Anda di halaman 1dari 35

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE

(Studi Kasus : Perumahan Puri Antirogo)

LAPORAN TUGAS BESAR DRAINASE

Oleh:

NAUVAL ZIDANE AMRULLAH 211910301115


RIZKI AFANDI 211910301139

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2024
2

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS BESAR DRAINASE


Disusun dan dikerjakan sebagai salah satu syarat guna
menempuh dan menyelesaikan Mata Kuliah Drainase pada
Program Studi S1 Teknik Sipil Fakultas Teknik

NAUVAL ZIDANE AMRULLAH 211910301115


RIZKI AFANDI 211910301139

Mengetahui dan Menyetujui,

Dosen Pembina Mata Kuliah Dosen Pembina Mata Kuliah

Prof. Entin Hidayah, S.T., Ir. Wiwik Yunarni Widiarti, S.T., M.T.
M.T. NIP. NIP. 197006131998022001

196612151995032001

Dosen Pembina Mata Kuliah


Saifurridzal, S.T., M.Eng.
NIP. 76001906
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan berkah, rahmat,
serta hidayah-Nya kepada kita semua sehingga Tugas Besar Drainase ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Tugas Besar ini tentu tidak terlepas dari berbagai kekurangan dan
ketidaksempurnaanya. Banyak kesulitan dan hambatan-hambatan yang penyusun
alami selama proses penyusunan Tugas Besar, walau demikian berkat bantuan
serta dorongan dari berbagai pihak, akhinya Tugas Besar ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, perkenankan penyusun
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Orang tua dan keluarga yang senantiasa memberi dukungan dan motivasi
kepada kami untuk tetap semangat dalam perkuliahan.
2. Bapak Saifurridzal, S.T, M.Eng selaku dosen pembimbing mata kuliah
Drainase yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas dan
mengajarkan materi mengenai Drainase.
3. Teman – Teman S1 Teknik Sipil Angkatan 2021 yang selalu memberikan
dukungan dan bantuan kepada penyusun dalam menyelesaikan laporan ini.

Semoga Allah SWT memberikan rahmatnya atas segala bantuan yang telah
diberikan kepada penyusun, dan semoga Tugas Besar ini telah memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan. Kritik serta saran yang membangun sangat
diharapkan, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi khalayak banyak terutama
bagi penyusun sendiri.
Jember, 23 Maret 2024

Penyusun
BAB 1. PENDAHULUAN

4
1.1 Latar Belakang
Drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau
mengalihkan air (Suripin, 2004). Secara umum, drainase didefinisikan sebagai
serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang
kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan
secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas
air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.
Pemukiman juga memerlukan sistem drainase yang berfungsi sebagai
sarana sanitasi untuk mencegah menggenangnya air yang mengganggu
kenyamanan dan kesehatan lingkungan, sekaligus sebagai sarana untuk mencegah
banjir. Banjir yang terjadi di wilayah pemukiman sering kali disebabkan oleh
gagalnya saluran drainase membuang kelebihan air tersebut. Curah hujan yang
tinggi tidak diimbangi dengan kapasitas saluran yang memadai juga menyebabkan
banjir, karena tidak ada saluran yang menyalurkan kelebihan air diatas permukaan
air tanah.
Pembangunan masa kini mengalami perkembangan pesat, yang terjadi
diberbagai tempat khususnya di Kabupaten Jember. Pembangunan yang terjadi
mengakibatkan perubahan tataguna lahan yang awalnya daerah terbuka hijau
menjadi daerah perumahan. Dampaknya limpasan permukaan semakin
meningkatakibat kurangnya daerah resapan air. Meningkatnya limpasan
permukaan yang tidak disertai dengan pengendalian perubahan tataguna lahan
akan menimbulkan banjir (Oktavia, 2018).
Perencanaan sistem drainase pada Perumahan Mangli Residence Jember
merupakan salah satu bentuk pengendalian banjir yang disebabkan oleh faktor
alam maupun hasil ulah manusia. Masalah lingkungan dan curah hujan yang tinggi
dapat menimbulkan masalah lingkungan dan banjir jika sistem drainase yang
direncanakan kurang optimal.
Pemodelan drainase pada perumahan ini menggunakan Storm Water
Management Model (SWMM) yang bertujuan untuk menghitung kondisi
eksisting kinerja saluran drainase dan memberi solusi guna mengatasi banjir
pada perumahan Mangli Residence. Dari munculnya permasalahan ini, diharapkan

5
penelitian ini dapat menemukan sebuah solusi saluran drainase yang optimal guna
mengurangi permasalahan yang ada.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan Tugas Besar Drainase ini, diantaranya yaitu:
1. Untuk menghitung tinggi curah hujan rancangan berdasarkan data curah
hujan di lokasi perumahan
2. Untuk merencanakan jaringan drainase di lokasi perumahan
3. Untuk merencanakan dimensi penampang saluran drainase di lokasi
perumahan

BAB 2. METODOLOGI DAN DATA

6
2.1 Lokasi Studi
Lokasi studi Sistem Drainase terletak di Perumahan Puri Antirogo yang
berada di Dusun Lengkong, Antirogo, Kec. Sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa
Timur 68181, Indonesia Kabupaten Jember (selengkapnya disajikan pada Gambar
1.1) dengan koordinat 8°10'43.90" LS
113°38′58.24" BT, dan batas lainnya sebagai berikut:
a) Batas Utara (BU) = 8°10'44.90" S 113°39'01.22" E
Sisi utara dari Perumahan Puri Antirogo berdekatan dengan persawahan. b)
Batas Timur (BT) = 8°10'49.40" S 113°39′08.78" E
Batas timur dari Perumahan Puri Antirogo berupa Jalan Gurami c)
Batas Selatan (BS) = 8°10'50.90" S 113°39'02.37" E
Batas selatan Perumahan Puri Antirogo yaitu perumahan Bumi Mangli, d)
Batas Barat (BB) = 8°10'44.14" S 113°38′55.66" E
Batas barat Perumahan Puri Antirogo merupakan persawahan.

2.2 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dibagi menjadi 2 buah yaitu: pengumpulan data secara primer dan
pengumpulan data secara sekunder. Pengumpulan data primer yaitu data survey lapangan,
pemetaan lapangan, pengukuran elevasi, pengamatan aliran sungai, saluran drainase & irigasi

7
eksisting dan pengamatan sumur atau air tanah di Lokasi Puri Antirogo, sedangkan data sekunder
yaitu data yang bersumber dari Pemerintah Kabupaten Jember serta instansi swasta lainnya. Data
yang dibutuhkan diantaranya adalah:

Data yang dibutuhkan Keterangan


Data curah hujan 10 tahun Didapat dari web Google Earth Engine
Data DEM Digunakan unutk pembuatan batas DAS, peta
topografi, dan peta tata guna lahan
Peta topografi Didapatkan dari hasil pengolahan data DEM
dengan resolusi 5 x5 m
Peta tata guna lahan Berupa hasil digitasi gambar dari citra satelit
(ESRI)
Peta saluran irigasi Survey lapangan yang kemudian didigitasi
menggunakan program AutoCAD
Site plan Puri Antirogo Pihak pengembang Perumahan Puri Antirogo
BBBike.com
Peta jenis tanah dan akuifer Mengetahui kedalaman air tanah di lokasi

a. Data Curah Hujan


Data curah hujan diolah menjadi data curah hujan harian maksimum
selanjutnya digunakan untuk menghitung debit banjir rancangan. Data curah hujan
yang berdekatan dengan lokasi DAS Perumahan Mangli Residence ada 1 stasiun,
yaitu Stasiun Dam Semanggir. Rekaman data yang telah diperoleh terhitung
selama 17 tahun mulai tahun 2013 s/d 2023. Maka untuk keperluan mendapat data
hujan daerah dihitung menggunakan metode polygon thiessen.

b. Peta Topografi
Peta topografi adalah peta yang memiliki informasi tentang ketinggian
permukaan tanah pada suatu tempat terhadap permukaan laut, yang digambarkan

8
dengan garis-garis kontur. Peta topografi menyediakan data yang diperlukan
tentang sudut kemiringan, elevasi, daerah aliran sungai, vegetasi secara umum dan
pola urbanisasi. Peta topografi juga menggambarkan sebanyak mungkin ciri-ciri
permukaan suatu kawasan tertentu dalam batas-batas skala. Untuk mendapatkan
peta kontur dilakukan dengan bantuan google earth. Dalam google earth
sekaligus dapat ditampilkan tata letak sungai, saluran drainase dan irigasi eksisting
yang sangan membantu dalam melakukan analisis.
c. Peta Geologi
Peta geologi adalah sebuah gambaran kecil dari seluruh permukaan bumi.
Tidak ada yang tahu bagaimana jelasnya bentuk muka bumi melihat ada
banyak batuan yang ditemukan. Dengan adanya peta geologi akan
memudahkan manusia untuk mengetahui bentuk bumi.

d. Tata Guna Lahan


Tata guna lahan adalah sebuah pemanfaatan lahan dan penataan lahan yang
dilakukan sesuai dengan kondisi eksisting alam. Tata guna lahan kawasan
sekitarnya berupa pemukiman warga, rencana perumahan, dan sebagian besar
persawahan dan tegalan. Maka untuk keperluan kajian drainase perlu

9
dibandingkan dampak kondisi awal sebelum ada perumahan dan sesudah
dibangunnya Kawasan perumahan.

e. Daerah Aliran Sungai (DAS)


Peta Daerah Aliran Sungai adalah peta yang berisi informasi obyek-obyek
pada sekitar aliran sungai tersebut. Obyek tersebut bisa berupa tutupan lahan,
pemukiman dan lain sebagainya. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan
penyangga dari sungai tersebut.

f. Site Plan Perumahan


Site plan perumahan Rembangan Mangli Residence adalah sebagai berikut:

10
Gambar 1. 1 Site Plan Perumahan Puri Antirogo

(Sumber: Google Earth 2023 & CAD Mapper)

g. Jenis Tanah dan Peta Air Tanah Perumahan Pesona Regency

Gambar 1. 2 Jenis Tanah DAS Perumahan Puri Antirogo

Jenis tanah untuk DAS Perumahan Puri Antirogo sebagian besar termasuk jenis tanah latosol
coklat dan legosol kelabu.

11
Gambar 1. 3 Peta Curah Hujan DAS

2.3 Prosedur Pekerjaan


Pengkajian data dilakukan dengan observasi lapangan untuk mengetahui
kondisi eksisting dilapangan. Teknik penyajian data melalui beberapa tahap
berikut:

12
BAB 3. TEORI DAN PEMBAHASAN HIDROLOGI

3.1 METODE KAJIAN 3.2 KAJIAN HIDROLOGI


Kajian hidrologi diperlukan untuk menentukan besarnya curah hujan
rencana serta debit banjir rencana dalam periode ulang tertentu (return
period). Berikut merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam
kajian hidrologi:

1. Penentuan DAS yang mempengaruhi


2. Penentuan jumlah stasiun hujan
3. Penentuan kala ulang
4. Uji kepanggahan (konsistensi data) menggunakan metode RAPS
5. Uji abnormalitas/outlier menggunakan metode Grubbs dan Beck
6. Analisis frekuensi dan distribusi
7. Uji kesesuaian distribusi dengan metode Chi-Square dan uji
Smirnov-Kolmogorov
8. Analisis curah hujan
9. Perhitungan debit banjir rencana

13
3.2.1 PENENTUAN DAS YANG MEMPENGARUHI
Pembuatan peta DAS Mangli Residence menggunakan data DEM dengan
resolusi 10x10 meter yang diolah menggunakan WMS (Watershed Modelling
System). Berdasarkan letak dari perumahan dan ketinggian konturnya, maka aliran
sungai yang melewati perumahan seperti pada dengan panjang alur Sungai 1 km
yang mengalir dari atas ke bawah. Outlet Mangli Residence diasumsikan alur
sungai yang paling dekat dengan perumahan.

3.3 PEMBAHASAN DAN PERHITUNGAN HIDROLOGI


3.3.1 PENENTUAN JUMLAH STASIUN HUJAN
Penentuan didasarkan pada asumsi bahwavariasi hujan antara stasiun hujan
yang satu dengan lainnya adalah linear dan stasiun hujannya dianggap dapat
mewakili kawasan terdekat (Suripin, 2004). Metode ini cocok jika stasiun hujan
tidak tersebar merata dan jumlahnya terbatas dibanding luasnya. Cara ini adalah
dengan memasukkan faktor pengaruh daerah yang mewakili oleh stasiun hujan
yang disebut faktor pembobot atau koefisien Thiessen. Untuk pemilihan stasiun
hujan yang dipilih harus meliputi daerah aliran sungai yang akan dibangun.
Penentuan jumlah optimum dari stasiun hujan yang perlu dipasang di suatu
DAS dapat dilakukan secara statistik dengan dasar analisis bahwa sejumlah
tertentu dari stasiun hujan yang diperlukan untuk memberikan hujan rerata dengan
presentasi kesalahan tertentu (Triatmodjo, 2008). Berikut rumusannya:

𝐶𝑉
𝑁=( )
𝐸

100𝜎
𝐶𝑉 = ( )
𝜌̅

𝑛 1𝜎 = [ {𝜌̅2
− (𝜌̅)2}] .2
𝑛−1

∑𝜌
𝜌̅ = ( )
𝑛
Dengan:
𝑁 = jumlah stasiun hujan
𝐶𝑣 = koefisien variasi hujan didasarkan pada stasiun hujan yang ada
𝐸 = persentase kesalahan yang diijinkan

14
𝑝 = hujan rerata tahunan
𝜌̅ = hujan rerata dari 𝑛 stasiun
𝑛 = jumlah stasiun hujan yang ada
𝜎 = standar deviasi
(Gark SK, 1982)

Lokasi penelitian yang dipilih adalah kabupaten Jember terletak di provinsi


Jawa Timur. Daerah ini memiliki keragaman topografi yang kompleks dengan
stasiun Hujan Semanggir, Memiliki data 10 Tahun sebagai berikut.

Data Curah Hujan STA Semanggir


No Tahun CH Max
1 2003 0.081
2 2005 0.072
3 2006 0.068
4 2007 0.069
5 2008 0.139
6 2009 0.088
7 2010 0.040
8 2011 0.072
9 2012 0.074
10 2013 0.073
11 2014 0.060
12 2015 0.081
13 2016 0.072
14 2017 0.068
15 2018 0.069
16 2019 0.139
17 2020 0.088

3.3.2 PENENTUAN KALA ULANG


Besarnya banjir rancangan dinyatakan dalam debit banjir kawasan dengan
kala ulang tertentu. Kala ulang debit adalah suatu kurun waktu berulang kawasan
debit yang terjadi menyamai atau melampaui besarnya debit banjir yang ditetapkan
(banjir rancangan).
Penetapan Kala Ulang Debit banjir rancangan ditetapkan berdasarkan
beberapa pertimbangan:

15
1. ukuran dan jenis proyek
2. ketersediaan data
3. ketersediaan dana
4. kepentingan daerah yang dilindungi
5. resiko kegagalan yang dapat ditimbulkan

Penentuan curah hujan dan debit banjir rencana dalam Kawasan drainase
di Kawasan Mangli Residence didasarkan pada SNI 2415:2016 maka digunakan
periode ulang selama 2, 5, 20, 50, 100 dan 200 tahun.

3.3.3 UJI KEPANGGAHAN DATA


Perubahan lokasi stasiun hujan atau perubahan prosedur pengukuran hujan
dapat mempengaruhi terhadap jumlah hujan yang terukur, sehingga menyebabkan
kesalahan pada data hujan. Data hujan yang diterima bisa saja tidak konsisten,
maka dari itu agar data terbukti konsisten dan dapat dijadikan acuan untuk
menghitung ke tahapan selanjutnya, maka dapat dilakukan suatu pengujian
(Triatmodjo, 2008). Pada analisis ini untuk menguji kepanggahan data,
menggunakan metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums).
Metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums) adalah salah satu metode
untuk menguji kepanggahan data dengan cara membandingkan data pada stasiun
yang sama. Data dapat dikatakan panggah atau konsisten jika Qhitung < Qkritis
atau Rhitung < Rkritis (Kamiana, 2011). Berikut rumusnya:

(Kamiana, 2011)

Setelahnya nilai Q dan R harus dibandingkan dengan nilai Qkritis dan


Rkritis yang telah ditentukan berdasarkan nilai jumlah data dan derajat
kepercayaan (Lihat Lampiran 2.1). Berikut hasil dari hitungan metode RAPS pada
stasiun hujan

16
3.3.4 UJI ABNORMALITAS
Data yang telah konsisten kemudian perlu diuji lagi dengan uji
abnormalitas untuk mengetahui apakah data maksimum atau data minimum dari
rangkaian data yang ada layak digunakan atau tidak. Uji abnormalitas atau outlier
merupakan data yang menyimpang jauh dari trend/alur kelompoknya. Outlier ini
mengganggu dalam pemilihan jenis distribusi data pada tahap selanjutnya, sehingga
butuh adanya pembuangan/perubahan outlier tersebut (Chow, 1959). Pada
perhitungan kali ini digunakan metode Grubbs dan Beck yang telah menetapkan
dua batas ambang bawah
𝑋𝐿 dan ambang atas 𝑋𝐻. Rumusan metode ini dapat dijabarkan seperti berikut:
𝑋𝐻 = 𝐸𝑥𝑝 (𝑋̅ + 𝐾𝑛. 𝑆) 𝑋𝐿 = 𝐸𝑥𝑝 (𝑋̅ + 𝐾𝑛. 𝑆)
𝑋𝐻 = nilai ambang atas
𝑋𝐿 = nilai ambang bawah
𝑋 ̅ = nilai rata-rata
𝐾𝑛 = simpangan baku dari logaritma sampel data (Lihat Lampiran 2.3)
𝑆 = besaran yang tergantung pada jumlah sampel data
𝑛 = jumlah sampel data (Chow, 1959).

Jika nilai curah hujan yang telah dikoreksi sebelumnya melebihi nilai
ambang atas atau pun kurang dari nilai ambang bawah, maka nilai curah hujan
tersebut dianggap abnormal. Namun, jika terdapat lebih dari 2 harga yang kira-kira
abnormal, maka harus dipertimbangkan bahwa peristiwa itu terjadi oleh suatu
sebab (Sosrodarsono, 1977). Berikut hasil dari uji abnormalitas pada stasiun hujan
yang diteliti:

3.3.5 ANALISIS FREKUENSI DISTRIBUSI


Frekuensi hujan adalah suatu besaran hujan yang besarnya memungkinkan
untuk dilampaui (Amrulloh et al., 2021) Analisis frekuensi digunakan untuk
mencari hubungan antara besarnya suatu kejadian eksrim dan frekuensinya
bedasarkan distribusi probabilitas. Dalam analisis frekuensi dibutuhkan seri data
hujan atau debit dalam beberapa tahun dan dapat dihitung menggunakan metode
annual maximum series atau metode yang digunakan apabila data yang tersedia
lebih dari 10 tahun dengan runtut (Kamiana, 2011). Pada analisis Perumahan
Mangli Residence ini menggunakan 17 tahun data hujan yang runtut dari tahun
2003 – 2020. Dalam menentukan frekuensi hujan, parameter yang digunakan
adalah harga rerata curah hujan (X̅ ), standar deviasi (S), koefisien Skewness (Cs),
koefisien kurtosis (Ck), dan koefisien variasi (Cv) (Soewarno, 1995).

a. Harga Rerata Curah Hujan


𝑛

𝑋̅ = ∑ 𝑋𝑖

17
𝑖=1
Dengan:
𝑋𝑖 = nilai data
𝑛 = jumlah data
(Soewarno, 1995)

b. Standar Deviasi (S)

𝑆
(Soewarno, 1995)

c. Koefisien Skewness/Kemencengan (Cs)


Kemencengan menunjukkan suatu ketidaksimetrisan atau kemencengan
derajat dari bentuk suatu distribusi. Nilai koefisien kemencengan dapat
diketahui menggunakan rumus ini:
𝑛 3

𝐶𝑠 = (𝑛 − 1)(𝑛 − 2)𝑆3
(Soewarno, 1995)

d. Koefisien Kurtosis (Ck)


Koefisien Kurtosis digunakan untuk mengetahui seberapa tajam kurva distribusi
dibandingkan dengan kurva distribusi normal. Koefisien Kurtosis dapat
diketahui menggunakan rumus ini:

𝐶𝑘
(Soewarno, 1995)

e. Koefisien Variasi (Cv)


Koefisien variasi membandingkan antara deviasi standar dengan nilai rata-rata
hitung suatu distribusi. Koefisien variasi dapat dihitung menggunakan
rumus berikut:
𝑆
𝐶𝑣 = 𝑋 ̅
Analisa distribusi curah hujan rencana dihitung agar dapat mengetahui
besarnya nilai curah hujan harian maksimum pada periode ulang rencana. Kali ini,
periode ulang yang direncanakan adalah kala ulang 2, 5, 10, dan 20 tahun. Metode
yang digunakan adalah ditribusi Normal, Log Normal, Gumbel, dan Log Pearson III
(Suripin, 2004)

18
a. Metode Normal
Metode Distribusi Normal atau disebut dengan Distribusi Gauss persamaannnya
dapat ditulis sebagai berikut:
𝑋𝑇 = 𝑋̅ + 𝐾𝑇. 𝑆 Keterangan:
𝑋𝑇 = perkiraan nilai yang akan terjadi dengan periode ulang rencana (2,5, 20,50
100, dan 200 tahun)
𝑋 ̅ = nilai rata-rata hitung variat
𝑋𝑇 = faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang
𝑆 = deviasi standar nilai variat
(Suripin, 2004)
No Tahun Xi (mm) Log (Xi)
1 2003 110.3158 2.04
2 2005 102.1442 2.01
3 2006 99.6928 2.00
4 2007 98.0585 1.99
5 2008 94.7898 1.98
6 2009 80.0811 1.90
7 2010 78.4468 1.89
8 2011 77.6296 1.89
9 2012 77.6296 1.89
10 2013 75.9953 1.88
11 2014 75.1781 1.88
12 2015 73.5438 1.87
13 2016 68.0000 1.83
14 2017 64.5551 1.81
15 2018 61.2865 1.79
16 2019 61.2865 1.79
17 2020 57.2008 1.76
Jumlah 1355.83 32.19
Rata-Rata 79.75 1.89
Standar Deviasi 15.8871 0.08526
b. Metode Log Normal
Jika variabel acak Y adalah log X yang terdistribusi secara normal, maka nilai X
dikatakan mengikuti distribusi Log Normal. Dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑌𝑇 = 𝑌̅ + 𝐾𝑇. 𝑆 Keterangan:
𝑌𝑇 = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahunan
𝑌𝑇= log X atau ln X (keduanya menghasilkan nilai yang sama)
𝑌 ̅ = nilai rata-rata
𝐾𝑇 = faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang
𝑆 = deviasi standar

19
(Suripin, 2004)
Dengan nilai 𝐾𝑇 diambil dari tabel Gauss sebelumnya (lihat Lampiran 2.4)

No Tahun Xi (mm) Log (Xi)


1 2003 110.3158 2.04
2 2005 102.1442 2.01
3 2006 99.6928 2.00
4 2007 98.0585 1.99
5 2008 94.7898 1.98
6 2009 80.0811 1.90
7 2010 78.4468 1.89
8 2011 77.6296 1.89
9 2012 77.6296 1.89
10 2013 75.9953 1.88
11 2014 75.1781 1.88
12 2015 73.5438 1.87
13 2016 68.0000 1.83
14 2017 64.5551 1.81
15 2018 61.2865 1.79
16 2019 61.2865 1.79
17 2020 57.2008 1.76
Jumlah 1355.83 32.19
Rata-Rata 79.75 1.89
Standar Deviasi 15.8871 0.08526

c. Metode Gumbel
Sama seperti metode sebelumnya, persamaan dari Metode Distribusi
Gumbel menghasilkan nilai besaran curah hujan dengan menjumlahkan nilai curah
hujan retata dengan faktor frekuensi yang sebelumnya sudah dikalikan dengan nilai
standar deviasi. Namun, perbedaannya adalah nilai faktor frekuensinya yang
bergantung akan nilai reduced variate, reduced mean dan reduced standard. Metode
Distribusi Gumbel dapat dituliskan sebagai rumus berikut:

𝑋𝑇𝑟 = 𝑋̅ + 𝐾𝑇. 𝑆
Besarnya faktor frekuensi dapat dituliskan sebagai rumus berikut:

𝑌𝑇𝑟 − 𝑌𝑛
𝐾=
𝑆𝑛

20
Keterangan:
𝑋𝑇 = besarnya curah hujan untuk periode tahun rencana (mm)
𝑇𝑟 = periode tahun berulang (tahun)
𝑋 ̅ = curah hujan maksimum rata-rata selama tahun pengamatan (mm)
𝐾 = faktor frekuensi
𝑆 = standar deviasi
𝑌𝑇𝑟 = reduced variate (lihat Lampiran 2.5)
𝑌𝑛 = reduced mean (lihat Lampiran 2.6)
𝑆𝑛 = reduced standard (lihat Lampiran 2.7)
(Suripin, 2004)

d. Metode Log Pearson III


Metode Distribusi Log-Pearson III dalam perhitungannya hampir sama
dengan persamaan distribusi Log Normal, yaitu keduanya mengkonversikan nilai
curah hujan menjadi bentuk logaritma/ln, namun dengan besaran nilai faktor
frekuensi yang berbeda, distribusi Log-Pearson III dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝐿𝑜𝑔𝑋𝑇 = 𝐿𝑜𝑔𝑋̅ + 𝐾𝑇. 𝑆 Keterangan:


𝑋 ̅ = nilai rata-rata hitung variat
𝐾𝑇 = faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang
(lihat Lampiran 2.8)
𝑆 = deviasi standar nilai variat
(Suripin, 2004)
Besarnya nilai KT tergantung dari nilai koefisien kemencengan G, dan jika
nilai G = 0, distribusikan kembali ke distribusi Log Normal

21
Setelah dihitung masing-masing metode distribusinya, maka kemudian
dicocokkan dengan persyaratan masing-masing metode. Metode dianggap dapat
digunakan ke tahapan selanjutnya apabila sesuai dengan syarat yang berlaku. Jika
terdapat lebih dari satu metode yang daapat diterima, maka dipilih yang paling
mendekati dengan nilai persyaratan tersebut. Berikut masing-masing hasil dari
hitungan analisa distribusi curah hujan dengan persyaratannya masing masing:

3.3.6 UJI KESESUAIAN DISTRIBUSI


Untuk menguji dan mengetahui metode terbaik untuk hitungan selanjutnya,
maka dilakukan uji kecocokan. Hal ini bermaksud agar dapat ditentukan
bahwasannya apakah persamaan distribusi yang dipilih sebelumnya bisa
mewakilkan distribusi statistik sampel data yang dianalisa (Amrulloh et al., 2021).
Uji kecocokan dihitung menggunakan 2 metode, yaitu metode uji Chi Kuadrat dan
SmirnovKolmogorov.
a. Chi Kuadrat

22
Rumus untuk menguji menggunakan metode Chi Kuadrat adalah:
𝑁 (𝑂 − 𝐸𝑓 )2
𝑋𝑐𝑟2 > 𝑋ℎ2 = ∑ 𝑓
𝐸𝑓
𝑡=1
Keterangan:
𝑋𝑐𝑟2= nilai Chi Kuadrat kritik (lihat Lampiran 2. 9)
𝑋ℎ2= paramaeter Chi Kuadrat terhitung
𝐸𝑓= frekuensi (banyak pengamatan) yang diharapkan sesuai dengan
pembagian kelasnya
𝑂𝑓 = frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama
N = jumlah sub kelompok dalam satu grup (Triatmodjo, 2008)
Untuk suatu derajat nyata tertentu, nilai yang digunakan adalah sebesar 5%.
Derajat kebebasan dihitung dengan rumus:
𝐷𝐾 = 𝐾 − (𝑃 + 1)
Keterangan:
DK = derajat kebebasan
K = banyaknya kelas
P = nilai untuk distribusi normal dan binomial P = 2 untuk distribusi
Poisson, P = 1
(Soewarno, 1995)

Hasil hitungan uji Chi Kuadrat masing-masing metode yang telah dikerjakan
pada bagian analisa distribusi dapat dijabarkan pada tabel-tabel berikut:

No Rerata Log Xi ( Log Xi - Log X )


1 110.3158 2.0426 0.0033 2 102.1442239 2.0092 0.0015
3 99.69276252 1.9987 0.0012
4 98.05845493 1.9915 0.0009
5 94.78983977 1.9768 0.0006
6 80.08107153 1.9035 0.0000
7 78.44676395 1.8946 0.0000
8 77.62961016 1.8900 0.0000
9 77.62961016 1.8900 0.0000
10 75.99530257 1.8808 0.0000
11 75.17814878 1.8761 0.0000
12 73.5438412 1.8665 0.0000
13 68 1.8325 -0.0002

23
14 64.5551495 1.8099 -0.0006
15 61.28653433 1.7874 -0.0012
16 61.28653433 1.7874 -0.0012

17 57.20076538 1.7574 -0.0025


Rekapitulasi Nilai X2 dengan X2cr

Distribusi X2 X2cr Keterangan


Gumbel 2 7.814727903 Diterima
Normal 8 7.814727903 Tidak Diterima
Log Normal 8 7.814727903 Tidak Diterima
Log Pearson III 8 7.814727903 Tidak Diterima

b. Smirnov-Kolmogorov
Untuk menguji menggunakan metode Smirnov-Kolmogorov adalah dengan
membandingkan nilai ∆maks dan nilai ∆kritis, nilai ∆maks harus lebih besar
dibandingkan ∆kritis. Hal ini dapat diketahui dengan rumus:

∆𝑘𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠< ∆𝑚𝑎𝑘𝑠= 𝑃𝑒 − 𝑃𝑡
Keterangan:
∆kritis = nilai kritis (lihat Lampiran 2. 10)
∆maks = selisih antara nilai probabilitas teori dan empiris
𝑃𝑒 = peluang empiris
𝑃𝑡 = peluang teoritis
(Soewarno, 1995)
Hasil hitungan uji Chi Kuadrat masing-masing metode yang telah dikerjakan
pada bagian analisa distribusi dapat dijabarkan pada tabel-tabel berikut:
Rekapitulasi Nilai ΔP dengan Δpi

Distribusi ΔP Δpi Keterangan


Gumbel 0.124144498 0.29 DATA DITERIMA
Normal 0.158478316 0.29 DATA DITERIMA
Log Normal 0.1213225 0.29 DATA DITERIMA
Log Pearson 0.120496016 0.29 DATA DITERIMA

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa metode yang dapat diterima dalam
menggunakan uji Smirnov-Kolmogorov adalah metode Normal, Log
Normal, Gumbel dan Log Pearson III.
Melihat hasil analisis distribusi dan uji kecocokan menggunakan metode Chi
Kuadrat dan Smirnov-Kolmogorov, maka hasil hitungan distribusi Log
Pearson III digunakan untuk menganalisis intensitas hujan didaerah DAS

24
dan distibusi Gumbel digunakan untuk menganalisis intensitas hujan
didaerah perumahan.

25
3.3.7 PMP

26
Grafik f1

Diperoleh Nilai f1 = 103 %

27
28
3.3.8 ANALISIS CURAH HUJAN
Hujan memiliki sifat umum berupa semakin singkat berlangsungnya, maka
semakin tinggi intensitasnya dan semakin besar juga intensitas hujan (Suripin,
2004). Ada banyak metode yang dapat dipakai untuk menentukan seberapa besar
curah hujan, pada kali ini digunakan metode Alternatif Block Method (ABM)
dengan waktu konsentrasi (tc) menggunakan metode Kirpich. Perhitungan
distribusi hujan menggunakan Alternatif Block Method (ABM) berdasarkan hujan
periode ulang 2, 5, 20, 20, 100 dan 200 tahun sebagai berikut:

Parameter Fisik DAS

(A) 16.364756 km2 = 1636.4756 ha


(MSL) 11.69205952 km

(MSS) 0.030011258 (gradien) = 1.7190 °


Hitung Tc dengan rumus Kirpich

Tc 1.699169006 jam = 101.9501404 menit

Perhitungan (ABM) Hietograf Kala Ulang 2 Tahun

Kala Ulang 2 Curah Hujan 77.81802887 Hietograf

Durasi, t (jam) Δt (jam) I (mm/jam) X= I x t ΔX (mm) ΔX (%) % mm


(mm)
1 1 42.82 42.82 42.82 55.03 6.75 5.25

2 1 26.98 53.96 11.13 14.30 10.03 7.81

3 1 20.59 61.76 7.81 10.03 55.03 42.82

29
4 1 17.00 67.98 6.22 7.99 14.30 11.13

5 1 14.65 73.23 5.25 6.75 7.99 6.22

6 1 12.97 77.82 4.59 5.90 5.90 4.59

Perhitungan (ABM) Hietograf Kala Ulang 5 Tahun

Kala Ulang 5 Curah Hujan 92.1779424 Hietograf

Durasi, t (jam) Δt (jam) I (mm/jam) X= I x t ΔX (mm) ΔX (%) % mm


(mm)
1 1 50.73 50.73 50.73 65.19 7.99 6.22

2 1 31.96 63.91 13.19 16.94 11.89 9.25

3 1 24.39 73.16 9.25 11.89 65.19 50.73

4 1 20.13 80.52 7.36 9.46 16.94 13.19

5 1 17.35 86.74 6.22 7.99 9.46 7.36

6 1 15.36 92.18 5.44 6.98 6.98 5.44

30
Perhitungan (ABM) Hietograf Kala Ulang 20 Tahun

Kala Ulang 20 Curah Hujan 101.085565 Hietograf

Durasi, t (jam) Δt (jam) I (mm/jam) X= I x t ΔX (mm) ΔX (%) % mm


(mm)
1 1 55.63 55.63 55.63 71.49 8.76 6.82

2 1 35.04 70.09 14.46 18.58 13.03 10.14

3 1 26.74 80.23 10.14 13.03 71.49 55.63

4 1 22.08 88.31 8.07 10.38 18.58 14.46

5 1 19.03 95.13 6.82 8.76 10.38 8.07

6 1 16.85 101.09 5.96 7.66 7.66 5.96

Perhitungan (ABM) Hietograf Kala Ulang 25 Tahun

Kala Ulang 25 Curah Hujan 111.8445234 Hietograf

Durasi, t (jam) Δt (jam) I (mm/jam) X= I x t ΔX (mm) ΔX (%) % mm


(mm)
1 1 61.55 61.55 61.55 79.10 9.70 7.54

2 1 38.77 77.55 16.00 20.56 14.42 11.22

3 1 29.59 88.77 11.22 14.42 79.10 61.55

4 1 24.43 97.71 8.93 11.48 20.56 16.00

5 1 21.05 105.25 7.54 9.70 11.48 8.93

6 1 18.64 111.84 6.59 8.47 8.47 6.59

31
Perhitungan (ABM) Hietograf Kala Ulang 50 Tahun

Kala Ulang 50 Curah Hujan 119.5800496 Hietograf

Durasi, t (jam) Δt (jam) I (mm/jam) X= I x t ΔX (mm) ΔX (%) % mm


(mm)
1 1 65.81 65.81 65.81 84.57 10.37 8.07

2 1 41.46 82.91 17.10 21.98 15.42 12.00

3 1 31.64 94.91 12.00 15.42 84.57 65.81

4 1 26.12 104.46 9.55 12.27 21.98 17.10

5 1 22.51 112.53 8.07 10.37 12.27 9.55

6 1 19.93 119.58 7.05 9.06 9.06 7.05

Perhitungan (ABM) Hietograf Kala Ulang 100 Tahun

Kala Ulang 100 Curah Hujan 127.1267129 Hietograf

Durasi, t (jam) Δt (jam) I (mm/jam) X= I x t ΔX (mm) ΔX (%) % mm


(mm)
1 1 69.96 69.96 69.96 89.90 11.02 8.58

32
2 1 44.07 88.14 18.18 23.37 16.39 12.76

3 1 33.63 100.90 12.76 16.39 89.90 69.96

4 1 27.76 111.06 10.15 13.05 23.37 18.18

5 1 23.93 119.63 8.58 11.02 13.05 10.15

6 1 21.19 127.13 7.50 9.63 9.63 7.50

Perhitungan (ABM) Hietograf PMF

PMF Curah Hujan 338.0821625 Hietograf

Durasi, t (jam) Δt (jam) I (mm/jam) X= I x t ΔX (mm) ΔX (%) % mm


(mm)
1 1 186.05 186.05 186.05 383.95 47.06 36.62

2 1 117.21 234.41 48.36 99.80 70.00 54.48

3 1 89.45 268.34 33.92 70.00 383.95 298.78

4 1 73.84 295.34 27.01 55.73 99.80 77.66

5 1 63.63 318.15 22.81 47.06 55.73 43.37

6 1 56.35 338.08 19.93 41.14 41.14 32.01

33
3.3.9 PERHITUNGAN DEBIT
Perhitungan debit rencana bisa dilakukan menggunakan banyak metode
salah satunya adalah metode rasional. Menurut Suripin (2004), metode rasional
bisa digunakan untuk daerah pengaliran < 300 ha. Metode rasional dapat dihitung
menggunakan rumus:
𝑄 = 0,278 𝑥 𝐶 𝑥 𝐼 𝑥 𝐴

Keterangan:
C = koefisien pengaliran
I = intensitas hujan
A = luas daerah pengalira

Sehingga didapatkan hasil sebelum ditambahkan perumahan dan setelah


perumahan sebagai berikut:

a. Setelah ada perumahan 1)


Perumahan
∑𝐴𝑥𝐶
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐶
2) Perumahan
∑𝐴𝑥𝐶
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐶

3) C gabungan

34
Permukiman Hutan Ladang Sawah Total

Luas (ha) 3.2570 2.1320 0.5000 4.8570 10.7460

C 0.5 0.53 0.35 0.59

C* Luas 1.6285 1.1300 0.1750 2.8656 5.7991

C DAS 0.5397

Perhitungan debit untuk kala ulang 20 tahun didapatkan debit (Q) setelah
ada perumahan menggunakan rumus rasional dengan metode Gumbel sebagai
berikut:

𝑄 = 0,278 𝑥 𝐶 𝑥 𝐴

Kala Ulang (Tahun) 2 5 10 25 50 100 PMP


Gumbel 77.81802887 92.1779424 101.085565 111.8445234 119.58 127.1267129 338.082
Menit INTENSITAS HUJAN

101.9501404 25.5145 30.2228 33.1434 36.6709 39.2072 41.6816 178.01


3
Debit (m /det) 0.0967 0.1146 0.1257 0.1391 0.1487 0.1581 0.67499

35

Anda mungkin juga menyukai