Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PERANCANGAN

SISTEM DRAINASE

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Kurikulum


Pada Program Studi Teknik Sipil Universitas Malikussaleh

Disusun Oleh,

ZAKIATIL KHAIRAH 200110075


MUHAMMAD HANAFI 200110012

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dilaksanakan Perancangan Sistem Drainase sebagai salah satu


persyaratan Kurikulum pada Program Studi Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh

No Nama Nim Tanda Tangan Nilai

1 Zakiatil Khairah 200110075

2 Muhammad Hanafi 200110012

Laporan Perancangan Sistem Drainase ini telah diperiksa dan disetujui serta
memenuhi ketentuan layak untuk dikumpulkan guna kelulusan mata kuliah
Perancangan Sistem Drainase Semester VII (Tujuh) pada Tahun Ajaran
2023/2024.

Telah Disetujui dan Disahkan


Oleh : Dosen Pembimbing

T.MUDI HAFLI, ST., MT


NIPK. 201806199004211001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah Subahanahu wa ta’ala yang telah
memberikan rahmat dan hidayah, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Perancangan Sistem Drainase. Tak lupa pula salawat berangkaikan salam kami
panjatkan kepangkuan Nabi besar Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam
yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju alam yang penuh
dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Penyelesaian Laporan Perancangan Sistem Drainase ini selesai atas
bantuan, bimbingan, dan masukan–masukan dari berbagai pihak, untuk itu
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Yulius Rief Alkhaly, ST., M.Eng., selaku Ketua Jurusan Teknik
Sipil Universitas Malikussaleh.
2. Ibu Nura Usrina, ST., M.T., selaku Koordinator Program Studi Teknik
Sipil Universitas Malikussaleh.
3. Bapak T.Mudi Hafli, ST., MT selaku selaku dosen pembimbing yang
telah membimbing penyusunan laporan ini dari awal sampai dengan selesai.
4. Bapak Kepala Dinas PUPR Kota Lhokseumawe yang telah membantu
kami dalam memberikan kebutuhan data yang diperlukan.
Karena terbatasnya ilmu dan pengetahuan yang kami miliki, kami sangat
menyadari atas kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk
menjadikan laporan ini jauh lebih sempurna di masa yang akan datang.

Lhokseumawe, 29 Desember 2023

Kelompok 10
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota merupakan tempat bagi banyak orang untuk melakukan berbagai
aktivitas, maka untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan penduduknya harus
ada sanitasi yang memadai, misalnya drainase. Kota Lhokseumawe merupakan
salah satu kota yang berada di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dengan
jumlah penduduk berkisar 191 396 jiwa pada tahun 2022. Penggunaan lahan
terbesar di kota Lhokseumawe adalah untuk pemukiman seluas 9.490 Ha atau
sekitar 52,1% dari luas yang ada. Kota Lhokseumawe sebagai salah satu yang
mengalami permasalahan dalam sistem drainasenya. Kurang baiknya drainase di
beberapa ruas jalan diduga penyebab genangan yang mengganggu pengguna jalan
dan aktifitas masyarakat. Sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan sistem
drainase di Kota Lhokseumawe, diperlukan suatu upaya perencanaan sistem
drainase secara komprehensif dan terpadu. Untuk mendukung perencanaan ini
diperlukan suatu inventarisasi saluran drainase untuk mengetahui posisi dan
kondisi saluran drainase secara tepat (Ibrahim et al., 2019).
Kata drainase berasal dari kata drainage yang artinya mengeringkan atau
mengalirkan. Drainase merupakan sebuah sistem yang dibuat untuk menangani
persoalan kelebihan air baik kelebihan air yang berada di atas permukaan tanah
maupun air yang berada di bawah permukaaan tanah. Kelebihan air dapat
disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi atau akibat dari durasi hujan yang
lama. Secara umum drainase didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang
usaha untuk mengalirkan air berlebih pada suatu kawasan (Wesli, 2021).
Dalam penataan ruang suatu perkotaan atau daerah sistem drainase
merupakan salah satu komponen penting. Banjir yang sering melanda banyak
wilayah dan kota di Indonesia disebabkan oleh ketidakteraturan atau kurangnya
perencanaan yang baik pada penataan ruang. Rencana tata ruang merupakan suatu
keharusan bagi semua daerah sebagai arah pengembangan wilayah. Yang menjadi
masalah pada umumnya sistem drainase selalu terlambat dalam mengikuti
perubahan atau perkembangan tersebut, sehingga banjir akan selalu ada di
lingkungan kita.
Menurut Suripin (2004) akar permasalahan banjir di perkotaan berawal dari
pertambahan penduduk yang sangat cepat, di atas rata-rata pertumbuhan dari
pertambahan penduduk yang sangat cepat, di atas rata-rata pertumbuhan nasional,
akibat urbanisasi, baik migrasi musiman maupun permanen. Pertumbuhan yang
tidak diimbangi dengan penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang
memadai mengakibatkan pemanfaatan lahan perkotaan menjadi tidak beraturan.
Selain permasalahan di atas, salah satu permasalahan yang selalu timbul setiap
tahun pada musim penghujan adalah banjir maupun genangan air. Banjir dan
genangan air disebabkan oleh tidak optimalnya fungsi drainase, kurangnya
kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi memelihara drainase yang ada,
menyebabkan penyumbatan drainase oleh sampah rumah tangga serta
pengendapan material lainnya.
Menurut Wesli (2021) jenis drainase ditinjau berdasarkan dari sistem
pengalirannya, dapat dikelompokkan menjadi:
1. Drainase dengan sistem jaringan adalah suatu sistem pengeringan atau
pengaliran air pada suatu kawasan yang dilakukan dengan mengalirkan
airmelalui sistem tata saluran dengan bangunan-bangunan pelengkapnya.
2. Drainase dengan sistem resapan adalah sistem pengeringan atau pengaliran
air yang dilakukan dengan meresapkan air ke dalam tanah. Cara resapan ini
dapat dilakukan langsung terhadap genangan air di permukaan tanah ke
dalam tanah atau melalui sumuran/saluran resapan(Juliandari, 2013)

1.2 Properties Perencanaan


Diketahui data untuk merencanakan saluran Drainase Perkotaan adalah
sebagai berikut :
Luas Daerah : 40 Ha
1. Perumahan : 0,015838
2. Lahan kosong : 0,008288
3. Rawa : 0,001475
4. Jalan : 0,007161
Total : 0,00546
Tabel 1.1 Data Hujan Tahunan

NO. TAHUN Xi(mm)

1 2013 84

2 2014 63

3 2015 133

4 2016 181.7

5 2017 112.6

6 2018 124.2

7 2019 96

8 2020 46.8

9 2021 93.3
10 2022 161.7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Hidrologi


Analisis hidrologi yang dilakukan berupa analisis pada kegiatan-kegiatan
yang berhubungan dengan hidrologi serta pengumpulan data hidrologi. Data
hidrologi adalah kumpulan keterangan atau fakta mengenai fenomena hidrologi
(hydrologic phenomena), seperti besarnya curah hujan, temperatur, penguapan,
lama penyinaran matahari, kecepatan angin, debit sungai, tinggi muka air sungai,
kecepatan aliran, konsentrasi sedimen sungai akan selalu berubah menurut waktu.
Secara umum analisis hidrologi merupakan suatu bagian anlisis awal dalam
perancangan bangunanbangunan hidraulik, yaitu informasi dan besaran-besaran
yang diperoleh dalam analisis hidrologi merupakan masukan penting dalam
analisis selanjutnya (Yansyah et al., n.d.)
bentuk dan panjang aliran sungai juga mempengaruhi kecepatan aliran
pada titik tertentu pada bagian hulu menuju muara sungai (hilir) dan
mempengaruhi besarnya debit puncak pada waku tertentu di suatu sungai (Amri et
al., 2018)
Siklus hidrologi secara sederhana merupakan proses peredaran air dari laut
ke atmosfer melalui penguapan, kemudian turun ke permukaan bumi sebagai
hujan, mengalir di dalam tanah menuju permukaan tanah menjadi sungai yang
kemudian mengalir kembali ke laut (Hidayat, 2016). Air berevaporasi kemudian
jatuh sebagai prespitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan abtu, hujan es dan salju,
hujan gerimis atau kabut. Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat
berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh
tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus
bergerak secara kontinu dengan tiga cara yang berbeda :
a. Evaporasi/transpirasi:air laut yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman dan
sebagainya kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfir) dan kemudian akan
menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadibintik-bintik yang
selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, dan es.
b. Infiltrasi/perkolasi ke dalam tanah : air yang bergerak ke dalam tanah melalui celah-
celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah.
c. Air permukaan: air bergerak di atas permukaan tanah dekat dengan aliran utama
dan danau, makin landau dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran
permukan semakin besar.

2.2 Analsis Curah Hujan Rencana


Dalam penentuan curah hujan data dari pencatat atau penakar hanya
didapatkan curah hujan di suatu titik tertentu (point rainfall). Jika di dalam suatu
areal terdapat beberapa alat penakar atau pencatat curah hujan, maka dapat
diambil nilai rata-rata untuk mendapatkan nilai curah hujan areal. Untuk
mendapatkan harga curah hujan areal dapat dihitung dengan beberapa metode.

2.2.1 Metode rata-rata aljabar


Metode perhitungan dengan mengambil nilai rata-rata hitung (arithmatic
mean) pengukuran curah hujan di stasiun hujan di dalam area tersebut. Metode ini
akan memberikan hasil yang dapat dipercaya jika topografi rata atau datar, stasiun
hujan banyak dan tersebar secara merata di area tersebut serta hasil penakaran
masing-masing stasiun hujan tidak menyimpang jauh dari nilai rata- rata seluruh
stasiun hujan di seluruh area.
: : :
̅ (2.1)

Keterangan
̅ : Curah hujan rata-rata DAS (mm)
1, 2, : Curah hujan pada setiap stasiun hujan (mm)
n : Banyaknya stasiun hujan

2.2.2 Metode Thiessen


Metode Thiessen Cara ini berdasarkan atas rata-rata timbang (weighted
average). Masing-masing penakar mempunyai daerah pengaruh yang dibentuk
dengan mengambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung
antara dua pos penakar.
: : :
̅ (2.2)
: :

Pada Persamaan diatas dapat ditulis dan dijabarkan menjadi Persamaan


seperti di bawah ini :
𝐴1 𝐶1 + 𝐴2 2 +𝐴 (2.3)

𝐶 (2.4)
: :⋅⋅⋅:

Keterangan
̅ : Curah hujan rata-rata DAS (mm)
C : Koefesien Thiessen
1, 2, : Curah hujan pada setiap stasiun hujan (mm)
𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴 : Luas daerah pengaruh dari setiap stasiun hujan 1,2,…..n
(km2)

Gambar 2.1 Metode Thiessen

Metode Thiessen dipandang cukup baik karena memberikan koreksi


terhadap kedalaman hujan sebagai fungsi luas daerah yang diwakili. Akan tetapi
metode ini dipandang belum memuaskan karena pengaruh topografi tidak
nampak. Demikian juga apabila ada salah satu stasiun hujan tidak berfungsi,
misalnya rusak atau data tidak benar, maka poligon harus diubah (Peawati, 2019).

2.2.3 Metode Isohyet


Metode Isohyet pada metode ini, dengan data curah hujan yang ada dibuat
garis-garis yang merupakan daerah yang mempunyai curah hujan yang sama
(isohyet), seperti terlihat Gambar 2.2 Kemudian luas bagian di antara isohyet-
isohyet yang berdekatan diukur dan harganya rata-ratanya dihitung sebagai rata-
rata timbang dari nilai kontur, kemudian dikalikan dengan masing-masing
luasnya. Hasilnya dijumlahkan dan dibagi dengan luas total daerah maka akan
didapat curah hujan areal yang dicari.
𝑅 𝑅 𝑅 𝑅3 𝑅 − 𝑅
: 3:
̅ (2.5)
: : :

Keterangan :
̅ : Curah hujan rata-rata DAS (mm)
1, 2, : Curah hujan pada setiap stasiun hujan (mm)
𝐴1 , 𝐴2 , 𝐴 : Luas bagian yang dibatasi oleh isohyet-ihsoyet (km2)

