Anda di halaman 1dari 43

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mekanika fluida adalah suatu ilmu yang mempelajari perilaku fluida baik dalam
keadaan diam (static) maupun bergerak (dynamic). Ilmu ini berkembang sebagai suatu

disiplin ilmu dari aplikasi hukum-hukum klasik dari hidrostatika,hidrodinamika dan


termodinamika untuk situasi dimana air dianggap sebagai suatu media yang

berkesinambungan, serta mempunyai kekentalan dan kemampuan yang sangat kecil,


sehingga pada kondisi tertentu dapat di anggap zat cair yang ideal.

Hidrostatika merupakan ilmu yang mempelajari tentang suatu cairan atau zat cair
dalam keadaan diam. Sedangkan hidrodinamika merupakan ilmu yang mempelajari

tentang hukum-hukum zat cair yang bergerak.

Hukum-hukum yang digunakan merupakan konservasi dari massa, volume, waktu,


gaya, energi dalam kegunaannyapada hukum-hukum tersebut. Fluida merupakan suatu

zat aliran yang peka terhadap tegangan geser dan tidak ada pemisah massa dalamnya.
Mekanika fluida di kembangkan berdasarkan hukum-hukum mekanika dan

termodinamika.

Pratikum mekanika fluida yang dilakukan meliputi mengukur debit aliran air tentang

kecepatan benda bergerak pada aliran saluran terbuka, percobaan alat peraga bernoulli
tentang aliran air melalui berbagai ukuran diameter pipa bundar, percobaan osborne

reynold tentang sifat aliran laminar, transisi dan turbulen, percobaan orfice and jet
apparatus tentang kecepatan aliran air yang mengalir dari lubang yang berdiameter

serta jenis yang berbeda-beda, percobaan losses in bends and fittings tentang aliran
pada tipe pipa yang bebeda-beda.

1|Page
B. TUJUAN PERCOBAAN
BAB 1. Mengukur Debit Aliran Air

 Mengamati kecepatan benda yang mengalir dengan tinggi basah yang


berbeda-beda.

 Menghitung debit aliran dengan kecepatan yang berbeda-beda

BAB 2. Menghitung Aliran Melalui Lubang

 Mengamati aliran air pada lubang yang berdimeter dan jenis yang

bebeda.
 Menghitung debit aliran air melalui lubang

BAB 3. Percobaan Alat Peraga Bernoulli

Untuk menyelidiki keabsahan teori bernoulli yang dipakai guna mengkaji

aliran air melalui berbagai ukuran diameter pipa bundar.

BAB 4. Percobaan Osborne Reynolds

 Mengamati dan mengklasifikasikan sifat aliran air secara visual

berdasarkan pola gerak zat warna tinta dalam aliran.


 Menghitung dan mengklasifikasikan sifat aliran secara teoritis

berdasarkan bilangan Reynolds.


 Membandingkan apakah terdapat kesesuaian antara pengamatan secra

teoritis (perhitungan).

BAB 5. Kekurangan Energi dalam Pipa

Untuk mengetahui besarnya kehilangan tekanan yang terjadi pada lekukan –

lekukan (siku, siku standard, siku lekuk menengah, siku lekuk panjang),
perubahan ukuran penampang pipa dan katup.

2|Page
MENGHITUNG DEBIT ALIRAN
1.1. DEFINISI DEBIT
Debit adalah suatu koefesien yang menyatakan banyaknya air yang mengalir dari
suatu sumber persatuan waktu, biasanya diukur dalam satuan liter per/detik, untuk
memenuhi keutuhan air pengairan, debit air harus lebih cukup untuk disalurkan ke
saluran yang telah disiapkan. Ada juga yang mengartikan debit adalah satuan besaran
air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Satuan debit yang digunakan dalam
system satuan SI adalah meter kubik per detik (m3/s).

Istilah debit biasanya berkaitan dengan air, aliran dan sungai. Debit air adalah
ukuran banyaknya volume air yang dapat lewat dalam suatu tempat atau yang dapat di
tampung dalam sutau tempat tiap satu satuan waktu. Debit aliran adalah jumlah air
yang mengalir dalam satuan volume per waktu. Debit air sungai adalah tinggi
permukaan air sungai yang terukur oleh alat ukur permukaan air sungai. Dari beberapa
pengertian diatas sebenarnya membahas satu hal yang sama yaitu jumlah air yang
ditampung.

Selain debit air, debit aliran dan debit air sungai terdapat juga debit yang diberi
nama debit andalan. Debit andalan adalah debit maksimum yang dapat digunakan
untuk irigasi. Penghitungan debit andalan bertujuan agar dapat mengoptimalkan
sumber air yang digunakan sebagai irigasi.

1.2. TUJUAN PERCOBAAN


Tujuan praktikum ini adalah melatih mahasiswa agar dapat mengukur debit
dalam suatu aliran sungai atau saluran dan mengetahui seberapa banyak air yang

mengalir pada suatu sungai dan seberapa cepat air tersebut mengalir dalam waktu satu
detik .

3|Page
1.3. ALAT YANG DIGUNAKAN

Multi purpose teaching flume Alat ukur panjang (Meteran Taraf)

Stop watch Alat Tulis (Buku/Pena)

Bola

4|Page
1.4. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Catat panjang dan lebar model saluran terbuka menggunakan meteran taraf.
2. Hidupkan mesin multi purpose teaching flume.

3. Putar handle keran pompas sehingga air mengalir kedalam model saluran terbuka
dan tunggu sampai aliran air benar-benar stabil agar tidak terjadi kesalahan dalam

penghitungan data.
4. Setelah aliran stabil, hitung tinggi air (H) menggunakan meteran taraf maupun

mistar ukur.
5. Letakan bola plastik pada permukan air dan biarkan hanyut sejauh 3,75 m.

6. Catat waktu yang dibutuhkan bola untuk hanyut sejauh 3,75 m.

1.5. TABEL HASIL PERCOBAAN

Lebar Aliran (L) Jarak (d) Tinggi Air (t)


Titik Percobaan (m)
(m) (m)

Titik Percobaan 1 0,3 3,75 0,074

Titik Percobaan 2 0,3 3,75 0,084

Titik Percobaan 3 0,3 3,75 0,088

RATA-RATA PERHITUNGAN WAKTU ( T )


Titik Percobaan 1 Titik Percobaan 2 Titik Percobaan 3
Pengulangan (s)
(s) (s)

Pengukuran 1 4,18 3,93 3,73

Pengukuran 2 3,93 4,00 4,19

Pengukuran 3 4,00 4,00 3,92

Rata-rata 4,03 3,97 3,94

5|Page
1.6. PERHITUNGAN
A. Titik Percobaan 1

I. Perhitungan Luas Penampang ( A )

Luas Penampang (A) merupakan hasil perkalian antara lebar aliran (L) saluran/
aliran dengan kedalaman rata-rata (H) saluran/aliran.

A = L Aliran x Tinggi Air


Dimana:
A = Luas Penampang (m²)
L = Lebar aliran(m)
t = Tinggi Air (m)

Penyelesaian:
A = 0,3 m x 0,074 m
= 0,022 m²

II. Perhitungan Kecepatan ( V )

Kecepatan (V) adalah hasil pembagian antara panjang saluran/aliran (P) dibagi
dengan waktu rata-rata (T).

𝐏
V=
𝐓 𝐫𝐚𝐭𝐚−𝐫𝐚𝐭𝐚

Dimana:
V = Kecepatan (m/s)
P = Panjang Saluran (m)
T rata-rata = Waktu rata-rata (s)

Penyelesaian:
𝟑,𝟕𝟓 𝐦
V=
𝟒,𝟎𝟑 𝐝𝐞𝐭𝐢𝐤
= 0,93 m/s

6|Page
III. Perhitungan Debit Air ( Q )

Debit air (Q) merupakan hasil perkalian antara luas penampang (A)

saluaran/aliran dengan kecepatan (V) aliran air.

Q=AxV
Dimana:
Q = Debit Aliran (m³/ )
A = Luas Penampang (m²)
V = Kecepatan (m/s)

Penyelesaian:
Q = 0,022 m² x 0,93 m/s
= 0,023 m³/s

B. Titik Percobaan 2

I. Perhitungan Luas Penampang ( A )

Luas Penampang (A) merupakan hasil perkalian antara lebar aliran (L) saluran/
aliran dengan kedalaman rata-rata (H) saluran/aliran.

A = L Aliran x Tinggi Air


Dimana:
A = Luas Penampang (m²)
L = Lebar aliran(m)
t = Tinggi Air (m)

Penyelesaian:
A = 0,3 m x 0,084 m
= 0,025 m²

II. Perhitungan Kecepatan ( V )

Kecepatan (V) adalah hasil pembagian antara panjang saluran/aliran (P) dibagi
dengan waktu rata-rata (T).
𝐏
V=
𝐓 𝐫𝐚𝐭𝐚−𝐫𝐚𝐭𝐚

7|Page
Dimana:
V = Kecepatan (m/s)
P = Panjang Saluran (m)
T rata-rata = Waktu rata-rata (s)

Penyelesaian:
𝟑,𝟕𝟓 𝐦
V=
𝟑,𝟗𝟕 𝐝𝐞𝐭𝐢𝐤
= 0,94 m/s

III. Perhitungan Debit Air ( Q )

Debit air (Q) merupakan hasil perkalian antara luas penampang (A)
saluaran/aliran dengan kecepatan (V) aliran air.

Q=AxV
Dimana:
Q = Debit Aliran (m³/ )
A = Luas Penampang (m²)
V = Kecepatan (m/s)

Penyelesaian:
Q = 0,025 m² x 0,94 m/ s
= 0,024 m³/ s

C. Titik Percobaan 2

I. Perhitungan Luas Penampang ( A )

Luas Penampang (A) merupakan hasil perkalian antara lebar aliran (L) saluran/
aliran dengan kedalaman rata-rata (H) saluran/aliran.

A = L Aliran x Tinggi Air


Dimana:
A = Luas Penampang (m²)
L = Lebar aliran(m)
t = Tinggi Air (m)

8|Page
Penyelesaian:
A = 0,3 m x 0,088 m
= 0,026 m²

II. Perhitungan Kecepatan ( V )

Kecepatan (V) adalah hasil pembagian antara panjang saluran/aliran (P) dibagi
dengan waktu rata-rata (T).
𝐏
V=
𝐓 𝐫𝐚𝐭𝐚−𝐫𝐚𝐭𝐚

Dimana:
V = Kecepatan (m/s)
P = Panjang Saluran (m)
T rata-rata = Waktu rata-rata (s)

Penyelesaian:
𝟑,𝟕𝟓 𝐦
V=
𝟑,𝟗𝟒 𝐝𝐞𝐭𝐢𝐤
= 0,95 m/s

III. Perhitungan Debit Air ( Q )

Debit air (Q) merupakan hasil perkalian antara luas penampang (A)

saluaran/aliran dengan kecepatan (V) aliran air.

Q=AxV
Dimana:
Q = Debit Aliran (m³/ )
A = Luas Penampang (m²)
V = Kecepatan (m/s)

Penyelesaian:
Q = 0,026 m² x 0,95 m/s
= 0,025 m³/s

9|Page
1.7. KESIMPULAN
Dari praktikum pengukuran debit aliran air sungai dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :

 Debit adalah satuan besaran air yang keluar dari daerah aliran
 Pemanfaatan debit aliran dapat dimanfaatkan untuk irigasi, mengerakan turbin,
sebagai sarana transportasi dan lain sebagainya.
 Debit aliran dapat dipengaruhi oleh fakor Intensitas hujan, penggundulan hutan,
pengalihan hutan menjadi lahan pertanian, intersepsi, evaporasi dan
evapotraspirasi serta masih banyak faktor yang lainnya.
 Hasil dari praktikum yang kami lakukan selisihnya tidak terlalu besar yang dapat
dilihat dari hasil debit yang ada yaitu :
 Q1 = 0,93 m/s x 0,022 m2
= 0,020 m3/s
 Q1 = 0,94 m/s x 0,025 m2
= 0,024 m3/s
 Q1 = 0,95 m/s x 0,026 m2
= 0,025 m3/s

10 | P a g e
MENGHITUNG ALIRAN MELALUI LUBANG
2.1. DEFINISI ALIRAN MELALUI LUBANG
Suatu lubang adalah bukaan pada dinding atau dasar tangki dimana zat cair
mengalir melaluinya. Lubang tersebut bisa perbentuk segi empat, segitiga atau
punlingkaran. Menurut ukurannya lubang dapat dibedakan menjadi lubang kecil dan
besar.

Pada lubang besar, apabila sisi atas dari lubang tersebut berada di atas
permukaan air di dalam tangki, maka bukaan tersebut dikenal dengan peluap.Peluap ini
berfungsi sebagai alat ukur debit aliran dan banyak digunakan sebagai pada jaringan
irigasi

Kedalaman zat cair di sebelah hulu diukur dari sumbu lubang disebut dengan
tinggi energi (head) H. Pada aliran melalui lubang atau peluap, tinggi energy bisa tetap
atau berubah karena adanya aliran keluar. Apabila tinggi energy stabil maka aliran
adalah mantap (steady),sedangkan jika energy berubah maka aliran adalah tidak mantap
(unsteady).

2.2. TUJUAN PERCOBAAN


Tujuan praktikum ini adalah melatih mahasiswa agar dapat mengukur dan

Mendapatkan besaran koefisien kecepatan aliran melalui lubang kecil.

2.3. ALAT YANG DIGUNAKAN

Satu set Orifice And Jet Apparatus Meja hidrolika yang berisi air

11 | P a g e
Stop watch Tabung air

Alat Tulis (Buku/Pena) Alat ukur panjang (Pengaris)

4 Tipe Lubang

12 | P a g e
2.4. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menempatkan alat pada saluran tepi hidrolika. Pipa aliran masuk dihubungkan
dengan suplai hidrolika pipa lentur dari pipa pelimpah diarahkan ke tangki air

meja hidrolika.
2. Mengatur kaki penyangga sehingga alat terletak horizontal dan arah aliran diatur

juga sedemikian rupa sehingga menjadi sebidang dengan jajaran jarum pengukur.
3. Menyelipkan selembar kertas pada papan dibelakang jajaran jarum dan semua

jarum dinaikkan untuk membebaskan lintasan air yang menyembur. Digunakan


lempeng berlubang yang pertama, yaitu berdiameter 8 mm siku.

4. Menaikkan pipa pelimpah dan katup pengatup aliran dibuka air dialirkan masuk
kedalam tangki utama.

5. Mengatur katup pengatur aliran sedemikian rupa, hingga air persis melimpah
lewat pipa pelimpah dan tidak ada gelombang pada permukaan tangki utama.

6. Mencatat tinggi tekanan tangki utama.


7. Mengatur posisi 8 jarum sampai tidak menyentuh air yang melintas untuk

mendapatkan bentuk lintasan aliran yang menyembur. Dan memberi tanda posisi
ujung Pada jarum.

8. Mengulangi percobaan untuk setiap perbedaan tinggi tekanan pada tangki utama.
9. Mengganti lempeng berlubang dengan diameter yang lain yaitu D = 8 mm
(Serong), D = 4 mm (Siku), D = 4 mm (Serong) , kemudian ulangi langkah
sebelumnya.

10. Menentukan letak X dan Y dari setiap titik percobaan

13 | P a g e
2.5. TABEL HASIL PERCOBAAN

Xn (m)
No. Xn (m)
Titik 1 (m) Titik 2 (m) Titik 3 (m) Titik 4 (m)

1 0 0 0 0 0
2 0,07 0,052 0,050 0,055 0,052
3 0,14 0,075 0,070 0,080 0,072
4 0,21 0,117 0,102 0,120 0,097
5 0,28 0,168 0,149 0,170 0,134
6 0,35 0,245 0,206 0,240 0,180
7 0,42 0,320 0,275 0,325 0,240
Tinggi Air (H) 0,240 0,240 0,300 0,295

RATA-RATA PERHITUNGAN WAKTU ( T )

Pengulangan Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

Pengukuran 1 10,6 10,1 46,27 36,5

Pengukuran 2 10,7 9,6 46,12 34,5

Pengukuran 3 10,5 9,4 46,63 34,5

Rata-rata 10,6 9,7 46,34 35,17

2.6. PERHITUNGAN
Dasar-dasar teori
𝑉
Perhitungan debit Q= atau Q = A.V
𝑡

Perhitungan Luas Penampang A = ¼ π D2


𝑄
Perhitungan kecepatan V = 𝐴 atau V =√2𝑔𝐻

A. Titik Percobaan 1

 Menentukan koefisien kecepatan (Cv)

14 | P a g e
 Kecepatan aliran air melauli lubang secara teoritis:
V =√2𝑔𝐻
=√2. (9,81). (0,24)
=√4,709
= 2,170 m/s
 Kecepatan aliran air melalui vena kontrakta menurut kondisi (Vc(i))
𝑋𝑛√𝑑
Vci =
√2𝑦𝑚

0,07√9,81 0,22
Vc2 = = = 0,681 m/s
√2.0,052 0,323

0,14√9,81 0,44
Vc3 = = = 1.137 m/s
√2.0,075 0,387

0,21√9,81 0,66
Vc4 = = = 1,360 m/s
√2.0,117 0,484

0,28√9,81 0,88
Vc5 = = = 1,517 m/s
√2.0,168 0,580

0,35√9,81 1,10
Vc6 = = = 1,571 m/s
√2.0,245 0,700

0,42√9,81 1,31
Vc7 = = = 1,638 m/s
√2.0,320 0,800

Perhitungan selanjutnya untuk kecepatan aliran air keluar melalui


vena ditabelkan:

No. Vcn (m/s)


1 0
2 0,681
3 1,137
4 1,360
5 1,517
6 1,571
7 1,638
∑Vci 7,904
Kecepatan aliran air vena Kontrakta (Vc)

15 | P a g e
∑Vci
Vc =
𝑛
7,904
=
7
= 1,129 m/s
Vc 1,129
Cv = = = 0,520
𝑉 2,170

 Menentukan Luas Penampang (m2)

A = ¼πD2
= ¼. (3,14) . (0.008)2
= 5,024 x 10-5 m2

 Menghitung Debit (m3/s)

Q=V.A
= (2,170) . (5,024 x 10-5)
= 1,090 x 10-4 m3/s

Volume = 1 x 10-3 m3
Volume
Qc =
𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
1 x 10¯³
Qc = = 9.434 x 10-5 m3/s
10,6
𝑄𝑐 9.434 x 10¯⁵
Cd = = = 0,87
𝑄 1.090 x 10¯⁴
𝐶𝑑 0,87
Cc = = = 1,67
𝐶𝑣 0,52

B. Titik Percobaan 2

 Menentukan koefisien kecepatan (Cv)

 Kecepatan aliran air melauli lubang secara teoritis:


V =√2𝑔𝐻
=√2. (9,81). (0,24)
=√4,709 = 2,170 m/s
 Kecepatan aliran air melalui vena kontrakta menurut kondisi (Vc(i))

16 | P a g e
𝑋𝑛√𝑑
Vci =
√2𝑦𝑚

0,07√9,81 0,22
Vc2 = = = 0,696 m/s
√2.0,050 0,316

0,14√9,81 0,44
Vc3 = = = 1,176m/s
√2.0,070 0,374

0,21√9,81 0,66
Vc4 = = = 1,460m/s
√2.0,102 0,452

0,28√9,81 0,88
Vc5 = = = 1,612m/s
√2.0,149 0,546

0,35√9,81 1,10
Vc6 = = = 1,713m/s
√2.0,206 0,642

0,42√9,81 1,31
Vc7 = = = 1,765m/s
√2.0,275 0,742

Perhitungan selanjutnya untuk kecepatan aliran air keluar melalui


vena ditabelkan:

No. Vcn (m/s)


1 0
2 0,696
3 1,176
4 1,460
5 1,612
6 1,713
7 1,765
∑Vci 8,423

Kecepatan aliran air vena Kontrakta (Vc)


∑Vci
Vc =
𝑛
8,423
=
7
= 1,203 m/s

17 | P a g e
Vc 1,203
Cv = = = 0,555
𝑉 2,170

 Menentukan Luas Penampang (m2)

A = ¼πD2
= ¼. (3,14) . (0.008)2
= 5,024 x 10-5 m2

 Menghitung Debit (m3/s)

Q=V.A
= (2,170) . (5,024 x 10-5)
= 1,090 x 10-4 m3/s

Volume = 1 x 10-3 m3
Volume
Qc =
𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
1 x 10¯³
Qc = = 1,031 x 10-4 m3/s
9,7
𝑄𝑐 1,031 x 10¯⁴
Cd = = = 0,95
𝑄 1.090 x 10¯⁴
𝐶𝑑 0,95
Cc = = = 1,72
𝐶𝑣 0,55

C. Titik Percobaan 3

 Menentukan koefisien kecepatan (Cv)

 Kecepatan aliran air melauli lubang secara teoritis:


V =√2𝑔𝐻
=√2. (9,81). (0,30)
=√5,886
= 2,426 m/s
Kecepatan aliran air melalui vena kontrakta menurut kondisi (Vc(i))
𝑋𝑛√𝑑
Vci =
√2𝑦𝑚

0,07√9,81 0,22
Vc2 = = = 0,663 m/s
√2.0,055 0,332

18 | P a g e
0,14√9,81 0,44
Vc3 = = = 1,100 m/s
√2.0,080 0,400

0,21√9,81 0,66
Vc4 = = = 1,347 m/s
√2.0,120 0,490

0,28√9,81 0,88
Vc5 = = = 1,509 m/s
√2.0,170 0,583

0,35√9,81 1,10
Vc6 = = = 1,587 m/s
√2.0,240 0,693

0,42√9,81 1,31
Vc7 = = = 1,625 m/s
√2.0,325 0,806

Perhitungan selanjutnya untuk kecepatan aliran air keluar melalui


vena ditabelkan:

No. Vcn (m/s)


1 0
2 0,663
3 1,100
4 1,347
5 1,509
6 1,587
7 1,625
∑Vci 7,832

Kecepatan aliran air vena Kontrakta (Vc)


∑Vci
Vc =
𝑛
7,832
=
7
= 1,119 m/s
Vc 1,203
Cv = = = 0,461
𝑉 2,426

19 | P a g e
 Menentukan Luas Penampang (m2)

A = ¼πD2
= ¼. (3,14) . (0.004)2
= 1,256 x 10-5 m2

 Menghitung Debit (m3/s)

Q=V.A
= (2,426) . (1,256 x 10-5)
= 3.047 x 10-5 m3/s

Volume = 1 x 10-3 m3
Volume
Qc =
𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
1 x 10¯³
Qc = = 2,158 x 10-5 m3/s
46,34
𝑄𝑐 2,158 x 10¯⁵
Cd = = = 0,708
𝑄 3.047 x 10 ¯⁵
𝐶𝑑 0,708
Cc = = = 1,536
𝐶𝑣 0,461

D. Titik Percobaan 4

 Menentukan koefisien kecepatan (Cv)

 Kecepatan aliran air melauli lubang secara teoritis:


V =√2𝑔𝐻
=√2. (9,81). (0,295)
=√5,788
= 2,406 m/s
 Kecepatan aliran air melalui vena kontrakta menurut kondisi (Vc(i))
𝑋𝑛√𝑑
Vci =
√2𝑦𝑚

0,07√9,81 0,22
Vc2 = = = 0,681 m/s
√2.0,052 0,323

0,14√9,81 0,44
Vc3 = = = 1.137 m/s
√2.0,075 0,387

20 | P a g e
0,21√9,81 0,66
Vc4 = = = 1,500 m/s
√2.0,097 0,440

0,28√9,81 0,88
Vc5 = = = 1,699 m/s
√2.0,134 0,518

0,35√9,81 1,10
Vc6 = = = 1,830 m/s
√2.0,180 0,600

0,42√9,81 1,31
Vc7 = = = 1,890 m/s
√2.0,240 0,693

Perhitungan selanjutnya untuk kecepatan aliran air keluar melalui


vena ditabelkan:

No. Vcn (m/s)


1 0
2 0,681
3 1,137
4 1,500
5 1,699
6 1,830
7 1,890
∑Vci 8.737

Kecepatan aliran air vena Kontrakta (Vc)


∑Vci
Vc =
𝑛
8,737
=
7
= 1,248 m/s
Vc 1,248
Cv = = = 0,519
𝑉 2,406

 Menentukan Luas Penampang (m2)

A = ¼πD2
= ¼. (3,14) . (0.004)2
= 1,256 x 10-5 m2

21 | P a g e
 Menghitung Debit (m3/s)

Q=V.A
= (2,406) . (1,256 x 10-5)
= 3.022 x 10-5 m3/s

Volume = 1 x 10-3 m3
Volume
Qc =
𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
1 x 10¯³
Qc = = 2,843 x 10-5 m3/s
35,17
𝑄𝑐 2,843 x 10¯⁵
Cd = = = 0,941
𝑄 3,022 x 10 ¯⁵
𝐶𝑑 0,941
Cc = = = 1.813
𝐶𝑣 0,519

2.7. KESIMPULAN
 Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan diperoleh nilai Cd, Cv dan Cc yang
nilainya bervariasi tergantung dari besarnya nilai x dan y, serta debit aliran.
 Semakin besar nilai x dan maka nilai Cc akan ikut bertambah besar, sedangkan
nilai Cv akan semakin kecil.
 Dari praktek di atas didapatkan bahwa koefisien pengeluaran/debit aliran setiap
diameter pipa itu berbeda.
 Pipa dengan Lubang bertepi siku dengan diameter = 8 mm
Koefisien pengeluaran/debit nya yaitu 1,670.
 Pipa dengan Lubang bertepi sorong dengan diameter = 8 mm
Koefisien pengeluaran/debit nya yaitu 1,720
 Pipa dengan Lubang bertepi siku dengan diameter = 4 mm
Koefisien pengeluaran/debit nya yaitu 1,536
 Pipa dengan Lubang bertepi serong dengan diameter = 4 mm
Koefisien pengeluaran/debit nya yaitu 1,813.

22 | P a g e
ALAT PERAGA BERNOULLI
3.1. DEFINISI BERNOLLI
Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam MEKANIKA FLUIDA yang

menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan fluida akan
menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut.

Prinsip ini sebenarnya merupakan penyederhanaan dari Persamaan Bernoulli yang

menyatakan bahwa jumlah energi pada suatu titik di dalam suatu aliran tertutup sama
besarnya dengan jumlah energi di titik lain pada jalur aliran yang sama. Prinsip ini

diambil dari nama ilmuwan Belanda/Swiss yang bernama DANIEL BERNOULLI.

3.2. TUJUAN PERCOBAAN


Untuk mengetahui keabsahan teori Bernoulli yang dipakai guna mengkaji aliran
air melalui berbagai ukuran diameter pipa bundar.

3.3. ALAT YANG DIGUNAKAN

Satu set Orifice And Jet Apparatus Meja hidrolika yang berisi air

23 | P a g e
Stop watch Tabung air

3.4. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Menempatkan alat peraga Bernoulli pada posisi mendatar diatas meja hidrolika
dengan cara di waterpuss kaki alat peraga tersebut menggunakan alat ukur penyipat

datar
2. Menghubungkan pipa pemberi air dari meja hidrolika ke pipa air masuk pada alat

peraga Bernoulli
3. Mengisi tangki atau tabung manometer dengan air secara perlahan untuk

membuang kantong udara dalam system


4. Pengisian air dilakukan dengan membuka katup pemasukan pada meja hidrolika dan

dua buah katub kendali pada alat peraga Bernoulli


5. Mengatur kedua katup kendali yaitu pada meja alat peraga Bernoulli secara

bersamaan guna memperoleh kombinasi besar debit aliran dan tekanan system
dimana setiap level air pada tabung manometer dapat terbaca. Artinya level air

tertinggi pada tabung manometer tidak melebihi nilai pembacaan max dan level air
terendah pada tabung manometer masih dapa terbaca

6. Mencatat hstat untuk 6 buah penampang pada pipa venturi melalui tabung tabung
manometer
7. Mencatat htot untuk 6 buah penamang pada pipa venture melalui alat pemantau

24 | P a g e
(probe) yang digerakan ke penampangan yang diukur

8. Mengukur alat besar debit aliran air untuk selang waktu tertentu dengan bantuan
alat tangki volumetric pada meja hidrolika

3.5. TABEL HASIL PERCOBAAN

Tinggi Aliran (H) Diameter (D)


Pipa
(m) (m)

P1 0,360 0,0284

P2 0,350 0,0225

P3 0,240 0,0140

P4 0,290 0.0172

P5 0,320 0.0242

P6 0,330 0,0284

RATA-RATA PERHITUNGAN WAKTU ( T )


Waktu (T)
Pengulangan (s)

Pengukuran 1 4,3

Pengukuran 2 4,4

Pengukuran 3 4,2

Rata-rata 4,3

3.6. PERHITUNGAN
Dasar-dasar teori
𝑉
Perhitungan debit Q= atau Q = A.V
𝑡

Perhitungan Luas Penampang A = ¼ π D2

25 | P a g e
𝑄
Perhitungan kecepatan V = 𝐴 atau V =√2𝑔𝐻

Perhitungan Tekanan P = ρ.g.h

A. Titik Percobaan

I. Menentukan Luas Penampang (A)

Keterangan : A = Luas penampang (m2)


D = Diameter (m)
A = ¼πD2
A1 = ¼πD2
= ¼. (3,14) . (0,0284)2
= 6,332 x 10-4 m2
A2 = ¼πD2
= ¼. (3,14) . (0,0225)2
= 3,974 x 10-4 m2
A3 = ¼πD2
= ¼. (3,14) . (0,0140)2
= 1,539 x 10-4 m2
A4 = ¼πD2
= ¼. (3,14) . (0,0172)2
= 2,322 x 10-4 m2
A5 = ¼πD2
= ¼. (3,14) . (0,0242)2
= 4,597 x 10-4 m2
A6 = ¼πD2
= ¼. (3,14) . (0,0284)2
= 6,332 x 10-4 m2

II. Menghitung Debit (Q)

Volume = 1 x 10-3 m3
Volume
Q=
𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
1 x 10¯³
Q = = 2,326 x 10- 4 m3/s
4,3

26 | P a g e
III. Menentukan Kecepatan Terhadap Luas Penampang (V)

Keterangan : Q = Debit (m3/s)

A = Luas Penampang (m2)


Q
V=
𝐴
2,326 x 10¯⁴
V1 = = 0,367 m/s
6,332 x 10¯⁴
2.326 x 10¯⁴
V2 = = 0,585 m/s
3,974 x 10¯⁴
2,326 x 10¯⁴
V3 = = 1,511 m/s
1,539 x 10¯⁴
2,326 x 10¯⁴
V4 = = 1,002 m/s
2,322 x 10¯⁴
2,326 x 10¯⁴
V5 = = 0,506 m/s
4,597 x 10¯⁴
2,326 x 10¯⁴
V6 = = 0,368 m/s
6,322 x 10¯⁴

IV. Menentukan kecepatan Terhadap Tekanan (Vmeas)

Keterangan : H = Tinggi Tekanan (m)

g = Percepatan Gravitasi (m/s)

Vmeas =√2𝑔𝐻

V1 =√2𝑔𝐻
=√2. (9,81). (0,360)
=√7.063
= 2,658 m2/s
V2 =√2𝑔𝐻
=√2. (9,81). (0,350)
=√6.867
= 2,621 m2/s

27 | P a g e
V3 =√2𝑔𝐻
=√2. (9,81). (0,240)
=√4.709
= 2,170 m2/s
V4 =√2𝑔𝐻
=√2. (9,81). (0,290)
=√5.690
= 2,385 m2/s
V5 =√2𝑔𝐻
=√2. (9,81). (0,320)
=√6.278
= 2,506 m2/s
V5 =√2𝑔𝐻
=√2. (9,81). (0,330)
=√6.475
= 2,545 m2/s

V. Menentukan Tekanan (P)

Keterangan : g = Percepatan Gravitas (m3/s)

H = Tinggi Tekanan (m2)


Ρ = 1000 (kg/m3)

P = ρ.g.H

P1 = ρ.g.h
= 1000. (9,81) . (0,360)
= 3531,6 kg m2/s
P2 = ρ.g.h
= 1000. (9,81) . (0,350)
= 3433,5 kg m2/s
P3 = ρ.g.h
= 1000. (9,81) . (0,240)
= 2354,4 kg m2/s
P4 = ρ.g.h
= 1000. (9,81) . (0,290)
= 2844,9 kg m2/s

28 | P a g e
P5 = ρ.g.h
= 1000. (9,81) . (0,320)
= 3139,2 kg m2/s
P6 = ρ.g.h
= 1000. (9,81) . (0,330)
= 3237,3 kg m2/s
3.7. KESIMPULAN
Berikut adalah hasil dari perhitungan percobaan alat peraga bernoulli

H D A Q V Vmeas P
Pipa
(m) (m) (m2) (m3/s) (m/s) (m2/s) (kg m2/s)

P1 0,360 0,0284 6,332 x 10-4 2,326 x 10-4 0,367 2,658 3531,6

P2 0,350 0,0225 3,974 x 10-4 2,326 x 10-4 0,585 2,621 3433,5

P3 0,240 0,0140 1,539 x 10-4 2,326 x 10-4 1,511 2,170 2354,4

P4 0,290 0.0172 2,322 x 10-4 2,326 x 10-4 1,002 2,385 2844,9

P5 0,320 0.0242 4,597 x 10-4 2,326 x 10-4 0,506 2,506 3139,2

P6 0,330 0,0284 6,332 x 10-4 2,326 x 10-4 0,368 2,545 3237,3

Dari hasil percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :

 Tinggi level manometer di setiap pipa tidak sama karena perbedaan luas
penampang pipa yang dialiri oleh air. Hal ini mempengaruhi kecepatan dan debit
air yang melalui penampang pipa dengan luas berbeda-beda tersebut
 Dari hasil perhitungan terhadap hasil percobaan dapat dibuktikan keabsahan
teori Bernouli dan persamaanya pada sistem percobaan aliran konvergen atau
aliran divergen. Zat cair yang dialirkan ke alat peraga akan dipercepat dibagian
pipa konvergen. Hal ini mengakibatkan nilai kecepatan fluida dalam leher pipa
manometer akan lebih besar.
 Kurangnya pengaturan dalam input air yang menyebabkan kecepatan aliran air
dengan probe lebih lambat dibandingkan dengan tidak menggunakan probe.

29 | P a g e
ALAT PERAGA OSBORNE REYNOLD
4.1. DEFINISI REYNOLDS
Osbourne Reynold digunakan untuk mengamati aliran fluida pada pengaliran dalam

pipa/aliran tertekan sifat aliran fluida dalam pipa dapat dibedakan menjadi :

1) Aliran laminer : aliran fluida yang bergerak dalm lapisan-lapisan atau lamina
lamina dengan suatu lapisan meluncur secara lancar pada lapisan yang

bersebelahan dengan saling tukar momentum secara moleculer saja.

2) Aliran transisi : aliran peralihan dari laminar menjadi turbulen atau dari turbulen

menjadi laminer.

3) Aliran turbulen : bergerak dengan gerakan partikel-partikel fluida yang sangat


tidak menentu dengan saling tukar momentum dalan arah melintang yang

dahsyat.

Pada dasarnya jenis aliran yang terjadi pada percobaan Osborne Reynolds

dipengaruhi oleh kecepatan aliran air terhadap waktu dan volume dimana akan
didapatkan bilangan Reynolds. Bilangan Reynold mengambil nama dari penelitinya.

Prof.Osbourne Reynold (Inggris, 1812-1912), adalah suatu bilangan yang dipakai untuk
menentukan jenis aliran : laminar, transisi, atau turbulen.

Pada percobaan ini aliran yang diamati terdiri atas dua komponen yaitu air dan tinta.
Sifat-sifat aliran akan diamati secara visual untuk kemudian diselidiki besaran-besaran

yang berhubungan. Dari percobaan ini diharapkan dengan melihat indikasi dengan zat
pewarna tinta kita bisa melihat model aliran yang disebabkan oleh besarnya pengaruh

arus terhadap keadaan zat tersebut.Pada dasarnya peristiwa yang teramati dalam

percobaan ini adalah merupakan efek dari besar arus dalam debit tertentu dan waktu
tertentu

30 | P a g e
4.2. TUJUAN PERCOBAAN
 Mengamati dan mengklasifikasi sifat aliran secara visualisasi berdasar pola gerak
warna tinta dalam air .

 Menghitung dan mengklasifikasi sifat aliran secara teoritis berdasarkan bilangan


Reynold.

 Membandingkan apakah terdapat kesesuaian antara pengamatan secara visual


dengan pengamatan secara perhitungan

4.3. ALAT YANG DIGUNAKAN

Satu set Orifice And Jet Apparatus Meja hidrolika yang berisi air

Stop watch Tabung air 500 ml Tabung air 500 ml

31 | P a g e
4.4. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menempatkan alat peraga diatas meja hidrolika, kemudian mengatur posisi alat
sampai pada kedudukan mendatar

2. Menghubungkan pipa air masuk dengan pemberi air dari meja hidrolika
3. Mengisi reservoir cairan dengan zat warna, lalu menempatkannya diatas tangki

penenang
4. Menurunkan jarum sehingga ujungnya tepat berada di mulut corong pipa

pengamatan bagian atas


5. Membuka katup pemasukan dan membiarkan aliran air memasuki tangki

penenang, usahakan level muka air dalam tangki konstan dengan cara
membiarkan air dalam tangki penenang selama 5 menit kemudian ukur

temperatur dengan menggunakan termometer


6. Buka katup kendali aliran secara pelahan dan biarkan aliran melalui pipa

pengamatan secara lambat lalu suntikkan zat warna dengan membuka katup
kendali jarum injektor.

7. Tentukan nilai debit aliran melalui pipa pengamatan dengan cara menampung
aliran air kedalam gelas ukur selama selang waktu tertentu sambil mengamati

lintasan zat warna dalam pipa pengamatan.


8. Tingkatkan debit air secara perlahan sehingga menimbulkan gelombang lintasan
warna didalam pipa pengamatan.
9. Mengulangi prosedur 6 dan 7 dengan mengubah debit aliran dari besar ke kecil,

melakukan pengamatan dan menentukan jenis aliran pada setiap perubahan

debit tersebut.

10. Untuk mengetahui bentuk profil kecepatan, menurunkan jarum injektor dalam
keadaan tanpa aliran lalu meneteskan zat warna kedalam air membuka katup
kendali aliran dan melakukan pengamatan terhadap gerakan tetesan zat warna
tersebut
32 | P a g e
4.5. TABEL HASIL PERCOBAAN

Klasifikasi Waktu Volume Diameter Viskositas


Visual (s) (ml) (m) (ms/s)

Percobaan 500 0,01 1,3 x 10-6


50,9
Laminer
Percobaan 500 0,01 1,3 x 10-6
26,2
Transisi
Percobaan 500 0,01 1,3 x 10-6
19,9
Turbulen

4.6. PERHITUNGAN
Dasar-dasar teori
𝑉
Perhitungan debit Q= atau Q = A.V
𝑡

Perhitungan Luas Penampang A = ¼ π D2


𝑄
Perhitungan kecepatan V = 𝐴 atau V =√2𝑔𝐻

A. Titik Percobaan

I. Menghitung Debit (m3/s)

Volume = 1 x 10-3 m3
Volume
Q=
𝑡
 Debit Laminer

1 x 10¯³
Q = = 1,965 x 10- 5 m3/s
50,9

 Debit Transisi

1 x 10¯³
Q = = 3,817 x 10- 5 m3/s
26,2

33 | P a g e
 Debit Turbulen

1 x 10¯³
Q = = 5,025 x 10- 5 m3/s
19,9

II. Menentukan Luas Penampang (m2)

Keterangan : A = Luas penampang (m2)


D = Diameter (m)
A = ¼πD2
A = ¼πD2
= ¼. (3,14) . (0,01)2
= 7,850 x 10-5 m2

III. Menentukan Kecepatan Aktual (m/s)

Keterangan : Q = Debit (m3/s)

A = Luas Penampang (m2)


Q
V=
𝐴
 Kecepatan Laminer

1,965 x 10¯⁵
V = = 0,250 m/s
7,850 x 10¯⁵

 Kecepatan Transisi

3,817 x 10¯⁵
V = = 0,486 m/s
7,850 x 10¯⁵

 Kecepatan Turbulen

5,025 x 10¯⁵
V = = 0,640 m/s
7,850 x 10¯⁵

34 | P a g e
 Perhitungan Bilangan Reynold untuk aliran Laminer ( Re<2000)

Keterangan : Re = Bilangan Reynol

V = Kecepatan (m/s)

D = Diameter (m)

v = Viskositas (ms/s)
𝑉𝑥𝐷
Re =
𝑣
0,250 x 0,01
Re = = 1923,1
1,3 x 10¯⁶

 Perhitungan Bilangan Reynold untuk aliran Transisi ( 2000<Re<4000)

Keterangan : Re = Bilangan Reynol

V = Kecepatan (m/s)

D = Diameter (m)

v = Viskositas (ms/s)
𝑉𝑥𝐷
Re =
𝑣
0,486 x 0,01
Re = = 3738,5
1,3 x 10¯⁶

 Perhitungan Bilangan Reynold untuk aliran aliran Turbulen ( Re>4000)

Keterangan : Re = Bilangan Reynol

V = Kecepatan (m/s)

D = Diameter (m)

v = Viskositas (ms/s)
𝑉𝑥𝐷
Re =
𝑣
0,640 x 0,01
Re = = 4923,1
1,3 x 10¯⁶

35 | P a g e
IV. Perhitungan Froude (F)

Keterangan : F = Bilangan Froude F = 1 ( Kritis )

g = Percepatan Gravitasi (m/s) F < 1 ( Subkritis )

D = Diameter (m) F > 1 ( Superkritis)

V = Kecepatan (m/s2)
V
V=
√𝑔𝑥𝐷

 Kecepatan Laminer

0,250
V = = 0,798 ( Subkritis )
√9,81 𝑥 0.01
 Kecepatan Transisi

0,486
V = = 1,552 ( Superkritis )
√9,81 𝑥 0.01
 Kecepatan Turbulen

0,640
V = = 2,043 ( Superkritis )
√9,81 𝑥 0.01
Bilangan Klasifikasi Bilangan Keterengan
Asumsi Awal
Reynolds Teori Froud
Percobaan
1923,1 Laminer 0,798 Subkritis
Laminer

Percobaan
3738,5 Transisi 1,552 Superkritis
Transisi

Percobaan
4923,1 Turbulen 2,043 Superkritis
Turbulen

36 | P a g e
4.7. KESIMPULAN
Berdasarkan data-data percobaan dan pembahasan di atas, maka dapat diambil
kesimpulan :

 Semakin besar debit maka semakin besar pula Bilangan Reynolds, dan Besar
kecilnya Bilangan Reynolds dapat digunakan untuk menentukan jenis-jenis aliran.
 Pada perhitungan percobaan ini didapatkan hasil sebagai berikut :
 Aliran Laminer dengan Re = 1923,
 Aliran Transisi dengan Re = 3738,5
 Aliran Turbulen dengan Re = 4923,1
 Pada percobaan ini terlihat perbedaan jenis visual aliran dengan hasil
perhitungan.

37 | P a g e
KEKURANGAN ENERGI DALAM PIPA
5.1. DEFINISI KEKURANGAN ENERGI DALAM PIPA
Kerugian dalam pipa adalah untuk mengatasi kerugian-kerugian yang terdiri atas

kerugian gesek di dalam pipa-pipa, dan kerugian di dalam belokan-belokan, reduser,


katup-katup, dan sebagainya. Dalam keadaan turbulen, peralihan atau laminar untuk

aliran dalam pipa (saluran tertutup), telah dikembangkan persamaan kerugian oleh
Henry Darcy dan Julius Weishbach. Kerugian energy per satuan berat fluida dalam

pengaliran cairan dalam system perpipaan disebut kerugian head

5.2. TUJUAN PERCOBAAN


Untuk mengetahui besarnya kehilangan tekanan yang terjadi pada lekukan –
lekukan (siku, siku standard, siku lekuk menengah, siku lekuk panjang), perubahan

ukuran penampang pipa dan katup.

5.3. ALAT YANG DIGUNAKAN

Seperangkat alat peraga Kerugian – Meja hidrolika yang berisi air

kerugian dalam pipa sa

38 | P a g e
Stop watch Tabung air

5.4. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Menentukan alat peraga pada posisi mendatar diatas meja hidrolika.
2. Menghubungkan pipa pemberi air dan meja hidrolika ke pipa air masuk pada alat

peraga.
3. Menghubungkan tabung tabung manometer dengan titik titik pada rangkaian pipa

alat peraga yang diinginkan diukur besar tekanan nya.


4. Menutup katup pengendali air pada alat peraga dengan cara membuka katup

pemasukkan pada meja hidrolika


5. Membuka katup pengendali air pada alat peraga secara perlahan sehingga

didapatkan besar debit liran air sesuai yang di inginkan


6. Secara bersamaan mengatur kedua katip pada tabung-tabung manometer guna

mendapatkan besar tekanan sistem dimana setiap level air pada tabung manometer
dapat terbaca. Artinya level air tertinggi pada tabung manometer tidak melebihi

nilai pembacaan maksimal dan level air terendah pada tabung manometer masih
dapat terbaca.

7. Mencatat besar setiap level air pada tabung manometer untuk setiap titik yang
diukur.

39 | P a g e
8. Mengukur besar debit aliran untuk selang waktu tertentu dengan bantuan alat

tangki volumetrik pada meja hidrolika


9. Ulangi langkah langkah di atas untuk besar debit aliran yang berbeda-beda

sebanyak 2 kali.

5.5. TABEL HASIL PERCOBAAN


Volume Waktu h1 h2
NO Jenis Pipa
(m3) (s) (mm) (mm)

1 Pipe Elbow 1 x 10-3 17,35 270 265

2 Rounded Pipe Elbow 1 x 10-3 17,35 245 235

3 Tight Radius Pipe Bend 1 x 10-3 16,90 255 225

4 Large Radius Pipe Bend 1 x 10-3 17,37 240 225

5.6. PERHITUNGAN
Dasar-dasar teori
𝑉
Perhitungan debit Q= atau Q = A.V
𝑡

Perhitungan Selisih h Δh = h1 - h2
𝑄
Perhitungan kecepatan V = 𝐴 atau V =√2𝑔𝐻

A. Titik Percobaan

I. Menghitung Debit (Q)

Volume = 1 x 10-3 m3
Volume
Q=
𝑡
 PIPE ELBOW

1 x 10¯³
Q1 = = 5,764 x 10- 5 m3/s
17,35

40 | P a g e
 ROUNDED PIPE ELBOW

1 x 10¯³
Q2 = = 5,764 x 10- 5 m3/s
17,35

 TIGHT RADIUS PIPE BEND IPE ELBOW

1 x 10¯³
Q3 = = 5,917 x 10- 5 m3/s
16,90

 LARGE RADIUS PIPE BEND

1 x 10¯³
Q4 = = 5,757 x 10- 5 m3/s
17,37

II. Menghitung Debit Rata-Rata (Q)


Q₁+Q₂+Q₃+Q₄……..+Qn
Q=
𝑛
(5,764𝑋10¯⁵)+(5,764𝑋10¯⁵)+(5,917𝑋10¯⁵)+(5,757𝑋10¯⁵)
Q =
4
= 5,800 x 10- 5 m3/s

III. Selisih h menurut kondisi ke-i = Δh

Δh = h1 – h2
 PIPE ELBOW
Δh1 = h1 – h2
= 270 – 265
= 5 mm
 ROUNDED PIPE ELBOW
Δh2 = h1 – h2
= 245 – 235
= 10 mm
 TIGHT RADIUS PIPE BEND IPE ELBOW
Δh3 = h1 – h2
= 255 – 225
= 30 mm

41 | P a g e
 LARGE RADIUS PIPE BEND
Δh4 = h1 – h2
= 240 –225
= 15 mm

IV. Tabel Hasil Perhitungan

No. Debit Δh PIPE Δh ROUNDED Δh TIGHT RADIUS Δh LARGE RADIUS


(ml/s) ELBOW PIPE ELBOW PIPE BEND PIPE BEND
1. 5,764 x 10-5 5 10 30 15

2. 5,764 x 10-5 5 10 30 15

3. 5,917 x 10-5 5 10 30 15

4. 5,757 x 10-5 5 10 30 15

V. Tabel Hasil Perhitungan

KEKURANGAN ENERGI DALAM PIPA


35

30

25

20

15

10

0
Rounded Pipe Tight Radius Large Radius
Pipe Elbow
Elbow Pipe Bend Pipe Bend
KEKURANGAN ENERGI
5 10 30 15
DALAM PIPA

42 | P a g e
5.7. KESIMPULAN
 Bedasarkan hasil percobaan dan perhitungan dapat diketahui besarnya
kehilangan energi pada saat air melewati tekukan pada pipa.
 Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan dapat diketahui besarnya
kehilangan energi untuk setiiap jenis tekukan yang berbeda.

43 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai