KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya, kita diberi kemudahan dalam menyelesaikan segala
aktifitas. Penyusunan laporan ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat bagi
mahasiswa untuk mengikuti ujian akhir semester.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas besar Hidrologi ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan tugas tugas berikutnya.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khusunya rekan-
rekan mahasiswa Fakultas Teknik, jurusan Teknik Sipil, Universitas
Muhammadiyah Jember dan masyarakat pada umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Lembar asistensi
Lembar soal
KATA PENGANTAR i
Daftar Isi ii
PENDAHULUAN 3
1.2 Perhitungan 7
BAB II 12
2.2 Perhitungan 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pengertian HIdrologi
untk perencanan bangunan air saja, tetapi juga ikut menentukan macam- macam
dan luas daerah industri pelayanan di perairan, pedalaman dan sebagainya.
4. HIdrologi di Indonesia
Hal yang paling mendasar yang harus dimiliki oleh para peneliti hidrologi
di Indonesia adalah permohonan masalah khas Indonesia. Dengan tidak
mengabaikan pendalaman terhadap perkembangan ilmu hidrologi secara umum.
Kondisi hidrologi di Indonesia (dan manapun) adalah khas, sehingga tidak semua
cara dan konsep dapat digunakan untuk memecahkan masalah hidrologi di
Indonesia.
perlu dilakukan terus sehingga paling tidak cara- cara khas untuk menangani
masalah hidrologi di Indonesia (Analisa HIdrologi, Sri Harto. Br.)
4. Kepanggahan data
5. Tujuan
Tujuan dari karya ilmiah ini adalah :
1. Mengetahui dan menganalisis Hidrologi dalam
perencanaan bangunan air atau mitigasi bencana
khususnya dalam bidang Teknik Sipil
2. Menghitung Hujan rancangan kala ulang pada DAS
3. Menghitung Banjir rencana kala tahunan
4.
6. Manfaat
Manfaat dari karya ilmiah ini adalah :
1. Dapat mengetahui dan menganalisis Hidrologi dalam
perencanaan bangunan air atau mitigasi bencana
khususnya dalam bidang Teknik Sipil
2. Menganalisis dalam Perhitungan Hujan rancangan kala
ulang pada DAS
3. Menganalisis dalam Perhitungan Banjir rencana kala
tahunan
7. Batasan Masalah
Mengacu pada judul tesis tersebut, maka batasan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Wilayah yang analisis adalah di wilayah DAS kabupaten
Lumajang
2. Perhitungan Curah Hujan Rencana dan Banjir Rencana Kala
ulang 2, 5, 10, 25, 50, 100 tahunan
BAB II
Ada 3 macam metode/ cara yang berbeda dalam menentukan tinggi curah
hujan rata- rata diatas areal tertentu dari angka- angka curah hujan di beberapa
titik pos penakaran atau pencatatan:
2. Polygon Thiessen
3. Contour Isohet
a. Stasiun pengamat digambar pada peta dan ditarik garis hubung masing-
masing stasiun (garis putus- putus) membentuk segitiga.
b. Garis bagi tengah lurus dari garis hubung tersebut membentuk poligon-
polygon mengelilingi tiap- tiap stasiun, dan dihindari bentuk poligon
segitiga tumpul.
c. Sisi satiap poligon merupakan batas- batas daerah pengamatan yang
bersangkutan.
d. Hitung luas tiap poligon yang terdapat didalam DAS dan luas DAS
seluruhnya dengan planimeter. Menghitung luas juga bisa dengan
menggunakan kertas milimeter block atau aplikasi komptasi lainya.
e. Faktor bobot dalam menghitung hujan rata- rata daerah didapat dengan
mengalikan hujan rata- rata areal yang di dapat dengan presipitasi tiap
stasiun pengamat dan dikalikan lagi dengan presentase luas daerah yang
bersangkutan.
Rumus.umum:
A1 + A2 + ……+ An
Keterangan :
2.2 Perhitungan
Dari data DAS yang kita ketahui, didapatkan luasan pada tiap- tiap DAS
yaitu:
1 : 50.000
1 cm : 50.000 cm
1 cm : 0.5 Km
1 cm2 : 0.25 Km2
2.2.2 Perhitungan curah hujan rerata harian Daerah Aliran Sungai (DAS)
pada tiap stasiun:
R = A1R1+ A2 R2 + A3 R3 + A4R4 + A5 R5 + A6 R6
A1 + A2 + A3 + A4 + A5 + A6
Stasiun Hujan A
Curah Hujan Harian Maksimum (mm)
No Tahun
Jan Peb Mar April Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nop Des R1max (mm)
1 2008 40 108 82 59 54 54 18 17 112 93 96 32 112
2 2009 62 73 55 83 2 55 22 21 2 46 78 51 83
3 2010 72 51 45 56 96 35 - - - 75 87 81 96
4 2011 63 27 87 33 18 23 11 - 27 197 107 78 197
5 2012 81 47 25 48 19 13 18 8 2 - 84 65 84
6 2013 108 69 84 18 62 18 15 - - 45 89 90 108
7 2014 73 118 107 49 66 4 14 4 32 4 55 78 118
8 2015 73 118 107 49 66 4 14 4 32 4 55 65 118
9 2016 50 59 34 - - - - - - - 93 32 93
10 2017 27 18 41 21 21 38 - - - - 56 67 67
Stasiun hujan d
2.4 Pembahasan
Berdasarkan perhitungan curah hujan rata- rata didapatkan data curah
hujan harian sebagai berikut:
Di Stasiun A : 197 mm pada tanggal 23 Oktober 2011
Di Stasiun B : 197 mm pada tanggal 23 Oktober 2011
Di Stasiun C : 118 mm pada tanggal 18, Februari 2011,2012,2014, 2016,
20 februari 2015, dan 13 april 2017
Di Stasiun D : 197 mm pada tanggal 23 Oktober 2011
2.5 Kesimpulan
Dari hasil Analisa data curah hujan harian dapat ditarik kesimpulan bahwa
3/4 (75%) curah hujan maksimal terjadi pada stasiun A, B dan D hal ini
dikarenakan 3 stasiun mempunyai luas pengaruh DAS yang lebih tinggi yaitu
ketimbang pada stasiun C. dan curah hujan maksimal terjadi apada tahun 2011
diaman curah hujan rerata adalah 197 mm. dan curah minimum terjadi pada tahun
2012, 2014, 2016, dan 2017 dimana curah hujan rerata hanya 118 mm.
BAB III
Jika suatu laju data hidrologi (X) mencapai suatu harga tertentu (Xi) atau
kurang dari (Xi) diperkirakan akan terjadi setahun sekali dalam T tahun, maka T
tahun ini dianggap sebagai periode ulang dari (Vi. Xi) ini disebut data dengan
kemungkinan T tahun. Jika data berupa data hujan harian, maka disebut curah
hujan T tahun (Sosradarsono dan Takeda, 1976). Prode ulang curah hujan
merupakan kemungkinan terjadinya arah hujan tertentu, contoh : T40 = 400 mm.
a. Metode Analitis
1. Normal
2. Log Normal
3. Gumbel
b. Metode Grafis
𝑀
1. Weibull = 𝑇𝑟 = 𝑛 + 1 𝑥 100%
2𝑀 − 1
2. Hozen = 𝑇𝑟 = 𝑥 100%
2𝑛
𝑀 − 0,375
3. Bloom = 𝑇𝑟 = 𝑥 100%
𝑛+0,25
𝑀−0,44
4. Gringorten = 𝑇𝑟 = 𝑥 100%
𝑛+0,12
𝑀−0,4
5. Cunname = 𝑇𝑟 = 𝑥 100%
𝑛+0,2
Keterangan :
M = Pangkat kejadian
n = Jumlah kejadian
f = Peluang kejadian
T = Kala ulang
3.2 Perhitungan
Tabel 3.1 Perhitungan Agihan Keseluruhan Tahun
∑ 𝑋𝑖 1035,48
𝑋̅𝑖 = = = 103,55 mm
𝑛 10
∑(𝑋𝑖− 𝑋̅𝑖)2
SD =√
𝑛−1
7381,64
=√ = 28,64
10−1
𝑆𝑑 28,64
CV = ̅ = = 0,28
𝑋𝑖 103,55
𝑛 𝑥 ∑(𝑋𝑖− 𝑋̅𝑖)3
CS =
(𝑛−1) 𝑥 (𝑛−2) 𝑥 𝑆𝑑 3
10 𝑥 360289,93
= (10−1) = 2,13
𝑥 (10−2) 𝑥 28,64 3
𝑛2 𝑥 ∑(𝑋𝑖− 𝑋̅ 𝑖)4
CK =
(𝑛−1) 𝑥 (𝑛−2) 𝑥 (𝑛−3) 𝑥 𝑆𝑑 4
102 𝑥 30643164,98
= (10−1) = 5,60
𝑥 (10−2) 𝑥 (10−3) 𝑥 28,64 4
Jadi berdasarkan nilai Cs, Cv dan Ck yang diperoleh maka ada kriteria yang
terpenuhi, yaitu jenis sebaran Log Pearson Type III dimana tidak ada kriteria yang
terpenuhi untuk sebara Normal, Log Normal dan Gumbel.
∑ 𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖
𝑋 =
𝑛
20,030
= = 2,003 mm
10
*Standar Deviasi
0,096
=√ = 0,103490
10 − 1
*Koefisien Kemencengan
10 𝑥 (0,012)
= (10−1) = 0,000114
𝑥 (10−2) 𝑥 0,1034903
Tabel 3.3 Tabel Perhitungan Parameter Statistik Metode Log Pearson III
0,0 -2,326 -1,645 -1,282 -0,842 0,000 0,842 1,282 1,595 1,751 2,045 2,376 2,576 3,090
0,1 -2,252 -1,616 -1,270 -0,085 0,017 0,836 1,297 1,622 1,785 2,107 2,400 2,670 3,230
0,2 -2,170 -1,538 -1,258 -0,850 0,033 0,830 1,301 1,646 1,818 2,159 2,472 2,763 3,380
0,3 -2,130 -1,555 -1,245 -0,853 0,050 0,824 1,309 1,669 1,849 2,211 2,544 2,856 3,520
0,4 -2,029 -1,524 -1,231 -0,855 0,066 0,816 1,317 1,692 1,880 2,261 2,615 2,947 3,670
0,5 -1,955 -1,491 -1,216 -0,856 0,083 0,808 1,323 1,714 1,910 2,311 2,606 3,041 3,810
0,6 -1,880 -1,458 -1,200 -0,857 0,079 0,800 1,328 1,735 1,939 2,359 2,755 3,132 3,960
0,7 -1,806 -1,423 -1,183 -0,857 0,116 0,790 1,333 1,756 1,967 2,407 2,824 3,223 4,100
0,8 -1,733 -1,388 -1,166 -0,856 0,132 0,780 1,336 1,774 1,993 2,453 2,891 3,312 4,240
0,9 -1,660 -1,353 -1,147 -0,854 0,148 0,769 1,339 1,792 2,018 2,498 2,957 3,401 4,390
1,0 -1,588 -1,317 -1,128 -0,852 0,164 0,758 1,340 1,809 2,043 2,542 3,022 3,489 4,530
1,1 -1,518 -1,280 -1,107 -0,018 0,180 0,745 1,341 1,824 2,066 2,585 3,087 3,575 4,670
Cs = 0,000114 ≈ 0
Berarti K = 0
Berarti K = 0,842
Berarti K = 1,282
Berarti K = 1,751
Berarti K = 2,054
Berarti K = 2,326
3.3 Pembahasan
Ck = 5,60 sehingga digunakanlah sebaran Log Pearson Type III Karena tidak
memenuhi kriteria sebaran Normal, Log Normal dan Gumbel.
3.4 Kesimpulan
Setelah melewati uji statistik grafis, data hujan tersebut dapat dinyatakan
layak digunakan untuk dijadikan data hitungan “Hidrograf Banjir Rancangan
Periode Ulang 2, 5, 10, 25, 50, 100 Tahun Dengan Metode NAKAYASU” pada
bab selanjutnya.
BAB IV
Untuk membuat hidrograf banjir pada sungai – sungai yang sedikit sekali
dilakukan observasi hidrograf banjirnya, maka perlu dicari karakteristik atau
parameter daerah pengaliran tersebut terlebih dahulu. Misalnya, waktu untuk
mencapai puncak hidrograf, lebar dasar, luas kemiringan, panjang alur terpancang,
koefisien limpasan, dan sebagainya. Dalam hal ini, biasanya digunakan hidrograf
– hidrograf sintetik, dimana parameter – parameternya harus disesuaikan terlebih
dahulu dengan karakteristik dengan pengaliran yang ditinjau.
Ada dua cara / metode yang diguanakan untuk membuat hidrograf satuan sintetik,
antara lain :
Ditemukan oleh F.F. SNYDER pada tahun 1938 dari Amerika Serikat.
Untuk L < 15 km
Tg = 0,21L0,7
Untuk L > 15 km
Tg = 0,4 + 0,058 L
Dimana :
Tr = 0,5 Tg ( jam )
Tp = Tg + 0,8 Tr ( jam )
4. Mencari waktu yang diperlukan oleh penurunan debit dari debit puncak
sampai menjadi 30 % dari debit puncak ( T0,3 )
T0,3 = α Tg ( jam )
Dimana :
Untuk daerah pengaliran biasa, α = 2
Untuk bagian naik hidrograf yang lambat, bagian menurun yang cepat
(terjadi pada daerah yang sangat landai ), α = 1,5
Untuk bagian naik hidrograf yang sangat cepat, bagian menurun yang
lambat ( terjadi pada daerah curam ), α = 3
C A Ro
Qp = ( m 3 / dt )
3,6 ( 0,3 Tp T0,3 )
Dimana :
Ro = hujan satuan ( 1 mm )
1
Qa = Qp ( Tp ) 2,4
Qd > 0,3 Qp
t - Tp
Qd = Qp x 0.3 ^ ( )
T0,3
0,32 Qp > Qd
( t - Tp ) ( 1,5 .T0,3 )
Qd = Qp x 0.3 ^ )
2 T0,3
= nilai RT sebelumnya
Rc = Rt x Rn
Rn = C R
no luas
1 air tawar 5,85 0,010161968 0,05 3,62927E-06
2 beluk/semak 10,53 0,018291542 0,25 3,26635E-05
3 hutan 8,22 0,014278868 0,45 4,58964E-05
4 kebun 62,45 0,108481178 0,2 0,000154973
5 pasir darat 2,61 0,004533801 0,05 1,61921E-06
6 pemukiman 184,59 0,320649171 0,6 0,001374211
7 rumput 2,5 0,004342721 0,25 7,75486E-06
8 sawah irigasi 203,2 0,352976388 0,9 0,002269134
9 sawah tadah hujan 31,29 0,0543535 0,2 7,76479E-05
10 tanah berbatu 2,2 0,003821595 0,05 1,36486E-06
11 tegalan 62,24 0,10811639 0,1 7,7226E-05
JUMLAH 575,68 1,0000 HARGA C 0,00404612
Rt = R24/6.(6/t)(2/3) , dan
dimana:
Rt = curah hujan pada jam ke
T
(t-1)= intensitas hujan dengan (t-1)jam
t = waktu hujan terpusat
RT = rerata intensitas hujan dalam t jam
Didapat
: R0=
R1= 0,5438 R24
R2= 0,3442 R24
R3= 0,2633 R24
R4= 0,2178 R24
R5= 0,1880 R24
R6= 0,1667 R24
hujan jam-jaman
waktu ratio
2 5 10 25 50 100
1 0,5438 38,8918 48,4133 56,2821 68,1835 78,5885 90,4735
2 0,1445 10,3358 12,8662 14,9573 18,1202 20,8854 24,0439
3 0,1017 7,2765 9,0579 10,5301 12,7568 14,7035 16,9271
4 0,0812 5,8061 7,2275 8,4023 10,1790 11,7323 13,5066
5 0,0687 4,9113 6,1137 7,1074 8,6104 9,9243 11,4252
6 0,0601 4,2989 5,3513 6,2211 7,5366 8,6867 10,0004
hujan efektif 71,5203 89,0300 103,5003 125,3865 144,5209 166,3768
koef pengaliran 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75
curah hujan rencana 95,3604 118,7067 138,0004 167,1820 192,6945 221,8358
4.2.2 Perhitungan Banjir Rancangan Kala Ulang 2, 5, 10, 25, 50, 100 Tahunan
1. Waktu konsentrasi ( Tg )
Untuk L > 15 km
Tg = 0,4 + 0,058 L
= 8,5200 jam
Tr = 0,5 x Tg ( jam )
= 0,5 x 8,5200
= -4,2600 jam
Tp = Tg + 0,8 Tr ( jam )
= 5,1120 jam
4. Mencari waktu yang diperlukan oleh penurunan debit dari debit puncak
sampai menjadi 30 % dari debit puncak ( T0,3 )
T0,3 = α Tg ( jam )
= 0,9295 x 8,5200
= 7,9191 jam
Qp = = 12,687 m3/dt
7
Mencari Ordinat Hidrograf
1. 0 < t < Tp 0 < T < 22,45
> Qt = Q max
(t/Tp)^2.4
3. (Tp + T0.3) < t < (Tp + 2.5T0.3) ---- > 46,351 < T < 124
Qt = Qmax (0.3)^((t-Tp) + 0.5 T0.3) / 1.5
T0.3)
t Q
Keterangan
(jam) (m^3/dt)
0,0 0,0000
2,0 1,3342
4,0 7,0422
5,1 12,6877 JAM PUNCAK
6,0 11,0854
8,0 8,1789
10,0 6,0345
12,0 4,4523
13,0 3,8063
14,00 2,6170
16,00 2,2479
18,00 1,9308
20,00 1,6585
20,7 1,5727
22,0 1,4246
22,7 1,3508
24,0 1,2236
24,7 1,1603
26,0 1,0511
26,7 0,9967
28,0 0,9028
28,7 0,8561
30,0 0,7755
32,0 0,6661
34,0 0,5722
36,0 0,4915
38,0 0,4221
40,0 0,3626
40,5 0,3492
42,0 0,3115
44,0 0,2675
46,0 0,2298
48,0 0,1974
50,0 0,1695
52,0 0,1456
54,0 0,1251
56,0 0,1075
58,0 0,0923
60,0 0,0793
Tabel 4.2.3 Lampiran Tabel Rekapitulasi Perhitungan Hidrograf Satuan Banjir Rancangan
kala ulang
PUNCAK BANJIR
2 TH 5 TH 10 TH 25 TH 50 TH 10 TH
575,9 716,9 833,5 1009,7 1163,8 1339,8
Gambar 4.2.3 Grafik Banjir Rancangan Kala Ulang Tahunan Metode Nakayasu
1600
1400
1200
1000
2 TAHUNAN
Axis Title
5 TAHUNAN
800
10 TAHUNAN
25 TAHUNAN
600 50 TAHUNAN
100 TAHUNAN
400
200
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Axis Title
4.3 Pembahasan
Dari hasil analisa data, Panjang sungai (L) = 140,00 km, Luas DAS =
575,68 km2, α = 0,9295, dan nilai C (koefisien pengaliran) = 0,75 dimana
berdasarkan nilai C ini dapat diketahui jenis alirannya yaitu sungai kecil di
daratan (Tabel 4.2). Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode
Nakayasu didapatkan grafik hidrograf banjir rancangan kala ulang 2, 5, 10, 25, 50,
100 tahun, dimana pada grafik tersebut Qtotal puncak= 12,6877 m3/dt terjadi pada
jam 6,5.
4.4 Kesimpulan
Dari hasil analisa data dapat disimpulkan bahwa aliran yang terjadi adalah
aliran sungai yang tidak begitu besar di dataran karena nilai C = 0,75. Dan debit
puncak total terjadi pada jam 6,5 dengan nilai 12,6877 m3/dt.