BAB I
PENGUKURAN
1.1
DEBIT
DI
SALURAN
TERBUKA
Latar Belakang
Dalam sebuah kegiatan pertanian, kebutuhan air sudah tak terelakkan lagi.
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
1.2
Tujuan
Tujuan dari praktikum debit saluran terbuka ini adalah :
1.
2.
3.
1.3
1.
2.
3.
4.
1.4
1.4.1
Agar praktikan dapat mengetahui bagaimana bentuk dari debit itu sendiri.
Agar praktikan dapat mengerti kinerja dari suatu sistem debit tersebut.
Agar praktikan nantinya dapat mengaplikasikan langsung dibidang
pertanian.
Agar praktikan tahu bangunan ukur yang terdapat di lapangan.
Tinjauan Pustaka
Definisi Debit
Definisi debit adalah besaran yang menunjukkan volume fluida atau cairan
(m3 yang mengalir melalui suatu penampang per satuan waktu (sekon). Untuk
fluida atau cairan tidak kompresibel, debit dinyatakan sebagai hasil kali antara
laju aliran dengan luas penampang dan dirumuskan :
Q =A. V
Keterangan :
A : Luas Penampang (m2)
V : Laju aliran fluida atau cairan (m/s)
Q : debit (m3 / s)
1.4.2. Jenis-Jenis Aliran
Aliran dapat diklasifikasikan dalam banyak cara seperti turbulen, laminer,
nyata, ideal, takmampubalik, stedi, takstedi; seragam, takseragam; rotasional, tak
rotasional. Dalam aliran turbulen partikel-partikel (massa-massa molar yang kecil)
fluida
bergerak
dalam
lintasan-lintasan
yang
sangat
teratur,
dengan
KELOMPOK 11
Ambang dari pintu Romijn dalam pelaksanaan pengukuran dapat dinaik turunkan,
yaitu dengan bantuan alat pengangkat. Pengukuran debit air dengan pintu ukur
romijin yaitu dengan menggunakan rumus:
Q= 1,71 b h3/2
Keterangan:
Q
= debit air
= lebar ambang
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
2.
3.
= debit air
artinya debit air diukur berdasarkan mengalirnya air melalui bagian yang
menyempit (tenggorokan) dengan bagian dasar yang direndahkan.
4.
menciptakan aliran kritis. Pada aliran kritis, energi spesifik pada nilai minimum
sehingga ada hubungan tunggal antara head dengan debit. Dengan kata lain Q
hanya merupakan fungsi H saja. Pada umumnya hubungan H dengan Q dapat
dinyatakan dengan:
Q=k.H.n
Keterangan:
Q
= debit air
= head
k dan n = konstanta
Besarnya konstanta k dan n ditentukan dari turunan pertama persamaan
energi pada penampang saluran yang bersangkutan. Pada praktikum ini besarnya
konstanta k dan n ditentukan dengan membuat serangkaian hubungan H dengan Q
yang apabila diplotkan pada grafik akan diperoleh garis hubungan H Q yang
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
paling sesuai untuk masing masing jenis bangunan ukur. Dalam pelaksanaan
pengukuran-pengukuran debit air,secara langsung, dengan pintu ukur romijin,
sekat ukur tipe cipoletty dan sekat ukur tipe Thompson biasanya lebih mudah
karena untuk itu dapat memperhatikan daftar debit air yang tersedia.
Pengukuran debit secara tidak langsung adalah pengukuran debit yang
dilakukan dengan menggunakan rumus hidrolika misal rumus Manning atau
Chezy. Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur parameter hidraulis sungai
yaitu luas penampang melintang sungai, keliling basah, dan kemiringan garis
energi. Garis energi diperoleh dari bekas banjir yang teramati di tebing sungai.
Untuk pos duga air yang sudah dilengkapi dengan pelskal khusus garis energi
dapat dibaca dari pelskal khusus tersebut. Pengukuran debit air secara tidak
langsung menggunakan pelampung. Terdapat dua tipe pelampung yang digunakan
yaitu: (1) pelampung permukaan, dan (2) pelampung tangkai. Tipe pelampung
tangkai lebih teliti dibandingkan tipe pelampung permukaan. Pada permukaan
debit dengan pelampung dipilih bagian sungai yang lurus dan seragam, kondisi
aliran seragam dengan pergolakannya seminim mungkin. Pengukuran dilakukan
pada saat tidak ada angin. Pada bentang terpilih (jarak tergantung pada kecepatan
aliran, waktu yang ditempuh pelampung untuk jarak tersebut tidak boleh lebih
dari 20 detik) paling sedikit lebih panjang dibanding lebar aliran.
1.4.4. Metode Pengukuran Debit
1. Bangunan ukur cipoletti
Prinsip kerja bangunan ukur cipoletti di saluran terbuka adalah
menciptakan aliran kritis. Pada aliran kritis, energi spesifik pada nilai minimum
sehingga ada hubungan tunggal antara head dengan debit. Dengan kata lain Q
hanya merupakan fungsi H saja. Pada umumnya hubungan H dengan Q dapat
dinyatakan dengan:
Q = k . H3/2 . b
Keterangan:
Q
HANA DESLIANA
1111112045
= debit
KELOMPOK 11
H
k dan n
= head
= konstanta (0.0186)
10
15
20
30
40
Vm/Vs
0,98
0,95
0,92
0,90
0,87
0,85
Keterangan:
B
H
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
Vm
Vs
Dalam
pelampung
harus
diingat
bahwa
pada
waktu
pelepasannya, pelampung tidak stabil oleh karena itu perhitungan kecepatan tidak
dapat dilakukan pada saat pelampung baru dilepaskan, keadaan stabil akan dicapai
5 detik sesudah pelepasannya. Pada keadaan pelampung stabil baru dapat dimulai
pengukuran kecepatannya. Debit aliran diperhitungkan berdasarkan kecepatan rata
rata kali luas penampang. Pada pengukuran dengan pelampung, dibutuhkan
paling sedikit 2 penampang melintang. Dari 2 pengukuran penampang melintang
ini dicari penampang melintang rata ratanya, dengan jangka garis tengah lebar
permukaan air kedua penampang melintang yang diukur pada waktu bersama
sama disusun berimpitan, penampang lintang rata -
menentukan titik titik pertengahan garis garis horizontal dan vertikal dari
penampang itu, jika terdapat tiga penampang melintang, maka mula mula dibuat
penampang melintang rata rata antara penampang melintang rata rata yang
diperoleh dari penampang lintang teratas dan terbawah. Debit aliran kecepatan
rata rata:
Q = C . Vp Ap
Keterangan:
Q
=
C
=
Vp
=
Ap
=
debit aliran
koefisien yang tergantung dari macam pelampung yang digunakan
kecepatan rata rata pelampung
luas aliran rata rata
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
memasukkan dalam rumus yang sudah dibuat oleh pembuat alat untuk tiap tiap
propeller.
Pada jenis yang menunjukkan langsung, kecepatan aliran yang sebenarnya
diperoleh dengan mengalihkan faktor koreksi yang dilengkapi pada masingmasing alat bersangkutan. Propeler pada detecting unit dapat berupa : mangkok,
bilah dan sekrup. Bentuk dan ukuran propeler ini berkaitan dengan besar kecilnya
aliran yang diukur. Debit aliran dihitung dari rumus :
Q = V x A
dimana :
V = Kecepatang aliran
A = Luas penampang
Dengan demikian dalam pengukuran tersebut disamping harus mengukur
kecepatan aliran, diukur pula luas penampangnya. Distribusi kecepatan untuk tiap
bagian pada saluran tidak sama, distribusi kecepatan tergantung pada :
1.
2.
3.
Bentuk saluran
Kekasaran saluran dan
Kondisi kelurusan saluran
Dalam penggunaan currentmeter pengetahuan mengenai distribusi
kecepatan ini amat penting. Hal ini bertalian dengan penentuan kecepatan aliran
yang dapat dianggap mewakili rata-rata kecepatan pada bidang tersebut. Dari hasil
penelitian United Stated Geological Survey aliran air di saluran (stream) dan
sungai mempunyai karakteristik distribusi kecepatan sebagai berikut:
a) Kurva distribusi kecepatan pada penampang melintang berbentuk parabolic.
b) Lokasi kecepatan maksimum berada antara 0,05 s/d 0,25 h kedalam air
dihitung dari permukaan aliran.
c) Kecepatan rata-rata berada 0,6 kedalaman dibawah permukaan air.
d) Kecepatan rata-rata 85 % kecepatan permukaan.
Pengukuran luas penampang aliran dilakukan dengan membuat profil
penampang melintangnya dengan cara mengadakan pengukuran kearah horizontal
(lebar aliran) dan kearah vertical (kedalam aliran). Luas aliran merupakan jumlah
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
luas tiap bagian (segment) dari profil yang terbuat. Pada tiap bagian tersebut
diukur kecepatan alirannya (sesuai dengan yang telah diterangkan).
Debit aliran di segment (Qi) = Ai . Vi
Keterangan :
Qi = Debit aliran pada segment i
Ai = Luas aliran pada segment 2i
Vi = Kecepatan aliran pada segment i
Untuk memperoleh ketelitian yang lebih besar dilakukan pengukuran
secara mendetail kearah vertical dengan menggunakan integrasi dari pengukuran
tersebut dapat dihitung kecepatan rata-ratanya. Dalam pelaksanaan kecepatan ratarata dapat diperoleh dengan :
1. Mengukur kecepatan pada titik 0,6 kedalaman dengan kecepatan rata-rata sama
dengan kecepatan pada titik tersebut.
2. kecepatan pada titik 0,2 kedalaman dan 0,8 kedalaman dengan kecepatan ratarata sama dengan 0,5 (kecepatan 0,2 h + kecepatan pada 0,8 h)
3. Mengukur kecepatan pada titik pengukuran yaitu pada 0,2 h ; 0,6 h dan 0,8 h
dengan kecepatan rata-rata sama dengan 0,5 (kecepatan pada 0,2 h + 2 kecepatan
pada 0,6 + kecepatan pada 0,8 h).
Jumlah titik pengukuran berkaitan dengan kedalaman aliran . Jumlah titik
pengukuran pada berbagai kedalaman sesuai dengan daftar berikut :
Titik kedalaman
0,6 h
dalam m
0,0 0,6
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
0,6 3,0
0,2 h ; 0,8 h
3,0 6,0
> 6,0
1.4.5
selain input hujan salah satunya adalah kemiringan lereng yaitu suatu derajat
ketinggian permukaan lahan yang juga akan mempengaruhi pada laju infiltrasi
tanah. Faktor lain yang mempengaruhi pengukuran debit yaitu Angin, bentuk
saluran, lebar saluran, kedalaman, kecepaatan air dan lainnya. Analisa morfologi
permukaan yang digunakan sebagai dasar logika pendekatan
hydrologik
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum pengukuran debit
disaluran terbuka ini adalah:
1. Current meter
2. Bangunan cipoletti
3. Pelampung
4. Meteran
5. Rambu ukur
6. Stopwatch
1.5.3 Metode Kerja
1. Current meter
a. Pada saluran irigasi diukur lebar atas dan lebar bawah.
b. Lalu pada jarak 1 meter dari bangunan saluran diukur tinggi
kedalaman saluran kemudian tinggi kedalaman dikalikan dengan
titik kedalaman untuk meletakan propeller di stik.
c. Kemudian atur waktu pada control display unit.
d. Kemudian kecepatan aliran diukur dengan menggunakan current
meter.
e. Setelah berhenti baca nilai terukur real dan average pada alat
2. Pelampung
a. Ukur saluran terbuka yang ditentukan tempatnya sejauh 30 m
b. Jatuhkan pelampung pada saluran diatas titik start
c. Hidupkan stopwacth pada saat pelampung telah seimbang
d. Biarkan pelampung sampai pada jarak 30 meter
e. Tangkap pelampung dan matikan stopwatch
f. Catat waktu pelampung tersebut dari titik awal sampai pada
batasnya
3. Bangunan cipoletti
a. Ukur panjang dari bangunan cipoletti pada permukaan air
b. Ukur tinggi dari air
c. Catat hasil yang didapatkan
1.6.
1.6.1 Hasil
Tabel 3 Hasil Pelampung
Saluran
Primer
sekunder 27.53
Jarak (m)
Debit (m/s)
30
30
2.8530
1.0897
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
Primer
Sekunder
Pengukuran 1
Pengukuran 2
Pengukuran 3
Pengukuran 4
Pengukuran 5
Pengukuran 1
Pengukuran 2
Pengukuran 3
Kecepata
n (m/s)
0,08518
0,06568
0,07259
0,07419
0,08174
0.1525
0.15083
0.16195
Luas
Penampang
(m)
6,0984
6,0368
6,2216
5,7904
5,1744
1,8408
1,7784
1,7472
Debit
(m/s)
0,5141
0,3887
0,4560
0,4030
0,3534
0,2807
0.2682
0.2829
Debit
Rata
rata(m/s)
0,42306
0.2273
Tabel 5 Cippoleti
Saluran Lebar Atas (b)
Primer
7,16 m
Sekunder 4,16 m
H (m)
0.39
0.39
Debit(m/s)
3,243
1,8845
1.6.2 Pembahasan
Dari pelaksanaan praktikum pada saluran primer dengan metode
currentmeter debit yang dihasilkan 0,42306 m3/s, metode pelampung debit yang
dihasilkan 2.8530 m3/s, metode bangun ukur cipoletti debit yang dihasilkan 3,243
m3/s. Sedangkan pada saluran sekunder metode currentmeter debit yang
dihasilkan 0.2273m3/s, metode pelampung debit yang dihasilkan 1.0897 m 3/s,
metode bangun ukur cipoletti debit yang dihasilkan 1,8845 m3/s.
Dari pelaksanaan praktikum pengukuran debit di saluran terbuka didapat
pengukuran debit dengan menggunakan tiga metoda, yaitu dengan pelampung,
current meter, dan bangunan ukur cipolleti. Dari hasil yang didapat pada
pengukuran debit dengan menggunakan metode pelampung saluran primer
memiliki debit yang lebih tinggi dibandingkan dengan debit pada saluran
sekunder sedangkan untuk waktu tempuh dengan panjang saluran yang sama,
saluran primer memiliki waktu tempuh yang lebih lama dibanding waktu tempuh
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
pada saluran sekunder. Pada metode curent meter dan metode bangunan ukur
cipoleti saluran primer mempunyai debit yang lebih tinggi dibandingkan dengan
saluran sekunder.
Dari hasil pengukuran tersebut telah terlihat bahwa debit pada saluran
primer dan sekunder berbeda hal ini dikarenakan perbedaan pada luas penampang
saluran dan volume air yang mengalir.Sedangkan pada saluran yang sama dengan
menggunakan metoda pengukuran yang berbeda didapatkan hasil yang berbeda,
mungkin hal ini dikarenakan praktikan kurang teliti dalam melakukan
pengukuran. Selain itu hal tersebut dipengaruhi oleh kedalamannya dan ukuran
dari bangunannya, sepeti pada cipoletti bangunannya lebih kecil, sedangkan pada
pelampung berdasarkan arus yang mengalir, serta luas penampangnya besar. Dan
pada curentmeter dipengaruhi oleh luas penampang dan kedalaman.
Faktor lain yang mempengaruhi pengukuran debit pada saluran terbuka
yaitu faktor angin. Angin sangat mempengaruhi pada pengukuran debit
menggunakan metode pelampung. Pengaruh sedimen terhadap debit adalah
semakin banyak sedimen di dasar saluran dan bangunan cipoletti maka debit akan
mengecil,karena terjadi pendangkalan pada dasar saluran dan debit air yang terjun
didasar saluran juga akan semakin kecil.
1.7 Penutup
1.7.1 Kesimpulan
Dari praktikum pengukuran debit pada saluran terbuka dapat diambil
kesimpulan bahwa, luas penampang pada saluran sangat mempengaruhi debit air
pada saluran tersebut. Tidak hanya bangunan saluran yang mempengaruhi debit
air tetapi juga ada pengaruh dari keadaan lingkungan sekitar seperti angin
kemudian pengaruh sedimen yang ada didasar saluran irigasi yang juga
mempengaruhi debit pada saluran. Dari ketiga metode pengukuran debit pada
saluran terbuka yang digunakan metode currentmeter merupakan metode yang
lebih teliti atau akuran dibandingkan dengan metode pengukuran debit yang lain.
Karena pada metode pengukuran yang lain banyak dipengaruhi faktor lingkungan.
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
1.7.2
Saran
Adapun saran dari praktikum objek pengukuran debit yaitu :
1. Kepada praktikan selanjutnya yang akan mengukur debit harus lebih serius
saat pengambilan data di lapangan agar saat pengambilan data tidak salah.
2. Sebelum praktikum dimulai diharapkan sudah belajar dan memahami
materinya, agar mempermudah saat dilapangan.
3. Agar lebih memperhatikan kondisi alat yang digunakan agar menghasilkan
data yang akurat.
BAB II
PENGENALAN JARINGAN IRIGASI
2.1 Latar Belakang
Pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan terhadap air semakin tinggi.
Sementara itu keberadaan air cenderung semakin langka. Oleh karena itu perlu
pemanfaatan air yang seefisien dan seefektif mungkin. Air merupakan sumber
kehidupan bagi manusia. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak dapat dipisahkan
dari senyawa kimia ini. Demikian besar manfaat air bagi kehidupan seperti untuk
kebutuhan rumah tangga yaitu sebagai air minum, kebutuhan industri, air irigasi
untuk pertanian sampai pembangkit listrik tenaga air.
Jaringan irigasi merupakan sekumpulan bangunan bangunan sadap,
bangunan bagi, bangunan silang, pelengkap, saluran pembawa, saluran dan
bangunan yang terdapat dalam suatu lahan yang petak sawahnya memanfaatkan
air dari sumber yang sama. Jaringan irigasi sangatlah penting dalam pengairan,
semua tumbuhan membutuhkan air untuk bertahan hidup. Jika kebutuhan air
tanaman kurang maka hasil yang diperoleh pun akan berkurang.
Dengan demikian pembangunan saluran irigasi sangat diperlukan untuk
menunjang penyediaan bahan pangan, sehingga ketersediaan air di lahan akan
terpenuhi walaupun lahan tersebut berada jauh dari sumber air permukaan
(sungai). Hal tersebut tidak terlepas dari usaha teknik irigasi yaitu memberikan air
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
dengan kondisi tepat mutu, tepat ruang dan tepat waktu dengan cara yang efektif
dan ekonomis.
Oleh karena itu kita sebagai mahasiswa teknik pertanian perlu mempelajari
sistem jaringan irigasi,guna mengetahui bagaimana kondisi dari saluran irigasi
tersebut,apakah penyaluran air optimal ke lahan pertanian atau tidak.
2.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum jaringan irigasi adalah :
1. Mengenal bangunan yang ada pada suatu jaringan irigasi
2. Mengenal tata cara pemberian nama atau kode pada bangunan irigasi
3. Mengenal macam macam, fungsi, kegunaan serta cara pengoprasian
bangunan irigasi
2.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum jaringan irigasi ini antara lain :
1. Para praktikan dapat mengetahui dan memahami jaringan irigasi
2. Para praktikan dapat menentukan jenis irigasi yang lebih cocok digunakan
pada suatu daerah tetentu
3. Para praktikan mengetahui jenis dan fungsi jaringan irigasi
2.4 Tinjauan Pustaka
2.4.1 Pengertian Irigasi
Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang
diperlukan untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan,
pembagian, pemberian dan penggunaannya. Secara hirarki jaringan irigasi dibagi
menjadi jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan utama meliputi bangunan,
saluran primer dan saluran sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari
bangunan dan saluran yang berada dalam petak tersier. Suatu kesatuan wilayah
yang mendapatkan air dari suatu jarigan irigasi disebut dengan Daerah Irigasi.
2.4.2
KELOMPOK 11
saluran primer dan saluran sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari
bangunan dan saluran yang berada di petakan tersier. Suatu kesatuan wilayah
yang mendapatkan air dari suatu jaringan irigasi disebut dengan daerah irigasi.
(Direktorat Jenderal Pengairan, 1986)
Fungsi jaringan irigasi yang utama adalah memenuhi kebutuhan air bagi
pertumbuhan tanaman. Fungsi dari sebuah jaringan irigasi adalah lebih kompleks.
Fungsi tersebut antara lain :
1. Mengambil air dari sumber air (diverting). Sumber air yang umumnya
digunakan antara sumur air, sungai, waduk, bendungan dan danau.
2. Membawa atau mengalirkan air dari sumber air ke
lahan
KELOMPOK 11
Macam-macam irigasi
Ketersediaan sumber air irigasi sangat penting. Salah satu upaya mencari
potensi sumber air irigasi adalah dengan melakukan deteksi air bawah permukaan
(groundwater) melalui pemetaan karakteristik air bawah tanah. Cara ini dapat
memberikan informasi mengenai sebaran, volume dan kedalaman sumber air
untuk mengembangkan irigasi suplemen.
Keberhasilan peningkatan produksi tanaman hortikultura di Indonesia
tidak terlepas dari peran irigasi yang merupakan salah satu faktor produksi
penting. Usaha untuk mencapai target produksi di satu sisi, dan teknologi tepat
dan murah di sisi lain telah mendorong penggunaan air secara berlebihan tanpa
mempertimbangkan
efisiensi
penggunaan
sumber
daya
yang
tersedia
Teknologi dibidang irigasi merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya
meningkatkan produksi pertanian, khususnya pada pertanian lahan kering.
Oleh karena itu, sejalan dengan perkembangan dan kemajuan di bidang
irigasi, maka teknologi irigasi yang umum dilakukan oleh petani perlu
disempurnakan
berdasarkan
penelitian
dan
pengkajian
yang
terbaru.
Salah satu rahasia membuat tanaman subur dan sehat adalah dengan cara
mengalirkan air yang sering sampai ke dalam akar. Berikut ini beberapa macam
irigasi:
1. irigasi tetes
2. irigasi sprinkeler
3. irigasi kendi , dll
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
2.4.4
Saluran primer adalah saluran yang membawa air sejak dari Pintu
Intake sampai pada Bangunan Bagi yang membagi air ke Saluran
Sekunder.
2.
3.
4.
5.
Saluran
Pembuang
Drainase
adalah
Saluran
yang
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
Bangunan irigasi
1. Bangunan utama
Bangunan utama adalah suatu komplek bangunan yang direncanakan
dibangun di sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke saluran
irigasi. Bangunan utama dapat mengatur debit dan mengurangi sedimen yang
masuk ke saluran irigasi. Bangunan utama terdiri dari: bangunan pengelak dengan
peredam energy, pengambilan utama, pintu bilas, kolam olak, kantung lumpur,
dan tanggul banjir. Bendungan (weir) berfungsi untuk mengatur atau meninggikan
muka air hingga dapat disadap.
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
2. Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa mempunyai fungsi membawa atau mengalirkan air
dari sumbernya menuju petak irigasi. Bangunan pembawa meliputi saluran
primer, saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kuarter. Termasuk saluran
pembawa adalah talang, gorong-gorong. Saluran primer biasanya diberi nama
sesuai daerah irigasi yang dilayani. Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan
sesuai nama desa yang terletak pada saluran sekunder.
3. Bangunan Bagi dan Sadap
Bangunan Bagi adalah
KELOMPOK 11
berlimpah dan kemiringan berkisar antara sedang dan curam. Oleh karena itu
hampir-hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untuk pembagian air.
Jaringan irigasi ini walaupun mudah diorganisir namun memiliki
kelemahan- kelemahan serius yakni :
a. Ada pemborosan air dan karena pada umumnya jaringan ini terletak di
daerah yang tinggi, air yang terbuang tidak selalu dapat mencapai daerah
rendah yang subur.
b. Terdapat banyak pengendapan yang memerlukan lebih banyak biaya dari
penduduk karena tiap desa membuat jaringan dan pengambilan sendirisendiri.
c. Karena bangunan penangkap air bukan bangunan tetap/permanen, maka
umumya pendek.
2. Jaringan Irigasi Semi Teknis
Pada jaringan irigasi semi teknis, bangunan bendungnya terletak di sungai
lengkap dengan pintu pengambilan tanpa bangunan pengukur di bagian hilirnya.
Beberapa bangunan permanen biasanya juga sudah dibangun di. jaringan saluran.
Sistim pembagian air biasanya serupa dengan jaringan sederhana. Bangunan
pengambilan dipakai untuk melayani/mengairi daerah yang lebih luas dari pada
daerah layananjaringan sederhana.
3.
KELOMPOK 11
didalam suatu jaringan saluran pembuang tersier dan kuarter dan selanjutnya
dialirkan ke jaringan pembuang sekunder dan kuarter.
Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip-prinsi di atas adalah
cara pembagian air yang paling efisien dengan mempertimbangkan waktu- waktu
merosotnya persediaan air serta kebutuhan petani. Jaringan irigasi teknis
memungkinkan dilakukannya pengukuran aliran, pembagian air irigasi dan
pembuangan air lebih secara efisien. Jika petak tersier hanya memperoleh air pada
satu tempat saja dari jaringan utama, hal ini akan memerlukan jumlah bangunan
yang lebih sedikit di saluran primer, ekspoitasi yang lebih baik dan pemeliharaan
yang lebih murah. Kesalahan dalam pengelolaan air di petak-petak tersier juga
tidak akan mempengaruhi pembagian air di jaringan utama.
2.4.8
NO
Simbol Jaringan
Irigasi
Arti Sombol
Keterangan
Terdapat
irigasi
Bendungan
Utama
pada
yang
hulu
jaringan
berfungi
untuk
melalui
saluran
primer,sekunder,dan tersier
Menggambarkan aliran air yang
2
Arah aliran
air
Berfungsi untuk patokan dalam
Cipoletti
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
Saluran
primer
Saluran
Sekunder
ke saluran tersier
Saluran yang menerima airdari
Saluran
Tersier
mengalirkannya ke lahan
pertanian
Talang Air
Jembatan
Jembatan
Kecil
saluran
Berfungsi untuk membagi saluran
10
Bangunan
Bagi sadap
11
HANA DESLIANA
1111112045
Banguna
saluran
sekunder
Bagi
KELOMPOK 11
Sawah
13
Lebar
lebar
14
Kolam Ikan
ada
ikan
Metoda Praktikum
Hasil
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
Hasil dari pengenalan jaringan irigasi ini adalah berupa sketsa. Untuk
gambar sketsa hasil pengamatan jaringan irgasi Gunung Nago dapat dilihat pada
lampiran. Gambar sketsa dimulai dari irigasi sekunder Gunung Nago di jaringan
irigsi daerah Kampung dalam sekitaran musallah Darussalam mulai dari pos
pemuda sampai pada bangunan bagi didekat daerah tersebut.
wawancar terhadap tiga orang yang berbeda yang menggunakan air irigasi
tersebut
a. Menggunakan air untuk mengairi sawah
Nama
: Buk Yur
Umur
: 50 tahun
Alamat
: Kapalo Koto
b. Menggunakan air untuk kolam ikan
Nama
: Bapak Dedi
Umur
: 50 tahun
Alamat
: Kapalo Koto
c. Menggunakan air untuk mandi dan mencuci
Nama
: Buk Dahlia
Umur
: 30 tahun
Alamat
: Kampung Dalam
Menurut wawancara kami dengan warga sekitar yang tinggal disekitar
daerah irigasi dan menggunakan air irigasi untuk memenuhi kebutuhan. Menurut
beliau juga air di irigasi ini juga tidak pernah kurang sehingga dapat
dimaksimalkan oleh petani didaerah sekitarnya. Air irigasi ini juga dimanfaatkan
oleh warga sekitarnya untuk beternak ikan. Karena disepanjang irigasi ini banyak
ditemui kolam ikan.
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan kepada petani dan masyarakat
yang berada disekitar irigasi Gunung Nago, saya dapat menyimpulkan bahwa
penggunaan irigasi ini sudah tidak hanya sebatas pengairan sawah secara khusus,
tetapi
sudah
mengalami
perkembangan
seperti
penggunaan
kebutuhan
masyarakat, untuk kebutuhan sehari-hari. Hal ini juga yang menyebabkan banyak
timbul masalah pada saluran, contohnya banyak masyarakat yang membuang
sampah, sisa air cucian dan limbah rumah tangga padsa saluran tersebut sehingga
saluran irigasi tersebut tercemar. Masyarakat berpendapat bahwa pemeliharaan
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh setelah melakukan pratikum dan survey
ke irigasi Gunung Nago, dapat diketahui bangunan bangunan yang ada dalam
jaringan irigasi tersebut. Yang pertama yaitu bendungan, saluran primer, saluran
skunder, saluran tersier dan juga petak tersier. Bangunan-bangunan pelengkap
lainnya seperti bangunan cipoletti, bangunan bagi, bangunan sadap, bangunan
bagi sadap, dan bangunan lainnya.
Di sepanjang saluran tersebut, banyak ditemukan kerusakan pada badanbadan saluran, seperti terkikisnya dinding saluran sehingga dapat menyebabkan
sedimentasi. Pada sisi lain ada juga terdapat batu-batuan yang menyebabkan aliran
air terganggu.
Dari data di atas dapat di bahas, bahwasannya bangunan-bangunan
tersebut dapat dikatakan kurang layak, karena banyak bangunan yang rusak.
Namun kerusakan-kerusakan yang ada hanya pada saluran-saluran banyak yang
terkikis akibat derasnya debit sehingga angka-angka pengukur kedalaman airnya
mulai hilang. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan perawatan yang
rutin, serta peninjauan dari dinas yang terkait.Sealin itu alih fungsi juga dilakukan
oleh warga sekitar saluaran irigasi,kebanyakan warga sekitar menggunakan
saluran irigasi sebagai tempat cucian dan pemandian,sedangkan pada hasil
wawancara kemarin pendistribusian air hanya optimal untuk perikanan.
2.7
2.7.1
Kesimpulan
Dari pengamatan dan wawancara yang dilakukan dilapangan,bahwasanya
KELOMPOK 11
Saran
BAB III
PENGENALAN PERANGKAT LUNAK KEBUTUHAN AIR
IRIGASI (CROPWAT)
3.1. Latar Belakang
Salah satu perangkat lunak dalam bidang irigasi adalah CROPWAT yang
disusun oleh FAO. CROPWAT dapat dipergunakan untuk menghitung
evapotranspirasi potensial, evapotranspirasi actual, kebutuhan air irigasi satu jenis
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
Tujuan
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
karakteristiknya.
Tinjauan Pustaka
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
3.4.2
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
Unsur-unsur Iklim
1. Penyinaran Matahari
Penyinaran matahari dapat mengubah suhu dipermukaan bumi. Banyaknya
jumlah panas yang dapat diterima oleh permukaan bumi tergantung pada lamanya
penyinaran, kemiringan sudut datang sinar matahari ke bumi, keadaan awan, dan
juga keadaan bumi itu sendiri.
2. Suhu Udara
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat yang
digunakan untuk mengukur suhu udara disebut termometer. Ada tiga macam skala
yang digunakan, yaitu Celcius, Fahrenheit, dan Kelvin. Energi panas matahari
tidak semuanya diserap akan tetapi ada sebagian yang dipantulkan kembali ke
atmosfer. Dipermukaan bumi perbedaan suhu dari satu tempat dengan tempat
lainnya dipengaruhi oleh ketinggian tempat dan letak lintang.
3. Kelembapan Udara
Kelembapan udara adalah kandungan uap air dalam udara. Alat yang
digunakan untuk mengukur kelembapan udra adalah higrometer.
4. Tekanan Udara
Udara merupakan benda gas yang mempunyai massa, dan volume. Oleh
karena itu udara memiliki tekanan yang disebut tekanan udara. Besar kecilnya
udara dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut barometer. Besar
tekanan udara dinyatakan denganmilibar (mb). Ketinggian suatu tempat sangat
mempengaruhi besarnya tekanan udara. Tekanan udara disuatu tempat juga dapat
berubah karena dipengaruhi oleh suhu udara. Pemanasan radiasi matahadi
menyebabkan pemuaian sehingga udara akan menjadi lebih ringan.
5. Angin
Udara yang bergerak dari daerah yang bertekanan udara tinggi ke tekanan
udara yang rendah disebut dengan angin. Angin mempunyai kecepatan yang
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
bergantung pada beda tekanan udara antara dua tempat. Semakin besar beda
tekanannya, maka senakin besar kecepatannya. Alat yang digunakan untuk
mengukur necepatan angin adalah anemometer. Angin juga memiliki arah, arah
gerakan angin selain dipengaruhi oleh perbedaan tekanan, angin juga dipengaruhi
oleh gerakan rotasi bumi yang menghasilkan gya coriolis dan gaya gesekan
dengan permukaan bumi. Daerah Konvergasi Antar Tropik adalah suatu zona yang
memilki suhu tertinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya, dan daerah ini
merupakan daerah pertemuan dua angin pasat.