Gambar 2.2 Metode Isohyet

Salah satu metode pemetaan dalam kajian penelitian hidrologi untuk rekap
curah hujan tahunan yaitu menggunakan metode Isohyet. Isohyet adalah garis
yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman hujan yang sama. Dalam
metode Isohyet diasumsikan bahwa jumlah curah hujan di daerah antara dua garis
Isohyet terdistribusi secara merata dan sama dengan rata-rata dari kedua garis
Isohyet (Prayitno et al., 2023).
Dalam perancangan sistem drainase data hujan yang diperlukan tidak hanya
data hujan darian, tetapi juga distribusi jam-jaman atau menitan. Hal ini akan
membawa konsekuensi dalam pemilihan data, dan dianjurkan untuk menggunakan
data hujan hasil pengukuran dengan alat ukur otomatis.
Menurut (Wesli Wesli, 2015), penggunaan periode ulang untuk perencanaan
saluran drainase digunakan sebagai berikut.
a. Saluran kwarter : periode ulang 1 tahun
b. Saluran tersier : periode ulang 2 tahun
c. Saluran sekunder : periode ulang 5 tahun
d. Saluran primer : periode ulang 10 tahun

2.3 Analisa Frekuensi Curah Hujan


Analisa frekuensi bertujuan untuk mencari hubungan antara besarnya suatu
kejadian ekstrim (maksimum dan minimum) dan frekuensi yang dihitung
meliputi, parameter statistik, distribusi peluang kontinyu dan uji kecocokan
(Peawati, 2019)
Ada berbagai macam distribusi teoritis yang semuanya dapat dibagi menjadi
dua yaitu distribusi diskrit dan distribusi kontinyu. Yang diskrit adalah binomial
dan poisson, sedangkan yang kontinyu adalah Normal, Log Normal, Pearson dan
Gumbel (Peawati, 2019).
2.3.1 Distribusi probabilitas gumbel
Jika data hujan yang dipergunakan dalam perhitungan adalah berupa sampel
(populasi terbatas), maka perhitungan hujan rencana berdasarkan Distribusi
Probabilitas Gumbel dilakukan dengan rumus-rumus berikut:
𝑋𝑇 𝑋̅ + 𝑆 × (2.6)
Keterangan :
𝑋𝑇 = hujan rencana atau debit dengan periode ulang T.
𝑋̅= nilai rata-rata dari data hujan (X)
S = standar deviasi dari data hujan (X), dengan rumus
∑𝑖= (𝑋𝑖 ;𝑋̅)
𝑆 √ (2.7)
;1

Keterangan :
K = Faktor frekuensi Gumbel, dengan rumus
𝑌𝑇 :𝑌
𝐾 (2.8)
𝑆

𝑌𝑇 = Reduced Variate, degan rumus:


𝑇;1
𝐾 −𝐿𝑛. −𝐿𝑛 𝑇

Tabel 2.1 Nilai reduced mean (Yn)


n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 0,4952 0,4496 0,5035 0,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181 0,5202 0,5220

20 0,5236 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5309 0,5320 0,5332 0,5343 0,5353

30 0,5362 0,5371 0,5380 0,5388 0,5396 0,5402 0,5410 0,5418 0,5424 0,5430

40 0,5436 0,5442 0,5548 0,5453 0,5458 0,5463 0,5468 0,5473 0,5477 0,5481

50 0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 0,5515 0,5518

60 0,5521 0,5524 0,5527 0,5530 0,5533 0,5535 0,5538 0,5540 0,5543 0,5545

70 0,5548 0,5550 0,5552 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5565 0,5567

80 0,5569 0,5570 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,5580 0,5581 0,5583 0,5585

90 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596 0,5598 0,5599

100 0,5600 0,5602 0,5603 0,5604 0,5606 0,5607 0,5608 0,5609 0,5610 0,5611

Sumber: Suripin, (2004)


n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,9496 0,9676 0,9833 0,9971 1,0095 1,0206 1,0316 1,0411 1,0493 1,0565
20 1,0628 1,0696 1,0754 1,0811 1,0864 1,0915 1,0961 1,1004 1,1047 1,1086
30 1,1124 1,1159 1,1193 1,1226 1,1255 1,1285 1,1313 1,1339 1,1363 1,1388
40 1,1413 1,1436 1,1458 1,1480 1,1499 1,1519 1,1538 1,1557 1,1574 1,1590
50 1,1607 1,1623 1,1638 1,1658 1,1667 1,1681 1,1696 1,1708 1,1721 1,1734
60 1,1747 1,1759 1,1770 1,1782 1,1793 1,1803 1,1814 1,1824 1,1834 1,1844
70 1,1854 1,1863 1,1873 1,1881 1,1890 1,1898 1,1906 1,1915 1,1923 1,1930
80 1,1938 1,1945 1,1953 1,1959 1,1967 1,1973 1,1980 1,1987 1,1994 1,2001
90 1,2007 1,2013 1,2020 1,2026 1,2032 1,2038 1,2044 1,2049 1,2055 1,2060
100 1,2065 1,2069 1,2073 1,2077 1,2081 1,2084 1,2087 1,2090 1,2093 1,2096
Tabel 2.2 Nilai reduced standart deviation (Sn)
Sumber: Suripin, (2004)

Tabel 2.3 Nilai reduced variate (YT) sebagai fungsi periode ulang
No Periode ulang, reduced No Periode ulang, reduced variate
T (tahun) variate (YT) T (tahun) (YT)
1 2 0,3668 8 100 4,6012
2 5 1,5004 9 200 5,2969
3 10 2,2510 10 250 5,5206
4 20 2,9709 11 500 6,2149
5 25 3,1993 12 1000 6,9087
6 50 3,9028 13 5000 8,518
7 75 4,3117 14 10000 9,2121
Sumber: Suripin, (2004)

3.3.2 Distribusi Probabilitas Normal


Perhitungan hujan rencana berdasarkan Distribusi Probabilitas Normal, jika
data yang dipergunakan adalah berupa sampel, dilakukan dengan rumus-rumus
berikut.
𝑋𝑇 𝑋̅ + 𝐾𝑇 . 𝑆 (2.9)
Keterangan :
𝑋𝑇 = Hujan rencana dengan periode ulang T tahun
𝑋̅ = Nilai rata-rata dari data hujan (X) mm
S = Standar deviasi dari data hujan (X) mm
𝐾𝑇 = Faktor Frekuensi, nilainya bergantung dari T (lihat Tabel Variabel
Reduksi Gauss pada Tabel 2.4 )

Tabel 2.4 Nilai variabel reduksi Gauss


No Periode ulang, Peluang KT No Periode ulang, Peluang KT
T (tahun) T (tahun)
1 1,0010 0,999 -3,05 12 3,3300 0,300 0,52
2 1,0050 0,995 -2,58 13 4,0000 0,250 0,67
3 1,0100 0,990 -2,33 14 5,0000 0,200 0,84
4 1,0500 0,952 -1,64 15 10,0000 0,100 1,28
5 1,1100 0,901 -1,28 16 20,0000 0,050 1,64
6 1,2500 0,800 -0,84 17 50,0000 0,020 2,05
7 1,3300 0,752 -0,67 18 100,0000 0,010 2,33
8 1,4300 0,699 -0,52 19 200,0000 0,005 2,58
9 1,6700 0,599 -0,25 20 500,0000 0,002 2,88
10 2,0000 0,500 0 21 1000,0000 0,001 3,09
11 2,5000 0,400 0,25
Sumber: Suripin, (2004)

2.3.3 Distribusi probabilitas log normal


Perhitungan hujan rencana berdasarkan Distribusi Probabilitas Log Normal,
jika data yang dipergunakan adalah berupa sampel, dilakukan dengan rumus-
rumus berikut.
𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑇 ̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐿𝑜𝑔 𝑋 + 𝐾𝑇 × 𝑆 𝐿𝑜𝑔 𝑋 (2.10)
Keterangan :
𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑇 = nilai logaritmis hujan rencana dengan periode ulang T
∑𝑖= 𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖
̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐿𝑜𝑔 𝑋 = nilai rata-rata dari 𝐿𝑜𝑔 𝑋

̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
∑𝑖= (𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖 ;𝐿𝑜𝑔 𝑋)
𝑆 𝐿𝑜𝑔 𝑋 √ (2.11)
;1

𝐾𝑇 = faktor frekuensi, nilainya bergantung dari T

2.3.4 Distribusi Probabilitas Log Pearson Type III


Perhitungan hujan rencana berdasarkan Distribusi Probabilitas Log Pearson
Type III, jika data yang dipergunakan adalah berupa sampel, dilakukan rumus-
rumus berikut.
𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑇 ̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐿𝑜𝑔 𝑋 + 𝐾𝑇 × 𝑆 𝐿𝑜𝑔 𝑋 (2.12)
Keterangan :
𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑇 = nilai logaritmis hujan rencana dengan periode ulang T
∑𝑖= 𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖
̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐿𝑜𝑔 𝑋 = nilai rata-rata dari 𝐿𝑜𝑔 𝑋

̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
∑𝑖= (𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖 ;𝐿𝑜𝑔 𝑋)
𝑆 𝐿𝑜𝑔 𝑋 √ (2.13)
;1

𝐾𝑇 = variabel standar, besarnya bergantung koefisien kepencengan (Cs


atau G)
Tabel 2.5 Nilai koefisien kemencengan Cs atau G
2.4 Uji Distribusi Probabilitas Metode Smirnov-Kolmogorof
Uji distribusi probabilitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah
persamaan distribusi probabilitas yang dapat mewakili distribusi statistik sampe
data yang dianalisis (Amri et al., 2018).
Pengujian distribusi probabiltas dengan Metode Smirnov-
Kolomogofdilakukan dengan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut :
A. Urutkan data (Xi) dari besar ke kecil atau sebaliknya.
B. Tentukan peluang empiris masing-masing data yang sudah diurut tersebut
P(Xi) dengan rumus tertentu, rumus Weibull misalnya
:1
P(X̵i) (2.14)
𝑖

Keterangan:
n = jumlah data
i = nomor urut data (setelah diurut dari besar ke kecil atau sebaliknya)
C. Tentukan peluang teoritis masing-masing data yang sudah diurut tersebut
P’(Xi) berdasarkan persamaan distribusi probabilitas yang dipilih
(Gumbel,Normal, dan sebagainya).
D. Hitung selisih (ΔPi) antara peluang empiris dan teoritis untuk setiap data
yangsudah diurut
(𝛥Pi) = P(Xi) – Pʻ(Xi) (2.15)
E. Tentukan apakah Δ𝑃 i < Δ𝑃 kritis, jika “tidak” artinya Distribusi
Probabilitasyang dipilih tidak dapat diterima, demikian sebaliknya.
F. ∆𝑃 kritis dapat dilihat pada tabel 2.6 di bawah ini:
Tabel 2.6 Nilai Δ kritik uji Smirnov-Kolmogorov

Derajat
Kepercayaan
N
0,20 0,10 0,05 0,01

5 0,45 0,51 0,56 0,67

10 0,32 0,37 0,41 0,49


15 0,27 0,30 0,34 0,40

20 0,23 0,26 0,29 0,36


25 0,21 0,24 0,27 0,32

30 0,19 0,22 0,24 0,29

35 0,18 0,2 0,23 0,27

40 0,17 0,19 0,21 0,25

45 0,16 0,18 0,20 0,24

50 1,15 0,17 0,19 0,23

N > 50 1,07 1,22 1,36 1,63

N0, N0, N0, N0,


5 5 5 5
Sumber: Suripin, (2004)

2.5 Debit Ulang Rencana


Menurut (Sarminingsih, 2018) Debit rencana adalah debit maksimum yang
akan dialirkan oleh saluran drainase untuk mencegah terjadinya genangan. Untuk
drainase perkotaan dan jalan raya, sebagai debit rencana ditetapkan debit banjir
maksimum periode ulang 5 tahun, yang mempunyai makna kemungkinan banjir
maksimum tersebut disamai atau dilampaui 1 kali dalam 5 tahun atau 2 kali dalam
10 tahun atau 20 kali dalam 100 tahun. Penetapan debit banjir maksimum periode
5 tahun ini berdasarkan pertimbangan :
A. Resiko akibat genangan yang ditimbulkan oleh hujan relatif kecil
dibandingkan dengan banjir yang ditimbulkan meluapnya sebuah sungai.
B. Luas lahan di perkotaan relatif terbatas apabila ingin direncanakan saluran
yang melayani debit banjir maksimum periode ulang lebih besar dari 5
tahun.
C. Daerah perkotaan mengalami perubahan dalam periode tertentu sehingga
mengakibatkan perubahan pada saluran drainase.
Perencanaan debit rencana untuk drainase perkotaann dan jalan raya
dihadapi dengan persoalan tidak tersedianya data aliran. Umumnya untuk
menentukan debit aliran akibat air hujan diperoleh dari hubungan rasional antara
air hujan dengan limpasannya. Untuk debit air limbah rumah tangga diestimasikan
25 liter perorang perhari, yang meningkat secara linear dengan jumlah penduduk.

2.6 Saluran Drainase


Mengingat bahwa tersedianya lahan merupakan hal yang perlu
dipertimbangkan, maka penampang saluran drainase perkotaan dan jalan raya
diajurkan mengikuti Penampang Hidrolis Terbaik, yaitu suatu penampang
yang memiliki luas terkecil untuk suatu debit tertentu atau memliki keliling
basah terkecil dengan hantaran maksimum. Unsur-unsur geometris Penampang
Hidrolis Terbaik diperlihatkan pada Tabel 2.7 berikut ini.
Tabel 2.7 Unsur Geometrik Penampang Hidrolis Terbaik
Penampang Keliling Jari-jari Lebar
No. Melintang Luas (A) Basah Hidrolis Puncak
(P) (R) (T)

Trapesium
1. (setengah segi
enam)
3/√3. 𝑌2 6/√3. 𝑌2 ½. Y 4/√3. 𝑌
Persegi panjang
2. (setengah bujur
sangkar) 2. 𝑌2 4Y ½.Y 2Y

3. Segitiga (setengah
bujur sangkar)
𝑌2 4/√2. 𝑌 ¼.√2. 𝑌 2Y
4. Setengah
lingkaran π/2.𝑌2 πY ½.Y 2Y
5. Parabola 4/3.√2. 𝑌2 8/3.√2. 𝑌 ½.Y 2.√2. 𝑌
6. Lengkung hidrolis 1,3959.𝑌2 2,9836. 0,46784.Y 1,917532.
Y Y
2.6.1 Dimensi Saluran
Dimensi saluran harus mampu mengalirkan debit rencana atau dengan kata
lain debit yang dialirkan oleh saluran (Qs) sama atau lebih besar dari debit
rencana (QT). Hubungan ini ditunjukkan sebagai berikut.
Qs = QT (2.16)
Debit suatu penampang saluran (Qs) dapat diperoleh dengan menggunakan
rumus seperti di bawah ini.
Qs = As.V (2.17)
Keterangan :
As = luas penampang saluran tegak lurus arah aliran (m 2)
V = kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran (m/det)
Kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran dapat dihitung dengan menggunakan
Rumus Manning sebagai berikut :
1
𝑉 2⁄ 3
. 𝑆1 1⁄2 (2.18)
2
𝑠
(2.19)
𝑃

Keterangan :
V = kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran (m/det)
n = koefisien kekasaran Manning (Tabel 2.6)
R = jari-jari hidrolis (m)
S1 = kemiringan dasar saluran
As = luas penampang saluran tegak lurus arah aliran (m2)
P = keliling basah saluran (m)

Tabel 2.8 Koefisien Kekasaran Manning Untuk Gorong-gorong


Tipe Saluran Koefisien Manning (n)
a. Baja 0,011 – 0,014
b. Baja permukaan gelombang 0,021 – 0,030
c. Semen 0,010 – 0,013
d. Beton 0,011 – 0,015
e. Pasangan batu 0,017 – 0,030
f. Kayu 0,010 – 0,014
g. Bata 0,011 – 0,015
h. Aspal 0,013

2.6.2 Persamaan Numeris QT


A. Waktu Konsentrasi (Tc)
𝑇𝑐 𝑇𝑜 + 𝑇𝑑
𝐿𝑜 0.77 𝐿
𝑇𝑜 0,000325 ( ) + 0,000278 (𝑗𝑎𝑚)
√ 𝑆𝑜 𝑉

B. Koefesien Tampungan (Cs)


2𝑇
𝐶 2𝑇 :𝑇
.
2(0,000325( ) :0,000278 )

𝐶 .
2(0,000325( ) :0,000278 ):0,000278

C. Intensitas hujan (I)


24
( 24 )(𝑇 )3

3
24
( 24 ) ( , )
0,000325( ) :0.000278

D. Debit Rencana(QT)
𝑇 0,278. 𝐶. 𝐶 . . 𝐴

𝐿𝑜 0,77 𝐿
2 (0,000325 ( ) + 0.000278 1 )
√𝑆𝑜 𝑉
𝑇 0.278. 𝐶. 𝐴
𝐿𝑜 0.77 𝐿 𝐿
2 (0,000325 ( ) + 0,000278 1 ) + 0,000278 1
√𝑆𝑜 𝑉 𝑉
( )

3
24
( 24 ) ( , )
0,000325( ) :0.000278

( )
2.6.3 Persamaan numeris Qs
A. Penampang hidrolis terbalik persegi Panjang
1. Kedalaman aliran saluran (Y)
0.5𝑌
1
𝑉 3 . 𝑆1
3
.𝑉
𝑌 2( )
𝑆

2. Luas penampang aliran saluran (As)


𝐴 2𝑌 2
3 2
.𝑉
𝐴 2 (2 ( ))
𝑆

3
𝑉
𝐴 8( )
𝑆

3. Debit saluran (Qs)


𝐴 .𝑉
3
𝑉
8( ) .𝑉
𝑆

B. Penampang hidrolis terbalik trapesium


1. Kedalaman aliran saluran (Y)
0,5𝑌
1 2⁄3 . 𝑆 1⁄2
𝑉 1

1
𝑉 (0,5𝑌)2⁄3 . 𝑆1 1⁄2
2⁄3
.𝑉
𝑌 2( )
𝑆

2. Luas penampang aliran saluran (As)


3 2
𝐴 𝑌
√3
3 2
3 .𝑉
𝐴 (2 ( ) )
√3
𝑆

3
12 .𝑉
𝐴 ( )
√3 𝑆

3. Debit saluran (Qs)


𝐴 .𝑉
3
12 .𝑉
( ) .𝑉
√3 𝑆

3
12 .𝑉
( ) . 𝑉4
√3 𝑆

C. Penampang hidrolis terbalik segitiga


1. Kedalaman aliran saluran (Y)
√2
𝑌
4
1 2⁄3 . 𝑆
𝑉 1

2⁄3
1 √2
𝑉 ( 𝑌) . 𝑆1
4
3⁄2
4 .𝑉
𝑌 ( )
√2
𝑆

2. Luas penampang aliran saluran (As)


𝐴 𝑌2
3⁄2 2
4 .𝑉
𝐴 ( ( ) )
√2 𝑆

3
.𝑉
𝐴 8( )
𝑆

3. Debit saluran (Qs)


𝐴 .𝑉
3
.𝑉
8( ) .𝑉
𝑆
3
.𝑉
8( ) . 𝑉4
𝑆

D. Penampang hidrolis terbaik setengah lingkaran


1. Kedalaman aliran saluran (Y)
0,5𝑌
1 2⁄3 . 𝑆 1⁄2
𝑉 1

1
𝑉 (0,5𝑌)2⁄3 . 𝑆1 1⁄2
2⁄3
.𝑉
𝑌 2( )
𝑆

2. Luas Penampang aliran saluran (As)


𝜋 2
𝐴 𝑌
2
3 2
𝜋 .𝑉
𝐴 (2 ( ) )
2
𝑆

3
.𝑉
𝐴 2𝜋 ( )
𝑆

3. Debit saluran (Qs)


𝐴 .𝑉
3
.𝑉
𝐴 2𝜋 ( ) .𝑉
𝑆
3
.𝑉
𝐴 2𝜋 ( ) . 𝑉4
𝑆

2.7 Debit Air Kotor


Menurut (Hendriyani et al., 2021), debit air kotor adalah debit yang berasal
dari air kotor buangan rumah tangga, bangunan gedung, instalasi, dan sebagainya.
Untuk memperkirakan jumlah air kotor yang akan dialirkan ke saluran drainase
harus diketahui terlebih dahulu jumlah kebutuhan air rata-rata dan jumlah
penduduk daerah perencanaan. Adapun besarnya kebutuhan air penduduk rata-rata
adalah 250 liter/orang/hari. Sedangkan debit kotor yang harus dibuang di dalam
saluran adalah 70% dari kebutuhan air bersih sehingga besarnya air buangan
adalah 250 x 70% = 175 liter/orang/hari = 2,025 x 10-6 m3/det/oran
Untuk menghitung debit air kotor diperlukan data luas daerah pengaliran,
kepadatan penduduknya, peningkatan penduduk setiap tahunnya dan rata-rata
buangan air limbah penduduk perhari.
A. Menghitung jumlah penduduk dalam daerah pengaliran:
Po = Sp x A (2.20)
Keterangan:
Sp = Kepadatan Penduduk
A = Luas daerah pengallira
2020
SP = 𝑠 𝑔 𝑖 (2.21)

B. Menghitung jumlah penduduk periode ulang (tahun) dalam daerah


pengaliran.
Pn = Po(1+m)n (2.22)
Keterangan:
Po = jumlah penduduk tahun 2010
Pn = jumlah penduduk periode n tahun
n = periode pertambahan penduduk (tahun)
m = laju pertumbuhan penduduk
Dengan demikian jumlah air kotor yang dibuang pada suatu daerah setiap
Km2 adalah
Qak =Rerata air buangan x Pn x Fdp (2.23)
Keterangan:
Fdp = faktor debit puncak untuk peroide ulang 2 (dua) dan 5 (lima) tahun
adalah 4,5.
BAB III
PERENCANAAN

3.1 Debit Kawasan


Dalam menentukan debit kawasan suatu drainase dapat menggunakan
analisis hidrologi. Dalam kasus ini menggunakan dua metode, yaitu metode
distribusi probabilitas gumbel dan uji kecocokan distribusi data smirnov
kolmogorov. Debit banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran
alamiah dengan periode ulang (rata-rata) yang sudah ditentukan yang dapat
dialirkan tanpa membahayakan proyek irigasi dan stabilitas bangunan-
bangunannya

3.1.1 Metode distribusi probabilitas gumbel


Analisi hujan rencana tahunan pada pembahasan ini menggunakan metode
distribusi Gumbel. Cara yang di gunakan untuk menentukan besarnya hujan
rencana pada metode ini biasanya digunakan untuk analisis limpasan permukaan
dan perencanaan drainase.
Tabel 3.1 Curah Hujan Tahunan (Dalam mm)

NO. TAHUN Xi(mm)

1 2013 84

2 2014 63

3 2015 133

4 2016 181.7

5 2017 112.6

6 2018 124.2

7 2019 96

8 2020 46.8

9 2021 93.3
10 2022 161.7
Tabel 3.2 Perhitungan Curah Hujan Rata-Rata
NO. TAHUN Xi(mm) (Xi - Xbar) (Xi - Xbar)2
1 2013 84 -25.63 656.8969
2 2014 63 -46.63 2174.3569
3 2015 133 23.37 546.1569
4 2016 181.7 72.07 5194.0849
5 2017 112.6 2.97 8.8209
6 2018 124.2 14.57 212.2849
7 2019 96 -13.63 185.7769
8 2020 46.8 -62.83 3947.6089
9 2021 93.3 -16.33 266.6689
10 2022 161.7 52.07 2711.2849
JUMLAH 1096.3 15903.941
Rata-Rata 109.63

1. Periode ulang 2 tahun


∑𝑖= (𝑋𝑖 ;𝑋 )
a. 𝑆 √
;1

SD = 42.037

b. Hitung nilai K
Jumlah data (n) = 10
Yn = 0.4952
Sn = 0.95
T = 2 Tahun

𝑇
𝑌𝑡𝑟 − (0.834 + 2.303. 𝑙𝑜𝑔. 𝑙𝑜𝑔 )
𝑇−1
Ytr = 0.36651
𝑌𝑛
𝐾 𝑌 −
𝑆𝑛
K = -0,13546

c. Hitung nilai hujan rencana periode ulang 2 tahun


𝑋2 𝑋 𝑎𝑟 + 𝐾. 𝑆
X2 = 103.933 mm
Untuk hujan rencana periode ulang 5 tahun dan 10 tahun disajikan dalam
bentuk Tabel 3.3. Berikut ini adalah tabel hujan rencana periode ulang 2 tahun, 5
tahun dan 10 tahun.

Tabel 3.3 Hujan Rencana Periode 2 Tahun, 5 Tahun dan 10 Tahun


Periode ulang (T) tahun 2 5 10
Yt 0.3665 1.4999 2.2504
K -0.1355 1.0581 1.8483
X 103.9333 154.1079 187.32.78

3.1.2 Uji kecocokan distribusi data smirnov kolmogorov


Untuk persamaan yang dipakai, dapat dituliskan dibawah ini:
1. Nilai P
Menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑃
𝑛−1

2. Nilai T
Untuk rumus T didapat dari persamaan dibawah ini :

24 − ̅̅̅̅̅
24
𝐾
𝑆𝑑
𝑌𝑡𝑟 − 𝑌𝑛 24 − ̅̅̅̅̅
24
𝑆𝑛 𝑆𝑑
(𝑌𝑡𝑟 − 𝑌𝑛)𝑆𝑑 ( 24 − ̅̅̅̅̅
24 )𝑆𝑛

(𝑌𝑡𝑟. 𝑆𝑑 ) − 11,238 24 . 1,021 − 90,392


𝑌𝑡𝑟. 𝑆𝑑 24 . 1,021 − 79,154
𝑌𝑡𝑟 0,047 24 − 3,612
𝑇
− (0,0834 + 2,303. 𝑙𝑜𝑔. 𝑙𝑜𝑔 ) 0,047 24 − 3,612
𝑇−1
𝑇 0,047 24 − 3,612 + 0,834
𝑙𝑜𝑔. 𝑙𝑜𝑔
𝑇−1 2,303
𝑇
𝑙𝑜𝑔. 𝑙𝑜𝑔 0,204 24 − 1,2062
𝑇−1
𝑇
𝑙𝑜𝑔 100,0204 ;1,2062
𝑇−1
𝑇
100,0204 ;1,2062
𝑇−1
𝑇 (100,0204 ;1,2062
)(𝑇 − 1)
𝑇 100,0204 ;1,2062
. 𝑇 − 100,0204 ;1,2062

𝑇 − 𝑇. 100,0204 ;1,2062
−100,0204 ;1,2062

𝑇(1 − 100,0204 ;1,2062


) −100,0204 ;1,2062

;10 , 𝑅 − ,
T=1;10 , 𝑅 − ,

3. Nilai P’
Menggunakan rumus sebagai berikut:
1
𝑃
𝑇
4. Nilai ΔPi
Menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑃 [𝑃 − 𝑃 ]
Tabel 3.4 Uji Kecocokan Distribusi Data Smirnov Kolmogorov
Delta
i Xi(mm) P(Xi) f(t) Yt T P'(Xi)
P
1 181.7 0.11 1.714 2.123 8.234 0.121 0.01
2 161.7 0.22 1.239 1.671 1.957 0.511 0.29
3 133 0.33 0.556 1.023 1.823 0.549 0.22
4 124.2 0.44 0.347 0.824 1.212 0.825 0.38
5 112.6 0.56 0.071 0.562 0.518 1.930 1.37
6 96 0.67 -0.324 0.187 -0.474 -2.108 -2.78
7 93.3 0.78 -0.388 0.126 -0.636 -1.573 -2.35
8 84 0.89 -0.610 -0.084 -1.192 -0.839 -1.73
9 63 1.00 -1.109 -0.558 -2.447 -0.409 -1.41
10 46.8 1.11 -1.495 -0.924 -3.416 -0.293 -1.40
Delta P kritis = 1,5
Delta Pmaks = 1,37
Delta Pmaks < P Kritis (Dapat Diterima)

3.2 Distribusi Debit Rencana Saluran


Data yang diketahui untuk menentukan debit rencana saluran diantaranya
adalah :
a. Luas lahan (A) = 40 Ha
b. Data curah hujan tertinggi = 181,7
49,5;45
c. Kemiringan medan daerah aliran (S0) = 2982,1 = 0,00151
49,5;45
d. Kemiringan slope dasar saluran (S1) = 2982,2 = 0,00218

e. Koefisien aliran (C) = 0,00546


f. Jarak terjauh diatas tanah hingga saluran terdekat (L0) = 2.982,1 m
g. Jarak yang ditempuh aliran di dalam saluran ke tempat pengukuran (L1)
= 2.294,2 m
h. Koefisien manning (n) = 0,015
i. Kecepatan aliran = 1,17967 m/det
3.2.1 Debit rencana saluran tersier
𝑡
Vcoba-coba = 1,17951 m/det
3
𝑛 4
8( 1)
𝑆12
3
0,015
8( 1) 1,179514
0,00082
0,7612 𝑚3 𝑑𝑒𝑡

𝑇 0,278𝐶. 𝐶 . 𝐿𝐴
2𝑇𝑐
𝐶
2𝑇𝑐 + 𝑇𝑑
𝑇𝑐 𝑇𝑜 + 𝑇𝑑
0,77
𝐿𝑜
𝑇𝑜 0,00033 ( )
√𝑆𝑜
0,77
2294,2
𝑇𝑜 0,00033 ( )
√0,0412
To = 1,47283 jam

𝐿1
𝑇𝑑 0,000278
𝑉
2982,1
𝑇𝑑 0,000278
1,17951
Td = 0,7029 jam

Tc = 1,47283 + 0,7029
Tc = 2,1757 jam

2(2,1757 )
𝐶
2(2,1757 ) + 0,7029
Cs = 0,8609

2
24 24 3
( )( )
24 𝑇𝑐
2
176,5878 24 3
( )( )
24 2,1757
36,5482 𝑚𝑚 𝑗𝑎𝑚

QT = 0,278C.Cs.I.A
QT = 0,278 (0,1605521)
QT= 0,0446 m3/det

Qs QT
0,7456 m3/det 0,0446 m3/det (OK)
3.2.2 Debit rencana saluran sekunder
𝑡
Vcoba-coba = 1,17956 m/det
3
𝑛 4
8( 1)
𝑆12
3
0,015
8( 1) 1,179564
0,00172
0,7613 𝑚3 𝑑𝑒𝑡

𝑇 0,278𝐶. 𝐶 . 𝐿𝐴
2𝑇𝑐
𝐶
2𝑇𝑐 + 𝑇𝑑

𝑇𝑐 𝑇𝑜 + 𝑇𝑑
0,77
𝐿𝑜
𝑇𝑜 0,000325 ( )
√𝑆𝑜
2294,2 0,77
𝑇𝑜 0,000325 ( )
√0,041231
To = 1,4728 jam

𝐿1
𝑇𝑑 0,000278
𝑉
2982,1
𝑇𝑑 0,000278
1,17956
Td = 0,7028 jam

Tc = 1,4728 + 0,7028
Tc = 2,1757 jam

2(2,1757 )
𝐶
2(2,1757 ) + 0,7028
Cs = 0,8609
2
24 3
24
( )( )
24 𝑇𝑐
2
176,5878 24 3
( )( )
24 2,1757
36,5482 𝑚𝑚 𝑗𝑎𝑚

QT = 0,278C.Cs.I.A
QT = 0,278 (0,1605521)
QT= 0,0446 m3/det

Qs QT
0,7456 m3/det 0,0446 m3/det (OK)

3.2.2 Debit rencana saluran primer


𝑡
Vcoba-coba = 1,15232 m/det
3
𝑛 4
8( 1)
𝑆12
3
0,015
8( 1) 1,152324
0,00172
0,6934 𝑚3 𝑑𝑒𝑡

𝑇 0,278𝐶. 𝐶 . 𝐿𝐴
2𝑇𝑐
𝐶
2𝑇𝑐 + 𝑇𝑑

𝑇𝑐 𝑇𝑜 + 𝑇𝑑
0,77
𝐿𝑜
𝑇𝑜 0,000325 ( )
√𝑆𝑜
2294,2 0,77
𝑇𝑜 0,000325 ( )
√0,041231
To = 1,4728 jam

𝐿1
𝑇𝑑 0,000278
𝑉
2982,1
𝑇𝑑 0,000278
1,15232
Td = 0,7194 jam

Tc = 1,4728 + 0,7194
Tc = 2,1923 jam

2(2,1923 )
𝐶
2(2,1923 ) + 0,7194
Cs = 0,8590

2
24 3
24
( )( )
24 𝑇𝑐
2
176,5878 24 3
( )( )
24 2,1923
36,5482 𝑚𝑚 𝑗𝑎𝑚

QT = 0,278C.Cs.I.A
QT = 0,278 (0,1605521)
QT = 0,0446 m3/det

Qs QT
0,7456 m3/det 0,0446 m3/det (OK)
Gambar 3.1 Diagram distribusi saluran drainase

3.3 Desain Dimensi Saluran Tersier, Sekunder, dan Primer


Setelah nilai kecepatan aliran diketahui, maka untuk menentukan dimensi
saluran disajikan sebagai berikut.

3.3.1 Desain dimensi saluran


Dimensi saluran tersier yang direncanakan dapat dihitung dengan
persamaan berikut:

3⁄
2
𝑛. 𝑉
𝑌 2( 1 )
𝑆2
3⁄
2
0,015. (1,17951)
𝑌 2( 1 )
0,00172
Y = 0,5622 m

B=2Y
B = 2 (0,5622)
B = 1,1244 m
F = 30% Y
F = 30% (0,5622)
F = 0,1687 m

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari hasil perencanaan Drainase Perkotaan, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut.
1. Dalam perhitungan hujan rencana menggunakan Metode Distribusi
Probabilitas Gumbel didapat hujan rencana periode ulang 2 tahun (X2) =
103,9333 mm/hari, hujan rencana periode ulang 5 tahun (X5) = 154,1079
mm/hari, dan hujan rencana periode ulang 10 tahun (X10) = 187.3278
mm/hari.
2. Uji Kecocokan Distribusi Data Smirmov Kolomogorov didapat Delta P
maks sebesar 1,37 dan Delta P kritis sebesar 1,5 diperoleh Delta
Pmaks<Pkritis sehingga data dapat diterima.
3. Debit saluran tersier = 0,010924 m3/det diperoleh dari vcoba-coba =
1.17951 m/det, debit saluran sekunder = 0,01614 m3/det diperoleh dari
vcoba-coba = 1.16875 m/det, dan debit saluran primer = 0,01958 m3/det
diperoleh dari vcoba-coba = 1.15232 m/det.
4. Untuk dimensi saluran tersier diperoleh Y = 0,5622 m, B = 1,1244 m dan F
= 0,1687 m, dimensi saluran sekunder diperoleh Y = 0,5545 m, B = 1,1090
m dan F = 0,1664 dan dimensi saluran dimensi primer diperoleh Y = 0,5429
m, B = 1,0857 m dan F = 0,1629 m.

4.2 Saran
Adapun saran-saran dari penulis dalam menyelesaikan rancangan drainase
perkotaan adalah
1. Sebelum memulai perancangan setiap perencana harus memami tentang
konsep awal drainase perkotaan.
2. Pada perencanaan drainase perkotaan digunakan data sesuai atau seragam,
supata mempermudah pembangunan di lapangan.
3. Pada perencanaan drainase perkotaan selanjutnya agar dipaki SNI yang
terbaru, supaya tidak ketinggalan data-data terbaru untuk membuat sebuah
rancangan drainase perkotaan.
4. Ketelitian dan kehati-hatian dalam perhitungan sangatlah diperlukan.
5. Pengarahan dosen pembimbing sesuai jadwal yang telah ditentukan.
6. Perencanaan drainase perkotan dapat dihasilkan data dengan menentukan
nilai yang sesuai dengan situasi kondisi daerah yang direncanakan
DAFTAR PUSTAKA

BR, Sri Harto, 1993, Analisis Hidrologi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
C.D Soemarto,1999, Hidrologi Teknik, Erlangga,Jakarta
H.R. Mulyanto, 2012, Penataan Drainase Perkotaan, Graha Ilmu, Yogyakarta
Hamdani Lubis, Perencanaan Saluran Drainase, Fakultas Teknik Universitas Pasir
Pengaraian
Ibrahim, I., Syahyadi, R., Gani, F.A., Syarwan, S., 2019. Kajian Prioritas
Penanganan Drainase Kota Lhokseumawe, in: Prosiding Seminar Nasional
Politeknik Negeri Lhokseumawe. p. 345.
I Made Kamiana, 2011, Teknik Perhitungan Debit Rencana Bangunan Air, Graha
Ilmu, Yogyakarta
Sosrodarsono, S. Dan K, Takeda. 2003. Hidrologi untuk Pengairan, PT. Pradnya
Paramita Jakarta
Subarkah, Imam, Ir., 1998, Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air, Idea
Dharma, Bandung
Suripin, 2004, Sistem Drainase Kota Yang Berkelanjutan, Penerbit Andi,
Yogyakarta
Wesli, 2021, Drainase Perkotaan Edisi 2, Graha Ilmu, Yogyakarta
Wilson, E.M., 1969, Hidrologi Teknik, Terjemahan oleh MM Purbo-Hadiwidjoyo,
1993, ITB, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai