Anda di halaman 1dari 100

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS


Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
1

BAB I
PENGUKURAN DEBIT
1.1 Latar Belakang
Dalam sebuah kegiatan pertaian, kebutuhan air sudah tak terelakkan lagi.
Tanaman yang diusahakan dalam kegiatan pertanian pada umumya membutuhkan
air yang cukup agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, hingga
menghasilkan produksi yang maksimal tentunya. Pemberian air pada tanaman
haruslah sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman tersebut, pemberian air yang
berlebihan atau tidak sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman juga akan
mengganggu pertumbuhan tanaman tersebut, atau bahkan akan berakibat pada
kematian pada tanaman tersbut.
Sedangkan pada tanaman yang pemberian airnya kurang juga akan
berakibat terhambatnya pertumbuhan pada tanaman, oleh karena itu pemberian air
pada tanamn hendaklah dilakukan sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman.
Faktor lain, susahnya air disuatu tempat atau kawasan tertentu membuat petani
kesusahan dalam usaha pertaniannya, hendaknya dalam situasi seperti ini
diperlukan sistem manajemen irigasi yang baik pengelolaan air. Adanya
pengukuran debit untuk mengukur seberapa besar air akan dialirkan ke suatu
daerah apakah cukup atau bahkan melebihi kebutuhan air yang diperlukan, irigasi
juga memiliki sistem dimana debit bisa dikurang dan ditambah sehingga air dapat
digunakan tepat sasaran.
Dalam sebuah saluran irigasi, mengetahui debit aliran dalam sebuah
saluran irigasi menjadi sangat penting. Ini bertujuan untuk dapat mengontrol laju
penggunaan air pada petak sawah dengan sesuai dengan kebutuhan suatu lahan
atau tanaman di sebuah lahan tersebut. Dengan mengetahui besarnya laju aliran
per satuan waktu (debit) diharapkan akan dapat mengontrol laju aliran sesuai
dengan yang dibutuhkan. Untuk itu perlunya pengukuran debit aliran pada sebuah

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
2

saluran irigasi adalah merupakan suatu metoda ataupun kepentingan dalam sebuah
manajemen irigasi atau dalam sebuah sistem keirigasian.
Dalam teknik pertanian kita sangat perlu mengetahui tentang penggunan
dan pengoperasian suatu sistem irigasi kareana hubungan teknik pertanian dengan
irigasi sangat penting untuk menunjang dan meningkatkan produktifitas suatu
kegiatan pertanian dan di perlukan jumlah air yang mencukupi maka disini lah
tugas kususnya mahasisiwa teknik pertanian untuk merancang suatu sistem irigasi
yang bisa membantu para masyarakat dan petani dalam memenuhi kebutuhan air
yang di butuhkan dengan mengetaui jumlah debit yang di alirkan dan dapat
disesuaikan degan kebutuhan para petani disekitarnya.
1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan praktikum teknik irigasi dan drainase pada objek
pengukuran debit disaluran terbuka adalah:
1. Untuk menentukan debit air di irigasi Gunung Nago.
2. Menentukan hubungan head dengan debit pada bagunan cipoletti
3. Mengukur debit dengan pelampung
4. Mengukur debit dengan current meter
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum pengukuran debit saluran terbuka adalah :
1. Agar mahasiswa mengetahui dan menjelaskan bagaimana cara menghitung
debit suatu aliran sungai atau irigasi.
2. Agar mahasiswa mengerti dalam penggunaan alat ukur current meter.
3. Agar mahasiswa mengerti tentang pengukuran debit dengan pelampung.
4. Agar mahasiswa dapat menentukan hubungan head dengan debit pada
bangunan ukur cippoleti.
1.4 Tinjauan Pustaka
1.4.1 Pengertian debit
Debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai
(DAS). Aliran air dikatakan memiliki sifat ideal apabila air tersebut tidak dapat
dimanfaatkan dan berpindah tanpa mengalami gesekan, hal ini berarti pada
gerakan air tersebut memiliki kecepatan yang tetap pada masing-masing titik
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
3

dalam pipa dan gerakannya beraturan akibat pengaruh gravitasi bumi. Debit
adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang
melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit
dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/dt). Dalam laporan-laporan
teknis, debit aliran biasanya ditunjukkan dalam bentuk hidrograf aliran. Hidrograf
aliran adalah suatu perilaku debit sebagai respon adanya perubahan karakteristik
biogeofisik yang berlangsung dalam suatu DAS (oleh adanya kegiatan
pengelolaan DAS) dan atau adanya perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan)
iklim lokal (Asdak, 1995).
Leonard Euler (1907-1783), menyatakan bahwa rapat massa dan kecepatan
pada tiap titik dalam ruang berubah dengan waktu. Fluida sebagai medan rapat
massa dan medan vektor kecepatan. Jika kecepatan (V) dari tiap partikel fluida
pada satu titik tertentu adalah tetap, dikatakan bahwa aliran tersebut bersifat
lunak. Pada suatu titik tertentu tiap partikel fluida akan mempunyai kecepatan (V)
yang sama, baik besar maupun arahnya. Pada titik lain suatu partikel mungkin
sekali mempunyai kecepatan yang berbeda, akan tetapi tiap partikel lain pada
waktu sampai titik terakhir mempunyai kecepatan sama seperti partikel yang
pertama. Aliran seperti ini terjadi pada air yang pelan. Dalam aliran tidak lunak
kecepatan (V) merupakan fungsi waktu.
1.4.2

Jenis Aliran Terbuka

Jenis aliran yang berlangsung dalam sistem penyaluran air buangan, yaitu:
1. Aliran terbuka
Terjadi pada seluruh perpipaan air buangan. Karakteristik dari aliran
terbuka ini adalah:
a. Aliran secara gravitasi.
b. Unsteady (debit berubah terhadap waktu) dan terkadang non-uniform
(tidak seragam).
c. Alirannya harus dapat mengangkut material-material yang terkandung
dalam air buangan.
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
4

2. Aliran air buangan bertekanan hidrolis


Terjadi pada pipa siphon dan pipa perpompaan. Karakteristik dari aliran ini
adalah:
a. Alirannya berlangsung karena tekanan hidrolis.
b. Steady dan uniform.
c. Waktu berlangsungnya harus singkat (kurangdari 10 menit) untuk
mencegah septik. Bila melebihi 10 menit harus diinjeksikan udara
dengan debit 1 l / menit / mm diameter pipa (Laughlin, 1964).
3. Laminar dan Turbulen
Orang yang pertama kali membedakan aliran laminar dan turbulen adalah
Osborne Reynolds yang membuat bilangan Reynolds, Re = VD/. Aliran
tersebut merupakan aliran dalam pipa.
a. Laminar
Aliran laminar terjadi apabila partikel-partikel fluida bergerak teratur dengan
membentuk garis lintasan kontinyu dan tidak saling berpotongan. Aliran laminar
mempunyai kecepatan alir yang rendah dengan kekentalan yang besar. Aliran
laminar mempunyai bilangan Reynolds< 2100. Untuk aliran laminar dalam pipa,
hanya terdapat satu komponen kecepatan.
b. Turbulen
Aliran turbulen terjadi apabila partikel-partikel fluida bergerak tidak teratur
dan garis lintasannya saling berpotongan. Aliran turbulen mempunyai kecepatan
alir yang besar dengan kekentalan yang rendah. Aliran turbulen mempunyai
bilangan Reynolds> 4000. Untuk aliran turbulen dalam pipa, komponen
kecepatannya merupakan komponen acak.
4. Newtonian dan non-Newtonian
a. Newtonian
Fluida Newtonian adalah fluida yang tegangan gesernya linier terhadap laju
regangan geser atau laju deformasi angular. Tegangan geser ini merupakan
interaksi antara fluida dengan batas padat yang diberi gaya pada suatu luasan
efektif. Sedangkan regangan geser adalah perpindahan sudut antara titik-titik awal
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
5

fluida saat luasan efektif diam dengan titik-titik fluida setelah luasan efektif diberi
suatu gaya dengan kecepatan tertentu.Pada fluida Newtonian, viskositasnya tetap
dan tidak akan berubah meskipun terdapat gaya yang bekerja. Contoh fluida
Newtonian adalah air.
b. non-Newtonian
Fluida non-Newtonian adalah fluida yang tegangan gesernya tidak linier
terhadap laju regangan geser. Pada fluida non-Newtonian, viskositasnya berubah
bila terdapat gaya yang bekerja. Perubahan ini dapat berupa viskositas yang
mengecil, contohnya cat lateks yang digoreskan pada dinding, dan juga viskositas
yang membesar, contohnya pada adonan, misalnya campuran air dan tepung.
5. Compressible dan incompressible
a. Compressible
Fluida yang compressible adalah fluida yang kerapatannya dapat berubah
karena perubahan tekanan dan temperatur. Contoh fluida compressible adalah
gas nitrogen dan oksigen.
b. Incompressible
Fluida yang incompressible adalah fluida yang kerapatannya konstan terhadap
perubahan tekanan. Contoh fluida incompressible adalah air.
6. Inviscid dan Viscous
a. Inviscid
Fluida inviscid adalah fluida yang tidak viscous. Viskositas muncul karena
adanya tegangan geser atau gesekan fluida. Fluida seperti udara mempunyai
viskositas kecil sehingga dapat diabaikan. Tegangan normal pada fluida inviscid
tidak tergantung pada arah. Aliran inviscid digunakan dalam mengembangkan
persamaan Bernoulli.
Persamaan Bernoulli:

Persamaan Bernoulli untuk aliran inviscid:

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
6

b. Viscous
Fluida memiliki sifat viscous (viskositas), dimana fluida selalu melekat pada
batas padat fluida. Meskipun fluida ini bergerak, fluida akan selalu melekat pada
batas padat yang melingkupinya. Fluida yang bergerak dapat menimbulkan
tegangan geser. Tegangan geser () ini merupakan interaksi antara fluida dengan
batas padat yang diberi gaya (P) pada suatu luasan efektif (A). Interaksi yang
terjadi berupa pertemuan permukaan antara benda padat dan fluida yang
kemudian terjadi kesetimbangan, dimana tegangan geser yang muncul pada suatu
luasan efektif besarnya akan sebanding dengan gaya yang bekerja pada batas
padat. Ini dapat dituliskan pada persamaan:
P = .A
Nilai viskositas tergantung pada jenis fluida dan temperatur fluida, dimana
semakin besar temperatur viskositasnya akan semakin kecil.
1.4.3

Metoda Pengukuran debit


Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengukur debit aliran

yaitu dengan pengukuran langsung dan pengukuran tidak langsung.


1. Pengukuran Langsung
Dalam pengukuran debit air secara langsung digunakan beberapa alat
pengukur yang langsung dapat menunjukkan ketersediaan air pengairan bagi
penyaluran melalui jaringan-jaringan yang telah ada atau telah dibangun.
1. Bangunan Cipolleti
Prinsip kerja bangunan ukur cipoletti pada saluran terbuka adalah
menciptakan aliran kritis. Pada aliran kritis, energi spesifik pada nilai nilai
minimum sehingga ada hubungan tunggal antara head dengan debit. Dengan kata
lain Q hanya merupakan fungsi H saja.
Pada umumnya hubungan H dengan Q dapat dinyatakan dengan:
Q=c b H 3 /2
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
7

Dimana,
Q = debit,
H = head,
b = lebar penampang atas
c = konstanta
Besarnya konstanta c ditentukan dari turunan pertama persamaan energy
pada penampang saluran yang bersangkutan. Pada praktikum ini besarnya
konstata k dan n ditentukan dengan membuat serangkaian hubungan H Q yang
paling sesuai untuk masing masing jenis bangunan ukur. Untuk paktikum kali
ini debit juga bisa ditentukan dengan menggunakan persamaan :
3

Q=0,86 b h 2
Dimana,
B = lebar dasar cipolletti,
h = tinggi permukaan air dari dasar cipolletti
Bangunan cipolleti dengan karakteristiknya:
a. Bentuk dari bangunan sederhana dan kontruksinya mudah dibuat
b. Dalam pelaksanaan bangunan biayanya tidak mahal.
c. Apabila ada papan diberi skala liter, maka oleh para petani pemakaian air
dapat melakukan pengecekan persediaan air mereka dengan jelas
d. Pada bagian hulu dari bangunan terjadi penumpukan sedimen, dengan
sendirinya dapat mengganggu berfungsinya bangunan pengukur ini, dilain
hal benda hanyut tidak bisa lewat dengan mudah, hal ini sangat mudah
menyebabkan kerusakan dan sangat mengganggu ketelitian pengukuran
debit.
e. Bangunan in mengalami kehilangan tinggi energi besar sekali dan lebih
khusus lagi apabila pada daerah yang datar, dimana khilangan energi yang
tersedia kecil sekali, dengan demikian bangunan pengukur ini tidak dapat
digunakan lagi.
2. Sekat Ukur Thomson

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
8

Berbentuk segitiga sama kaki dengan sudut 90o dapat dipindah-pindahkan


karena bentuknya sangat sederhana (potable), lazim digunakan untuk mengukur
debit air yang relatif kecil. Penggunaan dengan alat ini dengan memperhatikan
rumus sebagai berikut:
Q= 0,0138
Keterangan:
Q

= debit air

= tinggi permukaan air


3. Alat ukur pintu Romjin
Sejak pengenalannya pada tahun 1932, pintu remijn telah dibuat dengan

tiga bentuk mercu yaitu ;


a. Bentuk mercu datar dan lingkaran gabungan untuk peralihan penyempitan
hulu
b. Bentuk mercu miring keatas 1 : 2,5 dan lingkaran tunggal sebagai
peralihan penyempitan
c. Bentuk mercu datar dan lingkaran tunggal sebagai peralihan penyempitan
2.
Pengukuran Tidak langsung
Pengukuran tidak langsung adalah pengukuran debit yang menggunakan
alat, seperti:
1. Pelampung
Pelampung yang digunakan untuk mengukur debit ini ada 2 tipe :
a. Pelampung permukaan
b. Pelampung tangkai
Pelampung tangkai lebih teliti dibandingkan pelampung permukaan.
Pengukuan debit menggunakan pelampung dilakukan dengan memilih bagian
sungai yang lurus dan seragam, kondisi aliran seragam dengan pergolakannya
seminim mungkin. Pengukuran dilakukan pada saat tidak ada angin. Pada bentang
terpilih (jarak tergantung pada kecepatan aliran, waktu yang ditempuh unkuk jarak
tersebut tidak boleh lebih dari 20 detik) paling sedikit lebih panjang disbanding
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
9

lebar aliran. Kecepatan aliran permukaan ditentukan berdasarkan rata rata yang
diperlukan pelampung menempuh jarak tersebut. Sedangkankecepatan rata rata
didekati dengan pengaturan kecepatan permukaan dengan suatu koefisien yang
besarnya tergantung dari perbandingan antara lebar dan kedalaman air.
Koefisien kecepatan pengaliran dari pelampung permukaan sebagai
berikut :
Tabel 1. Koefisien kecepatan pengaliran dari pelampung
B/H
Vm/Vs

5
0,98

10
0.95

15
0,92

20
0,90

30
0,87

40
0,85

Sumber : Tim Asisten.2014.Modul Teknik Irigasi dan Drainase.PS TEP

Keterangan :
B
= lebar pemukaan aliran
H
= kedalamam air
Vm = kecepatan rata rata
Vs
= kecepatan pada permukaan
Pada pelampung tangkai koefisien kecepatan dapat dihitung dengan rumus
Francis:

V
1 0,116 1 0,1
u

dimana :

= koefisien

V = kecepatan rata-rata
u = kecepatan pelampung

kedalaman tangkai pelampung


dalamnya air

Dalam

pelepasan

pelampung

harus

diingat

bahwa

pada

waktu

pelepasannya, pelampung tidak stabil, oleh karena itu perhitungan kecepatan tidak
dapat dilakukan pada saat pelampung baru dilepaskan, keadaan stabil akan dicapai
5 detik sesudah pelepasannya. Pada keadaan pelampung stabil baru dapat dimulai
pengukuran kecepatannya. Debit aliran diperhitungkan berdasarkan kecepatan rata
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
10

ratanya kali luas pelampung. Pada pengukuran dengan pelampung, dibutuhkan


paling sedikit 2 penampang melintang. Dari 2 pengukuran penampang melintang
ini dicari penampang melintang rata ratanya dengan garis tengah lebar
pemukaan air kedua penampang melintang diukur pada waktu bersama sama
disusun berimpitan, penampang lintang rata ratanya didapat dengan menentukan
titik titik pertengahan garis garis horizontal dan vertikal dari penampang itu,
jika terdapat tiga penampang melintang, maka mula mula dibuat penampang
melintang rata rata antara penampang yang ditengah dengan penampang
melintang rata rata yang diperoleh dari penampang lintang teratas dan terbawah.
Debit aliran kecepatan rata rata
Q=C Vp Ap
Keterangan :
Q = debit aliran
C = koefisien yang tergantung dari pelampung yang digunakan
Vp = kecepatan rata rata pelampung
Ap = luas aliran rata rata
7. Curren meter
Alat ini terdiri dari flow detecting unit dan counter unit. Aliran yang
diterima detecting unit akan terbaca pada counter unit, yang terbaca pada counter
unit dapat merupakan jumlah putaran dari propeller maupun langsung
menunjukkan kecepatan aliran. Untuk jenis yang tidak langsung menunjukkan
kecepatan aliran, aliran dihitung terlebih dahulu dengan memasukkan dalam
rumus yang sudah dibuat oleh pembuat alat untuk tiap tiap propeller. Pada jenis
yang menunjukkan langsung, kecepatan aliran yang sebenarnya diperoleh dengan
mengalihkan faktor koreksi yang dilengkapi pada masing masing alat yang
bersangkutan. Propeller pada detecting unit dapat berupa :
a. Mangkok
b. Bilah
c. Sekrup
Bentuk dan ukuran propeller ini berkaitan dengan besar kecilnya aliran
yang akan diukur.
Debit aliran dihitung dengan rumus :
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
11

Q=V A
Dengan ,
V = kecepatan aliran
A = luas penampang
Dengan demikian dalam pengukuran tersebut disamping harus mengukur
kecepatan aliran, diukur pula luas penampangnya. Distribusi kecepatan untuk tiap
bagian pada saluran tidak sama, distribusi kecepatan bergantung pada :
1. Bentuk saluran
2. Kekasaran saluran
3. Kondisi keseluruhan saluran
Dalam penggunaan curent meter pengetahuan mengenai distribusi
kecepatan ini amat penting. Hal ini berkaitan dengan penentuaan kecepatan aliran
yang dapat dianggap mewakili rata rata kecepatan pada bidang tersebut. Dari
hasil penelitian United Stated Geological Survey aliran air di saluran (stream)
dan sungai mempunyai karakteristik distribusi kecepatan sebagai berikut:
1. Kurva distribusi kecepatan pada penampang melintang berbentuk parabolic.
2. Lokasi kecepatan maksimum berada antara 0,05 0,25 h kedalam air dihitung
dari permukaan aliran.
3. Kecepatan rata rata berada 0,6 kedalaman dibawah permukaan air.
4. Kecepatan rata rata 85% kecepatan permukaan.
5. Untuk memperoleh ketelitian yang lebih besar ddilakukan pengukuran secara
mendetail kearah vertikal dengan menggunakan integrasi dari pengukuran
pengukuran tersebut dapat dihitung kecepatan rata ratanya.
Dalam pelaksanaan kecepatan rata rata dapat diperoleh dengan :
a. Mengukur kecepatan pada titik 0,6 kedalaman dengan kecepatan rata rata =
kecepatan pada titik tersebut.
b. Mengukur kecepatan pada titik 0,2 kedalaman dan 0,8 kedalaman dengan
kecepatan rata rata = 0,5 (kecepatan pada 0,2 h + kecepatan pada 0,8 h)
c. Mengukur kecepatan pada titik pengukuran yaitu pada 0,2 h ; 0,6 h dan 0,8 h,
dengan kecepatan rata rata = 0,5 (kecepatan pada 0,2 h + 2kecepatan pada 0,6
+ kecepatan pada 0,8 h)
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
12

Jumlah titik pengukuran berkaitan dengan kedalaman aliran, jumlah titik


pengukuran pada berbagai kedalaman sesuai dengan daftar berikut :
Tabel 2. Jumlah Titik Pengukuran Pada Berbagai Kedalaman
Kedalaman saluran

Jumlah titik

Titik kedalaman

(h) dalam m

Pengukuran

0,0 0,6

0,6 h

0,6 3,0

0,2 h ; 0,8 h

3,0 6,0

0,2 h ; 0,6 h ; 0,8 h

>0,6

0,2 h ; 0,6 h ; 0,8 h ;


Dan dasarnya

Sumber : Tim Asisten.2014.Modul Teknik Irigasi dan Drainase.PS TEP

Pengukuran luas penampang aliran dilakukan dengan

membuta profil

penampang melintangnya dengan cara mengadakan pengukuran kearah horizontal


(lebar aliran) dan kearah vertikal (kedalam aliran). Luas aliran merupakan jumlah
luas tiap bagian (segment) dari profil yang terbuat. Pada tiapa bagian tersebut
diukur dengan kecepatan alirannya (sesuai dengan yang telah diterangkan
sebelumnya).
Debit aliran di segment (Qi) = Ai x Vi
Keterangan :
Qi

=debit aliran pada segment i

Ai

= luas aliran pada segment i

Vi

= kecepatan aliran pada segment i

Debit aliran (Qtot)

= jumlah debit untuk tiap segment

1.4.4 Syarat- Syarat Saluran


Syarat dari sebuah saluran yaitu:
1. Panjang saluran 3 kali dari lebar saluran
2. Kedalaman minimal dari saluran kurang lebih 2 meter
3. Kemiringan saluran minimum 2%
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
13

4. Kedalaman saluran minimum 40cm


5. Bahan bangunan : tanah liat, beton, batu bata, batu kali
1.4.5 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengukuran Debit
Menurut Soebarkah (1978), faktor-faktor yang mempengaruhi debit air
adalah:
1. Hujan, intensitas hujan dan lamanya hujan mempengaruhi besarnya
infiltrasi, aliran air tanah, dan aliran permukaan tanah. Lama waktu hujan
sangat penting dalam hubungannya dengan lama waktu pengaliran air
hujan menuju sungai.
2. Topografi, daerah permukaan miring akan menyebabkan aliran permukaan
yang deras dan besar bila dibandingkan dengan daerah yang agak datar.
3. Geologi, jenis dan struktur tanah mempengaruhi kepadatan drainase.
Kepadatan drainase yang rendah menunjukkan secara relative pengaliran
melalui permukaan tanah yang panjang menuju saluran, kehilangan air
yang besar sehingga air saluran menjadi lambat.
4. Keadaan vegetasi, makin banyak pohon menyebabkan makin banyak air
yang lenyap karena evapotranspirasi maupun infiltrasi sehingga akan
mengurangi run off yang dapat mempengaruhi debit sungai.
5. Manusia, dengan pembuatan bangunan-bangunan, pembukaan tanah
pertanian, urbanisasi, dapt merubah sifat keadaan Daerah Aliran Sungai.
faktor yang mempengaruhi debit aliran adalah:
1. Angin
Karena angin berpengaruh pada kecepatan aliran fluida maka berpengaruh
pula pada debit air. Semakin cepat angin yang berhembus pada aliran
tersebut, maka debit aliran semakin tinggi. Dan semakin lambat angin

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
14

yang berhembus maka aliran akan memiliki kecepatan yang rendah dan
debit air pun akan rendah.
2. Kecepatan Aliran
Kecepatan aliran sangat berpengaruh dalam debit aliran. Semakin cepat
aliran mengalir, maka semakin besar debit aliran yang dihasilkan. Semakin
lambat aliran mengalir, maka semakin sedikit debit aliran yang dihasilkan.
3. Permukaan Saluran
Debit aliran akan besar apabila permukaan aliran halus atau tidak
bergelombang. Karena permukaan yang kasar atau bergelombang akan
mempengaruhi kecepatan aliran sehingga berdampak pada debit aliran
yang dihasilkan. Hal ini juga mempengaruhi kehilangan head aliran yang
berpengaruh pada debit.
4. Kekasaran Saluran
Kekasaran saluran akan mempengaruhi debit. Dimana jika kekasaran
saluran tinggi maka air akan terhambat lajunya dana kan terjadi banyak
pergolakan, sehingga debit yang dihasilkan akan semakin kecil.
5. Kedalaman Saluran
Kedalaman saluran akan mempengaruhi debit. Dimana jika kedalaman
semakin dangkal maka debi yang dihasilkan semakin kecil dibanding
dengan kedalaman yang dalam.
6. Intensitas Matahari
Intensitas matahari yang tinggi biasanya akan menyebabkan debit kecil.
Hal ini sesuai dengan waktu pengukuran siang hari dengan intensitas
matahari yang tinggi menyebabkan debit kecil. Begitu pula sebaliknya,
jika intensitas matahari kecil maka debit akan besar.
1.5 Metodologi Praktikum
1.5.1 Lokasi Dan Waktu
Praktikum ini dilakukan di lokasi Saluran Primer dan Sekunder Jaringan
Irigasi Gunung Nago Kelurahan Kapalo Koto Kecamatan Pauh dan dilakukan
tanggal 20 September 2014 pukul 06.30 WIB.
1.5.2

Alat Dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum pengukuran debit

disaluran terbuka ini adalah:


NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
15

1. Curren meter
2. Bangunan cipolleti
3. Pelampung
4. Meteran
5. Rambu ukur
6. Stop watch
1.5.3 Metode Kerja
1. Current meter
1. Rangkai current meter
2. Ukur lebar atas dan lebar bawah saluran
3. Setting CDU dan atur waktu yang digunakan yakni 45 detik
4. Ukur lebar masing-masing 1 meter sebanyak 5 kali
5. Pada lebar yang pertama, ukur kedalaman (h) dari saluran
6. Pada saluran ini digunakan metode 2 titik, maka untuk pengukuran
pertama propeller di letakkan pada 0,2h dan pengukuran berikutnya pada
0,8he
7. Current meter dinyalakan, setelah itu akan terbaca hasil kecepatan alian
pada CDU
8. Ulangi langkah e sampai dengan f pada lebar yang berikutnya
2. Pelampung
a. Ukur saluran terbuka yang ditentukan tempatnya sejauh 30 m
b. Jatuhkan pelampung pada saluran,
c. Hidupkan stopwacth pada saat pelampung telah seimbang
d. Biarkan pelampung sampai pada jarak 30 meter
e. Tangkap pelampung dan matikan stopwatch
f. Catat waktu pelampung tersebut dari titik awal sampai pada batasnya
3. Bangunan cipolleti
a. Ukur panjang dari bangunan cipoletti pada permukaan air
b. Ukur tinggi dari air
c. Catat hasil yang didapatkan
1.6 Hasil Dan Pembahasan
1.6.1

Hasil
Tabel 3 Pengukuran dengan menggunakan pelampung

Parameter
Jarak pengukuran (m)
Waktu tempuh 1 (s)
Waktu tempuh 2 (s)
Waktu tempuh 3 (s)
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

Saluran primer
30
54. 5
52.8
51.8

Saluran sekunder
30
28.8
26.3
27.5

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
16

Debit m3/s

2.8530

1.6763

Sumber : Hasil Analisis

Tabel 4 Pengukuran dengan menggunakan cipoletti


Parameter
Lebar permukaan (m)
Tinggi permukaan (m)
Debit (m3/s)

Saluran primer
7.16
0.39
3.243

Saluran sekunder
4.16
0.39
1.8845

Sumber : Hasil Analisis

Tabel 5 Pengukuran dengan menggunakan current meter


Sal uran

Kedalaman

Kecepatan

(cm)

Luas

Debit rata-

penampang(m2) rata (m3/s)


6.0984
0.44354

Saluran

99

(m/s)
0.085

primer

98

0.065

6.0368

101

0.073

6.2216

94

0.074

5.7904

Saluran

84
59

0.082
0.1525

5.1744
1.8408

sekunder

57

0.15083

1.7784

56

0.16195

1.7472

0.2773

Sumber : Hasil Analisis

1.6.2 Pembahasan
Dalam praktikum pengukuran debit di saluran terbuka ini, praktikan
menggunakan 3 metoda, yaitu dengan cara menggunakan pelampung, bangunan
cipolleti dan terakhir dengan menggunakan current meter. Tidak hanya
menggunkan 3 metoda praktikan juga mengambil pengukuran di dua saluran yang
berbeda, yaitu pada saluran primer dan saluran sekunder. Hal ini dimaksudkan
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
17

agar praktikan dapat membadingkan hasil pengukuran dengan menggunkan 3


metoda dan juga dapat membandingkan debit air yang ada di saluran primer dan
juga di saluran sekunder.
Perbedaan hasil yang diperoleh ini karena adanya faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Pengukuran dengan menggunakan pelampung dipengaruhi
oleh adanya angin dan juga pengukuran tersebut hanya dilakukan di bagian atas
dari permukaan. Debit yang diperoleh pada saluran primer adalah 2.8530
m3/detik, sedangkan pada saluran sekunder adalah 1.6763m3/detik. Perbedaan dari
nilai debit yang didapatkan yaitu karna faktor luas penampang pada saluran
primer lebih besar dibanding pada saluran sekunder. Dan kedalaman pada saluran
primer lebih dangkal dari pada kedalaman saluran sekunder. Hal ini menyebabkan
kecepatan aliran air lebih kecil sehingga debit yang terukur pada saluran primer
ini juga lebih besar jika dibandingkan pada saluran sekunder.
Sementara pada pengukuran dengan menggunakan bangunan cipoletti
pengukuran ini dilakukan hanya berdasarkan penampang bangunan cipoletti saja
tanpa memperhatikan kecepatan aliran air tersebut. Debit yang diperoleh pada
saluran primer adalah 3.243 m3/detik, sedangkan pada saluran sekunder adalah
1.8845 m3/detik. Perbedaan debit yang didapatkan pada praktikum ini adalah
karena pengaruh dari luas bangunan cipoletti yang berbeda pada saluran sekunder
dan primer. Panjang bangunan cipolleti pada saluran sekunder lebih besar dari
panjang bangunan cipolleti yang terdapat pada saluran sekunder.
Pengukuran yang paling akurat pada pengukuran debit di saluran terbuka
adalah dengan menggunakan metode current meter, karena pada penggunaan alat
ini dilakukan pengukuran pada setiap bagian-bagian penampang yang telah
ditentukan, sehingga diperoleh rata-ratanya. Pengukuran juga dilakukan dengan 3
bagian penampang saluran, di atas, tengah dan bawah. dengan demikian data
yang diperoleh lebih akurat. Debit yang diperoleh pada saluran primer adalah
0.44354 m3/detik, sedangkan pada saluran sekunder adalah 0.2773 m3/detik.

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
18

Sedangkan perbandingan dari saluran primer dan sekunder juga dapat dilihat
pada tabel dimana debit pada saluran primer lebih besar dibandingkan dengan
saluran sekunder, Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan

pada saat

praktikum, didapatkan hasil untuk pengukuran debit menggunakan pelampung


disaluran primer yaitu 2.8530 m3/s. Pada saat menggunakan cippletti, debit di
saluran primer sebesar 3.243 m3/s m3/s dan menggunakan metode curren tmeter
didapatkan nilai debit rata-rata di saluran primer sebesar 0.44354 m3/s.
Sedangkan untuk saluran sekunder dengan menggunakan metode pelampung
debitnya sebesar 1.6763 m3/s, debit di saluran sekunder sebesar 1.8845 dengan
menggunakan cipoleti dan pengukuran debit dengan currentmeter disaluran
sekunder sebesar 0.277306 m3/s .
Praktikan

mengambil

kesimpulan

bahwa

pengukuran

dengan

menggunakan pelampung memiliki tingkat ketelitian data yang rendah dan bisa
suatu waktu salah karena saat pengambilan data, faktor yang membuat kesalahan
terjadi salah satunya adalah pelampung hanya mengukur pada bagian permukaan
dari saluran saja, kadang dihanyutkan pada bagian tepi sungai saja, dan membuat
hasil pengukuran debit menjadi tidak begitu konsisten walau sudah dibantu
dengan angka koefisien pelampung (0,86).
Waktu juga mempengaruhi hasil yang diperoleh pada pengukuran debit.
Waktu yang paling baik untuk pengukuran debit ini adalah pada pagi hari, karena
kedalaman dari aliran masih rendah dan angin pada pagi hari sangat kuat sehingga
berpengaruh pada debit yang dihasilkan nantinya, dimana debitnya akan lebih
besar dibandingkan pengukuran pada siang hari. Semakin siang atau pun sore,
kedalaman aliran akan semakin tinggi yang disebabkan banyaknya aktivitas warga
dalam penggunaan air irigasi.
Pengaruh sedimen adalah semakin banyak sedimen di dasar saluran, maka
air permukaan akan semakin dangkal. Pada bangunan cippoletti debit akan
semakin kecil karena tidak ada air yang terjun dari bangunan cippoletti.
1.7 Penutup
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
19

1.7.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa debit pada

saluran primer lebih besar dibandingkan dengan saluran sekunder. Adapun dalam
setiap pengukuran dengan tiap-tiap metode ditemukan beberapa kelemahan dan
kelebihannya yang dapat menentukan nilai debit pada aliran saluran terbuka.
Metode Current meter dalam tiap pengukuran debit aliran didapatkan nilai yang
besar pada saluran terbuka pimer jika dibandingkan dengan nilai debit aliran pada
saluran terbuka sekunder dan metode-metode yang lain pun menunjukkan nilai
debit aliran yang lebih besar dimana saluran primer selalu lebih besar. Pengukuran
debit yang paling sederhana dan paling mudah dilakukan adalah dengan
menggunakan pelampung dikarenakan pada pengukuran ini tidak perlu harus
masuk kedalam saluran irigasi untuk mendapatkan hasilnya. Waktu pengukuran
debit lebih baik dilakukan pada pagi hari karena belum adanya aktivitas warga.
1.7.2

Saran

Adapun saran yang bersifat membangun untuk kemajuan praktikum ini yaitu
1. Diharapkan seluruh praktikan serius dalam pengambilan data debit,
2. Diharapkan materi yang ada pada saat ini lebih ditingkatkan lagi dan dapat
menjadikan sebagai sumber acuan dalam menyusun tugas akhir.

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
20

BAB II
PENGENALAN SISTEM IRIGASI
2.1 Latar Belakang
Sebagai negara agraris, Indonesia sangat berkepentingan terhadap
keberadaan air untuk menunjang sektor pertanian dengan memanfaatkan air dalam
irigasi. Dengan demikian pembangunan saluran irigasi sangat diperlukan untuk
menunjang penyediaan bahan pangan, sehingga ketersediaan air di lahan akan
terpenuhi walaupun lahan tersebut berada jauh dari sumber air permukaan
(sungai). Hal tersebut tidak terlepas dari usaha teknik irigasi yaitu memberikan air
dengan kondisi tepat mutu, tepat ruang dan tepat waktu dengan cara yang efektif
dan ekonomis (Sudjarwadi, 1990).
Salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha peningkatan produksi
pertanian melalui panca usahatani adalah pengairan. Air adalah salah satu syarat
mutlak bagi kehidupan dan pertumbuhan tanaman. Air dapat dari hujan atau
mendapatkan air secukupnya, tidak kurang tetapi juga tidak terlalu banyak.
Pengairan meliputi pengaturan kebutuhan air bagi tanaman di dalamnya juga
termasuk drainase. Pengairan sering disebut irigasi yang terdiri dari irigasi teknis,
setengah teknis, dan irigasi sederahana (Mubyarto, 1985).
Hubungan teknik pertanian dengan pengenalan sistem jaringan irigasi
sangat berkaitan karena dalam pertanian dibutuhkan pengariran. Nantinya
mahasiswa dapat mengukur seberapa banyak air yang akan dialirkan kesuatu
daerah agar pengguanaannya dapat digunakan secara efektif dan efisien. Agar
kebutuhan dari kegiatan pertanian dapat terpenuhi. Jika kebutuhan air suatu
tanaman dapat dialirkan dengan baik maka tidak akan ada lagi kegagalan panen
dan kekurangan atau kelebihan air dan produksi pertanian menjadi lebih baik.
Dengan adanya sistem jaringan irigasi ini diharapkan mampu memenuhi
kebutuhan air untuk lahan pertanian dan kegiatan lainnya selain pertanian.

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
21

2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukan praktikum ini adalah :
1. Mengenal bangunan yang ada pada suatu jaringan irigasi
2. Mengenal tata cara pemberian nama atau kode pada bangunan irigasi
3. Mengenal macam fungsi, kegunaan serta cara pengoperasian banguna irigasi
2.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh setelah melakukan praktikum ini adalah:
1. Mengetahui bangunan yang ada pada suatu jaringan irigasi sehingga mampu
untuk mengelolanya
2. Bisa membaca kode serta pembuatan nama bangunan irigasi dengan mudah
3. Mampu mengaplikasikan jaringan irigasi pada suatu wilayah tertentu
2.4 Tinjauan Pustaka
2.4.1 Pengertian Irigasi
Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi
untuk menunjang pertanian, meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air
bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak. Kata irigasi berasal dari kata
irrigate dalam Bahasa Belanda dan irrigation dalam Bahasa Inggris. Secara umum
pengertian irigasi adalah pemberian air kepada tanah dengan maksud untuk
memasok lengas esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hansen,dkk, 1990).
Beberapa komponen dalam sistem irigasi :
1.
2.
3.
4.
2.4.2

Siklus hidrologi
Kondisi fisik dan kimiawi
Kondisi biologis tanaman
Aktifitas manusia
Fungsi Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan suatu

kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan ,
pengambilan, pembagian dan penggunaannya.
Fungsi jaringan irigasi yang utama adalah memenuhi kebutuhan air bagi
pertumbuhan tanaman. Fungsi dari sebuah jaringan irigasi adalah lebih kompleks.
Fungsi tersebut antara lain :
1. Mengambil air dari sumber air (diverting). Sumber air yang umumnya
digunakan antara sumur air, sungai, waduk, bendungan dan danau.
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
22

2. Membawa atau mengalirkan air dari sumber air ke lahan pertanian


(conveying). Dalam fungsi ini, air bisa dibawa melalui saluran terbuka (kanal)
dan saluran tertutup melalui pipa-pipa (mainline).
3. Mendistribusikan air ke tanaman (distributing). Dalam sebuah jaringan
irigasi, pendistribusian air dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:
a. Continuos flow, merupakan metode distribusi yang sederhana dimana air
dialirkan secara terus menerus ke lahan pertanian tanpa penyesuaian
dengan kebutuhan tanaman sesuai fase pertumbuhannya.
b. Rotational flow, merupakan metode distribusi yang dilakukan secara
bergantian dari lahan satu ke lahan lainnya berdasarkan perencanaan dan
jadwal yang telah disepakati bersama antara sesama petani pemakai air
irigasi. Jadwal yang direncanakan tentunya telah disesuaikan dengan fase
pertumbuhan dan kebutuhan tanaman.
c. On demand, merupakan metode distribusi yang lebih modern dan
kompleks. Gambaran umum metode ini adalah seperti jaringan PDAM di
kompleks pemukiman. Dibutuhkan beberapa komponen otomatisasi dalam
jaringan, sehingga petani pemakai air dapat mendistribusikan air sewaktu
waktu. Keuntungan dari metode adalah kebebasan petani memakai air
irigasi dalam aplikasi air tanaman. Sedangkan kelemahan dari metode ini
adalah kebutuhan modal yang lebih banyak untuk pembangunan
jaringannya, serta potensi terjadinya kekurangan air saat seberapa petani
pemakai air menggunakan air secara bersamaan.
d. Reservoir, merupakan metode gabungan antara continous flow dan on
demand. Bak bak penampungan air dibangun di sepanjang lahan pertanian.
Bak tersebut akan diisiterus menerus seperti pada metode continous flow.
Selanjutnya

petani

pemakai

air

mendistribusikan

air

dari

bak

penampungan tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka sewaktu-waktu


seperti pada metode on demand.
2.4.3 Macam Macam Sistem Irigasi
1. Irigasi permukaan

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
23

Irigasi Permukaan merupakan sistem irigasi yang menyadap air langsung


di sungai melalui bangunan bendung maupun melalui bangunan pengambilan
bebas (free intake) kemudian air irigasi dialirkan secara gravitasi melalui saluran
sampai ke lahan pertanian. Di sini dikenal saluran primer, sekunder, dan
tersier.Pengaturan air ini dilakukan dengan pintu air. Prosesnya adalah gravitasi,
tanah yang tinggi akan mendapat air lebih dulu.
2. Irigasi lokal
Sistem ini air distribusikan dengan cara pipanisasi. Di sini juga berlaku
gravitasi, di mana lahan yang tinggi mendapat air lebih dahulu. Namun air yang
disebar hanya terbatas sekali atau secara lokal.
3. Irigasi dengan Penyemprotan
Penyemprotan biasanya dipakai penyemprot air atau sprinkle. Air yang
disemprot akan seperti kabut, sehingga tanaman mendapat air dari atas, daun akan
basah lebih dahulu, kemudian menetes ke akar.
4. Irigasi Tradisional dengan Ember
Di sini diperlukan tenaga kerja secara perorangan yang banyak sekali. Di
samping itu juga pemborosan tenaga kerja yang harus menenteng ember.
5. Irigasi Pompa Air
Air diambil dari sumur dalam dan dinaikkan melalui pompa air, kemudian
dialirkan dengan berbagai cara, misalnya dengan pipa atau saluran. Pada musim
kemarau irigasi ini dapat terus mengairi sawah.
6. Irigasi bawah permukaan
Irigasi bawah permukaan adalah irigasi yang dilakukan dengan cara
meresapkan air ke dalam tanah dibawah zona perakaran tanaman melalui sistem
saluran terbuka maupun dengan pipa bawah tanah.
7. Irigasi pancaran
Irigasi pancaran adalah adalah irigasi modern yang menyalurkan air
dengan tekanan sehingga menimbulkan tetesan air seperti hujan ke permukaan
lahan pertanian. Pancaran air tersebut diatur melalui mesin pengatur baik manual
maupun otomatis. Sistem ini banyak digunakan di negara-negara maju.
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
24

8. Irigasi tetes
Irigasi tetes adalah sistem irigasi dengan menggunakan pipa atau selang
berlubang dengan menggunakan tekanan tertentu yang nantinya air akan keluar
dalam bentuk tetesan langsung pada zona perkaran tanaman.
9. Irigasi tadah hujan
Irigasi tadah hujan adalah irigasi yang sumber air utamanya berasal dari
curah hujan. Irigasi tadah hujan adalah sawah yang pengairannya hanya
mengharapkan dari turunny ahujan. Biasanya irigasi ini banyak menemukan
kendala pada saat musim kemarau panjang.
10. Irigasi kendi
Irigasi kendi adalah irigasi yang menggunakan alat bantu kendi yang
digunakan sebagai wadah penampung air dan kendi tersebut dibenamkan kedalam
tanah yang berdekatan dengan perakaran tanah agar air merembes dari kendi dan
terserap langsug oleh perakaran tanaman.
2.4.4

Klasifikasi Saluran Irigasi


Direktorat Jenderal Pengairan, (1986) memberikan penjelasan mengenai

berbagai saluran yang ada dalam suatu sistem irigasi :


1. Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder
dan ke petak-petak tersier yang dialiri. Batas ujung saluran primer adalah
pada banguna bagi yang terakhir.
2. Saluran sekunder membawa air dari banguna yang menyadap dari saluran
primer menuju petak petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir.
3. Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder
adalah bangunan box tersier yang terakhir.
4. Saluran kuarter membawa air dari bangunan yang menyadap dari boks tersier
menuju petak petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.
Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter terakhir.
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
25

5. Saluran Cacing yaitu saluran yang terdapat pada petakan sawah yang
menghubungkan satu petakan sawah dengan lain agar air mengalir keseluruh
sawah.
2.4.5 Perbedaan Bendung dan Bendungan
1. Bendung
Bendung adalah adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang
dibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud
untuk meninggikan elevasi muka air sungai.

Gambar 1. Bendung
Sumber : (http://pustaka.pu.go.id/new/infrastruktur-bendungan.asp)

2. Bendungan
Bendungan merupakan salah satu infrastruktur PU (PekerjaanUmum) yang
bertujuan untuk mendukung kesejahteraan masyarakat di bidang pertanian atau
Bendungan (dam) adalah bangunan pada sungai untuk membendung air sehingga
didapatkan sejumlah volume air yang bisa digunakan untuk keperluan tertentu
(misalnya memutar turbin pembangkit tenaga listrik, pengairan, konservasi, dan
rekreasi).

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
26

Gambar 2. Bendungan
Sumber :http://pustaka.pu.go.id/new/infrastruktur-bendungan.asp

2.4.6

Bangunan Irigasi
Keberadaan bangunan ingasi diperlukan untuk menunjang pengambilan

dan pengaturan air irigasi Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijurnpai
dalam praktek irigasi antara lain :
1. Bangunan Utama
Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air
untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan sumber
airnya, bangunan utarna dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, yaitu :
a. Bendung
Bendung adalah adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang
dibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan
maksud untuk meninggikan elevasi muka air sungai.
b. Pengambilan Bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai menyadap
air sungai untuk dialirkan ke daerah irigasi yang dilayani. Perbedaan
dengan bendung adalah pada bangunan pengambilan bebas tidak
dilakukan pengaturan tinggi muka air di sungai.
c. Pengambilan dari Waduk
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
27

Salah satu fungsi waduk adalah menampung air pada saat terjadi kelebihan
air dan mengalirkannya pada saat diperlukan. Dilihat dari kegunaannya,
waduk dapat bersifat eka guna dan multi guna.
d. Stasiun Pompa
Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila upayaupaya penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk
dilakukan, baik dari segi teknik maupun ekonomis. Salah satu karakteristik
pengambilan irigasi dengan pompa adalah investasi awal yang tidak begitu
besar namun biaya operasi dan eksploitasi yang sangat besar.
2. Bangunan Pembawa
Bangunan pernbawa mempunyai fungsi mernbawa / mengalirkan air dari
surnbemya menuju petak irigasi. Bangunan pernbawa meliputi saluran primer,
saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk dalam bangunan
pernbawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan dan got miring. Saluran
primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang dilayaninya.
Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa yang
terletak pada petak sekunder tersebut.
3. Bangunan Bagi dan Sadap
Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer,
sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh saluran
yang bersangkutan. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer
atau sekunder menuju saluran tersier penerima. Dalam rangka penghematan
bangunan bagi dan sadap dapat digabung menjadi satu rangkaian bangunan.
4. Bangunan Pengatur dan Pengukur
Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu
dilakukan pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran
primer), cabang saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan
sekunder. Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur muka
air sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
28

konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan pengukur


dimaksudkan untuk dapat memberi informasi mengenai besar aliran yang
dialirkan. Kadangkala, bangunan pengukur dapat juga berfungsi sebagai bangunan
pangatur.
5. Bangunan Drainase
Bangunan drainase dimaksudkan untuk membuang kelebihan air di petak
sawah maupun saluran.
6. Bangunan Pelengkap
Sebagaimana namanya, bangunan pelengkap berfungsi sebagai pelengkap
bangunan-bangunan irigasi yang telah disebutkan sebelumnya. Bangunan
pelengkap berfungsi sebagai untuk memperlancar para petugas dalam eksploitasi
dan pemeliharaan. Bangunan pelengkap dapat juga dimanfaatkan untuk pelayanan
umum. Jenis-jenis bangunan pelengkap antara lain jalan inspeksi, tanggul,
jernbatan penyebrangan, tangga mandi manusia, sarana mandi hewan, serta
bangunan lainnya.
2.4.7

Klasifikasi Jaringan Irigasi


Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang

diperlukan untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan,


pembagian, pemberian dan penggunaannya.
Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran, serta kelengkapan fasilitas,
jaringan irigasi dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis :
1. Jaringan irigasi sederhana
Biasanya diusahakan secara mandiri oleh suatu kelompok petani pemakai
air, sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalam mengukur dan mengatur
masih sangat terbatas. Ketersediaan air biasanya melimpah dan mempunyai
kemiringan yang sedang sampai curam, sehingga mudah untuk mengalirkan dan
membagi air.
2. Jaringan irigasi semi teknis
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
29

Memiliki bangunan sadap yang permanen ataupun semi permanen.


Bangunan sadap pada umumnya sudah dilengkapi dengan bangunan pengambil
dan pengukur. Jaringan saluran sudah terdapat beberapa bangunan permanen,
namun sistem pembagiannya belum sepenuhnya mampu mengatur dan mengukur.
Karena

belum mampu

mengatur

dan mengukur

dengan baik,

sistem

pengorganisasian biasanya lebih rumit.


3. Jaringan irigasi teknis
Mempunyai bangunan sadap yang permanen. Bangunan sadap serta
bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur. Disamping itu terdapat
pemisahan antara saluran pemberi dan pembuang. Pengaturan dan pengukuran
dilakukan dari bangunan penyadap sampai ke petak tersier. Untuk memudahkan
sistem pelayanan irigasi kepada lahan pertanian, disusun suatu organisasi petak
yang terdiri dari petak primer, petak sekunder, petak tersier, petak kuarter dan
petak sawah sebagai satuan terkecil.
2.4.8

Simbol-Simbol Irigsi

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
30

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
31

Gambar 3. Simbol-Simbol Jaringan Irigasi


NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
32

Sumber : Standar Perencanaan IrigasiKP 07 2010

2.5 Metodologi Praktikum


2.5.1 Lokasi Dan Waktu
Praktikum pengenalan sistem irigasi ini dilaksanakan di jaringan irigasi
gunung nago tepatnya dikampung dalam dari pos pemuda sampai bangunan bagi,
pada rabu tanggal 28 Oktober 2014.
2.5.2

Alat Dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum pengukuran debit

disaluran terbuka ini adalah:


1. Alat tulis
2. Kertas Milimeter A3
3. Simbol irigasi KP-07
2.5.3 Metode Kerja
1. Telusuri daerah irigasi Gunung Nago pada bangunan utama di jaringan primer.
2. Identifikasi nama bangunan irigasi tersebut beserta fungsinya.
3. Buat sketsa dari jaringan irigasi Gunung Nago tersebut
4. Pindahkan jaringan irigasi tersebut ke kertas milimeter.
2.6 Hasil Dan Pembahasan
2.6.1 Hasil
Hasil yang diperoleh dari pratikum ini yaitu sketsa pengenalan sistem
jaringan irigasi, mengetahui simbol simbol dalam membuat sketsa sistem jaringan
irigasi, mengenal bangunan bangunan dan komponen komponen yang terdapat
pada suatu jaringan irigasi dan hasil terakhir adalah pembuatan sketsa jaringan
irigasi Gunung Nago yang terdapat pada lampiran.
Di sekitar jaringan irigasi yang di amati dan di survey banyak terdapat
aktivitas masyarakat yang ada di sepanjang saluran. Aktivitas warga juga tidak
bisa dielakkan karena kebutuhan manusia akan air dan kegiatan yang berkaiatan
dengan air seperti mencuci dan mandi. Selain itu dilakukan wawancar terhadap
tiga orang yang berbeda yang menggunakan air irigasi tersebut
a. Menggunakan air untuk mengairi sawah
Nama : Buk Yur
Umur : 50 tahun
Alamat : Kapalo Koto
b. Menggunakan air untuk kolam ikan
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
33

Nama : Bapak Dedi


Umur : 50 tahun
Alamat : Kapalo Koto
c. Menggunakan air untuk mandi dan mencuci
Nama : Buk Dahlia
Umur : 30 tahun
Alamat : Kampung Dalam
2.6.2 Pembahasan
Dari hasil yang diperoleh setelah melakukan pratikum dan pengamatan ke
irigasi Gunung Nago, diketahui bangunan bangunan yang ada dalam jaringan
irigasi tersebut cukup lengkap dan masih layak guna. Pada Praktikum jaringan
irigasi kelompok XI mewawancarai warga disekitar yang memiliki kebutuhan
berbeda terhadap irigasi Gunung Nago ini. Pada kesempatan pertam kami
mewawancarai seorang ibuk dengan panggilan Buk Yur, umur 50tahun dan tinggal
di Kapalo Koto. Dari serangkaian pertanyaan yang kami ajukan ibuk tersebut
menjawab bahwa air irigasi ini sangat penting bagi petani, penyalurannyapun
sangat bagus dan lancar dan air tersedia di setiap waktunya. Untuk cuaca yang tak
menentu tidak menjadi masalah bagi ketersedian air, baik saat kemarau maupun
hujan air dapat disalurkan secara terkontrol yang disebabkan pintu air yang bisa
mengatur jumlah air yang masuk.
Setelah itu kami juga mewawancarai seorang pemiliki tambak yang
bernama Bapak Dedi, berusia 50 tahun dan tinggal di kapalo koto juga. Kami
bertanya banyak hal kepada bapak Dedi dan beliau juga kelihatan senang kami
wawancarai, beliau membeberkan semua yang beliau rasakan terhadap irigasi
tersebut. Pada saat wawancara beliau sedang mengeruk atau mengambil pasir dari
dalam air irigasi. Katanya pasir akan terisi lagi kalau air hujan jadi pengambilan
pasir ini tidak akan berdampak terhadap irigasi tersebut bahkan dapat mengurangi
endapan.
Dalam penjelasannya beliau mengatakan bahwa jaringan irigasi ini bagus
seperti halnya wawancara kami denga Buk Yur. Air terjamin ada dan aman karina
airnya bisa diatur jumlahnya. Namun tiga tahun lalu tanggul sempat jebul dan
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
34

membuat kering tambak sehingga ikan pun mati, keluh pak Dedi. Namun untuk
sekarang sudah sangat bagus, kata bapak Dedi.
Saat ditanya apa kekurangan irigasi ini terhadap usaha penambakan ikan,
Bapak Dedi menjawab dengan singkat yaitu modal sambil mengeluh terhadap
pemerintah tentang janji yang pernah diumbar oleh pemerintah yaitu pemberian
bibit gratis tepatnya setelah kejadian gempan tahun 2009. Namun sampai sekarang
janji tersebut belum pernah terjalankan.
Untuk masalah sampah, ketika kami menanyakankepada beliau, beliau
menjawab lihatlah, sambil menunjuk ke arah pintu masuk air kedalam tambak.
Kami melihat bahwa pintu tersebut sudah dipenuhi dengan sampah, selanjutnya
bapak itu menjelaskan kalau seandainya sampah disana sudah sangat banyak
maka dilakukan pembersihan.
Terakhir kami mewawancarai Ibuk Dahlia (30 tahun) yang tinggal di
Kmpung dalam. Dalam wawancara, ibuk tersebut menjelaskan air irigasi tersebut
beliau gunakan untuk keperluan mencuci dan mandi. Namun untuk sekarang
beliau jarang melakukan kegiatan mencuci ataupun mandi disana dikarenakan
airnya yang kadang bersih dan terkadang kotor. Biasanya air akan bersih apabila
tidak terjadi hujan di hulu.
Di sepanjang saluran tersebut, banyak ditemukan kerusakan pada badanbadang saluran, seperti terkikisnya dinding saluran sehingga dapat menyebabkan
sedimentasi. Pada sisi lain ada juga terdapat batu-batuan yang menyebabkan aliran
air terganggu.
Di sepanjang saluran irigasi ini juga terdapat banyak kegiatan masyrakat
yang memanfaatkan air irigasi tidak semestinya. Hal ini terlihat dengan adanya
masyarakat yang memanfaatkan air tersebut untuk kolam ikan dengan membuat
saluran tersendiri ke kolamnya tersebut. Hal yang paling memnbahayakan yaitu
kegiatan masyarakat yang mencuci pakaian, ataupun mandi di irigasi tersebut.
Tentunya dengan hal tersebut akan mempengaruhi kualitas air irigasi, karena

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
35

kegiatan tersebut pada akhirnya akan membuang zat-zat kimia seperti deterjen
yang menjadi penyebab polusi air.
2.7 Penutup
2.7.1 Kesimpulan
Berdasarkan pratikum pengenalan sisiten jaringan irigasi yang dilakukan
di irigasi Gunung Nago yang didapatkan hasil bahwa pada pada jaringan irigasi
tersebut terdapat bangunan-bangunan irigasi yang diperlukan dalam sistem irigasi,
seperti bangunan utama, bangunan pembawa, dan bangunan lainnya. Namun jika
ditelusuri sepanjang aliran irigasi tersebut banyak terdapat kerusakan-kerusakan.
Masalah kegiatan masyarakat yang dapat mengganggu dan mengurangi kualitas
air irigasi juga banyak ditemukan, seperti pencucian pakaian, mandi dan lain hal
sebagainya yang dapat merusak kualitas air yang nantinya sangat brpengaruh bagi
pertumbuhan tanaman,karena mengandung deterjen. Masalah pada saluran irigasi
ini juga seperti banyaknya sampah. Sampah ini merupakan sampah yang dibuang
oleh penduduk yang tinggal disekitar saluran.
Pada hasil wawancara yang dilakukan disepanjang saluran irigasi Gunung
Nago, praktikan mewawancarai penambak ikan yang menyatakan bahwa dia
belum menemui kendala dengan air yang tercampur dengan bahan kimia seperti
deterjen, dan kebutuhan air untuk ikannya dirasa telah terpenuhi. Kendala utama
dari jaringan irigasi ini adalah lumpur yang masuk ke tambak dan tinggi air yang
mempengaruhi kehidupan ikan di tambak.
Karena kerusakan bangunan irigasi di beberapa sektor membuat keluarnya
air tidak dapat dikendalikan lagi, dan ini berdampak pada kehidupan ikan
ditambak, karena air yang masuk ketambak menjadi tidak menentu, kadang
sedikit kadang kebanyakan dan membuat ikan ditambak lolos dari tambak.
2.7.2

Saran
Adapun saran dalam praktikum ini yaitu:

1.

melakukan pratikum ini hendaknya pratikan lebih serius dalam menjalani


pratikum dan juga saat asisten sedang menjelaskan komponen-komponen dari

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
36

bangunan irigasi tersebut, ataupun hal lain yang menyangkut kegiatan


prtatikum.
2. Pada saluran irigasi hendaknya masyarakat tidak lagi melakukan kegiatan
yang dapat mengurangi kualitas air irigasi tersebut, seperti pada kegiatan
mencuci dan pembuangan sampah ke saluran tersebut. Sehingga dengan
demikian kualitas air tetap dapat terjaga. Untuk perawatan dari saluran irigasi
juga seharusnya dilakukan. Seperti pembersihan lumut yang menempel di
3.

dinding saluran.
Pada kerusakan-kerusakan juga hendaknya direnovasi kembali, sehingga

bangunan irigasi tersebut dapat berfungsi secara optimal.


4. Untuk survey sebagai bahan membuat sketsa, lakukan dengan teliti dan
pastikan tidak ada objek yang terlupa.

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
37

BAB III
PENGENALAN PERANGKAT LUNAK KEBUTUHAN IRIGASI
(CROPWAT)
3.1 Latar Belakang
Perlunya penjadwalan dalam hal menanam dan memanen hasil pertanian
termasuk salah satu hal yang penting. Hal ini didasari karena kurangnya
pengetahuan dari para petani didalam membuat schedul atau penjadwalan irigasi
tersebut. Hal ini tentunya akan sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, dan
juga produktifitas dari hasil pertanian itu sendiri baik dari segi kualitas ataupun
kuantitas karena keterlambatan dalam pemberian air irigasi. Keteraturan
pemberian air irigasi ini merupakan salah satu faktor penting dalam usaha
pertanian.
Hal yang sering terjadi pada masyarakat atau petani juga terkait masalah
pemanenan. Masalah tersebut yaitu susahnya memprediksi kapan waktu
pemanenan yang tepat. Bahkan banyak dari para petani Indonesia yang bercocok
tanam secara tidak teratur atau tanpa memperhatikan waktu yang tepat untuk
melakukan awal tanam yang tepat.
Untuk

itu dibutuhkan sebuah langkah di dalam memprediksi hal-hal

tersebut, sehingga masalah-masalah yang berkaitan dengan kebutuhan air irigasi


ini dapat di atasi sehingga pertumbuhan tanaman dapat terjaga. Dalam era global
sekarang terutama tentang pengetahuan komputerisasi hendaklah merupakan suatu
harga mati yang harus diketahui sebagai seorang mahasiswa. Perkembangan
bidang ilmu tentang keirigasian juga termasuk kedalamnya. Dengan memasukkan
data klimatologi seseorang sudah bisa mengetahui hampir segala hal yang
dibutuhkan dalam kegiatan keirigasian.
Sebagain seorang mahasiswa yang bergelut dibidang pertanian, kususnya
teknik pertanian yang tidak bisa lepas dari keilmuan keirigasian hendaknya
mahasiswa harus mampu menguasai pengaplikasian ilmu komputer maupun
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
38

software dalam bidang keirigasian ini. Pengaplikasian software dalam bidang ilmu
keirigasian ini sangat membantu dan bahkan berperan penting sekali dalam
penglolaan data klimatologi dan sehingga menghasilkan data hasil yang dapat
digunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan dalam hal kebijakan
keirigasian.
Dalam hal pengelolaan jaringan irgasi yang baik, pengaplikasian software
ini juga sangat berguna. Dengan hasil data yang telah diolah dengan software
tersebut yang pada umumnya akan memdekati kenyataan jika dilakukan
pengolahan yang benar, maka ini akan sangat membantu sekali.
3.2 Tujuan
Adapun tujuan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah:
1. Mengenal perangkat lunak (software) komputer untuk menghitung kebutuhan
air tanaman dan kebutuhan air irigasi beserta kerakteristiknya.
2. Mengetahui pengaplikasian perangkat lunak cropwat
3.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari melakkan praktikum ini adalah
1.

Praktikan jadi mengenal dan mengetahui perangkat lunak (software) yang


digunakan

untuk

mengukur

kebutuhan

air

tanaman,

irigasi

dan

karakteristiknya.
2. Selain itu dapat melakukan perencanaan tanam sesuai dengan kadaan
klimatologi daerah tersebut.
3.4 Tinjauan Pustaka
3.4.1 Sejarah Cropwat
Diseluruh dunia ini telah tersedia beribu-ribu jenis perangkat lunak
komputer dalam bidang teknik tanah dan air yang telah disusun oleh berbagai
lembaga untuk bermacam-macam keperluan. Penyusunan perangkat lunak
dimaksudkan untuk mempermudah dan mempercepat pekerjan terutama yang
berkaitan dengan perencanaan dan perhitungan-perhitungan yang rumit,
memerlukan iterasi atau presisi yang tinggi.

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
39

Perangkat lunak disusun berdasarkan suatu teori atau model tertentu


sehingga penggunanya juga harus menguasai teori atau model tersebut sebelum
mengoperasikannya. Disamping itu pengguna juga harus mengetahui cara
pengoperasian dan data yang diperlukan serta kelebihan dan kelemahan perangkat
lunak yang bersangkutan. Kesalahan dalam hal-hal tersebut akan mengakibatkan
kesalahan keluaran (output).
Salah satu perangkat lunak dalam bidang irigasi adalah CROPWAT yang
disusun

oleh

FAO.

CROPWAT

dapat

dipergunakan

untuk

menghitungevapotranspirasi potensial, evapotranspirasi aktual, kebutuhan air


irigasi satu jenis tanaman maupun beberapa jenis tanaman dalam satu hamparan,
serta merencanakan pemberian air irigasi. Data yang diperlukan untuk
mengoperasikan CROPWAT adalah data klimatologi bulanan (temperature
maksimum minimum atau rata rata, penyinaran matahari, kelembaban,
kecepatan angin, dan curah hujan). Data tanaman tersedia dalam program secara
terbatas dan dapat ditambahkan atau dimodifikasikan sesuai dengan kondisi
setempat.
3.4.2 Metoda dan Rumus Dalam Cropwat
1. Rumus Penman Mounteith
Metode Penman (FAO ID No.24) secara umum telah diterima sebagai
metode yang cukup untuk menghitung evapotranspirasi dari data klimatologi
seperti: temperatur, kelembaban (humidity), radiasi penyinaran (sunshine) dan
kecepatan angin (windspeed). Data klimatologi harus diambil dari stasiun terdekat
dan yang paling mewakili daerah kajian. Data pertama yang penting dari stasiun
klimatologi ini adalah elevasi ketinggian (altitude) dan latitude. Masukan data
klimatologi meliputi tiap bulanan:
a. Temperatur dalam derajat Celcius, dapat sebagai temperatur rata-rata harian
atau sebagai temperatur maksimum dan minimum dalam bulan.
b. Kelembaban udara (air humidity) dapat diberikan sebagai kelembaban relatif
(relative humidity) dalam persen (0 100) atau vapour pressure dalam m
bar (1 50). Untuk membedakan diantara kedua satuan di atas, nilai vapour
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
40

pressure dimasukkan sebagai nilai negatif, misalnya 12.5 mbar ditulis


12.5.
c. Penyinaran (daily sunshine) dapat diberikan sebagai persentase (20 100)
dari perbandingan penyinaran terhadap panjang hari atau pecahan (0 1) atau
sebagai lamanya penyinaran dalam jam (1 20).
d. Kecepatan angin (windspeed) dapat diberikan dalam km/hari (10 500) atau
m/det (0 10).
Nilai> 10 menafsirkan sebagai kecepatan angin dalam km/hari
Nilai< 10 menafsirkan sebagai kecepatan angin dalam m/det

= panas laten penguapan .Energi yang dibutuhkan per satuan massa air
menguap (J/g)

Lv

= Volume terik panas laten penguapan. Energi yang dibutuhkan per


volume air menguap.( Lv = 2453 MJ m -3 )

= Massa air evapotranspirasi tingkat (gs-1 m -2)

ETo

= Volume Air evapotranspired (m 3 s -1 m -2)

= Tingkat perubahan kelembaban saturasi tertentu dengan suhu udara. (Pa


K -1 )

Rn

= Bersih radiasi (W m -2),sumber energy dari luar fluks

cp

= panas spesifik kapasitas udara (J kg -1 K -1)

udarakering = kerapatan (kg m -3)


e

= tekanan uap defisit, atau kelembaban tertentu (Pa)

ga

= Konduktivitas udara, konduktansi atmosfer (ms-1)

gs

= Konduktivitas stoma, konduktansi permukaan (ms-1)

= konstan Psychrometric( 66 Pa K -1)(Monteith, 1965) [4]

Catatan: Sering hambatan yang digunakan dari pada konduktivitas.

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
41

dimana r cmengacu pada resistensi terhadap fluks dari kanopi vegetasi sejauh
beberapa lapisan batas yang ditetapkan.
2. Metode USDA / Sistem Soil Taksonomy
Sistem ini dikembangakan pada tahun 1975 oleh tim sipil taxsonomy
survey staff yang bekerja dibawah Depertemen Pertanian Amerika Serikat
( USDA ). Sistem ini sangat pernah populer tetapi sulit untuk diterapkan. Oleh
pembuatannya sistem ini diusahakan untuk dipakai sebagai alat komunikasi antar
pakar tanah, tetapi kemudian tersaingi oleh sistem WRB, meskipun demikian
beberapa konsep dari USDA tetap dipakai dalam sistem WRB yang dianggap
lebih mewakili kepentingan dunia.
Sistem ini bersifat hierarkis. Pada aras pertama, terdapat penggolongan 12
(pada versi pertama berjumlah sepuluh) kelompok utama yang disebut soil order
("ordo tanah") adalah :
1. Entisol (membentuk akhiran -ent)
2. Inceptisol (membentuk akhiran -ept)
3. Alfisol (membentuk akhiran -alf)
4. Ultisol (membentuk akhiran -ult)
5. Oxisol (membentuk akhiran -ox)
6. Vertisol (membentuk akhiran -vert)
7. Mollisol (membentuk akhiran -mol)
8. Spodosol (membentuk akhiran -od)
9. Histosol (membentuk akhiran -ist)
10. Andosol (membentuk akhiran -and)
11. Aridisol (membentuk akhiran -id)
12. Gleisol (membentuk akhiran )
Penamaan berikutnya ditentukan oleh kondisi masing-masing order.
Sistem USDA mempertimbangkan aspek pembentukan tanah akibat faktor
aktivitas di bumi dan atmosfer.

3.4.3

Fungsi Cropwat
Fungsi menggunakan perangkat lunak ini adalah :

1. Dapat digunakan sebagai pengatur penjadwalan irigasi


2. Memudahkan untuk mendapatkan data-data pada hasil perhitungannya
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
42

Sasaran dari pengelolaan air adalah tercapainya 4 tujuan pokok yaitu:


1. Efisiensi penggunaan air dan produksi tanaman yang tinggi
2. Efisiensi biaya penggunaan air
3. Pemerataan penggunaan air atas dasar sifat keberadaan air yang selalu ada
tapi terbatas dan tidak menentu kejadian serta jumlahnya
4. tercapainya keberlanjutan sistem penggunaan sumberdaya air yang hemat
lingkungan
3.4.4 Tools dan Fungsi
Data yang diperlukan untuk mengoperasikan CROPWAT adalah data
klimatologi bulanan (temperatur maksimum-minimum atau rata-rata, penyinaran
matahari, kelembaban, kecepatan angin dan curah hujan). Data tanaman tersedia
dalam program secara terbatas dan dapat ditambahkan atau dimodifikasi sesuai
dengan kondisi setempat.
Fungsi Menu pada CROPWAT
1.
2.
3.
4.
5.

New , berfungsi untuk membuat file baru/input data baru


Open, berfungsi untuk membuka file yang ada dalam data base.
Close, berfungsi untuk menutup file/data yang aktif.
Save, berfungsi kalau akan melakukan penyimpanan data atau hasil
Print, berfungsi kalau akan melakukan print out data atau hasil analisis

(Tabel atau Grafik).


6. Chart, berfungsi untuk menampilkan data atau hasil analisis berupa grafik
(climate/Eto/ RHmin, CWR, Irrigation Schedule/Water balance).
7. Option, berfungsi untuk melakukan pemilihan metode analisis
Menjalankan program cropwat yang telah terinstal
1. Climate Eto (mulai input data metereologi, data tanaman dan data tanah)
a. Input data Country, yaitu negara dimana data meteorologi itu berasal
b. Input data Station, yaitu stasiun meteorologi pencatat.
c. Input data Altitude, yaitu tinggi tempat stasiun pencatat.
d. Input data Latitude, yaitu letak lintang (Utara/Selatan).
e. Input data Longitute, yaitu letak bujur (Timur/Barat).
f. Input data Temperatur maksimum (C, F, K)
g. Input data Temperatur minimum,
h. Input data Kelembaban relatif (%, mmHg, kPa, mbar),
i. Input data Kecepatan angin (km/hari, km/jam, m/detik, mile/hari,
mile/jam),
j. Input data Lama penyinaran matahari (jam atau %).
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
43

k. Kemudian klik

icon Calculate ETo, maka akan segera terisi

nilainya dalam unit mm/hari


l. Klik icon Next, untuk melanjutkan bulan berikutnya
m. Lakukan langkah diatas sampai input data untuk bulan Desember
2. Rain (memulai input data hujan)
a. Input data total hujan tiap bulan (Januari s/d Desember).
b. Untuk memilih metode perhitungan Hujan efektif, klik Effective
c. Pilih dan isikan metode perhitungannya (1) Fixed Percentage, (2)
Dependable

Rain,

(3)

Empirical

Formula,

(4)

USDA

Soil

Conservation Service Method, ini sebagai metode default nya.


d. Lanjutkan dengan klik Oke
e. Apabila data tersebut di atas telah ada dalam database, lakukan retrieve
data dengan klik menu Open (pada daftar menu di bagian atas).
Kemudian buka file data hujan yang dikehendaki.
3. Crop (memulai input data tanaman)
a. Apabila data tersebut di atas telah ada dalam database, lakukan
retrieve data dengan klik menu Open (pada daftar menu di bagian
atas). Kemudian buka file data tanaman (misal : data tanaman dalam I
FAO) yang dikehendaki. Selanjutnya lakukan editing sesuai dengan
data yang diinginkan (tanggal tanam, lama stage pertumbuhan dan
kedalaman akar).
4. Soil (memulai input data tanah)
a. Lakukan input data sesuai dengan data tanah yang tersedia
b. Apabila data tersebut di atas telah ada dalam database, lakukan retrieve
data dengan klik menu Open (pada daftar menu di bagian atas). Kemudian
buka file data tanah (misal : data tanah dalam data base FAO) yang
dikehendaki. Terrsedia tiga jenis data tanah (Pasir, Lempung dan Liat).
c. Setelah dipilih/dibuka salah satu jenis tanah,
5. CWR (melihat hasil analisis kebutuhan air tanaman)
6. Schedule (melihat hasil analisis kebutuhan air irigasi atau neraca air dalam
mintakat perakaran)
7. Crop Pattern (menyusun pola tanam di hamparan/landscap lahan
pertanian)
8. Scheme (Untuk melihat pengaturan alokasi air irigasi dalam jaringan)
Input dan output pada cropwat beserta fungsinya
1. Input
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
44

Input pada CROPWAT 8.0 adalah climate, rain, crop, dan soil. Dimana tiaptiap input tersebut memiliki fungsinya masing-masing, yaitu :
a. Climate : berfungsi untuk mengimput data data iklim seperti temperatur
minimum dan temperatur maksimum, kelembaban, kecepatan, dan lama
penyinaran yang akan menghasilkan data radiasi dan evapotranspirasi ( ETo ).
b. Rain : berfungsi untuk mengimput data curah hujan yang akan menghasilkan
curah hujan efektif, curah hujan yang diinput adalah curah hujan bulanan.
c. Crop : berfungsi untuk mengimput data tanaman, kemudian menghasilkan
jadwal panen, pertumbuhan tanaman, pertumbuhan akar tanaman, tinggi
optimal tanaman.
d. Soil : berfungsi untuk menginput jenis tanah yang dapat menghasilkan total
kelembaban yang tersedia, infiltrasi maksimum, dan pertumbuhan akar
maksimum.
2. Output
Output pada CROPWAT 8.0 for WINDOWS yaitu CWR ( Crop Water
Reqruitment ) dan jadwal irigasi tanaman ( Crop Irrigation Schecule ).
Tampilan grafik Input data Country, yaitu negara dimana data meteorologi
itu berasal
1. Input data Station, yaitu stasiun meteorologi pencatat.
2. Input data Altitude, yaitu tinggi tempat stasiun pencatat.
3. Input data Latitude, yaitu letak lintang (Utara/Selatan).
4. Input data Longitute, yaitu letak bujur (Timur/Barat).
5. Input data Temperatur maksimum (oC/oF/oK),
6. Input data Temperatur minimum
7. Input data Kelembaban relatif (%, mmHg, kPa, mbar),
8. Input data Kecepatan angin (km/hari, km/jam, m/detik, mile/hari, mile/jam),
9. Input data Lama penyinaran matahari (jam atau %).
a. Option, berfungsi untuk melakukan pemilihan metode analisis
b. Chart, berfungsi untuk menampilkan data atau hasil analisis berupa grafik
3.4.5

(climate/Eto/ RHmin, CWR, Irrigation Schedule/Water balance).


Unsur-Unsur Klimatologi yang digunakan dalam Cropwat

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
45

Klimatologi (ilmu iklim) adalah ilmu yang mempelajari keadaan\rata-rata


cuaca yang terjadi pada suatu wilayah dalam kurun waktu yang lama. Cuaca
merupakan keadaan fisik atmosfer pada suatu saat dan tempat tertentu dalam
jangka pendek. Sedangkan iklimadalah keadaan yang mencirikan atmosfer pada
suatu daerah dalam jangka waktu cukup lama, yaitu kira-kira 30 tahun.
Unsur-unsur klimatologi yang digunakan dalam cropwat ini yaitu:
a. Temperatur dalam derajat Celcius, dapat sebagai temperatur rata-rata harian
atau sebagai temperatur maksimum dan minimum dalam bulan.
b. Kelembaban udara (air humidity) dapat diberikan sebagai kelembaban relatif
(relative humidity) dalam persen (0 100) atau vapour pressure dalam m
bar (1 50). Untuk membedakan diantara kedua satuan di atas, nilai vapour
pressure dimasukkan sebagai nilai negatif, misalnya 12.5 mbar ditulis
12.5.
c. Penyinaran (daily sunshine) dapat diberikan sebagai persentase (20 100)
dari perbandingan penyinaran terhadap panjang hari atau pecahan (0 1) atau
sebagai lamanya penyinaran dalam jam (1 20).
d. Kecepatan angin (windspeed) dapat diberikan dalam km/hari (10 500) atau
m/det (0 10).
3.5 Metodologi Praktikum
3.5.1 Lokasi Dan Waktu
Praktikum pengenalan perangkat lunak kebutuhan air irigasi ini
dilaksanakan di Land and Water Resource Engineering Laboratoy , pada tanggal
19 Oktober 2014.
3.5.2

Alat Dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum pengenalan

perangkat lunak kebutuhan air irigasi ini adalah:


1. Seperangkat komputer dan printer
2. Perangkat lunak CROPWAT 8.0 For Windows
3. Data klimatologi bulanan dan data tanaman
3.5.3

Metode Kerja

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
46

1.

Selanjutnya mulai input data metereologi, data tanaman dan data tanah
Untuk memulai input data metereologi, klik icon climate .Apabila data
tersebut di atas telah ada dalam database, lakukan retrieve data dengan klik
menu Open (pada daftar menu di bagian atas). Kemudian buka file data
meteorology yang dikehendaki yaitu :

Gambar 4. Tampilan climate pada cropwat


Sumber : Simulasi pada software Cropwat

Pada tabel climate ini data yang digunakan yaitu temperatur minimum,
temperatur maksimum, kelembaban , kecepatan angin dan sinar matahari,
sehingga dari data dapat diperoleh radiasai matahari dan Eto
2.
3.
4.
5.

Untuk memulai input data hujan , klik icon Rain


Input data total hujan tiap bulan (Januari s/d Desember).
Untuk memilih metode perhitungan Hujan efektif, klik Effective
Pilih dan isikan metode perhitungannya (1) Fixed Percentage, (2)
Dependable Rain, (3) Empirical Formula, (4) USDA Soil Conservation
Service Method, ini sebagai metode default nya. Pada saat praktikum ini
metoda yang digunakan yaitu metoda USDA Soil Conservation Service
Method.

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
47

Gambar 5. Tampilan rain pada cropwat


Sumber : Simulasi pada software Cropwat

Pada tabel rain ini praktikan menggunakan metode USDA S.C Menthod, dengan
lokasi stasiun Gunung Nago
6. klik icon Crop dan pilih jenis tanaman yang sudah ditetapkan oleh FAO

Gambar 6. Tampilan crops pada cropwat


NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
48

Sumber : Simulasi pada software Cropwat

Pada tabel crop ini tanaman yang digunakan adalah tanaman dry beans. Dan
tanggal perencanaannya pada tanggal 1 januari 2015 dan tanggal pemanenan pada
20 april 2015
Klik icon Soil , kemudian dan pilih jenis tanah yang sudah ditetapkan oleh
FAO tampilannya akan menjadi seperti ini. Pada tabel soil tanah yang dipilih
adalah medium (loam).

Gambar 7. Tampilan soil pada cropwat


Sumber : Simulasi pada software Cropwat

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
49

3.6. Hasil Dan Pembahasan


1. CWR

Gambar 8. CWR pada cropwat


Sumber : Simulasi pada software Cropwat

Pada tabel CWR, data yang diamati adalah dari station Gunung Nago
dengan jenis tanaman dry beans (buncis). Dengan penginputan data climate/ETo,
rain, soil, maka akan dapat diketahui berapa besarnya Kc, Etc dalam mm/ day dan
Etc mm/dec. serta didapatkan rata-rata nilai eff rain dan irrreq. Nilai rata-rata
yang paling besar adalah Eff rain. Dari tabel di atas Nilai Etc 246.7 mm/dec ,nilai
hujan efektif 554.1 mm/dec .

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
50

2.Grafik CWR

Gambar 9. grafik CWR pada cropwat


Sumber : Simulasi pada software Cropwat

Dari grafik CWR diatas dapat diperoleh informasi yaitu selama bulan
februari , nilai evapotranspirasi maksimum terjadi pada minggu kedua dari bulan
februari yaitu senilai 32.0 mm, sedangkan yang terendah terjadi pada bulan april
tepatnya minngu kedua yaitu sebesar 6.0 mm. Pada bulan Januari

nilai

evapotranspirasi terus naik secara perlahan hingga nilai evapotranspirasi mencapai


32.0 mm pada minggu kedua februari. Nilai evapotranspirasi semakni menurun
dari bulan maret minggu pertama samapai pada bulan april minggu pertama.
Tanaman dry beans sudah dapat dipanen di awal bulan April. Kebutuhan air
irigasi untuk jenis tanaman dry beans ini adalah tidak membutuhkan air irigasi
karena rata-rata curah hujan sangat besar sehingga tidak membutuhkan air irigasi,
tetapi pada saat sebelum panen membutuhkan irigasi tambahan. Kebutuhan air
tanaman dry beans ini didapatkan dari curah hujan.
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
51

3.Data Schedule

Gambar 10. Tampilan Schedule pada cropwat


Sumber : Simulasi pada software Cropwat

Dari tabel schedule, station yang digunakan adalah gunung nago, dengan
jenis tanaman dry beans dan jenis Medium (loam). Dari table schedule ini kita
dapat menentukan waktu penanaman, sehingga kita dapat mempersiapkan hal-hal
yang diperlukan dalam saat menanam. Begitu juga waktu panen dapat kita
ketahui. Sehingga dengan adanya table schedule ini dapat meningkatkan produksi
dari tanaman.Pada tanaman dry beans tidak perlu ditambahkan irigasi karena
curah hujan yang ada telah mencukupi kebutuhan tanaman. Curah hujan yang
digunakan yaitu 23.4%.

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
52

4.Grafik schedule

Gambar 10. Tampilan grafik schedule pada cropwat


Sumber : Simulasi pada software Cropwat

Pada grafik schedule di atas terjadi pengikisan. Pengikisan terbesar terjadi


pada hari ke 53 dari setelah hari penanaman tanaman dry beans ini. Sedangkan
pengikisan yang terendah adalah terjadi pada hari ke 105 setelah penanaman. Dari
grafik di atas setiap harinya terjadi peningkatan untuk nilai pengikisan dan pada
hari pemanenan nilai pengikisan semakin berkurang.
3.7 Penutup
3.7.1 Kesimpulan
Perangkat lunak Cropwat for Windows dapat digunakan untuk pedoman
dasar dalam manajemen sumberdaya air. Kriteria
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

penjadwalan irigasi

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
53

(scheduling) yang paling baik adalah berdasarkan pada kondisi ketersediaan air
dalam tanah.
Dari pengolahan data yang dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan
bahwa untuk menghasilkan data output maka harus dilakukan penginputan data
berupa data klimatologi,data curah hujan,data jenis tanaman yang diusahakan, dan
data jenis tanah.
Dari data yang diinputkan berupa jenis tanaman yaitu berupa Dry Beans
dengan memasukan tanggal tanam pada tanggal 1 Januari 2015, maka diperoleh
hasil berupa pemanenan yang dapat dilakukan pada tanggal 20 April tahun 2015
mendatang. Lamanya fase tanam hingga panen memerlukan waktu selama kurang
dari 4 bulan.
Untuk nilai koefisien tanaman (Kc) dapat dilihat nilai tertinggi terjadi pada
fase pertengahan setelah fase pemeliharaan yaitu 1.15 dan pada fase akhir nilainya
menurun menjadi 0.35 . Dan untuk nilai kedalaman akar tanaman,dapat dilihat
semakin lama akar tanaman akan semakin dalam sesuai dengan tingkat
perkembangan tanaman yang sedang dibudiyakan.
Pada grafik CWR ada kebutuhan air irigasi untuk jenis tanaman ini tetapi
hanya saat sebelum pemanenan, nilai evapotranspirasi juga ada. Hal ini terjadi
karena rata-rata curah hujan yang terjadi sangat besar. Sehingga tanaman
mendapatkan kebutuhan air dari curah hujan tersebut.
3.7.2
a.

Saran
Untuk praktikum selanjutnya diharapkan :
Dalam melakukan pratikum seharusnya pratikan lebih memperhatikan apa

yang dijelaskan oleh asisten, sehingga praktikan lebih memahami tentang tata
cara pengimputan data yang tepat.
b. Dalam melakukan pemasukan data dibutuhkan ketelitian, sehingga dapat
dipastikan tidak akan terjadi kesalahan dalam pengimputan data klimatologi
atau data lainnya. Karena kesalahan pada saat memasukkan data sangat
berpengaruh terhadap hasil atau output yang akan diperoleh.
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
54

BAB IV
PENENTUAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAN KEBUTUHAN
AIR TANAMAN
4.1 Latar Belakang
Penentuan kebutuhan irigasi dan kebutuhan air tanaman secara umum
sangat berkaitan dengan program studi teknik pertanian. Pengetahuan dan
pemahaman tentang ke klimatologi tentu saja sangat dibutuhkan,khususnya pada
bidang kajian teknik tanah dan air. Data klimatologi tersebut berguna untuk
mengamati apa yang terjadi disuatu wilayah atau daerah sehingga dapat
mengetahui kebutuhan air irigasi dan tanaman untuk menentukan perencanaan
penanaman agar pertumbuhan dan produksi tanaman diperoleh hasil maksimal.
Selain itu hubungan dari penentuan kebutuhan air irigasi dan kebutuhan
air tanaman ini dengan teknik pertanian adalah dalam pembukaan lahan. Kita
harus mengetahui kondisi tanah dan iklim di daerah yang akan kita buka lahannya.
Jika di lahan tersebut adalah tanah jenuh air , maka lahan ini tidak cocok untuk
ditanami jenis tanaman yang tidak memerlukan banyak air dalam masa
pertumbuhannya.Jadi pembukaan lahan tidak dapat dilakukan sembarangan. Jika
hal itu terjadi maka produksi yang dihasilkan tidak akan optimal sebagaimana
yang diharapkan.
Iklim salah satu faktor pembatas dalam proses pertumbuhan dan produksi
tanaman. Kondisi iklim suatu daerah dapat menentukan jenis tanaman yang cocok
di tanam di daerah tersebut serta produksinya.Oleh karena itu kajian klimatologi
dalam teknik pertanian sangan diperlukan.Seiring dengan makin berkembangnya
global warming atau pemanasan global menyebabkan perubahan iklim.Sehingga
membuat sektor pertanian begitu tertekan.
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
55

Tidak teraturnya perubahan iklim menyebabkan musim hujan dan kemarau


yang tidak dapat ditentukan oleh para petani.Sehingga sulit untuk menentukan
masa tanam dan masa panen yang baik.Sehingga produksi petani juga menurun
drastis. Air sangat berperan penting terhadap pertumbuhan tanaman khusunya
tanaman pertanian.
4.2 Tujuan
Tujuan dari di adakannya praktikum ini antara lain:
1. Menentukan besarnya nilai kebutuhan air tanaman ( Crop Water
Requirment )
2. Menentukan evaporasi yang terjadi per hari
3. Menentukan curah hujan yang terjadi per hari
4.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa itu klimatologi dan
unsur-unsur yang terdapat didalamnya
2. Mahasiswa dapat menentukan kebutuhan air pada tanaman (crop water
requirement) dengan menggunakan metode-metode perhitungan yang
benar
4.4 Tinjauan Pustaka
4.4.1

Klimatologi
Klimatologi berasal dari bahasa yunani, yaitu klima yang berarti

kemiringan ( Slope ) yang diarahkan kelintang tempat dan logos yang berarti ilmu.
Jadi, definisi klimatologi tersebut adalah ilmu yang mencari gambaran dan
penjelasan sifat iklim, mengapa di berbagai tempat dibumi berbeda, dan
bagaimana kaitan antara iklim dan dengan aktivitas manusia. Sedang secara
umum, klimatologi merupakan ilmu yang mempelajari atmosfer. Mirip dengan
meteorologi tapi dalam kajiannya meteorologi lebih membahas tentang atmosfer,
sedangkan pada klimatologi pada hasil akhir dari proses-proses atmosfer.
Adapun unsur-unsur yang mempenagruhi klimatologi adalah :
1. Suhu Udara

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
56

Suhu menggambarkan rata rata energi atau panas yang terkandung pada
suatu benda baik benda padat atau pun benda cair.Suhu didefinisikan sebagai
pergerakan molekul suatu benda dan kecepatan pergerakan molekulnya
menggambarkan suhu dari benda tersebut. Ini berarti semakin cepat pergerakan
molekul suatu benda maka akan akan semakin tinggi suhunya atau sebaliknya.
Secara prinsip, suhu adalah kondisi yang menggambarkan aliran panas
dari suatu bahan atau benda ke benda lainnya yang derajat panas keduanya
berbeda. Jadi suhu suatu benda menjelaskan keseimbangan antara radiasi yang
datang dan keluar serta transformasinya dalam bentuk panas terasa dan panas
laten.
Berbagai skala yang digunakan untuk menentukan suhu adalah :
a. Fahrenheit ( F )
b. Reamur ( R
c. Celsius ( C
d. Kelvin ( K )
2. Kelembaban udara
Kelembaban udara menyatakan tentang jumlah atan banyaknya uap air
yang terkandung dalam atmosfer pada suatu saat dan tempat tertentu. Uap air
merupakan kostituen atau unsur atmosfer yang memegang peranan penting dalam
terjaminnya kelestarian sumber daya cuaca/iklim.
Beberapa istilah yang terkait dengan kelembaban udara adalah sebagai
berikut :
a. Tekanan uap air
Adalah tekanan bagian uap air yang ada pada kantong atau kolom udara
sebagai bagian dari masa udara (uap air dan udara kering) pada suhu dan
tekanan tertentu.
b. Kelembaban mutlak
Adalah massa uap air yang terkandung dalam satu satuan volume udara atau
kelembaban yang menyatakan kepadatan uap air yang terkandung pada suatu
campuran uap air dan udara kering atau perbandingan antara massa uap air
dengan volume yang ditempati oleh uap air tersebut.
c. Kelembaban spesifik
Adalah perbandingan massa uap air dengan satu massa udara.
d. Nisbah campuran
Adalah massa uap air yang terkandung dalam satu satuan massa udara kering.
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
57

e. Kelembaban nisbi/relatif
Adalah perbandingan antara jumlah uap air yang ada di udara dengan jumlah
maksimum uap air yang dikandung udara pada suhu dan tekanan yang sama.
3. Angin
Perpindahan udara yang bertekanan udara tinggi ke tempat yang
bertekanan rendah disebut angin. Fungsi angin sebagai transfer panas dari daerah
panas tropik ke daerah dingin lintang tinggi. Bayangkan jika tidak terjadi angin
maka daerah tropik akan kepanasan dan daerah lintang tinggi akan kedinginan.
4. Radiasi matahari
Radiasi adalah perpindahan panas/kalor dari permukaan matahari ke suatu
tempat dipermukaan bumi yang dipancarkan dalam bentuk gelombang
elektromagnetik baik melalui perantara maupun tidak melalui perantara.
5. Pembentukan awan
Awan merupakan bintik bintik air yang melayang layang di udara
setelah mengalami kondensasi (kejenuhan) dengan ukuran ynag relatif kecil.
Awan merupakan sumber air bagi terjadinya hujan, pengendali radiasi surya dan
merupakan penyerap radiasi bumi yang efektif.
4.4.2 Perbedaan Curah Hujan dan Intensitas Hujan
1. Curah hujan
Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam
tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan
1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar
tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.
Curah hujan terjadi karena massa udara yang menghubung naik dan
suhunya menurun. Apabila massa udara telah mencapai jenuh maka terjadi
kondensasi yang menyebabkan terjadinya hujan. Alat pengukur hujan ada dua
macam yaitu alat pengukur hujan manual dan alat pengukur hujan otomatik.
Alat yang digunakan untuk mengukur curah hujan adalah ombrometer.
Alat ini diletakan pada tempat yang terbuka dan diusahakan agar air lain tidak
masuk kedalam alat ini. Alat pengukur curah hujan ini akan menghitung
banyaknya curah hujan harian, bulanan, maupun tahunan. Banyak sedikitnya
curah hujan bergantung pada beberapa faktor sebagai berikut :
a. Kelembaban udara
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
58

b.
c.
d.
e.
2.

Topografi
Arah dan kecepatan angin
Temperatur udara
Arah lereng medan
Intensitas hujan
Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan persatuan jangka waktu

tertentu. Apabila dikatakan intensitasnya besar berarti hujan lebat dan kondisi ini
sangatberbahaya karena berdampak dapat menimbulkan banjir, longsor dan efek
negatif terhadap tanaman.
4.4.3

Air Irigasi Dan Kebutuhan Air Konsumtif


Air irigasi adalah air yang di aliri pada saluran irigasi untuk menunjang

pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah
tanah, dan irigasi pompa. Irigasi dimaksudkan untuk mendukung produktivitas
usaha tani guna meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan
nasional dan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani yang diwujudkan
melalui keberlanjutan sistem irigasi.
Yang dimaksud kebutuhan air konsumtif tanaman adalah banyaknya air
yang diperlukan oleh pertumbuhan tanaman dalam daerah yang diairi. Besarnya
kebutuhan air ini tergantung dari pola tata tanam dan faktor iklim (Kelembaban
udara, temperature, radiasi matahari, kecepatan angin, dll).Perhitungan besarnya
kebutuhan air ini dapat diformulasikan sebagai berikut :
Cu = k x Et
Dimana :
Cu = Consumtive Use
K = Koefisien tanaman, tergantung dari jenis tanamannya
Et = Evapotranspirasi Potensial
Kebutuhan air irigasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kebutuhan
untuk penyiapan lahan (IR), kebutuhan air konsumtif untuk tanaman (Etc),
perkolasi (P), kebutuhan air untuk penggantian lapisan air (RW), curah hujan
efektif (ER), efisiensi air irigasi (IE), dan luas lahan irigasi (A) (SNI,2002). Untuk
menghitung kebutuhan.
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
59

IG =

IR+ ETc + RW + PER

xA

Keterangan :
IG

= kebutuhan air irigasi (m3),

Etc

= kebutuhan air konsumtif (mm/hari),

IR

= kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/hari),

RW

= kebutuhan air untuk mengganti lapisan air (mm/hari),

= perkolasi (mm/hari),

ER

= hujan efektif (mm/hari),

EI

= efisiensi irigasi (-),

= luas areal irigasi (m2).


Kebutuhan air konsumtif atau kebutuhan air konsumsi memiliki makna

bahwa setiap tanaman akan memiliki kebutuhan tertentu terhadap air sehingga
antara tanaman satu dengan lainnya akan memiliki kebutuhan yang berbeda dalam
menggunakan air. Dengan menggunakan standar yang sudah ada maka besarnya
kebutuhan air konsumtif dapat dihitung menggunakan rumus berikut.
Etc = Eto X Kc
Dengan:
Etc

= kebutuhan air konsumtif (mm/hari),

Eto

= evapotranspirasi (mm/hari),

kc

= koefisien tanaman.

4.4.4 Metoda Pengukuran Curah Hujan


1. Metoda Aritmatik
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
60

Metoda aritmatik adalah cara yang paling mudah diantara cara lainnya
(poligon dan isohet). Digunakan khususnya untuk daerah seragam dengan variasi
CH kecil. Cara ini dilakukan dengan mengukur serempak untuk lama waktu
tertentu dari semua alat penakar dan dijumlahkan seluruhnya. Kemudian hasil
penjumlahannya dibagi dengan jumlah penakar hujan maka akan dihasilkan ratarata curah hujan di daerah tersebut. Secara matimatik ditulis persamaan sebagai
berikut :
Rata-rata CH = Ri/n
Dimana :
Ri = besarnya CH pada stasiun i
n = jumlah penakar (stasiun)
2. Metoda Poligon (Thiessen Polygon)
Cara ini untuk daerah yang tidak seragam dan variasi CH besar. Menurut
Shaw (1985) cara ini tidak cocok untuk daerah bergunung dengan intensitas CH
tinggi. Dilakukan dengan membagi suatu wilayah (luasnya A) ke dalam beberapa
daerah-daerah membentuk poligon (luas masing-masing daerah), seperti pada
gambar dibawah ini :

Gambar 11. Daerah daerah poligon


Sumber : (http://mmahbub.files.wordpress.com/2010/05/1-hitungch.pdf)

Perhitungannya :
Rata-rata CH = R1(a1/A) + R2(a2/A) + R3(a3/A) + . . . + Rn(ai/A)
Dimana :
R = curah hujan pada penakar/stasiun di daerah a
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
61

3. Metode Isohyet (Isohyetal)


Cara ini dipandang paling baik, tetapi bersifat subyektif dan tergantung
pada keahlian, pengalaman, pengetahuan pemakai terhadap sifat curah hujan pada
daerah setempat. Isohet adalah garis pada peta yang menunjukkan tempat -tempat
dengan curah hujan yang sama.

Gambar 12. Garis garis besarnya curah hujan


Sumber : (http://mmahbub.files.wordpress.com/2010/05/1-hitungch.pdf)

4. Metode Blaney-Criddle
Metode Blaney-Cridle memerlukan data meteorologi berupa suhu udara
dan data pendukung berupa letak lintang dan faktor koreksi c, persamaan yang
digunakan adalah :
= p . +
Keterangan :
Eto = evapotranspirasi potensial (mm/hari)
C

= panjang hari dan kondisi angin pada siang hari

= prosentase lama penyinaran

= suhu rata-rata harian selama 1 bulan


5. Metode Radiasi
Metode radiasi membutuhkan data metereologi berupa suhu udara dan

panjang hari, persamaan yang digunakan adalah :


Et0 = c ( W . Rs )
dimana
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
62

Rs = 0.25+ (0.50

n
N

Ra )

Keterangan :
ETo = Evapotranspirasi potensial (mm/hari)
C

= Faktor koreksi yang tergantung kelembaban dan kecepatan angin

W = Faktor tertimbang yang bergantung pada suhu udara dan altitude


Rs = Radiasi gelombang pendek yang diterima bumi (mm/hari)
n

= Lama penyinaran actual

= Lama penyinaran maksimum

Ra = Radiasi teresterial
6. Metode Penmant
Metode Penman membutuhkan data metereologi berupa suhu udara,
kelembaban, kecepatan angin, lama penyinaran dan intsitas radiasi. Persamaan
yang digunakan adalah :
Eto = c W.Rn+ (1w) f( U) (eaed )
Keterangan :
ETo

= evapotranspirasi potensial (mm/hari)

= faktor koreksi akibat kondisi siang dan malam

= faktor tertimbang yang dipengaruhioleh suhu udara

Rn

= radiasi netto (mm/hari)


7. Metode Panci Evaporasi
Metode evaporasi panci merupakan pengukuran dengan melihat pengaruh

radiasi, angin, suhu udara dan kelembaban udara. Persamaan yang digunakan
adalah :
Eto =Kp x Epan
Keterangan :
ETo = Evapotranspirasi potensial (mm/hari)
Kp = koefisien panci
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
63

4.4.5

Evaporasi dan Transpirasi


Evaporasi merupakan penguapan yang terjadi dari permukaan air se;perti

laut, danau, dan sungai, permukaan tanah dan permukaan tanaman. Apabila
permukaan air tanah cukup dalam, evaporasi dari tanah adalah kecil dan dapat
diabaikan. Faktor-faktor yang mempengaruhinya, antara lain :
a. Radiasi matahari
b. Temperatur udara
c. Kelembaban udara
d. Kecepatan angin
Transpirasi merupakan hilangnya uap air dipermukaan tumbuhan. Laju
transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya, suhu, udara,
kelembaban dan tersedianya air.
4.4.6

Infiltrasi
Infiltrasi merupakan proses masuknya air melalui permukaan tanah

(Hansen, et. al, 1986). Perkolasi merupakan proses kelanjutan aliran air yang
berasal dari infiltrasi ke tanah yang lebih dalam. Infiltrasi dipengaruhi oleh sifat
fisik tanah dan juga kelembaban awal tanah. Semakin besar tekstur tanah maka
laju infiltrasi juga akan semakin besar. Infiltrasi dapat diukur dengan alat double
ring infiltrometer.
Kebalikan dari infiltrasi adalah rembesan (speege). Laju maksimal gerakan
air masuk kedalam tanah dinamakan kapasitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi terjadi
ketika intensitas hujan melebihi kemampuan tanah dalam menyerap kelembaban
tanah. Sebaliknya apabila intensitas hujan lebih kecil dari pada kapasitas infiltrasi,
maka laju infiltrasi sama dengan laju curah hujan.
Adapun Faktor yang mempengaruhi infiltrasi adalah :
a. Intensitas curah hujan
b. Kondisi permukaan tanah, struktur tanah, dan tumbuh-tumbuhan
c. Kelembaban tanah dan udara yang terdapat dalam tanah
Laju infiltrasi adalah banyaknya air yang terinfiltrasi dalam satuan waktu.
Besarnya laju infiltrasi f dinyatakan dalam mm/jam atau mm/hari. Laju infiltrasi
akan sama dengan intensitas hujan, bila laju infiltrasi tersebut lebih kecil dari daya
infiltrasinya. Jadi f fp dan f I (Soemarto, 1999).
Adapun faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi adalah :
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
64

a.
b.
c.
d.

Jenis tanah
Kepadatan tanah
Kelembaban awal tanah
Tanaman penutup ( Vegetal Crop )
Pengukuran laju infiltrasi dapat dilakukan pada permukaan tanah, pada

kedalam tertentu, pada lahan kosong atau pada lahan bervegetasi. Walaupun
satuan infiltrasi serupa dengan konduktivitas hidraulik, terdapat perbedaan antara
keduanya. Hal itu tidak bisa secara langsung dikaitkan kecuali jika kondisi batas
hidraulik diketahui, seperti kemiringan hidraulik dan aliran air lateral atau jika
dapat diperkirakan. Laju infiltrasi memiliki kegunaan seperti studi pembuangan
limbah cair, evaluasi potensi lahan tanki septik, efisiensi pencucian dan drainase,
kebutuhan irigasi, penyebaran air dan imbuhan air tanah, dan kebocoran saluran
atau bendungan dan kegunaan lainnya (Kirkby, M.J., 1971).
Infiltrasi mempunyai arti penting terhadap proses limpasan (run off). Daya
infiltrasi menentukan banyaknya air hujan yang dapat diserap kedalam tanah.
Makin besar daya infiltrasi, perbedaan antara intensitas hujan dengan daya
menjadi makin kecil. Akibatnya limpasan permukaannya makin kecil, sehingga
debit puncaknya juga akan lebih kecil.
Adapun metoda perhitungan infiltrasi adalah :
a. Model Kostiyakov
Model Kostiakov menggunakan pendekatan fungsi power dengan tidak
memasukkan kadar air awal dan kadar air akhir (saat laju infiltrasi tetap) sebagai
komponen fungsi.
F = atb , 0<b<1
Dimana :
a dan b = konstanta
b. Model Horton
Model Horton adalah salah satu model infiltrasi yang terkenal dalam
hidrologi. Horton mengakui bahwa kapasitas infiltrasi berkurang seiring dengan
bertambahnya waktu hingga mendekati nilai yang konstant. Ia menyatakan
pandangannya bahwa penurunan kapasitas infiltrasi lebih dikontrol oleh faktor
yang beroperasi di permukaan tanah dibanding dengan proses aliran di dalam
tanah. Faktor yang berperan untuk pengurangan laju infiltrasi seperti penutupan
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
65

retakan tanah oleh koloid tanah dan pembentukan kerak tanah, penghancuran
struktur permukaan lahan dan pengangkutan partikel halus dipermukaan tanah
oleh tetesanair hujan.
f = fc + (fo fc)e-kt ; i fc dan k = konstan
Keterangan;
f : laju infiltrasi nyata (cm/h)
fc : laju infiltrasi tetap (cm/h)
fo : laju infiltrasi awal (cm/h)
k : konstanta geofisik
c. Model Holtan
Model Holtan pada dasarnya serupa dengan model Horton, akan tetapi
pada model ini, Holtan menambahkan faktor vegetasi dalam persamaan sehingga
fungsi matematiknya berubah menjadi fungsi power dan bukan fungsi
eksponensial seperti pada Model Horton.
F fc = a Fnp
Keterangan :
Fp

= Infiltrasi potensial

a dan b

= Konstanta

4.4.7

Evapotranspirasi
Merupakan perpaduan antara proses evaporasi dan transpirasi. Kombinasi

dua proses ini saling terpisah dimana kehilangan air dari permukaan tanah melalui
proses evaporasi dan kehilangan air dari tanaman melalui proses transpirasi
disebut sebagai evapotranspirasi.
Proses kehilangan air akibat evapotranspirasi merupakan salah satu
komponen penting dalam klimatologi karena proses tersebut dapat mengurangi
simpanan air tanah dan tanaman. Untuk kepentingan sumberdaya air data ini
untuk menghilangkan kesetimbangan air yang lebih khusus untuk keperluan

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
66

penentuan kebutuhan air bagi tanaman dalam priode pertumbuhan atau priode
produksi. Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain :
a.
b.
c.
d.

Radiasi matahari
Suhu udara dan permukaan
Kelembaban
Tekanan barometer
Penentuan besar nilai kebutuhan air tanaman bisa dihitung berdasarkan

persamaan empiris yang telah banyak dikembangkan selama ini, ataupun


pengukuran langsung dilapangan. Ada beberapa metode untuk menghitung
kebutuhan air tanah antara lain :
1.
2.
3.
4.

Metode Blanay-Cridle
Metode radiasi
Metode penmant yang dimodifikasi untuk kawasan tropis
Metode panci evaporasi
Dalam pelaksanaan praktikum untuk mengetahui kebutuhan air tanaman

akan dilakukan dengan metode panci evaporasi. Besarnya ETo yang diperoleh dari
metode ini adalah evapotranspirasi potensial, sedangkan untuk mendapatkan
besaran evapotranspirasi crop ( ETcrop ) dibutuhkan koefisien tanaman atau Kc
dengan menggunakan persamaan berikut :
Etcrop = ETo x Kc
Evapotranspirasi potensial ( ETo ) diduga berdasarkan laju evaporasi panci
kelas A ( Epan ) untuk setiap priode pertumbuhan tanaman. Besarnya evaporasi
panci merupakan perwujudan dari pengaruh integral faktor lingkungan yaitu suhu,
kelembaban dan angin. Hubungan besarnya Epan dan ETo dinyatakan oleh Door
enbos dan Pruitt 1997 sebagai berikut :
ETo = Kp x Epan
Dimana Kp adalah koefisien panci. Berdasarkan data kelembaban relatif
didaerah irigasi gunung nago rata-rata 88,10% dan data kecepatan angin rata-rata
1,2 m/s dapat ditentukan koefisien panci untuk daerah irigasi gunung nago yaitu
sebesar 0,85.

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
67

Besarnya evaporasi yang terjadi pada panci per hari dapat dihitung dengan
rumus :
Epanci = Po Pt + CH
Neraca Air ( Water Blance )
Adalah gambaran keadaan potensi penyediaan air dan potensi kebutuhan
air yang merupakan hasil pengamatan dan analisa curah hujan bulanan dan
kebutuhan air tanaman dilokasi tertentu. Data curah hujan dan kebutuhan air
tanaman bulanan akan digambarkan dalam suatu grafik, dan dari gambar grafik
maka dapat ditentukan bulanan-bulanan yang cukup air ( surplus ) dan bulananbulanan kering air ( deficit ).
4.4.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman
1. Jenis tanaman
Tanaman membutuhkan air yang sesuai dengan kebutuhannya, karena jika
air yang diberikan kurang ataupun lebih dari kebutuhannya, maka tanaman
tersebut tidak akan dapat tumbuh.
2. Iklim dan Cuaca
Pada keadaan cuaca tertentu tanaman membutuhkan air yang banyak
ataupun sedikit. Artinya kebutuhan air tanaman berbeda pada keadaan cuaca yang
berbeda pula.
3. Jenis Tanah
Jenis tanah dapat mempengaruhi kebutuhan air irigasi. Semakin padat atau
rapat pori suatu jenis tanah, maka kebutuhan airnya akan semakin besar dan
begitu sebaliknya.
4. Sistem perakaran tanaman
Kebutuhan

air

pada

tanaman

juga

dipengaruhi

oleh

perakaran

tanaman.Kebutuha airnya akan berbeda jika sistem perakarannya berbeda.


4.4.9

Metoda Pencarian Infiltrasi


Ada dua metode yang digunakan untuk mengukur infiltrasi, antara lain :

1. Pengukuran langsung dilapangan


NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
68

2. Pengukuran dengan analisis hidrograf


Kali ini akan kita bahas mengenai pengukuran secara langsung dilapangan
diantaranya adalah dengan metode single ring dan double ring
a. Metode Single Ring (Single ring infiltrometer)
Single ring infiltrometer merupakan silinder baja atau bahan lain yang
berdiameter 25 30 cm dan panjang alat kurang lebih 50 cm. Alat ini dilengkapi
dengan tangki cadangan air. Untuk alat yagn sederhana, tangki air dapat diganti
dengan ember. Pada dinding silinder terdapat skala dalam milimeter dan hook
gauge. Selain itu masih perlu dilengkapi dengan bantalan kayu dan pukulan besi
untuk memasukkkan silinder kedalam tanah.
b. Metode Double Ring (Double ring infiltrometer)
Pengukuran dengan double ring infiltrometer pada dasarnya sama dengan
metode single rinng infiltrometer. Perbedaannya adalah pada alat ini terdapat dua
silinder, dengan diameter luar kurang lebih sama dengan diameter silinder sebelah
dalam. Dalam peamakaian, silinder dalam dimasukkan terlebih dahulu kedalam
tanah, setelah itu baru silinder luar dimasukkan secara konsentris kedalam tanah.
Untuk perhitungan laju infiltrasi baik single maupun double ring adalah
model infiltrasi dengan menggunakan metode Horton:
f = fc + (f0 fc).e-kt
Keterangan :
f
= laju infiltrasi (cm/menit)
f0
= laju infiltrasi awal (cm/menit)
fc
= laju infiltrasi konstant (cm/menit)
k
= konstanta
t
= waktu (menit)
4.5 Metodologi Praktikum
4.5.1 Lokasi Dan Waktu
Praktikum ini dilakukan di lapangan terbuka rumah kaca Fakultas
Pertanian Universitas Andalas dengan waktu pengambilan data dimulai dari 27
Oktober 2 November 2014 tepatnya pukul 06.30 WIB.
4.5.2

Alat Dan Bahan

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
69

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
4.5.3
1.

Ombrometer
Ember
Kaleng biskuit
Kayu reng
Tali rapia
Palu
Batu Bata
Metoda Kerja
Evaporasi
a. Ukur tinggi ember.
b. Air diisikan kedalam ember sesuai ketentuan yang diinginkan.
c. Ukur ruang kosong sebelum terjadi evaporasi dan curah hujan.
d. Ruang kosong diukur kembali setelah terjadi evaporasi atau curah
hujan.
e. Ember diisi lagi dengan air sesuai dengan ruang kosong sebelum

terjadi evaporasi dan curah hujan.


f. Pengambilan data dilakukan selama 7 hari berturut-turut.
2. Curah hujan
a) Kaleng biskuit:
a. Lakukan pengukuran diameter dan tinggi kaleng
b. Setelah terjadi curah hujan ukur tinggi air yang tertampung pada
kaleng.
b) Ombro meter:
a. Baca banyaknya air yang tertampung pada ombrometer.
3. Infiltrasi
a. Pipa besi dibenamkan kedalam tanah sedalam
b. Air diisikan kedalam pipa hingga penuh
c. Stopwacth dihidupkan saat air sudah memenuhi pipa
d. Ukur tinggi air yang terjadi infiltrasi dari 10 menit pertama hingga 10
keenam.
d.6 Hasil Dan Pembahasan
d.6.1 Hasill
Tabel 6 Curah hujan dan Evaporasi
No
1
2
3

CH
kaleng(mm)
8,44
4,833
0

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

CH
ombro(mm)
10,16
36,83
0

Po(cm)
22
22
22

Pt(cm)
22,7
23,1
21,7

E(mm)
3,16
25,83
3

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
70

4
5
6
7

36,944
100,76
103,443
80,221

50,8
99,06
109,22
83,82

22
22
22
22

23,9
30,9
31,3
25,6

31,8
10,06
16,22
47,82

Sumber : Hasil Analisa

Keterangan : Po = tinggi ember tinggi ruang kosong awal


Pt = tinggi ember tinggi ruang kosong awal

Tabel 7. Infiltrasi
N
o

4
5

10 10
6 10
4
6
11 18
9,
5
5
3
5

1
2
3

9
7,
5

F(mm/jam)
10
10
12
13
7
7,5
22
27
13,
5
17
7
8
12,
11
5
9

11

Fo
(mm
)
10
14
8
34

10
15
8
38

19
8,5
13,
5
13,
5

21
8,5
13,
5
13,
5

Fc(mm F(mm/jam Vf(mm/jam


Vt(m3/jam)
)
)
)

6
4
11

1
0,5
4

4,523
2,966
8,928

5,218
3,453
9,92

52.28
34,6
99,2

5
3

2
0,5

4,112
0,88

4,536
2,614

45,37
26,14

3,816

4,382

43,82

3,112

3,537

35,37

Sumber : Hasil Analisa

4.6.2

Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel di atas, terdapat curah hujan

yang paling tinggi terjadi pada hari ke 6 sebesar 103.443 mm dan infiltrasinya
yaitu 3,816 mm/jam. Hal ini menunjukkan bahwa pada hari ke 6 terjadi hujan
yang deras. Sedangkan pada hari ketiga pengukuran, tidak terdapat curah hujan
yang terukur pada ombrometer ataupun ombrometer kaleng, hal ini menyebabkan
evaporasi pada hari tersebut sebesar 3 mm. Hal ini disebabkan lamanya
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
71

penyinaran matahari dan curah hujan. Nilai evaporasi dipengaruhi oleh lama
penyinaran yang berlangsung pada hari tersebut.
Hubungan infiltrasi dengan curah hujan pada hasil yang diperoleh
bervariasi, hal ini kemungkinan disebabkan oleh kesalahan pengukuran yang
dilakukan. Seharusnya pengukuran infiltrasi dilakukan pada tanah ultisol, namun
banyak pengukuran dilakukan pada tanah timbunan.
Curah hujan yang terendah didapatkan 0 dan infiltrasi pada hari itu tinggi
8.928 mm/jam dan nilai evaporasi terendah 3 mm/jam Nilai infiltrasi dipengaruhi
oleh besarnya curah hujan pada hari tersebut, semakin tinggi curah hujan maka
semakin kecil kemampuan tanah untuk menyerap air dikarenakan tanah tersebut
sudah memiliki persediaan air dalam tanah. Jadi penurunan air pada pipa akan
berlangsung lambat dan kecil.
Hubungan infiltrasi dengan volume infiltrasi adalah semakin besar
infiltrasi

yang

terjadi

maka

volume

infiltrasinya

juga

akan

semakin

besar.Kesalahan pada pengukuran infiltrasi juga bisa disebabkan oleh kurangnya


penanaman pada pipa.
Hasil didapatkan dari data-data ilfiltrasi yang dilakukan selama 7 hari
berturut-turut maka didapatkan hasil nilai rata-rata diatas. Disini curah hujan
sangat berpengaruh terhadap infiltrasi jika curah hujan tinggi maka nilai infiltrasi
akan kecil, karena kemungkinan tanah sudah jenuh jadinya penyerapan air oleh
tanah pun semakin kecil. Begitu juga dengan intensitas cahaya matahari jika hari
panas maka nilai infiltrasinya juga tinggi, ini disebabkan karena tingginya
penyerapan air oleh tanah karena hari yang panas.
Jadi pengukuran curah hujan, evaporasi dan infiltrasi dipengaruhi oleh
intensitas hujan dan sinar matahari. Intensitas hujan yang tinggi maka curah hujan
tinggi, evaporasi rendah dan infiltrasi juga rendah. Begitu juga sebaliknya untuk
sinar matahari, sinar matahari yang tinggi akan membuat curah hujan rendah,
evaporasi tinggi dan infiltrasi juga tinggi.
4.7 Penutup
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
72

4.7.2

Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tentang pratikum penentuan kebutuhan air irigasi

dan air tanaman ini dapat disimpulkan bahwa tingkat evaporasi dapat dipengaruhi
oleh radiasi matahari. Semakin terik matahari, maka akan semakin besar
evaporasinya dan jika penyinaran berlangsung lama juga akan mempengaruhi
besar kecilnya evaporasi.
Pada laju infiltrasi sangat dipengaruhi oleh jenis dan stuktur tanah. Pada
tanah yang memiliki struktur tanah gembur maka laju infiltrasi makin besar, hal
ini terjadi karena pada tanah yang memilki struktur tanah gembur memiliki pori
yang besar dari jenis tanah liat, sehingga air dapat lolos. Infiltrasi juga
dipengaruhi oleh jenuh atau tidaknya tanah. Tanah yang sudah jenuh, akan angat
lama menyerap air.
Dari data curah hujan evaporasi dan infiltrasi yang didapat diharapkan
nantiknya dapat menentukan apakah suatu lahan tersebut dapat memenuhi
kebutuhan air tanaman. Sehingga tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik dan
apabila tidak mencukupi maka perlu penambahan air untuk pertumbuhan
tanaman.
4.7.3

Saran
Adapun saran dari praktikum ini adalah:

a. Pratikum ini seharusnya dilakukan secara teliti dalam pengambilan data.


b. Pengambilan data juga seharusnya dilakukan tepat pada waktu yang
ditentukan yaitu pada jam 07.00 sebelum radiasi mempengaruhinya.
c. Untuk para pratikan juga seharusnya memilki kesadaran untuk lebih peduli
terhadap kelompoknya, dalam pengolahan data ataupun hal lain yang
berhubungan dengan pratikum. Dengan demikian jika ada masalah dalam
pratikum ataupun data dapat di atasi bersama.

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
73

BAB IV
DRAINASE
5.1 Latar Belakang
Suatu lahan pertanian yang baik membutuhkan sistem pengelolaan air
yang baik. Untuk mengatur pemberian air pada suatu lahan agar sesuai dengan
kebutuhan, di perlukan saluran irigasi dan drainase yang direncanakan dengan
baik. Saluran irigasi berfungsi untuk menyalurkan air yang diperlukan tanaman.
Sementara saluran drainase berfungsi untuk membuang kelebihan air pada lahan
agar tidak merusak tanaman. Drainase diperlukan terutama pada pembukaan lahan
basah atau lahan pasangsurut yang berhubungan dengan program studi teknik
pertanian.
Kelebihan air pada suatu lahan pertanian dapat menyebabkan turunnya
produktivitas tanaman. Kelebihan air dapat disebabkan oleh banjir karena tidak
adanya saluran untuk membuang kelebihan air tersebut. Oleh karena itu
diperlukan suatu saluran yang berfungsi untuk membuang kelebihan air tersebut,
saluran tersebut disebut saluran drainase.
Drainase sangatlah diperlukan dan sangat penting untuk kita ketahui.
Dalam perhitungan luas dan volume juga tidak kalah pentingnya karena dengan
mengukur luas drainase tersebut maka dapat memanfaatkan saluran drainase
secara efesien dan tidak ada yang tidak terpakai, jika saluran drainase lebih kecil
dari volume curah hujan maka akan terjadi banjir dan jika saluran irigasi lebih
besar dari volume curah hujan maka akan terjadi pemborosan.
Pengaruh drainase terhadap cuaca sekarang ini adalah dengan keadaan
cuaca yang tidak menentukan dapat terjadi banjir jika ada saluran drainase yang
tersumbat atau volume air yang ditampung lebih besar dibandingkan volume dari
drainase tersebut. Hal lain yang menyebabkan banjir adalah curah hujan yang
turun tidak dapat diserap langsung kedalam tanah dikarenakan banyaknya
permukiman warga, sehingga lahan kosong untuk proses infiltrasi tidak lagi
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
74

berjalan dengan lancar sehingga siklus air terganggu, juga akan mengakibatkan
kekeringan disuatu tempat terutama dipusat kota.
Dilihat dari disiplin ilmu yang berbeda, pengertian drainase ini bermacam.
Pada teknik sipil, drainase ini dibuat untuk mengeringkan suatu lahan, agar lahan
tersebut layak untuk dilakukan pembangunan. Akan tetapi di teknik pertanian
berbeda, drainase ini berfungsi untuk membuat tinggi air ideal untuk pertumbuhan
tanaman salah satunya. Kata kunci pada teknik pertanian yaitu mengurangi air,
bukan mengeringkan.
Oleh sebab perlu dilakukan praktikum kali ini, sebab banyak hal yang perlu
dipahami, mulai dari dasar, seperti pemahaman drainase itu sendiri faktor yang
mempengaruhi serta manfaat manfaat dari saluran drainase.
5.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah:
a. Mengenal macam - macam saluran drainase dan kegunaanya
b. Mengenal tipe tipe penampang saluran drainase
c. Mengukur volume saluran drainase
d. Mengukur volume curah hujan
5.3 Manfaat
Adapun manfaat dari dilaksanakannya praktikum ini adalah:
a. Mengeringkan daerah genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah
b. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal
c. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan, dan bangunan yang ada
d. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana
banjir
5.4 Tinjauan Pustaka
5.4.1

Pengertian Drainase
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai

sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting


NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
75

dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Secara umum,


drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan airyang berfungsi untuk
mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan,
sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah
dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan suatu cara
pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta caracara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.
Menurut Dr.Ir, Suripin M.Eng drainase adalah mengalirkan, menguras,
membuang ataupun mengalihkan air. Secara umum, drainase didefenisikan
sebagai bangunan air yang bertujuan untuk mengurangi atau membuang kelebihan
air dari suatu lahan atau kawasan, sehingga lahan dapat berfungsi secara optimal.
5.4.2 Kegunaan Drainase
Kegunaan saluran drainase antara lain :
a. Untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga
lahan dapat berfungsi secara optimal.
b. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
c. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
d. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana
banjir.
5.4.3 Jenis-Jenis Drainase
1. Menurut sejarah terbentuknya :
a. Drainase alamiah ( natural drainage )
Drainase yang terbentuknya secara alami dan tidak terdapat bangunan
bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah, dipasang batu atau
dipasang beton gorong gorong dan lain lain.

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
76

Gambar 13. Saluran Drainase alamiah


Sumber : Fasilkom UI. pdf

b. Drainase buatan ( artificial drainage ).


Dibuat dengan tujuan tertentu, memerlukan bangunan khusus. Drainase
yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukan
bangunan bangunan khusus seperti selokan pasangan batu atau beton,
gorong gorong, pipa dan sebagainya.

Gambar 14. Drainase buatan


Sumber: ftsl.itb.ac.id

2. Menurut letak bangunan :


a. Drainase permukaan tanah ( surface drainage ) suatu sistem pembuangan
air untuk menyalurkan air dipermukaan tanah. berfungsi mengalurkan air
limpahan permukaan

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
77

Gambar 15. Drainase permukaan


Sumber : ftsl.itb.ac.id

b. Drainase bawah permukaan tanah ( subsurface drainage ) suatu sistem


pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air dibawah tanah.

Gambar 16. Drainase Bawah Permukaan Tanah


Sumber: ftsl.itb.ac.id

3. Menurut fungsi :
a. Single purpose
Satu jenis air buangan : air hujan, limbah domestic, limbah industri, dan
lain lain.
b. Multi porpuse
Beberapa jenis air buangan tercampur.
4. Menurut kontruksi :
a. Saluran terbuka
Saluran terbuka yaitu saluran yang paling sering dan umumnya digunakan
dibidang pertanian.Lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak di
daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air
non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/ mengganggu lingkungan.

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
78

Gambar 17. Drainase Bawah Permukaan Tanah


Sumber: ftsl.itb.ac.id

b. Saluran tertutup, untuk air kotor disalurkan atau disaluran yang terbentuk
ditengah kota. Saluran tertutup sangat jarang digunakan dibidang pertanian
biasanya ada dan terletak di wilayah perkotaan atau pemukiman yang
padat.

Gambar 18. Drainase Bawah Permukaan Tanah


Sumber: ftsl.itb.ac.id

5.4.4 Bentuk Penampang Saluran Drainase


1. Penampang Persegi Empat
Saluran terbuka berpenampang persegiempat pada umumnya merupakan
saluran buatanterutama banyak digunakan untuk salurandrainase di perkotaan atau
untuk flume (talanguntuk jaringan irigasi).Dibanding dengan penampang
trapesium,penggunaan saluran berpenampang persegi empatcenderung dihindari
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
79

karena tebingnya yang tegak(vertikal). Dinding tegak memerlukan konstruksiyang


lebih mahal daripada dinding yang mengikutigaris-garis kemiringan lereng alam
tanah dimanasaluran ditempatkan. Untuk keperluan saluran drainase perkotaan
bentuk penampang persegi empat ini makin dipertimbangkan penggunaannya
karena dua hal berikut ini :
a. Terbatasnya lahan.
b. Estetika

Gambar 19. Penampang persegiempat


Sumber : perencanaan saluran drainase.pdf.ipb

Luas penampang

: A = By

Keliling Basah

: P = B + 2y

Jari-jari hidrolik

:R

Debit Aliran

1
: Q= AR
n

Q=CA Ri

A
By
=
P B+2 y
2/3

i1/2

Manning

Chezy

2. Penampang Trapesium
Saluran terbuka yang mempunyai penampangtrapesium adalah yang banyak
digunakan didalam praktek. Hal ini karena kemiringan tebing dapatdisesuaikan
dengan kemiringan lereng alam tanahyang ditempatinya. Untuk saluran buatan,
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
80

faktor ekonomis juga menjadi pertimbangan, olehkarena itu juga perlu dicari
penampang hidrolikterbaiknya dengan cara sebagai berikut :

Gambar 20. PenampangTrapesium


Sumber: perencanaan saluran drainase.pdf.ipb

Luas penampang

: A= ( B + Z ) y
B=

A
zy
y

Keliling basah

: P = B + 2y

Kedalaman hidraulik

:D=

Faktor penampang untuk aliran kritis : Z =

1+ z

A
T
3
2

y 2.5

3. Penampang berbentuk setengah lingkaran


Bentuk penampang setengah lingkaran merupakan bentuk penampang
terbaik dengankomponen geometri sebagai berikut:

Gambar 21. Penampang setengah lingkaran


Sumber: perencanaan saluran drainase.pdf.ipb

Luas penampang
Kelilingbasah
Jari-jarihidrolik

A= d 2 =
8
2
: P = y
3 y 2 1
=
= y
: R =
2 2 y 2
:

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

y2

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
81

5.4.5

Pola Jaringan Drainase

a. Siku
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari
pada sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada akhir berada di
tengah kota.

Gambar 22. Pola Jaringan Drainase Siku


Sumber : sistem drainase Teknik Sipil. Unikom
b. Pararel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran
cabang

(sekunder)

yang

cukup

banyak

dan

pendek-pendek,

apabila

terjadiperkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.

Gambar 23. Pola Jaringan Drainase Pararel


Sumber : sistem drainase Teknik Sipil Unikom.htm

c. Grid Iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga saluransaluran cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpulan.
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
82

Gambar 24. Pola Jaringan Drainase Grid Iron


Sumber : sistem drainase Teknik Sipil Unikom.htm

d. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar

Gambar 25. Pola Jaringan Drainase Alamiah


Sumber : sistem drainase Teknik Sipil Unikom.htm

e. Radial
Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah.

Gambar 26. Pola Jaringan Drainase redial


Sumber : http:// sistem drainase Teknik Sipil Unikom.htm

5.4.6

Pengklasifikasian Saluran Drainase

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
83

a.

Drainase Permukaan (Terbuka)


Drainase permukaan lebih menitik beratkan pada pengendalian genangan

air diatas permukaan tanah. Masalah pada drainase permukaan biasanya terjadi
pada lahan sangat datar atau mendekati datar, dengan genangan air diatasnya.
Genangan air ini dapat timbul disebabkan oleh masalah :
1. Adanya talud atau guludan yang berbentuk seperti kantung sehingga
membendung.
2. Kapasitas saluran pembuang yang tidak memadai sehingga tingginya aras
air disaluran menyebabkan terjadinya pengempangan dan arus balik
apabila aliran bertambah besar.
3. Keadaan mulut saluran yang tidak memadai, terdapatnya pengaruh pasang
surut muka air laut.
b.

Drainase Bawah Permukaan (Tertutup)


Kendala kejenuhan lahan yang berlebihan setelah penanaman dapat diatur

dengan sistem drainase tanah. Tujuan drainase lahan selain untuk menaikkan
muka air tanah juga dapat menyisahkan lengas tanah untuk pertumbuhan tanaman.
Tujuan lain untuk mempercepat hilangnya air gravitasi dan mempertahankan agar
air kapilaer selalu berada pada daerah perakaran selama pertumbuhan tanaman.
Kandungan tanah yang tersedia sebagai hasil dari sistem drainase menjadi pasok
untuk kebutuhan air tanaman sekaligus menjadi sumber irigasi bawah permukaan
(subsurface irigation). Pasok lengas ini sangat bermanfaat bagi tanaman di lahan
sawah tadah hujan untuk meningkatkan efisiensi pemakaian air irigasi.
Pipa berkualitas diperlukan jika sistem drainase untuk dipakai pada
periode waktu yang panjang. Pipa harus sangat tahan sekali terhadap kerusakan
akibat pembekuan dan pencairan, tahan terhadap asam-asam dan sulfut dan cukup
rapat supaya relatif kedap air. Proses pembuatan secara modern dan ketersedian
material baru yang berkualitas tinggi yang menggantikan pipa yang berkwalitas
kurang

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
84

Masalah drainase bawah permukaan terjadi apabila air berlebih terdapat


dibagian areal perakaran, masalahnya dapat ditumbulkan oleh beberapa sebab,
misalnya :
a. Permeabilitas lapisan tanah bawah permukaan yang kecil dilahan datar,
sehingga sukar untuk didrain (biasanya daerah pantai).
b. Dilahan sawah yang mempunyai air permukaan bertengger, air permukaan
yang perkolasi kebawah menyebabkan naiknya aras muka air tanah akibat
lapisan tanah bawah permkaan yang kedap.
c. Lahan dengan perkolasi air tanah horizontal yang buruk.Kasus ini terjadi
apabila gerakan air tanah kearah mendatar terhambat akibatnya aras muka air
tanh akan naik kearah areal perakaran.
5.4.7

Pengertian, Fungsi dan Masalah Saluran Drainase Perkotaan

a. Pengertian Saluran Drainase Perkotaan


Sistem Drainase Perkotaan adalah prasarana yang terdiri dari kumpulan
sistem saluran didalam kota yang berfungsi mengeringkan lahan perkotaan dari
banjir/genangan akibat hujan dengan cara mengalirkan kelebihan air permukaan
ke badan air melalui sistem saluran-saluran tersebut.
Drainase Perkotaanmerupakan kumpulan sistem jaringan saluran drainase,
situ-situ dan sumur-sumur resapan yang berada sepenuhnya didalam batas
administrasi pemerintahan kota atau didalam batas ibu kota pemerintahan
Kabupaten.
b. Fungsi Saluran Drainase Perkotaan
1. Mengeringkan bagian wilayah kota yang permukaan lahannya rendah dari
genangan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif berupa kerusakan
infrastruktur kota dan harta benda milik masyarakat.
2. Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat secepatnya agar
tidak membanjiri/ menggenangi kota yang dapat merusak selain harta benda
masyarakat juga infrastruktur perkotaan.
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
85

3.Mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan yang dapat


dimanfaatkan untuk persediaan air dan kehidupan akuatik.
4.Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah.
c. Masalah Saluran Drainase Perkotaan
Kendala yang harus dihadapi sesudah era krisis ekonomi tahun 1998
sampai dengan saat ini pada drainase porkotaan antara lain:
1. Krisis ekonomi nasional berdampak kondisi keuangan pemerintah, swasta
dan masyarakat sangat menurun.
2. Lemahnya institusi pengelola prasarana dan sarana drainase terutama
dalam penyusunan program yang aplikable.
3. Perhatian terhadap operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana
drainase sangat penting.
4. Terbatasnya kemampuan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan
dasarnya, kesadaran akan lingkungan hidup yang bersih dan sehat.
5.4.8

Pengertian Curah Hujan Efektif dan Curah Hujan Rata - Rata


Curah Hujan Efektif (He, Efectif Rain Fall), adalah curah hujan yang

menjadi aliran permukaan (surface run off).Dalam pengertian irigasi, curah hujan
efektif adalah curah hujan yang meresap dalam tanah untuk memenuhi kebutuhan
air tanaman.
Data jumlah curah hujan (CH) rata-rata untuk suatu daerah tangkapan
air(catchment area) atau daerah aliran sungai (DAS) merupakan informasi
yangsangat diperlukan oleh pakar bidang hidrologi. Dalam bidang pertanian data
CHsangat berguna, misalnya untuk pengaturan air irigasi , mengetahui neraca
airlahan, mengetahui besarnya aliran permukaan (run off).

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
86

5.5 Metodologi Praktikum


5.5.1 Lokasi Dan Waktu
Praktikum objek drainase ini dilakukan pada waktu praktikum dan pada
praktikum mandiri. Praktikum sendiri berlokasi di saluran drainase Fakultas
Pertanian dan saluran drainase gedung kuliah D. Pada tanggal
5.5.2

Alat Dan Bahan


Adapun alat dan bahan dalam praktikum ini adalah :

1.
2.
3.
5.5.3

Data curah hujan 10 tahun terakhir


Meteran
Alat-alat tulis
Metode Kerja
Adapun prosedur kerja yang akan dilakukan pada praktikum kali ini adalah

sebagi berikut :
1. Menentukan saluran drainase yang akan diukur volumenya.
2. Mengukur panjang saluran drainase yang akan di ukur yaitu 100 meter.
3. Mengukur volume saluran drainase berdasarkan bentuk penampangnya.
4. Mencatat hasil pengukuran dengan meteran yang dilakukan per plot.
5. Mencari volume saluran dengan memasukkan data pengukuran dengan
memasukkan
penampangnya.

ke

persamaan
Dengan

mencari

persamaan

volume
V=

sesuai

bentuk

jumlah sisi sejajar


2

PL
6. Menghitung volume curah hujan yang didapat dari data diameter

ombrometer dan data curah hujan 10 tahun terakhir.


7. Membandingkan volume saluran drainase dengan volume curah hujan
untuk mengetahui kelayakan dari saluran darinase tersebut

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
87

5.6 Hasil Dan Pembahasan


5.6.1 Hasil
Tabel 8. Data Luas Penampang dan Volume Drainase pada Praktikum
Plot

P1
(m)

P2
(m)

L1
(m)

L2
(m)

T1
(m)

T2
(m)

Volume
( m3 )

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

3.75
1.6
7.5
1.67
4.27
2
7.05
2.35
6.62
1.55
4.5
1.51
5.07
1.6
4
2.20
3.20
3.76
1.38
0.55
0.83
1.7
3.20
2.15
2.20
0.95
2.10
19.55
2.25
0.45

3.63
1.21
8.02
1.54
4.35
1.75
7.27
1.77
7.28
1.15
5.07
1.32
4.70
1.62
4.37
1.17
4.42
4.24
1.1
0.41
0.32
1.91
6.97
2.51
1.65
1.11
1.14
20.8
2.35
0.41

0.53
0.53
0.53
0.54
0.52
0.53
0.51
0.48
0.48
0.45
0.47
0.49
0.49
0.52
0.51
0.50
0.48
0.46
0.42
0.41
0.47
0.48
0.48
0.49
0.41
0.45
0.41
0.34
0.31
0.33

0.53
0.53
0.54
0.52
0.53
0.51
0.48
0.48
0.45
0.47
0.49
0.49
0.52
0.51
0.50
0.48
0.46
0.42
0.41
0.47
0.48
0.48
0.49
0.41
0.45
0.41
0.34
0.31
0.33
0.32

0,52
0.65
0.4
0.63
0.55
0.60
0.44
0.53
0.30
0.62
0.44
0.55
0.40
0.47
0.49
0.48
0.52
0.53
0.62
0.42
0.42
0.43
0.28
0.65
0.92
0.54
0.97
0.23
0.35
0.55

0.65
0.4
0.63
0.55
0.60
0.44
0.53
0.30
0.62
0.44
0.55
0.40
0.47
0.49
0.48
0.52
0.53
0.62
0.42
0.42
0.43
0.28
0.65
0.92
0.54
0.97
0.23
0.35
0.55
0.49

1.14
0.39
2.14
1.15
1.3
0.51
1.72
1.32
1.49
1.34
0.33
1.08
0.40
1.02
0.41
0.94
1.10
0.27
0.09
0.12
0.31
1.60
0.82
0.60
0.33
0.36
1.90
0.33
0.33
0.07

0.483

0.494

0.534

0.533

0.857

Rata Rata
Sumber : Analisa Data Praktikum

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
88

Tabel 9. Data Luas Penampang dan Volume Drainase pada Praktikum Mandiri
Plot
1
2
3
4
5
6
7
8

P1
P2
(m)
(m)
3.38
3.46
26.4
25.73
3.94
3.98
27.9
26.98
12.8
12.42
25.62
25.48
4.87
4.8
26.96
26.68
Rata Rata

L1
(m)
0.59
0.6
0.77
0.84
0.64
0.70
0.64
0.74
0.69

L2
(m)
0.6
0.77
0.84
0.64
0.70
0.64
0.74
0.50
0.68

T1
(m)
0.57
0.53
0.34
0.34
0.65
0.44
0.40
0.28
0.44

T2
(m)
0.53
0.34
0.34
0.65
0.44
0.40
0.28
0.30
0.41

Volume
( m3 )
1.12
7.77
1.08
10.05
4.60
7.18
1.13
4.82
4.72

Sumber : Analisa Data Praktikum mandiri

Tabel 10. Volume curah hujan 10 tahun terakhir


No

Tahu
n

1
2013
2
2012
3
2011
4
2010
5
2009
6
2008
7
2007
8
2006
9
2005
Jumlah
rata-rata

Nilai CH
(mm)

CH (m)

26.07
25.39
23.64
23.95
24.68
31.48
27.95
37.61
32.51

0,02607
0,02539
0,02364
0,02395
0,02468
0,03148
0,02795
0,03761
0,03251

Ombro meter
t
d (m)
A (m)
(m)
0.145 0.2 0.016505
0.145 0.2 0.016505
0.145 0.2 0.016505
0.145 0.2 0.016505
0.145 0.2 0.016505
0.145 0.2 0.016505
0.145 0.2 0.016505
0.145 0.2 0.016505
0.145 0.2 0.016505

VOLUME (m)
0,00043028
0,00041906
0,00039018
0,00039529
0,00040734
0,00051958
0,00046131
0,00062075
0,00053658
0,00418037
0,00046448

Sumber: Analisa Curah hujan 10 tahun terakhir Gunung Nago

5.6.2

Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari praktikum yang dilaksanakan di

koridor pertanian dekat rumah kaca pertanian dan di gedung D bentuk drainase
yang di ukur berbentuk trapesium. Terdapat perbedaan volume dari kedua saluran
dikarenakan panjang , lebar dan tinggi dari saluran drainase yang di ukur tidak
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
89

sama, hali ini dikarenakan volume air yang dilewati pada masing-masing saluran
drainase berbeda, arah saluran dan topografi pada saluran drainase ini juga
mempengaruhi. Dimana nilai volume pada praktikum lebih kecil dibandingkan
volume pada praktikum mandiri yaitu nilai pada praktikum sebesar 0.857 m3 dan
pada praktikum mandiri sebesar 4.72.
Antara curah hujan 0,00046448 m3dengan volume drainase yang diperoleh
maka saluran drainase 0.857 m3 dan pada praktikum mandiri volume yang
didapatkan yaitu 4.72 m3dapat menampung volume hujan dan tidak akan terjadi
banjir karena semua air yang jatuh ke permukaan dapat ditampung oleh drainase
tersebut, volume drainase juga jauh lebih besar dibandingkan volume curah hujan.
Namun apabila saluran pembuangan air berlebih pada suatu lahan pertanian,
pembuatan saluran tersebut bisa dikatakan boros. Karena jumlah air yang
dialirkan keluar dari saluran tersebut terlalu sedikit untuk ukuran saluran yang
kapasitasnya sebesar itu.
Jika dibandingkan dengan data kelompok V, nilai volume drainase yang
diperoleh adalah 0,3902 m. Terjadi perbedaan yang cukup besar dalam hasil
antara yang diperoleh dikarenakan adanya cara pengambilan data yang berbedabeda tiap kelompoknya, baik itu bagian-bagian saluran maupun bentuknya.
Ataupun juga terdapat kesalahan pengukuran. Bentuk ukuran saluran juga
mempengaruhi

besar

kecilnya

volume

saluran

drainase

tersebut.

Jika

dibandingkan dengan praktikum mandiri kelompok V, nilai volume drainase yang


diperoleh adalah 4.9812 m3. Terjadi perbedaan yang tidak terlalu besar dalam hasil
yang diperoleh dikarenakan adanyan cara pengambilan data yang berbeda tiap
kelompok, dan ketelitian dari anggota kelompok.
Antara curah hujan dengan data praktikum mandiri kelompok V, diperoleh
maka saluran drainase 0.3902 dapat menampung volume dari curah huajan dan
tidak akan terjadi banjir, dan pada praktikum mandiri data yang diperoleh 4.9812
m3 dapat menampung curah huajan karena volume yang besar, sehingga banjir dan
kelebihan air pada pembuangan tidak akan berpengaruh besar.
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
90

Kerusakan pada saluran drainase seharusnya segera diperbaiki agar tidak


terjadi suatu hal yang tidak di inginakan. Banyak permasalahan yang muncul pada
saluran drainase. Seperti pada drainase tersebut banyaknya sampah yang masuk
kedalam drainase sehingga mengakibatkan drainase tersumbat dan air dari
drainase akan terbuang ke luar yang lain dan akan mengakibatkan banjir.
5.7 Kesimpulan Dan Saran
5.7.1 Kesimpulan
Berdasarkan

hasil dan pembahasan yang diperoleh dapat disimpulkan

bahwa saluran drainase yang terdapat di koridor pertanian dekat rumah kaca
pertanian dan digedung D berbentuk trapesium dan dapat dikatakan layak dalam
menampung dan mengalirkan air karena volume drainase masih lebih besar
dibandingkan dengan curah hujan. Kerusakan pada saluran drainase juga sangat
mempengaruhi air yang mengalir yang menyebabkan air tersebut bias jadi
tergenang atau keluar dari saluran drainase.
5.7.2

Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya diharapkan:

a. Penjelasan untuk praktikum selanjutnya sebaiknya tidak di ubah sistemnya,


karena penjelasan pada praktikum drainase sudah bagus dan waktu yang
digunakan sudah efektif.
b. Diharapkan lakukan praktikum dengan serius agar hasil yang diperoleh tidak
terjadi kesalahan.
c. Dalam
melakukan

perancangan

saluran

drainase

seharusnya

mempertimbangkan curah hujan yang terjadi. Pertimbangan ini dapat


dilakukan dengan mengambil data 10 tahun terakhir, sehingga data yang
diperoleh itu lebih akurat.

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
91

BAB VI
PENGENALAN IRIGASI TETES
6.1 Latar Belakang
Ketersediaan air mutlak diperlukan baik secara jumlah maupun kualitas.
Akan tetapi seiring dengan adanya dampak perubahan iklim, pergeseran musim
kemarau ataupun musim hujan memberikan dampak pada ketersediaan air di areal
pertanian.
Kebutuhan air tanaman sebagian besar dipenuhi dari hujan akan tetapi
apabila kebutuhan air tidak terpenuhi oleh air hujan, harus dilakukan upaya untuk
dapat mencukupi kebutuhan air pada fase pertumbuhan tanaman, sehingga dapat
menyesuaikan antara waktu panen dan permintaan pasar, maka pelaksanaan
pengelolaan air melalui irigasi sangat dibutuhkan khususnya untuk memenuhi
kebutuhan air di musim kemarau.Untuk itu perlu dilakukan irigasi tetes.
Mahasiswa teknik pertanian sangat penting untuk mempelajari sistem
irigasi tetes ini.Cuaca yang tidak menentu saat ini mengakibatkan tidak jelasnya
musim hujan dan musim kemarau.Sehingga menimbulkan permasalahn dalam hal
mengairi lahan pertanian itu.Untuk itu irigasi tetes dapat dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan air tanaman. Jenis tanaman yang dapat menggunkan metoda
irigasi tetes ini adalah jenis tumbuhan yang menjalar , buah-buahan dan tanaman
obat-obatan, karena jenis tanaman ini tidak memerlukan banyak air untuk
memenuhi kebutuhan airnya.
Di Indonesia, perkembangan irigasi cukup bagus. Secara umum, irigasi
yang digunakan adalah irigasi permukaan atau melalui saluran irigasi seperti
sungai.Namun, pada daerah atau lahan seperti lahan yang kekurangan sumber air
atau kering serta tanah berpasir/berbatu dan pada tanaman tertentu tidak dapat
dialiri oleh irigasi yang seperti itu.Permasalahan pada lahan tersebut dapat di atasi
dengan irigasi tetes.
6.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum pengenalan irigasi tetes ini adalah :
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
92

a. Mengenal sistem irigasi tetes


b. Mempelajari dan memahami kinerja dari sistem tersebut
6.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum pengenalan irigasi tetes ini adalah :
a. Mampu menghitung debit air dengan menggunakan irigasi tetes
b. Menghitung besarnya debit dari jenis tanah yang berbeda-beda
c. Menghitung besarnya debit dari metoda gravitasi dan tekanan ( pompa )
dari irigasi tetes
6.4 Tinjauan Pustaka
6.4.1 Pengeretian Irigasi Tetes
Irigasi tetes adalah suatu sistem untuk memasok air (dan pupuk) tersaring
ke dalam tanah melalui suatu pemancar (emiter / dripper). Debit kecil dan konstan
serta tekanan rendah. Irigasi tetes merupakan metode pemberian air tanaman
secara

kontiniu

dan

penggunaan

air

yang

sesuai

dengan

kebutuhan

tanaman.Dengan demikian kehilangan air seperti perkolasi, run off, dan


evapotranspirasi bisa diminimalkan. Sehingga efisiensinya tinggi.Sistem irigasi
tetes mengalirkan air secara lambat untuk menjaga kelembaban tanah dalam
rentang waktu yang diinginkan bagi tanaman (Michael, 1978).
Irigasi tetes merupakan cara pemberian air dengan jalan meneteskan air
melalui pipa-pipa secara setempat di sekitar tanaman atau sepanjang larikan
tanaman. Hanya sebagian dari daerah perakaran yang terbasahi, tetapi seluruh air
yang ditambahkan dapat diserap dengan cepat pada keadaan kelembaban tanah
yang rendah. Jadi keuntungan cara ini adalah penggunaan air irigasi yang efisien
(Hakim, dkk, 1986).
Air akan menyebar di tanah baik ke samping maupun ke bawah karena
gaya kapiler dan gravitasi. Bentuk sebarannya tergantung jenis tanah,
kelembaban, permeabilitas tanah, dan jenis tanaman.
Tanaman yang cocok untuk menggunakan metode irigasi tees ini adalah
biasanya cocok untuk tanaman semak, pohon, menjalar dan memiliki nilai
ekonomis yang tinggi.
6.4.2

Komponen Irigasi Tetes

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
93

1) Unit utama
Terdiri dari : pompa,tangki injeksi,filter (saringan) utama dan komponen
pengendali ( pengukur tekanan , pengukur debit dan katup)
2) Pipa utama
Pipa utama dipasang di atas atau di bawah permukaan tanah
3) Pipa pembagi
Pipa pembagi dilengkapi dengan filter kedua yang lebih halus , katup solenoid
,regulator tekanan,pengukur tekanan dan katup pembuang
4) Emiter
Emiter merupakan alat pengeluaran air yang disebut pemancar. Emiter
mengeluarkan dengan cara meneteskan air langsung ke tanah ke dekat
tanaman. Daerah yang dibasahi emiter tergantung pada jenis tanah,
permeabilitas tanah.

Gambar 27. Komponen Irigasi Tetes


Sumber :http://irigasi tetes.pdf.com/

6.4.3

Manfaat Irigasi Tetes


Proses pembuatan sistem irigasi tentunya harus memiliki manfaat. Irigasi

tetes memiliki manfaat, diantaranya adalah :


1. Dapat diterapkan pada daerah yang memiliki keterbatasan ketersediaan air
2. Tepat guna
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
94

3.
4.
5.
6.4.4

Tidak banyak air yang terbuang


Langsung ke tanaman pengirigasiannya
Dapat diatur jumlah air yang akan dipasokkan
Kelebihan Irigasi Tetes
Kelebihan dari Irigasi Tetes adalah :

a. Meningkatkan nilai guna air


Secara umum, air yang digunakan pada irigasi tetes lebih sedikit
dibandingkan dengan metode lain.
b. Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil
Dengan irigasi tetes, kelembaban tanah dapat dipertahankan pada tingkat
yang optimal bagi pertumbuhan tanaman.
c. Meningkatkan efisiensi dan pemberian
Pemberian pupuk dan bahan kimia pada metode ini dicampur denagn air
irigasi, sehingga pupuk atau bahan kimia yang digunakan menjadi lebih
sedikit, fekuensi pemberian dan distribusinya hanya di sekitar daerah
perakaran.
d. Menekan resiko penumpukan garam
Pemberian air secara terus-menerus akan melarutkan dan menjauhkan garam
dari daerah perakaran.
e. Menekan pertumbuhan gulma
Pemberian air pada irigasi tetes hanya terbatas di daerah sekitar tanaman,
sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan.

f. Menghemat tenaga kerja


Sistem irigasi tetes dapat dengan mudah dioperasikan secara otomatis,
sehingga tenaga kerja hanya diperlukan lebih sedikit
6.4.5

Kelemahan Irigasi Tetes


Kelemahan dari irigasi tetes adalah :

a. Biaya yang tinggi


b. Pemyumbatan pada komponen sistem, terutama emitter untuk partikel-partikel
kecil tanah, bahan biologis dan kimia
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
95

c. Emitter tidak bekerja begitu baik untuk tanaman tertentu dan masalah yang
disebabkan salinitas
d. Garam-garam cenderung tertumpuk disekitar tepian permukaan yang basah.
e. Karena sistem ini biasanya hanya membasahi bagian dari volume potensial
tanah-akar, perakaran tanaman bisa terbatas hanya pada volume tanah di dekat
tiap emitter
6.4.6

Negara yang Menggunakan Sistem Irigasi Tetes


Irigasi tetes pertama kali diterapkan di Jerman pada tahun 1869 dengan

menggunakan pipa dan biasanya tanaman yang digunakan adalah jenis tanaman
hortikultura, sayuran dan bunga dengan menggunakann tanah liat dan gembur.
Di Amerika, metoda irigasi ini berkembang mulai tahun 1913 dengan
menggunakan pipa berperforasi. Tanaman yang digunakan pada sistem irigasi
tetes ini adlah jenis tanaman hortikultura dan jenis tanaman keras, yang
menggunakan jenis tanah gembur tanah padat dan tanah pasir yg berfariasi.
Pada tahun 1940-an irigasi tetes banyak digunakan di rumah-rumah kaca di
Inggris. Tanaman yang digunakan pada sistem irigasi tetes ini adlah jenis tanaman
hortikultura dengan jenis tanah yang digunakan adalah gembur dan tanah liat.
Penerapan irigasi tetes di lapangan kemudian berkembang di Israel pada
tahun 1960-an. Jenis tanaman yang biasa digunakan pada sistem irigasi tetes ini di
daerah ini adalah jenis tanaman hortikultura dan sayuran dengan jenis tanah yang
digunakan adalah black clay soil dan tanah berpasir.
6.4.7

Tanaman yang cocok untuk irigasi tetes

Tanaman yang cocok untuk irigasi tetes adalah:mentimun dan tembakau


yang persediaan airnya sedikit dan tanaman yang daunnya tidak menyukai terkena
air langsung,pemberian airnya melalui bawah permukaan.Dan tanamn-tanaman
lainnya yang membutuhkan air sedikit dan areal tanam yang tidak terlalu luas.
Pertumbuhan dan pearkembangan tanaman sangat dipengaruhi oleh keadaan air
dalam jaringan tanaman. Jika kandungan air dalam jaringan tanaman cukup, maka
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
96

semua proses yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan


tanamanakan berjalan sebagaimana mestinya. Jika kandungan air dalam jaringan
tanaman kurang, maka semua proses yang berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman akan terganggu, akibatnya tanaman akan layu dan mati.
6.4.8

Literatur Tanah yang Digunakan Pada Praktikum

a. Tanah gembur
Tanah gembur merupakan jenis tanah yang paling baik untuk tanaman.
Pasalnya, tanah gembur memiliki ronga-ronga yang cukup untuk menyimpan air
dan udara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Tata udara yang baik dan
kandungan air cukup akan menciptakan struktur yang baik bagi tanah. Karena
kondisi ini menguntungkan bagi mikroorganisme tanah yang berperan dalam
proses dekomposisi mineral dan zat organik tanah, sehingga zat h hara yang
dibutuhkan tanaman mudah diserap oleh akar tanaman.
b. Tanah pasir
Tanah pasir juga berstuktur kurang baik, sehingga hampir semua tanaman
yang tumbuh diatasnya tidak akan subur. Partikel-partikel tanah pasir sangat kasar
dan memiliki banyak rongga, sehingga air sangat mudah masuk kedalam pori-pori
tanah. Sayangnya partikel pasir tidak saling melekat satu sama lain, Akibatnya, air
dan zat hara yang masuk sulit tersimpan.
c. Tanah padat
Tanah bertekstur padat atau gumpal memiliki tingkat kesuburan yang
rendah. Karena partikel-partikel tanah padat tersusun sangat rapat, bahkan saling
merekat erat satu sama lain. Dengan merapatnya partikel-partikel tanah tersebut,
maka hampir tidak ada lagi celah atau rongga yang tersisa untuk sirkulasi air dan
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
97

udara didalamnya. Akibatnya, udara, air dan unsur hara yang terlarut didalamnya
sulit diserap akar tanaman kareana terjerat partikel tanah.
6.4.9

Efisiensi Penyebaran Irigasi Tetes


Pemberian air irigasi dialirkan secara normal dan merata pada daerah

perakaran. Pada hampir seluruh keadaan, makin merata air yang didistribusikan
makin baik reaksi tanaman. Pendistribusian air merupakan suatu daya upaya
pemakaian air yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan tanah dan tanaman.
Penggunaan air irigasi yang efisien merupakan kewajiban setiap pemakai.
Efisiensi penyebaran untuk mengetahui banyaknya air yang mampu membasahi
tanah. Efisiensi ini untuk menunjukkan dimana peningkatan dapat dilakukan yang
akan menghasilkan pemberian air irigasi yang lebih efisien.
Semakin besar nilai efisiensi yang dihasilkan dari suatu jaringan irigasi
tetes maka semakin merata pula pendistribusian air pada tiap-tiap emiter penetes
sehingga

pertumbuhan

tanaman

akan

semakin

baik

pula.

Tingginya

nilai/persentase efisiensi penyebaran irigasi yang diperoleh menandakan bahwa


penyebaran atau pendistribusian air pada tiap-tiap emiter dikatakan mendekati
seragam. Hal ini juga menunjukkan bahwa media tanam yang dilalui oleh air
distribusi memiliki terkstur yang gembur, sehingga baik untuk tanaman musiman
dalam menyerap unsur hara dan air yang didistribusi.
6.5 Metodologi Praktikum
6.5.1 Lokasi dan Waktu
Praktikum irigasi tetes ini dilakukan di daerah sekitaran program studi
Teknik Pertanian tepatnya di koridor belakang bengkel Teknik Pertanian,dan
dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 14 September 2014 pada pukul 07:00
Wib.

6.5.2 Alat Dan Bahan


NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
98

Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
6.5.3

Unit penetes atau tabung dan selang infus sebanyak 6 buah


Stopwatch
Tanah gembur 4 polibeg
Tanah padat 2 polibeg
Tanah pasir 2 polibeg
Botol minum popice 2 buah
Gelas ukur 1
Paralon kecil dan selang
Metoda Kerja

Adapun metode kerja dari praktikum ini adalah:


1. Paralon yang telah dipasangi selang diikatkan dan digantung ditempat
yang tingginya kira-kira 1,5 meter dari permukaan tanah
2. Air dimasukkan kedalam tabung infus
3. Tabung infus yang telah berisi air tadi diikatkan dan digantung pula
sejajar dengan tinggi pipa paralon
4. Atur atau kalibrasikan air yang menetes dari pipa dan dari infus dengan
cara mengatur air menetes sekali dalam 1 detik
5. Setelah itu,letakkan bahan seperti tanah gembur,tanah berpasir,tanah
padat,gelas popice tepat dibawah tetesan air dalam waktu yang bersamaan
6. Hidupkan stopwatch,dan tunggu sampai waktu 1 jam (3600 detik) atau
3600 tetesan
7. Setelah 3600 detik atau 3600 tetesan,tarik bahan-bahan tadi dalam waktu
yang bersamaan sehingga tidak lagi berada tepat dibawah tetesan air.
8. Kemudian ukur tinggi tanah yang dibasahi oleh air,serta ukur air yang
tertampung di gelas popice dengan menggunakan gelas ukur.
6.6 Hasil Dan Pembahasan
6.6.1 Hasil
Pada praktikum irigasi tetes kami kelompok XI tidak memperoleh
hasil perhitungan debit, seperti yang tertulis pada tujuan praktikum objek ini. Hal
ini disebabkan karena kelompok XI gagal pada objek irigasi tetes ini.
6.6.2

Pembahasan

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
99

Pada praktikum irigasi tetes, kelompok XI gagal. Hal ini disebabkan


karena tanah kami tertinggal, dan diberi kesempatan untuk menjemputnya selama
5 menit. Setelah tanah kami keringkan, maka praktikum dimulai pada am 7.00
pagi. Pada saat praktikum kami memperoleh data, tetapi data yang telah kami
peroleh hilang.
Pada praktikum irigasi tetes ini kami menggunakan infus. Untuk
pengukuran aliran debit kebutuhan air tanaman dengan menggunakan metoda
infus atau

gravitasi dan kran pengatur air atau tekanan , dimana kami

menggunakan 3 jenis tanah yang berbeda-beda (pasir, liat dan gembur). Metoda
dengan infus diberi perlakuan 1 untuk tanah jenis gembur, , dan 3 untuk jenis
tanah padat.. Sedangkan untuk tanah jenis

pasir, 1 gembur dan 1 padat

menggunakan metoda pipa.


6.7 Kesimpulan Dan Saran
6.7.1 Kesimpulan
Dari praktikum irigasi tetes yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa debit pada tanah polybag yang basah dapat disebabkan oleh beberapa
faktor seperti tinggi pipa atau selang penetes dari permukaan tanah dalam
polybag, dan bias juga karena pada saat itu angin bertiup kencang sehingga air
terbawa dan air tidak merata menetes pada bagian permukaan tanah itu saja
sehingga kedalaman tanah yang basah kurang.
Irigasi tetes hanya bisa digunakan untuk kebutuhan tanaman yang
membutuhkan air yang relatif lebih sedikit. Hal tersebut disebabkan karena debit
yang dihasilkan pada irigasi tetes hanya sedikit, yang bisa dibuktikan dengan hasil
debit diatas. Namun, dengan menggunakan irigasi tetes penggunaan atau
ketersediaan sumber daya air bisa lebih sedikit dan lebih efisien dalam
penggunaan air.
6.7.2

Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk praktikum ini yaitu:

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis Padang
100

a. Praktikan terlebih dahulu mempersiapkan alat dan bahan


b. Praktikan terlebih dahulu harus mempelajari cara kerjanya agar praktikum
berjalan lancar
c. Penuntun praktikum yang di modul

hendaknya sama denga keadaan

dilapangan agar praktikan mengerti dan memperlancar proses kerja

NAMA : YELVI YUSNA


KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007

Anda mungkin juga menyukai