Gambaran Wilayah
Secara administratif letak geografis Kabupaten Sumedang terletak di bagian
timur provinsi Jawa barat dengan batas wilayah selatan berbatasan dengan
Kabupaten garut, sebelat timur berbatasan dengan Kabupaten Majalengka, sebelah
utara dengan Kabupaten dan Kabupaten Subang, sedangkan sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Bandung.
Luas Wilayah Kabupaten Sumedang adalah 1.522,220 Km2, dimana
Kecamatan Buahdua yang paling besar, dengan luas wilayah sebesar 131,37 Km2 dan
yang terkecil kecamatan Cisarua dengan luas 18,92 km Km2.
Curah hujan tertinggi di sepanjang tahun 2018 terjadi pada bulan Maret yang
mencapai 323 mm dengan jumlah hari hujan 29 hari, dan terendah pada bulan Juli
dan Agustus yaitu 0 mm.
Menurut Data di Dinas Lingkingan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Sumedang
terdiri dari 2 DAS dan 5 Sub DAS, yaitu :
1. DAS Cimanuk, terdiri dari :
a. Sub DAS Cimanuk
b. Sub DAS Cipeles
c. Sub DAS Cipelang
d. Sub DAS Cilitung
2. DAS Citarum, terdiri dari Sub Das Citarum
Lokasi perencanaan berada di Daerah Aliran Sungai Cimanuk pada Sub DAS
Cipeles. Pada Gambar dapat dilihat peta aliran di lokasi perencanaan.
Rencana Jalan Tol
Return Period
Reduced variate (Yr)
(Years)
2 0.3665
5 1.4999
10 2.2502
25 3.1985
50 3.9019
100 4.6001
Sumber : Dasar-dasar perencanaan drainase jalan tahun 2005
e. Rainfall intensity – duration – frequency curve
Hasil terakhir dari analisa data curah hujan adalah kurva yang menunjukan
hubungan antara rainfall (mm/24), duration (jam) dan frequency atau return
period (tahun).
𝑅24 24 2/3
I= 𝑥 ( )
24 𝑡
Dimana :
I = rainfall intensity (mm/24)
R24 = 24 hours rainfall
t = duration time (jam)
Dimana :
Q = debit banjir puncak pada perioda ulang T tahun, (m3/detik).
I = intensitas hujan untuk durasi yang sama dengan waktu konsentasi
tc dan prioda ulang T tahun (mm/jam).
A = luas darah aliran (ha).
C = Koefisien pengaliran.
Cf = Koefisien frekuensi.
Waktu kosentrasi
tc = to + td
Dimana :
tc = waktu kosentrasi
to = waktu limpas permukaan
td = waktu limpas saluran
koefisien pengaliran
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖 𝑚𝑢𝑎𝑟𝑎 𝐷𝐴𝑆
𝐶=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑗𝑎𝑡𝑢ℎ 𝑑𝑖𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔
Dalam prakteknya terdapat tipe tata guna lahan bercampur baur dalam
sebuah daerah aliran. Oleh karena itu, untuk mendapatkan koefisien pengaliran
gabungan Cw dapat mempergunakan rumus komposit berikut :
𝐴1. 𝐶1 + 𝐴2. 𝐶2 + 𝐴𝑛. 𝐶𝑛
𝐶𝑤 =
𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3
Dimana :
Cw = koefisien pengaliran gabungan.
A1, A2, An = Bagian luasan daerah aliran sebanyak n buah, dengan tata
guna lahan yang berbeda.
C1, C2, Cn = koefisien pengaliran darah aliran sebanyak n buah, dengan
tata guna lahan yang berbeda.
Sebagai acuan, koefisien pengaliran dapat diambil dari sumber referensi
hidrologi, Menurut petunjuk desain drainase permukaan jalan No. 008/T/BNKT/1990,
Binkot, Bina Marga, Dep. PU, 1990.
Tabel Error! No text of specified style in document..1 Koefisien
pengaliran C
Koefisien frekuensi
Koefisien frekuensi (Cf) bernilai 1 untuk periode ulang Tr = 2 – 10
tahun sedangkan Tr > 10 tahun dapat dilihat pada tabel berikut.
2. Analisis hidrolika
Analisis hidrolika digunakan untuk menentukan bentuk drainase yang akan
digunakan.
a. Dimensi tampang saluran
Dimensi tampang saluran ditentukan berdasarkan debit aliran yang harus di
tampung oleh saluran tersebut. Hubungan debit dengan dimensi tampang
ditentukan berdasarkan rumus manning.
Sumber : Dasar-dasar perencanaan drainase jalan tahun 2005
Gambar Tipe Penampang Saluran
Tabel kekasaran manning (n) sesuai kondisi saluran
𝐹
R =𝑂
Dimana :
c. Kecepatan aliran
Kecepatan aliran (v) dari suatu penampang aliran tidak sama diseluruh
penampang aliran tergantung dari jenis bahan yang digunakan. Apabila
cairan bersentuhan dengan batasannya (didasarkan dengan dinding
saluran) kecepatan aliran nol. Kecepatan dalam saluran biasanya sangat
bervariasi dari suatu titik ke titik lainnya. Komponen kecepatan ini bervariasi
terhadap kedalaman dari permukaan air. Kecepatan minimum yang diijinkan
adalah kecepatan terkecil yang tidak menimbulkan pengendapan dan tidak
merangsang tumbuhnya tanaman lumut.
d. Kemiringan Saluran
Kemiringan saluran ditentukan berdasarkan bahan yang digunakan.
Hubungan antara bahan yang digunakan dengan kemiringan saluran arah
memanjang.
f. Tinggi jagaan
Tinggi jagaan dianalisis untuk menjaga agar air tidak meluap ke badan jalan
sehingga air masih dapat mengalir di saluran drainase.
W = √0,5. 𝐻
1. Data Hidrologi
a. Penakar Hujan
Pada survei ini digunakan alat penakar hujan otomatis yang berada di beberapa
stasiun. Dari survei tersebut didapatkan hasil sebagai berikut.
1) Nama stasiun hujan
2) Nomor stasiun hujan
3) Data hujan bulanan
4) Data hujan tahunan
5) Data banyaknya hari hujan
6) Data hujan harian maksimum
7) Data hujan harian maksimum absolut
Pada perencanaan ini data didapatkan dari Badan Metrologi dan Geofisika.
2. Data Hidrometri
Hidrometri merupakan ilmu pengetahuan tentang cara-cara pengukuran dan
pengolahan data unsur-unsur aliran, beberapa cara pengukuran data unsur aliran
meliputi tinggi muka air, debit aliran, dan kualitas air.
a. Pengukuran tinggi muka air
Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengatahui posisi muka air (atau kedalaman
aliran) suatu sungai di lokasi stasiun hidrometri pada waktu tertentu. Pengukuran
dapat dilakukan pada jam-jam tertentu atau secara terus menerus. Pertama
digunakan papan duga berskala atau sering disebut alat pengukuran manual,
sedangkan untuk pendataan manual digunakan alat pengukuran muka air otomatis
(AWLR).
Trase 2
HILIR HULU
NO. NAMA DAS/ SUNGAI KEDALAMAN LEBAR KOORDINAT KEDALAMAN LEBAR KOORDINAT PANJANG KET
LOKASI (KM)
LOKASI (M) (M) X Y (M) (M) X Y
Form Survei Drainase Jalan
I Kecamatan :
Desa :