Oleh:
LEMBAR PENGESAHAN
Prof. Entin Hidayah, S.T., Ir. Wiwik Yunarni Widiarti, S.T., M.T.
M.T. NIP. NIP. 197006131998022001
196612151995032001
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan berkah, rahmat,
serta hidayah-Nya kepada kita semua sehingga Tugas Besar Drainase ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Tugas Besar ini tentu tidak terlepas dari berbagai kekurangan dan
ketidaksempurnaanya. Banyak kesulitan dan hambatan-hambatan yang penyusun
alami selama proses penyusunan Tugas Besar, walau demikian berkat bantuan
serta dorongan dari berbagai pihak, akhinya Tugas Besar ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, perkenankan penyusun
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Orang tua dan keluarga yang senantiasa memberi dukungan dan motivasi
kepada kami untuk tetap semangat dalam perkuliahan.
2. Bapak Saifurridzal, S.T, M.Eng selaku dosen pembimbing mata kuliah
Drainase yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas dan
mengajarkan materi mengenai Drainase.
3. Teman – Teman S1 Teknik Sipil Angkatan 2021 yang selalu memberikan
dukungan dan bantuan kepada penyusun dalam menyelesaikan laporan ini.
Semoga Allah SWT memberikan rahmatnya atas segala bantuan yang telah
diberikan kepada penyusun, dan semoga Tugas Besar ini telah memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan. Kritik serta saran yang membangun sangat
diharapkan, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi khalayak banyak terutama
bagi penyusun sendiri.
Jember, 23 Maret 2024
Penyusun
BAB 1. PENDAHULUAN
4
1.1 Latar Belakang
Drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau
mengalihkan air (Suripin, 2004). Secara umum, drainase didefinisikan sebagai
serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang
kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan
secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas
air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.
Pemukiman juga memerlukan sistem drainase yang berfungsi sebagai
sarana sanitasi untuk mencegah menggenangnya air yang mengganggu
kenyamanan dan kesehatan lingkungan, sekaligus sebagai sarana untuk mencegah
banjir. Banjir yang terjadi di wilayah pemukiman sering kali disebabkan oleh
gagalnya saluran drainase membuang kelebihan air tersebut. Curah hujan yang
tinggi tidak diimbangi dengan kapasitas saluran yang memadai juga menyebabkan
banjir, karena tidak ada saluran yang menyalurkan kelebihan air diatas permukaan
air tanah.
Pembangunan masa kini mengalami perkembangan pesat, yang terjadi
diberbagai tempat khususnya di Kabupaten Jember. Pembangunan yang terjadi
mengakibatkan perubahan tataguna lahan yang awalnya daerah terbuka hijau
menjadi daerah perumahan. Dampaknya limpasan permukaan semakin
meningkatakibat kurangnya daerah resapan air. Meningkatnya limpasan
permukaan yang tidak disertai dengan pengendalian perubahan tataguna lahan
akan menimbulkan banjir (Oktavia, 2018).
Perencanaan sistem drainase pada Perumahan Mangli Residence Jember
merupakan salah satu bentuk pengendalian banjir yang disebabkan oleh faktor
alam maupun hasil ulah manusia. Masalah lingkungan dan curah hujan yang tinggi
dapat menimbulkan masalah lingkungan dan banjir jika sistem drainase yang
direncanakan kurang optimal.
Pemodelan drainase pada perumahan ini menggunakan Storm Water
Management Model (SWMM) yang bertujuan untuk menghitung kondisi
eksisting kinerja saluran drainase dan memberi solusi guna mengatasi banjir
pada perumahan Mangli Residence. Dari munculnya permasalahan ini, diharapkan
5
penelitian ini dapat menemukan sebuah solusi saluran drainase yang optimal guna
mengurangi permasalahan yang ada.
6
2.1 Lokasi Studi
Lokasi studi Sistem Drainase terletak di Perumahan Puri Antirogo yang
berada di Dusun Lengkong, Antirogo, Kec. Sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa
Timur 68181, Indonesia Kabupaten Jember (selengkapnya disajikan pada Gambar
1.1) dengan koordinat 8°10'43.90" LS
113°38′58.24" BT, dan batas lainnya sebagai berikut:
a) Batas Utara (BU) = 8°10'44.90" S 113°39'01.22" E
Sisi utara dari Perumahan Puri Antirogo berdekatan dengan persawahan. b)
Batas Timur (BT) = 8°10'49.40" S 113°39′08.78" E
Batas timur dari Perumahan Puri Antirogo berupa Jalan Gurami c)
Batas Selatan (BS) = 8°10'50.90" S 113°39'02.37" E
Batas selatan Perumahan Puri Antirogo yaitu perumahan Bumi Mangli, d)
Batas Barat (BB) = 8°10'44.14" S 113°38′55.66" E
Batas barat Perumahan Puri Antirogo merupakan persawahan.
7
eksisting dan pengamatan sumur atau air tanah di Lokasi Puri Antirogo, sedangkan data sekunder
yaitu data yang bersumber dari Pemerintah Kabupaten Jember serta instansi swasta lainnya. Data
yang dibutuhkan diantaranya adalah:
b. Peta Topografi
Peta topografi adalah peta yang memiliki informasi tentang ketinggian
permukaan tanah pada suatu tempat terhadap permukaan laut, yang digambarkan
8
dengan garis-garis kontur. Peta topografi menyediakan data yang diperlukan
tentang sudut kemiringan, elevasi, daerah aliran sungai, vegetasi secara umum dan
pola urbanisasi. Peta topografi juga menggambarkan sebanyak mungkin ciri-ciri
permukaan suatu kawasan tertentu dalam batas-batas skala. Untuk mendapatkan
peta kontur dilakukan dengan bantuan google earth. Dalam google earth
sekaligus dapat ditampilkan tata letak sungai, saluran drainase dan irigasi eksisting
yang sangan membantu dalam melakukan analisis.
c. Peta Geologi
Peta geologi adalah sebuah gambaran kecil dari seluruh permukaan bumi.
Tidak ada yang tahu bagaimana jelasnya bentuk muka bumi melihat ada
banyak batuan yang ditemukan. Dengan adanya peta geologi akan
memudahkan manusia untuk mengetahui bentuk bumi.
9
dibandingkan dampak kondisi awal sebelum ada perumahan dan sesudah
dibangunnya Kawasan perumahan.
10
Gambar 1. 1 Site Plan Perumahan Puri Antirogo
Jenis tanah untuk DAS Perumahan Puri Antirogo sebagian besar termasuk jenis tanah latosol
coklat dan legosol kelabu.
11
Gambar 1. 3 Peta Curah Hujan DAS
12
BAB 3. TEORI DAN PEMBAHASAN HIDROLOGI
13
3.2.1 PENENTUAN DAS YANG MEMPENGARUHI
Pembuatan peta DAS Mangli Residence menggunakan data DEM dengan
resolusi 10x10 meter yang diolah menggunakan WMS (Watershed Modelling
System). Berdasarkan letak dari perumahan dan ketinggian konturnya, maka aliran
sungai yang melewati perumahan seperti pada dengan panjang alur Sungai 1 km
yang mengalir dari atas ke bawah. Outlet Mangli Residence diasumsikan alur
sungai yang paling dekat dengan perumahan.
𝐶𝑉
𝑁=( )
𝐸
100𝜎
𝐶𝑉 = ( )
𝜌̅
𝑛 1𝜎 = [ {𝜌̅2
− (𝜌̅)2}] .2
𝑛−1
∑𝜌
𝜌̅ = ( )
𝑛
Dengan:
𝑁 = jumlah stasiun hujan
𝐶𝑣 = koefisien variasi hujan didasarkan pada stasiun hujan yang ada
𝐸 = persentase kesalahan yang diijinkan
14
𝑝 = hujan rerata tahunan
𝜌̅ = hujan rerata dari 𝑛 stasiun
𝑛 = jumlah stasiun hujan yang ada
𝜎 = standar deviasi
(Gark SK, 1982)
15
1. ukuran dan jenis proyek
2. ketersediaan data
3. ketersediaan dana
4. kepentingan daerah yang dilindungi
5. resiko kegagalan yang dapat ditimbulkan
Penentuan curah hujan dan debit banjir rencana dalam Kawasan drainase
di Kawasan Mangli Residence didasarkan pada SNI 2415:2016 maka digunakan
periode ulang selama 2, 5, 20, 50, 100 dan 200 tahun.
(Kamiana, 2011)
16
3.3.4 UJI ABNORMALITAS
Data yang telah konsisten kemudian perlu diuji lagi dengan uji
abnormalitas untuk mengetahui apakah data maksimum atau data minimum dari
rangkaian data yang ada layak digunakan atau tidak. Uji abnormalitas atau outlier
merupakan data yang menyimpang jauh dari trend/alur kelompoknya. Outlier ini
mengganggu dalam pemilihan jenis distribusi data pada tahap selanjutnya, sehingga
butuh adanya pembuangan/perubahan outlier tersebut (Chow, 1959). Pada
perhitungan kali ini digunakan metode Grubbs dan Beck yang telah menetapkan
dua batas ambang bawah
𝑋𝐿 dan ambang atas 𝑋𝐻. Rumusan metode ini dapat dijabarkan seperti berikut:
𝑋𝐻 = 𝐸𝑥𝑝 (𝑋̅ + 𝐾𝑛. 𝑆) 𝑋𝐿 = 𝐸𝑥𝑝 (𝑋̅ + 𝐾𝑛. 𝑆)
𝑋𝐻 = nilai ambang atas
𝑋𝐿 = nilai ambang bawah
𝑋 ̅ = nilai rata-rata
𝐾𝑛 = simpangan baku dari logaritma sampel data (Lihat Lampiran 2.3)
𝑆 = besaran yang tergantung pada jumlah sampel data
𝑛 = jumlah sampel data (Chow, 1959).
Jika nilai curah hujan yang telah dikoreksi sebelumnya melebihi nilai
ambang atas atau pun kurang dari nilai ambang bawah, maka nilai curah hujan
tersebut dianggap abnormal. Namun, jika terdapat lebih dari 2 harga yang kira-kira
abnormal, maka harus dipertimbangkan bahwa peristiwa itu terjadi oleh suatu
sebab (Sosrodarsono, 1977). Berikut hasil dari uji abnormalitas pada stasiun hujan
yang diteliti:
𝑋̅ = ∑ 𝑋𝑖
17
𝑖=1
Dengan:
𝑋𝑖 = nilai data
𝑛 = jumlah data
(Soewarno, 1995)
𝑆
(Soewarno, 1995)
𝐶𝑠 = (𝑛 − 1)(𝑛 − 2)𝑆3
(Soewarno, 1995)
𝐶𝑘
(Soewarno, 1995)
18
a. Metode Normal
Metode Distribusi Normal atau disebut dengan Distribusi Gauss persamaannnya
dapat ditulis sebagai berikut:
𝑋𝑇 = 𝑋̅ + 𝐾𝑇. 𝑆 Keterangan:
𝑋𝑇 = perkiraan nilai yang akan terjadi dengan periode ulang rencana (2,5, 20,50
100, dan 200 tahun)
𝑋 ̅ = nilai rata-rata hitung variat
𝑋𝑇 = faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang
𝑆 = deviasi standar nilai variat
(Suripin, 2004)
No Tahun Xi (mm) Log (Xi)
1 2003 110.3158 2.04
2 2005 102.1442 2.01
3 2006 99.6928 2.00
4 2007 98.0585 1.99
5 2008 94.7898 1.98
6 2009 80.0811 1.90
7 2010 78.4468 1.89
8 2011 77.6296 1.89
9 2012 77.6296 1.89
10 2013 75.9953 1.88
11 2014 75.1781 1.88
12 2015 73.5438 1.87
13 2016 68.0000 1.83
14 2017 64.5551 1.81
15 2018 61.2865 1.79
16 2019 61.2865 1.79
17 2020 57.2008 1.76
Jumlah 1355.83 32.19
Rata-Rata 79.75 1.89
Standar Deviasi 15.8871 0.08526
b. Metode Log Normal
Jika variabel acak Y adalah log X yang terdistribusi secara normal, maka nilai X
dikatakan mengikuti distribusi Log Normal. Dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑌𝑇 = 𝑌̅ + 𝐾𝑇. 𝑆 Keterangan:
𝑌𝑇 = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahunan
𝑌𝑇= log X atau ln X (keduanya menghasilkan nilai yang sama)
𝑌 ̅ = nilai rata-rata
𝐾𝑇 = faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang
𝑆 = deviasi standar
19
(Suripin, 2004)
Dengan nilai 𝐾𝑇 diambil dari tabel Gauss sebelumnya (lihat Lampiran 2.4)
c. Metode Gumbel
Sama seperti metode sebelumnya, persamaan dari Metode Distribusi
Gumbel menghasilkan nilai besaran curah hujan dengan menjumlahkan nilai curah
hujan retata dengan faktor frekuensi yang sebelumnya sudah dikalikan dengan nilai
standar deviasi. Namun, perbedaannya adalah nilai faktor frekuensinya yang
bergantung akan nilai reduced variate, reduced mean dan reduced standard. Metode
Distribusi Gumbel dapat dituliskan sebagai rumus berikut:
𝑋𝑇𝑟 = 𝑋̅ + 𝐾𝑇. 𝑆
Besarnya faktor frekuensi dapat dituliskan sebagai rumus berikut:
𝑌𝑇𝑟 − 𝑌𝑛
𝐾=
𝑆𝑛
20
Keterangan:
𝑋𝑇 = besarnya curah hujan untuk periode tahun rencana (mm)
𝑇𝑟 = periode tahun berulang (tahun)
𝑋 ̅ = curah hujan maksimum rata-rata selama tahun pengamatan (mm)
𝐾 = faktor frekuensi
𝑆 = standar deviasi
𝑌𝑇𝑟 = reduced variate (lihat Lampiran 2.5)
𝑌𝑛 = reduced mean (lihat Lampiran 2.6)
𝑆𝑛 = reduced standard (lihat Lampiran 2.7)
(Suripin, 2004)
21
Setelah dihitung masing-masing metode distribusinya, maka kemudian
dicocokkan dengan persyaratan masing-masing metode. Metode dianggap dapat
digunakan ke tahapan selanjutnya apabila sesuai dengan syarat yang berlaku. Jika
terdapat lebih dari satu metode yang daapat diterima, maka dipilih yang paling
mendekati dengan nilai persyaratan tersebut. Berikut masing-masing hasil dari
hitungan analisa distribusi curah hujan dengan persyaratannya masing masing:
22
Rumus untuk menguji menggunakan metode Chi Kuadrat adalah:
𝑁 (𝑂 − 𝐸𝑓 )2
𝑋𝑐𝑟2 > 𝑋ℎ2 = ∑ 𝑓
𝐸𝑓
𝑡=1
Keterangan:
𝑋𝑐𝑟2= nilai Chi Kuadrat kritik (lihat Lampiran 2. 9)
𝑋ℎ2= paramaeter Chi Kuadrat terhitung
𝐸𝑓= frekuensi (banyak pengamatan) yang diharapkan sesuai dengan
pembagian kelasnya
𝑂𝑓 = frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama
N = jumlah sub kelompok dalam satu grup (Triatmodjo, 2008)
Untuk suatu derajat nyata tertentu, nilai yang digunakan adalah sebesar 5%.
Derajat kebebasan dihitung dengan rumus:
𝐷𝐾 = 𝐾 − (𝑃 + 1)
Keterangan:
DK = derajat kebebasan
K = banyaknya kelas
P = nilai untuk distribusi normal dan binomial P = 2 untuk distribusi
Poisson, P = 1
(Soewarno, 1995)
Hasil hitungan uji Chi Kuadrat masing-masing metode yang telah dikerjakan
pada bagian analisa distribusi dapat dijabarkan pada tabel-tabel berikut:
23
14 64.5551495 1.8099 -0.0006
15 61.28653433 1.7874 -0.0012
16 61.28653433 1.7874 -0.0012
b. Smirnov-Kolmogorov
Untuk menguji menggunakan metode Smirnov-Kolmogorov adalah dengan
membandingkan nilai ∆maks dan nilai ∆kritis, nilai ∆maks harus lebih besar
dibandingkan ∆kritis. Hal ini dapat diketahui dengan rumus:
∆𝑘𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠< ∆𝑚𝑎𝑘𝑠= 𝑃𝑒 − 𝑃𝑡
Keterangan:
∆kritis = nilai kritis (lihat Lampiran 2. 10)
∆maks = selisih antara nilai probabilitas teori dan empiris
𝑃𝑒 = peluang empiris
𝑃𝑡 = peluang teoritis
(Soewarno, 1995)
Hasil hitungan uji Chi Kuadrat masing-masing metode yang telah dikerjakan
pada bagian analisa distribusi dapat dijabarkan pada tabel-tabel berikut:
Rekapitulasi Nilai ΔP dengan Δpi
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa metode yang dapat diterima dalam
menggunakan uji Smirnov-Kolmogorov adalah metode Normal, Log
Normal, Gumbel dan Log Pearson III.
Melihat hasil analisis distribusi dan uji kecocokan menggunakan metode Chi
Kuadrat dan Smirnov-Kolmogorov, maka hasil hitungan distribusi Log
Pearson III digunakan untuk menganalisis intensitas hujan didaerah DAS
24
dan distibusi Gumbel digunakan untuk menganalisis intensitas hujan
didaerah perumahan.
25
3.3.7 PMP
26
Grafik f1
27
28
3.3.8 ANALISIS CURAH HUJAN
Hujan memiliki sifat umum berupa semakin singkat berlangsungnya, maka
semakin tinggi intensitasnya dan semakin besar juga intensitas hujan (Suripin,
2004). Ada banyak metode yang dapat dipakai untuk menentukan seberapa besar
curah hujan, pada kali ini digunakan metode Alternatif Block Method (ABM)
dengan waktu konsentrasi (tc) menggunakan metode Kirpich. Perhitungan
distribusi hujan menggunakan Alternatif Block Method (ABM) berdasarkan hujan
periode ulang 2, 5, 20, 20, 100 dan 200 tahun sebagai berikut:
29
4 1 17.00 67.98 6.22 7.99 14.30 11.13
30
Perhitungan (ABM) Hietograf Kala Ulang 20 Tahun
31
Perhitungan (ABM) Hietograf Kala Ulang 50 Tahun
32
2 1 44.07 88.14 18.18 23.37 16.39 12.76
33
3.3.9 PERHITUNGAN DEBIT
Perhitungan debit rencana bisa dilakukan menggunakan banyak metode
salah satunya adalah metode rasional. Menurut Suripin (2004), metode rasional
bisa digunakan untuk daerah pengaliran < 300 ha. Metode rasional dapat dihitung
menggunakan rumus:
𝑄 = 0,278 𝑥 𝐶 𝑥 𝐼 𝑥 𝐴
Keterangan:
C = koefisien pengaliran
I = intensitas hujan
A = luas daerah pengalira
3) C gabungan
34
Permukiman Hutan Ladang Sawah Total
C DAS 0.5397
Perhitungan debit untuk kala ulang 20 tahun didapatkan debit (Q) setelah
ada perumahan menggunakan rumus rasional dengan metode Gumbel sebagai
berikut:
𝑄 = 0,278 𝑥 𝐶 𝑥 𝐴
35