Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA FLUIDA
ACARA VIII
PERENCANAAN SISTEM PENGALIRAN

Disusun Oleh:
Nama : Reka Revara
NIM : 114200003
Plug :8
Hari/Jam : Jumat / 15.45-17.30 WIB
Asisten : 1. Yulinda Vikaya Putri Ady Rukmana
2. Aqiilah Rafif Darmawan

LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA


PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANIKA FLUIDA
ACARA VIII
PERENCANAAN SISTEM PENGALIRAN

Disusun Oleh :

Nama : Reka Revara


NIM : 114200003
Plug :8
Hari/Jam : Jumat / 15.45-17.30 WIB

Disetujui Oleh :

Asisten I Asisten II

Yulinda Vikaya Putri Ady Rukmana Aqiilah Rafif Darmawan


114180054 114190081
2021/2022

ACARA VIII
PERENCANAAN SISTEM PENGALIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
I. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menghitung/menentukan Debit Rencana (Qr) dalam
perencanaan sistem pengaliran.
2. Mahasiswa mampu menentukan dimensi saluran/drainage dalam
perencanaan sistem pengaliran.
II. Dasar Teori
Drainase yang berasal dari kata kerja “to drain‟ yang berarti
mengeringkan atau mengalirkan air adalah terminologi yang digunakan untuk
menyatakan sistem-sistem yang berkaitan dengan penganan masalah
kelebihan air, baik diatas maupun dibawah permukaan tanah. Kelebihan air
dapat disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi atau akibat dari durasi
hujan yang lama (Irawan, 2021). Drainase adalah lingkungan atau saluran air
di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun
dibuat oleh manusia. Drainase secara umum didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan yang memepelajari usaha untuk mengalirkan air yang
berlebihan dalam suatu konteks pemanfaatan tertentu (H.A. Halim
Hasmar,2011). Untuk lebih memudahkan pemahaman tentang drianase, jenis
drainase dapat dikelompokkan berdasarkan (Irawan,2021) :
a. Cara terbentuknya
b. Sistem pengalirannya
c. Tujuan/sasaran pembuatannya
d. Tata letaknya
e. Fungsinya
f. Konstruksinya
Menurut Agustianto, D. A, (2014) Hujan merupakan komponen
masukan yang paling penting dalam proses hidrologi, karena jumlah
kedalaman hujan (rainfall depth) ini yang dialih ragamkan menjadi aliran di
sungai, baik melalui limpasan permukaan (surface runoff), aliran antara
(interflow, subsurface flow), maupun sebagai aliran air tanah (groundwater
2021/2022

flow). Air yang mencapai sungai tanpa mencapai permukaan air tanah yakni
curah hujan yang dikurangi sebagian dari infiltrasi, besarnya air yang tertahan
dan besarnya genangan disebut limpasan permukaan. Limpasan dapat dibagi
dalam dua sumber, yaitu:
1. Air yang mengalir di permukaan tanah
2. Air yang mengalir di bawah permukaan (subsurface) yaitu sebagian air
yang mengalir kesungai dari proses infiltrasi di bawah permukaan tanah
Beberapa faktor yang memperngaruhi limpasan antara lain kondisi topografi,
jenis tanah, karakteristik sungai, adanya daerah pengaliran yang tidak
langsung, drainase buatan, dll. Terdapatnya limpasan dapat mengindikasikan
besarnya intensitas hujan suatu wilayah (Irawan, 2021). Pengaliran air pada
saluran drainase akan mengikuti kondisi topografi alami yang ada, yaitu
mengikuti kontur alami dari tanah. Pengaliran secara gravitasi dinilai sangat
menguntungkan karena dapat meminimalkan jumlah lahan urugan atau
pemotongan pada jalur tanah (cut and fill) dan meminimalkan penggunaan
pompa. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam suatu luas daerah pengaliran
menurut (Moduto, 1998) yaitu:
a. Tata guna lahan eksisting dan pengembangannya di masa mendatang
b. Karakteristik tanah dan bangunan di atasnya
c. Kemiringan tanah dan bentuk daerah pengaliran
Perhitungan debit rencana sangat diperlukan untuk memperkirakan
besarnya debit hujan maksimum yang sangat mungkin pada periode tertentu.
Metode yang digunakan dalam perhitungan debit rencana pada tugas akhir
ialah metode hidrograf satuan. Hidrograf dapat digambarkan sebagai
penyajian grafis antara salah satu unsur aliran dengan waktu. Hidrograf
satuan suatu DAS adalah suatu limpasan langsung yang diakibatkan oleh satu
satuan volume hujan yang efektif yang terbagi rata dalam waktu dan ruang (
Rizkyandi, 2015).
Hujan rencana yang dimaksud adalah hujan harian maksimum yang
akan digunakan untuk menghitung intensitas hujan, kemudian intensitas ini
digunakan untuk mengestimasi debit rencana. Hujan rencana dapat dihitung
secara statistic berdasarkan data curah hujan terdahulu dengan menggunakan
Distribusi Gumbel Tipe I. Intensitas hujan adalah jumlah hujan yang
2021/2022

dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu.
Penentuan intensitas hujan dapat ditentukan dengan beberapa cara
diantaranya dengan alat pencatat intensitas hujan otomatis ataupun dengan
perhitungan matematis dengan bantuan data curah hujan (Irawan, 2021).
Langkah awal perencanaan sistem drainase adalah analisis hidrologis
yang ditentukan melalui karakteristik debit rencana dari semua bangunan
drainase. Sungai dan saluran yang berbeda disekitar bergantung pada data
yang tersedia, yaitu analisis debit banjir dan permodelan aliran (Lantip.2016).
3 tahapan proses perencanaan selokan (drainase) terdiri atas:
1. Analisis hidrologi
2. Perhitungan hidraulika.
3. Gambar rencana
Adapun fungsi drainase sebagai berikut :
a. Membebaskan suatu wilayah (terutama yang padat dari permukiman) dari
genangan air, erosi, dan banjir.
b. Karena aliran lancar maka drainase juga berfungsi memperkecil resiko
kesehatan lingkungan bebas dari malaria (nyamuk) dan penyakit lainnya.
c. Kegunaan tanah permukiman padat akan menjadi lebih baik karena terhindar
dari kelembaban.
d. Dengan sistem yang baik tata guna lahan dapat dioptimalkan dan juga
memperkecil kerusakan-kerusakan struktur tanah untuk jalan dan bangunan
lainnya.
2021/2022

BAB II
METODOLOGI
I. Menghitung Debit Rencana

Mencari nilai koefisien limpasan pada tabel

Mencari koefisien tampungan menggunakan rumus


dengan mencari Tc dan Td terlebih dahulu

Mencari intensitas curah hujan maksimal dengan


menghitung ratarata curah hujan maksimal selama 5
tahun dengan rumus

Memasukan semua data konstanta “K”, koefisien


limpasan “C”, intensitas curah hujan maksimal “I”,
dan luasan aliran “A” pada rumus hitung debit
rencana dan catat hasilnya

II. Menentukan Dimensi Perencanaan Drainase

Mencari nilai y (tinggi drainase) dengan rumus

Nilai y yang telah ditentukan lalu dimasukkan ke


dalam data tabel yang telah ditentukan

Nilai pada data tabel yang telah


ditentukan,digunakan untuk membuat proyeksi
penampang drainase
2021/2022

BAB III
ISI
I. Perhitungan
Diketahui :
• Peta
Panjang Grid = 3,6 cm
Interval Grid = 900 m = 90.000 cm
• Koefisien (C)
Rerumputan tanah pasir datar 2% - 7% = 40%
Perumahan multi units tertutup = 30%
Industri daerah ringan = 30%
• Slope
S = 1%
• N = Beton = 0,013
L0 = 9 cm = 900 m
L1 = 25,7 cm = 2570 m
Ditanya :
Jawab :
1. Skala
Jarak grid
Skala =
Interval Grid
3,6 cm 3,6 cm
Skala = = = 1:25.000
900 m 90000 cm

2. Interval Kontur
1
IK = x n skala
2000
1
IK = x 25.000 = 12,5 m
2000

3. Kemiringan Lereng
(n-1) IK
%kemiringan = x 100%
JH x n skala

a. Zona 1
(6-1) 12,5
KL = x 100% = 62,5% (32,005)
0,004 x 25000
(6-1) 12,5
KL = x 100% = 62,5 % (32,005)
0,004 x 25000
(4-1) 12,5
KL = x 100% = 75% (36,870)
0,002 x 25000
2021/2022

(5-1) 12,5
KL = x 100% = 66,66% (33,690)
0,003 x 25000
(6-1) 12,5
KL = x 100% = 83,33% (39,806)
0,003 x 25000
174,376
Rata-rata zona 1 = = 34,875 (merah muda)
5

b. Zona 2
(5-1) 12,5
KL = x 100% = 50% (26,565)
0,004 x 25000
(4-1) 12,5
KL = x 100% = 50% (26,565)
0,003 x 25000
(4-1) 12,5
KL = x 100% = 37,5% (20,556)
0,004 x 25000
73,686
Rata-rata zona 2 = = 24,562 (jingga)
3

c. Zona 3
(5-1) 12,5
KL = x 100% = 50% (26,565)
0,004 x 25000
(6-1) 12,5
KL = x 100% = 41,66% (22,620)
0,006 x 25000
(4-1) 12,5
KL = x 100% = 50% (26,565)
0,003 x 25000
(5-1) 12,5
KL = x 100% = 50% (26,565)
0,004 x 25000
(5-1) 12,5
KL = x 100% = 40% (21,801)
0,005 x 25000
124,116
Rata-rata zona 3 = = 24,823 (jingga)
5

d. Zona 4
(5-1) 12,5
KL = x 100% = 22,22% (12,529)
0,009 x 25000
(4-1) 12,5
KL = x 100% = 15% (8,531)
0,010 x 25000
(4-1) 12,5
KL = x 100% = 16,66% (9,462)
0,009 x 25000
30,522
Rata-rata zona 4 = = 10,174 (kuning)
3

4. Luas
∑ Luas pada peta = 66,9 cm2
Luas sebenarnya = 66,9 cm2 x (25.000)2
= 41.812.500.000 cm2
= 4.181.250 m2
2021/2022

5. To
Lo 0,77
To = 0,0195 � �
√So
0,77
2350
= 0,0195 � �
�0,236

= 13,398 menit
= 0,223 jam
6. Td
1 L1
Td = ×
3600 V
1 6875
= × 0,60 m/s
3600

= 3,182 jam
7. Tc
Tc = To + Td
= 0,223 jam + 3,182 jam
= 3,405 jam
8. Cs
2 Tc
Cs =
2 Tc+Td
2 × 3,405 jam
=
2 (3,405 jam) + 3,182

= 0,681 jam
9. C
• Rerumputan tanah pasir datar 2%-7% = 40%
0,10+015
C = 40% � � = 0,05
2

• Perumahan suburban = 30%


C = 0,675 x 30% = 0,202
• Industri daerah ringan = 30%
C = 0,65 x 30% = 0,195
C total = 0,05 + 0,202 + 0,195 = 0,447
10. R24
� + (K x Sd )
R24 = R

• � = 640,12
R
5
2021/2022

= 128,024 mm/jam
2
∑ni-1 (Ri-R� )
• Sd = �
n-1

6186,556
=�
5-1

= 39,327 mm/jam
• K
√6 T
K =- x (0,5772 + (ln ln ))
π T-1
√6 5
=- x (0,5772 + (ln ln ))
π 4

√6
=- x (0,5772 +(- 1,5))
π

√6
=- x (-0,9228)
π

= 0,737
• R24
� + (K x Sd)
R24 = R
= 128,024 + (0,737 x 39,327)
= 157,007 mm/jam
11. I
2
R2424 3
I = � �
24 Tc
2
157,007 24 3
= �3,405�
24

= 24,049 mm/jam
= 6,680 x 10-5 m/s
12. Qr
Qr = 0,2748 x C x Cs x I x A
Qr = 0,2748 x 0,447 x 0,681 x 6,680 x 10-5 m/s x 4.181.250 m2
= 23,346 m3/s

13. Qs
2 1
3 1 1
Qs = × y2 ×( ( y)3 ×s2 )
√3 n 2
2 1
3 1 1
23,346 m3/s = × y2 × ( ( y)3 ×12 )
√3 0,013 2
2021/2022

23,346 × 2 × √3 ×0,013
Y8/3 =
3 ×11/2

Y = 0,67 m
Y = 67 cm
14. Dimensi
a. Lebar Puncak (T)
4
T = Y
√3
4
= × 67 cm
√3

= 154,730 cm
b. Lebar Dasar (T)
2
T = Y
√3
2
= × 67 cm
√3

= 77,364 cm
c. Ketinggian (H)
Y = H = 67 cm
d. Luas (A)
3
A = (Y2 )
√3
3
= (672 )
√3

= 7.775,176 cm2
15. Perhitungan Skala Proyeksi
Y Gambar : Y Perhitungan
3,35 : 67
1 : 20
2021/2022

II. Pembahasan
Praktikum Mekanika Fluida acara kedelapan membahas mengenai
perencanaan sistem pengaliran. Perencanaan sistem pengaliran tersebut dibuat
atas dasar peta topografi daerah Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Peta dasar yang digunakan bersumber dari
peta rupa bumi Indonesia daerah Kabupaten Gunungkidul lembar 1507-644
dengan skala 1 : 25.000. Daerah penelitian tersebut berada di koordinat sumbu X
454000 - 457600 dan sumbu Y 9127800 - 9131400. Drainase yang direncanakan
berada di daerah yang memiliki topografi agak curam.
Sebelum memulai pengukuran dan perhitungan, diperlukan data curah hujan di
daerah perancangan drainase selama periode waktu yang lama. Data yang
digunakan merupakan data curah hujan dari tahun 2014 – 2018. Data curah hujan
dari tahun 2014 sampai 2018 digunakan untuk mendata masing-masing curah
hujan tebesar dalam satu tahun. Terdapat istilah periode ulang hujan yakni proses
dimana terjadi penanggulangan kembali curah hujan tertinggi yang akan terjadi
pada beberapa tahun yang akan datang. Penentuan periode ulang hujan maka akan
mudah mengantisipasi potensi bencana banjir dengan merancang drainase yang
mampu menampung curah hujan maksimum dan mengantisipasi adanya luapan
air pada saluran pengaliran yang akan dibuat. Berdasarkan data curah hujan
daerah Kecamatan Playen, didapatkan rata-rata curah hujan tahunan selama
periode lima tahun yakni sebesar 126,89 mm dengan curah hujan maksimum
dalam 24 jam sebesar 1156,63 mm/jam. Kemudian, data curah hujan dapat
digunakan untuk mencari intensitas curah hujan yang didapatkan hasil sebesar
6,680 x 10-5 m/s. Selanjutnya, melakukan perhitungan debit rencana (Qr) yaitu
debit maksimum yang akan dialirkan oleh saluran drainase untuk mencegah
terjadinya genangan, yang didapatkan hasil untuk Qr sebesar 23,346 m3/s.
Perhitungan mencari besar debit dari saluran yang akan dibangun digunakan
untuk dasar memperkirakan tampungan debit aliran dari Qr sehingga Qs harus
lebih besar dari Qr.
Berdasarkan perhitungan kemiringan lereng di daerah penelitian, didapatkan
hasil bahwa rata-rata kemiringan lereng 4 zonasi sebesar 23,608 % dengan
klasifikasi pada setiap zona memiliki kemiringan sebagai berikut : zona pertama
sebesar 34,875% ditandai dengan warna merah muda dan memiliki lereng curam,
2021/2022

zona kedua sebesar 24,562 % ditandai dengan warna jingga dan memiliki lereng
agak curam, zona ketiga sebesar 24,823% ditandai dengan warna jingga dan
memiliki lereng agak curam, zona keempat sebesar 10,174% ditandai dengan
warna kuning tingkat kemiringannya miring. Drainase yang direncanakan
memiliki luas limpasan sebesar 4.181 km2 dengan waktu pengaliran air dari titik
paling jauh ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir sebesar 3,182 jam.
Sehingga koefisien tampungan dari drainase yang direncanakan yakni sebesar
0,681 jam. Apabila suatu lereng semakin curam, maka waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai drainase juga semakin cepat. Hal tersebut menyebabkan koefisien
tampungan akan semakin kecil. Adanya koefisien pengaliran dapat mengetahui
resapan air kedalam tanah.
Saluran drainase yang direncanakan akan dibuat bentuk trapesium. Hal ini
dikarenakan drainase dengan bentuk trapesium lebih efektif untuk mengalirkan
aliran yang mana waktu pengalirannya dapat lebih singkat daripada bentuk
lainnya. Penampang dasar pada bentuk trapesium akan lebih kecil daripada
penampang atasnya, sehingga dapat mempercepat waktu pengaliran. Perencanaan
drainase yang akan dibuat memiliki lebar dasar drainase sebesar 77,364 cm
dengan lebar atas drainase sebesar 154,730 cm dan kedalaman 67 cm. Sehingga
drainase tersebut diperkirakan memiliki luas sebesar 7.775,176 cm2.
Semakin curam daerah diatas drainase semakin cepat punya waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai drainase semakin cepat, sehingga menyebabkan
koefisiensi tampungan semakin kecil begitu pula sebaliknya. Dalam perencanaan
aliran pasti akan ditemukan perbandingan antara jumlah air hujan yang mengalir
atau melimpas di permukaan tanah dengan jumlah air hujan yang jatuh dari
atmosfer. Hal ini ialah koefisien pengaliran yang dipengaruhi oleh tipe daerah
aliran. Daerah kecamatan Playen yang digunakan sebagai rencana pembuatan
drainase memiliki karakteristik lahan rerumputan tanah pasir datar 40%,
perumahan suburban 30%, serta daerah ringan 30% yang menyebabkan
kurangnya penyerapan air kedalam tanah dengan koefisien pengaliran total 0,447.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi saluran drainase yaitu faktor
kemiringan lereng, curah hujan, jenis material dan luas daerah. Apabila
kemiringan lereng semakin curam, maka waktu yang diperlukan aliran untuk
menuju saluran drainase akan semakin cepat yang akan berpengaruh pada debit
2021/2022

rencananya. Kemudian faktor curah hujan dapat digunakan untuk menghitung


debit rencana pada saluran drainase yang akan dibuat, sehingga dapat dilakukan
perencanaan saluran drainase yang dapat menampung kelebihan air walaupun
terjadi curah hujan maksimum. Selanjutnya yaitu faktor jenis material, yakni
apabila material di permukaan tanah semakin padat maka debit aliran juga akan
semakin besar karena daya serap air ke tanah semakin berkurang. Terakhir
terdapat faktor luas wilayah yang mempengaruhi saluran drainase, yakni apabila
suatu daerah yang akan dilakukan pembangunan drainase memiliki wilayah yang
luas, maka tampungan air dalam saluran drainase tersebut juga harus besar untuk
menampung lebih banyak debit saluran.
Pengaplikasian mengenai perencanaan sistem pengaliran di bidang teknik
lingkungan yaitu salah satunya untuk mencegah kemungkinan bencana banjir
yang terjadi pada suatu wilayah, dengan melakukan perencanaan drainase dengan
baik maka dapat meminimalisir bencana tersebut. Hal itu karena fungsi utama dari
drainase yakni menampung kelebihan air pada suatu tempat dan menyalurkan air
tersebut menuju tempat tertentu. Contoh dari drainase sudah banyak dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari, seperti selokan yang terdapat di depan rumah-rumah
penduduk untuk mengalirkan air ke tempat tertentu yang sudah disediakan.
Kemudian juga terdapat drainase di areal persawahan yang dibuat oleh petani
untuk mengairi sawah dan meminimalisir adanya banjir di sekitar persawahan.
2021/2022

BAB V
PENUTUP

I. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan mekanika fluida pada acara kedelapan yang berjudul
“Perencanaan Sistem Pengairan” dapat disimpulkan bahwa :
1. Daerah yang dilakukan untuk merencanakan sistem pengaliran berada di
Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta yang
terletak pada koordinat sumbu X = 454000 - 457600 dan sumbu Y = 9127800 -
9131400.
2. Luas daerah pengaliran sebesar 4.181 km2 dengan keadaan topografi didominasi
oleh lereng agak curam.
3. Saluran drainase yang direncanakan berbentuk trapesium dengan kedalaman 67
cm, lebar dasar 77,364 cm dan lebar atas drainase sebesar 154,730 cm cm. Luas
drainase tersebut diperkirakan sebesar 7.775,176 cm2.
4. Faktor yang mempengaruhi perencanaan sistem pengaliran yaitu kemiringan
lereng, curah hujan, jenis material dan luas wilayah.
5. Saluran drainase digunakan untuk meminimalisir potensi bencana banjir dengan
prinsip menampung kelebihan air di permukaan tanah yang kemudian dialirkan
ke suatu tempat tertentu.
II. Saran
1. Sebaiknya saat akan melakukan perencanaan sistem pengaliran harus survey
lokasi terlebih dahulu, supaya mengetahui kondisi wilayah yang akan
dilakukan perencanaan sistem pengalirannya.
2. Sebaiknya saat melakukan perhitungan lebih teliti dan cermat supaya
didapatkan hasil yang lebih akurat.
2021/2022

DAFTAR PUSTAKA
Agustianto, D. A. 2014. Model Hubungan Hujan dan Runoff (Studi Lapangan).
Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan, 2 (2), 215-224.
H.A. Halim Hasmar, 2011. Drainase Terapan. Yogyakarta: UII Press.
Irawan, Bambang A. 2021. Buku Panduan Praktikum Mekanika Fluida.
Yogyakarta :Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN
“Veteran” Yogyakarta
Lantip, Muhammad. 2016. Rekayasa Lingkungan Perencanaan Sistem Drainase.
Samarinda: Universitas Mulawarman.
Moduto. 1998. Drainase Perkotaan Volume I. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Rizkyandi, Ichsan . 2015. Perencanaan Sistem Drainase Di Daerah Aliran
Sungai (Das) Kali Dapur/Otik Sehubungan Dengan Perkembangan Kota
Lamongan . Surabaya: Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
2021/2022

LAMPIRAN
2021/2022

Tabel 8.1 Data Curah Hujan


No Tahun Rmax (Rmax – Rrerata)2
1 2014 190,34 3883,284
2 2015 123,7 18,697
3 2016 83,33 1997, 554
4 1017 131,34 10,996
5 2018 111,41 276,025
Jumlah 640,12 6186,556
2021/2022

Tabel 8.2 Hasil Kemiringan Lereng


No. Zona n JH (m) Slope (%) Warna Keterangan
1. 1a 5 0,004 32% Merah Muda Curam
2. 2a 5 0,004 32% Merah Muda Curam
3. 3a 3 0,002 36,87% Merah Muda Curam
4. 4a 4 0,003 33,69% Merah Muda Curam
5. 5a 5 0,003 39,806% Merah Muda Curam
Rata-rata Zona 1 34,875% Merah Muda Curam
1. 1b 4 0,004 26,565% Jingga Agak Curam
2. 2b 3 0,004 20,556% Jingga Agak Curam
Rata-rata Zona 2 24,562% Jingga Agak Curam
1. 1c 4 0,004 26,565% Jingga Agak Curam
2. 2c 5 0,006 22,62% Jingga Agak Curam
3. 3c 3 0,003 26,565% Jingga Agak Curam
4. 4c 4 0,004 26,565% Jingga Agak Curam
5. 5c 4 0,005 21,801% Jingga Agak Curam
Rata-rata Zona 3 24,823% Jingga Agak Curam
1. 1d 4 0,009 12,529% Kuning Miring
2. 2d 3 0,01 8,531% Kuning Miring
3. 3d 3 0,009 9,462% Kuning Miring
Rata-rata Zona 4 10,174% Kuning Miring

Anda mungkin juga menyukai