Anda di halaman 1dari 11

PERENCANAAN GORONG-GORONG DAN TALANG

PADA SALURAN IRIGASI


Planning Of Slugs And Bars On Irrigation Channels
Fuad Rosyady1, Rafli Fajar Arianto 2, Ingrith Tiara Deva3
1,2,3)
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga, Jalan
Raya Dramaga, Bogor, Jawa Barat 16680
Email : fuadrosyady26@gmail.com

PENDAHULUAN
Banjir merupakan salah satu masalah yang sering terjadi di Indonesia, khususnya
pada musim hujan. Permasalahan ini hampir setiap tahun berulang, bahkan cenderung
mengalami peningkatan dari segi frekuensi, luasan, kedalaman, dan durasi. Jika dilihat
ke belakang, akar permasalahan banjir di perkotaan berawal dari pertambahan
penduduk yang sangat besar di atas rata - rata pertumbuhan nasional akibat urbanisasi.
Pertambahan penduduk ini tidak diimbangi dengan penyediaan sarana dan prasarana
perkotaan yang memadai sehingga morfologi kota menjadi tidak teratur. Banjir terjadi
akibat tidak berfungsinya drainase sebagai saluran untuk menyalurkan kelebihan air.
Pemanfaatan lahan yang tidak tertib turut menyebabkan persoalan drainase di
perkotaan menjadi sangat kompleks. Selain karena masalah sedimentasi, kondisi
saluran yang rusak juga menjadi salah satu penyebab terjadinya genangan (Luciana et
al. 2013). Menurut Wibowo et al. (2014) penyebab utama terjadinya banjir atau
genangan air adalah adanya perubahan dari lanskap alami menjadi lahan terbangun
dalam wujud jalan, area parkir, trotoar, dan gedung perkantoran, sehingga
meningkatkan permukaan yang kedap air. Eratnya kaitan antara banjir dan sistem
drainase menjadikan drainase penting untuk dikaji sebagai salah satu upaya bagi
penanggulangan masalah banjir.
Selain pada drainase, Irigasi juga menjadi faktor penting pada kegiatan pertanian.
Irigasi di bangun untuk memenuhi kebutuhan mengairi areal persawahan. Jaringan
irigasi yang di bangun umumnya berskala kecil dan bentuknya relatif sederhana
sehingga diperlukan pengelolaan pada sistem jaringan irigasi (Jasmila et al. 2018).
Keberadaan sistem irigasi yang handal merupakan sebuah syarat mutlak bagi
terselenggaranya sistem pangan nasional yang kuat dan penting bagi sebuah negara.
Sistem irigasi merupakan upaya yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh air.
Dengan menggunakan bangunan dan saluran buatan untuk mengairi lahan
pertaniannya. Bangunan-bangunan yang ada pada sistem irigasi terdiri dari bangunan
pengukur debit, bangunan pengatur tinggi muka air, bangunan bagi dan sadap,
bangunan pembawa, kolam olak, bangunan lindung, jalam dan jembatan serta
bangunan-bangunan pelengkap.
Gorong-gorong adalah salah satu banguna air pada persilangan untuk menyalurkan
air yang lewat sari satu sisi jalan yang lain atau untuk mengalirkan air pada
persilangan dua buah saluran dengan tinggi muka air yang berbeda pada kedua saluran
tersebut. Dalam desain gorong-gorong dilakukan pengecekan terhadap elevasi muka
air di depan gorng-gorong, elevasi muka air di dalam gorong-gorong, kehilangan
tekanan, dan lebar gorong-gorong (Besferi 2012). Gorong-gorong mempunyai
potongan melintang yang lebih kecil dari pada luas basah saluran hulu maupun hilir.
Sebagian dari potongan melintang mungkin berada diatas muka air. Dalam hal ini
gorong-gorong berfungsi sebagai saluran terbuka dengan aliran bebas (Direktorat SDA
2013).
Banguan talang adalah bangunan persilangan yang dibuat untuk melintaskan
saluran irigasi dengan saluran pembuangan alam, sungai, cekungan, jalan (Besferi
2012). Talang yaitu penampang saluran buatan di mana air mengalir dengan
permukaan bebas, yang di buat melintas cekungan, saluran, sungai, jalan atau
sepanjang lereng bukit. Bangunan ini bisa di dukung dengan pilar atau kontruksi lain.
Talang beton di gunakan untuk membawa debit kecil, untuk saluran-saluran yang lebih
besar di gunakan talang beton atau baja (Hakim et al. 2016).

METODOLOGI
Tugas praktikum kali ini dilaksanakan pada Kamis, 20 November 2020 pukul
13.00 WIB di rumah masing-masing dikarenakan kebijakan Work From Home (WFH)
oleh IPB akibat pandemi Covid-19. Alat dan bahan yang digunakan pada tugas
praktikum kali ini yaitu laptop yang dilengkapi dengan perangkat lunak Microsoft
Word, Microsoft Powerpoint dan pustaka-pustaka penunjang yang mana kelompok 1
membahas mengenai perencanaan gorong-gorong pada saluran drainase dan talang
pada irigasi. Berikut diagram alir pelaksanaan praktikum

Mulai

Mencari jurnal dan literatur studi kasus gorong-gorong dan talang

Membuat laporan di microosft word

Membuat bahan persentasi di microsoft word

Mempresentasikan hasil diskusi

Selesai

Gambar 1 diagram alir pelaksanaan praktikum

PEMBAHASAN
1. Lokasi
Lokasi DAS Kali Kandangan terletak di kawasan Kota Surabaya
Gambar 1 DAS Kali Kandangan
2. Kondisi Upstream

Gambar 2 Tata Guna Lahan DAS Kali Kandangan Kondisi


Eksisting
Untuk memperhitungkan besarnya koefisien pengaliran perlu diperhitungkan
kemungkinan perubahan tata guna lahan. Besarnya angka koefisien pengaliran yang
digunakan berdasarkan tata ruang Kota Surabaya khususnya wilayah Kali Kandangan
Surabaya Barat.
Tabel 1 Luas Tata Ruang Kota Surabaya

Pada gambar diatas, Tata Guna Lahan yaitu lahan kosong, komersian industri dan
tambak mempunyai nilai C berturut-turut yaitu 0.35, 0.6, 0.3 dengan C rata-rata
sebesar 0.415 dan luas sub DAS sebesar 1,0029 km2. Berdasarkan tabel 3 dapat
disimpulkan bahwa untuk perhitungan hujan rencana menggunakan nilai C = 0,415.

Tabel 2 Data Curah Hujan harian


Ri (mm)
Tahun Kandangan
1991 73
1992 133
1993 109
1994 135
1995 125
1996 254
1997 93
1998 73
1999 95
2000 110
2001 124
2002 205
2003 117
2004 79
2005 90
2006 130
2007 97
2008 120
2009 78
2010 127
2011 79
2012 82
2013 75
2014 81
2015 63

Pada tabel di atas dapat dilihat curah hujan harian maksimum terjadi pada tahun 1996
sebesar 254 mm dan curah hujan harian terendah terjadi pada tahun 2015 sebesar 63
mm.

Gambar 3 Denah Gorong-Gorong P3

Gambar 4 Potongan A-A


Gambar 5 Potongan B-B

 Perhitungan Dimensi Gorong-gorong


Panjang gorong-gorong, L = 20 meter, maka tergolong gorong-gorong panjang.
Gorong gorong didesain denga aliran tertutup dan menggunakan box culvert type
BC 1000 dengan ukuran 1200 x 1200.
A = 1,2 x 1,2 = 1,44 m2
V = = = 1,55 m/detik
P = 2 (1,2 + 1,2) = 4,8 m
R = = = 0,3 m

 Kehilangan Energi Gorong-gorong


Besarnya kehilangan energi untuk gorong-gorong segiempat adalah :
Z = (1 + α + λ
Dimnana :
Z = kehilangan energi pada gorong-gorong (m)
A = luas pebnampang basah gorong-gorong (m2)
L = panjang gorong-gorong (m)
S = keliling basah gorong-gorong (m)
g = percepatan greavitasi = 9,81 m/dettik2
V = kecepatan di gorong-gorong (m/detik)
a = 0,5
α= 1,5
Sedangkan λ dihitung dengan menggunakan formula berikut :
λ= (0,01989 +( ) 1,5
λ= 0,0303
Sehingga nilai kehilangan energi (Z) pada gorong-gorong sebesar :
Z = (1 + 0,5 + 0,0303 )
Z = 0,25 m
Lokasi Perencanaan Talang
Praktikum kali ini juga membahas mengenai saluran talang untuk irigasi di
Daerah Irigasi Sidoraharjo yang berlokasi di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa
Yogyakarta. Daerah Irigasi ini mendapat suplai air dari Bendung Sidoraharjo yang
terletak di Desa Sendang Tirto, Kecamatan Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Lokasi
dapat dilihat pada peta Gambar 2.

Gambar 6 Peta lokasi DI Sidoraharjo

B. Perencanaan Talang
Banguan talang adalah bangunan persilangan yang dibuat untuk melintaskan
saluran irigasi dengan saluran pembuangan alam, sungai, cekungan, jalan. Talang yaitu
penampang saluran buatan di mana air mengalir dengan permukaan bebas, yang di
buat melintas cekungan, saluran, sungai, jalan atau sepanjang lereng bukit. Bangunan
ini bisa di dukung dengan pilar atau kontruksi lain. Talang beton di gunakan untuk
membawa debit kecil, untuk saluran-saluran yang lebih besar di gunakan talang beton
atau baja. Saluran tersebut di dalamnya terdapat air mengalir dengan permukaan bebas
dengan dibuat melintas lembah dengan panjang tertentu (umumnya kurang dari 100
m). Saluran berbentuk talang ini digunakan untuk saluran pembuang, saluran pada
sungai, jalan atau rel kereta api dan sebagainya. Saluran talang ditopang oleh
setidaknya 2 buah pilar. Terdapat dua macam konstruksi yang digunakan untuk
membuat pilar pada saluran talang, yaitu pasangan batu dan beton. Jika tinggi pilar
kurang dari 3 meter dapat menggunakan konstruksi pasangan batu dan jika lebih dari 3
meter dapat menggunakan konstruksi beton bertulang. Saluran talang pada DI
Sidoraharjo ini menggunakan 2 buah pilar dengan menggunakan beton.

Analisis Hidrolika Saluran Talang


Bentuk dari saluran talang ini adalah segiempat atau bujur sangkar dengan dimensi saluran
memiliki lebar dasar saluran (b) 0.5 m dan tinggi saluran (h) 0.4 m, dimana kemiringan dasar
saluran sebesar (S) 0,0005 dan kemiringan talud 0. Dari dimensi saluran tersebut diperoleh
luas penampang basah (A) sebesar 0.2 m 2 dan keliling basah saluran (P) sebesar 1.3 m.
Kemudian jari-jari hidrolis dihitung dengan membagi luas penampang basah dengan keliling
basah, diperoleh jari-jari hidrolis (R) sebesar 0,154 m. Jika diketahui saluran talang terbuat
dari beton, maka nilai kekasaran Manning (n) adalah 0,013. Dengan menggunakan persamaan
Manning, maka diperoleh kecepatan aliran pada saluran adalah 2.29 m/detik. Dari perhitungan
tersebut kemudian dapat diketahui debit yang mengalir pada saluran, yaitu 0.46 m 3 /detik.
Gambar penampang dan dimensi saluran talang ditunjukkan pada Gambar 7A
sedangkan denah saluran ditunjukkan pada Gambar 7B.
(A) (B)

Gambar 7 (a) Dimensi saluran talang (b) Denah talang

Diketahui : lebar saluran (b) = 0.5 m


tinggi saluran (h) = 0.4 m
bentuk saluran beton, koefisien kekasaran manning (n) = 0.013
kemiringan dasar saluran (i) = 0.0005
Menghitung luas terbasahkan (A)
A=bxh
= 0.5 x 0.4
= 0.2 m2

Menghitung keliling terbasahkan (P)


P = b + 2h
= 0.5 + 2 (0.4)
= 0.5 + 0.8 = 1.3 m
Menghitung jari-jari hidrolik
R = /𝑃
= 0.2/1.3
= 0.1538 m
Menghitung debit
Q = AV
= A x 1/𝑛 𝑥 𝑅2/3 𝑥 𝑆1/2
= 0.2 x 1/0.013 𝑥 (1.5385)2/3 𝑥 (0.0005)1/2
= 0.2 x 2.29
= 0.46 m3/detik

Dapat dilihat bahwa nilai slope atau kemiringan dasar saluran berbanding lurus dengan
kecepatan aliran. Artinya, semakin besar slope, maka akan semakin besar kecepatan aliran
yang dihasilkan. Sementara itu, nilai koefisien kekasaran (n) berbanding terbalik dengan
kecepatan. Artinya, semakin besar nilai koefisien kekasaran (semakin kasar material
penyusun saluran), maka semakin kecil kecepatan aliran yang dihasilkan. Dapat dilihat pada
tabel harga koefisien Manning dibawah ini. Nilai koefisien Manning akan semakin besar
seiring dengan tingkat kekasaran bahan saluran. Pada studi kasus kali ini, digunakan saluran
beton, sehingga nilai koefisien Manning yang digunakan adalah 0,013.

Tabel 3 harga koefisien manning


Kecepatan maksimum yang diijinkan untuk saluran beton adalah 3 m/detik. Jika
dibandingkan dengan kecepatan aliran pada saluran yang diperoleh dengan menggunakan
persamaan Manning, yakni 2.29 m/detik, maka kecepatan aliran pada saluran masih berada
pada rentang kecepatan yang dijinkan, sehingga saluran dapat dikatakan aman dan tidak
akan terjadi sedimentasi ataupun penggerusan saluran. Debit saluran dapat dihitung dengan
mengalikan kecepatan dengan luas penampang basah, sehingga diperoleh debit saluran (Q)
sebesar 0.46 m /detik. Debit kebutuhan air irigasi untuk daerah layanan saluran talang ini
adalah sebesar 16.120 liter/detik atau setara dengan 0,01612 m3 /detik. Berdasarkan kedua
nilai tersebut dapat diketahui bahwa debit saluran lebih besar dari debit kebutuhan sehingga
dapat dikatakan bahwa saluran dapat memenuhi kebutuhan air.

Kondisi Upstream
Bendung Sidoraharjo yang berada di Kabupaten Bantul memiliki luas 506.85 km .
Sebanyak 40% wilayah Kabupaten Bantul adalah dataran rendah dan 60% adalah wilayah
dataran tinggi perbukitan yang kurang subur. Daerah irigasi Sidoraharjo yang terletak di
Desa Sendang Tirto Kecamatan Banguntapan ini memiliki dua stasiun hujan yang
berpengaruh yaitu stasiun hujan Santan dan Tanjung Tirto. Kemudian data hujan tersebut
diolah menjadi curah hujan efektif yang merupakan curah hujan yang dapat digunakan oleh
proses pertumbuhan tanaman. Hasil pengolahan data tersebut memiliki rasio kegagalan 20%
(Curah Hujan R80). Data curah hujan efektif daerah ini ditunjukkan pada Tabel 4dengan
pola pengunaan lahan yang ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4 curah hujan efektif

Gambar Potongan Talang


Nilai-nilai rasio antara 1-3 menghasilkan potongan melintang hidrolis yang lebih
ekonomis. Potongan melintang saluran talang ditentukan oleh rasio b/h, dimana b adalah
lebar saluran dan h adalah kedalaman air. Kecepatan di dalam bangunan lebih tinggi
daripada kecepatan di potongan saluran biasa, tetapi kemiringan dan kecepatan dipilih
sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kecepatan superkritis atau mendekati kritis,
karena aliran cenderung sangat tidak stabil. Berikut adalah penampang melintang dan
memanjang saluran talang pada DI Sidoraharjo.

Gambar 8 Penampang melintang saluran talang

Gambar 9 Penampang memanjang saluran talang

Estimasi Biaya

Tabel 5 Rencana Anggaran Biaya (RAB)


SIMPULAN
Talang ini direncanakan berbentuk segiempat atau bujur sangkar dengan lebar
dasar saluran 0,5 m, tinggi saluran 0,4 m, dan slope dasar saluran 0,0005 maka
diperoleh kecepatan aliran sebesar 2,29 m 3 /detik. Nilai tersebut masih berada
dibawah kecepatan maksimum untuk saluran beton. Debit yang mengalir pada saluran
adalah sebesar 0,46 m 3 /detik, yang mana debit ini sudah dapat memenuhi kebutuhan
debit sawah daerah pelayanannya yakni 0,016 m 3 /detik. Estimasi biaya yang
diperlukan dalam pembangunan talang sepanjang 3,5 m adalah sebesar Rp4.800.000.

SARAN
Perlu dilakukan pemahaman lebih dalam ketika mencari sumber informasi maupun
data, dikarenakan minimnya informasi dan data yang tersedia.

DAFTAR PUSTAKA

Busferi. 2012. Desain special maintenance bangunan daerah Irigasi Way Rilau
Lampung Selatan. Jurnal Ilmiah Bidang Sains – Teknologi Murni Disiplin dan
Antar Disiplin. 2(10): 48 – 55.
Direktorat Sumber Daya Air. 2013. Kriteria perencanaan bagian bangunan. Standar
Perencanaan Irigasi. Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Hakim I L N, Permana S, Farida I. 2016. Analisis aliran air melalui bangunan talang
pada Daerah Irigasi Walahir Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut. Jurnal
Konstruksi Sekolah Tinggi Teknologi Garut. 14(1): 154 – 170.
Jasmila, Munir A, Achmad M. 2018. WEB-Based Computer Assisted Design untuk
dimensi bangunan talang dan goorng-gorong. Jurnal Agritechno. 11(2): 98 –
107.
Luciana RF, Edijatno, Sofia F. 2013. Analisa Sistem Drainase Saluran Kupang Jaya
akibat Pembangunan Apartemen Puncak Bukit Golf di Kota Surabaya. Jurnal
Wibowo A, Widyatmoko MY, Darsono S, Sugiyanto.2014. Perencanaan saluran
drainase kawasan oasis PT. Djarum Kudus di Kabupaten Kudus. Jurnal Karya
Teknik Sipil. 3(1): 79 – 86

Anda mungkin juga menyukai