Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

              Alhamdulillah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan anugerahNya kepada kita semua. Terima kasih kita
sampaikan kepada dosen, teman-teman, dan semua pihak yang telah membantu
melancarkan pembuatan Laporan Alat Pengukur Curah Hujan .
              Pembuatan Laporan Alat Pengukur Curah Hujan merupakan salah satu
tugas mahasiswa dalam mata kuliah Hidrologi di Politeknik Negeri Banjarmasin.
Banyak hal yang kami peroleh setelah melaksanakan kunjungan. Hal-hal yang
kami peroleh tersebut dapat kami jadikan bahan dalam menyusun Laporan ini.
Jadi Laporan ini didasarkan atas pengalaman dan hal-hal yang kami alami saat
melakukan kunjungan ke desa Intangan, Barabai, HST tentang Alat Pengukuran
Curah Hujan.
              Dibutuhkan kerjasama untuk menyusun Laporan ini. Kerjasama juga
dibutuhkan dalam menentukan terselesaikannya Laporan yang dibuat. Oleh karena
itu kami berusaha menggalang kerjasama dengan semua pihak untuk kelancaran
dan keberhasilan pembuatan Laporan ini. Selain itu, kami juga mendapat beberapa
kendala saat melakukan kunjungan maupun pada waktu penyusunan Laporan.
Tetapi kami terus berusaha untuk menghadapi segala rintangan dan kendala yang
ada.
           Selain itu, kami juga mengharap kritik dan saran dari semua pihak yang
dapat kami jadikan koreksi dalam pembuatan Laporam ini. Semoga Laporan ini
dapat bermanfaat dan dapat digunakan dengan sebaik mungkin sehingga akan
menghasilkan hasil yang memuaskan dan sesuai keinginan.
                              
                                                                             

Banjarmasin, 18 Maret 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Alat Pengukur Curah Hujan merupakan alat yang digunakan untuk mencatat
intensitas curah hujan dalam kurun waktu tertentu  Hasil pencatatan alat pengukur
curah hujan dapat digunakan sebagai pembanding dengan hasil pencatatan
pergerakan tanah pada extensometer yang dapat dinyatakan bahwa semakin besar
intensitas curah hujan, maka tanah cenderung mudah bergerak
       Alat pengukur curah hujan merupakan alat untuk mengukur curah hujan yang
terjadi pada suatu daerah baik pedesaan, kecamatan, atau provinsi mengacu pada
WMO (World Meterological Organization). Dengan adanya alat pengukur curah
hujan dapat diketahui banyaknya curah hujan yang terjadi setiap waktu. Data
curah hujan dihasilkan otomatis dari alat pengukur curah hujan disimpan secara
real-time dengan menggunakan aplikasi berbasis open-source seperti java dan
system operasi IGOS (Edi Tanoe,2011)

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1.   Mendeskripsikan Alat Pengukur Curah Hujan

1.3. Tujuan
1.3.1.   Untuk mengetahui jenis alat pengukur curah hujan yang biasa digunakan.
1.3.2.   Untuk mengetahui dan menjabarkan hasil survey lapangan yang telah
dilakukan.

1.4. Manfaat
1.4.1.   Mengetahui tentang alat pengukur curah hujan yang biasa digunakan.
1.4.2.   Mengetahui tentang hasil survey lapangan yang telah dilakukan.
BAB II
LAPORAN KEGIATAN

2.1. Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan kunjungan pos hujan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 17
Maret 2018. Kegiatan ini berlangsung selama satu hari perjalanan dari
Banjarmasin – Barabai. Di Barabai, kunjungan dilakukan di desa Cukan Lipai
dengan nama pos hujan : Duga Hujan Intangan.

2.2. Alat Pengukur Curah Hujan Ombrometer Observatorium (OBS)

Alat Penakar hujan Ombrometer Observatorium merupakan penakar hujan


manual non -  recording atau tidak dapat mencatat sendiri. Penakar hujan ini
berfungsi untuk mengukur jumlah curah hujan yang jatuh pada permukaan tanah
dalam periode 24 jam. Jumlah curah hujan yang terukur dinyatakan dalam satuan
millimeter ( mm ). Alat ini dipasang 120 cm di atas permukaan tanah.
 Nama Pos : Duga Hujan Intangan
 Jenis Pos : ARR LOGGER & MANUAL INTANGAN
 Tipe Alat : Manual
 Koordinat : 0259.2’33‫ ”ﹾ‬LS. 11552.2’27‫ ”ﹾ‬BT
 Tahun Pembangunan : 1977
 Lokasi : Desa Cukan Lipai, Barabai, Kab. HST
 Petugas Pengamat : Hairi
 No.hp : 0853 4859 2747
Foto lokasi maps pos hujan Intangan

Bagian – bagian Alat

Penakar hujan OBS terdiri dari lima bagian utama yaitu :


a.       Corong penakar yang berbentuk lingkaran yang dapat dilepas dengan luas
100 cm2 .
b.      Tabung penampung air hujan
c.       Kran untuk mengeluarkan air
d.      Penyangga
e.       Gelas ukur dengan skala 0 mm – 25 mm
Alat ini diletakkan pada permukaan tanah dengan batas antara alat dan
permukaan tanah di pisahkan oleh sebuah beton atau penopang lainnya. Kapasitas
tampung hujan lebih banyak karena ukurannya yang cukup besar dan biasanya
diletakkan pada tempat-tempat tertentu sebagai media observatorium.
Syarat – syarat pemasangan:
a) Penakar hujan harus dipasang pada lapangan terbuka, tanpa ada gangguan
disekitar penakar, seperti pohon dan bangunan, kabel atau antene yang
melintang diatasnya. Jarak yang terdekat antara pohon / bangunan dengan
penakar hujan adalah 1 kali tinggi pohon / bangunan tersebut.
b) Penakar hujan tidak boleh dipasang pada tanah miring (lereng bukit), puncak
bukit, diatas dinding atau atap.
c) Penakar dipasang dengan cara disekrup / dipaku pada balok bulat yang dicat
putih dan ditanam pada pondasi beton, sehingga tinggi penakar hujan dari
permukaan corong sampai permukaan tanah 120 , letak penampang corong
harus datar (horizontal) bukaan kran diberi kunci gembok sebagai pengaman.

d) Penakar harus dipagar keliling dengan pagar besi agar tidak dapat diganggu
binatang dan orang yang tidak berkepentingan.

Cara pengamatan :

a) Pengamatan untuk curah hujan harus dilakukan tiap hari pada jam-jam tertentu
sesudah terjadi hujan
b) Buka kunci gembok kran dan letakkan gelas penakar hujan dibawah kran,
kemudian kran dibuka agar airnya tertampung dalam gelas penakar.
c) Jika curah hujan diperkirakan melebihi 25 mm. sebelum mencapai skala 25
mm. kran ditutup dahulu, lakukan pembacaan dan catat. Kemudian lanjutkan
pengukuran sampai air dalam bak penakar habis, seluruh yang dicatat
dijumlahkan.
d) Untuk menghindarkan kesalahan parallax, pembacaan curah hujan pada gelas
penakar dilakukan tepat pada dasar meniskusnya.
e) Bila dasar meniskus tidak tepat pada garis skala, diambil garis skala yang
terdekat dengan dasar meniskus tadi.
f) Bila dasar meniskus tepat pada pertengahan antara dua garis skala, diambil atau
dibaca ke angka yang ganjil, misalnya : 17,5 mm. menjadi 17 mm.. 24,5 mm.
menjadi 25 mm.
g) Untuk pembacaan setinggi x mm dimana 0,5 / x / 1,5 mm, maka dibaca x = 1
mm.
h) Untuk pembacaan lebih kecil dari 0,5 mm, pada kartu hujan ditulis angka 0
(Nol) dan tetap dinyatakan sebagai hari hujan.
i) Jika tidak ada hujan, beri tanda ( – ) atau ( . ) pada kartu hujan.
j) Jika tidak dapat dilakukan pengamatan dalam satu atau beberapa hari, beri
tanda (X) pada kartu hujan.
k) Apabila gelas penakar hujan biasa (Obs.) pecah, dapat digunakan gelas penakar
hujan Hellman dimana hasil yang dibaca dikalikan 2. Atau dapat juga dipakai
gelas ukur yang berskala ml. (Cc), yang dapat dibeli di Apotik.

Pemeliharaan :
a) Alat harus selalu dijaga tetap bersih, dan dicat aluminium.
b) Kayu di cat putih, supaya tahan lama terhadap rayap dan cuaca.
c) Corong harus tetap bersih, tidak boleh tertutup oleh benda-benda atau kotoran
yang dapat menyumbatnya.
d) Kran harus selalu diperiksa, jika bocor (air menetes keluar) sumbu pembuka
kran dikeluarkan kemudian diberi gemuk. Apabila badan penakar hujan bocor,
maka harus segera diperbaiki dengan disolder.
e) Bak penampung air hujan harus sering dikontrol dan dibersihkan dari endapan
debu atau kotoran, dengan jalan menuangkan air kedalamnya dan kran dibuka.
f) Gelas penakar hujan harus dijaga tetap bersih jangan sampai berlumut, dan
disimpan pada tempat yang aman agar tidak terjatuh / pecah.
g) Rumput disekitar tempat penakar hujan dipasang, harus selalu pendek dan rapih
tidak boleh ada semak semak disekitarnya.
Pada pengukuran curah hujan juga perlu memperhitungkan banyaknya alat
penakar hujan. Hal tersebut dengan tujuan untuk dapat memperoleh hasil data
pengukurann hujan yang akurat. Perkiraan seberapa banyak alat yang
digunakan dalam suatu wilayah dapat ditentukan sebagai berikut:

1. Daerah dengan luas sekitar 250 ha dengan variasi topografi datar dapat
diwakili satu alat penakar hujan.
2. Daerah dengan luas antara 250 ha-50.000 ha dapat diwakili 2 atau 3
alat penakar hujan untuk mendapatkan hasil rata-rata hujan yang dapat
diolah dengan metode aljabar.
3. Daerah dengan luas 50.000 ha-120.000 ha dengan titik pengamatan
yang merata bisa mengolah hasil pengukuran hujan menggunakan
metode aljabar dengan syarat tidak ada faktor topografi yang
mempengaruhi. Sebaliknya jika titik pengamatan tidak merata maka
dapat menggunakan metode polygon theissen dalam mengolah data
hujan.
4. Daerah dengan luas lebih dari 500.000 ha maka perhitungan harus
menggunakan metode rata-rata isohyet agar hasil yang didapatkan
lebih akurat.

Hujan umumnya dibedakan menjadi 5 tingkatan sesuai intensitasnya..

Tabel Tingkatan Hujan Berdasarkan Intensitasnya


Tingkatan Intensitas ( mm/menit)
Sangat lemah < 0.02
Lemah 0.02 – 0.05
Sedang 0.05 – 0.25
Deras 0.25 – 1
Sangat deras >1
Sumber : Mori et. Al ( 1997 )

2.3. Automatic Rainfall Logger


Penakar hujan otomatis atau Automatic Rainfall Logger (ARG) adalah
peralatan yang digunakan untuk menghitung jumlah curah hujan dalam satuan
waktu tertentu secara otomatis dengan bantuan baterai sebagai sumber tenaganya.
 Nama Pos : Duga Hujan Intangan
 Jenis Pos : ARR LOGGER & MANUAL INTANGAN
 Tipe Alat : Otomatis
 Koordinat : 0259.2’33‫ ”ﹾ‬LS. 11552.2’27‫ ”ﹾ‬BT
 Tahun Pembangunan : 1977
 Lokasi : Desa Cukan Lipai, Barabai, Kab. HST
 Petugas Pengamat : Hairi
 No.hp : 0853 4859 2747

Komponen
Komponen ARG ada dua yaitu Badan ARG yang berfungsi untuk
menampung dan mengukur curah hujan, serta Logger ARG yang berfungsi untuk
menghitung dan mencatat data curah hujan (lihat gambar 1).
Gambar 1 : Badan ARG (A) dan Logger ARG (B)

Pemasangan Peralatan
Pemasangan peralatan ARG cukup sederhana dan mudah. Persyaratan
yang berlaku pada pemasangan penakar hujan manual juga berlaku pula untuk
persyaratan pemasangan ARG. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk
pemasangan adalah sebagai berikut :
 ARG harus dipasang di lapangan/halaman yang terbuka pada bagian atas
45 dari garis sumbu ARG.
 Jarak ARG ke pohon atau bangunan di sekitar ARG paling sedikit sama
tinggi dengan pohon atau bangunan di sekitar ARG.
 ARG dipasang di atas tonggak kayu yang dibeton dan dicat dengan
tir/menit, dan ARG dipaku atau disekrup kuat pada tonggak kayu.
 Setelah di pasang, tinggi bibir corong ARG dari muka tanah harus 120 cm
dan rata (waterpas)
 Sekeliling ARG di pasang pagar setinggi 1 (satu) meter dan diberi kunci.

Sayangnya, alat Automatic Rainfall Logger yang berada di Desa Intangan ini
rusak dan tidak bisa digunakan lagi serta tidak banyak yang bisa kami ketahui.
2.4. Dokumentasi Kunjungan
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pelaksanaan kunjungan ke Pos hujan ini memberikan pengetahuan


dan gambaran yang jelas mengenai alat pengukur curah hujan sehingga materi
yang ada dapat terimplementasi secara nyata dan mahasiswa mendapatkan ilmu
yang lebih mendalam dari kegiatan yang dilakukan. Selain itu diharapkan dapat
digunakan dalam pengembangan selanjutnya dalam kehidupan sehari-hari baik
dilingkungan pendidikan maupun masyarakat serta dapat mendorong
mahasiswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan pelaksanaan yang berkaitan
dengan presipitasi maupun dalam bidang hidrologi sehingga materi yang telah
didapatkana dari praktikum ini dapat tersalurkan secara positif dan berkembang
lebih baik.

3.2 Saran

Dalam pelaksanaan pencatatan data curah hujan sebaiknya petugas


pengamat mengambil dan mencatat langsung hasilnya, sebab jika dibiarkan lama
kemungkinan akan terjadi evaporasi yang disebabkan matahari sehingga akurasi
data menjadi tidak valid.
DAFTAR PUSTAKA

Triatmodjo, Bambang. 2008. Hidrologi Terapan. Beta Offset. Yogyakarta.

Reza, Rizki. 2016. https://masrezaa.blogspot.co.id/2016/05/contoh-laporan-


kegiatan.html. Di download tanggal 18 Maret 2018

Anonim. 2011. http://ardiwiranatalubis.blogspot.co.id/. Download tanggal 18


Maret 2018

Anonim. 2009. http://ustadzklimat.blogspot.co.id/2009/09/automatic-rain-


gauge-arg.html. Download tanggal 18 Maret 2018

https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/iklim/alat-pengukur-curah-hujan

Anda mungkin juga menyukai