6. Curah Hujan (Presipitasi)
Curah hujan adalah banyaknya air hujan atau kristal es yang jatuh ke
permukaan bumi. Curah hujan juga dapat diukur dengan menggunakan corong
hujan atau biasa disebut ombrometer dengan satuan inci atau milimeter.
3.4.4
tanaman rumput yang sehat dan mendapat air cukup. Kebutuhan air untuk
tanaman lain secara langsung dibandingkan dengan parameter iklim ini.
Metode Penman Modifikasi (FAO ID No.24) secara umum telah
diterima sebagai metode yang cukup untuk menghitung evapotranspirasi dari data
klimatologi seperti: temperatur, kelembaban (humidity), radiasi penyinaran
(sunshine) dan kecepatan angin (windspeed). Data klimatologi harus diambil dari
stasiun terdekat dan yang paling mewakili daerah kajian. Data pertama yang
penting dari stasiun klimatologi ini adalah elevasi ketinggian (altitude) dan
latitude. Masukan data klimatologi meliputi tiap bulanan:
1. Temperatur dalam derajat Celcius, dapat sebagai temperatur ratarata harian atau
sebagai temperatur maksimum dan minimum dalam bulan.
2. Kelembaban udara (airhumidity) dapat diberikan sebagai kelembaban relatif
(relative humidity) dalam persen (0 100) atau vapour pressure dalam mbar
(1 50). Untuk membedakan diantara kedua satuan di atas, nilai vapour
pressure dimasukkan sebagai nilai negatif, misalnya 12.5 mbar ditulis 12.5.
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
3. Penyinaran (daily sunshine) dapat diberikan sebagai persentase (20 100) dari
perbandingan penyinaran terhadap panjang hari; atau pecahan (0 1) atau
sebagai lamanya penyinaran dalam jam (1 20).
4. Kecepatan angin (windspeed) dapat diberikan dalam km/hari (10 500) atau
m/det (0 10).
5. Nilai > 10 menafsirkan sebagai kecepatan angin dalam km/hari
Nilai < 10 menafsirkan sebagai kecepatan angin dalam m/det
Adapun rumus atau metoda yang berkaitan dengan cropwat adalah rumus
penman mounteith dan metoda USDA :
a. Rumus Penman Mounteith
Metode Penman (FAO ID No.24) secara umum telah diterima sebagai
metode yang cukup untuk menghitung evapotranspirasi dari data klimatologi
seperti: temperatur, kelembaban (humidity), radiasi penyinaran (sunshine) dan
kecepatan angin (windspeed). Data klimatologi harus diambil dari stasiun terdekat
dan yang paling mewakili daerah kajian. Data pertama yang penting dari stasiun
klimatologi ini adalah elevasi ketinggian (altitude) dan latitude. Masukan data
klimatologi meliputi tiap bulanan:
1. Temperatur dalam derajat Celcius, dapat sebagai temperatur ratarata harian
atau sebagai temperatur maksimum dan minimum dalam bulan.
2. Kelembaban udara (air humidity) dapat diberikan sebagai kelembaban
relatif (relative humidity) dalam persen (0 100) atau vapour pressure
dalam mbar (1 50). Untuk membedakan diantara kedua satuan di atas,
nilai vapour pressure dimasukkan sebagai nilai negatif, misalnya 12.5
mbar ditulis 12.5.
3. Penyinaran (daily sunshine) dapat diberikan sebagai persentase (20 100)
dari perbandingan penyinaran terhadap panjang hari; atau pecahan (0 1)
atau sebagai lamanya penyinaran dalam jam (1 20).
4. Kecepatan angin (windspeed) dapat diberikan dalam km/hari (10 500)
atau m/det (0 10).
a. Nilai > 10 menafsirkan sebagai kecepatan angin dalam km/hari
Nilai < 10 menafsirkan sebagai kecepatan angin dalam m/det
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
Lv
ETo
Rn
cp
ga
gs
dimana r
KELOMPOK 11
diterapkan. Oleh pembuatnya, sistem ini diusahakan untuk dipakai sebagai alat
komunikasi antarpakar tanah, tetapi kemudian tersaingi oleh sistem WRB.
Meskipun demikian, beberapa konsep dalam sistem USDA tetap dipakai dalam
sistem WRB yang dianggap lebih mewakili kepentingan dunia.
Sistem ini bersifat hierarkis. Pada aras pertama, terdapat penggolongan 12
(pada versi pertama berjumlah sepuluh) kelompok utama yang disebut soil order
("ordo tanah") adalah :
a. Entisol (membentuk akhiran -ent)
b. Inceptisol (membentuk akhiran -ept)
c. Alfisol (membentuk akhiran -alf)
d. Ultisol (membentuk akhiran -ult)
e. Oxisol (membentuk akhiran -ox)
f. Vertisol (membentuk akhiran -vert)
g. Mollisol (membentuk akhiran -mol)
h. Spodosol (membentuk akhiran -od)
i. Histosol (membentuk akhiran -ist)
j. Andosol (membentuk akhiran -and)
k. Aridisol (membentuk akhiran -id)
l. Gleisol (membentuk akhiran )
Penamaan berikutnya ditentukan oleh kondisi masing-masing
order. Sistem USDA mempertimbangkan aspek pembentukan tanah akibat faktor
aktivitas di bumi dan atmosfer.
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
3.4.5
adalah
sulit
diperkirakan.
Curah
hujan
sangat
bervariasi
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
3.5
Metoda Praktikum
3.5.1
KELOMPOK 11
3.5.2
3.
Masukan data curah hujan yaitu jumlah curah hujan yang terjadi dalam
satu bulan. Ketik nama stasiun dan ubah Eff. rain method menjadi USDA
S.C Metode.
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
4.
Klik menu Crop lalu pilih jenis tanaman pada menu open lalu ketik jadwal
tanam yang diinginkan. initial stage yaitu masa permulaan tanam,
development stage yaitu masa pertumbuhan, mid season yaitu masa
pembungaan, late season yaitu masa pemasakan dan panen.
5.
Klik menu soil, lalu pilih jenis tanah yang akan digunakan. Tabel soil data
yang di input adalah red loamy. Pada table ini dapat kita simpulkan bahwa
total ketersediaan kelembaban tanah 180.0 mm/meter. intrfiltras hujan
maximum dengan jangka 30 mm/hari, Kedalaman akar maximum 900cm.
Tingkat deplesi kelembaban pada tahap awal 0 %, dengan kelembaban tanah
awal 180ml/m.
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
Gambar 7 Soil
Sumber : Analisis Data Model Cropwat
6.
Hasil output dari kebutuhan air untuk tanaman tersebut dapat dilihat pada
output.
Pada table CWR dengan pengimputan data climate/ETo, rain, soil, maka
akan dapat diketahui berapa besarnya Kc, Etc dalam mm/ hati dan Etc mm/dec.
serta didapatkan rata-rata nilai eff rain dan irr req. dimana dalam kurun waktu 6
bulan , dalam masa penanaman hingga pertengahan musim koefisiennya yang
paling tinggi adalah pada bulan april - mei. Etc tertinggi pada masa awal tanam.
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
Pada tanaman cabbage penambahan air tidak diperlukan karena curah hujan sudah
memenuhi kebutuhan air tanaman.
Dari grafik diatas evapotranspirasi tertinggi terjadi pada awal masa tanam.
Penambahan kebutuhan air tanaman atau irigasi tidak diperlukan karena curah
hujan dapat memenuhi kebutuhan air pada tanaman.
KELOMPOK 11
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
Tanaman Cabbage cocok ditanam pada tanah red loamy. Total irigasi 0 dan efisien
curah hujan 16,5 %. Curah hujan mencukupi kebutuhan air tanaman.
3.7.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum selanjutnya yaitu :
1.
BAB IV
PENENTUAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAN KEBUTUHAN AIR
TANAMAN
4.1
Latar Belakang
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
Dalam sebuah kegiatan pertanian, kebutuhan air sudah tak merupakan hal
yang mutlak diperlukan setelah tanah. Tanpa adanya air tumbuhan tidak akan
dapat tumbuh. Tanaman yang diusahakan dalam kegiatan pertanian pada umumya
membutuhkan air yang cukup agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik,
hingga menghasilkan produksi yang maksimal tentunya.
tanaman haruslah sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman tersebut, pemberian air
yang berlebihan atau tidak sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman juga akan
mengganggu pertumbuhan tanaman tersebut, atau bahkan akan berakibat pada
kematian pada tanaman tersbut. Sedangkan pada tanaman yang pemberian airnya
kurang juga akan berakibat terhambatnya pertumbuhan pada tanaman, oleh karena
itu pemberian air pada tanaman hendaklah dilakukan sesuai dengan yang
dibutuhkan tanaman.
Pengukuran atau pengamatan curah hujan dilakukan guna untuk
kepentingan tertentu, misalnya ramalan cuaca, penentuan musim tanam,
perancangan saluran drainase dan lain sebagainya. Untuk mengetahui data curah
hujan yang mendekati data sebenarnya, diadakan sebuah stasiun pemantau, yang
dilengkapi dengan alat tertentu dan bertugas untuk memantau sekaligus merekap
hasil pantauannya tersebut.
Oleh sebab itu pengetahuan tentang kebutuhan air tanaman dan kebutuhan
air irigasi sangat penting diketahui, apalagi sebagai mahasiswa yang bergelut
dalam bidang teknik pertanian. Dengan adanya pengetahuan tersebut, kita dapat
menentukan kebutuhan air yang sebenarnya dibutuhkan oleh tanaman sehingga
tanaman tersebut dapat berkembang dengan baik dan berproduksi secara
maksimal pula. Hasil akhir yang ingin diperoleh dari pertumbuhan tanaman yang
baik itu tentunya produksi dari tanaman itu sendiri,baik itu secara kualitas ataupun
kuantitasnya.
Dalam bidang teknik pertanian pengetahuan dan pemahaman tentang ke
klimatologian tersebut sangat dibutuhkan, dikarenakan mahasiswa yang akan
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
berhubungan atau bergelut dibidang teknik tanah dan air tentunya sangat
memerlukan data tentang klimatologi tersebut.
4.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum klimatologi dan penentuan kebutuhan air irigasi
pada tanaman ini adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
tanaman
5. Menetukan jenis tanaman yang dapat tumbuh pada suatu areal sesuai dengan
keadaan iklim pada suatu areal tersebut
4.3
Manfaat
Manfaat dari praktikum klimatologi dan penentuan kebutuhan air irigasi
atau tanaman ini adalah sebagai berikut :
1.
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa itu klimatologi dan unsur-
2.
3.
4.
4.4
Tinjauan Pustaka
4.4.1
Pengertian Klimatologi
Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang atmosfer. Mirip dengan
KELOMPOK 11
sendiri berarti Ilmu.Jadi definisi Klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran
dan penjelasan sifat iklim, mengapa iklim di berbagai tempat di bumi berbeda,
dan bagaimana kaitan antara iklim dan dengan aktivitas manusia.Karena
klimatologi memerlukan interpretasi dari data-data yang banyak sehingga
memerlukan statistik dalam pengerjaannya, orang-orang sering juga mengatakan
klimatologi sebagai meteorologi statistik (Tjasyono, 2004).
4.4.2
Unsur-Unsur Klimatologi
Iklim merupakan keadaan cuaca rata-rata atau keadaan cuaca jangka
panjang pada suatu daerah, meliputi kurun waktu beberapa bulan atau beberapa
tahun.
1. Penyinaran Matahari
Penyinaran matahari dapat mengubah suhu dipermukaan bumi. Banyaknya
jumlah panas yang dapat diterima oleh permukaan bumi tergantung pada lamanya
penyinaran, kemiringan sudut datang sinar matahari ke bumi, keadaan awan, dan
juga keadaan bumi itu sendiri.
2. Suhu Udara
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat yang
digunakan untuk mengukur suhu udara disebut termometer. Ada tiga macam skala
yang digunakan, yaitu Celcius, Fahrenheit, dan Kelvin. Energi panas matahari
tidak semuanya diserap akan tetapi ada sebagian yang dipantulkan kembali ke
atmosfer. Dipermukaan bumi perbedaan suhu dari satu tempat dengan tempat
lainnya dipengaruhi oleh ketinggian tempat dan letak lintang. Penurunan semacam
itu dinamakan Gradien Temperatur Vertikal atau Lapse Rate. Berdasarkan letak
astronomis suhu udara akn lebih tinggi didaerah sekitar ekuator. Garispada peta
yang menghubungkan tempat yang memiliki suhu udara sama disebut isoterm.
3. Kelembapan Udara
Kelembapan udara adalah kandungan uap air dalam udara. Alat yang
digunakan untuk mengukur kelembapan udra adalah higrometer.
4. Tekanan Udara
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
Udara merupakan benda gas yang mempunyai massa, dan volume. Oleh
karena itu udara memiliki tekanan yang disebut tekanan udara. Besar kecilnya
udara dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut barometer. Besar
tekanan udara dinyatakan dengan milibar (mb). Ketinggian suatu temapat sangat
mempengaruhi besarnya tekanan udara. Tekanan udara disuatu tempat juga dapat
berubah karena dipengaruhi oleh suhu udara. Pemanasan radiasi matahadi
menyebabkan
5. Angin
Udara yang bergerak dari daerah yang bertekanan udara tinggi ke tekanan
udara yang rendah disebut dengan angin. Angin mempunyai kecepatan yang
bergantung pada beda tekanan udara antara dua tempat. Semakin besar beda
tekanannya, maka senakin besar kecepatannya. Alat yang digunakan untuk
mengukur necepatan angin adalah anemometer. Angin juga memiliki arah, arah
gerakan angin selain dipengaruhi oleh perbedaan tekanan, angin juga dipengaruhi
oleh gerakan rotasi bumi yang menghasilkan gya coriolis dan gaya gesekan
dengan permukaan bumi. Daerah Konvergasi Antar Tropik adalah suatu zona yang
memilki suhu tertinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya, dan daerah ini
merupakan daerah pertemuan dua angin pasat.
6. Awan
Awan merupakan kumpulan partikel air yang melayang-layang di udara,
sedangkan yang dekat dengan permukaan bumi disebut kabut. Inti kondensasi
merupakan titik air yang mengumpul pada sekeliling partikel-partikel kecil. Intiinti tersebut biasanya terdiri atas asap, benda mikroskopik yang bersifat
menyerap, dan kristal garam. Jenis awan didasarkan pada bentuk awan dan
ketinggiannya didalam atmosfer. Awan yang bergumpal disebut kumulus, awan
yang berlapis disebut stratus, dan awan yang berserat disebut sirus. Sedangkan
awan tinggi yang tidak memberikan hujan dinamakan alto, dan awan rendah yang
memeberikan hujan dinamakan nimbus.
7. Curah Hujan (Presipitasi)
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
Curah hujan adalah banyaknya air hujan atau kristal es yang jatuh ke
permukaan bumi. Curah hujan juga dapat diukur dengan menggunakan corong
hujan atau biasa disebut ombrometer dengan satuan inci atau milimeter.
4.41.3. Kebutuhan Air Irigasi
Air irigasi merupakan air yang diambil dari suatu sungai atau waduk
melalui saluran-saluran irigasi yang disalurkan ke lahan pertanian guna menjaga
keseimbangan air dan kepentingan pertanian (Suhardjono, 1994 dalam Gunawan,
2008).
Kebutuhan air konsumtif. Kebutuhan air konsumsi memiliki makna bahwa
setiap tanaman akan memiliki kebutuhan tertentu terhadap air sehingga antara
tanaman satu dengan lainnya akan memiliki kebutuhan yang berbeda dalam
menggunakan air. Dengan menggunakan standar yang sudah ada maka besarnya
kebutuhan air konsumtif dapat dihitung menggunakan rumus berikut.
Etc = Eto x kc
Keterangan :
Etc
Eto
= evapotranspirasi (mm/hari),
kc
= koefisien tanaman.
Penggunaan konsumtif adalah jumlah total air yang dikonsumsi tanaman untuk p
enguapan
(evaporasi),
transpirasi
dan
aktivitas
metabolisme
tanaman.
KELOMPOK 11
Jenis tanah dapat mempengaruhi kebutuhan air irigasi. Semakin padat atau rapat
pori suatu jenis tanah, maka kebutuhan airnya akan semakin besar dan begitu
sebaliknya
b. Cara pemberian air
Cara pemberian air mempengaruhi kebutuhan air irigasi karena pada masingmasing cara pemberian air memiliki volume tertentu agar kebutuhan air irigasi
terpenuhi.
c. Jenis tanaman
Setiap jenis tanaman memiliki kebutuhan air yang berbeda, kebutuhan air tersebut
sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut.
d. Cara pengelolaan atau pemeliharaan saluran irigasi
Pengelolaan dan pemeliharaan saluran irigasi mempengaruhi kebutuhan air irigasi,
karena jumlah kebutuhan air irigasi tergantung pada berapa air yang dibutuhkan
sesuai dengan pengelolaan.
e. Pengelolaan tanah
f. Iklim dan keadaan cuaca.
Iklim dan cuaca merupakan faktor penting dalam menentukan kebutuhan air
irigasi, karena tidak pada semua keadaan cuaca dan iklim jumlah kebutuhan air
sama.
4.4.4 Metode Kebutuhan Air Tanaman Dan Kebutuhan Air Irigasi
Adapun metodemetode pengukuran yang digunakan adalah sebagai berikut
a. Metode aritmatik
Metode rata-rata aritmatik merupakan metode yang paling sederhana. Metode ini
umumnya digunakan untuk menghitung tebal hujan pada wilayah dengan
topografi datar dengan stasiun pengamatan hujan yang cukup banyak. Persamaan
yang digunakan adalah :
P rata-rata = 1/n ( p1 + P2 + P3 + ...... + Pn)
Keterangan : P = tebal hujan (mm)
n = jumlah stasiun pengamatan
b. Isohiet
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
Isohiet menggambarkan suatu garis dengan tebal hujan yang sama besarnya,
persamaan yang digunakan adalah :
Prata-rata = 1/A ( A1P1+A2P2+A3P3....+AnPn)
Keterangan : P = tebal hujan (mm)
A = luas daerah diantara dua garis isohiet (km2)
c. Metode polygon Theissen
Metode polygon Theissen didasarkan pada anggapan bahwa sebuah stasiun hujan
dapat mewakili pengamatan tebal hujan pada wilayah dengan unit luasan tertentu
dan dibatasi oleh garis tegak lurus yang menghubungan stasiun hujan lain yang
berada di dekatnya. Persamaan yang digunakan adalah :
Prata-rata = P1A1 + P2A2 + .... + PnAn / A1 + A2+ ..... An
Keterangan:
d. Metode Blaney-Criddle
Metode Blaney-Cridle memerlukan data meteorologi berupa suhu udara dan
data pendukung berupa letak lintang dan faktor koreksi c, persamaan yang
digunakan adalah :
= p . +
Keterangan :
Eto = evapotranspirasi potensial (mm/hari)
C
e. Metode radiasi
Metode radiasi membutuhkan data metereologi berupa suhu udara dan
panjang hari, persamaan yang digunakan adalah :
= ( . )
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
= . + ( .
Keterangan :
ETo = Evapotranspirasi potensial (mm/hari)
C
Ra = Radiasi teresterial
f. Metode Penmant-Monteith
Metode Penman membutuhkan data metereologi berupa suhu udara,
kelembaban, kecepatan angin, lama penyinaran dan intsitas radiasi. Persamaan
yang digunakan adalah :
= .+ ( ) ( ) ( )
Keterangan :
ETo
Rn
= .+ ( .
= ( ) ( ) (
= . .
= . ( +
HANA DESLIANA
1111112045
)
KELOMPOK 11
RH
=
=kelembaban relatif
(ed-ea) = Perbedaan antara tekanan udara jenuh dan udara atmosfir (mbar)
f(u)
Keterangan :
ETo = Evapotranspirasi potensial (mm/hari)
Kp = koefisien panci
4.4.5
periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan
horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan infiltrasi. intensitas hujan
adalah jumlah air yang jatuh di permukaan bumi tanah datar selama periode
tertentu.
Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan persatuan jangka waktu
tertentu. Apabila dikatakan intensitasnya besar berarti hujan lebat dan kondisi ini
sangat berbahaya karena berdampak dapat menimbulkan banjir, longsor dan efek
negatif terhadap tanaman.
4.4.6
Evaporasi
Evaporasi Adalah proses pertukaran melalui molekul air di atmosfer atau
peristiwa
berubahnya
air
atau
es
menjadi
uap
di
udara.
Penguapan terjadi pada tiap keadaan suhu sampai udara di permukaan tanah
menjadi jenuh dengan uap air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi yaitu :
1. Radiasi Matahari
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
Pada setiap perubahan bentuk zat; dari es menjadi air (pencairan), dari zat
cair menjadi gas (penguapan) dan dari es lengsung menjadi uap air (penyubliman)
diperlukan panas laten (laten heat). Panas laten untuk penguapan berasal dari
radiasi matahari dan tanah. Radiasi matahari merupakan sumber utama panas dan
mempengaruhi jumlah evaporasi di atas permukaan bumi, yang tergantung letak
pada garis lintang dan musim.
2. Temperatur
Temperatur udara pada permukaan evaporasi sangat berpengaruh terhadap
evaporasi. Semakin tinggi temperatur semakin besar kemampuan udara untuk
menyerap uap air. Selain itu semakin tinggi temperatur, energi kinetik molekul air
meningkat sehingga molekul air semakin banyak yang berpindah ke lapis udara di
atasnya dalam bentuk uap air. Oleh karena itu di daerah beriklim tropis jumlah
evaorasi lebih tinggi, di banding dengan daerah di kutub (daerah beriklim dingin).
Untuk variasi harian dan bulanan temperatur udara di Indonesia relatif kecil.
3. Kelembaban Udara
Udara lembab merupakan campuran dari udara kering dan uap air. Apabila
jumlah uap air yang masuk ke udara semakin banyak, tekanan uapnya juga
semakin tinggi. Akibatnya perbedaan tekanan uap semakin kecil, yang
menyebabkan berkurangnya laju penguapan. Apabila udara di atas permukaan air
sudah jenuh uap air tekanan udara telah mencapai tekanan uap jenuh, di mana
pada saat itu penguapan terhenti. Kelembaban udara dinyatakan dengan
kelembaban relatif.
4. Kecepatan Angin
Penguapan yang terjadi menyebabkan udara di atas permukaan evaporasi
menjadi lebih lembab, sampai akhirnya udara menjadi jenuh terhadap uap air dan
proses evaporasi terhenti. Agar proses penguapan dapat berjalan terus lapisan
udara yang telah jenuh tersebut harus diganti dengan udara kering. Penggantian
tersebut dapat terjadi apabila ada angin. Oleh karena itu kecepatan angin
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
merupakan faktor penting dalam evaporasi. Di daerah terbuka dan banyak angin,
penguapan akan lebih besar daripada di daerah yang terlindung dan udara diam.
Penentuan besar nilai kebutuhan air tanaman bisa dihitung berdasarkan
persamaan empiris yang telah banyak dikembangkan selama ini, ataupun
pengukuran langsung dilapangan. Ada beberapa metode untuk menghitung
kebutuhan air tanah antara lain :
1.
2.
3.
4.
Metode Blanay-Cridle
Metode radiasi
Metode penmant yang dimodifikasi untuk kawasan tropis
Metode panci evaporasi
4.4.7
Infiltrasi
Proses berlangsungnya air masuk ke permukaan tanah kita kenal dengan
infiltrasi. Laju infiltrasi dipengaruhi tekstur dan struktur, kelengasan tanah, kadar
materi tersuspensi dalam air juga waktu. Infiltrasi adalah proses meresapnya air
atau proses meresapnya air dari permukaan tanah melalui pori-pori tanah. Dari
siklus hidrologi, jelas bahwa air hujan yang jatuh di permukaan tanah sebagian
akan meresap ke dalam tanah, sabagian akan mengisi cekungan permukaan dan
sisanya merupakan overland flow. Sedangkan yang dimaksud dengan daya
infiltrasi (Fp) adalah laju infiltrasi maksimum yang dimungkinkan, ditentukan
oleh kondisi permukaan termasuk lapisan atas dari tanah. Besarnya daya infiltrasi
dinyatakan dalam mm/jam atau mm/hari. Laju infiltrasi (Fa) adalah laju infiltrasi
yang sesungguhnya terjadi yang dipengaruhi oleh intensitas hujan dan kapasitas
infiltrasi
Infiltrasi mempunyai arti penting terhadap :
1. Proses Limpasan
Daya infiltrasi menentukan besarnya air hujan yang dapat diserap ke
dalam tanah. Sekali air hujan tersebut masuk ke dalam tanah ia akan diuapkan
kembali atau mengalir sebagai air tanah. Aliran air tanah sangat lambat. Makin
besar daya infiltrasi, maka perbedaan antara intensitas curah dengan daya
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
Laju infiltrasi Pencucian partikel yang halus dapat menyumbat poripori pada permukaan awal dapat ditingkatkan dengan jeluk detensi
permukaan.
b.
c.
3.
cadangan permukaan.
Kondisi-kondisi penutup permukaan
a. Dengan melindungi tanah dari dampak tetesan hujan dan dengan
melindungi pori-pori tanah dari penyumbatan, seresah mendorong laju
4.
b.
c.
dilakukan seresah.
Urbanisasi (bangunan, jalan, sistem drainase bawah permukaan)
mengurangi infiltrasi.
Transmibilitas tanah
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
a.
5.
lapisan jenuh
Kadar air dalam tanah
Pemampatan oleh curah hujan
Tumbuh-tumbuhan
Karakteristik hujan
Kondisi-kondisi permukaan tanah
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
Jenis tanah dapat mempengaruhi kebutuhan air irigasi. Semakin padat atau
rapat pori suatu jenis tanah, maka kebutuhan airnya akan semakin besar dan
begitu sebaliknya.
d. Sistem perakaran tanaman
Kebutuhan air pada tanaman juga dipengaruhi oleh perakaran tanaman.
Kebutuha airnya akan berbeda jika sistem perakarannya berbeda.
4.5
Metoda Praktikum
4.5.1
KELOMPOK 11
Curah Hujan
(CH) (mm)
Tinggi
Air awal
(Po)(mm)
Tinggi
Penyusutan(Pc)
(mm)
Evaporasi
(E) (mm)
220
180
40
180
154
28
2.54
154
155
1,54
155
159
159
162
12
162
171
10
171
177
rata-rata
11,65
Tabel 8 Infiltrasi
F (mm/jam)
hari
10
10
10
10
10
10
Fc(mm/jam)
Fo(mm/jam)
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
57
38
19
16
15
13
13
57
10
12
20
19
18
13
25
30
28
25
20
23
23
25
60
54
49
52
47
36
36
60
4.6.2 Pembahasan
Pada pengukuran saat praktikum didapatkan hasil pengukuran curah hujan
yang terbesar pada hari keenam 12 mm dan yang terkecil pada hari kesatu 0 mm.
Pada pengukuran nilai evaporasi didapatkan hasil yang tertinggi pada hari kesatu
40 mm dan hari ketiga evaporasi yang terjadi paling rendah 1,54 mm. Sedangkan
pada pengukuran infiltrasi di dapatkan nilai yang tertinggi pada hari ketujuh 60
mm/jam dan yang terendah pada hari pertama kedua 5 mm/jam. Curah hujan
tersebut akan mempengaruhi laju infiltrasi pada tanah, semakin besar curah hujan
maka laju infiltrasi akan semakin kecil, karena kondisi tanah sudah mengalami
jenuh air
Pada hasil yang diperoleh berdasarkan data evaporasi yaitu ada satu faktor
yang mempengaruhinya, yaitu penyinaran matahari. Semakin tinggi intensitas
penyinaran dan lama waktu penyinaran, maka evaporasi yang terjadi menjadi
semakin tinggi karena kelembaban tanah menjadi berkurang dan penguapan air
yang sangat tinggi, dan semakin rendah intensitas penyinaran, maka makin rendah
atau sedikit pula terjadinya penguapan atau evaporasi.
Hubungan infiltrasi dengan curah hujan pada hasil yang diperoleh
bervariasi, hal ini kemungkinan disebabkan oleh kesalahan pengukuran yang
dilakukan.Seharusnya pengukuran infiltrasi dilakukan pada tanah ultisol, namun
banyak pengukuran dilakukan pada tanah timbunan. Infiltrasi dipengaruhi oleh
curah hujan karena curah hujan yang tinggi menyebabkan tanah menjadi jenuh air
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
sehingga infiltrasi menjadi kecil karena air susah atau lambat masuk ke dalam
tanah atau di serap oleh tanah. Begitu juga sebaliknya curah hujan yang rendah
maka infiltrasi semakin tinggi dan cepat karena tanah belum atau tidak mengalami
jenuh air sehingga air yang masuk menjadi cepat.Dari hasil yang diperoleh ini
juga dari hasil evaporasi dapat dilihat bahwa jika ada penyinaran maka nilai
evaporasi semakin besar tergantung intensitas penyinaran. Jadi semakin tinggi
curah hujan maka tingkat infiltrasi semakin kecil.
4.7 Penutup
4.7.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tentang pratikum penentuan kebutuhan air irigasi
dan air tanaman ini dapat disimpulkan bahwa tingkat evaporasi dapat dipengaruhi
radiasi matahari (intensitas penyinaran). Besarnya nilai infiltrasi dipengaruhi oleh
curah hujan. Semakin besar curah hujan maka semakin kecil infiltrasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi curah hujan maka laju
infiltrasi akan semakin kecil,begitu juga dengan evaporasi,semakin lama intensitas
penyinaran maka nilai evaporasi semakin besar dan nilai infiltrasi pun semakin
besar pula. Dari data curah hujan evaporasi dan infiltrasi diharapkan nantinya
dapat menentukan kebutuhan air tanaman sehingga tanaman tersebut dapat
tumbuh dengan baik jika tidak mencukupi maka memerlukan tambahan air untuk
kebutuhan tanaman.
4.7.2 Saran
Adapun saran dari objek kebutuhan air tanaman untuk praktikum selanjutnya
yaitu :
1. Diharapkan kepada praktikan untuk selalu mengambil data tepat waktu
sekitar jam 7 pagi agar didapatkan hasil yang bagus.
2. Ketelitian praktikan dalam membaca skala harus ditingkatkan lagi,agar
data yang didapat lebih akurat.
3. Melengkapi alat yang digunakan saat praktikum, karena alat yang kita
gunakan tidak efektif.
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
BAB V
DRAINASE
5.1
Latar Belakang
Drainase merupakan suatu bangunan yang dirancang untuk mengalirkan
air, sehingga suatu wilayah terbebas dari banjir. Oleh karena itu kita wajib untuk
untuk
mengetahui
macam-macam
saluran
drainase
serta
kegunaannya,
mengetahui tipe-tipe penampang saluran drainase. Dengan mengetahui macammacam dan tipe-tipe drainase, kita juga harus mengetahui kapasitas saluran dari
saluran drainase yang bisa menampung curah hujan yang dapat ditampung oleh
drainase tersebut. Dengan demikian diharapkan kita bisa memanfaatkan air
dengan tepat khususnya pertanian.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwasannya drainase
sangat penting dibidang pertanian. Irigasi merupakan salah satu yang
mempengaruhi tanaman dalam mengembangkan dan meningkatkan hasil produksi
tanaman. Seperti yang telah kita ketahui, ada beberapa tumbuhan yang sensitif
terhadap kelebihan air, maka dari itu dilakukan lah pembuatan drainase.
Dalam bidang pertanian, buruknya sistem drainase dari suatu lahan dapat
menyebkan berbagai masalah bagi pertumbuhan tanaman. Masalah-masalah yang
terjadi seperti tergenangnya air di areal pertanian hingga menyebabkan
pertumbuhan tanaman terganggu. Sistem drainase yang buruk juga dapat
menyebabkan meningkatnya hama dan penyakit tanaman,yaitu hama tumbuh dan
berkembang biak dengan air yang lebih.
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
KELOMPOK 11
1.
2.
c.
Menurut Fungsi
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
1. Single Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air
buangan, misalnya air hujan saja atau jenis air buangan yang lainnya
seperti limbah domestik, air limbah industri dan lain lain.
2. Multi Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis
air buangan baik secara bercampur maupun bergantian.
d. Menurut Konstruksi
1.
Saluran Terbuka. Yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan
yang terletak di daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun
untuk drainase air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/
mengganggu lingkungan.
2.
Saluran Tertutup, yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk
aliran kotor (air yang mengganggu kesehatan/lingkungan) atau untuk
saluran yang terletak di kota/permukiman.
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
b. Pararel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran
cabang (sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi
perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.
c. Grid Iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga saluransaluran cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpulan.
d. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
e. Radial
Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah.
Gambar 17 Radial
Sumber : http://riyandwiputra.blogspot.com.
Drainase Tertutup
Drainase Bawah Tanah Tertutup, yaitu saluran yang menerima air limpasan
dari daerah yang diperkeras maupun yang tidak diperkeras dan membawanya ke
sebuah pipa keluar di sisi tapak (saluran permukaan atau sungai), ke sistem
drainase kota
Drainase Bawah Tanah Tertutup dengan tempat penampungan pada tapak,
dimana drainase ini mampu menampung air limpasan dengan volume dan
kecepatan yang meningkat tanpa menyebabkan erosi dan kerusakan pada tapak.
Kelebihan dan kekurangan saluran drainase tertutup yakni :
1.
2.
2.
sampah.
Drainase Terbuka
Drainase Terbuka merupakan saluran yang mengalirkan air dengan suatu
permukaan bebas. Pada saluran air terbuka ini jika ada sampah yang menyumbat
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
dapat dengan mudah untuk dibersihkan, namun bau yang ditimbulkan dapat
mengurangi kenyamanan. Menurut asalnya, saluran dibedakan menjadi :
a.
Saluran Alam meliputi selokan kecil, kali, sungai kecil dan sungai besar
sampai saluran terbuka alamiah.
b.
KELOMPOK 11
selama
Januari
periode
1901
30
tahun
s.d.
31
dimulai
dari
Desember
:
1930
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
KELOMPOK 11
P1
P2
L1
L2
T1
T2
Volume
(m)
(m)
(m)
(m)
(m)
(m)
( m3 )
3.75
3.63
0.53
0.53
0,52
0.65
1.14
1.6
1.21
0.53
0.53
0.65
0.4
0.39
7.5
8.02
0.53
0.54
0.4
0.63
2.14
1.67
1.54
0.54
0.52
0.63
0.55
1.15
4.27
4.35
0.52
0.53
0.55
0.60
1.3
1.75
0.53
0.51
0.60
0.44
0.51
7.05
7.27
0.51
0.48
0.44
0.53
1.72
2.35
1.77
0.48
0.48
0.53
0.30
1.32
6.62
7.28
0.48
0.45
0.30
0.62
1.49
10
1.55
1.15
0.45
0.47
0.62
0.44
1.34
11
4.5
5.07
0.47
0.49
0.44
0.55
0.33
12
1.51
1.32
0.49
0.49
0.55
0.40
1.08
13
5.07
4.70
0.49
0.52
0.40
0.47
0.40
14
1.6
1.62
0.52
0.51
0.47
0.49
1.02
15
4.37
0.51
0.50
0.49
0.48
0.41
16
2.20
1.17
0.50
0.48
0.48
0.52
0.94
17
3.20
4.42
0.48
0.46
0.52
0.53
1.10
18
3.76
4.24
0.46
0.42
0.53
0.62
0.27
19
1.38
1.1
0.42
0.41
0.62
0.42
0.09
20
0.55
0.41
0.41
0.47
0.42
0.42
0.12
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
21
0.83
0.32
0.47
0.48
0.42
0.43
0.31
22
1.7
1.91
0.48
0.48
0.43
0.28
1.60
23
3.20
6.97
0.48
0.49
0.28
0.65
0.82
24
2.15
2.51
0.49
0.41
0.65
0.92
0.60
25
2.20
1.65
0.41
0.45
0.92
0.54
0.33
26
0.95
1.11
0.45
0.41
0.54
0.97
0.36
27
2.10
1.14
0.41
0.34
0.97
0.23
1.90
28
19.55
20.8
0.34
0.31
0.23
0.35
0.33
29
2.25
2.35
0.31
0.33
0.35
0.55
0.33
30
0.45
0.41
0.33
0.32
0.55
0.49
0.07
Rata Rata
0.483
0.494
0.534
0.533
0.857
P1
P2
L1
L2
T1
T2
Volume
(m)
(m)
(m)
(m)
(m)
(m)
( m3 )
3.38
3.46
0.59
0.6
0.57
0.53
1.12
26.4
25.73
0.6
0.77
0.53
0.34
7.77
3.94
3.98
0.77
0.84
0.34
0.34
1.08
27.9
26.98
0.84
0.64
0.34
0.65
10.05
12.8
12.42
0.64
0.70
0.65
0.44
4.60
25.62
25.48
0.70
0.64
0.44
0.40
7.18
4.87
4.8
0.64
0.74
0.40
0.28
1.13
26.96
26.68
0.74
0.50
0.28
0.30
4.82
0.69
0.68
0.44
0.41
4.72
Rata Rata
Tahun
Nilai CH
HANA DESLIANA
1111112045
CH (m)
Ombro meter
VOLUME (m)
KELOMPOK 11
(mm)
d (m)
t (m)
A (m)
2013
26.07
0,02607
0.145
0.2
0.016505
0,00043028
2012
25.39
0,02539
0.145
0.2
0.016505
0,00041906
2011
23.64
0,02364
0.145
0.2
0.016505
0,00039018
2010
23.95
0,02395
0.145
0.2
0.016505
0,00039529
2009
24.68
0,02468
0.145
0.2
0.016505
0,00040734
2008
31.48
0,03148
0.145
0.2
0.016505
0,00051958
2007
27.95
0,02795
0.145
0.2
0.016505
0,00046131
2006
37.61
0,03761
0.145
0.2
0.016505
0,00062075
2005
32.51
0,03251
0.145
0.2
0.016505
0,00053658
Jumlah
0,00418037
rata-rata
0,00046448
5.6.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum pengukuran volume saluran drainase yang
dilakukan di saluran drainase diperoleh hasil 0.857 m. Sementara berdasarkan
data curah hujan 10 tahun terakhir di stasium Gunung Nago diperoleh rata-rata
volume curah hujan 0,00046448m. Sedangkan data pada pada praktikum mandiri
saluran disamping gedung D volume salurannya 4.72 m3. Perbandingan data
praktikum dengan data mandiri, volume data mandiri lebih besar dibandingkan
dengan volume ketika praktikum. Sehingga saluran drainase di gedung D sangat
layak. Kalau dibandingkan dengan data kelompok lain, rata-rata memiliki
kesamaan, artinya volume saluran lebih besar dibandingkan dengan curah hujan.
Jadi drainase di lingkungan UNAND layak digunakan.
Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa perbandingan volume
saluran drainase jauh lebih besar dari volume curah hujan yang tersedia. Dengan
perbandingan yang ada tersebut jelaslah bahwa saluran tersebut dapat menampung
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
curah hujan. Jika di suatu daerah memiliki perbandingan volume seperti ini, maka
dikatakan layak, karena semua air yang jatuh ke permukaan dapat ditampung oleh
drainase tersebut, sehingga tidak akan terjadi banjir pada daerah tersebut. Namun
apabila saluran pembuangan air berlebih pada suatu lahan pertanian, pembuatan
saluran tersebut bisa dikatakan boros. Karena jumlah air yang dialirkan keluar dari
saluran tersebut terlalu sedikit untuk ukuran saluran yang kapasitasnya sebesar
itu.
Permasalahan yang ada pada drainase tersebut banyaknya sampah yang
masuk kedalam drainase sehingga mengakibatkan drainase tersumbat dan air dari
drainase akan terbuang ke luar yang lain dan akan mengakibatkan banjir. Hal ini
bisa saja kita atasi dengan menjaga kebersihan lingkungan atau khususnya tempat
drainase tersebut.
5.7 Kesimpulan dan Saran
5.7.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat diambil kesimpulan yaitu saluran
drainase ini masik layak untuk digunakan karena tidak terjadi limpasan apabila
terjadi hujan dan keadaannya secara keseluruhan baik. Namun dari hasil
perhitungan saluran drainase yang berada di gedung D ini dapat dikatakan boros
secara ekonomis karena perbandingan antara volume drainase dengan volume
curah hujan cukup jauh.
5.7.2 Saran
Saran pada praktikum pengukuran drainase ini adalah :
1. Pengukuran dilakukan dengan sebaik baiknya agar data lebih akurat
2. Praktikum selanjutnya bisa di hitung juga debit agar dapat dilihat
hubungannya dengan debit.
3. Hendaknya praktikum dilakukan di drainase yang ada di daerah pertanian,
sehingga kita dapat memahami lagi fungsi drainase di bidang pertanian,
sesuai dengan ilmu yang kita pelajari.
BAB VI
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
IRIGASI TETES
6.1.
Latar Belakang
Dalam sebuah kegiatan pertanian, kebutuhan air sudah tak terelakkan lagi.
KELOMPOK 11
6.2.
1.
2.
3.
4.
6.3.
1.
2.
3.
6.4.
6.4.1
Tujuan
Dalam praktikum ini ada pun tujuan yang di dapat kan yaitu:
Mengenal system irigasi tetes
Mempelajari dan memahami kinerja dari system irigasi tetes tersebut.
Mengetahui macam-macam irigasi yang berkaitan dengan pertanian
Mengetahui tanaman yang cocok untuk irigasi tetes.
Manfaat
Dalam praktikum ini ada pun manfaat yang didapatkan yaitu :
Dapat mengetahui system irigasi tetes
Dapat mengetahui cara dan memahami kinerja dari system irigais tetes.
Dapat Mengetahui macam-macam irigasi yang berkaitan dengan pertanian.
Tinjauan pustaka
Pengertian Irigasi Tetes
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi bawah tanah,
irigasi pompa dan irigasi tetes. Irigasi tetes diberikan kepada tanaman secara
langsung dengan cara penetesan dengan mengunakan jaringan pipa bertekanan
rendah, yang dipasangi dengan penetes dan ditempatkan sepanjang baris-baris
tanaman. Prinsip kerja irigasi tetes adalah pemberian air pada tanaman yang
dilakukan dengan menggunakan jaringan pipa bertekanan rendah, yang dipasangi
dengan penetes (emitter), dan ditempatkan sepanjang baris-baris tananaman
(Baars, 1976). Dasar operasi system irigasi tetes adalah memberikan air
ketanaman dengan menggunakan jarinagn pipa yang ekstensif pada tekanan
rendah (1-2 atm) yang diletakkan didekat tanaman yang akan diairi. Air keluar
dari jaringan pipa melalui lubang-lubang penetes dalam bentuk tetesan (trickle),
karena adanya perbedaan tinggi tekan antara sumber air dan penetes. Salah satu
cirri khas irigasi tetes adaah bahwa air dialirkan dari sumbernya ke tanaman yang
akan diairi melalui jaringan pipa yang ekstensif.
Komponen-komponen yang digunakan dalam system ini meliputi
pengendali tinggi tekanan, jaringan pipa dan unit penetes. Sasaran utama dari
perancangan dan pengelolaan system irigasi yang baik adalah memperoleh
kapasitas system yang bias mencukupi kebutuhan air seluruh tanaman. Hubungan
antara debit penetes minimum dan rata-rata merupakan factor terpenting dalam
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
pemakaian system irigasi ini. Tingkat keseragaman system irigasi tetes dinyatakan
sebagai keseragaman tetesan (Emission Uniformity, EU). Pemberian air pada
irigasi tetes dilakukan dengan menggunakan alataplikasi yang dapat memberikan
air dengan debit yang rendah dan frekuensi yang tinggi (hampir terus menerus)
disekitar perakaran tanaman. Tekanan air yang masuk ke alat aplikasi sekitar 1,0
bar dan dikeluarkan dengan tekanan mendekati nol untuk mendapatkan tetesan
yang terus menerus dan debit yang rendah. Sehingga irigasi tetes diklasifikasikan
sebagai irigasi bertekanan rendah. Sistem irigasi tetes didesain untuk dioperasikan
secara harian (minimal 12 jam per hari) dan tingkat kelembaban tanaman dapat
diatur.
6.4.2 Komponen Irigasi Tetes
1. Jaringan pipa pada irigasi tetes
Pipa yang digunakan pada irigasi tetes terdiri dari pipa lateral, pipa sekunder
dan pipa utama komponen penting dari irigasi tetes. Tata letak dari irigasi tetes
dapat sangat bervariasi tergantung kepada berbagai faktor seperti luas tanah,
bentuk dan keadaan topografi. Irigasi tetes tersusun atas dua bagian penting yaitu
pipa dan emiter. Air dialirkan dari pipa dengan banyak percabangan yang biasanya
terbuat dari plastik yang berdiameter 12 mm (1/2 inci) - 25 mm (1 inci) (Hansen
dkk, 1986).
Pipa utama (main line, head unit) terdiri dari pompa, tangki injeksi, filter
utama, pengukur tekanan, pengukuran debit dan katup pengontrol. Pipa utama
umumnya terbuat dari pipa polyvinylchloride (PVC), galvanized steel atau besi
cord yang berdiameter antara 7,5 - 25 cm. Pipa utama dapat dipasang di bawah
permukaan tanah (Prastowo, 2003).
Pipa pembagi (sub-main, manifold) dilengkapi dengan filter kedua yang
lebih halus (80-100 m), katup solenoid, regulator tekanan, pengukur tekanan dan
katup pembuang. Pipa sub-utama terbuat dari pipa PVC atau pipa HDPE (high
density polyethylene) dan diameter antara 50 - 75 mm. Penyambungan pipa
pembagi dengan pipa utama (Prastowo, 2003). Pipa lateral umumnya terbuat dari
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
pipa PVC fleksibel atau pipa politeline dengan diameter 12 mm - 32 mm. Emiter
dimasukkan ke dalam pipa lateral pada jarak yang ditentukan yang dipilih sesuai
dengan tanaman dan kondisi tanah. Pipa lubang ganda, pipa porous dan pipa
dengan perforasi yang kecil digunakan pada beberapa instalasi untuk
menggunakan keduanya sebagai pipa pembawa dan sebuah emitter system
(Hansen dkk, 1986).
Menurut Keller dan Bliesner (1990) dalam sistem irigasi tetes tersusun
atas pipa dan emiter. Air dialirkan dari pipa dengan banyak percabangan yang
biasanya terbuat dari plastik yang diameter 12 mm (1/2 inci) - 25 mm (1 inci).
2. Emiter
Emiter merupakan alat pengeluaran air yang disebut pemancar. Emiter
mengeluarkan air dengan cara meneteskan air langsung ke tanah ke dekat
tanaman. Emiter mengeluarkan air hanya beberapa liter per jam. Dari emiter air
keluar menyebar secara menyamping dan tegak oleh gaya kapiler tanah yang
diperbesar pada arah gerakan vertikal oleh gravitasi. Daerah yang dibasahi emitter
tergantung pada jenis tanah, kelembaban tanah, permeabilitas tanah. Emiter harus
menghasilkan aliran yang relatif kecil menghasilkan debit yang mendekati
konstan. Penampang aliran perlu relatif lebar untuk mengurangi tersumbatnya
emiter (Hansen dkk, 1986).
Menurut Keller dan Bliesner (1990) emiter merupakan alat pembuangan
air, emiter dipasang di dekat tanaman dan tanah. Semakin dekat ke tanah
semakinefisien air yang diterima tanah dan tanaman karena semakin besar daerah
yang terbasahi semakin tinggi kelembaban tanah. Semakin dekat jarak emiter
maka semakin banyak daerah yang terbasahi. Berdasarkan pemasangan di pipa
lateral, penetes dapat menjadi (a) on-line emitter, dipasang pada lubang yang
dibuat di pipa lateral secara langsung atau disambung dengan pipa kecil; (b) inline emitter, dipasang pada pipa lateral dengan cara memotong pipa lateral.
Penetes juga dapat dibedakan berdasarkan jarak spasi atau debitnya, yaitu (a)
point source emitter, dipasang dengan spasi yang renggang dan mempunyai debit
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
yang relatif besar; (b) line source emitter, dipasang dengan spasi yang lebih rapat
dan mempunyai debit yang kecil. Pipa porous dan pipa berlubang juga
dimasukkan pada kategori ini (Prastowo, 2003).
3. Tabung marihot
Tabung Marihot merupakan tabung untuk mengalirkan air dengan head sesuai
dengan rancangan (20 cm - 250 cm). Prinsip kerja tabung marihot adalah
pengaliran air dengan tekanan atmosfir atau dengan kata lain low pressure,
sehingga air yang keluar pada setiap emiter akan seragam (Tusi, 2006). Menurut
Tusi (2006) tabung marihot digunakan sebagai wadah atau tangki air irigasi (dan
larutan nutrisi) yang dapat mengalirkan aliran debit tetap, dan debit akan berubah
pada elevasi yang berbeda (pada head yang berbeda). Bagian dari tangki
dilengkapi dengan selang-selang kecil untuk saluran pemasukan udara dan saluran
pengairan.
4. Debit
Debit adalah banyaknya volume air yang mengalir per satuan waktu. Pada
irigasi tetes debit yang diberikan hanya beberapa liter per jam. Umumnya debit
rata-rata dari emiter tersedia dari suplier peralatan. Debit untuk irigasi tetes
bergantung dari jenis tanah dan tanaman. Debit irigasi tetes yang umum
digunakan 4 ltr/jam, namun ada beberapa pengelolaan pertanian menggunakan
debit 2, 6, 8 ltr/jam. Penggunaan debit berdasarkan jarak tanam dan waktu operasi
(Keller dan Bliesner, 1990). Debit air keluaran emiter rata-rata adalah volume dari
keseluruhan air yang tertampung dari semua emiter per satuan waktu dan jumlah
emiter yang ada. Debit air keluar emiter rata-rata (Qa) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
dimana:
Qa = debit rata-rata dari keseluruhan emiter (l/jam)
G = volume air irigasi keseluruhan per tanaman per hari (l)
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
(CU/Coefficient
Uniformity)
dengan
menggunakan
persamaan
Christiansen:
dimana:
Cu = koefisiensi keseragaman irigasi (%)
xi = volume air pada wadah ke-i (ml)
x = nilai rata-rata dari volume air pada wadah (ml)
Keseragaman irigasi tetes dapat dikatakan seragam atau layak apabila nilai Cu
lebih besar dari 90% (>90%). Nilai Cu yang rendah dapat dijadikan indicator
kehilangan air melalui perkolasi sangat tinggi (Sapei, 2003).
6. Tingkat Pembasahan
Parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat pembasahan tanah
adalah persentase terbasahkan (Pw, wetted percentage), yaitu merupakan nisbah
antara luas areal yang terbasahkan (pada kedalaman 15-30 cm dari permukaan
tanah). Persentase terbasahkan dipengaruhi oleh debit dan volume pemberian air
dari setiap alat aplikasi, spasi alat aplikasi dan jenis tanah. Tingkat pembasahan
dihitung menggunakan rumus:
dimana:
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
menggunakan pipa yang terbuat dari tanah liat. Di Amerika, metode irigasi ini
berkembang mulai tahun 1913 dengan menggunakan pipa berperforasi.Pada tahun
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
bantuan organisme,
membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal
sebagai ''pedogenesis''. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam
yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon
menceritakan mengenai asal dan proses-prosesfisika, kimia, dan biologi yang
telah dilalui tubuh tanah tersebut.
Jenis-jenis Tanah yang dipraktikumkan pada irigasi tetes yaitu:
3.
Tanah Padat
Tanah Gembur
Tanah gembur berada di lapisan atas, berwarna gelap dan bersifat gembur.
Biasanya jenis tanah Alluvial adalah tanah yang berasal dari endapan lumpur yang
dibawa melalui sungai-sungai. Secara umum, sifat jenis tanah ini mudah digarap,
dapat menyerap air, dan permeabel sehingga cocok untuk semua jenis tanaman
pertanian.
6.4.8
yang persediaan airnya sedikit dan tanaman yang daunnya tidak menyukai terkena
air langsung,pemberian airnya melalui bawah permukaan.Dan tanamn-tanaman
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11
lainnya yang membutuhkan air sedikit dan areal tanam yang tidak terlalu luas.
Pertumbuhan dan pearkembangan tanaman sangat dipengaruhi oleh keadaan air
dalam jaringan tanaman. Jika kandungan air dalam jaringan tanaman cukup, maka
semua proses yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanamanakan berjalan sebagaimana mestinya. Jika kandungan air dalam jaringan
tanaman kurang, maka semua proses yang berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman akan terganggu, akibatnya tanaman akan layu dan mati.
6.5 Metode Praktikum
6.5.1 Lokasi dan Waktu
Praktikum irigasi tetes ini dilakukan di daerah sekitaran program studi
Teknik Pertanian tepatnya di koridor belakang bengkel Teknik Pertanian,dan
dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 14 September 2014 pada pukul 07:00
Wib.
6.5.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan yaitu:
1. Unit penetes (infuse)
2.
3.
4.
5.
6.
6.5.3
1.
Manometer air
Gelas ukur
Penampung air
Stopwatch
Kran pengatur debit
Cara Kerja
Pada praktikum irigasi tetes dilakukan dua perlakuan yaitu irigasi tetes
KELOMPOK 11
Pembahasan
Dikarenakan hasil tidak ada maka tidak ada pembahasan. Praktikum gagal
Penutup
6.7.1 Kesimpulan
Pada praktikum irigasi tetes gagal dikarenakan kurang bahan yang akan
digunakan pada praktikum berupa tanah. Sehingga praktikum tidak dapat
dilakukan.
6.7.2 Saran
Adapun saran dari praktikum irigasi tetes ini yaitu:
1. Alat yang digunakan
praktikan dapat
HANA DESLIANA
1111112045
KELOMPOK 11