Acar 9
Acar 9
ACARA IX
PERENCANAAN SISTEM DRAINASE
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menghitung atau menentukan Debit Rencana (Qr)
dalam perencaaan sistem pengaliran.
2. Mahasiswa mamapu menentukan dimensi saluran atau drainase dalam
perencenaan sistem drainase.
1.2 Dasar Teori
Sistem drainase adalah rangkaian kegiatan yang membentuk upaya
pengaliran air, baik air permukaan (limpasan/run off), maupun air tanah
(underground water) dari suatu daerah atau kawasan.Sistem drainase merupakan
bagian penting pada suatu kawasan perumahan.Suatu kawasan perumahan yang
tertata dengan baik haruslah juga diikuti dengan penataan sistem drainase yang
berfungsi untuk mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan
atau lahan sehingga tidak menimbulkan genangan air yang dapat menganggu
aktivitas masyarakat dan bahkan dapat menimbulkan kerugian sosial ekonomi
terutama yang menyangkut aspek-aspek kesehatan lingkungan permukiman
(Fairizi, 2015).
Dalam Asmorowati, E. T., et al. (2021) dijelaskan bahwa jenis drainase
perkotaan dapat dibedakan berdasarkan sejarah terbentuknya, tempat pengaliran,
fungsi dan jenis salurannya. Menurut sejarah terbentuknya drainase dibagi
menjadi dua macam yaitu:
1. Drainase alami adalah drainase yang terbentuk secara alami tanpa
campur tangan manusia. Contoh dari drainase alami ini adalah sungai-
sungai yang mengalir di tengah perkotaan.
2. Drainase Buatan adalah drainase yang didesain sesuai dengan kaidah
teknis untuk mengalirkan limpasan air hujan maupun air limbah
perkotaan.
Berdasarkan tempat pengalirannya drainase dibagi menjadi dua yaitu:
minimal 10 tahun pengamatan yang diperoleh dari stasiun pencatat curah hujan
terdekat di lokasi perencanaan. Apabila data yang ada kurang dari 10 tahun,
diupayakan melengkapinya dengan data dari stasiun lainnya yang terdekat.
Hujan yang tecatat di stasiun pencatat hujan adalah hujan yang terjadi ditempat
alat pencatat hujan berada, karena intensitas curah hujan sangat bervariasi
terhadap suatu tempat atau kawasan dibutuhkan nilai rata-rata hujan kawasan
dari beberapa stasiun penakar hujan yang ada dalam wilayah tersebut. Hujan
rencana adalah hujan harian maksimum yang akan digunakan untuk menghitung
intensitas hujan, kemudian intensitas ini digunakan untuk mengestimasi debit
rencana.
Menurut Wesli (2008) dalam Abdulgani (2015), Daerah yang memiliki
cekungan dalam menampung air hujan relatif lebih sedikit untuk mengalirkan
air hujan dibandingkan dengan daerah yang tidak memiliki cekungan. Waktu
konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari titik
yang paling jauh pada aliran ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir
suatu saluran. Waktu konsentrasi terdiri dari (i) inlet time, yaitu waktu yang
diperlukan oleh air untuk mengalirkan diatas permukaan tanah menuju
saluran drainase, (ii) conduit time, yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk
mengalirkan disepanjang saluran sampai titik kontrol yang ditentukan di bagian
hilir.
