Oleh Kelompok 10
Hartinah H (1810611220006)
FAKULTAS KEHUTANAN
BANJARBARU
2021
PRAKATA
Puji serta syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Pengelolaan Daerah Aliran
sungai demi memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Tujuan dari
penyusunan laporan ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan yang terkait
Kami juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Ir. H.
Muhammad Ruslan M.S, Dr. Badaruddin S.Hut.,M.P, Dr. Ir. Eko Rini Indrayatie M.P., Dr. Ir. H.
Syarifuddin Kadir M.Si, selaku dosen pengampu pada mata kuliah ini, dan juga telah
membimbing kegiatan praktik di lapangan. Pembuatan laporan ini juga tidak luput dari
kesalahan, baik dalam kata kata maupun dalam penyusunan, maka dari itu kami sangat
mengapresiasi teruntuk yang penyampaian kata-kata kritik yang membangun demi membantu
laporan ini agar lebih baik lagi. Semoga dengan dibuatnya laporan ini dapat memberikan
manfaat serta dapat menambah wawasan kepada kita semua sebagai bahan informasi.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Debit adalah volume air yang mengalir per satuan waktu. Waktu konsentrasi adalah
waktu yang diperlukan limpasan air hujan dari titik terjauh menuju titik kontrol yang ditinjau.
Pengukur kecepatan aliran air dapat dijadikan sebagai sebuah alat untuk memonitor dan
mengevaluasi neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumber daya air permukaan
yang ada.
Debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Satuan
debit
yang digunakan adalah meter kubik per detik (m3/s). Debit aliran adalah laju aliran air (dalam
bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu
(Asdak,2002). Secara umum, debit erat kaitannya dengan ilmu hidrologi dan merupakan
sejumlah besar dari volume air yang mengalir termasuk sedimen padatan (pasir), mineral terlarut
(magnesium klorida), dan bahan biologis lainnya seperti alga secara bersama – sama mengalir
melalui luas penampang melintang tertentu. Sedangkan debit air dapat diartikan sebagai ukuran
dari banyaknya volume air yang mampu melewati suatu tempat ataupun yang dapat ditampung di
Perubahan volume debit air dan tinggi muka air sering terjadi terutama pada saat musim
hujan, banyaknya curah hujan dapat mempengaruhi jumlah volume air yang mengalir dari anak
sungai ke sungai utama. Hal ini dapat mengakibatkan volume air bisa kapan saja meningkat, oleh
karena perlu dilakukan penelitian tentang hubungan debit air dan tinggi muka air pada aliran
currentmeter.
2. Menganalisis upaya yang dapat dilakukan untuk mengedalikan banjir pada bagian hilir
Perubahan volume debit air dan tinggi muka air sering terjadi terutama pada saat musim
hujan, banyaknya curah hujan dapat mempengaruhi jumlah volume air yang mengalir dari anak
sungai ke sungai utama. Hal ini dapat mengakibatkan volume air bisa kapan saja meningkat, oleh
karena perlu dilakukan penelitian tentang hubungan debit air dan tinggi muka air pada aliran
sungai pada bagian hilir daerah aliran sungai Maluka di Desa Kiram. Tujuan dari praktik ini ialah
untuk mengetahui pengaruh dari volume debit air terhadap kejadian banjir di bagian hilir dari
DAS Maluka.
Pengukuran debit air dilakukan pada bagian hilir dari DAS Maluka. Pengukuran tersebut
menggunkan dua alat yang berbeda yaitu menggunkana pelampung dan juga currentmeter.
Penampang basah sungai dibagi dalam 3 segmen. Berikut tallysheet pengukuran menggunakan
currentmeter.
Diketahui
Fk : 0,7
Perhitungan :
S.I : t 1 = 68 s S.II: t 1 = 46,64s S.III: t 1 = 74s
t 2 = 61 s t 2 = 55,52s t 2 = 73s
t 3 = 67 s t 3 = 52,83 s t 3 = 70s
t rata-rata = 65,3s t rata-rata = 51,6s t rata-rata = 72,3s
Luas Penampang :
Sketsa sungai
14,30 m
A3a 8 cm
A1 A2a 81 cm
A3b
139 cm
A2b
= 2,07 m2 = 2,60 m2
A total = 7,86 m2 A total = 3,17 m2
Kecepatan rata-rata :
V1 S V2 S V3 S
= = =
t1 t2 t3
Q = A.V.FK
= 1,67 m3/s
= 1670 L
Maryono (2005) berpendapat ada lima faktor penting penyebab banjir di Indonesia, yaitu
faktor hujan, faktor hancurnya retensi DAS, kesalahan perencanaan pembangunan alur sungai,
pendangkalan sungai, dan faktor kesalahan tata wilayah serta pembangunan sarana-prasarana.
Dari beberapa factor yang disebutkan, hal yang paling memungkinkan terjadinya banjir pada
bagian hilir DAS Maluka ialah karena terjadinya pendangkalan pada sungai serta kurangnya
jumlah vegetasi yang berperan untuk penyerapan di sempadan sungai, sehingga apabila curah
a. Infiltrasi Tanah
Proses masuknya air hujan atau air irigasi ke dalam tanah dikenal sebagai infiltrasi (Jury
dan Horton, 2004), sebagai salah satu komponen siklus air di bumi. Selain diambil akar dan
organisme tanah, air bergerak perlahan-lahan secara vertikal (deep percolation) dan horisontal
(seepage) menjadi komponen air tanah yang terkumpul pada zona air tanah (ground water, perch
water) ataupun keluar sebagai mata air (spring). Air dalam tanah ini yang menjamin ketersediaan
Tanah yang diambil merupakan sampel tanah terusik dan sampel tanah porositas dari
lapisan atas dengan kedalam 0-30 cm. Lokasi pengambilan sampel tanah ialah dibawah tegakan
karet dengan topografi datar. Untuk sampel tanah porositas di gunakan ring sampel, tanah yang
diambil hanya tanah yang berada di dalam ring sampel yang telah ditekan kedalam tanah.
Sedangkan untuk pengambilan sampel tanah terusik dilakukan menggunakan bor tanah. Prosedur
pengambilan tanah terusik ialah, dengan membuat titik awal, kemudian dilakukan pengeboran
sebanyak dua kali dengan kedalaman kurang lebih 30 cm. kemudian ambil jarak ke arah kanan,
kiri, depan dan belakang sejauh 5 meter, kemudian kembali dilakukan pengeboran tanah dengan
kedalaman kurang lebih 30 cm. seluruh tanah yang berada didalam bor tanah di satukan dalam
sebuah wadah, kemudian di campur. Setelah itu ambil sampel tanah dari tanah yang telah
dicampur tersebut kurang lebih 1 kg, sampel tanah selanjutnya dapat dibawa ke laboratorium
Erosi adalah akibat interaksi kerja antara faktor-faktor iklim, topografi, tumbuh-
tumbuhan (vegetasi), dan manusia terhadap tanah (Arsyad, 1989) yang dinyatakan dengan rumus
sebagai berikut :
E = f ( i.r.v.t.m )
Keterangan :
E = Erosi f = fungsi
i = Iklim r = Topografi
v = Vegetasi t = Tanah
m = Manusia
Begitu besarnya bahaya erosi yang pada akhirnya merugikan kehidupan manusia, oleh
karena itu beberapa ahli membagi faktor-faktor yang menjadi penyebab erosi dan berupaya untuk
adalah
Energi, yang meliputi hujan, air limpasan, angin, kemiringan dan panjang lereng, Ketahanan;
erodibilitas tanah (ditentukan oleh sifat fisik dan kimia tanah), dan Proteksi, penutupan tanah
baik oleh vegetasi atau lainnya serta ada atau tidaknya tindakan konservasi. Morgan (1979)
dalam Nasiah (2000) menyatakan bahwa kemampuan mengerosi, agen erosi, kepekaan erosi dari
tanah, kemiringan lereng, dan keadaan alami dari tanaman penutup tanah merupakan faktor-
Erosi yang terjadi di bawah tegakan karet dapat dikatakan rendah, karena adanya
tumbuhan bawah yang akan mengurangi pengikisan pada saat terjadinya hujan. Serta kondisi
topografi yang datar juga memperlambat terjadinya run off atau aliran permukaan yang
Sedimentasi
Sedimentasi merupakan pengendapan material yang dibawah oleh angin, air, atau gletser.
Semua hasil erosi akan diendapkan disuatu tempat, baik di sungai, lembah, lereng pegunungan
ataupun dasar laut yang dangkal. Kadang kala hasil sedimentasi kembali mengalami erosi. Jika
ini terjadi, akan terbentuk peneplain. Tipe sedimentasi berdasarkan pada jenis partikel dan
kemampuan pertikel untuk berinteraksi, sedimentasi dapat diklasifikasikan kedalam 4 tipe, yaitu:
Settling tipe II: merupakan pengendapan partikel flokulen, terjadi interaksi antar-partikel
Settling tipe III: merupakan pengendapan pada lumpur biologis, dimana gaya antar-
Settling tipe IV: terjadi pemampatan partikelyang telah mengendap yang tejadi karena
berat partikel.
diendapkan disepanjang aliran sungai , danau, waduk, atau muara sungai. Hasil bentuknya antara
diangkut oleh angin. Bentuknya antara lainberupa gugus pasir (sand dunes) atau gundukan pasir
3. Sedimentasi laut (marine sedimentation), merupakan hasil abrasi pantai yang kemudian
diendapkan kembali disepanjang pantai. Contoh hasil bentukannya, antara lain endapan puing
karang (beach), endapan gosong pasir (bar), dan endapan pasir yang menghubungkan dua pulau
(tombolo).
Sedimen di dalam sungai, terlarut atau tidak terlarut, merupakan produk dari pelapukan
batuan induk yaitu partikel-partikel tanah. Begitu sedimen memasuki badan sungai, maka
kecepatan aliran sungai dan ukuran partikel sedimen. Partikel sedimen ukuran kecil seperti tanah
liat dan debu dapat diangkut aliran air dalam bentuk terlarut (wash load). Pasir halus bergerak
dengan cara melayang (suspended load), sedang partikel yang lebih besar antara lain, pasir kasar
cenderung bergerak dengan cara melompat (saltation load). Partikel yang lebih besar dari pasir,
misalnya kerikil (gravel) bergerak dengan cara merayap atau menggelinding di dasar sungai (bed
load). Karena bed load senantiasa bergerak, maka permukaan dasar sungai kadang-kadang naik
(agradasi), tetapi kadang-kadang turun (degradasi) dan naik turunnya dasar sungai disebut
alterasi dasar sungai (river bed alterasion). Wash load dan suspended load tidak berpengaruh
pada alterasi dasar sungai, tetapi dapat mengendap di dasar-dasar waduk atau muara-muara
sungai. Penghasil sedimen terbesar adalah erosi permukaan lereng pegunungan, erosi sungai
(dasar dan tebing alur sungai) dan bahan-bahan hasil letusan gunung berapi yang masih aktif.
Proses sedimentasi dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu proses sedimentasi
geologis dan proses sedimentasi yang dipercepat. Sedimentasi secara geologis merupakan proses
erosi tanah yang berjalan secara normal, artinya proses pengendapan yang berlangsung masih
dalam batas-batas yang diperkenankan atau dalam keseimbangan alam dari proses degradasi dan
agradasi pada perataan kulit bumi akibat pelapukan. Sedimentasi yang dipercepat merupakan
proses terjadinya sedimentasi yang menyimpang dari proses secara geologi dan berlangsung
dalam waktu yang cepat, bersifat merusak atau merugikan dan dapat mengganggu keseimbangan
alam atau kelestarian lingkungan hidup. Kejadian tersebut biasanya disebabkan oleh kegiatan
manusia dalam mengolah tanah. Cara mengolah tanah yang salah dapat menyebabkan erosi tanah
dan sedimentasi yang tinggi. Proses pengangkutan sedimen (sediment transport) adalah sebagai
berikut :
a. Pukulan air hujan (rainfall detachment) terhadap bahan sedimen yang terdapat diatas tanah
sebagai hasil dari erosi percikan (splash erosion) dapat menggerakkan partikelpartikel tanah
b. Limpasan permukaan (overland flow) juga mengangkat bahan sedimen yang terdapat di
permukaan tanah, selanjutnya dihanyutkan masuk kedalam alur-alur (rills), dan seterusnya
c. Pengendapan sedimen, terjadi pada saat kecepatan aliran yang dapat mengangkat (pick up
velocity) dan mengangkut bahan sedimen mencapai kecepatan pengendapan (settling velocity)
sebagai berikut: ukuran sedimen yang masuk ke badan sungai, karakteristik saluran, debit dan
karakteristik fisik partikel sedimen. Besarnya sedimen yang masuk sungai dan besarnya debit
ditentukan oleh faktor iklim, topografi, geologi, vegetasi dan cara bercocok tanam di daerah
tangkapan air yang merupakan asal datangnya sedimen. Sedang karakteristik sungai yang
penting, terutama bentuk morfologi sungai, tingkat kekasaran dasar sungai dan kemiringan
sungai. Interaksi dari masing-masing faktor tersebut akan menentukan jumlah dan tipe sedimen
1. Meander
pengendapan. Proses berkelok-keloknya sungai dimulai dari sungai bagian hulu. Pada bagian
hulu, volume air kecil dan tenaga yang terbentuk juga kecil. Akibatnya, sungai mulai
menghindari penghalang dan mencari rute yang paling mudah dilewati. Sementara itu, pada
bagian hulu belum terjadi pengendapan. Pada bagian tengah, yang wilayahnya mulai datar aliran
air mulai lambat dan membentuk meander. Proses meander terjadi pada tepi sungai, baik bagian
dalam maupun tepi luar. Di bagian sungai yang alirannya cepat akan terjadi pengikisan,
sedangkan bagian tepi sungai yang lamban alirannya akan terjadi pengendapan. Apabila hal itu
berlangsung secara terus-menerus, akan membentuk meander. Meander biasanya terbentuk pada
sungai bagian hilir, di mana pengikisan dan pengendapan terjadi secara berturut-turut. Proses
pengendapan yang terjadi secara terus-menerus akan menyebabkan kelokan sungai terpotong dan
Ketika aliran air mendekati muara, seperti danau atau laut kecepatan alirannya menjadi
lambat. Akibatnya, terjadi pengendapan sedimen oleh air sungai. Pasir akan diendapkan
sedangkan tanah liat dan lumpur akan tetap terangkut oleh aliran air. Setelah sekian lama, akan
luas pada bagian sungai yang mendekati muaranya dan membentuk delta. Pembentukan delta
memenuhi beberapa syarat. Pertama, sedimen yang dibawa oleh sungai harus banyak ketika akan
masuk laut atau danau. Kedua, arus panjang di sepanjang pantai tidak terlalu kuat. Ketiga, pantai
harus dangkal. Contoh bentang alam ini adalah delta Sungai Musi, Kapuas, dan Kali Brantas.
Contoh lain dari delta, yaitu Delta runcing, contoh: delta sungai tiber di pantai Italia, Delta
cembung atau delta busur seperti kipas. Contoh : delta sungai Nil di Mesir, Delta pengisi
estuarium. Estuarium adalah muara sungai yang berbentuk corong. Contoh: delta sungai seine di
Prancis, Delta kaki burung atau delta lobben. Contoh: delta sungai Mississippi di teluk Meksiko.
Apabila terjadi hujan lebat, volume air meningkat secara cepat. Akibatnya, terjadi banjir dan
meluapnya air hingga ke tepi sungai. Pada saat air surut, bahan-bahan yang terbawa oleh air
sungai akan terendapkan di tepi sungai. Akibatnya, terbentuk suatu dataran di tepi sungai.
Timbulnya material yang tidak halus (kasar) terdapat pada tepi sungai. Akibatnya, tepi sungai
lebih tinggi dibandingkan dataran banjir yang terbentuk. Bentang alam itu disebut tanggul alam.
Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan oleh air laut
dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut, antara lain,
pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai. Pesisir merupakan wilayah pengendapan di
sepanjang pantai. Biasanya terdiri atas material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai
sangat bervariasi tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut.
Arus pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi perubahan arah, arus
pantai akan tetap mengangkut material-material ke laut yang dalam. Ketika material masuk ke
laut yang dalam, terjadi pengendapan material. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material
yang ada di atas permukaan laut. Akumulasi material itu disebut tepi. Jika arus pantai terus
berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadangkadang spit terbentuk melewati teluk dan
membentuk penghalang pantai (barrier beach). Apabila di sekitar spit terdapat pulau, biasanya
Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil
pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune). Gumuk pantai dapat terjadi di
daerah pantai maupun gurun. Gumuk pasir terjadi jika terjadi akumulasi pasir yang cukup
banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan mengendapkan pasir di suatu tempat
secara bertahap sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir (sand dunes).
Bentukan alam hasil pengendapan angin selain dari gumuk pasir, antara lain tanah Loss, yaitu
debu yang dibawah oleh angin dari gurun yang mengendap disekitarnya, barchan yaitu gumuk
pasir yang berbentuk seperti tapal kuda. Terdapat disekitar Pantai Parangritis Yogyakarta, Beach
ridge yaitu beting pantai yang berupa gundukan pasir atau puing-puing batu karang di sekitar
Pantai Cliff, dan Moraine, kettles, esker, dan drumline yaitu gundukan batuan yang tertinggal
diujung gletser.
pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U. Pada saat
musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan atau
tanah hasil pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di lembah. Akibatnya, lembah yang
Material-material yang dibawah dari wilayah kikisan akan diendapkan pada wilayah-
wilayah pengendapan. Hal ini terjadi karena tenaga yang membawah hasil kikisan telah
berkurang, sehingga sebagia atau seluruh material yang dibawahnya diendapkan. Tentu saja
material-material yang berukuran lebih besar akan diendapkan terlebih dahulu disbanding
material yang lebih halus. Ciri-ciri wilayah endapan adalah sebagai berikut:
1. Daerah cekungan dan daratan merupakan daerah endapan dari bentuk muka bumi
2. Berdasarkan hal tersebut, maka lungkungan tertentu dapat menjadi petunjuk bahwa daerah
tersebut merupakan wilayah endapa. Misalnya danau, kipas alluvial, dataran sekitar sungai
(dataran alluvial), bukit pasir (barkhan), dan ujung gletser. Di daerah sekitar pesisir ditemukan
beberapa wilayah endapan, seperti delta, laut dangkal, laguna, dan dataran pasang.
3. Karena material tanah banyak diendapkan pada wilayah endapan, maka wilayah ini memiliki
4. Biasanya, tanah yang dibawa dari wilayah kikisan merupakan tanah yang subur. Akibatnya,
pada wilayah endapan akan terbentuk endapan tanah yang subur pula.
5. Biasanya ditemukan struktur pelapisan atau stratifikasi pada lapisan tanahnya sebagai akibat
dari pengendapan material yang tidak sama ukurannya atau karena proses pemilihan (butiran
saat pengendapan.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, dapat kita sebutkan beberapa bentukan hasil proses pengendapan,
antara lain berupa delta, tanggul sungai, tanggul pantai, beting, gosong, meander, dan sungai
mati.
Delta merupakan hasil pengendapan sungai. Adanya delta juga menunjukkan aliran air di
Tanggul sungai, terdapat di tepi sungai dan arahnya sejajar dengan sungai.
Tanggul pantai, merupakan hasil pengendapan material yang dibawaoleh sungai tetapi
dibantu oleh arus laut dengan arah tegak lurus terhadap tanggul sungai.
Beting, merupakan endapan di tengah sungai. Atau di muara karena menurunnya daya
Gosong sama dengan beting, hanya saja permukaan gosong kadang-kadang tampak di
Sungai mati (oxbow lake), yaitu bagian sungai yang terpotong yang berbentuk bulan sabit
Cara pengendalian sedimen yang terbaik adalah pengendalian sedimen yang dimulai dari
sumbernya, yang berarti merupakan pengendalian erosi. Upaya pengendalian sedimen untuk
Sedimentasi pada DAS Maluka dilakukan dengan beberapa prosedur yaitu diawali
dengan mendata lebar sungai pada DAS Maluka sebagai objek sebesar 14,30 m kemudian
dilakukan pembagian lebar sungai menjadi 2 bagian sehingga lebar sungai tiap segmennya
adalah 7,15 m. Posisi pengamat berada pada bagian kiri, tengah dan kanan sungai. Setiap segmen
terdapat beberapa pengamat dengan cara pengambilan sedimentasi dilakukan sebanyak 9 kali
dengan pengambilan titik sampel di kiri, tengah dan kanan sungai dengan tiap-tiap titik diambil 3
posisi pengambilan yaitu di permukaan sungai, pertengahan sungai dan dasar sungai. Cara
pengambilan sampel pada bagian permukaan adalah langsung mengambil air sungai sampel
sebagaimana lazimnya, berbeda dengan bagian tengah dan dasar sungai dilakukan dengan cara
menutup botol terlebih dahulu dimana setelah mencapai titik pengambilan yang dianggap relevan
pengambilan sampel dapat dilakukan. Pengambilan air sungai pada tiap posisi sungai dalam
suatu titik sampel selanjutnya akan dijadikan satu dalam ember dan dijadikan sebagai satu
sampel bagian titik sampel terkait. Posisi pengamat saat pengambilan sampel adalah dengan
berlawanan arah arus sungai dimana diupayakan agar sedimentasi dari pengamat tidak terikut
dalam sampel atau bisa dikatakan agar menghindari bias sampel. Hasil yang didapat adalah
warna pada bagian kanan dan kiri sungai memiliki perbedaan warna yang tidak berbeda
signifikan, sedangkan warna pada bagian tengah sungai lebih pekat dibandingkan keduanya.
Perbedaan warna sedimen tersebut kemungkinan terjadi akibat adanya perbedaan kandungan
yang ada didalamnya. Kandungan mineral yang ada akan mempengaruhi kenampakan fisik
sedimen. Menurut Giosan et al. (2002), warna merupakan parameter fisik yang mudah diamati.
Warna sedimen biasanya menggambarkan kandungan mineral atau zat besi yang ada
didalamnya. Mineral tanah liat dan kandungan karbonat dapat mencerahkan warna sedimen. Hal
Warna sedimen merupakan penilaian kualitatif yang penting untuk dilakukan. Warna
sedimen merupakan parameter yang digunakan untuk menggambarkan dan membedakan tipe
sedimen yang hubungannya dengan mineralogi dan komposisi kimia. Kandungan organik,
karbon, dan besi biasanya mempengaruhi warna sedimen. Warna kemerahan atau kekuningan
menunjukkan adanya zat besi (Fe2+). Kandungan bahan organik tinggi akan menghasilkan
warna gelap. Warna yang paling sering ditemui yaitu coklat muda hingga hitam. Faktor yang
mungkin mempengaruhi warna sedimen, antara lain kedalaman, ukuran butir, dan jenis
kandungan yang ada didalamnya. Hal tersebut diperkuat oleh Riyanto et al. (2012), warna hitam
pada sedimen umumnya mengindikasikan kandungan bahan organik yang meliputi residu
tanaman dan humus. Hal ini juga diperkuat oleh Voroney (2007), warna sedimen yang gelap
sampai kehitaman memiliki jumlah kandungan bahan organik yang lebih tinggi dibandingkan
KESIMPULAN
1. Diketahui hasil pengukuran debit menggunakan pelampung sebesar 1,67 m3/s dan
2. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan agar banjir pada bagian hilir dapat terkendali
ialah dengan melakukan Tindakan yang dapat mencegah terjadinya erosi seperti
mempunyai sistem perakaran yang tidak menimbulkan kompetisi berat bagi tanaman
pokok, tetapi mempunyai sifat sebagai pengikat tanah yang baik. Selain itu tidak
mensyaratkan tingkat kesuburan tanah yang tinggi, tumbuh cepat, banyak menghasilkan
3. Pengambilan sampel tanah terusik dapat dilakukan menggunakan bor tanah dengan
kedalaman pengeboran yaitu 30 cm, pengeboran tanah dilakukan sebanyak 2 kali dengan
pengambilan sampel pada 5 titik berbeda. Pengambilan sampel tanah porositas dapat
dilakukan dengan menggunakan alat ring sampel yang di tekan kedalam tanah, dengan
kedalaman 10 cm. Tanah yang di ambil hanya tanah yang berada didalam ring sampel.
4. Besarnya sedimentasi pada DAS Maluka dapat dilihat dari hasil lab, namun pada praktek
kali ini tidak dilakukan pengujian lab sehingga tidak dapat diketahui secara pasti mengenai