NIM : 165100201111026
Kelompok : E3
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
1.2.1 Mahasiswa mampu mengetahui prinsip penggunaan sekat ukur.
1.2.2 Mahasiswa mampu mengkalibrasi sekat ukur untuk penentuan debit aliran.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Debit Aliran
Banyaknya fluida yang mengalir per satuan waktu disebut debit aliran atau laju aliran.
Debit aliran diperoleh berdasarkan pengukuran kecepatan aliran yang sama pada
penampang disuatu titik tertentu. Jika fluida mengalir dalam suatu pipa dengan luas
penampang A dengan kecepatan v, seperti pada gambar 2.19. Setelah beberapa detik(t)
fluida dari titik tersebut akan berpindah sejauh vt. Secara matematis, debit aliran
dirumuskan sebagai berikut:
Q=A.v
Kecepatan aliran dapat diperoleh dengan menggunakan alat ukur arus atau dengan
menggunakan pelampung. Pada current meter digital, kecepatan aliran dapat langsung
dibaca dengan satuan meter/detik yang menunjukkan v. Luas penampang, misalnya pipa
yang diukur adalah m2 , dengan demikian satuan debit aliran yang didapatkan adalah
m3/detik (Nugroho, 2015).
permukaan. Pada permukaan debit dengan pelampung dipilih bagian sungai yang lurus dan
seragam, kondisi aliran seragam dengan pergolakannya seminim mungkin. Pengukuran
dilakukan pada saat tidak ada angin. Pada bentang terpilih (jarak tergantung pada kecepatan
aliran, waktu yang ditempuh pelampung untuk jarak tersebut tidak boleh lebih dari 20 detik)
paling sedikit lebih panjang dibanding lebar aliran. Kecepatan aliran permukaan ditentukan
berdasarkan rata rata yang diperlukan pelampung menempuh jarak tersebut (Nugroho,
2015).
Faktor topografi, tanah, hutan, non hutan, dan curah hujan, masing-masing memiliki
tingkat kepekaan yang berbeda terhadap debit sungai. Faktor topografi (lereng) peka terhadap
debit sungai. Faktor tanah agak peka terhadap debit sungai, faktor penutupan hutan dan faktor
penutupan non hutan peka terhadap debit sungai, dan faktor curah hujan sangat peka terhadap
fluktuasi debit sungai (Wahid, 2008).
Karena angin berpengaruh pada kecepatan aliran fluida, maka berpengaruh pula pada
debit air. Semakin cepat angin yang berhembus pada aliran tersebut, maka debit aliran akan
semakin tinggi. Dan semakin lambat angin yang berhembus maka aliran akan memiliki
kecepatan yang rendah dan debit air pun akan rendah. Yang kedua adalah kecepatan aliran,
kecepatan aliran sangat berpengaruh dalam debit aliran. Semakin cepat aliran mengalir, maka
semakin besar debit aliran yang dihasilkan. Semakin lambat aliran mengalir, maka semakin
sedikit debit aliran yang dihasilkan. Permukaan saluran juga berpengaruh pada debit aliran,
debit aliran akan besar apabila permukaan aliran halus atau tidak bergelombang. Karena
permukaan yang kasar atau bergelombang akanmempengaruhi kecepatan aliran sehingga
berdampak pada debit aliran yangdihasilkan. Hal ini juga mempengaruhi kehilangan head aliran
yang berpengaruh pada debit (Nugroho, 2015).
Alat ini ditemukan oleh seorang insinyur dari Belanda pada tahun 1932 bernama D.G
Romyn. Alat pengukur debit ini berdasarkan peluapan sempurna ambang lebar. Selain
berfungsi sebagai alat ukur juga berfungsi sebagai pintu penyalur air, ambang dari pintu Romyn
ini dapat di naik-turunkan dengan perantaraan alat pengangkat (Widarto, 2007).
Alat ukur debit Cippolleti adalah suatu alat ukur debit berdasarkan peluapan sempurna
dengan ambang tipis. Alat ukur debit berbentuk trapesium dengan perbandingan sisi 1:4 ini
digunakan untuk mengukur debit saluran yang tidak begitu besar, dan biasa dipakai pada
saluran terti-air (saluran yang langsung ke sawah). Alat ini sesuai dipakai di pegunungan
dimana tanah mempunyai kemiringan yang cukup besar (Besari, 2008).
Sekat Thompson ini mudah dibuat, merupakan sekat dari papan yang diberi celah bentuk
v dengan sudut 90 derajat (siku-siku). Pada salah satu sisinya dibuat sudut miring. Pengukuran
dilakukan secara membendung parit dengan sekat tersebut sampai meluap. Setelah luapan
konstan, tinggi air pada celah dapat diukur tingginya (cm) (Hidayat, 2011).
Pengukuran debit dengan pintu Romyn dapat menggunakan rumus, rumus untuk pintu
Romyn adalah (Widarto, 2007):
Q=1,71.b.h3/2
Pengukuran debit air dengan menggunakan sekat ukur Cipoletti ini dapat
menggunakan rumus sebagai berikut (Widarto, 2007):
Q = 0,0186 b.h3/2
Pengukuran debit air dengan menggunakan sekat ukur Thompson ini dapat
menggunakan rumus sebagai berikut (Hidayat, 2011):
Prinsip kerja sekat ukur Cipoletti di saluran terbuka adalah menciptakan aliran kritis. Pada
aliran kritis, energi spesifik pada nilai minimum sehingga ada hubungan tunggal antara head
dengan debit. Dengan kata lain Q hanya merupakan fungsi H saja. Pada umumnya hubungan H
dengan Q dapat dinyatakan dengan: Q = k . H . n
Keterangan: Q = debit air
H = head
k dan n = konstanta (Hidayat, 2011).
Besarnya konstanta k dan n ditentukan dari turunan pertama persamaan energi pada
penampang saluran yang bersangkutan. Pada praktikum ini besarnya konstanta k dan n
ditentukan dengan membuat serangkaian hubungan H dengan Q yang apabila diplotkan pada
grafik akan diperoleh garis hubungan H-Q yang paling sesuai untuk masing masing jenis sekat
atau bangunan ukur. Dalam pelaksanaan pengukuran-pengukuran debit air,secara langsung,
dengan pintu ukur Romyn,sekat ukur tipe cipoletti dan sekat ukur tipe Thompson biasanya
lebih mudah karena untuk itu dapat memperhatikan daftar debit air yang tersedia. Pengukuran
debit menggunakan Bangunan Ukur Cipoletti merupakan pengukuran debit secara tidak
langsung (Besari, 2008).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum Mekanika Fluida materi Kalibrasi Sekat Ukur dilaksanakan pada tanggal 11
September 2017 yang bertempat di Laboratorium Teknik Sumber Daya Alam dan Lingkungan.
3.2 Alat, Bahan dan Fungsinya
1. Rangkaian pipa : digunakan untuk menyalurkan air
2. Penyangga besi : digunakan untuk menyangga alat
3. Pipa input : sebagai tempat masuknya air
4. Pipa output : sebagai tempat air keluar
5. Pipa pemancing : sebagai tempat pemancingan air
6. Keran pemancing : untuk mengatur pemancingan air
7. Keran input : untuk mengatur masuknya air
8. Keran output : untuk keluarnya air
9. Ambang pelimpah : sebagai tempat untuk sekat ukur
10. Sekat ukur segitiga, segiempat dan trapesium : sebagai alat ukur debit aliran
11. Inverter : untuk mengatur rpm pompa
12. Venturimeter : sebagai indikator kestabilan air
13. Stopkontak : sebagai sumber arus listrik
14. Penggaris : untuk mengukur ketinggian air
15. Gelas ukur : untuk mengukur volume air tumpahan
16. Stopwatch : untuk mengukur waktu
17. Selang air : menyalurkan air dari keran ke bak penampung
18. Bak penampung : menampung air
19. Air : sebagai bahan perlakuan
Stopkontak
Pipa pemancing
Sekat ukur
diukur ketinggian
Air
- diukur ketinggian air pada sekat
- diukur volume yang keluar selama
5 detik, dalam 5 kali pengulangan
Sekat ukur
dilakukan langkah-langkahpada
sekat ukur lainnya
Hasil
1. Rangkaian
pipa
2. Penyangga
besi
3. Pipa input
4. Pipa output
5. Pipa
pemancing
6. Keran
pemancing
7. Keran input
8. Keran output
9. Ambang
pelimpah
11. Inverter
12. Venturimeter
13. Stopkontak
14. Penggaris
16. Stopwatch
18. Bak
penampung
19. Air
Berdasarkan data hasil praktikum pada sub bab 4.1, dilakukan perlakuan sebanyak lima
kali pada tiap sekat, yaitu sekat trapesium, segitiga dan yang terakhir segiempat dengan selang
waktu yang sama yaitu 5 detik atau sekon. Pengukuran tinggi yang sama pada masing-masing
sekat yaitu 0,25meter pada sekat trapesium, 0,25meter tinggi sekat segitiga, dan 0,25meter
tinggi sekat segiempat.
tumpahan sebanyak 4 Liter atau 0,004 m3. Pada percobaan keempat didapatkan hasil
pengukuran tinggi air sekat sebesar 0,3 m3, tumpahan air H1 adalah 0,304 meter, H2 0,05 meter,
dengan p (massa jenis) air sebesar 1000 kg/m3 dengan selang waktu (t) 5sekon yang
menghasilkan volume air tumpahan sebanyak 4,8 Liter atau 0,0048 m3. Pada percobaan kelima
didapatkan hasil pengukuran tinggi air sekat sebesar 0,3 m3, tumpahan air H1 0,304 meter, H2
0,05 meter, dengan p (massa jenis) air sebesar 1000 kg/m3 dengan selang waktu (t) 5sekon yang
menghasilkan volume sebanyak 4,3 Liter atau 0,0043 m3.
Selanjutnya, perlakuan ketiga yaitu pada sekat ukur segiempat sebagai alat ukur. Pada
percobaan pertama didapat tinggi air sekat setinggi 0,27 meter. Didapatkan air tumpahan H1
yaitu 0,273meter, dan H2 yang merupakan hasil dari tinggi air pada sekat dikurangi dengan
tinggi sekat dengan hasil 0,02 meter, p (massa jenis) air sebesar 1000 kg/m3 dengan selang
waktu (t) sebanyak 5sekon yang menghasilkan volume air tumpahan sebanyak 4,9 Liter atau
0,0049 m3. Pada percobaan kedua didapatkan hasil pengukuran tinggi air sekat setinggi 0,27
m3, tumpahan air H1 0,275 meter, H2 0,02 meter, dengan p (massa jenis) air sebesar 1000 kg/m3
dengan selang waktu (t) 5s yang menghasilkan volume air tumpah sebanyak 5 Liter atau 0,005
m3. Pada percobaan ketiga didapatkan hasil pengukuran tinggi air sekat sebesar 0,27 m3,
tumpahan air H1 0,274 meter, H2 0,02 meter, dengan p (massa jenis ) air sebesar 1000 kg/m3
dengan selang waktu (t) 5sekon yang menghasilkan volume air tumpahan sebanyak 4,7 Liter
atau 0,0047 m3. Pada percobaan keempat didapatkan hasil pengukuran tinggi air sekat sebesar
0,27 m3, tumpahan air H1 0,275 meter, H2 0,02 meter, dengan p (massa jenis) air sebesar 1000
kg/m3 dengan selang waktu (t) 5sekon yang menghasilkan volume tumpahan air sebanyak 4,6
Liter atau 0,0046 m3. Pada percobaan kelima didapatkan pengukuran tinggi air sekat sebesar
0,27 m3, tumpahan air H1 0,275 meter, H2 0,02 meter, dengan p (massa jenis) air sebesar 1000
kg/m3 dengan selang waktu (t) sebanyak 5sekon yang menghasilkan volume air tumpahan
sebanyak 4,8 Liter atau 0,0048 m3.
Dalam praktikum Mekanika Fluida pada materi pertama yaitu Kalibrasi Sekat Ukur ada
tiga jenis sekat ukur yang digunakan untuk mengukur yaitu sekat ukur trapesium, segitiga , dan
segiempat. Berdasarkan dari data hasil praktikum yang di peroleh, dilakukan perhitungan untuk
luas penampang (A), volume (v), Q (debit), log Q , H2, log H2, log Q x log H2, dan (log H2)2
yang diisi pada tabel perhitungan tiap-tiap sekat. Hasil tersebut lalu dibandingkan dengan nilak
k dan Q yang dihasilkan dari perhitungan praktikan secara teoritis. Volume didapat dari rumus
1
(A1 + A2)H1. Nilai A yang merupakan luas penampang tersebut didapatkan dari rumus 4 d1,22,
dengan d1 0,008meter dan d2 0,157meter. Untuk mendapatkan nilai Q dihitung dari rumus v/t.
8
Sedangkan, secara teoritis nilai k dicari dari rumus k = 15 Cd 2 b untuk trapesium dengan
2
Cd = 0,6 dan b = 0,075, untuk sekat segiempat nilai k dicari dari rumus k = 3 Cd 2 b dengan
8
Cd = 0,6 dan b = 0,15, untuk sekat segetiga nilai k dicari dari rumus k = 15 Cd 2 tg 2 dengan
Pada sekat ukur trapesium berdasarkan percobaan dihasilkan volume yaitu V1 = 0,0005
m3 , V2 = 0,0005 m3, V3=0,00049 m3, V4 = 0,0005 m3, dan V5 = 0,0005 m3 lalu dijumlahkan
akan mendapat vtotal yaitu = 0,00249 dengan rata rata 0,000498. Dan Q dengan rumus (Q
= V/t) Q1 = 0,0001, Q2 = 0,0001, Q3= 0,000098, Q4 = 0,0001, Q5 = 0,0001 dan =
0,000498 dengan rata rata 0,000996. Sedangkan volume yang didapat melalui diperhitungan
sebesar V1 = 0,005490116515 ; V2 = 0,005528915925 ; V3 = 0,005490116515 ; V4 =
0,005490116515 ; V5= 0,00550951622. Untuk debit (Q) didapatkan hasil dari perhitungan
sebesar Q1 = 0,001098023303 ; Q2 = 0,00105783185 ; Q3 = 0,001098023303 ; Q4 =
0,00109823303 ; Q5 = 0,00550951622. Untuk hasil perhitungan dari A didapatkan hasil yaitu
A1 = 0,00005024 ditambahkan A2 = 0,019349465 dengan hasil A total = 0,019399705. Untuk
hasil perhitungan dari log Q yang didapatkan yaitu log Q1 = - 2,959388443 ; log Q2 = -
2,956330018 ; log Q3 = - 2,959388443 ; log Q4 = - 2, 959388443 ; log Q5 = -2,25886534 dan
Q = - 14, 09338188. Hasil perhitungan dari log H2 yang didapatkan yaitu log h21 = -
1,522878745 ; log H22 = -1,397940009 ; log H23 = -1,346787486 ; log H24 = -1,397940009 ;
log H25 = -1,397940009 dan H2 = -7,063486258. Hasil perhitungan dari log Q x log H2
yang didapatkan yaitu log Q1 x log H21 = 4,506789758 ; log Q1 x log H22 = 4,132772012 ; log
Q1 x log H23 = 3,985667321 ; log Q1 x log H24 = 4,137047507 ; log Q1 x log H25 =
3,157758234 log Q1 x log H2 = 19,92003483. Hasil perhitungan dari (log H2)2 yang
didapatkan yaitu (log H21)2 = 2,319159672 ; (log H22)2 = 1,954236269 ; (log H23)2 =
1,813836532 ; (log H24)2 = 1,954236269 ; (log H25)2 = 1,954236269 dan (log 2)2 =
8,326816231. Hasil perhitungan dari nilai n yang didapatkan yaitu -0,000117113. Untuk hasil
perhitungan log k didapatkan hasil sebesar -3,000165438 dan k sebesar 0,0009996191375.
Untuk perhitungan secara teoritis, nilai k didapatkan hasil sebesar 0,106306726 dan nilai Q
yang dihasilkan sebesar 0,00003193171619.
Pada sekat segitiga didapatkan hasil percobaan untuk volume sebanyak V1 = 0,00046
m3 , V2 = 0,00048 m3 , V3=0,0004 m3 , V4 = 0,000488 m3 , V5 = 0,00043 m3 dengan hasil vtotal
= 0,002258 dengan rata rata 0,0004,316. Dan Q yang didapat dengan rumus (Q = V/t)
yaitu Q1 = 0,000092, Q2 = 0,000096, Q3= 0,00008, Q4 = 0,0000976, Q5 = 0,000086 dengan
jumlah Qtotal = 0,0004516 dan rata rata 0,00009032. Sedangkan volume yang
diperhitungkan sebesar V1 = 0,005916910025 ; V2 = 0,00589751032 ; V3 = 0,005916910025
; V4 = 0,00589751032 ; V5= 0,00589751032. Untuk debit (Q) yang dihitung menghasilkan
sebesar Q1 = 0,1183382005, Q2 = 0,1179502064, Q3= 0,1183382005, Q4 = 0,1179502064,
Q5 = 0,1179502064. Hasil perhitungan dari A yang didapatkan yaitu A1 = 0,00005024 ; A2 =
0,019349465 dengan A total = 0,019399705. Hasil perhitungan dari log Q yang didapatkan
yaitu log Q1 = - 2,926875039 ; log Q2 = -2,928301295 ; log Q3 = - 2. Hasil perhitungan dari
log H2 yang dihasilkan yaitu log H21 = -1,301029996 ; log H22 = -1,301029996 ; log H23 = -
1,301029996; log H24 = -1,301029996 ; log H25 = -1,301029996 dan H2 = -6,50514998.
Hasil perhitungan dari log Q x log H2 yang dihasilkan yaitu log Q1 x log H21 = 3,80795222 ;
log Q1 x log H22 = 3,809807822 ; log Q1 x log H23 = 3,80795222 ; log Q1 x log H24 =
3,809807822 ; log Q1 x log H25 = 3,809807822 log Q1 x log H2 = 19,04532791. Hasil
perhitungan dari (log H2)2 yang dihasilkan sebesar (log H21)2 = 1,692967905 ; (log H22)2 =
1,692967905 ; (log H23)2 = 1,692967905 ; (log H24)2 = 1,692967905 ; (log H25)2 = 1,692967905
dan (log 2)2 = 8,463395252. Hasil perhitungan n yang dihasilkan yaitu 3708,6058. Untuk
hasil perhitungan log k yang didapat sebesar -3,000165438 dan k yaitu 0,0009996191375.
Untuk perhitungan secara teoritis nilai k yang dihailkan sebesar 1,4167 dan nilai Q yang
dihasilkan sebesar 0,0044271875.
Pada percobaan untuk sekat ukur segiempat didapatkan hasil volume sebanyak V1 =
0,00049 m3, V2 = 0,0005 m3, V3=0,00047 m3, V4 = 0,00046 m3 , V5 = 0,00048 m3 dengan v
total = 0,02 dan rata rata 0,0004. Dan Q menurut rumus (Q = V/t) didapatkan Q1 =
0,000098, Q2 = 0,0001, Q3= 0,000094, Q4 = 0,000092, Q5 = 0,000096 dan Q totalnya =
0,00048 dengan rata rata 0,000096. Sedangkan volume yang diperhitungkan dengan hasil V1
= 0,005296119465 ; V2 = 0,005334918875 ; V3 = 0,00531551917 ; V4 = 0,005334918875 ;
V5= 0,005334918875. Untuk debit (Q) yang dihasilkan menurut perhitungan yaitu Q1 =
0,001059223893 ; Q2 = 0,001066983775 ; Q3= 0,001063103834 ; Q4 = 0,005334918875 Q5
= 0,001066983775. Hasil perhitungan dari A total yang didapatkan dari A1 = 0,00005024
ditambahkan dengan A2 = 0,019349465 didapatkan A total = 0,019399705. Hasil perhitungan
dari log Q yang dihasilkan yaitu log Q1 = - 2,975012231 ; log Q2 = -2,971842185 ; log Q3 = -
2,93424316 ; log Q4 = - 2, 971842185 ; log Q5 = -2,971842185 dan Q = - 14,8639631.
Untuk hasil perhitungan dari log H2 yang dihasilkan yaitu log H21 = -1,698970004 ; log H22 =
-1,698970004 ; log H23 = -1,698970004; log H24 = -1,698970004 ; log H25 = -1,698970004
dan H2 = -8,494850022. Hasil perhitungan dari log Q x log H2 yang dihasilkan yaitu log
Q1 x log H21 = 5,05445654 ; log Q1 x log H22 = 5,049070729 ; log Q1 x log H23 = 5,051758722
; log Q1 x log H24 = 5,049070729 ; log Q1 x log H25 = 5,049070729 log Q1 x log H2 =
25,25342745. Sedangkan hasil perhitungan dari (log H2)2 didapatkan hasil sebesar (log H21)2
= 2,886499074 ; (log H22)2 = 2,886499074 ; (log H23)2 = 2,886499074; (log H24)2 =
2,886499074; (log H25)2 = 2,886499074 dan (log 2)2 = 14,43249537. Perhitungan n
didapatkan hasil sebesar -0,31715895. Perhitungan log k yang dihasilkan yaitu -3,55622134
dan k sebesar 0,000278296936. Sedangkan untuk nilai yang didapat dari perhitungan secara
teoritis parktikan didapat nilai k sebesar 0,265766815 dan nilai Q sebesar 0,000751702.
4.4 Pembahasan
Pada praktikum Mekanika Fluida materi Kalibrasi Sekat Ukur didapat hasil yaitu nilai
debit berdasarkan percobaan dan nilai debit yang didapat berdasarkan perhitungan secara
teoritis. Jumlah debit aliran pada sekat ukur trapesium yaitu 0,0009861627706 m3/s, sedangkan
nilai yang didapat dari perhitungan secara teoritis yaitu 0,00003193171619 m3/s. Jika
dibandingkan, nilai debit perhitungan lebih besar dari pada jumlah debit teoritis. Jumlah debit
aliran pada sekat ukur segitiga yang didapat dari percobaan yaitu 0,59052702 m3/s, sedangkan
nilai hasil perhitungan teoritis yaitu 0,0044271875 m3/s. Nilai debit perhitungan lebih besar dari
pada jumlah debit secara teoritis. Jumlah debit sekat segiempat yaitu 0,0009591214152 m3/s,
dan nilai hasil perhitungan teoritis yaitu sebesar 0,000751702 m3/s. Nilai debit perhitungan
lebih besar dari pada jumlah debit secara teoritis. Maka, debit sekat ukur segiempat > trapesium
> segitiga yang dipasang pada ambang pelimpah. Dan nilai debit perhitungan dengan teoritis
juga berbeda serta tidak stabil besar kecilnya, hal tersebut mungkin bisa di sebabkan karena
kesalahan praktikan yaitu dalam pengukuran waktu menggunakan stopwatch, pengukuran
tinggi sekat, tinggi air menggunakan penggaris yang tidak akurat dan penadahan air tumpahan
ada yang terlewatkan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum, jumlah debit sekat trapesium yaitu
0,0009861627706 m3/s, dan nilai hasil perhitungan secara teoritis yaitu 0,00003193171619
m3/s. Nilai debit perhitungan lebih besar dari pada jumlah debit secara teoritis. Jumlah debit
sekat segitiga yaitu 0,59052702 m3/s, dan nilai hasil perhitungan secara teoritis yaitu
0,0044271875 m3/s. Maka, bisa dikatakan nilai debit perhitungan lebih besar dari pada jumlah
debit secara teoritis. Jumlah debit sekat segiempat yaitu sebesar 0,0009591214152 m 3/s, dan
hasil perhitungan secara teoritis yaitu sebesar 0,000751702 m3/s. Nilai debit berdasarkan
perhitungan lebih besar dari pada jumlah debit berdasarkan hasil perhitungan secara teoritis.
Menurut Pudyono (2008), bahwa setiap sekat ukur dengan model yang berbeda dan kemiringan
yang berbeda dapat mempengaruhi debit aliran air.
Salah satu aplikasi sekat ukur adalah pada irigasi yang berhubungan dengan sekat ukur
ini, pembuatannya berdasarkan debit air. Pembagian berdasarkan debit air ini terjadi atas
saluran primer dan sekunder dan tersier (Pudyono, 2008).
4. Tumpahnya air
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu alat ukur sesuai dengan rancangannya
atau tidak. Untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran, alat-alat yang akan digunakan
perlu dilakukannya kalibrasi terlebih dahulu. Praktikum ini dimaksudkan agar mahasiswa
mampu mengetahui prinsip penggunaan sekat ukur dan juga mampu mengkalibrasi sekat ukur
untuk penentuan debit aliran. Didapatkan hasil pada praktikum berdasarkan nilai rata-ratanya
yaitu pada sekat ukur trapesium adalah 0,000996. Pada sekat ukur segitiga didapatkan hasil
0,0009032. Pada sekat ukur segiempat didapatkan hasil 0,00096. Menurut hasil praktikum,
debit yang paling besar yaitu terdapat pada sekat trapesium. Hasil tersebut jika dibandingkan
dengan literatur, debit aliran paling besar yaitu pada sekat yang kemiringannya seperti
busur(lengkung) yaitu trapesium.
5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum ini adalah supaya para praktikan lebih serius dalam
melakukan praktikum dan lebih teliti dalam melakukan perhitungan dan ketika pengambilan
data kedalaman air, sebaiknya untuk menyalakan inverter dan membuka keran output haruslah
berhati-hati dalam penggunaan alat-alat tersebut, karena jika alat basah maka alat akan rusak,
praktikan akan kesetrum dan pengambilan data pun gagal. Selain itu dalam membaca data pun
harus teliti dan hati-hati karena data banyak yang berbentu angka desimal panjang.