Gambar 9.1 Lintasan Aliran Waktu Inlet Time dan Conduit Time
(Irawan, 2023)
Waktu konsentrasi (Tc) dapat dihitung dengan rumus berikut (Iarawan, 2023) :
Tc = To + Td
dimana:
Tc : Waktu konsentrasi (jam)
To : Inlet time (jam)
Td : Conduit time (jam) `
BAB II
METODOLOGI
Menentukan debit aliran pada saluran drainase (Qs) aliran pada saluran
drainase
BAB III
ISI
3.1 Perhitungan
Diketahui :
1. Skala = 1:20.000
2. IK = 12,5 m
3. Lo = 9,7 cm × 20.000 = 1940 m
4. Li = 46 cm × 20.000 = 9200 m
5. ʋ = 0,60 m/s
6. Koefisien (C)
a. Rerumputan Tanah Gemuk, Datar 2% = 30 %
b. Daerah “Single Family” = 45 %
c. Jalan Beraspal = 25 %
7. Kekasaran Beton (n) = 0,011-0,015
8. Kemiringan Rata-Rata Dasar Saluran (s) = 2 %
Ditanya:
1. Kemiringan Lereng
2. Luas Penampang (A)
3. Inlet time (To)
4. Conduit time (Td)
5. Waktu Konsentrasi (Tc)
6. Koefisien Tampungan (Cs)
7. Koefisien Pengaliran (C)
8. Hujan Rencana
9. Intensitas Curah Hujan (I)
10. Debit Rencana (Qr)
11. Debit Saluran (Qs)
12. Perhitungan Dimensi Saluran
Jawab :
1. Kemiringan Lereng (%)
(n-1) × IK
%Kemiringan = ×
JH × n. skala
a. Zona 1
(5-1 ) × 12,5
%= =83 ,3 % (Merah Tua)
0,0 03 × 2 0 .000
(5-1 ) × 12,5
%= =83 ,3 % (Merah Tua)
0,0 03 × 2 0 .000
(5-1 ) × 12,5
%= =83 ,3 % (Merah Tua)
0,0 03 × 2 0 .000
83 , 3 + 83 , 3 + 83 ,3
Rata-rata = = 83 , 3 % (Merah Tua )
3
b. Zona 2
( 5-1 ) × 12,5
%= =4 1,6 % (Merah Muda)
0, 00 6 × 2 0 .000
( 5-1 ) × 12,5
%= =4 1,6 % (Merah Muda)
0, 00 6 × 2 0 .000
( 5-1 ) × 12,5
%= =4 1,6 % (Merah Muda)
0, 00 6 × 2 0 .000
4 1,6 + 41,6 + 41,6
Rata-rata = = 41, 6 % (Merah Muda)
3
c. Zona 3
( 3 -1 ) × 12,5
%= =9,62 % (Kuning)
0,0 1 3 × 2 0.000
( 3 -1 ) × 12,5
%= =11,36 % (Kuning)
0,0 11 × 2 0 .000
( 3 -1 ) × 12,5
%= =11,36 % (Kuning)
0,0 11 × 2 0 .000
9,62 + 11,36 + 11,36
Rata-rata = = 10,78% (Kuning)
3
83,3 + 41,6 + 10,78
d. So =
3
= 45,226 %
= 0,452
( )
0,77
Lo
T o = 0,0195
√S o
PERENCANAAN SISTEM DRAINASE
Nama : Radif Khiyarul Kiram
NIM : 114220025
Plug : N
2023/2024
( )
0,77
1940
= 0,0195
√0,452
= 9,004 menit
= 0,150 jam
4. Conduit Time (Td)
1 L1
Td = ×
3600 ʋ
1 9200
= ×
3600 0,60
= 4,259 jam
Tc = To + Td
2 Tc
Cs =
2 Tc + T d
2 (4,409)
= = 0,674
2 (4,409) + 4,259
= 30% × ( 0,13+0,17
2 )
= 30% × 0,15
= 0,045
b. Daerah “Single Family”
= 45% × (0,30+0,50
2 )
= 45% × 0,4
= 0,18
c. Jalan Beraspal
= 25% × ( 0,70+0,95
2 )
= 25% × 0,825
= 0,206
Ctotal = 0,045 + 0,18 + 0,206
= 0,431
8. Hujan Rencana
a. Hujan harian tahunan maksimum rata-rata ( R )
Σ Ri
R =
n
117,21 + 103,67 + 120,04 + 112,03 + 114,3
=
5
= 113,45 mm
b. Standar deviasi (Sd)
√
0
2
∑ ( Ri- R )
i=1
Sd =
n-1
√√
( 117,21-113,45 )2 + ( 103,67-113,45 )2
2 2
+ (120,04-113,45 ) + (112,03-113,45 )
2
+ (114,3-113,45 )
=
5-1
14,138+95,648+43,428+2,016+0,723
=
4
= 6,244 mm
c. K
K =-
(
√ 6 0,5772+ ln ln T
π (( T-1 )))
=
−√ 6
π (
0,5772+ ln ln
5
5-1(( )))
= 0,719
d. R24
I=
R 24 24
24
×
t ( ) 2/3
=
117,939 mm
24
×
24
4,409 jam ( )
2/3
= 15,206 mm/jam
= 4,223 × 10-6 m/s
Qr = 0,2748 × C × Cs × I × A
Qs ≥ Qr
( )
2 1
3 1 3 12
1,401 m /s = Y × ( Y )3 × 0,022
√3 0,013 2
2
1,401 m3/s = 1,732 Y2 (76,923× 0,630 Y3 ×0,141 )
8
1,401 m3/s = 11,834 Y 3
( )
3
1,401 8
Y =
11,834
Y = 0,450 m
Y = 45 cm
103,923 + D
3.507,402 cm2 = × 45
2
3.507,402 c m 2 × 2
= 103,923 cm + D
45 cm
D = 155,88 cm – 103,923 cm
D = 51,957 cm
Skala = 4,5 cm : 45 cm
= 1 : 10
3.2 Pembahasan
Praktikum Mekaniku Fluida pada acara ke sembilan yang membahas
mengenai perancangan sistem drainase untuk sistem pengaliran. Praktikum acara
ini bertujuan untuk menghitung atau menentukan debit rencana (Qr), serta
menentukan dimensi saluran atau drainase dalam sistem perencanaan sistem
pengaliran. Perencanaan sistem pengaliran ini berkaitan dengan kondisi aliran air
yang terdapat dipermukaan (air limpasan), salah satu faktor dalam perencanaan
sistem drainase adalah intensitas curah hujan, yang dimana data sekunder yang
digunakan adalah data curah hujan dalam kurun waktu lima tahun (2018-2022).
Peta topografi yang digunakan adalah daerah Kabupaten Banyumas, Provinsi
Jawa Tengah. Titik koordinat pada daerah tersebut adalah X = 295000 – 300000
dan koordinat Y = 9182000 – 9187000. Peta yang digunakan memiliki skala
1:20.000 dengan interval kontur 10m.
Pada praktikum kali ini data curah hujan diambil 5 (lima) tahun dari tahun
2018 hingga 2022. Dengan nilai makximum secara berturut turut adalah 117,21;
103,67; 120,04; 112,03; dan 114,3 dengan jumlahnya adalah 567,61.
Berdasarkan dengan intensitas curah hujan yang ada, dapat digunakan dalam
menganalisis debit rencana yang akan digunakan. Debit rencana merupakan
debit maksimum yang akan dialirkan oleh suatu saluran drainase untuk
mencegah adanya genangan. Debit rencana ini dianalisis dengan perkalian antara
koefisien pengaliran (C), koefisien pengaliran pada praktikum kali ini
menggunakan tiga daerah yaitu daerah rerumputan tanah gemuk datar, daerah
”Single Family”, dan jalan beraspal dengan koefisien pengaliran total sebesar
0,465. Selain koefisien pengaliran digunakan juga koefisien tampungan dengan
nilai sebesar 0,679. Selanjutnya menggunakan Intensitas curah hujan dengan
nilai sebesar 5,414 x 10-6 m/s dan luas limpasan sebesar 4.118.400 m2. Sehingga
didapatkan besaran debit rencana 1,934 m 3 /s yang dapat diartikan sebagai debit
maksimum yang dapat ditampung sebesar 1,934 m 3 /s
Dimensi pada saluran drainase menggunakan skala proyeksi yang sudah
didapatkan. Skala yang digunakan merupakan hasil dari Y gambar : Y
perhitungan dimana Y gambar 5,35 cm dan Y perhitungan adalah 53,5 cm
sehingga didapatkan skala proyeksinya sebesar 1 : 10. Skala ini digunakan dalam
mencari lebar puncak (T), Lebar dasar, dan kedalaman yang akan digambarkan
pada proyeksi di mm blok. Pada keadaan di lapangan dimensi drainase yang
akan digunakan adalah lebar puncak sebesar 123,552 cm , lebar dasarnya =
61,777 cm, dan memiliki kedalaman 53,5 cm. Sedangkan pada gambar proyeksi
di mm blok didapatkan dimensi lebar puncak sebesar 12,355 cm, lebar dasarnya
6,177 cm, dan memiliki kedalaman sebesar 5,35 cm. Drainase yang digunakan
merupakan drainase dengan bentuk trapesium sehingga semua dimensi yang
didapatkan digunakan dalam membentuk drainase dengan bentukan trapesium.
Perencanaan saluran drainase harus direncanakan untuk dapat melewatkan
suatu debit rencana dengan aman atau tidak mengalami overload sehingga tidak
terdapat genangan. Perencanaan harus diawali dengan mengamati kemiringan
lereng atau topografi dari daerah yang akan dibuat drainase, hal ini dilakukan
untuk dapat diperhitungkan agar drainase dapat bertahan lama. Selain topografi
hal-hal yang perlu diperhatikan lagi adalah penggunaan lahan dan data curah
hujan selama kurang lebih 5 tahun. Setelah melakukan pengamatan terhadap
faktor-faktor tersebut lalu menganalisis debit rencana dan menentukan profil
memanjang dan melintang suatu saluran. Profil dari sebuah saluran juga perlu
mengetahui bentukan apa yang cocok digunakan pada daerah tersebut, bentukan
saluran ini mengacu pada tujuan dibuatnya suatu saluran. Perhitungan dari inlet
time dan conduit time juga perlu dipertimbangkan hal ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa cepat aliran air menuju ke saluran drainase (inlet time) dan
seberapa cepat suatu aliran dari hulu drainase ke titik tertentu dari saluran
drainase (conduit time) hal ini berguna dalam memperkirakan banjir atau
overload dari saluran yang akan dibuat. Perencanaan ini dapat dikatakan suksess
jika debit maksimum yang akan dialirkan saluran tersebut memiliki nilai yang
lebih kecil dari dimensi saluran.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Mekanika Fluida pada acara ke sembilan yang
berjudul Perencanaan Sistem Drainase yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan perhitungan atau penentuan yang telah dilakukan pada
perkalian penetapan, koefisien pengaliran, koefisien tampungan, intensitas
curah hujan dan luas limpasan. Maka didapatkan nilai debit rencana (Qr)
sebesar 1,934 m 3 /s .
2. Dimensi saluran atau drainase yang digunakan adalah berbentuk trapesium,
karena bentuk ini lebih efektif dalam mengalirkan aliran di mana waktu
yang diperlukan dalam pengaliran saluran ini lebih singkat dari bentuk
lainnya. Dimensi saluran yang direncanakan berdasarkan perhitungan
memiliki keinggian = 53,5 cm, luas 4957,562 cm2 dengan lebar puncak
123,552 cm , lebar dasar 61,777 cm.
4.2 Saran
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kesalahan atau
kekurangan pada praktikum acara ke sembilan ini adalah :
1. Praktikan harus teliti dalam melakukan perencanaan sistem drainase,
perhitungan yang dibutuhkan dan bentuk drainase.
2. Sebaiknya dalam melakukan perencanaan sistem drainase diperlukan
ketelitian dan keterampilan dalam melaksanakan pembuaran drainase ini.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN