BAB I
PENGUKURAN DEBIT
1.1 Latar Belakang
Dalam sebuah kegiatan pertaian, kebutuhan air sudah tak terelakkan lagi.
Tanaman yang diusahakan dalam kegiatan pertanian pada umumya membutuhkan
air yang cukup agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, hingga
menghasilkan produksi yang maksimal tentunya. Pemberian air pada tanaman
haruslah sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman tersebut, pemberian air yang
berlebihan atau tidak sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman juga akan
mengganggu pertumbuhan tanaman tersebut, atau bahkan akan berakibat pada
kematian pada tanaman tersbut.
Sedangkan pada tanaman yang pemberian airnya kurang juga akan
berakibat terhambatnya pertumbuhan pada tanaman, oleh karena itu pemberian air
pada tanamn hendaklah dilakukan sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman.
Faktor lain, susahnya air disuatu tempat atau kawasan tertentu membuat petani
kesusahan dalam usaha pertaniannya, hendaknya dalam situasi seperti ini
diperlukan sistem manajemen irigasi yang baik pengelolaan air. Adanya
pengukuran debit untuk mengukur seberapa besar air akan dialirkan ke suatu
daerah apakah cukup atau bahkan melebihi kebutuhan air yang diperlukan, irigasi
juga memiliki sistem dimana debit bisa dikurang dan ditambah sehingga air dapat
digunakan tepat sasaran.
Dalam sebuah saluran irigasi, mengetahui debit aliran dalam sebuah
saluran irigasi menjadi sangat penting. Ini bertujuan untuk dapat mengontrol laju
penggunaan air pada petak sawah dengan sesuai dengan kebutuhan suatu lahan
atau tanaman di sebuah lahan tersebut. Dengan mengetahui besarnya laju aliran
per satuan waktu (debit) diharapkan akan dapat mengontrol laju aliran sesuai
dengan yang dibutuhkan. Untuk itu perlunya pengukuran debit aliran pada sebuah
saluran irigasi adalah merupakan suatu metoda ataupun kepentingan dalam sebuah
manajemen irigasi atau dalam sebuah sistem keirigasian.
Dalam teknik pertanian kita sangat perlu mengetahui tentang penggunan
dan pengoperasian suatu sistem irigasi kareana hubungan teknik pertanian dengan
irigasi sangat penting untuk menunjang dan meningkatkan produktifitas suatu
kegiatan pertanian dan di perlukan jumlah air yang mencukupi maka disini lah
tugas kususnya mahasisiwa teknik pertanian untuk merancang suatu sistem irigasi
yang bisa membantu para masyarakat dan petani dalam memenuhi kebutuhan air
yang di butuhkan dengan mengetaui jumlah debit yang di alirkan dan dapat
disesuaikan degan kebutuhan para petani disekitarnya.
1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan praktikum teknik irigasi dan drainase pada objek
pengukuran debit disaluran terbuka adalah:
1. Untuk menentukan debit air di irigasi Gunung Nago.
2. Menentukan hubungan head dengan debit pada bagunan cipoletti
3. Mengukur debit dengan pelampung
4. Mengukur debit dengan current meter
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum pengukuran debit saluran terbuka adalah :
1. Agar mahasiswa mengetahui dan menjelaskan bagaimana cara menghitung
debit suatu aliran sungai atau irigasi.
2. Agar mahasiswa mengerti dalam penggunaan alat ukur current meter.
3. Agar mahasiswa mengerti tentang pengukuran debit dengan pelampung.
4. Agar mahasiswa dapat menentukan hubungan head dengan debit pada
bangunan ukur cippoleti.
1.4 Tinjauan Pustaka
1.4.1 Pengertian debit
Debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai
(DAS). Aliran air dikatakan memiliki sifat ideal apabila air tersebut tidak dapat
dimanfaatkan dan berpindah tanpa mengalami gesekan, hal ini berarti pada
gerakan air tersebut memiliki kecepatan yang tetap pada masing-masing titik
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007
dalam pipa dan gerakannya beraturan akibat pengaruh gravitasi bumi. Debit
adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang
melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit
dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/dt). Dalam laporan-laporan
teknis, debit aliran biasanya ditunjukkan dalam bentuk hidrograf aliran. Hidrograf
aliran adalah suatu perilaku debit sebagai respon adanya perubahan karakteristik
biogeofisik yang berlangsung dalam suatu DAS (oleh adanya kegiatan
pengelolaan DAS) dan atau adanya perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan)
iklim lokal (Asdak, 1995).
Leonard Euler (1907-1783), menyatakan bahwa rapat massa dan kecepatan
pada tiap titik dalam ruang berubah dengan waktu. Fluida sebagai medan rapat
massa dan medan vektor kecepatan. Jika kecepatan (V) dari tiap partikel fluida
pada satu titik tertentu adalah tetap, dikatakan bahwa aliran tersebut bersifat
lunak. Pada suatu titik tertentu tiap partikel fluida akan mempunyai kecepatan (V)
yang sama, baik besar maupun arahnya. Pada titik lain suatu partikel mungkin
sekali mempunyai kecepatan yang berbeda, akan tetapi tiap partikel lain pada
waktu sampai titik terakhir mempunyai kecepatan sama seperti partikel yang
pertama. Aliran seperti ini terjadi pada air yang pelan. Dalam aliran tidak lunak
kecepatan (V) merupakan fungsi waktu.
1.4.2
Jenis aliran yang berlangsung dalam sistem penyaluran air buangan, yaitu:
1. Aliran terbuka
Terjadi pada seluruh perpipaan air buangan. Karakteristik dari aliran
terbuka ini adalah:
a. Aliran secara gravitasi.
b. Unsteady (debit berubah terhadap waktu) dan terkadang non-uniform
(tidak seragam).
c. Alirannya harus dapat mengangkut material-material yang terkandung
dalam air buangan.
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007
fluida saat luasan efektif diam dengan titik-titik fluida setelah luasan efektif diberi
suatu gaya dengan kecepatan tertentu.Pada fluida Newtonian, viskositasnya tetap
dan tidak akan berubah meskipun terdapat gaya yang bekerja. Contoh fluida
Newtonian adalah air.
b. non-Newtonian
Fluida non-Newtonian adalah fluida yang tegangan gesernya tidak linier
terhadap laju regangan geser. Pada fluida non-Newtonian, viskositasnya berubah
bila terdapat gaya yang bekerja. Perubahan ini dapat berupa viskositas yang
mengecil, contohnya cat lateks yang digoreskan pada dinding, dan juga viskositas
yang membesar, contohnya pada adonan, misalnya campuran air dan tepung.
5. Compressible dan incompressible
a. Compressible
Fluida yang compressible adalah fluida yang kerapatannya dapat berubah
karena perubahan tekanan dan temperatur. Contoh fluida compressible adalah
gas nitrogen dan oksigen.
b. Incompressible
Fluida yang incompressible adalah fluida yang kerapatannya konstan terhadap
perubahan tekanan. Contoh fluida incompressible adalah air.
6. Inviscid dan Viscous
a. Inviscid
Fluida inviscid adalah fluida yang tidak viscous. Viskositas muncul karena
adanya tegangan geser atau gesekan fluida. Fluida seperti udara mempunyai
viskositas kecil sehingga dapat diabaikan. Tegangan normal pada fluida inviscid
tidak tergantung pada arah. Aliran inviscid digunakan dalam mengembangkan
persamaan Bernoulli.
Persamaan Bernoulli:
b. Viscous
Fluida memiliki sifat viscous (viskositas), dimana fluida selalu melekat pada
batas padat fluida. Meskipun fluida ini bergerak, fluida akan selalu melekat pada
batas padat yang melingkupinya. Fluida yang bergerak dapat menimbulkan
tegangan geser. Tegangan geser () ini merupakan interaksi antara fluida dengan
batas padat yang diberi gaya (P) pada suatu luasan efektif (A). Interaksi yang
terjadi berupa pertemuan permukaan antara benda padat dan fluida yang
kemudian terjadi kesetimbangan, dimana tegangan geser yang muncul pada suatu
luasan efektif besarnya akan sebanding dengan gaya yang bekerja pada batas
padat. Ini dapat dituliskan pada persamaan:
P = .A
Nilai viskositas tergantung pada jenis fluida dan temperatur fluida, dimana
semakin besar temperatur viskositasnya akan semakin kecil.
1.4.3
Dimana,
Q = debit,
H = head,
b = lebar penampang atas
c = konstanta
Besarnya konstanta c ditentukan dari turunan pertama persamaan energy
pada penampang saluran yang bersangkutan. Pada praktikum ini besarnya
konstata k dan n ditentukan dengan membuat serangkaian hubungan H Q yang
paling sesuai untuk masing masing jenis bangunan ukur. Untuk paktikum kali
ini debit juga bisa ditentukan dengan menggunakan persamaan :
3
Q=0,86 b h 2
Dimana,
B = lebar dasar cipolletti,
h = tinggi permukaan air dari dasar cipolletti
Bangunan cipolleti dengan karakteristiknya:
a. Bentuk dari bangunan sederhana dan kontruksinya mudah dibuat
b. Dalam pelaksanaan bangunan biayanya tidak mahal.
c. Apabila ada papan diberi skala liter, maka oleh para petani pemakaian air
dapat melakukan pengecekan persediaan air mereka dengan jelas
d. Pada bagian hulu dari bangunan terjadi penumpukan sedimen, dengan
sendirinya dapat mengganggu berfungsinya bangunan pengukur ini, dilain
hal benda hanyut tidak bisa lewat dengan mudah, hal ini sangat mudah
menyebabkan kerusakan dan sangat mengganggu ketelitian pengukuran
debit.
e. Bangunan in mengalami kehilangan tinggi energi besar sekali dan lebih
khusus lagi apabila pada daerah yang datar, dimana khilangan energi yang
tersedia kecil sekali, dengan demikian bangunan pengukur ini tidak dapat
digunakan lagi.
2. Sekat Ukur Thomson
= debit air
lebar aliran. Kecepatan aliran permukaan ditentukan berdasarkan rata rata yang
diperlukan pelampung menempuh jarak tersebut. Sedangkankecepatan rata rata
didekati dengan pengaturan kecepatan permukaan dengan suatu koefisien yang
besarnya tergantung dari perbandingan antara lebar dan kedalaman air.
Koefisien kecepatan pengaliran dari pelampung permukaan sebagai
berikut :
Tabel 1. Koefisien kecepatan pengaliran dari pelampung
B/H
Vm/Vs
5
0,98
10
0.95
15
0,92
20
0,90
30
0,87
40
0,85
Keterangan :
B
= lebar pemukaan aliran
H
= kedalamam air
Vm = kecepatan rata rata
Vs
= kecepatan pada permukaan
Pada pelampung tangkai koefisien kecepatan dapat dihitung dengan rumus
Francis:
V
1 0,116 1 0,1
u
dimana :
= koefisien
V = kecepatan rata-rata
u = kecepatan pelampung
Dalam
pelepasan
pelampung
harus
diingat
bahwa
pada
waktu
pelepasannya, pelampung tidak stabil, oleh karena itu perhitungan kecepatan tidak
dapat dilakukan pada saat pelampung baru dilepaskan, keadaan stabil akan dicapai
5 detik sesudah pelepasannya. Pada keadaan pelampung stabil baru dapat dimulai
pengukuran kecepatannya. Debit aliran diperhitungkan berdasarkan kecepatan rata
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007
Q=V A
Dengan ,
V = kecepatan aliran
A = luas penampang
Dengan demikian dalam pengukuran tersebut disamping harus mengukur
kecepatan aliran, diukur pula luas penampangnya. Distribusi kecepatan untuk tiap
bagian pada saluran tidak sama, distribusi kecepatan bergantung pada :
1. Bentuk saluran
2. Kekasaran saluran
3. Kondisi keseluruhan saluran
Dalam penggunaan curent meter pengetahuan mengenai distribusi
kecepatan ini amat penting. Hal ini berkaitan dengan penentuaan kecepatan aliran
yang dapat dianggap mewakili rata rata kecepatan pada bidang tersebut. Dari
hasil penelitian United Stated Geological Survey aliran air di saluran (stream)
dan sungai mempunyai karakteristik distribusi kecepatan sebagai berikut:
1. Kurva distribusi kecepatan pada penampang melintang berbentuk parabolic.
2. Lokasi kecepatan maksimum berada antara 0,05 0,25 h kedalam air dihitung
dari permukaan aliran.
3. Kecepatan rata rata berada 0,6 kedalaman dibawah permukaan air.
4. Kecepatan rata rata 85% kecepatan permukaan.
5. Untuk memperoleh ketelitian yang lebih besar ddilakukan pengukuran secara
mendetail kearah vertikal dengan menggunakan integrasi dari pengukuran
pengukuran tersebut dapat dihitung kecepatan rata ratanya.
Dalam pelaksanaan kecepatan rata rata dapat diperoleh dengan :
a. Mengukur kecepatan pada titik 0,6 kedalaman dengan kecepatan rata rata =
kecepatan pada titik tersebut.
b. Mengukur kecepatan pada titik 0,2 kedalaman dan 0,8 kedalaman dengan
kecepatan rata rata = 0,5 (kecepatan pada 0,2 h + kecepatan pada 0,8 h)
c. Mengukur kecepatan pada titik pengukuran yaitu pada 0,2 h ; 0,6 h dan 0,8 h,
dengan kecepatan rata rata = 0,5 (kecepatan pada 0,2 h + 2kecepatan pada 0,6
+ kecepatan pada 0,8 h)
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007
Jumlah titik
Titik kedalaman
(h) dalam m
Pengukuran
0,0 0,6
0,6 h
0,6 3,0
0,2 h ; 0,8 h
3,0 6,0
>0,6
membuta profil
Ai
Vi
yang berhembus maka aliran akan memiliki kecepatan yang rendah dan
debit air pun akan rendah.
2. Kecepatan Aliran
Kecepatan aliran sangat berpengaruh dalam debit aliran. Semakin cepat
aliran mengalir, maka semakin besar debit aliran yang dihasilkan. Semakin
lambat aliran mengalir, maka semakin sedikit debit aliran yang dihasilkan.
3. Permukaan Saluran
Debit aliran akan besar apabila permukaan aliran halus atau tidak
bergelombang. Karena permukaan yang kasar atau bergelombang akan
mempengaruhi kecepatan aliran sehingga berdampak pada debit aliran
yang dihasilkan. Hal ini juga mempengaruhi kehilangan head aliran yang
berpengaruh pada debit.
4. Kekasaran Saluran
Kekasaran saluran akan mempengaruhi debit. Dimana jika kekasaran
saluran tinggi maka air akan terhambat lajunya dana kan terjadi banyak
pergolakan, sehingga debit yang dihasilkan akan semakin kecil.
5. Kedalaman Saluran
Kedalaman saluran akan mempengaruhi debit. Dimana jika kedalaman
semakin dangkal maka debi yang dihasilkan semakin kecil dibanding
dengan kedalaman yang dalam.
6. Intensitas Matahari
Intensitas matahari yang tinggi biasanya akan menyebabkan debit kecil.
Hal ini sesuai dengan waktu pengukuran siang hari dengan intensitas
matahari yang tinggi menyebabkan debit kecil. Begitu pula sebaliknya,
jika intensitas matahari kecil maka debit akan besar.
1.5 Metodologi Praktikum
1.5.1 Lokasi Dan Waktu
Praktikum ini dilakukan di lokasi Saluran Primer dan Sekunder Jaringan
Irigasi Gunung Nago Kelurahan Kapalo Koto Kecamatan Pauh dan dilakukan
tanggal 20 September 2014 pukul 06.30 WIB.
1.5.2
1. Curren meter
2. Bangunan cipolleti
3. Pelampung
4. Meteran
5. Rambu ukur
6. Stop watch
1.5.3 Metode Kerja
1. Current meter
1. Rangkai current meter
2. Ukur lebar atas dan lebar bawah saluran
3. Setting CDU dan atur waktu yang digunakan yakni 45 detik
4. Ukur lebar masing-masing 1 meter sebanyak 5 kali
5. Pada lebar yang pertama, ukur kedalaman (h) dari saluran
6. Pada saluran ini digunakan metode 2 titik, maka untuk pengukuran
pertama propeller di letakkan pada 0,2h dan pengukuran berikutnya pada
0,8he
7. Current meter dinyalakan, setelah itu akan terbaca hasil kecepatan alian
pada CDU
8. Ulangi langkah e sampai dengan f pada lebar yang berikutnya
2. Pelampung
a. Ukur saluran terbuka yang ditentukan tempatnya sejauh 30 m
b. Jatuhkan pelampung pada saluran,
c. Hidupkan stopwacth pada saat pelampung telah seimbang
d. Biarkan pelampung sampai pada jarak 30 meter
e. Tangkap pelampung dan matikan stopwatch
f. Catat waktu pelampung tersebut dari titik awal sampai pada batasnya
3. Bangunan cipolleti
a. Ukur panjang dari bangunan cipoletti pada permukaan air
b. Ukur tinggi dari air
c. Catat hasil yang didapatkan
1.6 Hasil Dan Pembahasan
1.6.1
Hasil
Tabel 3 Pengukuran dengan menggunakan pelampung
Parameter
Jarak pengukuran (m)
Waktu tempuh 1 (s)
Waktu tempuh 2 (s)
Waktu tempuh 3 (s)
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007
Saluran primer
30
54. 5
52.8
51.8
Saluran sekunder
30
28.8
26.3
27.5
Debit m3/s
2.8530
1.6763
Saluran primer
7.16
0.39
3.243
Saluran sekunder
4.16
0.39
1.8845
Kedalaman
Kecepatan
(cm)
Luas
Debit rata-
Saluran
99
(m/s)
0.085
primer
98
0.065
6.0368
101
0.073
6.2216
94
0.074
5.7904
Saluran
84
59
0.082
0.1525
5.1744
1.8408
sekunder
57
0.15083
1.7784
56
0.16195
1.7472
0.2773
1.6.2 Pembahasan
Dalam praktikum pengukuran debit di saluran terbuka ini, praktikan
menggunakan 3 metoda, yaitu dengan cara menggunakan pelampung, bangunan
cipolleti dan terakhir dengan menggunakan current meter. Tidak hanya
menggunkan 3 metoda praktikan juga mengambil pengukuran di dua saluran yang
berbeda, yaitu pada saluran primer dan saluran sekunder. Hal ini dimaksudkan
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007
Sedangkan perbandingan dari saluran primer dan sekunder juga dapat dilihat
pada tabel dimana debit pada saluran primer lebih besar dibandingkan dengan
saluran sekunder, Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan
pada saat
mengambil
kesimpulan
bahwa
pengukuran
dengan
menggunakan pelampung memiliki tingkat ketelitian data yang rendah dan bisa
suatu waktu salah karena saat pengambilan data, faktor yang membuat kesalahan
terjadi salah satunya adalah pelampung hanya mengukur pada bagian permukaan
dari saluran saja, kadang dihanyutkan pada bagian tepi sungai saja, dan membuat
hasil pengukuran debit menjadi tidak begitu konsisten walau sudah dibantu
dengan angka koefisien pelampung (0,86).
Waktu juga mempengaruhi hasil yang diperoleh pada pengukuran debit.
Waktu yang paling baik untuk pengukuran debit ini adalah pada pagi hari, karena
kedalaman dari aliran masih rendah dan angin pada pagi hari sangat kuat sehingga
berpengaruh pada debit yang dihasilkan nantinya, dimana debitnya akan lebih
besar dibandingkan pengukuran pada siang hari. Semakin siang atau pun sore,
kedalaman aliran akan semakin tinggi yang disebabkan banyaknya aktivitas warga
dalam penggunaan air irigasi.
Pengaruh sedimen adalah semakin banyak sedimen di dasar saluran, maka
air permukaan akan semakin dangkal. Pada bangunan cippoletti debit akan
semakin kecil karena tidak ada air yang terjun dari bangunan cippoletti.
1.7 Penutup
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007
1.7.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa debit pada
saluran primer lebih besar dibandingkan dengan saluran sekunder. Adapun dalam
setiap pengukuran dengan tiap-tiap metode ditemukan beberapa kelemahan dan
kelebihannya yang dapat menentukan nilai debit pada aliran saluran terbuka.
Metode Current meter dalam tiap pengukuran debit aliran didapatkan nilai yang
besar pada saluran terbuka pimer jika dibandingkan dengan nilai debit aliran pada
saluran terbuka sekunder dan metode-metode yang lain pun menunjukkan nilai
debit aliran yang lebih besar dimana saluran primer selalu lebih besar. Pengukuran
debit yang paling sederhana dan paling mudah dilakukan adalah dengan
menggunakan pelampung dikarenakan pada pengukuran ini tidak perlu harus
masuk kedalam saluran irigasi untuk mendapatkan hasilnya. Waktu pengukuran
debit lebih baik dilakukan pada pagi hari karena belum adanya aktivitas warga.
1.7.2
Saran
Adapun saran yang bersifat membangun untuk kemajuan praktikum ini yaitu
1. Diharapkan seluruh praktikan serius dalam pengambilan data debit,
2. Diharapkan materi yang ada pada saat ini lebih ditingkatkan lagi dan dapat
menjadikan sebagai sumber acuan dalam menyusun tugas akhir.
BAB II
PENGENALAN SISTEM IRIGASI
2.1 Latar Belakang
Sebagai negara agraris, Indonesia sangat berkepentingan terhadap
keberadaan air untuk menunjang sektor pertanian dengan memanfaatkan air dalam
irigasi. Dengan demikian pembangunan saluran irigasi sangat diperlukan untuk
menunjang penyediaan bahan pangan, sehingga ketersediaan air di lahan akan
terpenuhi walaupun lahan tersebut berada jauh dari sumber air permukaan
(sungai). Hal tersebut tidak terlepas dari usaha teknik irigasi yaitu memberikan air
dengan kondisi tepat mutu, tepat ruang dan tepat waktu dengan cara yang efektif
dan ekonomis (Sudjarwadi, 1990).
Salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha peningkatan produksi
pertanian melalui panca usahatani adalah pengairan. Air adalah salah satu syarat
mutlak bagi kehidupan dan pertumbuhan tanaman. Air dapat dari hujan atau
mendapatkan air secukupnya, tidak kurang tetapi juga tidak terlalu banyak.
Pengairan meliputi pengaturan kebutuhan air bagi tanaman di dalamnya juga
termasuk drainase. Pengairan sering disebut irigasi yang terdiri dari irigasi teknis,
setengah teknis, dan irigasi sederahana (Mubyarto, 1985).
Hubungan teknik pertanian dengan pengenalan sistem jaringan irigasi
sangat berkaitan karena dalam pertanian dibutuhkan pengariran. Nantinya
mahasiswa dapat mengukur seberapa banyak air yang akan dialirkan kesuatu
daerah agar pengguanaannya dapat digunakan secara efektif dan efisien. Agar
kebutuhan dari kegiatan pertanian dapat terpenuhi. Jika kebutuhan air suatu
tanaman dapat dialirkan dengan baik maka tidak akan ada lagi kegagalan panen
dan kekurangan atau kelebihan air dan produksi pertanian menjadi lebih baik.
Dengan adanya sistem jaringan irigasi ini diharapkan mampu memenuhi
kebutuhan air untuk lahan pertanian dan kegiatan lainnya selain pertanian.
2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukan praktikum ini adalah :
1. Mengenal bangunan yang ada pada suatu jaringan irigasi
2. Mengenal tata cara pemberian nama atau kode pada bangunan irigasi
3. Mengenal macam fungsi, kegunaan serta cara pengoperasian banguna irigasi
2.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh setelah melakukan praktikum ini adalah:
1. Mengetahui bangunan yang ada pada suatu jaringan irigasi sehingga mampu
untuk mengelolanya
2. Bisa membaca kode serta pembuatan nama bangunan irigasi dengan mudah
3. Mampu mengaplikasikan jaringan irigasi pada suatu wilayah tertentu
2.4 Tinjauan Pustaka
2.4.1 Pengertian Irigasi
Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi
untuk menunjang pertanian, meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air
bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak. Kata irigasi berasal dari kata
irrigate dalam Bahasa Belanda dan irrigation dalam Bahasa Inggris. Secara umum
pengertian irigasi adalah pemberian air kepada tanah dengan maksud untuk
memasok lengas esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hansen,dkk, 1990).
Beberapa komponen dalam sistem irigasi :
1.
2.
3.
4.
2.4.2
Siklus hidrologi
Kondisi fisik dan kimiawi
Kondisi biologis tanaman
Aktifitas manusia
Fungsi Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan suatu
kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan ,
pengambilan, pembagian dan penggunaannya.
Fungsi jaringan irigasi yang utama adalah memenuhi kebutuhan air bagi
pertumbuhan tanaman. Fungsi dari sebuah jaringan irigasi adalah lebih kompleks.
Fungsi tersebut antara lain :
1. Mengambil air dari sumber air (diverting). Sumber air yang umumnya
digunakan antara sumur air, sungai, waduk, bendungan dan danau.
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007
petani
pemakai
air
mendistribusikan
air
dari
bak
8. Irigasi tetes
Irigasi tetes adalah sistem irigasi dengan menggunakan pipa atau selang
berlubang dengan menggunakan tekanan tertentu yang nantinya air akan keluar
dalam bentuk tetesan langsung pada zona perkaran tanaman.
9. Irigasi tadah hujan
Irigasi tadah hujan adalah irigasi yang sumber air utamanya berasal dari
curah hujan. Irigasi tadah hujan adalah sawah yang pengairannya hanya
mengharapkan dari turunny ahujan. Biasanya irigasi ini banyak menemukan
kendala pada saat musim kemarau panjang.
10. Irigasi kendi
Irigasi kendi adalah irigasi yang menggunakan alat bantu kendi yang
digunakan sebagai wadah penampung air dan kendi tersebut dibenamkan kedalam
tanah yang berdekatan dengan perakaran tanah agar air merembes dari kendi dan
terserap langsug oleh perakaran tanaman.
2.4.4
5. Saluran Cacing yaitu saluran yang terdapat pada petakan sawah yang
menghubungkan satu petakan sawah dengan lain agar air mengalir keseluruh
sawah.
2.4.5 Perbedaan Bendung dan Bendungan
1. Bendung
Bendung adalah adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang
dibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud
untuk meninggikan elevasi muka air sungai.
Gambar 1. Bendung
Sumber : (http://pustaka.pu.go.id/new/infrastruktur-bendungan.asp)
2. Bendungan
Bendungan merupakan salah satu infrastruktur PU (PekerjaanUmum) yang
bertujuan untuk mendukung kesejahteraan masyarakat di bidang pertanian atau
Bendungan (dam) adalah bangunan pada sungai untuk membendung air sehingga
didapatkan sejumlah volume air yang bisa digunakan untuk keperluan tertentu
(misalnya memutar turbin pembangkit tenaga listrik, pengairan, konservasi, dan
rekreasi).
Gambar 2. Bendungan
Sumber :http://pustaka.pu.go.id/new/infrastruktur-bendungan.asp
2.4.6
Bangunan Irigasi
Keberadaan bangunan ingasi diperlukan untuk menunjang pengambilan
dan pengaturan air irigasi Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijurnpai
dalam praktek irigasi antara lain :
1. Bangunan Utama
Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air
untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan sumber
airnya, bangunan utarna dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, yaitu :
a. Bendung
Bendung adalah adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang
dibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan
maksud untuk meninggikan elevasi muka air sungai.
b. Pengambilan Bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai menyadap
air sungai untuk dialirkan ke daerah irigasi yang dilayani. Perbedaan
dengan bendung adalah pada bangunan pengambilan bebas tidak
dilakukan pengaturan tinggi muka air di sungai.
c. Pengambilan dari Waduk
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007
Salah satu fungsi waduk adalah menampung air pada saat terjadi kelebihan
air dan mengalirkannya pada saat diperlukan. Dilihat dari kegunaannya,
waduk dapat bersifat eka guna dan multi guna.
d. Stasiun Pompa
Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila upayaupaya penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk
dilakukan, baik dari segi teknik maupun ekonomis. Salah satu karakteristik
pengambilan irigasi dengan pompa adalah investasi awal yang tidak begitu
besar namun biaya operasi dan eksploitasi yang sangat besar.
2. Bangunan Pembawa
Bangunan pernbawa mempunyai fungsi mernbawa / mengalirkan air dari
surnbemya menuju petak irigasi. Bangunan pernbawa meliputi saluran primer,
saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk dalam bangunan
pernbawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan dan got miring. Saluran
primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang dilayaninya.
Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa yang
terletak pada petak sekunder tersebut.
3. Bangunan Bagi dan Sadap
Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer,
sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh saluran
yang bersangkutan. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer
atau sekunder menuju saluran tersier penerima. Dalam rangka penghematan
bangunan bagi dan sadap dapat digabung menjadi satu rangkaian bangunan.
4. Bangunan Pengatur dan Pengukur
Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu
dilakukan pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran
primer), cabang saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan
sekunder. Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur muka
air sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007
belum mampu
mengatur
dan mengukur
dengan baik,
sistem
Simbol-Simbol Irigsi
membuat kering tambak sehingga ikan pun mati, keluh pak Dedi. Namun untuk
sekarang sudah sangat bagus, kata bapak Dedi.
Saat ditanya apa kekurangan irigasi ini terhadap usaha penambakan ikan,
Bapak Dedi menjawab dengan singkat yaitu modal sambil mengeluh terhadap
pemerintah tentang janji yang pernah diumbar oleh pemerintah yaitu pemberian
bibit gratis tepatnya setelah kejadian gempan tahun 2009. Namun sampai sekarang
janji tersebut belum pernah terjalankan.
Untuk masalah sampah, ketika kami menanyakankepada beliau, beliau
menjawab lihatlah, sambil menunjuk ke arah pintu masuk air kedalam tambak.
Kami melihat bahwa pintu tersebut sudah dipenuhi dengan sampah, selanjutnya
bapak itu menjelaskan kalau seandainya sampah disana sudah sangat banyak
maka dilakukan pembersihan.
Terakhir kami mewawancarai Ibuk Dahlia (30 tahun) yang tinggal di
Kmpung dalam. Dalam wawancara, ibuk tersebut menjelaskan air irigasi tersebut
beliau gunakan untuk keperluan mencuci dan mandi. Namun untuk sekarang
beliau jarang melakukan kegiatan mencuci ataupun mandi disana dikarenakan
airnya yang kadang bersih dan terkadang kotor. Biasanya air akan bersih apabila
tidak terjadi hujan di hulu.
Di sepanjang saluran tersebut, banyak ditemukan kerusakan pada badanbadang saluran, seperti terkikisnya dinding saluran sehingga dapat menyebabkan
sedimentasi. Pada sisi lain ada juga terdapat batu-batuan yang menyebabkan aliran
air terganggu.
Di sepanjang saluran irigasi ini juga terdapat banyak kegiatan masyrakat
yang memanfaatkan air irigasi tidak semestinya. Hal ini terlihat dengan adanya
masyarakat yang memanfaatkan air tersebut untuk kolam ikan dengan membuat
saluran tersendiri ke kolamnya tersebut. Hal yang paling memnbahayakan yaitu
kegiatan masyarakat yang mencuci pakaian, ataupun mandi di irigasi tersebut.
Tentunya dengan hal tersebut akan mempengaruhi kualitas air irigasi, karena
kegiatan tersebut pada akhirnya akan membuang zat-zat kimia seperti deterjen
yang menjadi penyebab polusi air.
2.7 Penutup
2.7.1 Kesimpulan
Berdasarkan pratikum pengenalan sisiten jaringan irigasi yang dilakukan
di irigasi Gunung Nago yang didapatkan hasil bahwa pada pada jaringan irigasi
tersebut terdapat bangunan-bangunan irigasi yang diperlukan dalam sistem irigasi,
seperti bangunan utama, bangunan pembawa, dan bangunan lainnya. Namun jika
ditelusuri sepanjang aliran irigasi tersebut banyak terdapat kerusakan-kerusakan.
Masalah kegiatan masyarakat yang dapat mengganggu dan mengurangi kualitas
air irigasi juga banyak ditemukan, seperti pencucian pakaian, mandi dan lain hal
sebagainya yang dapat merusak kualitas air yang nantinya sangat brpengaruh bagi
pertumbuhan tanaman,karena mengandung deterjen. Masalah pada saluran irigasi
ini juga seperti banyaknya sampah. Sampah ini merupakan sampah yang dibuang
oleh penduduk yang tinggal disekitar saluran.
Pada hasil wawancara yang dilakukan disepanjang saluran irigasi Gunung
Nago, praktikan mewawancarai penambak ikan yang menyatakan bahwa dia
belum menemui kendala dengan air yang tercampur dengan bahan kimia seperti
deterjen, dan kebutuhan air untuk ikannya dirasa telah terpenuhi. Kendala utama
dari jaringan irigasi ini adalah lumpur yang masuk ke tambak dan tinggi air yang
mempengaruhi kehidupan ikan di tambak.
Karena kerusakan bangunan irigasi di beberapa sektor membuat keluarnya
air tidak dapat dikendalikan lagi, dan ini berdampak pada kehidupan ikan
ditambak, karena air yang masuk ketambak menjadi tidak menentu, kadang
sedikit kadang kebanyakan dan membuat ikan ditambak lolos dari tambak.
2.7.2
Saran
Adapun saran dalam praktikum ini yaitu:
1.
dinding saluran.
Pada kerusakan-kerusakan juga hendaknya direnovasi kembali, sehingga
BAB III
PENGENALAN PERANGKAT LUNAK KEBUTUHAN IRIGASI
(CROPWAT)
3.1 Latar Belakang
Perlunya penjadwalan dalam hal menanam dan memanen hasil pertanian
termasuk salah satu hal yang penting. Hal ini didasari karena kurangnya
pengetahuan dari para petani didalam membuat schedul atau penjadwalan irigasi
tersebut. Hal ini tentunya akan sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, dan
juga produktifitas dari hasil pertanian itu sendiri baik dari segi kualitas ataupun
kuantitas karena keterlambatan dalam pemberian air irigasi. Keteraturan
pemberian air irigasi ini merupakan salah satu faktor penting dalam usaha
pertanian.
Hal yang sering terjadi pada masyarakat atau petani juga terkait masalah
pemanenan. Masalah tersebut yaitu susahnya memprediksi kapan waktu
pemanenan yang tepat. Bahkan banyak dari para petani Indonesia yang bercocok
tanam secara tidak teratur atau tanpa memperhatikan waktu yang tepat untuk
melakukan awal tanam yang tepat.
Untuk
software dalam bidang keirigasian ini. Pengaplikasian software dalam bidang ilmu
keirigasian ini sangat membantu dan bahkan berperan penting sekali dalam
penglolaan data klimatologi dan sehingga menghasilkan data hasil yang dapat
digunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan dalam hal kebijakan
keirigasian.
Dalam hal pengelolaan jaringan irgasi yang baik, pengaplikasian software
ini juga sangat berguna. Dengan hasil data yang telah diolah dengan software
tersebut yang pada umumnya akan memdekati kenyataan jika dilakukan
pengolahan yang benar, maka ini akan sangat membantu sekali.
3.2 Tujuan
Adapun tujuan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah:
1. Mengenal perangkat lunak (software) komputer untuk menghitung kebutuhan
air tanaman dan kebutuhan air irigasi beserta kerakteristiknya.
2. Mengetahui pengaplikasian perangkat lunak cropwat
3.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari melakkan praktikum ini adalah
1.
untuk
mengukur
kebutuhan
air
tanaman,
irigasi
dan
karakteristiknya.
2. Selain itu dapat melakukan perencanaan tanam sesuai dengan kadaan
klimatologi daerah tersebut.
3.4 Tinjauan Pustaka
3.4.1 Sejarah Cropwat
Diseluruh dunia ini telah tersedia beribu-ribu jenis perangkat lunak
komputer dalam bidang teknik tanah dan air yang telah disusun oleh berbagai
lembaga untuk bermacam-macam keperluan. Penyusunan perangkat lunak
dimaksudkan untuk mempermudah dan mempercepat pekerjan terutama yang
berkaitan dengan perencanaan dan perhitungan-perhitungan yang rumit,
memerlukan iterasi atau presisi yang tinggi.
oleh
FAO.
CROPWAT
dapat
dipergunakan
untuk
= panas laten penguapan .Energi yang dibutuhkan per satuan massa air
menguap (J/g)
Lv
ETo
Rn
cp
ga
gs
dimana r cmengacu pada resistensi terhadap fluks dari kanopi vegetasi sejauh
beberapa lapisan batas yang ditetapkan.
2. Metode USDA / Sistem Soil Taksonomy
Sistem ini dikembangakan pada tahun 1975 oleh tim sipil taxsonomy
survey staff yang bekerja dibawah Depertemen Pertanian Amerika Serikat
( USDA ). Sistem ini sangat pernah populer tetapi sulit untuk diterapkan. Oleh
pembuatannya sistem ini diusahakan untuk dipakai sebagai alat komunikasi antar
pakar tanah, tetapi kemudian tersaingi oleh sistem WRB, meskipun demikian
beberapa konsep dari USDA tetap dipakai dalam sistem WRB yang dianggap
lebih mewakili kepentingan dunia.
Sistem ini bersifat hierarkis. Pada aras pertama, terdapat penggolongan 12
(pada versi pertama berjumlah sepuluh) kelompok utama yang disebut soil order
("ordo tanah") adalah :
1. Entisol (membentuk akhiran -ent)
2. Inceptisol (membentuk akhiran -ept)
3. Alfisol (membentuk akhiran -alf)
4. Ultisol (membentuk akhiran -ult)
5. Oxisol (membentuk akhiran -ox)
6. Vertisol (membentuk akhiran -vert)
7. Mollisol (membentuk akhiran -mol)
8. Spodosol (membentuk akhiran -od)
9. Histosol (membentuk akhiran -ist)
10. Andosol (membentuk akhiran -and)
11. Aridisol (membentuk akhiran -id)
12. Gleisol (membentuk akhiran )
Penamaan berikutnya ditentukan oleh kondisi masing-masing order.
Sistem USDA mempertimbangkan aspek pembentukan tanah akibat faktor
aktivitas di bumi dan atmosfer.
3.4.3
Fungsi Cropwat
Fungsi menggunakan perangkat lunak ini adalah :
k. Kemudian klik
Rain,
(3)
Empirical
Formula,
(4)
USDA
Soil
Input pada CROPWAT 8.0 adalah climate, rain, crop, dan soil. Dimana tiaptiap input tersebut memiliki fungsinya masing-masing, yaitu :
a. Climate : berfungsi untuk mengimput data data iklim seperti temperatur
minimum dan temperatur maksimum, kelembaban, kecepatan, dan lama
penyinaran yang akan menghasilkan data radiasi dan evapotranspirasi ( ETo ).
b. Rain : berfungsi untuk mengimput data curah hujan yang akan menghasilkan
curah hujan efektif, curah hujan yang diinput adalah curah hujan bulanan.
c. Crop : berfungsi untuk mengimput data tanaman, kemudian menghasilkan
jadwal panen, pertumbuhan tanaman, pertumbuhan akar tanaman, tinggi
optimal tanaman.
d. Soil : berfungsi untuk menginput jenis tanah yang dapat menghasilkan total
kelembaban yang tersedia, infiltrasi maksimum, dan pertumbuhan akar
maksimum.
2. Output
Output pada CROPWAT 8.0 for WINDOWS yaitu CWR ( Crop Water
Reqruitment ) dan jadwal irigasi tanaman ( Crop Irrigation Schecule ).
Tampilan grafik Input data Country, yaitu negara dimana data meteorologi
itu berasal
1. Input data Station, yaitu stasiun meteorologi pencatat.
2. Input data Altitude, yaitu tinggi tempat stasiun pencatat.
3. Input data Latitude, yaitu letak lintang (Utara/Selatan).
4. Input data Longitute, yaitu letak bujur (Timur/Barat).
5. Input data Temperatur maksimum (oC/oF/oK),
6. Input data Temperatur minimum
7. Input data Kelembaban relatif (%, mmHg, kPa, mbar),
8. Input data Kecepatan angin (km/hari, km/jam, m/detik, mile/hari, mile/jam),
9. Input data Lama penyinaran matahari (jam atau %).
a. Option, berfungsi untuk melakukan pemilihan metode analisis
b. Chart, berfungsi untuk menampilkan data atau hasil analisis berupa grafik
3.4.5
Metode Kerja
1.
Selanjutnya mulai input data metereologi, data tanaman dan data tanah
Untuk memulai input data metereologi, klik icon climate .Apabila data
tersebut di atas telah ada dalam database, lakukan retrieve data dengan klik
menu Open (pada daftar menu di bagian atas). Kemudian buka file data
meteorology yang dikehendaki yaitu :
Pada tabel climate ini data yang digunakan yaitu temperatur minimum,
temperatur maksimum, kelembaban , kecepatan angin dan sinar matahari,
sehingga dari data dapat diperoleh radiasai matahari dan Eto
2.
3.
4.
5.
Pada tabel rain ini praktikan menggunakan metode USDA S.C Menthod, dengan
lokasi stasiun Gunung Nago
6. klik icon Crop dan pilih jenis tanaman yang sudah ditetapkan oleh FAO
Pada tabel crop ini tanaman yang digunakan adalah tanaman dry beans. Dan
tanggal perencanaannya pada tanggal 1 januari 2015 dan tanggal pemanenan pada
20 april 2015
Klik icon Soil , kemudian dan pilih jenis tanah yang sudah ditetapkan oleh
FAO tampilannya akan menjadi seperti ini. Pada tabel soil tanah yang dipilih
adalah medium (loam).
Pada tabel CWR, data yang diamati adalah dari station Gunung Nago
dengan jenis tanaman dry beans (buncis). Dengan penginputan data climate/ETo,
rain, soil, maka akan dapat diketahui berapa besarnya Kc, Etc dalam mm/ day dan
Etc mm/dec. serta didapatkan rata-rata nilai eff rain dan irrreq. Nilai rata-rata
yang paling besar adalah Eff rain. Dari tabel di atas Nilai Etc 246.7 mm/dec ,nilai
hujan efektif 554.1 mm/dec .
2.Grafik CWR
Dari grafik CWR diatas dapat diperoleh informasi yaitu selama bulan
februari , nilai evapotranspirasi maksimum terjadi pada minggu kedua dari bulan
februari yaitu senilai 32.0 mm, sedangkan yang terendah terjadi pada bulan april
tepatnya minngu kedua yaitu sebesar 6.0 mm. Pada bulan Januari
nilai
3.Data Schedule
Dari tabel schedule, station yang digunakan adalah gunung nago, dengan
jenis tanaman dry beans dan jenis Medium (loam). Dari table schedule ini kita
dapat menentukan waktu penanaman, sehingga kita dapat mempersiapkan hal-hal
yang diperlukan dalam saat menanam. Begitu juga waktu panen dapat kita
ketahui. Sehingga dengan adanya table schedule ini dapat meningkatkan produksi
dari tanaman.Pada tanaman dry beans tidak perlu ditambahkan irigasi karena
curah hujan yang ada telah mencukupi kebutuhan tanaman. Curah hujan yang
digunakan yaitu 23.4%.
4.Grafik schedule
penjadwalan irigasi
(scheduling) yang paling baik adalah berdasarkan pada kondisi ketersediaan air
dalam tanah.
Dari pengolahan data yang dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan
bahwa untuk menghasilkan data output maka harus dilakukan penginputan data
berupa data klimatologi,data curah hujan,data jenis tanaman yang diusahakan, dan
data jenis tanah.
Dari data yang diinputkan berupa jenis tanaman yaitu berupa Dry Beans
dengan memasukan tanggal tanam pada tanggal 1 Januari 2015, maka diperoleh
hasil berupa pemanenan yang dapat dilakukan pada tanggal 20 April tahun 2015
mendatang. Lamanya fase tanam hingga panen memerlukan waktu selama kurang
dari 4 bulan.
Untuk nilai koefisien tanaman (Kc) dapat dilihat nilai tertinggi terjadi pada
fase pertengahan setelah fase pemeliharaan yaitu 1.15 dan pada fase akhir nilainya
menurun menjadi 0.35 . Dan untuk nilai kedalaman akar tanaman,dapat dilihat
semakin lama akar tanaman akan semakin dalam sesuai dengan tingkat
perkembangan tanaman yang sedang dibudiyakan.
Pada grafik CWR ada kebutuhan air irigasi untuk jenis tanaman ini tetapi
hanya saat sebelum pemanenan, nilai evapotranspirasi juga ada. Hal ini terjadi
karena rata-rata curah hujan yang terjadi sangat besar. Sehingga tanaman
mendapatkan kebutuhan air dari curah hujan tersebut.
3.7.2
a.
Saran
Untuk praktikum selanjutnya diharapkan :
Dalam melakukan pratikum seharusnya pratikan lebih memperhatikan apa
yang dijelaskan oleh asisten, sehingga praktikan lebih memahami tentang tata
cara pengimputan data yang tepat.
b. Dalam melakukan pemasukan data dibutuhkan ketelitian, sehingga dapat
dipastikan tidak akan terjadi kesalahan dalam pengimputan data klimatologi
atau data lainnya. Karena kesalahan pada saat memasukkan data sangat
berpengaruh terhadap hasil atau output yang akan diperoleh.
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007
BAB IV
PENENTUAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAN KEBUTUHAN
AIR TANAMAN
4.1 Latar Belakang
Penentuan kebutuhan irigasi dan kebutuhan air tanaman secara umum
sangat berkaitan dengan program studi teknik pertanian. Pengetahuan dan
pemahaman tentang ke klimatologi tentu saja sangat dibutuhkan,khususnya pada
bidang kajian teknik tanah dan air. Data klimatologi tersebut berguna untuk
mengamati apa yang terjadi disuatu wilayah atau daerah sehingga dapat
mengetahui kebutuhan air irigasi dan tanaman untuk menentukan perencanaan
penanaman agar pertumbuhan dan produksi tanaman diperoleh hasil maksimal.
Selain itu hubungan dari penentuan kebutuhan air irigasi dan kebutuhan
air tanaman ini dengan teknik pertanian adalah dalam pembukaan lahan. Kita
harus mengetahui kondisi tanah dan iklim di daerah yang akan kita buka lahannya.
Jika di lahan tersebut adalah tanah jenuh air , maka lahan ini tidak cocok untuk
ditanami jenis tanaman yang tidak memerlukan banyak air dalam masa
pertumbuhannya.Jadi pembukaan lahan tidak dapat dilakukan sembarangan. Jika
hal itu terjadi maka produksi yang dihasilkan tidak akan optimal sebagaimana
yang diharapkan.
Iklim salah satu faktor pembatas dalam proses pertumbuhan dan produksi
tanaman. Kondisi iklim suatu daerah dapat menentukan jenis tanaman yang cocok
di tanam di daerah tersebut serta produksinya.Oleh karena itu kajian klimatologi
dalam teknik pertanian sangan diperlukan.Seiring dengan makin berkembangnya
global warming atau pemanasan global menyebabkan perubahan iklim.Sehingga
membuat sektor pertanian begitu tertekan.
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007
Klimatologi
Klimatologi berasal dari bahasa yunani, yaitu klima yang berarti
kemiringan ( Slope ) yang diarahkan kelintang tempat dan logos yang berarti ilmu.
Jadi, definisi klimatologi tersebut adalah ilmu yang mencari gambaran dan
penjelasan sifat iklim, mengapa di berbagai tempat dibumi berbeda, dan
bagaimana kaitan antara iklim dan dengan aktivitas manusia. Sedang secara
umum, klimatologi merupakan ilmu yang mempelajari atmosfer. Mirip dengan
meteorologi tapi dalam kajiannya meteorologi lebih membahas tentang atmosfer,
sedangkan pada klimatologi pada hasil akhir dari proses-proses atmosfer.
Adapun unsur-unsur yang mempenagruhi klimatologi adalah :
1. Suhu Udara
Suhu menggambarkan rata rata energi atau panas yang terkandung pada
suatu benda baik benda padat atau pun benda cair.Suhu didefinisikan sebagai
pergerakan molekul suatu benda dan kecepatan pergerakan molekulnya
menggambarkan suhu dari benda tersebut. Ini berarti semakin cepat pergerakan
molekul suatu benda maka akan akan semakin tinggi suhunya atau sebaliknya.
Secara prinsip, suhu adalah kondisi yang menggambarkan aliran panas
dari suatu bahan atau benda ke benda lainnya yang derajat panas keduanya
berbeda. Jadi suhu suatu benda menjelaskan keseimbangan antara radiasi yang
datang dan keluar serta transformasinya dalam bentuk panas terasa dan panas
laten.
Berbagai skala yang digunakan untuk menentukan suhu adalah :
a. Fahrenheit ( F )
b. Reamur ( R
c. Celsius ( C
d. Kelvin ( K )
2. Kelembaban udara
Kelembaban udara menyatakan tentang jumlah atan banyaknya uap air
yang terkandung dalam atmosfer pada suatu saat dan tempat tertentu. Uap air
merupakan kostituen atau unsur atmosfer yang memegang peranan penting dalam
terjaminnya kelestarian sumber daya cuaca/iklim.
Beberapa istilah yang terkait dengan kelembaban udara adalah sebagai
berikut :
a. Tekanan uap air
Adalah tekanan bagian uap air yang ada pada kantong atau kolom udara
sebagai bagian dari masa udara (uap air dan udara kering) pada suhu dan
tekanan tertentu.
b. Kelembaban mutlak
Adalah massa uap air yang terkandung dalam satu satuan volume udara atau
kelembaban yang menyatakan kepadatan uap air yang terkandung pada suatu
campuran uap air dan udara kering atau perbandingan antara massa uap air
dengan volume yang ditempati oleh uap air tersebut.
c. Kelembaban spesifik
Adalah perbandingan massa uap air dengan satu massa udara.
d. Nisbah campuran
Adalah massa uap air yang terkandung dalam satu satuan massa udara kering.
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007
e. Kelembaban nisbi/relatif
Adalah perbandingan antara jumlah uap air yang ada di udara dengan jumlah
maksimum uap air yang dikandung udara pada suhu dan tekanan yang sama.
3. Angin
Perpindahan udara yang bertekanan udara tinggi ke tempat yang
bertekanan rendah disebut angin. Fungsi angin sebagai transfer panas dari daerah
panas tropik ke daerah dingin lintang tinggi. Bayangkan jika tidak terjadi angin
maka daerah tropik akan kepanasan dan daerah lintang tinggi akan kedinginan.
4. Radiasi matahari
Radiasi adalah perpindahan panas/kalor dari permukaan matahari ke suatu
tempat dipermukaan bumi yang dipancarkan dalam bentuk gelombang
elektromagnetik baik melalui perantara maupun tidak melalui perantara.
5. Pembentukan awan
Awan merupakan bintik bintik air yang melayang layang di udara
setelah mengalami kondensasi (kejenuhan) dengan ukuran ynag relatif kecil.
Awan merupakan sumber air bagi terjadinya hujan, pengendali radiasi surya dan
merupakan penyerap radiasi bumi yang efektif.
4.4.2 Perbedaan Curah Hujan dan Intensitas Hujan
1. Curah hujan
Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam
tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan
1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar
tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.
Curah hujan terjadi karena massa udara yang menghubung naik dan
suhunya menurun. Apabila massa udara telah mencapai jenuh maka terjadi
kondensasi yang menyebabkan terjadinya hujan. Alat pengukur hujan ada dua
macam yaitu alat pengukur hujan manual dan alat pengukur hujan otomatik.
Alat yang digunakan untuk mengukur curah hujan adalah ombrometer.
Alat ini diletakan pada tempat yang terbuka dan diusahakan agar air lain tidak
masuk kedalam alat ini. Alat pengukur curah hujan ini akan menghitung
banyaknya curah hujan harian, bulanan, maupun tahunan. Banyak sedikitnya
curah hujan bergantung pada beberapa faktor sebagai berikut :
a. Kelembaban udara
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007
b.
c.
d.
e.
2.
Topografi
Arah dan kecepatan angin
Temperatur udara
Arah lereng medan
Intensitas hujan
Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan persatuan jangka waktu
tertentu. Apabila dikatakan intensitasnya besar berarti hujan lebat dan kondisi ini
sangatberbahaya karena berdampak dapat menimbulkan banjir, longsor dan efek
negatif terhadap tanaman.
4.4.3
pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah
tanah, dan irigasi pompa. Irigasi dimaksudkan untuk mendukung produktivitas
usaha tani guna meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan
nasional dan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani yang diwujudkan
melalui keberlanjutan sistem irigasi.
Yang dimaksud kebutuhan air konsumtif tanaman adalah banyaknya air
yang diperlukan oleh pertumbuhan tanaman dalam daerah yang diairi. Besarnya
kebutuhan air ini tergantung dari pola tata tanam dan faktor iklim (Kelembaban
udara, temperature, radiasi matahari, kecepatan angin, dll).Perhitungan besarnya
kebutuhan air ini dapat diformulasikan sebagai berikut :
Cu = k x Et
Dimana :
Cu = Consumtive Use
K = Koefisien tanaman, tergantung dari jenis tanamannya
Et = Evapotranspirasi Potensial
Kebutuhan air irigasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kebutuhan
untuk penyiapan lahan (IR), kebutuhan air konsumtif untuk tanaman (Etc),
perkolasi (P), kebutuhan air untuk penggantian lapisan air (RW), curah hujan
efektif (ER), efisiensi air irigasi (IE), dan luas lahan irigasi (A) (SNI,2002). Untuk
menghitung kebutuhan.
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007
IG =
xA
Keterangan :
IG
Etc
IR
RW
= perkolasi (mm/hari),
ER
EI
bahwa setiap tanaman akan memiliki kebutuhan tertentu terhadap air sehingga
antara tanaman satu dengan lainnya akan memiliki kebutuhan yang berbeda dalam
menggunakan air. Dengan menggunakan standar yang sudah ada maka besarnya
kebutuhan air konsumtif dapat dihitung menggunakan rumus berikut.
Etc = Eto X Kc
Dengan:
Etc
Eto
= evapotranspirasi (mm/hari),
kc
= koefisien tanaman.
Metoda aritmatik adalah cara yang paling mudah diantara cara lainnya
(poligon dan isohet). Digunakan khususnya untuk daerah seragam dengan variasi
CH kecil. Cara ini dilakukan dengan mengukur serempak untuk lama waktu
tertentu dari semua alat penakar dan dijumlahkan seluruhnya. Kemudian hasil
penjumlahannya dibagi dengan jumlah penakar hujan maka akan dihasilkan ratarata curah hujan di daerah tersebut. Secara matimatik ditulis persamaan sebagai
berikut :
Rata-rata CH = Ri/n
Dimana :
Ri = besarnya CH pada stasiun i
n = jumlah penakar (stasiun)
2. Metoda Poligon (Thiessen Polygon)
Cara ini untuk daerah yang tidak seragam dan variasi CH besar. Menurut
Shaw (1985) cara ini tidak cocok untuk daerah bergunung dengan intensitas CH
tinggi. Dilakukan dengan membagi suatu wilayah (luasnya A) ke dalam beberapa
daerah-daerah membentuk poligon (luas masing-masing daerah), seperti pada
gambar dibawah ini :
Perhitungannya :
Rata-rata CH = R1(a1/A) + R2(a2/A) + R3(a3/A) + . . . + Rn(ai/A)
Dimana :
R = curah hujan pada penakar/stasiun di daerah a
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007
4. Metode Blaney-Criddle
Metode Blaney-Cridle memerlukan data meteorologi berupa suhu udara
dan data pendukung berupa letak lintang dan faktor koreksi c, persamaan yang
digunakan adalah :
= p . +
Keterangan :
Eto = evapotranspirasi potensial (mm/hari)
C
Rs = 0.25+ (0.50
n
N
Ra )
Keterangan :
ETo = Evapotranspirasi potensial (mm/hari)
C
Ra = Radiasi teresterial
6. Metode Penmant
Metode Penman membutuhkan data metereologi berupa suhu udara,
kelembaban, kecepatan angin, lama penyinaran dan intsitas radiasi. Persamaan
yang digunakan adalah :
Eto = c W.Rn+ (1w) f( U) (eaed )
Keterangan :
ETo
Rn
radiasi, angin, suhu udara dan kelembaban udara. Persamaan yang digunakan
adalah :
Eto =Kp x Epan
Keterangan :
ETo = Evapotranspirasi potensial (mm/hari)
Kp = koefisien panci
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007
4.4.5
laut, danau, dan sungai, permukaan tanah dan permukaan tanaman. Apabila
permukaan air tanah cukup dalam, evaporasi dari tanah adalah kecil dan dapat
diabaikan. Faktor-faktor yang mempengaruhinya, antara lain :
a. Radiasi matahari
b. Temperatur udara
c. Kelembaban udara
d. Kecepatan angin
Transpirasi merupakan hilangnya uap air dipermukaan tumbuhan. Laju
transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya, suhu, udara,
kelembaban dan tersedianya air.
4.4.6
Infiltrasi
Infiltrasi merupakan proses masuknya air melalui permukaan tanah
(Hansen, et. al, 1986). Perkolasi merupakan proses kelanjutan aliran air yang
berasal dari infiltrasi ke tanah yang lebih dalam. Infiltrasi dipengaruhi oleh sifat
fisik tanah dan juga kelembaban awal tanah. Semakin besar tekstur tanah maka
laju infiltrasi juga akan semakin besar. Infiltrasi dapat diukur dengan alat double
ring infiltrometer.
Kebalikan dari infiltrasi adalah rembesan (speege). Laju maksimal gerakan
air masuk kedalam tanah dinamakan kapasitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi terjadi
ketika intensitas hujan melebihi kemampuan tanah dalam menyerap kelembaban
tanah. Sebaliknya apabila intensitas hujan lebih kecil dari pada kapasitas infiltrasi,
maka laju infiltrasi sama dengan laju curah hujan.
Adapun Faktor yang mempengaruhi infiltrasi adalah :
a. Intensitas curah hujan
b. Kondisi permukaan tanah, struktur tanah, dan tumbuh-tumbuhan
c. Kelembaban tanah dan udara yang terdapat dalam tanah
Laju infiltrasi adalah banyaknya air yang terinfiltrasi dalam satuan waktu.
Besarnya laju infiltrasi f dinyatakan dalam mm/jam atau mm/hari. Laju infiltrasi
akan sama dengan intensitas hujan, bila laju infiltrasi tersebut lebih kecil dari daya
infiltrasinya. Jadi f fp dan f I (Soemarto, 1999).
Adapun faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi adalah :
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007
a.
b.
c.
d.
Jenis tanah
Kepadatan tanah
Kelembaban awal tanah
Tanaman penutup ( Vegetal Crop )
Pengukuran laju infiltrasi dapat dilakukan pada permukaan tanah, pada
kedalam tertentu, pada lahan kosong atau pada lahan bervegetasi. Walaupun
satuan infiltrasi serupa dengan konduktivitas hidraulik, terdapat perbedaan antara
keduanya. Hal itu tidak bisa secara langsung dikaitkan kecuali jika kondisi batas
hidraulik diketahui, seperti kemiringan hidraulik dan aliran air lateral atau jika
dapat diperkirakan. Laju infiltrasi memiliki kegunaan seperti studi pembuangan
limbah cair, evaluasi potensi lahan tanki septik, efisiensi pencucian dan drainase,
kebutuhan irigasi, penyebaran air dan imbuhan air tanah, dan kebocoran saluran
atau bendungan dan kegunaan lainnya (Kirkby, M.J., 1971).
Infiltrasi mempunyai arti penting terhadap proses limpasan (run off). Daya
infiltrasi menentukan banyaknya air hujan yang dapat diserap kedalam tanah.
Makin besar daya infiltrasi, perbedaan antara intensitas hujan dengan daya
menjadi makin kecil. Akibatnya limpasan permukaannya makin kecil, sehingga
debit puncaknya juga akan lebih kecil.
Adapun metoda perhitungan infiltrasi adalah :
a. Model Kostiyakov
Model Kostiakov menggunakan pendekatan fungsi power dengan tidak
memasukkan kadar air awal dan kadar air akhir (saat laju infiltrasi tetap) sebagai
komponen fungsi.
F = atb , 0<b<1
Dimana :
a dan b = konstanta
b. Model Horton
Model Horton adalah salah satu model infiltrasi yang terkenal dalam
hidrologi. Horton mengakui bahwa kapasitas infiltrasi berkurang seiring dengan
bertambahnya waktu hingga mendekati nilai yang konstant. Ia menyatakan
pandangannya bahwa penurunan kapasitas infiltrasi lebih dikontrol oleh faktor
yang beroperasi di permukaan tanah dibanding dengan proses aliran di dalam
tanah. Faktor yang berperan untuk pengurangan laju infiltrasi seperti penutupan
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007
retakan tanah oleh koloid tanah dan pembentukan kerak tanah, penghancuran
struktur permukaan lahan dan pengangkutan partikel halus dipermukaan tanah
oleh tetesanair hujan.
f = fc + (fo fc)e-kt ; i fc dan k = konstan
Keterangan;
f : laju infiltrasi nyata (cm/h)
fc : laju infiltrasi tetap (cm/h)
fo : laju infiltrasi awal (cm/h)
k : konstanta geofisik
c. Model Holtan
Model Holtan pada dasarnya serupa dengan model Horton, akan tetapi
pada model ini, Holtan menambahkan faktor vegetasi dalam persamaan sehingga
fungsi matematiknya berubah menjadi fungsi power dan bukan fungsi
eksponensial seperti pada Model Horton.
F fc = a Fnp
Keterangan :
Fp
= Infiltrasi potensial
a dan b
= Konstanta
4.4.7
Evapotranspirasi
Merupakan perpaduan antara proses evaporasi dan transpirasi. Kombinasi
dua proses ini saling terpisah dimana kehilangan air dari permukaan tanah melalui
proses evaporasi dan kehilangan air dari tanaman melalui proses transpirasi
disebut sebagai evapotranspirasi.
Proses kehilangan air akibat evapotranspirasi merupakan salah satu
komponen penting dalam klimatologi karena proses tersebut dapat mengurangi
simpanan air tanah dan tanaman. Untuk kepentingan sumberdaya air data ini
untuk menghilangkan kesetimbangan air yang lebih khusus untuk keperluan
penentuan kebutuhan air bagi tanaman dalam priode pertumbuhan atau priode
produksi. Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain :
a.
b.
c.
d.
Radiasi matahari
Suhu udara dan permukaan
Kelembaban
Tekanan barometer
Penentuan besar nilai kebutuhan air tanaman bisa dihitung berdasarkan
Metode Blanay-Cridle
Metode radiasi
Metode penmant yang dimodifikasi untuk kawasan tropis
Metode panci evaporasi
Dalam pelaksanaan praktikum untuk mengetahui kebutuhan air tanaman
akan dilakukan dengan metode panci evaporasi. Besarnya ETo yang diperoleh dari
metode ini adalah evapotranspirasi potensial, sedangkan untuk mendapatkan
besaran evapotranspirasi crop ( ETcrop ) dibutuhkan koefisien tanaman atau Kc
dengan menggunakan persamaan berikut :
Etcrop = ETo x Kc
Evapotranspirasi potensial ( ETo ) diduga berdasarkan laju evaporasi panci
kelas A ( Epan ) untuk setiap priode pertumbuhan tanaman. Besarnya evaporasi
panci merupakan perwujudan dari pengaruh integral faktor lingkungan yaitu suhu,
kelembaban dan angin. Hubungan besarnya Epan dan ETo dinyatakan oleh Door
enbos dan Pruitt 1997 sebagai berikut :
ETo = Kp x Epan
Dimana Kp adalah koefisien panci. Berdasarkan data kelembaban relatif
didaerah irigasi gunung nago rata-rata 88,10% dan data kecepatan angin rata-rata
1,2 m/s dapat ditentukan koefisien panci untuk daerah irigasi gunung nago yaitu
sebesar 0,85.
Besarnya evaporasi yang terjadi pada panci per hari dapat dihitung dengan
rumus :
Epanci = Po Pt + CH
Neraca Air ( Water Blance )
Adalah gambaran keadaan potensi penyediaan air dan potensi kebutuhan
air yang merupakan hasil pengamatan dan analisa curah hujan bulanan dan
kebutuhan air tanaman dilokasi tertentu. Data curah hujan dan kebutuhan air
tanaman bulanan akan digambarkan dalam suatu grafik, dan dari gambar grafik
maka dapat ditentukan bulanan-bulanan yang cukup air ( surplus ) dan bulananbulanan kering air ( deficit ).
4.4.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman
1. Jenis tanaman
Tanaman membutuhkan air yang sesuai dengan kebutuhannya, karena jika
air yang diberikan kurang ataupun lebih dari kebutuhannya, maka tanaman
tersebut tidak akan dapat tumbuh.
2. Iklim dan Cuaca
Pada keadaan cuaca tertentu tanaman membutuhkan air yang banyak
ataupun sedikit. Artinya kebutuhan air tanaman berbeda pada keadaan cuaca yang
berbeda pula.
3. Jenis Tanah
Jenis tanah dapat mempengaruhi kebutuhan air irigasi. Semakin padat atau
rapat pori suatu jenis tanah, maka kebutuhan airnya akan semakin besar dan
begitu sebaliknya.
4. Sistem perakaran tanaman
Kebutuhan
air
pada
tanaman
juga
dipengaruhi
oleh
perakaran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
4.5.3
1.
Ombrometer
Ember
Kaleng biskuit
Kayu reng
Tali rapia
Palu
Batu Bata
Metoda Kerja
Evaporasi
a. Ukur tinggi ember.
b. Air diisikan kedalam ember sesuai ketentuan yang diinginkan.
c. Ukur ruang kosong sebelum terjadi evaporasi dan curah hujan.
d. Ruang kosong diukur kembali setelah terjadi evaporasi atau curah
hujan.
e. Ember diisi lagi dengan air sesuai dengan ruang kosong sebelum
CH
kaleng(mm)
8,44
4,833
0
CH
ombro(mm)
10,16
36,83
0
Po(cm)
22
22
22
Pt(cm)
22,7
23,1
21,7
E(mm)
3,16
25,83
3
4
5
6
7
36,944
100,76
103,443
80,221
50,8
99,06
109,22
83,82
22
22
22
22
23,9
30,9
31,3
25,6
31,8
10,06
16,22
47,82
Tabel 7. Infiltrasi
N
o
4
5
10 10
6 10
4
6
11 18
9,
5
5
3
5
1
2
3
9
7,
5
F(mm/jam)
10
10
12
13
7
7,5
22
27
13,
5
17
7
8
12,
11
5
9
11
Fo
(mm
)
10
14
8
34
10
15
8
38
19
8,5
13,
5
13,
5
21
8,5
13,
5
13,
5
6
4
11
1
0,5
4
4,523
2,966
8,928
5,218
3,453
9,92
52.28
34,6
99,2
5
3
2
0,5
4,112
0,88
4,536
2,614
45,37
26,14
3,816
4,382
43,82
3,112
3,537
35,37
4.6.2
Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel di atas, terdapat curah hujan
yang paling tinggi terjadi pada hari ke 6 sebesar 103.443 mm dan infiltrasinya
yaitu 3,816 mm/jam. Hal ini menunjukkan bahwa pada hari ke 6 terjadi hujan
yang deras. Sedangkan pada hari ketiga pengukuran, tidak terdapat curah hujan
yang terukur pada ombrometer ataupun ombrometer kaleng, hal ini menyebabkan
evaporasi pada hari tersebut sebesar 3 mm. Hal ini disebabkan lamanya
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007
penyinaran matahari dan curah hujan. Nilai evaporasi dipengaruhi oleh lama
penyinaran yang berlangsung pada hari tersebut.
Hubungan infiltrasi dengan curah hujan pada hasil yang diperoleh
bervariasi, hal ini kemungkinan disebabkan oleh kesalahan pengukuran yang
dilakukan. Seharusnya pengukuran infiltrasi dilakukan pada tanah ultisol, namun
banyak pengukuran dilakukan pada tanah timbunan.
Curah hujan yang terendah didapatkan 0 dan infiltrasi pada hari itu tinggi
8.928 mm/jam dan nilai evaporasi terendah 3 mm/jam Nilai infiltrasi dipengaruhi
oleh besarnya curah hujan pada hari tersebut, semakin tinggi curah hujan maka
semakin kecil kemampuan tanah untuk menyerap air dikarenakan tanah tersebut
sudah memiliki persediaan air dalam tanah. Jadi penurunan air pada pipa akan
berlangsung lambat dan kecil.
Hubungan infiltrasi dengan volume infiltrasi adalah semakin besar
infiltrasi
yang
terjadi
maka
volume
infiltrasinya
juga
akan
semakin
4.7.2
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tentang pratikum penentuan kebutuhan air irigasi
dan air tanaman ini dapat disimpulkan bahwa tingkat evaporasi dapat dipengaruhi
oleh radiasi matahari. Semakin terik matahari, maka akan semakin besar
evaporasinya dan jika penyinaran berlangsung lama juga akan mempengaruhi
besar kecilnya evaporasi.
Pada laju infiltrasi sangat dipengaruhi oleh jenis dan stuktur tanah. Pada
tanah yang memiliki struktur tanah gembur maka laju infiltrasi makin besar, hal
ini terjadi karena pada tanah yang memilki struktur tanah gembur memiliki pori
yang besar dari jenis tanah liat, sehingga air dapat lolos. Infiltrasi juga
dipengaruhi oleh jenuh atau tidaknya tanah. Tanah yang sudah jenuh, akan angat
lama menyerap air.
Dari data curah hujan evaporasi dan infiltrasi yang didapat diharapkan
nantiknya dapat menentukan apakah suatu lahan tersebut dapat memenuhi
kebutuhan air tanaman. Sehingga tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik dan
apabila tidak mencukupi maka perlu penambahan air untuk pertumbuhan
tanaman.
4.7.3
Saran
Adapun saran dari praktikum ini adalah:
BAB IV
DRAINASE
5.1 Latar Belakang
Suatu lahan pertanian yang baik membutuhkan sistem pengelolaan air
yang baik. Untuk mengatur pemberian air pada suatu lahan agar sesuai dengan
kebutuhan, di perlukan saluran irigasi dan drainase yang direncanakan dengan
baik. Saluran irigasi berfungsi untuk menyalurkan air yang diperlukan tanaman.
Sementara saluran drainase berfungsi untuk membuang kelebihan air pada lahan
agar tidak merusak tanaman. Drainase diperlukan terutama pada pembukaan lahan
basah atau lahan pasangsurut yang berhubungan dengan program studi teknik
pertanian.
Kelebihan air pada suatu lahan pertanian dapat menyebabkan turunnya
produktivitas tanaman. Kelebihan air dapat disebabkan oleh banjir karena tidak
adanya saluran untuk membuang kelebihan air tersebut. Oleh karena itu
diperlukan suatu saluran yang berfungsi untuk membuang kelebihan air tersebut,
saluran tersebut disebut saluran drainase.
Drainase sangatlah diperlukan dan sangat penting untuk kita ketahui.
Dalam perhitungan luas dan volume juga tidak kalah pentingnya karena dengan
mengukur luas drainase tersebut maka dapat memanfaatkan saluran drainase
secara efesien dan tidak ada yang tidak terpakai, jika saluran drainase lebih kecil
dari volume curah hujan maka akan terjadi banjir dan jika saluran irigasi lebih
besar dari volume curah hujan maka akan terjadi pemborosan.
Pengaruh drainase terhadap cuaca sekarang ini adalah dengan keadaan
cuaca yang tidak menentukan dapat terjadi banjir jika ada saluran drainase yang
tersumbat atau volume air yang ditampung lebih besar dibandingkan volume dari
drainase tersebut. Hal lain yang menyebabkan banjir adalah curah hujan yang
turun tidak dapat diserap langsung kedalam tanah dikarenakan banyaknya
permukiman warga, sehingga lahan kosong untuk proses infiltrasi tidak lagi
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007
berjalan dengan lancar sehingga siklus air terganggu, juga akan mengakibatkan
kekeringan disuatu tempat terutama dipusat kota.
Dilihat dari disiplin ilmu yang berbeda, pengertian drainase ini bermacam.
Pada teknik sipil, drainase ini dibuat untuk mengeringkan suatu lahan, agar lahan
tersebut layak untuk dilakukan pembangunan. Akan tetapi di teknik pertanian
berbeda, drainase ini berfungsi untuk membuat tinggi air ideal untuk pertumbuhan
tanaman salah satunya. Kata kunci pada teknik pertanian yaitu mengurangi air,
bukan mengeringkan.
Oleh sebab perlu dilakukan praktikum kali ini, sebab banyak hal yang perlu
dipahami, mulai dari dasar, seperti pemahaman drainase itu sendiri faktor yang
mempengaruhi serta manfaat manfaat dari saluran drainase.
5.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah:
a. Mengenal macam - macam saluran drainase dan kegunaanya
b. Mengenal tipe tipe penampang saluran drainase
c. Mengukur volume saluran drainase
d. Mengukur volume curah hujan
5.3 Manfaat
Adapun manfaat dari dilaksanakannya praktikum ini adalah:
a. Mengeringkan daerah genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah
b. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal
c. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan, dan bangunan yang ada
d. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana
banjir
5.4 Tinjauan Pustaka
5.4.1
Pengertian Drainase
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai
3. Menurut fungsi :
a. Single purpose
Satu jenis air buangan : air hujan, limbah domestic, limbah industri, dan
lain lain.
b. Multi porpuse
Beberapa jenis air buangan tercampur.
4. Menurut kontruksi :
a. Saluran terbuka
Saluran terbuka yaitu saluran yang paling sering dan umumnya digunakan
dibidang pertanian.Lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak di
daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air
non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/ mengganggu lingkungan.
b. Saluran tertutup, untuk air kotor disalurkan atau disaluran yang terbentuk
ditengah kota. Saluran tertutup sangat jarang digunakan dibidang pertanian
biasanya ada dan terletak di wilayah perkotaan atau pemukiman yang
padat.
Luas penampang
: A = By
Keliling Basah
: P = B + 2y
Jari-jari hidrolik
:R
Debit Aliran
1
: Q= AR
n
Q=CA Ri
A
By
=
P B+2 y
2/3
i1/2
Manning
Chezy
2. Penampang Trapesium
Saluran terbuka yang mempunyai penampangtrapesium adalah yang banyak
digunakan didalam praktek. Hal ini karena kemiringan tebing dapatdisesuaikan
dengan kemiringan lereng alam tanahyang ditempatinya. Untuk saluran buatan,
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007
faktor ekonomis juga menjadi pertimbangan, olehkarena itu juga perlu dicari
penampang hidrolikterbaiknya dengan cara sebagai berikut :
Luas penampang
: A= ( B + Z ) y
B=
A
zy
y
Keliling basah
: P = B + 2y
Kedalaman hidraulik
:D=
1+ z
A
T
3
2
y 2.5
Luas penampang
Kelilingbasah
Jari-jarihidrolik
A= d 2 =
8
2
: P = y
3 y 2 1
=
= y
: R =
2 2 y 2
:
y2
5.4.5
a. Siku
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari
pada sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada akhir berada di
tengah kota.
(sekunder)
yang
cukup
banyak
dan
pendek-pendek,
apabila
c. Grid Iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga saluransaluran cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpulan.
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007
d. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar
e. Radial
Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah.
5.4.6
a.
air diatas permukaan tanah. Masalah pada drainase permukaan biasanya terjadi
pada lahan sangat datar atau mendekati datar, dengan genangan air diatasnya.
Genangan air ini dapat timbul disebabkan oleh masalah :
1. Adanya talud atau guludan yang berbentuk seperti kantung sehingga
membendung.
2. Kapasitas saluran pembuang yang tidak memadai sehingga tingginya aras
air disaluran menyebabkan terjadinya pengempangan dan arus balik
apabila aliran bertambah besar.
3. Keadaan mulut saluran yang tidak memadai, terdapatnya pengaruh pasang
surut muka air laut.
b.
dengan sistem drainase tanah. Tujuan drainase lahan selain untuk menaikkan
muka air tanah juga dapat menyisahkan lengas tanah untuk pertumbuhan tanaman.
Tujuan lain untuk mempercepat hilangnya air gravitasi dan mempertahankan agar
air kapilaer selalu berada pada daerah perakaran selama pertumbuhan tanaman.
Kandungan tanah yang tersedia sebagai hasil dari sistem drainase menjadi pasok
untuk kebutuhan air tanaman sekaligus menjadi sumber irigasi bawah permukaan
(subsurface irigation). Pasok lengas ini sangat bermanfaat bagi tanaman di lahan
sawah tadah hujan untuk meningkatkan efisiensi pemakaian air irigasi.
Pipa berkualitas diperlukan jika sistem drainase untuk dipakai pada
periode waktu yang panjang. Pipa harus sangat tahan sekali terhadap kerusakan
akibat pembekuan dan pencairan, tahan terhadap asam-asam dan sulfut dan cukup
rapat supaya relatif kedap air. Proses pembuatan secara modern dan ketersedian
material baru yang berkualitas tinggi yang menggantikan pipa yang berkwalitas
kurang
menjadi aliran permukaan (surface run off).Dalam pengertian irigasi, curah hujan
efektif adalah curah hujan yang meresap dalam tanah untuk memenuhi kebutuhan
air tanaman.
Data jumlah curah hujan (CH) rata-rata untuk suatu daerah tangkapan
air(catchment area) atau daerah aliran sungai (DAS) merupakan informasi
yangsangat diperlukan oleh pakar bidang hidrologi. Dalam bidang pertanian data
CHsangat berguna, misalnya untuk pengaturan air irigasi , mengetahui neraca
airlahan, mengetahui besarnya aliran permukaan (run off).
1.
2.
3.
5.5.3
sebagi berikut :
1. Menentukan saluran drainase yang akan diukur volumenya.
2. Mengukur panjang saluran drainase yang akan di ukur yaitu 100 meter.
3. Mengukur volume saluran drainase berdasarkan bentuk penampangnya.
4. Mencatat hasil pengukuran dengan meteran yang dilakukan per plot.
5. Mencari volume saluran dengan memasukkan data pengukuran dengan
memasukkan
penampangnya.
ke
persamaan
Dengan
mencari
persamaan
volume
V=
sesuai
bentuk
PL
6. Menghitung volume curah hujan yang didapat dari data diameter
P1
(m)
P2
(m)
L1
(m)
L2
(m)
T1
(m)
T2
(m)
Volume
( m3 )
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
3.75
1.6
7.5
1.67
4.27
2
7.05
2.35
6.62
1.55
4.5
1.51
5.07
1.6
4
2.20
3.20
3.76
1.38
0.55
0.83
1.7
3.20
2.15
2.20
0.95
2.10
19.55
2.25
0.45
3.63
1.21
8.02
1.54
4.35
1.75
7.27
1.77
7.28
1.15
5.07
1.32
4.70
1.62
4.37
1.17
4.42
4.24
1.1
0.41
0.32
1.91
6.97
2.51
1.65
1.11
1.14
20.8
2.35
0.41
0.53
0.53
0.53
0.54
0.52
0.53
0.51
0.48
0.48
0.45
0.47
0.49
0.49
0.52
0.51
0.50
0.48
0.46
0.42
0.41
0.47
0.48
0.48
0.49
0.41
0.45
0.41
0.34
0.31
0.33
0.53
0.53
0.54
0.52
0.53
0.51
0.48
0.48
0.45
0.47
0.49
0.49
0.52
0.51
0.50
0.48
0.46
0.42
0.41
0.47
0.48
0.48
0.49
0.41
0.45
0.41
0.34
0.31
0.33
0.32
0,52
0.65
0.4
0.63
0.55
0.60
0.44
0.53
0.30
0.62
0.44
0.55
0.40
0.47
0.49
0.48
0.52
0.53
0.62
0.42
0.42
0.43
0.28
0.65
0.92
0.54
0.97
0.23
0.35
0.55
0.65
0.4
0.63
0.55
0.60
0.44
0.53
0.30
0.62
0.44
0.55
0.40
0.47
0.49
0.48
0.52
0.53
0.62
0.42
0.42
0.43
0.28
0.65
0.92
0.54
0.97
0.23
0.35
0.55
0.49
1.14
0.39
2.14
1.15
1.3
0.51
1.72
1.32
1.49
1.34
0.33
1.08
0.40
1.02
0.41
0.94
1.10
0.27
0.09
0.12
0.31
1.60
0.82
0.60
0.33
0.36
1.90
0.33
0.33
0.07
0.483
0.494
0.534
0.533
0.857
Rata Rata
Sumber : Analisa Data Praktikum
Tabel 9. Data Luas Penampang dan Volume Drainase pada Praktikum Mandiri
Plot
1
2
3
4
5
6
7
8
P1
P2
(m)
(m)
3.38
3.46
26.4
25.73
3.94
3.98
27.9
26.98
12.8
12.42
25.62
25.48
4.87
4.8
26.96
26.68
Rata Rata
L1
(m)
0.59
0.6
0.77
0.84
0.64
0.70
0.64
0.74
0.69
L2
(m)
0.6
0.77
0.84
0.64
0.70
0.64
0.74
0.50
0.68
T1
(m)
0.57
0.53
0.34
0.34
0.65
0.44
0.40
0.28
0.44
T2
(m)
0.53
0.34
0.34
0.65
0.44
0.40
0.28
0.30
0.41
Volume
( m3 )
1.12
7.77
1.08
10.05
4.60
7.18
1.13
4.82
4.72
Tahu
n
1
2013
2
2012
3
2011
4
2010
5
2009
6
2008
7
2007
8
2006
9
2005
Jumlah
rata-rata
Nilai CH
(mm)
CH (m)
26.07
25.39
23.64
23.95
24.68
31.48
27.95
37.61
32.51
0,02607
0,02539
0,02364
0,02395
0,02468
0,03148
0,02795
0,03761
0,03251
Ombro meter
t
d (m)
A (m)
(m)
0.145 0.2 0.016505
0.145 0.2 0.016505
0.145 0.2 0.016505
0.145 0.2 0.016505
0.145 0.2 0.016505
0.145 0.2 0.016505
0.145 0.2 0.016505
0.145 0.2 0.016505
0.145 0.2 0.016505
VOLUME (m)
0,00043028
0,00041906
0,00039018
0,00039529
0,00040734
0,00051958
0,00046131
0,00062075
0,00053658
0,00418037
0,00046448
5.6.2
Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari praktikum yang dilaksanakan di
koridor pertanian dekat rumah kaca pertanian dan di gedung D bentuk drainase
yang di ukur berbentuk trapesium. Terdapat perbedaan volume dari kedua saluran
dikarenakan panjang , lebar dan tinggi dari saluran drainase yang di ukur tidak
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007
sama, hali ini dikarenakan volume air yang dilewati pada masing-masing saluran
drainase berbeda, arah saluran dan topografi pada saluran drainase ini juga
mempengaruhi. Dimana nilai volume pada praktikum lebih kecil dibandingkan
volume pada praktikum mandiri yaitu nilai pada praktikum sebesar 0.857 m3 dan
pada praktikum mandiri sebesar 4.72.
Antara curah hujan 0,00046448 m3dengan volume drainase yang diperoleh
maka saluran drainase 0.857 m3 dan pada praktikum mandiri volume yang
didapatkan yaitu 4.72 m3dapat menampung volume hujan dan tidak akan terjadi
banjir karena semua air yang jatuh ke permukaan dapat ditampung oleh drainase
tersebut, volume drainase juga jauh lebih besar dibandingkan volume curah hujan.
Namun apabila saluran pembuangan air berlebih pada suatu lahan pertanian,
pembuatan saluran tersebut bisa dikatakan boros. Karena jumlah air yang
dialirkan keluar dari saluran tersebut terlalu sedikit untuk ukuran saluran yang
kapasitasnya sebesar itu.
Jika dibandingkan dengan data kelompok V, nilai volume drainase yang
diperoleh adalah 0,3902 m. Terjadi perbedaan yang cukup besar dalam hasil
antara yang diperoleh dikarenakan adanya cara pengambilan data yang berbedabeda tiap kelompoknya, baik itu bagian-bagian saluran maupun bentuknya.
Ataupun juga terdapat kesalahan pengukuran. Bentuk ukuran saluran juga
mempengaruhi
besar
kecilnya
volume
saluran
drainase
tersebut.
Jika
bahwa saluran drainase yang terdapat di koridor pertanian dekat rumah kaca
pertanian dan digedung D berbentuk trapesium dan dapat dikatakan layak dalam
menampung dan mengalirkan air karena volume drainase masih lebih besar
dibandingkan dengan curah hujan. Kerusakan pada saluran drainase juga sangat
mempengaruhi air yang mengalir yang menyebabkan air tersebut bias jadi
tergenang atau keluar dari saluran drainase.
5.7.2
Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya diharapkan:
perancangan
saluran
drainase
seharusnya
BAB VI
PENGENALAN IRIGASI TETES
6.1 Latar Belakang
Ketersediaan air mutlak diperlukan baik secara jumlah maupun kualitas.
Akan tetapi seiring dengan adanya dampak perubahan iklim, pergeseran musim
kemarau ataupun musim hujan memberikan dampak pada ketersediaan air di areal
pertanian.
Kebutuhan air tanaman sebagian besar dipenuhi dari hujan akan tetapi
apabila kebutuhan air tidak terpenuhi oleh air hujan, harus dilakukan upaya untuk
dapat mencukupi kebutuhan air pada fase pertumbuhan tanaman, sehingga dapat
menyesuaikan antara waktu panen dan permintaan pasar, maka pelaksanaan
pengelolaan air melalui irigasi sangat dibutuhkan khususnya untuk memenuhi
kebutuhan air di musim kemarau.Untuk itu perlu dilakukan irigasi tetes.
Mahasiswa teknik pertanian sangat penting untuk mempelajari sistem
irigasi tetes ini.Cuaca yang tidak menentu saat ini mengakibatkan tidak jelasnya
musim hujan dan musim kemarau.Sehingga menimbulkan permasalahn dalam hal
mengairi lahan pertanian itu.Untuk itu irigasi tetes dapat dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan air tanaman. Jenis tanaman yang dapat menggunkan metoda
irigasi tetes ini adalah jenis tumbuhan yang menjalar , buah-buahan dan tanaman
obat-obatan, karena jenis tanaman ini tidak memerlukan banyak air untuk
memenuhi kebutuhan airnya.
Di Indonesia, perkembangan irigasi cukup bagus. Secara umum, irigasi
yang digunakan adalah irigasi permukaan atau melalui saluran irigasi seperti
sungai.Namun, pada daerah atau lahan seperti lahan yang kekurangan sumber air
atau kering serta tanah berpasir/berbatu dan pada tanaman tertentu tidak dapat
dialiri oleh irigasi yang seperti itu.Permasalahan pada lahan tersebut dapat di atasi
dengan irigasi tetes.
6.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum pengenalan irigasi tetes ini adalah :
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007
kontiniu
dan
penggunaan
air
yang
sesuai
dengan
kebutuhan
1) Unit utama
Terdiri dari : pompa,tangki injeksi,filter (saringan) utama dan komponen
pengendali ( pengukur tekanan , pengukur debit dan katup)
2) Pipa utama
Pipa utama dipasang di atas atau di bawah permukaan tanah
3) Pipa pembagi
Pipa pembagi dilengkapi dengan filter kedua yang lebih halus , katup solenoid
,regulator tekanan,pengukur tekanan dan katup pembuang
4) Emiter
Emiter merupakan alat pengeluaran air yang disebut pemancar. Emiter
mengeluarkan dengan cara meneteskan air langsung ke tanah ke dekat
tanaman. Daerah yang dibasahi emiter tergantung pada jenis tanah,
permeabilitas tanah.
6.4.3
3.
4.
5.
6.4.4
c. Emitter tidak bekerja begitu baik untuk tanaman tertentu dan masalah yang
disebabkan salinitas
d. Garam-garam cenderung tertumpuk disekitar tepian permukaan yang basah.
e. Karena sistem ini biasanya hanya membasahi bagian dari volume potensial
tanah-akar, perakaran tanaman bisa terbatas hanya pada volume tanah di dekat
tiap emitter
6.4.6
menggunakan pipa dan biasanya tanaman yang digunakan adalah jenis tanaman
hortikultura, sayuran dan bunga dengan menggunakann tanah liat dan gembur.
Di Amerika, metoda irigasi ini berkembang mulai tahun 1913 dengan
menggunakan pipa berperforasi. Tanaman yang digunakan pada sistem irigasi
tetes ini adlah jenis tanaman hortikultura dan jenis tanaman keras, yang
menggunakan jenis tanah gembur tanah padat dan tanah pasir yg berfariasi.
Pada tahun 1940-an irigasi tetes banyak digunakan di rumah-rumah kaca di
Inggris. Tanaman yang digunakan pada sistem irigasi tetes ini adlah jenis tanaman
hortikultura dengan jenis tanah yang digunakan adalah gembur dan tanah liat.
Penerapan irigasi tetes di lapangan kemudian berkembang di Israel pada
tahun 1960-an. Jenis tanaman yang biasa digunakan pada sistem irigasi tetes ini di
daerah ini adalah jenis tanaman hortikultura dan sayuran dengan jenis tanah yang
digunakan adalah black clay soil dan tanah berpasir.
6.4.7
a. Tanah gembur
Tanah gembur merupakan jenis tanah yang paling baik untuk tanaman.
Pasalnya, tanah gembur memiliki ronga-ronga yang cukup untuk menyimpan air
dan udara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Tata udara yang baik dan
kandungan air cukup akan menciptakan struktur yang baik bagi tanah. Karena
kondisi ini menguntungkan bagi mikroorganisme tanah yang berperan dalam
proses dekomposisi mineral dan zat organik tanah, sehingga zat h hara yang
dibutuhkan tanaman mudah diserap oleh akar tanaman.
b. Tanah pasir
Tanah pasir juga berstuktur kurang baik, sehingga hampir semua tanaman
yang tumbuh diatasnya tidak akan subur. Partikel-partikel tanah pasir sangat kasar
dan memiliki banyak rongga, sehingga air sangat mudah masuk kedalam pori-pori
tanah. Sayangnya partikel pasir tidak saling melekat satu sama lain, Akibatnya, air
dan zat hara yang masuk sulit tersimpan.
c. Tanah padat
Tanah bertekstur padat atau gumpal memiliki tingkat kesuburan yang
rendah. Karena partikel-partikel tanah padat tersusun sangat rapat, bahkan saling
merekat erat satu sama lain. Dengan merapatnya partikel-partikel tanah tersebut,
maka hampir tidak ada lagi celah atau rongga yang tersisa untuk sirkulasi air dan
NAMA : YELVI YUSNA
KELOMPOK : XI
NO. BP : 1211111007
udara didalamnya. Akibatnya, udara, air dan unsur hara yang terlarut didalamnya
sulit diserap akar tanaman kareana terjerat partikel tanah.
6.4.9
perakaran. Pada hampir seluruh keadaan, makin merata air yang didistribusikan
makin baik reaksi tanaman. Pendistribusian air merupakan suatu daya upaya
pemakaian air yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan tanah dan tanaman.
Penggunaan air irigasi yang efisien merupakan kewajiban setiap pemakai.
Efisiensi penyebaran untuk mengetahui banyaknya air yang mampu membasahi
tanah. Efisiensi ini untuk menunjukkan dimana peningkatan dapat dilakukan yang
akan menghasilkan pemberian air irigasi yang lebih efisien.
Semakin besar nilai efisiensi yang dihasilkan dari suatu jaringan irigasi
tetes maka semakin merata pula pendistribusian air pada tiap-tiap emiter penetes
sehingga
pertumbuhan
tanaman
akan
semakin
baik
pula.
Tingginya
Pembahasan
menggunakan 3 jenis tanah yang berbeda-beda (pasir, liat dan gembur). Metoda
dengan infus diberi perlakuan 1 untuk tanah jenis gembur, , dan 3 untuk jenis
tanah padat.. Sedangkan untuk tanah jenis
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk praktikum ini yaitu: