan jangka waktu
tertentu. Apabila dikatakan intensitasnya besar berarti hujan lebat dan kondisi ini
sangat berbahaya karena berdampak dapat menimbulkan banjir, longsor dan efek
negatif terhadap tanaman.
4.4.6

Evaporasi
Evaporasi Adalah proses pertukaran melalui molekul air di atmosfer atau

peristiwa

berubahnya

air

atau

es

menjadi

uap

di

udara.

Penguapan terjadi pada tiap keadaan suhu sampai udara di permukaan tanah
menjadi jenuh dengan uap air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi yaitu :
1. Radiasi Matahari
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
53

Pada setiap perubahan bentuk zat; dari es menjadi air (pencairan), dari zat
cair menjadi gas (penguapan) dan dari es lengsung menjadi uap air (penyubliman)
diperlukan panas laten (laten heat). Panas laten untuk penguapan berasal dari
radiasi matahari dan tanah. Radiasi matahari merupakan sumber utama panas dan
mempengaruhi jumlah evaporasi di atas permukaan bumi, yang tergantung letak
pada garis lintang dan musim.
2. Temperatur
Temperatur udara pada permukaan evaporasi sangat berpengaruh terhadap
evaporasi. Semakin tinggi temperatur semakin besar kemampuan udara untuk
menyerap uap air. Selain itu semakin tinggi temperatur, energi kinetik molekul air
meningkat sehingga molekul air semakin banyak yang berpindah ke lapis udara di
atasnya dalam bentuk uap air. Oleh karena itu di daerah beriklim tropis jumlah
evaorasi lebih tinggi, di banding dengan daerah di kutub (daerah beriklim dingin).
Untuk variasi harian dan bulanan temperatur udara di Indonesia relatif kecil.
3. Kelembaban Udara
Udara lembab merupakan campuran dari udara kering dan uap air. Apabila
jumlah uap air yang masuk ke udara semakin banyak, tekanan uapnya juga
semakin tinggi. Akibatnya perbedaan tekanan uap semakin kecil, yang
menyebabkan berkurangnya laju penguapan. Apabila udara di atas permukaan air
sudah jenuh uap air tekanan udara telah mencapai tekanan uap jenuh, di mana
pada saat itu penguapan terhenti. Kelembaban udara dinyatakan dengan
kelembaban relatif.
4. Kecepatan Angin
Penguapan yang terjadi menyebabkan udara di atas permukaan evaporasi
menjadi lebih lembab, sampai akhirnya udara menjadi jenuh terhadap uap air dan
proses evaporasi terhenti. Agar proses penguapan dapat berjalan terus lapisan
udara yang telah jenuh tersebut harus diganti dengan udara kering. Penggantian
tersebut dapat terjadi apabila ada angin. Oleh karena itu kecepatan angin

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
54

merupakan faktor penting dalam evaporasi. Di daerah terbuka dan banyak angin,
penguapan akan lebih besar daripada di daerah yang terlindung dan udara diam.
Penentuan besar nilai kebutuhan air tanaman bisa dihitung berdasarkan
persamaan empiris yang telah banyak dikembangkan selama ini, ataupun
pengukuran langsung dilapangan. Ada beberapa metode untuk menghitung
kebutuhan air tanah antara lain :
1.
2.
3.
4.

Metode Blanay-Cridle
Metode radiasi
Metode penmant yang dimodifikasi untuk kawasan tropis
Metode panci evaporasi

4.4.7

Infiltrasi
Proses berlangsungnya air masuk ke permukaan tanah kita kenal dengan

infiltrasi. Laju infiltrasi dipengaruhi tekstur dan struktur, kelengasan tanah, kadar
materi tersuspensi dalam air juga waktu. Infiltrasi adalah proses meresapnya air
atau proses meresapnya air dari permukaan tanah melalui pori-pori tanah. Dari
siklus hidrologi, jelas bahwa air hujan yang jatuh di permukaan tanah sebagian
akan meresap ke dalam tanah, sabagian akan mengisi cekungan permukaan dan
sisanya merupakan overland flow. Sedangkan yang dimaksud dengan daya
infiltrasi (Fp) adalah laju infiltrasi maksimum yang dimungkinkan, ditentukan
oleh kondisi permukaan termasuk lapisan atas dari tanah. Besarnya daya infiltrasi
dinyatakan dalam mm/jam atau mm/hari. Laju infiltrasi (Fa) adalah laju infiltrasi
yang sesungguhnya terjadi yang dipengaruhi oleh intensitas hujan dan kapasitas
infiltrasi
Infiltrasi mempunyai arti penting terhadap :
1. Proses Limpasan
Daya infiltrasi menentukan besarnya air hujan yang dapat diserap ke
dalam tanah. Sekali air hujan tersebut masuk ke dalam tanah ia akan diuapkan
kembali atau mengalir sebagai air tanah. Aliran air tanah sangat lambat. Makin
besar daya infiltrasi, maka perbedaan antara intensitas curah dengan daya

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
55

infiltrasi menjadi makin kecil. Akibatnya limpasan permukaannya makin kecil


sehingga debit puncaknya juga akan lebih kecil.
2. Pengisian Lengas Tanah (Soil Moisture) dan Air Tanah
Pengisian lengas tanah dan air tanah adalah penting untuk tujuan
pertanian. Akar tanaman menembus daerah tidak jenuh dan menyerap air yang
diperlukan untuk evapotranspirasi dari daerah tak jenuh tadi. Pengisian kembali
lengas tanah sama dengan selisih antar infiltrasi dan perkolasi (jika ada). Pada
permukaan air tanah yang dangkal dalam lapisan tanah yang berbutir tidak begitu
kasar, pengisian kembali lengas tanah ini dapat pula diperoleh dari kenaikan
kapiler air tanah
Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi adalah:
1. Karakteristik -karakteristik hujan
2. Kondisi-kondisi permukaan tanah
a.

Laju infiltrasi Pencucian partikel yang halus dapat menyumbat poripori pada permukaan awal dapat ditingkatkan dengan jeluk detensi
permukaan.

b.

Kemiringan tanah secara tidak langsung mempengaruhi laju infiltrasi

c.

selama tahapan awal hujan berikutnya.


Penggolongan tanah (dengan terasering, pembajakan kontur dll) dapat
meningkatkan kapasitas infiltrasi karena kenaikan atau penurunan

3.

cadangan permukaan.
Kondisi-kondisi penutup permukaan
a. Dengan melindungi tanah dari dampak tetesan hujan dan dengan
melindungi pori-pori tanah dari penyumbatan, seresah mendorong laju

4.

b.

infiltrasi yang tinggi


Salju mempengaruhi infiltrasi dengan cara yang sama seperti yang

c.

dilakukan seresah.
Urbanisasi (bangunan, jalan, sistem drainase bawah permukaan)

mengurangi infiltrasi.
Transmibilitas tanah

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
56

a.

Banyaknya pori yang besar, yang menentukan sebagian dari setruktur


tanah, merupakan salah satu faktor penting yang mengatur laju

5.

transmisi air yang turun melalui tanah.


b. Infiltrasi beragam secara terbalik dengan lengas tanah.
Karakteristik-karakteristik air yang berinfiltrasi
a. Suhu air mempunyai banyak pengaruh, tetapi penyebabnya dan
b.

sifatnya belum pasti.


Kualitas air merupakan faktor lain yang mempengaruhi infiltrasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi daya infiltrasi antara lain :


1. Dalamnya genangan di atas permukaan tanah (surface detention) dan tebal
2.
3.
4.
5.
6.

lapisan jenuh
Kadar air dalam tanah
Pemampatan oleh curah hujan
Tumbuh-tumbuhan
Karakteristik hujan
Kondisi-kondisi permukaan tanah

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi antara lain :


1. Jenis permukaan tanah
2. Cara pengolahan lahan
3. Kepadatan tanah
4. Sifat dan jenis tanaman.

4.4.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman


a. Jenis tanaman
Tanaman membutuhkan air yang sesuai dengan kebutuhannya, karena jika air
yang diberikan kurang ataupun lebih dari kebutuhannya, maka tanaman tersebut
tidak akan dapat tumbuh.
b. Iklim dan Cuaca
Pada keadaan cuaca tertentu tanaman membutuhkan air yang banyak ataupun
sedikit. Artinya kebutuhan air tanaman berbeda pada keadaan cuaca yang berbeda
pula.
c. Jenis Tanah

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
57

Jenis tanah dapat mempengaruhi kebutuhan air irigasi. Semakin padat atau
rapat pori suatu jenis tanah, maka kebutuhan airnya akan semakin besar dan
begitu sebaliknya.
d. Sistem perakaran tanaman
Kebutuhan air pada tanaman juga dipengaruhi oleh perakaran tanaman.
Kebutuha airnya akan berbeda jika sistem perakarannya berbeda.
4.5

Metoda Praktikum

4.5.1

Lokasi dan Waktu Praktikum


Praktikum ini dilakukan di lapangan terbuka rumah kaca Fakultas

Pertanian Universitas Andalas Padang dengan waktu pengambilan data dimulai


dari 27 Oktober 2 November 2014 tepatnya pukul 06.30 WIB.
4.5.2 Alat dan bahan
1.
Ombrometer
2.
Ember
3.
Kaleng biskuit
4.
Kayu reng
5.
Tali rapia
6.
Palu
7.
Batu Bata
4.5.3 Metoda kerja
1. Evaporasi
a. Ukur tinggi ember.
b. Air diisikan kedalam ember sesuai ketentuan yang diinginkan.
c. Ukur ruang kosong sebelum terjadi evaporasi dan curah hujan.
d. Ruang kosong diukur kembali setelah terjadi evaporasi atau curah
hujan.
e. Ember diisi lagi dengan air sesuai dengan ruang kosong sebelum
terjadi evaporasi dan curah hujan.
f. Pengambilan data dilakukan selama 7 hari berturut-turut.
2. Curah hujan
Kaleng biskuit:
a. Lakukan pengukuran diameter dan tinggi kaleng
b. Setelah terjadi curah hujan ukur tinggi air yang tertampung pada
kaleng.
Ombro meter:
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
58

a. Baca banyaknya air yang tertampung pada ombrometer.


3. Infiltrasi
a. Pipa besi dibenamkan kedalam tanah sedalam
b. Air diisikan kedalam pipa hingga penuh
c. Stopwacth dihidupkan saat air sudah memenuhi pipa
d. Ukur tinggi air yang terjadi infiltrasi dari 10 menit pertama hingga 10
keenam.

4.6 Hasil dan Pembahasan


4.6.1 Hasil
Tabel 7 Evaporasi
Hari

Curah Hujan
(CH) (mm)

Tinggi
Air awal
(Po)(mm)

Tinggi
Penyusutan(Pc)
(mm)

Evaporasi
(E) (mm)

220

180

40

180

154

28

2.54

154

155

1,54

155

159

159

162

12

162

171

10

171

177

rata-rata

11,65

Sumber: Hasil Analisis

Tabel 8 Infiltrasi
F (mm/jam)
hari

10

10

10

10

10

10

Fc(mm/jam)

Fo(mm/jam)

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
59

57

38

19

16

15

13

13

57

10

12

20

19

18

13

25

30

28

25

20

23

23

25

60

54

49

52

47

36

36

60

Sumber: Hasil Analisis

4.6.2 Pembahasan
Pada pengukuran saat praktikum didapatkan hasil pengukuran curah hujan
yang terbesar pada hari keenam 12 mm dan yang terkecil pada hari kesatu 0 mm.
Pada pengukuran nilai evaporasi didapatkan hasil yang tertinggi pada hari kesatu
40 mm dan hari ketiga evaporasi yang terjadi paling rendah 1,54 mm. Sedangkan
pada pengukuran infiltrasi di dapatkan nilai yang tertinggi pada hari ketujuh 60
mm/jam dan yang terendah pada hari pertama kedua 5 mm/jam. Curah hujan
tersebut akan mempengaruhi laju infiltrasi pada tanah, semakin besar curah hujan
maka laju infiltrasi akan semakin kecil, karena kondisi tanah sudah mengalami
jenuh air
Pada hasil yang diperoleh berdasarkan data evaporasi yaitu ada satu faktor
yang mempengaruhinya, yaitu penyinaran matahari. Semakin tinggi intensitas
penyinaran dan lama waktu penyinaran, maka evaporasi yang terjadi menjadi
semakin tinggi karena kelembaban tanah menjadi berkurang dan penguapan air
yang sangat tinggi, dan semakin rendah intensitas penyinaran, maka makin rendah
atau sedikit pula terjadinya penguapan atau evaporasi.
Hubungan infiltrasi dengan curah hujan pada hasil yang diperoleh
bervariasi, hal ini kemungkinan disebabkan oleh kesalahan pengukuran yang
dilakukan.Seharusnya pengukuran infiltrasi dilakukan pada tanah ultisol, namun
banyak pengukuran dilakukan pada tanah timbunan. Infiltrasi dipengaruhi oleh
curah hujan karena curah hujan yang tinggi menyebabkan tanah menjadi jenuh air
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
60

sehingga infiltrasi menjadi kecil karena air susah atau lambat masuk ke dalam
tanah atau di serap oleh tanah. Begitu juga sebaliknya curah hujan yang rendah
maka infiltrasi semakin tinggi dan cepat karena tanah belum atau tidak mengalami
jenuh air sehingga air yang masuk menjadi cepat.Dari hasil yang diperoleh ini
juga dari hasil evaporasi dapat dilihat bahwa jika ada penyinaran maka nilai
evaporasi semakin besar tergantung intensitas penyinaran. Jadi semakin tinggi
curah hujan maka tingkat infiltrasi semakin kecil.

4.7 Penutup
4.7.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tentang pratikum penentuan kebutuhan air irigasi
dan air tanaman ini dapat disimpulkan bahwa tingkat evaporasi dapat dipengaruhi
radiasi matahari (intensitas penyinaran). Besarnya nilai infiltrasi dipengaruhi oleh
curah hujan. Semakin besar curah hujan maka semakin kecil infiltrasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi curah hujan maka laju
infiltrasi akan semakin kecil,begitu juga dengan evaporasi,semakin lama intensitas
penyinaran maka nilai evaporasi semakin besar dan nilai infiltrasi pun semakin
besar pula. Dari data curah hujan evaporasi dan infiltrasi diharapkan nantinya
dapat menentukan kebutuhan air tanaman sehingga tanaman tersebut dapat
tumbuh dengan baik jika tidak mencukupi maka memerlukan tambahan air untuk
kebutuhan tanaman.
4.7.2 Saran
Adapun saran dari objek kebutuhan air tanaman untuk praktikum selanjutnya
yaitu :
1. Diharapkan kepada praktikan untuk selalu mengambil data tepat waktu
sekitar jam 7 pagi agar didapatkan hasil yang bagus.
2. Ketelitian praktikan dalam membaca skala harus ditingkatkan lagi,agar
data yang didapat lebih akurat.
3. Melengkapi alat yang digunakan saat praktikum, karena alat yang kita
gunakan tidak efektif.
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
61

BAB V
DRAINASE
5.1

Latar Belakang
Drainase merupakan suatu bangunan yang dirancang untuk mengalirkan

air, sehingga suatu wilayah terbebas dari banjir. Oleh karena itu kita wajib untuk
untuk

mengetahui

macam-macam

saluran

drainase

serta

kegunaannya,

mengetahui tipe-tipe penampang saluran drainase. Dengan mengetahui macammacam dan tipe-tipe drainase, kita juga harus mengetahui kapasitas saluran dari
saluran drainase yang bisa menampung curah hujan yang dapat ditampung oleh
drainase tersebut. Dengan demikian diharapkan kita bisa memanfaatkan air
dengan tepat khususnya pertanian.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwasannya drainase
sangat penting dibidang pertanian. Irigasi merupakan salah satu yang
mempengaruhi tanaman dalam mengembangkan dan meningkatkan hasil produksi
tanaman. Seperti yang telah kita ketahui, ada beberapa tumbuhan yang sensitif
terhadap kelebihan air, maka dari itu dilakukan lah pembuatan drainase.
Dalam bidang pertanian, buruknya sistem drainase dari suatu lahan dapat
menyebkan berbagai masalah bagi pertumbuhan tanaman. Masalah-masalah yang
terjadi seperti tergenangnya air di areal pertanian hingga menyebabkan
pertumbuhan tanaman terganggu. Sistem drainase yang buruk juga dapat
menyebabkan meningkatnya hama dan penyakit tanaman,yaitu hama tumbuh dan
berkembang biak dengan air yang lebih.
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
62

Oleh sebab itu, sebagai mahasiswa teknik pertanian perlu melakukan


perekayasaan terhadap masalah yang ada tersebut. Sehingga dengan demikian
untuk mengetahui suatu rancangan saluran drainase yang sesuai dengan volume
curah hujan yang akan ditampung harus dilakukan perancangan yang sesuai.
Perancangan ini meliputi perancangan ukuran saluran yang sesuai dengan curah
hujan tersedia. Hal ini dimaksudkan agar terjadinya kesinambungan antara
volume saluran drainase dengan volume hujan yang akan di tampung.
5.2 Tujuan
Tujuan dari diadakan praktikum ini adalah:
1. Mengenal macam-macam drainase dan kegunaannya
2. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal
3. Mengenal tipe-tipe penampang saluran drainase
4. Mengukur saluran drainase
5. Mengukur volume curah hujan
5.3 Manfaat
Manfaat dari dilakukannya praktikum ini yaitu :
1. Praktikan dapat mengenal macam-macam saluran drainase di bidang
teknik pertanian.
2. Praktikan juga akan mengetahui tipe-tipe penampung saluran drainase,
mengukur volume saluran drainase dan volume curah hujan.
3. Praktikum ini diharapkan kita bisa mengelola drainase dengan sebaik
mungkin, sehingga pada saat musim hujan, air dapat mengalir dengan
lancer dan tidak terjadi banjir.
5.4 Tinjauan Pustaka
5.4.1 Pengertian Drainase
Drainase yaitu mengalirkan, menguras, membuang air. Secara umum,
drainase dapat didefinisikan ke dalam suatu rangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan
ataupun lahan. Dan drainase juga dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk
mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.
5.4.2 Fungsi Drainase
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
63

Drainase dapat berfungsi sebagai berikut :


1. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
2. Mengendalikan akumulasi limpahan air hujan yang berlebihan
dan memanfaatkannya sebesar-besarnya untuk imbuhan air.
3. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga dapat terhindar dari
banjir.
4. Pengolahan kualitas air.
5. Mengeringkan daerah yang becek dan genangan air sehingga tidak ada
akumulasi tanah.
Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
Untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau
lahan sehingga lahan dapat difungsikan secara maksimal.
8. Sebagai pengendali air permukaan.
5.4.3 Jenis - Jenis Drainase
Jenis jenis drainase itu sendiri dibedakan menjadi beberap macam yaitu :
a. Menurut Sejarah Terbentuknya
1. Drainase Alamiah
Yaitu sistem drainase yang terbentuk secara alami dan tidak ada campur
tangan manusia.
2.
Drainase Buatan
Merupakan sistem drainase yang dibentuk berdasarkan analisis ilmu
drainase, untuk menentukan debit akibat hujan.
b. Menurut Letak Bangunan
6.
7.

1.

Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage).


Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi
mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa
open chanel flow.

2.

Drainase Bawah Permukaan Tanah ( Subsurface Drainage ).


Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan
melalui media dibawah permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasanalasan tertentu. Alasan itu antara lain Tuntutan artistik, tuntutan fungsi
permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di permukaan
tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman dan lain-lain.

c.

Menurut Fungsi

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
64

1. Single Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air
buangan, misalnya air hujan saja atau jenis air buangan yang lainnya
seperti limbah domestik, air limbah industri dan lain lain.
2. Multi Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis
air buangan baik secara bercampur maupun bergantian.
d. Menurut Konstruksi
1.

Saluran Terbuka. Yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan
yang terletak di daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun
untuk drainase air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/
mengganggu lingkungan.

2.

Saluran Tertutup, yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk
aliran kotor (air yang mengganggu kesehatan/lingkungan) atau untuk
saluran yang terletak di kota/permukiman.

5.4.14 Bentuk Penampang Melintang Saluran Drainase


1. Trapesium
Berfungsi untuk menampung dan menyampurkan limpahan air hujan
dengan debit yang besar. Sifat alirannya terus menerus dengan
fluktuasi kecil.
2. Segi Empat
Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan
dengan debit besar namun fluktual kecil.
3. Kombinasi Trapesium dan Segi Empat
Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan
dengan debit besar dan kecil.
4. Kombinasi Tapesium dengan Lingkaran
Fungsinya sama dengan kombinasi Trapesium dengan Segi Empat
namun sifat alirannya terus menerus dan berfluktuasi besar dengan
debit minimun kecil.
5. Setengah Lingkaran
Berfungsi untuk menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang
kecil.

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
65

Gambar 12 Bentuk Penampang Drainase


Sumber : awin759.blogspot.com/2011/04/bentuk-bentuk-saluran-drainase.html

5.4.5 Pola Jaringan Drainase


a. Siku
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari
pada sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada akhir berada di
tengah kota.

Gambar 13 Pola Jaringan Drainase Siku


Sumber : http://riyandwiputra.blogspot.com.

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
66

b. Pararel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran
cabang (sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi
perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.

Gambar 14 Pola Jaringan Drainase Pararel


Sumber : http://riyandwiputra.blogspot.com.

c. Grid Iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga saluransaluran cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpulan.

Gambar 15 Pola Jaringan Drainase Grid Iron


Sumber : http://riyandwiputra.blogspot.com.

d. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar

Gambar 16 Pola Jaringan Drainase Alamiah


Sumber : http://riyandwiputra.blogspot.com.

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
67

e. Radial
Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah.

Gambar 17 Radial
Sumber : http://riyandwiputra.blogspot.com.

5.4.6 Drainase Tertutup dan Drainase Terbuka


1.

Drainase Tertutup
Drainase Bawah Tanah Tertutup, yaitu saluran yang menerima air limpasan

dari daerah yang diperkeras maupun yang tidak diperkeras dan membawanya ke
sebuah pipa keluar di sisi tapak (saluran permukaan atau sungai), ke sistem
drainase kota
Drainase Bawah Tanah Tertutup dengan tempat penampungan pada tapak,
dimana drainase ini mampu menampung air limpasan dengan volume dan
kecepatan yang meningkat tanpa menyebabkan erosi dan kerusakan pada tapak.
Kelebihan dan kekurangan saluran drainase tertutup yakni :
1.

Keuntungan adalah bagian atas dari saluran tertutup dapat dimanfaatkan

2.

untuk berbagai keperluan.


Kerugian adalah pemeliharaan saluran tertutup jauh lebih sulit, apalagi
kesadaran masyarakat Indonesia masih rendah dalam hal pembuangan

2.

sampah.
Drainase Terbuka
Drainase Terbuka merupakan saluran yang mengalirkan air dengan suatu

permukaan bebas. Pada saluran air terbuka ini jika ada sampah yang menyumbat

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
68

dapat dengan mudah untuk dibersihkan, namun bau yang ditimbulkan dapat
mengurangi kenyamanan. Menurut asalnya, saluran dibedakan menjadi :
a.

Saluran Alam meliputi selokan kecil, kali, sungai kecil dan sungai besar
sampai saluran terbuka alamiah.

b.

Saluran Buatan seperti saluran pelayaran, irigasi, parit pembuangan, dll.


Saluran terbuka buatan mempunyai istilah yang berbeda-beda antara lain:
1.Saluran (canal) : biasanya panjang dan merupakan selokan landai yang
dibuat di tanah, dapat dilapisi pasangan batu/tidak atau beton, semen, kayu
maupu aspal.
2.Talang (flume) : merupakan selokan dari kayu, logam, beton/pasangan batu,
biasanya disangga/terletak di atas permukaan tanah, untuk mengalirkan air
berdasarkan perbedaan tinggi tekan.
3.Got miring (chute) : selokan yang curam.
4.Terjunan (drop) : seperti got miring dimana perubahan tinggi air terjadi
dalam jangka pendek.
5.Gorong-gorong (culvert) : saluran tertutup (pendek) yang mengalirkan air
melewati jalan raya, jalan kereta api, atau timbunan lainnya.
6.Terowongan Air Terbuka (open-flow tunnel) : selokan tertutup yang cukup
panjang, dipakai untuk mengalirkan air menembus bukit/gundukan tanah.
Kelebihan dan kekurangan saluran drainase tertutup yaitu :
Keuntungan adalah jika ada sampah yang menyumbat dapat dengan

mudah untuk dibersihkan, namun bau yang ditimbulkan dapat mengurangi


kenyamanan. Kerugian adalah pemeliharaan saluran terbuka jauh lebih sulit karna
menggunakan biaya yang lebih besar.
5.4.7 Curah Hujan Efektif dan Curah Hujan Rata-rata
Seperti yang telah diketahui dari siklus hidrologi, udara yang membawa
uap air dari laut atau ke lautan akan bergerak ke atas menjadi awan. Bila suhu
awan mencapai titik embun kemudian terjadilah proses pengembunan uap air
(condensation), yang selanjutnya hasil pengembunan itu jatuh dari awan atau
diendapkan dari udara menuju permukaan bumi sebagai presipitasi (precipitation).
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
69

Presipitasi arah vertikal dapat bermacam-macam bentuknya seperti hujan; hujan


batu es, salju atau sebagai presipitasi horizontal, seperti: kabut, embun dan
sebagainya.
Hujan (Rain), adalah bentuk tetesan air yang mempunyai garis tengah
lebih dari 0.5 mm atau lebih kecil dan terhambur luas pada suatu kawasan. Curah
Hujan (H,rain fall), adalah banyak air yang jatuh kepermukaan bumi, dalam hal
ini permukaan bumi dianggap datar dan kedap, tidak mengalami penguapan dan
tersebar merata serta dinyatakan sebagai ketebalan air (rain fall depth,cm,mm).
Curah Hujan Efektif (He, Efectif Rain Fall), adalah Dalam pengertian umum
hidrologi adalah curah hujan yang mengakibatkan limpasan. Tinggi curah hujan
yang mengakibatkan limpasan adalah relatif, karena tergantung dan kondisi
daerah bersangkutan seperti kelembaban tanah, simpanan permukaan, dan lainlain. Dalam pengertian irigasi adalah bagian dan curah hujan yang terjadi selama
musim tanam dan ditahan tanah, sehingga dapat digunakan oleh tanaman.Ditinjau
dan sudut pandangan irigasi, bagian dan curah hujan yang menjadi limpasan
adalah bagian yang hilang.
Sedangkan Curah Hujan rata-rata adalah Nilai rata-rata jatuhnya hujan
yang jatuh di atas permukaan dengan dapat di hitung berdasarkan rata-rata curah
hujan harian, bulanan, dan tahunan
1. Rata-rata curah hujan bulanan : Nilai rata-rata curah hujan masing-masing
bulan dengan periode minimal 10 tahun.
2. Normal curah hujan bulanan : Nilai rata-rata curah hujan masing-masing
bulan selama periode 30 tahun.
Standar normal curah hujan bulanan : Nilai rata-rata curah hujan masing-masing
bulan
1

selama
Januari

periode
1901

30

tahun

s.d.

31

dimulai

dari

Desember

:
1930

1 Januari 1931 s.d. 31 Desember 1960


5.4.8 Pengertian, Fungsi dan Permasalahan Drainase pada Perkotaan

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
70

Drainase yaitu mengalirkan, menguras, membuang air. Secara umum,


drainase dapat didefinisikan ke dalam suatu rangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan
ataupun lahan. Banjir merupakan kata yang sangat popular di Indonesia,
khususnya pada musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia
mengalami bencana banjir. Peristiwa ini hampir setiap tahun berulang, namun
sampai saat ini belum terselesaikan bahkan cenderung makin meningkat, baik
frekuensinya, luasannya, kedalamannya, maupun durasinya.
Jika dilihat akar permasalahan banjir di perkotaan berawal dari
pertambahan penduduk yang sangat cepat akibat urbanisasi (baik migrasi
musiman maupun permanen). Pertambahan penduduk yang tidak diimbangi
dengan penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang memadai mengakibatkan
pemanfaatan lahan perkotaan menjadi semrawut. Pemanfaatan lahan yang tidak
tertib inilah yang menyebabkan persoalan drainase di perkotaan menjadi sangat
kompleks. Hal ini barangkali disebabkan oleh tingkat kesadaran masyarakat yang
masih rendah dan tidak peduli terhadap permasalahan yang dihadapi oleh kota.
Permasalahan lain yang dihadapi dalam pembangunan drainse adalah
lemahnya koordinasi dan sinkronisasi dengan komponen infrastruktur yang lain.
Sehingga sering dijumpai tiang listrik di tengah saluran drainase dan pipa air
bersih (PDAM) memotong saluran pada penampang basahnya. Sering juga
dihadapi penggalian saluran drainase dengan tak sengaja merusak prasarana yang
telah lebih dulu tertanam dalam tanah karena tidak adanya informasi yang akurat,
arsip/dokumen tidak ada, atau perencanaan dan pematokan di lapangan tidak
melibatkan instansi pengendali tata ruang.
Permasalah drainase perkotaan bukanlah hal yang sederhana. Banyak
faktor yang mempengaruhi dan pertimbangan yang matang dalam perencanaan,
antara lain :
1. Peningkatan debit

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
71

Manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi percepatan


pendangkalan /penyempitansaluran dan sungai. Kapasitas sungai dan saluran
drainase menjadi berkurang,sehingga tidak mampu menampung debit yang
terjadi, air meluap dan terjadilah genangan.
2. Peningkatan jumlah penduduk
Meningkatnyajumlah penduduk perkotaan yang sangat cepat, akibat dari
pertumbuhan maupun urbanisasi. Peningkayan jumlah penduduk selalu diikuti
oleh penambahn infrastruktur perkotaan, disamping itu peningkatn penduduk juga
selalu diikuti oleh peningkatan limbah, baik limbah cair maupun pada sampah.
3. Amblesan tanah
Disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan, mengakibatkan
beberapa bagian kotaberada dibawah muka air laut pasang.
4. Penyempitandan pendangkalan saluran
5. Reklamasi
6. Limbah sampahdan pasang surut
5.5 Metoda Praktikum
5.5.1 Lokasi dan Waktu Praktikum
Praktikum Drainase dilakukan di koridor fakultas pertanian pada 21
September 2014 dan Praktikum mandiri dilakukan di samping gedung kuliah
D Universitas Andalas.
5.5.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
1. Data curah hujan 10 tahun terakhir
2. Meteran
3. Alat-alat tulis
5.5.3 Cara Kerja
Cara kerja dalam praktikum kali ini yaitu:
1. Saluran drainase diukur berdasarkan bentuk penampangnya.
2. Dihitung volume curah hujan yang didapat dari data diameter ambrometer
dan data curah hujan 10 tahun terakhir.
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
72

3. Membandingkan volume saluran drainase dengan volume curah hujan


untuk mengetahui kelayakan dari drainase tersebut.
5.6 Hasil dan Pembahasan
5.6.1 Hasil
Tabel 9 Luas Penampang dan Volume Drainase
Plot

P1

P2

L1

L2

T1

T2

Volume

(m)

(m)

(m)

(m)

(m)

(m)

( m3 )

3.75

3.63

0.53

0.53

0,52

0.65

1.14

1.6

1.21

0.53

0.53

0.65

0.4

0.39

7.5

8.02

0.53

0.54

0.4

0.63

2.14

1.67

1.54

0.54

0.52

0.63

0.55

1.15

4.27

4.35

0.52

0.53

0.55

0.60

1.3

1.75

0.53

0.51

0.60

0.44

0.51

7.05

7.27

0.51

0.48

0.44

0.53

1.72

2.35

1.77

0.48

0.48

0.53

0.30

1.32

6.62

7.28

0.48

0.45

0.30

0.62

1.49

10

1.55

1.15

0.45

0.47

0.62

0.44

1.34

11

4.5

5.07

0.47

0.49

0.44

0.55

0.33

12

1.51

1.32

0.49

0.49

0.55

0.40

1.08

13

5.07

4.70

0.49

0.52

0.40

0.47

0.40

14

1.6

1.62

0.52

0.51

0.47

0.49

1.02

15

4.37

0.51

0.50

0.49

0.48

0.41

16

2.20

1.17

0.50

0.48

0.48

0.52

0.94

17

3.20

4.42

0.48

0.46

0.52

0.53

1.10

18

3.76

4.24

0.46

0.42

0.53

0.62

0.27

19

1.38

1.1

0.42

0.41

0.62

0.42

0.09

20

0.55

0.41

0.41

0.47

0.42

0.42

0.12

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
73

21

0.83

0.32

0.47

0.48

0.42

0.43

0.31

22

1.7

1.91

0.48

0.48

0.43

0.28

1.60

23

3.20

6.97

0.48

0.49

0.28

0.65

0.82

24

2.15

2.51

0.49

0.41

0.65

0.92

0.60

25

2.20

1.65

0.41

0.45

0.92

0.54

0.33

26

0.95

1.11

0.45

0.41

0.54

0.97

0.36

27

2.10

1.14

0.41

0.34

0.97

0.23

1.90

28

19.55

20.8

0.34

0.31

0.23

0.35

0.33

29

2.25

2.35

0.31

0.33

0.35

0.55

0.33

30

0.45

0.41

0.33

0.32

0.55

0.49

0.07

Rata Rata

0.483

0.494

0.534

0.533

0.857

Sumber : Hasil Analisis Data Praktikum

Tabel 10 Luas Penampang dan V Drainase Praktikum Mandiri


Plot

P1

P2

L1

L2

T1

T2

Volume

(m)

(m)

(m)

(m)

(m)

(m)

( m3 )

3.38

3.46

0.59

0.6

0.57

0.53

1.12

26.4

25.73

0.6

0.77

0.53

0.34

7.77

3.94

3.98

0.77

0.84

0.34

0.34

1.08

27.9

26.98

0.84

0.64

0.34

0.65

10.05

12.8

12.42

0.64

0.70

0.65

0.44

4.60

25.62

25.48

0.70

0.64

0.44

0.40

7.18

4.87

4.8

0.64

0.74

0.40

0.28

1.13

26.96

26.68

0.74

0.50

0.28

0.30

4.82

0.69

0.68

0.44

0.41

4.72

Rata Rata

Sumber : Hasil Analisis Data Praktikum

Tabel 11 Volume curah hujan 10 tahun terakhir


No

Tahun

Nilai CH

HANA DESLIANA
1111112045

CH (m)

Ombro meter

VOLUME (m)
KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
74

(mm)

d (m)

t (m)

A (m)

2013

26.07

0,02607

0.145

0.2

0.016505

0,00043028

2012

25.39

0,02539

0.145

0.2

0.016505

0,00041906

2011

23.64

0,02364

0.145

0.2

0.016505

0,00039018

2010

23.95

0,02395

0.145

0.2

0.016505

0,00039529

2009

24.68

0,02468

0.145

0.2

0.016505

0,00040734

2008

31.48

0,03148

0.145

0.2

0.016505

0,00051958

2007

27.95

0,02795

0.145

0.2

0.016505

0,00046131

2006

37.61

0,03761

0.145

0.2

0.016505

0,00062075

2005

32.51

0,03251

0.145

0.2

0.016505

0,00053658

Jumlah

0,00418037

rata-rata

0,00046448

Sumber: Analisis Curah hujan 10 tahun terakhir Gunung Nago

5.6.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum pengukuran volume saluran drainase yang
dilakukan di saluran drainase diperoleh hasil 0.857 m. Sementara berdasarkan
data curah hujan 10 tahun terakhir di stasium Gunung Nago diperoleh rata-rata
volume curah hujan 0,00046448m. Sedangkan data pada pada praktikum mandiri
saluran disamping gedung D volume salurannya 4.72 m3. Perbandingan data
praktikum dengan data mandiri, volume data mandiri lebih besar dibandingkan
dengan volume ketika praktikum. Sehingga saluran drainase di gedung D sangat
layak. Kalau dibandingkan dengan data kelompok lain, rata-rata memiliki
kesamaan, artinya volume saluran lebih besar dibandingkan dengan curah hujan.
Jadi drainase di lingkungan UNAND layak digunakan.
Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa perbandingan volume
saluran drainase jauh lebih besar dari volume curah hujan yang tersedia. Dengan
perbandingan yang ada tersebut jelaslah bahwa saluran tersebut dapat menampung
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
75

curah hujan. Jika di suatu daerah memiliki perbandingan volume seperti ini, maka
dikatakan layak, karena semua air yang jatuh ke permukaan dapat ditampung oleh
drainase tersebut, sehingga tidak akan terjadi banjir pada daerah tersebut. Namun
apabila saluran pembuangan air berlebih pada suatu lahan pertanian, pembuatan
saluran tersebut bisa dikatakan boros. Karena jumlah air yang dialirkan keluar dari
saluran tersebut terlalu sedikit untuk ukuran saluran yang kapasitasnya sebesar
itu.
Permasalahan yang ada pada drainase tersebut banyaknya sampah yang
masuk kedalam drainase sehingga mengakibatkan drainase tersumbat dan air dari
drainase akan terbuang ke luar yang lain dan akan mengakibatkan banjir. Hal ini
bisa saja kita atasi dengan menjaga kebersihan lingkungan atau khususnya tempat
drainase tersebut.
5.7 Kesimpulan dan Saran
5.7.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat diambil kesimpulan yaitu saluran

drainase ini masik layak untuk digunakan karena tidak terjadi limpasan apabila
terjadi hujan dan keadaannya secara keseluruhan baik. Namun dari hasil
perhitungan saluran drainase yang berada di gedung D ini dapat dikatakan boros
secara ekonomis karena perbandingan antara volume drainase dengan volume
curah hujan cukup jauh.
5.7.2 Saran
Saran pada praktikum pengukuran drainase ini adalah :
1. Pengukuran dilakukan dengan sebaik baiknya agar data lebih akurat
2. Praktikum selanjutnya bisa di hitung juga debit agar dapat dilihat
hubungannya dengan debit.
3. Hendaknya praktikum dilakukan di drainase yang ada di daerah pertanian,
sehingga kita dapat memahami lagi fungsi drainase di bidang pertanian,
sesuai dengan ilmu yang kita pelajari.

BAB VI
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
76

IRIGASI TETES
6.1.

Latar Belakang
Dalam sebuah kegiatan pertanian, kebutuhan air sudah tak terelakkan lagi.

Tanaman yang diusahakan dalam kegiatan pertanian pada umumya membutuhkan


air yang cukup agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, hingga
menghasilkan produksi yang maksimal tentunya. Pemberian air pada tanaman
haruslah sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman tersebut, pemberian air yang
berlebihan atau tidak sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman juga akan
mengganggu pertumbuhan tanaman tersebut, atau bahkan akan berakibat pada
kematian pada tanaman tersbut.
Semakin meningkatnya kebutuhan air, ketersediaan air yang terbatas, dan
perhatian terhadap kualitas air, menyebabkan penggunaan air secara efektif
menjadi sangat penting. Sistem irigasi pertanian harus bisa menyediakan air
dalam tingkat, jumlah, dan waktu yang dibutuhkan. Sistem irigasi harus
direncanakan, dirancang, dan dioperasikan secara efisien sehingga memerlukan
suatu pemahaman menyeluruh tentang hubungan tanaman, tanah, persediaan air,
dan kemampuan sistem irigasi.
Sampai saat ini, hujan merupakan satu-satunya sumber air bersih yang
praktis dan dapat diperbaharui untuk penggunaan pada bidang pertanian, industri,
dan domestik. Masih terdapat persediaan air yang mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, namun dilain pihak seringkali air tidak tersedia pada
waktu dan tempat yang dibutuhkan. Pengembangan sumber-sumber air meliputi
penyimpanan dan penyaluran air dari waktu ke waktu dan tempat air jatuh secara
alami menuju waktu dan tempat dimana air tersebut akan digunakan dengan
menguntungkan.Oleh karena itu penggunaan metoda irigasi tetes sangat efsien
dalam penggunaan air,karena pemberian air terhadap tanah lebih tepat sasaran.
Dalam bidang teknik pertanian, sistem irigasi ini dapat dimaksimalkan sehingga
membantu para petani dalam melakukan pengolahan tanah, penyiraman air pada
tanaman sehingga hemat pemakaiannya.
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
77

6.2.
1.
2.
3.
4.
6.3.
1.
2.
3.
6.4.
6.4.1

Tujuan
Dalam praktikum ini ada pun tujuan yang di dapat kan yaitu:
Mengenal system irigasi tetes
Mempelajari dan memahami kinerja dari system irigasi tetes tersebut.
Mengetahui macam-macam irigasi yang berkaitan dengan pertanian
Mengetahui tanaman yang cocok untuk irigasi tetes.
Manfaat
Dalam praktikum ini ada pun manfaat yang didapatkan yaitu :
Dapat mengetahui system irigasi tetes
Dapat mengetahui cara dan memahami kinerja dari system irigais tetes.
Dapat Mengetahui macam-macam irigasi yang berkaitan dengan pertanian.
Tinjauan pustaka
Pengertian Irigasi Tetes
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang

pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi bawah tanah,
irigasi pompa dan irigasi tetes. Irigasi tetes diberikan kepada tanaman secara
langsung dengan cara penetesan dengan mengunakan jaringan pipa bertekanan
rendah, yang dipasangi dengan penetes dan ditempatkan sepanjang baris-baris
tanaman. Prinsip kerja irigasi tetes adalah pemberian air pada tanaman yang
dilakukan dengan menggunakan jaringan pipa bertekanan rendah, yang dipasangi
dengan penetes (emitter), dan ditempatkan sepanjang baris-baris tananaman
(Baars, 1976). Dasar operasi system irigasi tetes adalah memberikan air
ketanaman dengan menggunakan jarinagn pipa yang ekstensif pada tekanan
rendah (1-2 atm) yang diletakkan didekat tanaman yang akan diairi. Air keluar
dari jaringan pipa melalui lubang-lubang penetes dalam bentuk tetesan (trickle),
karena adanya perbedaan tinggi tekan antara sumber air dan penetes. Salah satu
cirri khas irigasi tetes adaah bahwa air dialirkan dari sumbernya ke tanaman yang
akan diairi melalui jaringan pipa yang ekstensif.
Komponen-komponen yang digunakan dalam system ini meliputi
pengendali tinggi tekanan, jaringan pipa dan unit penetes. Sasaran utama dari
perancangan dan pengelolaan system irigasi yang baik adalah memperoleh
kapasitas system yang bias mencukupi kebutuhan air seluruh tanaman. Hubungan
antara debit penetes minimum dan rata-rata merupakan factor terpenting dalam
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
78

pemakaian system irigasi ini. Tingkat keseragaman system irigasi tetes dinyatakan
sebagai keseragaman tetesan (Emission Uniformity, EU). Pemberian air pada
irigasi tetes dilakukan dengan menggunakan alataplikasi yang dapat memberikan
air dengan debit yang rendah dan frekuensi yang tinggi (hampir terus menerus)
disekitar perakaran tanaman. Tekanan air yang masuk ke alat aplikasi sekitar 1,0
bar dan dikeluarkan dengan tekanan mendekati nol untuk mendapatkan tetesan
yang terus menerus dan debit yang rendah. Sehingga irigasi tetes diklasifikasikan
sebagai irigasi bertekanan rendah. Sistem irigasi tetes didesain untuk dioperasikan
secara harian (minimal 12 jam per hari) dan tingkat kelembaban tanaman dapat
diatur.
6.4.2 Komponen Irigasi Tetes
1. Jaringan pipa pada irigasi tetes
Pipa yang digunakan pada irigasi tetes terdiri dari pipa lateral, pipa sekunder
dan pipa utama komponen penting dari irigasi tetes. Tata letak dari irigasi tetes
dapat sangat bervariasi tergantung kepada berbagai faktor seperti luas tanah,
bentuk dan keadaan topografi. Irigasi tetes tersusun atas dua bagian penting yaitu
pipa dan emiter. Air dialirkan dari pipa dengan banyak percabangan yang biasanya
terbuat dari plastik yang berdiameter 12 mm (1/2 inci) - 25 mm (1 inci) (Hansen
dkk, 1986).
Pipa utama (main line, head unit) terdiri dari pompa, tangki injeksi, filter
utama, pengukur tekanan, pengukuran debit dan katup pengontrol. Pipa utama
umumnya terbuat dari pipa polyvinylchloride (PVC), galvanized steel atau besi
cord yang berdiameter antara 7,5 - 25 cm. Pipa utama dapat dipasang di bawah
permukaan tanah (Prastowo, 2003).
Pipa pembagi (sub-main, manifold) dilengkapi dengan filter kedua yang
lebih halus (80-100 m), katup solenoid, regulator tekanan, pengukur tekanan dan
katup pembuang. Pipa sub-utama terbuat dari pipa PVC atau pipa HDPE (high
density polyethylene) dan diameter antara 50 - 75 mm. Penyambungan pipa
pembagi dengan pipa utama (Prastowo, 2003). Pipa lateral umumnya terbuat dari
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
79

pipa PVC fleksibel atau pipa politeline dengan diameter 12 mm - 32 mm. Emiter
dimasukkan ke dalam pipa lateral pada jarak yang ditentukan yang dipilih sesuai
dengan tanaman dan kondisi tanah. Pipa lubang ganda, pipa porous dan pipa
dengan perforasi yang kecil digunakan pada beberapa instalasi untuk
menggunakan keduanya sebagai pipa pembawa dan sebuah emitter system
(Hansen dkk, 1986).
Menurut Keller dan Bliesner (1990) dalam sistem irigasi tetes tersusun
atas pipa dan emiter. Air dialirkan dari pipa dengan banyak percabangan yang
biasanya terbuat dari plastik yang diameter 12 mm (1/2 inci) - 25 mm (1 inci).
2. Emiter
Emiter merupakan alat pengeluaran air yang disebut pemancar. Emiter
mengeluarkan air dengan cara meneteskan air langsung ke tanah ke dekat
tanaman. Emiter mengeluarkan air hanya beberapa liter per jam. Dari emiter air
keluar menyebar secara menyamping dan tegak oleh gaya kapiler tanah yang
diperbesar pada arah gerakan vertikal oleh gravitasi. Daerah yang dibasahi emitter
tergantung pada jenis tanah, kelembaban tanah, permeabilitas tanah. Emiter harus
menghasilkan aliran yang relatif kecil menghasilkan debit yang mendekati
konstan. Penampang aliran perlu relatif lebar untuk mengurangi tersumbatnya
emiter (Hansen dkk, 1986).
Menurut Keller dan Bliesner (1990) emiter merupakan alat pembuangan
air, emiter dipasang di dekat tanaman dan tanah. Semakin dekat ke tanah
semakinefisien air yang diterima tanah dan tanaman karena semakin besar daerah
yang terbasahi semakin tinggi kelembaban tanah. Semakin dekat jarak emiter
maka semakin banyak daerah yang terbasahi. Berdasarkan pemasangan di pipa
lateral, penetes dapat menjadi (a) on-line emitter, dipasang pada lubang yang
dibuat di pipa lateral secara langsung atau disambung dengan pipa kecil; (b) inline emitter, dipasang pada pipa lateral dengan cara memotong pipa lateral.
Penetes juga dapat dibedakan berdasarkan jarak spasi atau debitnya, yaitu (a)
point source emitter, dipasang dengan spasi yang renggang dan mempunyai debit
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
80

yang relatif besar; (b) line source emitter, dipasang dengan spasi yang lebih rapat
dan mempunyai debit yang kecil. Pipa porous dan pipa berlubang juga
dimasukkan pada kategori ini (Prastowo, 2003).
3. Tabung marihot
Tabung Marihot merupakan tabung untuk mengalirkan air dengan head sesuai
dengan rancangan (20 cm - 250 cm). Prinsip kerja tabung marihot adalah
pengaliran air dengan tekanan atmosfir atau dengan kata lain low pressure,
sehingga air yang keluar pada setiap emiter akan seragam (Tusi, 2006). Menurut
Tusi (2006) tabung marihot digunakan sebagai wadah atau tangki air irigasi (dan
larutan nutrisi) yang dapat mengalirkan aliran debit tetap, dan debit akan berubah
pada elevasi yang berbeda (pada head yang berbeda). Bagian dari tangki
dilengkapi dengan selang-selang kecil untuk saluran pemasukan udara dan saluran
pengairan.
4. Debit
Debit adalah banyaknya volume air yang mengalir per satuan waktu. Pada
irigasi tetes debit yang diberikan hanya beberapa liter per jam. Umumnya debit
rata-rata dari emiter tersedia dari suplier peralatan. Debit untuk irigasi tetes
bergantung dari jenis tanah dan tanaman. Debit irigasi tetes yang umum
digunakan 4 ltr/jam, namun ada beberapa pengelolaan pertanian menggunakan
debit 2, 6, 8 ltr/jam. Penggunaan debit berdasarkan jarak tanam dan waktu operasi
(Keller dan Bliesner, 1990). Debit air keluaran emiter rata-rata adalah volume dari
keseluruhan air yang tertampung dari semua emiter per satuan waktu dan jumlah
emiter yang ada. Debit air keluar emiter rata-rata (Qa) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:

dimana:
Qa = debit rata-rata dari keseluruhan emiter (l/jam)
G = volume air irigasi keseluruhan per tanaman per hari (l)
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
81

Ta = lama pemberian air (jam/hari)


Np = jumlah emiter per tanaman
(Sapei, 2003).
5. Keseragaman Irigasi
Menurut Sapei (2003), keseragaman aplikasi air merupakan salah satu faktor
penentu efisiensi irigasi yang dihitung dengan persamaan koefisiensi keseragaman
irigasi

(CU/Coefficient

Uniformity)

dengan

menggunakan

persamaan

Christiansen:

dimana:
Cu = koefisiensi keseragaman irigasi (%)
xi = volume air pada wadah ke-i (ml)
x = nilai rata-rata dari volume air pada wadah (ml)
Keseragaman irigasi tetes dapat dikatakan seragam atau layak apabila nilai Cu
lebih besar dari 90% (>90%). Nilai Cu yang rendah dapat dijadikan indicator
kehilangan air melalui perkolasi sangat tinggi (Sapei, 2003).
6. Tingkat Pembasahan
Parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat pembasahan tanah
adalah persentase terbasahkan (Pw, wetted percentage), yaitu merupakan nisbah
antara luas areal yang terbasahkan (pada kedalaman 15-30 cm dari permukaan
tanah). Persentase terbasahkan dipengaruhi oleh debit dan volume pemberian air
dari setiap alat aplikasi, spasi alat aplikasi dan jenis tanah. Tingkat pembasahan
dihitung menggunakan rumus:

dimana:

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
82

Pw = persentase luas tanah yang terbasahkan sepanjang bidang horizontal 30 cm


dibawah permukaan tanah (%)
Np = jumlah emiter per tanaman
Se = spasi emiter (m)
Sp = spasi tanaman (m)
Sr = spasi barisan tanaman (m)
W = diameter lingkaran terbasahkan (m)
(Prastowo, 2003).
Nilai Pw secara umum berkisar antara 1/3 (33%) sampai 2/3 (67%). Pw untuk
daerah yang menerima banyak hujan dapat lebih kecil dari 33%. Pw untuk
tanaman yang ditanam renggang diusahakan dibawah 67% agar daerah antara
tanaman cukup kering dan memudahkan perawatan tanaman. Pw dapat mendekati
100% untuk tanaman yang ditanam rapat dengan spasi lateral kurang dari 1,8 m.
6.4.3

Manfaat Irigasi Tetes


Manfaat dengan melakukan irigasi tetes ini, adalah : (1) menyediakan air

selama musim kemarau; (2) membantu penyimpanan air dan menghemat


persediaan air; (3) menyalurkan air ke tempat yang diinginkan; dan (4)
mengusahakan tanah tempat media tumbuh tanaman selalu basah terairi tetesan air
dan cukup untuk mengairi tanaman buah atau tanaman lain.
Negara-negara yang menggunakan irigasi tetes yaitu Amerika, Indonesia,
Jenis-jenis tanaman yang cocok untuk irigasi tetes yaitu tanaman bunga, sayuran,
tanaman rumah kaca. Seperti cabai, jagung manis, kacang tanah, dan jahe.
6.4.4

Kelebihan Irigasi Tetes

1. Meningkatkan nilai guna air


Secara umum, air yang digunakan pada irigasi tetes lebih sedikit
dibandingkan dengan metode lain
2. Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
83

Dengan irigasi tetes, kelembaban tanah dapat dipertahankan pada tingkat


yang optimal bagi pertumbuhan tanaman
3. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemberian
Pemberian pupuk dan bahan kimia pada metode ini dicampur dengan air
irigasi, sehingga pupuk atau bahan kimia yang digunakan menjadi lebih
sedikit, frekuensi pemberian lebih tinggi dan distribusinya hanya di sekitar
daerah perakaran
4. Menekan resiko penumpukan garam
Pemberian air secara terus-menerus akan melarutkan dan menjauhkan garam
dari daerah perakaran
5. Menekan pertumbuhan gulma
Pemberian air pada irigasi tetes hanya terbatas di daerah sekitar tanaman,
sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan
6. Menghemat tenaga kerja
Sistem irigasi tetes dapat dengan mudah dioperasikan secara otomatis,
sehingga tenaga kerja yang diperlukan lebih sedikit (James, 1982).
6.4.5

Kekurangan Irigasi Tetes


Kelemahan-kelemahan utama dari irigasi tetes adalah biaya yang tinggi dan

pemyumbatan pada komponensistem, terutama emitter untuk partikel-partikel


kecil tanah, bahan biologisdan kimia. Emitter tidak bekerja begitu baik untuk
tanaman tertentu dan masalahyang disebabkan salinitas. Garam-garam cenderung
tertumpuk disekitar tepianpermukaan yang basah. Karena sistem ini biasanya
hanya membasahi bagian darivolume potensial tanah-akar, perakaran tanaman
bisa terbatas hanya pada volumetanah di dekat tiap emitter (Schwab, 1992).
6.4.6

Negara yang menerapkan sistem irigasi tetes


Irigasi tetes pertama kali diterapkan di Jerman pada tahun 1869 dengan

menggunakan pipa yang terbuat dari tanah liat. Di Amerika, metode irigasi ini
berkembang mulai tahun 1913 dengan menggunakan pipa berperforasi.Pada tahun

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
84

1940-an irigasi tetes banyak digunakan di rumah-rumah kaca di Inggris.


Penerapan irigasi tetes di lapangan kemudian berkembang di Israel pada tahun
1960-an.
6.4.7

Literatur tanah yang dipraktikumkan


Tanah berasal

dari pelapukan batuan dengan

bantuan organisme,

membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal
sebagai ''pedogenesis''. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam
yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon
menceritakan mengenai asal dan proses-prosesfisika, kimia, dan biologi yang
telah dilalui tubuh tanah tersebut.
Jenis-jenis Tanah yang dipraktikumkan pada irigasi tetes yaitu:
3.

Tanah Padat

Mudah ditemukan di daerah pegunungan yang bercurah hujan tinggi dan


beriklim sedang .Terbentuk dari pelapukan batuan yang mengandung banyak
kuarsa sehingga tanah ini berwarna kecoklatan. Bersifat kurang subur karena
mineralnya hanyut bersama aliran air hujan
4. Tanah pasir
Tanah pasir sangat mudah dilalui air atau bersifat porous. Tanah pasir
terbentuk dari pelapukan batuan, tidak cocok untuk lahan pertanian tetapi cocok
untuk bahan bangunan.
3.

Tanah Gembur
Tanah gembur berada di lapisan atas, berwarna gelap dan bersifat gembur.

Biasanya jenis tanah Alluvial adalah tanah yang berasal dari endapan lumpur yang
dibawa melalui sungai-sungai. Secara umum, sifat jenis tanah ini mudah digarap,
dapat menyerap air, dan permeabel sehingga cocok untuk semua jenis tanaman
pertanian.
6.4.8

Tanaman yang cocok untuk irigasi tetes


Tanaman yang cocok untuk irigasi tetes adalah:mentimun dan tembakau

yang persediaan airnya sedikit dan tanaman yang daunnya tidak menyukai terkena
air langsung,pemberian airnya melalui bawah permukaan.Dan tanamn-tanaman
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
85

lainnya yang membutuhkan air sedikit dan areal tanam yang tidak terlalu luas.
Pertumbuhan dan pearkembangan tanaman sangat dipengaruhi oleh keadaan air
dalam jaringan tanaman. Jika kandungan air dalam jaringan tanaman cukup, maka
semua proses yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanamanakan berjalan sebagaimana mestinya. Jika kandungan air dalam jaringan
tanaman kurang, maka semua proses yang berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman akan terganggu, akibatnya tanaman akan layu dan mati.
6.5 Metode Praktikum
6.5.1 Lokasi dan Waktu
Praktikum irigasi tetes ini dilakukan di daerah sekitaran program studi
Teknik Pertanian tepatnya di koridor belakang bengkel Teknik Pertanian,dan
dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 14 September 2014 pada pukul 07:00
Wib.
6.5.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan yaitu:
1. Unit penetes (infuse)
2.
3.
4.
5.
6.
6.5.3
1.

Manometer air
Gelas ukur
Penampung air
Stopwatch
Kran pengatur debit
Cara Kerja
Pada praktikum irigasi tetes dilakukan dua perlakuan yaitu irigasi tetes

bertekanan rendah dan irigasi tetes menggunakan infus.


2. Beberapa penetes dipasang dengan jarak seragam pada lateral.
3. Air dialirkan melalui lateral, dengan tekanan kerja 100 cm-air yang diatur
dengan kran pengatur debit.
4. Beberapa infus dipasang kemudian air menetes diatur dengan pengatur
infus satu tetes satu detik.
5. Kemudian air dari penetes pada lateral dan infus ditampung dalam polibag
yang berisi tanah kering.
6. Untuk mengukur debit pada irigasi tetes air ditampung dengan gelas dan
diukur berapa banyak air yang tertampung dalam waktu 60.
7. Ukur berapa lebar dan tinggi tanah yang basah dalam waktu 60 menit.
HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
86

6.6 Hasil dan pembahasan


6.6.1 Hasil
Hasil tidak ada karena pada saat praktikum gagal.
6.6.2

Pembahasan
Dikarenakan hasil tidak ada maka tidak ada pembahasan. Praktikum gagal

karena tanah yang digunakan untuk praktikum kurang.


6.7

Penutup

6.7.1 Kesimpulan
Pada praktikum irigasi tetes gagal dikarenakan kurang bahan yang akan
digunakan pada praktikum berupa tanah. Sehingga praktikum tidak dapat
dilakukan.
6.7.2 Saran
Adapun saran dari praktikum irigasi tetes ini yaitu:
1. Alat yang digunakan

pada praktikum irigasi tetes

praktikan dapat

memahami dengan jelas.


2. Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum harus disiapkan terlebih
dahulu.
3. Praktikum harus dilakukan dengan teliti dan tidak main-main.

HANA DESLIANA
1111112045

KELOMPOK 11

Anda mungkin juga menyukai