Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

DEBIT DAN EFISIENSI

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Irigasi

Terpadu) Dosen Pengampu : Dr. Sumiyati, S.TP., M.P.

Disusun Oleh Kelompok I:

Ida Ayu Kusuma Tri Handayani 2010531004

Ni Kadek Tia Putri Ana 2010531006

Anastasia Nara Br Perangin angin 2010531010

Hyacintha Dinda Septiana Putri 2010531024

Rhyo Safrilistyo 1910531033

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2023
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Irigasi adalah suatu upaya pengelolaan dan penyediaan air untuk menunjang
kebutuhan pertanian (Wijaya. B.R., 2019). Pengaturan irigasi dengan cara yang tepat adalah
suatu keharusan agar pengelolaan air irigasi dapat dimanfaatkan secara maksimal. Definisi
lain dari irigasi menurut Sosrodarsono dan Takeda (2003) yaitu penyaluran air yang
diperlukan untuk pertumbuhan tanaman ke tanah yang diolah dan mendistribusinya secara
sistematis ke petak sawah. Penyaluran air irigasi ke petak-petak sawah disesuaikan dengan
kebutuhan dimana besarnya kebutuhan air bervariasi sesuai keadaan. Penyaluran air irigasi
tersebut merupakan salah satu rangkaian proses yang terjadi dalam kegiatan pertanian.
Efisiensi penyaluran menjadi aspek dasar dalam kegiatan penyaluran air irigasi (Darajat dkk,
2017) dan menjadi faktor penentu utama dari sistem kerja jaringan irigasi (Rahayu dkk,
2017). Efisiensi irigasi adalah angka perbandingan dari jumlah air irigasi nyata yang
terpakai untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang keluar dari pintu
pengambilan (intake). Pemberian air irigasi secara tepat dan efisien berarti air yang
diberikan tidak berlebihan ataupun kekurangan. Pemahaman mengenai perhitungan debit
dan efisiensi air serta faktor- faktor yang berpengaruh diperlukan sebagai dasar upaya
pemberian distribusi/penyaluran air irigasi yang efisien dan tepat jumlahnya sesuai
kebutuhan.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami cara mengukur debit air dengan metode pelampung dan alat yang
digunakan
2. Mampu melakukan perhitungan debit dan efisiensi pengaliran
3. Mengetahui parameter serta faktor yang mempengaruhi efisiensi serta debit pada
sistem irigasi

1.3. Manfaat
Manfaat dilakukannya praktikum ini adalah mahasiswa paham cara mengukur debit air
dengan metode pelampung dan peralatan yang digunakan; paham mengenai perhitungan debit
dan efisiensi pengaliran; dan mengetahui baik parameter maupun faktor yang mempengaruhi
efisiensi serta debit pada sistem irigasi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Saluran terbuka merupakan saluran dimana air mengalir dengan muka air bebas. Aliran
saluran terbuka (open channels flow) di bawah pengaruh gravitasi, dimana air mengalir dari
tempat yang tinggi ketempat yang lebih rendah. Debit adalah suatu koefisien yang
menyatakan banyaknya air yang mengalir melalui penampang melintang tertentu atau dari
suatu sumber per satuan waktu, biasanya diukur dalam satuan liter/detik atau dapat juga
m3/detik. Upaya memenuhi kebutuhan air pengairan, debit air harus lebih cukup untuk
disalurkan ke saluran yang telah disiapkan (Dumairy, 1992 dalam Pradipta, A. G. 2019).
Debit juga dapat diartikan sebagai ukuran banyaknya volume air yang dapat lewat dalam
suatu tempat atau yang dapat di tampung dalam suatu tempat tiap satu satuan waktu.

Pengukuran debit merupakan kegiatan yang paling penting dalam operasi irigasi karena
debit menunjukkan kinerja pengelolaan irigasi seperti kecukupan, kemerataan, ketepatan
waktu, dan sebagainya. Pengukuran debit dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan
besaran debit aliran pada suatu saluran. Pada dasarnya pengukuran debit adalah pengukuran
luas penampang dan kecepatan aliran. Rumus umum yang biasa digunakan yaitu (Soewarno,
1991).

Q=A×V

Dimana:

Q = debit (m3/detik)

A = luas bagian penampang saluran (m2)

V = kecepatan aliran rata-rata saluran (m/detik).

Debit aliran air dapat diukur, salah satunya yaitu menggunakan metode pelampung. Metode
pelampung merupakan pengukuran global kecepatan aliran dilakukan dengan mengukur
waktu pelampung melewati jarak yang terukur (Seyhan, 1990 dalam Lathifah. A. N., 2016)

Efisiensi penyaluran (Conveyance efficiency) adalah efisiensi di saluran utama yakni


primer dan sekunder dari bendung sampai ke sadap tersier atau perbandingan antara jumlah
air yang sampai di areal irigasi (petak persawahan) terhadap jumlah air yang dialirkan dari
bangunan sadap. Efisiensi penyaluran dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni (a) kehilangan
rembesan, (b) ukuran grup inlet yang menerima air irigasi lewat satu inlet pada sistem petak
tersier, dan (c) lama pemberian air dalam grup inlet (Akbarudin dan Sudirman, 2014). Selain
itu, efisiensi pengaliran juga dipengaruhi oleh kondisi jaringan irigasi, bangunan dan
salurannya; kehilangan air banyak terjadi waktu pengaliran, baik karena penguapan maupun
peresapan dan penyadapan air secara liar pada saluran sekunder dan primer guna dialirkan
secara langsung ke petak persawahan. Efisiensi penyaluran dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut.

Ed = (Q2 / Q1) × 100%

Dimana:

Q2 = jumlah air yang sampai di lahan (hilir)

Q1 = jumlah air yang diambil dari sumber air (hulu)

Besarnya nilai efisiensi irigasi ini dipengaruhi oleh jumlah air yang hilang selama di
perjalanan. Besarnya kehilangan air dapat terjadi pada saluran pembawa, mulai dari bendung
sampai petak sawah. Kehilangan air tersebut disebabkan karena penguapan, perkolasi,
kebocoran, dan sadap liar. Berdasarkan Direktorat Jenderal Pengairan (1986) dalam Andriani
Asarah Bancin, D. S. (2015), standarisasi efisiensi penyaluran yang masih tergolong baik
untuk jaringan irigasi teknis yaitu sebesar 50% - 60%.
III. METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Kegiatan praktikum ini dilaksanakan secara berkelompok di Bendung Tungkub, Br.


Dinas Umabian, Peken, Kabupaten Tabanan, Bali pada Sabtu, 8 April 2023 pukul 08.30 -
11.00 WITA.
3.2. Alat dan Bahan

1. Rollmeter/meteran
2. Pelampung
3. Stopwatch
4. Alat Tulis
5. Kamera handphone
3.3. Prosedur Pelaksanaan
1. Alat dan bahan praktikum telah siap.
2. Telah dipilih saluran terbuka yang lurus dan seragam dengan panjang 12,5 m (L).
3. Lempar pelampung dan ukur waktu yang diperlukan pelampung untuk melintas
dari titik hulu ke hilir sepanjang 12,5 m (L) tersebut. Pengulangan pengukuran
waktu dilakukan sebanyak 5x. Perhitungan waktu dilakukan pada saat pelampung
stabil kira-kira ± 5 detik setelah dilepas.
4. Catat hasil pengukuran waktu dan panjang saluran.
5. Ukur tinggi muka air dan dimensi bangunan ukur.
6. Catat hasil pengukuran tinggi muka air dan dimensi bangunan ukur.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data debit aliran merupakan dasar yang digunakan sebagai bahan analisis dalam
menentukan nilai efisiensi distribusi (Rahayu dkk, 2019). Efisiensi penyaluran air irigasi
adalah kemampuan saluran untuk mengalirkan air yang dapat dihitung dengan cara
membandingkan debit inflow dan outflow pada saluran irigasi dan hasil dinyatakan dalam
bentuk persen (Wirosoedarmo dkk, 2018) sehingga digunakan data debit hulu dan debit hilir.
Debit hulu dan hilir dapat dihitung dengan cara mengkalikan luas penampang dan kecepatan
alirannya. Pada pelaksanaan praktikum ini, data pengukuran bagian hulu merupakan data
primer dan data pengukuran bagian hilir merupakan data sekunder. Berikut pengukuran dan
perhitungan debit pada bagian hulu dan hilir saluran Bendung Tungkub.

I. Hulu
 Panjang saluran yang diukur (L) = 12,5 meter
 Data Waktu Pelampung untuk melintasi saluran sepanjang L (12,5
meter) Tabel 1. Waktu Pelampung untuk Melintasi Saluran Bagian
Hulu

Ulangan Waktu Pelampung (t)

1 14,39
2 13,57
3 13,11
4 15,17
5 14,16
Rata-rata 14,08
(Sumber: Hasil Perhitungan)
 Data Bangunan
- c1 = c2 = 0,35 meter
- c1 + b + c2 = 3,5 meter
- b = 2,5 meter
- a1 = a2 = 0,75 meter

- Sisi miring = √c12 + a12


= √0,352 + 0,752

= √0,1225 + 0,5625
= √0,685
= 0,83 meter

3,5 meter

0,35 meter 0,35 meter


A1 A3
A2

0,75 meter 0,75 meter

2,5 meter
Gambar 1. Ukuran Penampang Saluran Bagian Hulu

 Kecepatan Aliran (V)


L
V=
t
12,5 m
=
14,08 s
= 0,89 m/s
 Luas Penampang Saluran (A)
A = A1 + A2 + A3
1 1
= ( × 0,35 m × 0,75 m) + (2,5 m × 0,75 m) + ( × 0,35 m × 0,75 m)
2 2
= 0,131 m2 + 1,875 m2 + 0,131m2
= 2,137 m2
 Debit Air pada hulu (Q1)
Q1 = A × V
= 2,137 m2 × 0,89 m/s
= 1,901 m3/s

II. Hilir
 Panjang saluran yang diukur (L) = 15 meter
 Data Waktu Pelampung untuk melintasi saluran sepanjang L (15 meter)
Tabel 2. Waktu Pelampung untuk Melintasi Saluran Bagian Hilir

Ulangan Waktu Pelampung (t)

1 15,90
2 16,15
3 16,00
4 15,97
5 16,06
Rata-rata 16,016
(Sumber: Hasil Perhitungan)
 Data Bangunan
- c1 = c2 = 0,23 meter
- c1 + b + c2 = 2,6 meter
- b = 2,14 meter
- a1 = a2 = 0,70 meter

- Sisi miring = √c12 + a12


= √0,232 + 0,702
= √0,0529 + 0,49
= √0,5429
= 0,74 meter

2,6 meter

0,23 meter 0,23 meter


A1 A3
A2

0,70 meter 0,70 meter

2,14 meter

Gambar 2. Ukuran Penampang Saluran Bagian Hilir


 Kecepatan Aliran (V)
L
V=
t
15 m
=
16,016 s
= 0,94 m/s
 Luas Penampang Saluran (A)
A = A1 + A2 + A3
1 1
× 0,23 m × 0,70 m) + (2,14 m × 0,70 m) + ( × 0,23 m × 0,70 m)
=( 2
2
= 0,0805 m + 1,498 m + 0,0805 m
2 2 2

= 1,659 m2
 Debit Air pada hilir (Q2)
Q1 = A × V
= 1,659 m2 × 0,94 m/s
= 1,559 m3/s

Berdasarkan hasil perhitungan debit aliran diatas didapatkan debit hulu sebesar 1,901
m3/s dan debit hilir sebesar 1,559 m3/s. Pengukuran debit aliran tersebut menggunakan
metode apung yaitu salah satu metode yang dapat dijadikan cara untuk mengukur debit aliran
yang mempunyai beberapa faktor menghambat atau memperlancar aliran air pada saluran.
Faktor- faktor tersebut yaitu faktor umum seperti angin dan curah hujan serta faktor khusus
yang berupa material atau bahan terlarut terbawa aliran, batuan dan tumbuhan yang ada pada
dasar ataupun tepi saluran, serta ada atau tidaknya turbulensi. Dalam menggunakan metode
pelampung ini pengukuran yang dilakukan pada bagian sungai yang relative lurus akan lebih
efektif dalam melakukan pengukuran karena akan memperoleh aliran air yang relative stabil.
Namun pada pengukuran praktikum ini kurang ideal karena panjang penggal bagian hulu
yang diukur hanya 12,5 meter sedangkan idealnya panjang penggal yang diukur adalah 20
meter – 50 meter (Lathifah, A.N., 2016).

Adanya data debit hulu dan hilir, selanjutnya dapat dilakukan perhitungan efisiensi
penyaluran air. Efisiensi penyaluran merupakan aspek dasar dalam kegiatan penyaluran air
irigasi (Darajat dkk, 2017). Berikut perhitungan efisiensi penyaluran/distribusi air (Ed)
berdasarkan data hulu dan hilir diatas.
Q2
Ed = ( ) × 100%
Q1
1,559 m3/s
=( ) × 100%
1,901 m3/s
= 0,82 × 100%
= 82%

Berdasarkan hasil analisis data diatas didapatkan nilai efisiensi penyaluran air sebesar
82%, dimana efisiensi tersebut tergolong baik untuk jaringan irigasi teknis sesuai dengan
standarisasi efisiensi penyaluran oleh Direktorat Jenderal Pengairan (1986) yaitu sebesar 50%
- 60%. Angka persen efisiensi tersebut dapat ditingkatkan lebih tinggi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi efisiensi penyaluran air yaitu kehilangan rembesan, lama pemberian air dalam
grup inlet, dan ukuran grup inlet yang menerima air irigasi lewat satu inlet pada sistem petak
tersier (Akbarudin dan Sudirman, 2014). Kehilangan air selain rembesan, secara teori juga
disebabkan oleh evaporasi dan kegiatan eksploitasi. Kehilangan air akibat rembesan dan
evaporasi pada umumnya relatif kecil jika dibandingkan dengan kehilangan air akibat
eksploitasi, sehingga pemberian air di bangunan pengambilan harus lebih besar dari
kebutuhan air sawah (Triatmodjo. B, 2014).
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Debit air merupakan parameter penting dalam sistem irigasi yang mempengaruhi
distribusi air, efisiensi penggunaan air, dan hasil pertanian. Efisiensi penggunaan air dalam
irigasi sangat penting untuk mencapai pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan. Hasil
pengukuran praktikum dan perhitungan didapatkan debit hulu (Q1) sebesar 1,901 m3/s dan
debit hilir (Q2) sebesar 1,559 m3/s, serta efisiensi debitnya didapatkan 82% dimana efisiensi
penyaluran/distribusi air tersebut tergolong baik. Faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi
penyaluran/distribusi air yaitu adanya evaporasi, perkolasi, dan rembesan.

5.2. Saran

Saran untuk pelaksanaan praktikum selanjutnya yaitu dilakukan juga pengukuran debit
aliran air menggunakan flowmeter / current meter untuk dijadikan perbandingan; dan
dilakukan pengukuran debit aliran air pada bagian hilir juga.
DAFTAR PUSTAKA
Akbaruddin dan Sudirman. 2014. Studi Efisiensi Penyaluran Air Pada Jaringan Irigasi
Pekkabata Kabupaten Pinrang. Skripsi Jurusan Sipil Pengairan: Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Andriani Asarah Bancin, D. S. 2015. Efisiensi Penyaluran Air Irigasi BKA Kn 16 Lam Raya
Daerah Irigasi Krueng Aceh. Jurnal Rona Teknik Pertanian, 25.
Darajat, A. R. U., Nurrochmad, F., dan Jayadi, R. 2017. Analisis Efisiensi Saluran Irigasi di
Daerah Irigasi Boro Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Junral INERSIA,
8 (2), 154-166.
Lathifah, Aisyah Nurul. 2016. Mengukur Debit Aliran dengan Metode Apung. Laporan
Praktikum Hidrologi: Universitas Negeri Yogyakarta.
Pradipta, A. G. 2019. Pengukuran Debit Saluran Terbuka. Workshop Pengelolaan Irigasi Di
Kabupaten Bantul Dengan Peserta Petugas Operasi Bendung. Yogyakarta: Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
Rahayu, A. D., Amri, K., dan Besperi, B. 2019. Analisis Efisiensi Penyaluran Air Irigasi
Kawasan Kemumu Kabupaten Bengkulu Utara (Tinjauan saluran sekunder). Inersia,
Jurnal Teknik Sipil, 9(1), 9-14.
Sosrodarsono, S. dan Takeda, K. 2003. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: Pradnya
Paramita.
Triatmodjo, Bambang. 1993. Hidrolika II. Yogyakarta: Beta Offset.
Wijaya. B.R. 2019. Bab II Tinjauan Pustaka. Diakses melalui link
http://eprints.itenas.ac.id/885/6/05.pdf pada 24 April 2023.
Wirosoedarmo, R., Rahadi, B., dan Laksmana, S.I. 2018. Evaluasi Efisiensi Saluran
Terhadap Debit Aliran Air pada Jaringan Irigasi Purwodadi Magetan, Jawa Timur.
Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 3(3), 16-25.
LAMPIRAN DOKUMENTASI KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai