PENDAHULUAN
Banjir merupakan salah satu masalah yang sering terjadi di Indonesia, khususnya
pada musim hujan. Permasalahan ini hampir setiap tahun berulang, bahkan cenderung
mengalami peningkatan dari segi frekuensi, luasan, kedalaman, dan durasi. Jika dilihat
ke belakang, akar permasalahan banjir di perkotaan berawal dari pertambahan
penduduk yang sangat besar di atas rata - rata pertumbuhan nasional akibat urbanisasi.
Pertambahan penduduk ini tidak diimbangi dengan penyediaan sarana dan prasarana
perkotaan yang memadai sehingga morfologi kota menjadi tidak teratur. Banjir terjadi
akibat tidak berfungsinya drainase sebagai saluran untuk menyalurkan kelebihan air.
Pemanfaatan lahan yang tidak tertib turut menyebabkan persoalan drainase di
perkotaan menjadi sangat kompleks. Selain karena masalah sedimentasi, kondisi
saluran yang rusak juga menjadi salah satu penyebab terjadinya genangan (Luciana et
al. 2013). Menurut Wibowo et al. (2014) penyebab utama terjadinya banjir atau
genangan air adalah adanya perubahan dari lanskap alami menjadi lahan terbangun
dalam wujud jalan, area parkir, trotoar, dan gedung perkantoran, sehingga
meningkatkan permukaan yang kedap air. Eratnya kaitan antara banjir dan sistem
drainase menjadikan drainase penting untuk dikaji sebagai salah satu upaya bagi
penanggulangan masalah banjir.
Selain pada drainase, Irigasi juga menjadi faktor penting pada kegiatan pertanian.
Irigasi di bangun untuk memenuhi kebutuhan mengairi areal persawahan. Jaringan
irigasi yang di bangun umumnya berskala kecil dan bentuknya relatif sederhana
sehingga diperlukan pengelolaan pada sistem jaringan irigasi (Jasmila et al. 2018).
Keberadaan sistem irigasi yang handal merupakan sebuah syarat mutlak bagi
terselenggaranya sistem pangan nasional yang kuat dan penting bagi sebuah negara.
Sistem irigasi merupakan upaya yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh air.
Dengan menggunakan bangunan dan saluran buatan untuk mengairi lahan
pertaniannya. Bangunan-bangunan yang ada pada sistem irigasi terdiri dari bangunan
pengukur debit, bangunan pengatur tinggi muka air, bangunan bagi dan sadap,
bangunan pembawa, kolam olak, bangunan lindung, jalam dan jembatan serta
bangunan-bangunan pelengkap.
Gorong-gorong adalah salah satu banguna air pada persilangan untuk menyalurkan
air yang lewat sari satu sisi jalan yang lain atau untuk mengalirkan air pada
persilangan dua buah saluran dengan tinggi muka air yang berbeda pada kedua saluran
tersebut. Dalam desain gorong-gorong dilakukan pengecekan terhadap elevasi muka
air di depan gorng-gorong, elevasi muka air di dalam gorong-gorong, kehilangan
tekanan, dan lebar gorong-gorong (Besferi 2012). Gorong-gorong mempunyai
potongan melintang yang lebih kecil dari pada luas basah saluran hulu maupun hilir.
Sebagian dari potongan melintang mungkin berada diatas muka air. Dalam hal ini
gorong-gorong berfungsi sebagai saluran terbuka dengan aliran bebas (Direktorat SDA
2013).
Banguan talang adalah bangunan persilangan yang dibuat untuk melintaskan
saluran irigasi dengan saluran pembuangan alam, sungai, cekungan, jalan (Besferi
2012). Talang yaitu penampang saluran buatan di mana air mengalir dengan
permukaan bebas, yang di buat melintas cekungan, saluran, sungai, jalan atau
sepanjang lereng bukit. Bangunan ini bisa di dukung dengan pilar atau kontruksi lain.
Talang beton di gunakan untuk membawa debit kecil, untuk saluran-saluran yang lebih
besar di gunakan talang beton atau baja (Hakim et al. 2016).
METODOLOGI
Tugas praktikum kali ini dilaksanakan pada Kamis, 20 November 2020 pukul
13.00 WIB di rumah masing-masing dikarenakan kebijakan Work From Home (WFH)
oleh IPB akibat pandemi Covid-19. Alat dan bahan yang digunakan pada tugas
praktikum kali ini yaitu laptop yang dilengkapi dengan perangkat lunak Microsoft
Word, Microsoft Powerpoint dan pustaka-pustaka penunjang yang mana kelompok 1
membahas mengenai perencanaan gorong-gorong pada saluran drainase dan talang
pada irigasi. Berikut diagram alir pelaksanaan praktikum
Mulai
Selesai
PEMBAHASAN
1. Lokasi
Lokasi DAS Kali Kandangan terletak di kawasan Kota Surabaya
Gambar 1 DAS Kali Kandangan
2. Kondisi Upstream
Pada gambar diatas, Tata Guna Lahan yaitu lahan kosong, komersian industri dan
tambak mempunyai nilai C berturut-turut yaitu 0.35, 0.6, 0.3 dengan C rata-rata
sebesar 0.415 dan luas sub DAS sebesar 1,0029 km2. Berdasarkan tabel 3 dapat
disimpulkan bahwa untuk perhitungan hujan rencana menggunakan nilai C = 0,415.
Pada tabel di atas dapat dilihat curah hujan harian maksimum terjadi pada tahun 1996
sebesar 254 mm dan curah hujan harian terendah terjadi pada tahun 2015 sebesar 63
mm.
B. Perencanaan Talang
Banguan talang adalah bangunan persilangan yang dibuat untuk melintaskan
saluran irigasi dengan saluran pembuangan alam, sungai, cekungan, jalan. Talang yaitu
penampang saluran buatan di mana air mengalir dengan permukaan bebas, yang di
buat melintas cekungan, saluran, sungai, jalan atau sepanjang lereng bukit. Bangunan
ini bisa di dukung dengan pilar atau kontruksi lain. Talang beton di gunakan untuk
membawa debit kecil, untuk saluran-saluran yang lebih besar di gunakan talang beton
atau baja. Saluran tersebut di dalamnya terdapat air mengalir dengan permukaan bebas
dengan dibuat melintas lembah dengan panjang tertentu (umumnya kurang dari 100
m). Saluran berbentuk talang ini digunakan untuk saluran pembuang, saluran pada
sungai, jalan atau rel kereta api dan sebagainya. Saluran talang ditopang oleh
setidaknya 2 buah pilar. Terdapat dua macam konstruksi yang digunakan untuk
membuat pilar pada saluran talang, yaitu pasangan batu dan beton. Jika tinggi pilar
kurang dari 3 meter dapat menggunakan konstruksi pasangan batu dan jika lebih dari 3
meter dapat menggunakan konstruksi beton bertulang. Saluran talang pada DI
Sidoraharjo ini menggunakan 2 buah pilar dengan menggunakan beton.
Dapat dilihat bahwa nilai slope atau kemiringan dasar saluran berbanding lurus dengan
kecepatan aliran. Artinya, semakin besar slope, maka akan semakin besar kecepatan aliran
yang dihasilkan. Sementara itu, nilai koefisien kekasaran (n) berbanding terbalik dengan
kecepatan. Artinya, semakin besar nilai koefisien kekasaran (semakin kasar material
penyusun saluran), maka semakin kecil kecepatan aliran yang dihasilkan. Dapat dilihat pada
tabel harga koefisien Manning dibawah ini. Nilai koefisien Manning akan semakin besar
seiring dengan tingkat kekasaran bahan saluran. Pada studi kasus kali ini, digunakan saluran
beton, sehingga nilai koefisien Manning yang digunakan adalah 0,013.
Kondisi Upstream
Bendung Sidoraharjo yang berada di Kabupaten Bantul memiliki luas 506.85 km .
Sebanyak 40% wilayah Kabupaten Bantul adalah dataran rendah dan 60% adalah wilayah
dataran tinggi perbukitan yang kurang subur. Daerah irigasi Sidoraharjo yang terletak di
Desa Sendang Tirto Kecamatan Banguntapan ini memiliki dua stasiun hujan yang
berpengaruh yaitu stasiun hujan Santan dan Tanjung Tirto. Kemudian data hujan tersebut
diolah menjadi curah hujan efektif yang merupakan curah hujan yang dapat digunakan oleh
proses pertumbuhan tanaman. Hasil pengolahan data tersebut memiliki rasio kegagalan 20%
(Curah Hujan R80). Data curah hujan efektif daerah ini ditunjukkan pada Tabel 4dengan
pola pengunaan lahan yang ditunjukkan pada Tabel 4.
Estimasi Biaya
SARAN
Perlu dilakukan pemahaman lebih dalam ketika mencari sumber informasi maupun
data, dikarenakan minimnya informasi dan data yang tersedia.
DAFTAR PUSTAKA
Busferi. 2012. Desain special maintenance bangunan daerah Irigasi Way Rilau
Lampung Selatan. Jurnal Ilmiah Bidang Sains – Teknologi Murni Disiplin dan
Antar Disiplin. 2(10): 48 – 55.
Direktorat Sumber Daya Air. 2013. Kriteria perencanaan bagian bangunan. Standar
Perencanaan Irigasi. Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Hakim I L N, Permana S, Farida I. 2016. Analisis aliran air melalui bangunan talang
pada Daerah Irigasi Walahir Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut. Jurnal
Konstruksi Sekolah Tinggi Teknologi Garut. 14(1): 154 – 170.
Jasmila, Munir A, Achmad M. 2018. WEB-Based Computer Assisted Design untuk
dimensi bangunan talang dan goorng-gorong. Jurnal Agritechno. 11(2): 98 –
107.
Luciana RF, Edijatno, Sofia F. 2013. Analisa Sistem Drainase Saluran Kupang Jaya
akibat Pembangunan Apartemen Puncak Bukit Golf di Kota Surabaya. Jurnal
Wibowo A, Widyatmoko MY, Darsono S, Sugiyanto.2014. Perencanaan saluran
drainase kawasan oasis PT. Djarum Kudus di Kabupaten Kudus. Jurnal Karya
Teknik Sipil. 3(1): 79 – 86