Anda di halaman 1dari 3

III.

Pembahasan

Debit aliran dapat didefinisikan merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis
proses yang terjadi di lapangan (Aidi dan Arief, 2011). Selain itu, debit aliran juga dapat
didefinisikan sebagai laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang
melintang sungai per satuan waktu. Satuan debit yang digunakan adalah meter kubik per detik
(m3/s) (Asdak, 2007). Pengukuran debit aliran ini sangat penting, dikarenakan dapat mengetahui
bagaimana memonitor dan mengevaluasi sumber daya air di kawasan tersebut. Debit aliran ini
juga merupakan suatu bentuk respon dari karakteristik DAS, Karakteristik DAS maupun hujan
setiap daerah yang berbeda akan memberikan respon hidrologis yang berbeda pula (Soewarno,
1991). Hal ini direpresentasikan dalam bentuk debit aliran dan hidrograf aliran. Pemodelan debit
aliran atau aliran permukaan menjadi kajian yang penting untuk analisis masalah lingkungan
(Wanielista, 1990). Terdapat beberapa pendekatan yang dikembangkan untuk perhitungan debit
aliran, yaitu pendekatan empiris dan fisik. Metode rasional merupakan salah satu pendekatan
empiris. Metode rasional cocok digunakan untuk luas area yang relatif sempit dengan luas
kurang dari 81 Ha (Dumairy, 1992). Keterbatasan dari metode ini hanya cocok untuk digunakan
pada area yang sempit. Metode ini telah lama dikembangkan, yaitu sejak 1850-an (Bedient &
Huber, 1988).
Debit aliran sendiri dapat berasal dari beberapa sumber air, diantaranya Aliran
permukaan atas, aliran permukaan bawah, dan aliran permukaan langsung (Susilowati, 2007).
Selain itu, terdapat beberapa pengaruh yang signifikan terhadap debit aliran seperti faktor
topografi, tanah, hutan, non hutan, dan intensitas curah hujan (Wahid, 2009).
Sedangkan, debit suspensi adalah bagian dari sedimen yang bergerak melayang dalam
air, yang terbawa oleh aliran air (Simamora, 2020). Prinsip dari penghitungan debit suspensi ini
yaitu, kecepatan diukur dengan current meter dan luas penampang basah ditetapkan berdasarkan
pengukuran kedalaman air dan lebar permukaan air. Kedalaman dapat diukur dengan mistar
pengukur, kabel atau tali (Badaruddin, 2021).
Hasil pengamatan yang dilakukan di Sungai Babarsari pada Sabtu, 14 Mei 2022 pada
pukul 08.00 WIB pada 3 lokasi mempunyai perbedaan debit suspensi. Diperoleh tabel
perbandingan sebagai berikut :

Lokasi Q Current Meter Q Apung (m2/s) Hasil Suspensi Hasil Suspensi


(m2/s) Current (ton/hari) Apung (ton/hari)

1 1,8491 1,7118 0,1598 0,1479

2 47,1539 8,2668 4074,0972 714,25208

3 0,002930915 -0,0287079 0,2532 -2,4804


Dari data yang diperoleh, hasil paling tertinggi terdapat pada lokasi kedua dan yang
paling rendah berada di lokasi ketiga. Ada beberapa faktor yang dapat mengurangi keakuratan
data hasil pengamatan seperti terbatasnya peralatan yang tersedia sehingga dalam penentuan titik
pengamatan terhambat oleh arus yang besar, permukaan dasar sungai yang tidak beraturan
menyebabkan ketidaktelitian dalam penghitungan kedalaman air. Namun demikian, jika
dibandingkan dengan hasil pengamatan dengan metode apung, metode current meter lebih teliti
terbukti dengan hasil pengamatan yang jauh lebih kecil. Selain itu juga penggunaan alat yang
cukup baik dapat menghindari berbagai kesalahan dalam pengukuran dibandingkan dengan
metode apung (Risdiyana dan Yuli, 2018).

IV. Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil dari pembahasan yang telah didapatkan, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Debit aliran dapat didefinisikan merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis
proses yang terjadi di lapangan. Selain itu, debit aliran juga dapat didefinisikan sebagai
laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang
sungai per satuan waktu.
2. Debit suspensi adalah bagian dari sedimen yang bergerak melayang dalam air, yang
terbawa oleh aliran air.
3. Terdapat beberapa pengaruh yang signifikan terhadap debit aliran seperti faktor
topografi, tanah, hutan, non hutan, dan intensitas curah hujan.
4. Pengukuran debit aliran ini sangat penting, dikarenakan dapat mengetahui bagaimana
memonitor dan mengevaluasi sumber daya air di kawasan tersebut.

V. Daftar Pustaka

Asdak C, 2007, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.

Badaruddin, B., Kadir, S., & Nisa, K. (2021). Hidrologi Hutan.

Bedient, P. B., & W. C. Huber. (1988). Hydrology and Floodplain Analysis. Addison-Wesley
Publishing Company , 360-364.

Dumairy. (1992). Ekonomika Sumberdaya Air Pengantar ke Hidrolika. Yogyakarta: BPFE


Offset.

Finawan, A., & Mardiyanto, A. (2011). Pengukuran debit air berbasis mikrokontroler AT89S51.
Jurnal litek, 8(1), 28-31.
Risdiyana, S., & Yuli, P. (2018). Perbandingan Pengukuran Debit Sungai dengan Metode
Pelampung Dan Current Meter. PTLR-BATAN 2019. ISSN 0852-2979.

Simamora, J. H., Kadir, S., & Badaruddin, B. (2020). Debit Air dan Muatan Suspensi Sub DAS
Banyuirang DAS Maluka Kalimantan Selatan. Jurnal Sylva Scientiae, 3(2), 263-273.

Soewarno. (1991). Hidrologi Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai. Bandung: Nova.

Susilowati. (2007). Analisis hidrograf aliran sungai dengan adanya beberapa bending kaitannya
dengan konservasi air [tesis]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Wahid, A. (2009). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi debit Sungai Mamasa. SMARTek,
7(3).

Wanielista, M. (1990). Hydrology and Water Quantity Control. New York: John Wiley and.

Anda mungkin juga menyukai