Anda di halaman 1dari 5

MENENTUKAN KEHILANGAN AIR DAN EFISIENSI AIR IRIGASI

DI WADUK SITU 1A DENGAN MENGGUNAKAN AMBANG


CIPOLETTI DAN THOMPSON
Muhammad Maulana Sidik (11413055)
Asisten : Marsya Haifatunisa Karimah (11413055)

Rekayasa Pertanian Institut Teknologi Bandung, Jatinangor, Indonesia

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengukuran debit sangat penting untuk dilakukan. Dengan melakukan pengukuran
debit, kita akan dapat mengontrol jumlah dan kecepatan air yang masuk dan keluar
dari lahan pertanian yang diusahakan. Debit ini sangat penting dilakukan karena
sangat berpengaruh terhadap usaha pertanian yang kita usahakan, karena air yang
sangat dibutuhkan oleh tanaman perlu dikontrol lajunya agar tidak mempengaruhi
pertumbuhan tanaman pertanian(Asdak, 1995)

Apabila kita tidak melakukan pengukuran debit, maka laju air yang masuk atau
keluar dapat tidak terkendali, yang nantinya akan memberikan dampak yang buruk
bagi tanaman karena permasalahan airnya. Apabila debit yang masuk terlalu beSar,
makan dapa menyebabkan genangan atau bahkan banjir, sedangkan apabila debit
yang keluar lebih besar, maka akan menyebabkan lahan pertanian yang diusahakan
menjadi kering(Soebarkah, 1978)

Dengan pengukuran debit, masalah-masalah yang disebut di atas dapat kita atasi
dengan cara mengontrol debitnya. oleh sebab itu, kita sebagai mahasiswa teknik
pertanian perlu mempelajari tentang teknik pengukuran debit ini, karan ini sangat
berpengaurh terhadap teknik pertanian(Finawan dan Mardiyanto, 2011).

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengukur debit aliran irigasi kawasan
kampus ITB Jatinangor dengan metode cipoletti dan thompson.

1.3 Dasar Teori


Debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Aliran
air dikatakan memiliki sifat ideal apabila air tersebut tidak dapat dimanfaatkan dan
berpindah tanpa mengalami gesekan, hal ini berarti pada gerakan air tersebut
memiliki kecepatan yang tetap pada masing-masing titik dalam pipa dan
gerakannya beraturan akibat pengaruh gravitasi bumi. Satuan debit yang
digunakan dalam sistem satuan SI adalah meter kubik per detik (m 3 / detik)
(Widarto dan Sudarto, 2003).

Menurut Asdak (1995), debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air)
yang melewati suatu penampang melintang sungai persatuan waktu. Debit aliran
juga dapat dinyatakan dalam persamaan Q = A x v, dimana A adalah luas
penampang (m2) dan V adalah kecepatan aliran (m/ detik) (Widarto dan Sudarto,
2003).

Menurut Widarto dan Sudarto (2003). suatu cara menyatakan gerak fluida adalah
dengan mengikuti gerak tiap partikel didalam fluida. Hal ini sulit, karena kita harus
menyatakan koordinat X, Y, Z dari partikel fluida dalam menyatakan ini sebagai
fungsi waktu. Cara yang digunakan adalah dengan penerapan kinematika partikel
gerak atau aliran fluida.

Terdapat alat ukur yang bisa mempermudah dalam menentukan debit aliran yaitu
alat ukur debit Cipoletti dan Thompson. Alat Ukur Debit Cippolleti adalah suatu alat
ukur debit berdasarkan peluapan sempurna dengan ambang tipis. Alat ukur ini
merupakan dinding tegak dengan penampang pengaliran (penampang basah) yang
berbentuk trapesium (sisinya 4 : 1). Alat ukur debit ini digunakan untuk mengukur
debit saluran yang tidak begitu besar dengan debit antara 200 hingga 2000 1/d,
dan biasa dipakai pada saluran yang langsung ke sawah. Alat ini sesuai dipakai di
pegunungan dimana tanah mempunyai kemiringan yang cukup besar. Prinsip kerja
bangunan ukur Cipoletti di saluran terbuka adalah menciptakan aliran kritis. Pada
aliran kritis, energi spesifik pada nilai minimum sehingga ada hubungan tunggal
antara head dengan debit. Dengan kata lain Q hanya merupakan fungsi H saja.
Persamaan cipoletti yang menunjukkan pengaliran adalah Q = 0.0186 LH 3/2 (Goyal,
2015).

Gambar 1. Sekat ukur Cipoletti (Goyal, 2015).

Alat ukur Thompson merupakan Alat ukur berbentuk segitiga sama kaki terbalik
dengan sudut puncak di bawah. Sudut puncak dapat merupakan sudut siku atau
sudut lain, misalnya 60 atau 30. Alat ukur Thompson sering digunakan untuk
mengukur debit-debit yang kecil yaitu sekitar 200 lt/detik. Ambang pada alat ukur
thompson merupakan suatu pelimpah sempurna yang melewati ambang tipis. Sekat
Thompson (V-notch) adalah nama yang terkenal di PDAM, khususnya di kalangan
operator yang bertanggung jawab atas kelancaran pasokan air, mulai dari sumber
air baku (intake, broncaptering), transmisi (unit bak pelepas tekanan, BPT), serta
instalasi pengolahan air (sedimentasi, kanal). Sebagai alat ukur, sekat Thompson
sangat dibutuhkan untuk mengetahui perkiraan debit air yang akan dan sudah
diolah. Persamaan Thomson yang menunjukkan pengaliran adalah Q = 0.0138H 5/2
(Widarto dan Sudarto, 2003).
Gambar 2. Sekat ukur Thomson (Battjes dan Labeur, 2017)

II.CARA KERJA
Percobaan dilakukkan di Situ 1 Kampus ITB Jatinangor. Dilakukan 4 perlakuan pada 4
titik dimana pada titik pertama dilakukan perlakuan bendungan cipoletti (hulu), titik
kedua dilakukan perlakuan bendungan cipoletti (hilir), titik ketiga dilakukan
perlakuan bendungan Thomson (hulu), dan titik keempat dilakukan perlakuan
bendungan Thomson (hilir). Setelah dilakukan perlakuan, diukur tinggi muka air dari
ambang diukur menggunakan penggaris. Setelah beberapa saat dan aliran air yang
diukur sudah stabil, ditentukan kehilangan air di saluran-saluran tersebut dengan
mengurangi debit air di bagian hulu dengan debit air di bagian hilir. Setelah data
dari tiap titik didapat, dicari efisiensi setiap saluran air irigasinya.

III. HASIL PENGAMATAN

Bagian Keterangan Cipoletti Thomson


Tinggi muka air 0.172 0.185
Hulu (m)
Lebar ambang (m) 0.157
Debit air 1.86 x 0.157 x 0.1723/2 1.38 x 0.1855/2 = 0.02
(m3/detik) = 0.02
Tinggi muka air 0.21 0.14
Hilir Lebar ambang 0.157
Debit air 1.86 x 0.157 x 0.213/2 = 1.38 x 0.145/2 = 0.01
(m3/detik) 0.028
Kehilangan Air (m3/detik) -0.008 0.01
Efisiensi (%) 140 50
Grafik 1. Data hasil perhitungan debit air dan efisiensi saluran air

IV. PEMBAHASAN
Hasil perhitungan menggunakkan sekat ukur Cipoletti, didapatkan kehilangan air
sebesar -0.008 m3/detik sedangkan dengan menggunakkan sekat ukur Thomson
didapatkan kehilangan air sebesar 0.01. Jarak antara hulu-hilir sekat ukur Thomson
yaitu 44.09 m sedangkan jarak antara hulu-hilir sekat ukur Cipoletti yaitu 30.5 m.
Menurut Ginting et al (2013), selain faktor rembesan, perkolasi, dan
evapotranspirasi, kehilangan air juga dapat dipengaruhi oleh jarak pengukuran
debit dari hulu ke hilir. Hal ini terjadi karena jika semakin panjang jarak pengukuran
maka luas penampang saluran untuk merembeskan air semakin besar sehingga
kehilangan airnya semakin besar demikian pula sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan
literature dimana kehilangan air dengan sekar ukur Thomson lebih besari dibanding
dengan sekat ukur CIpoletti. Pada hasil perhitungan efisiensi didapatkan untuk sekat
ukur Thomson sebesar 50% sedangkan sekat ukur Cipoletti sebesar 140%. Hasil ini
tidak termasuk efisien karena efisiensi irigasi yang baik pada tingkat tersier adalah
80% - 87,5% (Direktorat Jendral Pengairan, 2010).
V. KESIMPULAN
Debit air irigasi yang terdapat di kawasan kampus ITB Jatinangor menggunakan
metoda cipoletti dan thompson pada bagian hulu adalah 0.02 m3/detik, sedangkan
pada bagian hilir adala 0,028 m3/detik dan 0,01 m3/detik

VI. DAFTAR PUSTAKA


.
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Battjes, J., dan Labeur, R. J. 2017. Unsteady Flow in Open Channels. Cambridge:
Cambridge University Press.
Direktorat Jendral Pengairan. Departemen Pekerjaan Umum. 2010. Standar
Perencanaan Irigasi, Kriteria Perencanaan Bagian Saluran KP-03. Jakarta:
Pekerjaan Umum
Finawwan, A. dan Mardiyanto, A. 2011. Pengukuran Debit Air Berbasis
Mikrokontroler AT89S51. Jurnal Litek, 8(1): 28-31.
Ginting, S. A. S., Sumono., dan Rohanah, A. 2013. Kajian Saluran Irigasi Tersier Di
Desa Sei Beras Sekata Daerah Irigasi Sei Krio Kecamatan Sunggal Kabupaten
Deli Serdang. J. Rekayasa Pangan dan Pertanian, 3(3): 93-95.
Goyal, M. K. 2015. Fluid Mechanics and Hydraulic Machines. Delhi: PHI Learning
Privated Limited.
Soebarkah, I. 1978. Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air. Bandung: Idea
Dharma.
Widarto, L. dan Sudarto, C. 2003. Teknologi Tepat Guna Membuat Pompa Hidram.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai