Dosen Pembimbing :
Didit Puji Riyanto, ST. MT
Dr. Ir. Hari Nugroho, MT
Ratih Pujiastuti, ST. MT
Disusun oleh :
Khairiyah
201006
TKBA - A
Konsep hidrograf merupakan bagian penting yang diperlukan dalam berbagai perencanaan
bidang sumber daya air. Hidrograf merupakan hubungan antara waktu dan aliran, baik berupa
kedalaman aliran maupun debit aliran. Data hidrograf aliran sangat berguna dalam perencanaan
sumber air dan perencanaan perkiraan banjir. Hidrograf digunakan untuk menyatakan grafik
fluktuasi naik dan turunnya aliran air pada lokasi sungai sebagai fungsi waktu. Sumbu y
representasi karakteristik aliran (tma, kecepatan, debit, atau parameter kualitas air, sedang sumbu
x menunjukkan waktu (detik, jam, hari, bulan, tahun). Apabila hidrograf menyatakan tma
terhadap waktu disebut stage hydrograph. Apabila hidrograf menyatakan debit terhadap waktu
disebut stream flow hydrograph atau discharge hydrograph. Fluktuasi hujan terhadap waktu
disebut hietograf (hyetograph).
Proses terjadinya limpasan permukaan menjadi debit dalam metode SCS-CN sangat
dipengaruhi oleh 4 faktor. Faktor pertama adalah jumlah hujan yang jatuh pada lahan.
Faktor kedua adalah jenis-jenis tanah pada lahan, besar kecilnya tingkat serapan tanah terhadap
air akan sangat berpengaruh terhadap aliran permukaan. Faktor ketiga adalah jenis pengolahan
lahan yang diterapkan pada lahan. Faktor keempat, penutupan lahan juga memiliki peranan yang
cukup besar.
Metode SCS-CN telah banyak digunakan diberbagai lokasi karena metode yang sederhana
namun hasilnya cukup baik, mudah diaplikasikan dengan menyederhanakan banyak faktor dalam
satu nilai parameter CN . Namun demikian tentunya metode ini juga memiliki kelemahan
sehingga beberapa peneliti berusaha untuk mengembangkan metode ini. Pengembangan metode
SCS-CN terbaru dilakukan oleh Rajib and Merwade , untuk mencari nilai limpasan permukaan
dengan menggabungkan model SMA dengan CN yang selanjutnya disebut dengan SMA_CN
dalam Soil and Water Assessment Tool .
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum perhitungan hidrograf ini adalah untuk mengembangkan teori
mengenai perhitungan debit dan penggambaran grafik hidrograf. Tujuan dari perhitungan
hidrograf ini adalah
1. Untuk mengetahui perubahan tata guna lahan pada tahun sebelum dan sesudahnya.
2. Untuk mengetahui debit puncak hidrograf dan grafik hidrograf
3. Untuk mengetahui debit banjit maksimum tahun sebelum dan sesudah
1.3. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah agar pembaca dapat mengetahui dan menerapkan
perhitungan hidrograf SCS di daerah dimana data hidrologi tidak tersedia untuk menurunkan
hidrograf satuan, sehingga dapat diketahui data hidologi
BAB 2
LANDASAN TEORI
Dengan,
Up/Qp = debit puncak (m3/det/cm)
Tp = waktu puncak (jam)
Δt = durasi hujan efektif (jam)
tlag = waktu perlambatan (jam)
Ia = 0.2 S
Dengan,
Pe = Kedalaman hujan efektif (mm)
P = Kedalaman hujan (mm)
S = Retensi porensial maksimum oleh air tanah, sebagian besar akiba infiltrasi (mm)
Ia = Initial abstraction
Apabila nilai hujan (P) < Ia, maka hujan efektif adalah 0, karena belum terjadi limpasan
dan limpasan akan terjadi setelah hujan (P) > Ia
BAB III
PEMBAHASAN
C. PERHITUNGAN AMC II
1. Tahun 2003
2. Tahun 2021
∆t
Tp = + tlag
2
0.75
= + 1.236
2
= 1.611 jam
A
Up/Qp = C
Tp
3.48
= 2.08
1.611
= 4.493 m3/dt/cm
1. Tahun 2003
Pe = 48.79 mm
= 4.879 cm
20.000
Q (m3/dt)
15.000
10.000
5.000
0.000
0.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000
t (jam)
HIDROGRAF SATUAN
HIDROGRAF BANJIR AKIBAT HUJAN EFEKTIF
2. Tahun 2021
Pe = 69.41 mm
= 6.941 cm
HIDROGRAF SATUAN
HIDROGRAF BANJIR AKIBAT HUJAN EFEKTIF
Dari perhitungan di atas diperoleh data debit yang kemudian digambarkan melalui
hidrograf tata guna lahan pada tahun 2003 dan 2021. Perhitungan dengan metode SCS CN,
diperoleh hasil bahwa tata guna lahan pada tahun 2003 menghasilkan kedalaman hujan efektif
sebesar 4.879 cm, sedangkan pada tahun 2021 menghasilkan kedalaman hujan efektif sebesar
6.941 cm. Dengan diketahui kedalaman hujan efektif tersebut kemudian dapat dilakukan
perhitungan debit banjir. Pada perhitungan di atas, tata guna lahan pada tahun 2003
menghasilkan debit banjir maksimum sebesar 21.920 m3/dt, sedangkan pada tahun 2021 terjadi
perubahan tata guna lahan sehingga menghasilkan debit banjir maksimum sebesar 31.187 m3/dt,
kedua tahun tersebut mengalami debit banjir maksimum pada jam ke 1.611. Data tersebut juga
tergambar melalui hidrograf dimana grafik tata guna lahan pada tahun 2021 berada di atas grafik
tata guna lahan pada tahun 2003 yang menggambarkan debit banjir pada tahun 2021 lebih besar
dari pada tahun 2003. Hal tersebut disebabkan oleh perubahan tata guna lahan sehingga dapat
mengurangi daerah resaapan air dan meningkatkan limpasan air permukaan. Apabila tampungan
air tidak cukup untuk menampung debit air yang terjadi maka dapat menyebabkan banjir
KESIMPULAN
Perubahan tata guna lahan perumahan di wilayah kecamantan pontianak tenggara dapat
mempengaruhi debit banjir yang terjadi, dikarenakan daerah resapan air mengalami
pengurangan. Dengan berkurangnya resapan air ini dapat meningkatkan limpasan air ke
permukaan. Untuk sebagai contohnya dilakukan perhitungan perubahan tata guna lahan di
Kecamatan Nganjuk dan kedalaman hujan efektif yang dihasilkan dari perhitungan SCS CN ini
cukup meningkat, diantaranya pada tahun 2003 debit banjir maksimum sebesar 21.920 m3/dt dan
pada tahun 2021 debit banjir maksimum sebesar 31.187 m3/dt. Upaya untuk melakukan
perubahan tata guna lahan ini harus memperhatikan efek yang akan terjadi kedepannya. Berbagai
hal harus diseimbangkan supaya tidak terjadi permasalahan, misal terjadinya banjir yang
dikarenakan air melimpas ke permukaan.
HIDROGRAF SCS
35.000
30.000
25.000
Q (m3/dt)
20.000
15.000
10.000
5.000
0.000
0.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000
t (jam)