Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya, kita diberi kemudahan dalam menyelesaikan segala
aktifitas. Penyusunan laporan ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat bagi
mahasiswa untuk mengikuti ujian akhir semester.

Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak


yang telah membantu dalam penyusunan laporan tugas besar ini, diantaranya:

1. ADI MUSTIKA. ST.,MT.

2. Teman- teman angkatan 2020

3. Serta pihak- pihak yang secara tidak langsung membantu


terselesaikannya tugas besar Hidrologi ini.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas besar Hidrologi ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan tugas tugas berikutnya.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khusunya rekan-
rekan mahasiswa Fakultas Teknik, jurusan Teknik Sipil, Universitas
Muhammadiyah Jember dan masyarakat pada umumnya.

Jember, 13 Januari 2020

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 1


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

Penyusun

DAFTAR ISI

Lembar asistensi

Lembar soal

KATA PENGANTAR i

Daftar Isi ii

PENDAHULUAN 3

BAB I RATA- RATA CURAH HUJAN 5

1.1 Landasan Teori 5

1.2 Perhitungan 7

BAB II 12

2.1 Landasan Teori 12

2.2 Perhitungan 15

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016)MAULANA FIKRI(1810611018) 2


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

PENDAHULUAN

1. Pengertian HIdrologi

Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari atau menjelaskan tentang


kehadiran atau gerakan air di alam ini. Hal ni meliputi berbagai hal yang
menyangkut perubahan- perubahan antara keadaan cair, padat, dan dalam
atmosfer, diatas permukaan tanah di dalamnya juga tercangkup air laut yang
merupakan sumber dan penyimpanan air yang mendukung kehidupan di bumi.

2. Ilmu- ilmu Yang Menunjang Hidologi

Para teknisi sangat berkepentingan untuk perencanaan dan ekploitasi


bengunan air untuk pengendalian bangunan air, terutama yang mengalir di aliran
sungai. Oleh karena itu, mereka terus melakukan peneitian terhadap kajian
Hidrologi. Karena bagian- bagiannya banyak berasal dari matematika, ilmu alam,
statistika, meteorologi, oceanografi, geologi, dan ilmu yang berhubungan dengan
hal itu. Pada dasarnya bukan ilmu yang sepenuhnya eksak, tetapi ilmu yang
memerluka interprestasi. Pekerjaan- pekerjaan eksperimen dalam hidrologi sangat
dibatasi oleh besar- kecilnya peristiwa alam dan oleh riset dalam ha- hal tertentu.
Syarat- syarat fundamental yang diperlukan adalah limpasan, debit sungai,
infiltrasi, perkolasi, evapotranspirasi, dan lain lain.

3. Pengunaan Hidrologi Dalam Perencanaan Teknis

Dalam praktek, para teknisi yang berkentingan dengan perencanaan dan


pembangunan bangunan air tidak dapat mengabaikan hidrologi sebagai alat
penganalisa sejumah air untuk maksud tersebut diatas.

Dengan meluasnya sumber sumber daya air daerah pengaliran sungai,


maka peranan hidrologi menjadi semakin penting. Ilmu ini tidak hanya berperan

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016)MAULANA FIKRI(1810611018) 3


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

untk perencanan bangunan air saja, tetapi juga ikut menentukan macam- macam
dan luas daerah industri pelayanan di perairan, pedalaman dan sebagainya.

4. HIdrologi di Indonesia

Ilmu hidrologi di dunia sebenarnya sudah ada sejak orang mulai


mempertanyakan darimana asal air yang di sekelilingnya. Pada zaman Leonardo
Da Vinchi pengertian dasar tentang hidrologi mulai dikenal dengan benar.
Ketidakmampuan para pendahulu dalam menetapkan pengertian yang tepat karena
di dasari bahwa “tanah terlalu keras sehingga (impervious) sehingga air tidak
memungkinkan air masuk kedalam tanah”. Jumalh hujan tidak cukup banyak
untuk mampu menimbulkan air sebanyak yang dilihat di sungai, danau, dan
sebagainya. Permulaan perkembangan ilmu hidrologi di Indonesia tidak diketahui
dengan jelas pada beberapa lembaga pendidikan tinggi pada tahun 60’an seperti:
Irigasi, bagian tenaga air.

Mulai awal tahun 1970’an, ilmu hidrologi berkembang cukup pesat,


diantaranya ditandai dengan cukup banyaknya pertemuan- pertemuan ilmiah
dalam bentuk seminar, loka karya, diskusi menyoalkan peran ilmu hidrologi di
berbagai bidang ke-Insinyuran, didukung oleh suasana pembangunan secara
kualitatif menjadi sangat pesat. Munculnya beberapa profesi seperti Himpunan
Ahli Teknik Hidrolika Indonesia (HATHI) sangat mendukung perkembangan
tersebut.

Hal yang paling mendasar yang harus dimiliki oleh para peneliti hidrologi
di Indonesia adalah permohonan masalah khas Indonesia. Dengan tidak
mengabaikan pendalaman terhadap perkembangan ilmu hidrologi secara umum.
Kondisi hidrologi di Indonesia (dan manapun) adalah khas, sehingga tidak semua
cara dan konsep dapat digunakan untuk memecahkan masalah hidrologi di
Indonesia.

Masih sangat banyak masalah hidrologi yang harus diselesaikan. Oleh


karena itu, maka penelitian- penelitian pengembangan dan penelitian aplikatif

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016)MAULANA FIKRI(1810611018) 4


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

perlu dilakukan terus sehingga paling tidak cara- cara khas untuk menangani
masalah hidrologi di Indonesia (Analisa HIdrologi, Sri Harto. Br.)

Dalam mempersiapkan data hidrologi secara umum, terdapat 2 (dua)


masalah yang sering ditemui yaitu :
1. Ketetapan tentang jumlah stasiun hujan dan stasiun
hidrometri (stasiun pengamatan) yang akan digunakan
dalam analisis, termasuk di dalamnya pola penyebaran
stasiun dalam DAS yang ditinjau.
2. Berapa besar ketelitian yang dapat dicapai oleh suatu
jaringan pengamatan dengan kerapatan tertentu.
Kedua masalah tersebut merupakan masalah yang penting
dan merupakan masalah awal yang harus dipecahkan
sebelum analisis hidrologi dilakukan. Perencanaan,
pengelolaan dan pengembangan sumber daya air selalu
memerlukan analisis terhadap variabel hidrologi seperti
curah hujan. Beberapa cara yang digunakan untuk
menganalisis data hidrologi seperti analisis frekuensi,
hidrograf satuan, pengalihragaman curah hujan menjadi
debit, perhitungan debit rancangan merupakan cara terbaik
untuk mengetahui debit pada suatu Daerah Aliran Sungai
(DAS).

Menurut Harto (1993) hujan merupakan komponen masukan


yang paling penting dalam proses hidrologi, karena jumlah
kedalaman hujan tersebut yang akan dialihragamkan menjadi
aliran di sungai, baik melalui limpasan permukaan, aliran
antara, maupun sebagai aliran air tanah. Untuk mendapatkan
perkiraan besar hujan yang terjadi di seluruh DAS,
diperlukan data kedalaman hujan dari banyaknya stasiun
hujan yang tersebar di seluruh DAS. Kerapatan data hujan
dan jumlah stasiun pencatat hujan dalam suatu DAS akan

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016)MAULANA FIKRI(1810611018) 5


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

memberikan perbedaan dalam besaran hujan yang


didapatkan.

Harto (1986) mendapatkan bahwa perbedaan panjang data


yang dipergunakan dalam analisis hidrologi memberikan
penyimpangan yang cukup berarti terhadap perkiraan hujan
dengan kala ulang tertentu. Analisis data hujan yang
merupakan awal analisis dari setiap perencanaan maupun
perancangan bangunan-bangunan hidrolika, maka analisis
terhadap data hujan ini perlu dilakukan secara teliti.
Kesalahan pada analisis ini akan terbawa ke analisis
berikutnya.
Menurut Harto (1993) beberapa kesalahan yang sangat sering
dijumpai dalam data hidrologi antara lain :
1. Jaringan stasiun hujan

Jumlah stasiun hujan dalam suatu DAS akan menentukan


kecermatan informasi data hujan yang akan digunakan
dalam analisis.
2. Kelengkapan data hujan

Setiap upaya pengumpulan data hujan, hampir selalu


dijumpai sejumlah data yang hilang. Data yang hilang
tersebut harus diperlakukan dengan cara yang benar agar
dalam analisis selanjutnya kesalahan yang terjadi dapat
dikurangi.
3. Panjang data hujan

Selain kelengkapan data, panjang data hujan yang tersedia


berpengaruh terhadap kecermatan suatu jenis hitungan
tertentu, antara lain ketelitian terhadap analisis frekuensi.

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016)MAULANA FIKRI(1810611018) 6


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

4. Kepanggahan data

Kepanggahan (konsistensi) data merupakan salah satu


syarat mutlak bagi satu seri data hujan, sebelum data
tersebut dianalisis lebih jauh. Data dari setiap stasiun
hujan harus diuji dengan cara-cara yang berlaku sehingga
apabila diperlukan, dapat dilakukan perlakuan khusus
terhadap data tersebut.
5. Cara analisis

Prosedur analisis yang dilakukan harus dipilih dengan tepat


dan mengikuti cara-cara terbaru yang dikenal dalam
hidrologi.
Untuk keperluan analisis data hujan pada suatu DAS
diperlukan data pengukuran curah hujan yang panjang dari
stasiun pencatat hujan, tetapi sering dijumpai data yang
tersedia tidak lengkap atau bahkan tidak ada sama sekali. Jika
data yang digunakan sebagai input untuk analisis hidrologi
yaitu data hujan yang diperoleh dari stasiun pencatat hujan
selalu bertambah setiap tahunnya, maka kajian tentang
pengaruh jumlah stasiun hujan terhadap besaran hujan
rancangan yang akan terjadi perlu diketahui.

5. Tujuan
Tujuan dari karya ilmiah ini adalah :
1. Mengetahui dan menganalisis Hidrologi dalam
perencanaan bangunan air atau mitigasi bencana
khususnya dalam bidang Teknik Sipil
2. Menghitung Hujan rancangan kala ulang pada DAS
3. Menghitung Banjir rencana kala tahunan

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016)MAULANA FIKRI(1810611018) 7


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

4.
6. Manfaat
Manfaat dari karya ilmiah ini adalah :
1. Dapat mengetahui dan menganalisis Hidrologi dalam
perencanaan bangunan air atau mitigasi bencana
khususnya dalam bidang Teknik Sipil
2. Menganalisis dalam Perhitungan Hujan rancangan kala
ulang pada DAS
3. Menganalisis dalam Perhitungan Banjir rencana kala
tahunan

7. Batasan Masalah
Mengacu pada judul tesis tersebut, maka batasan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Wilayah yang analisis adalah di wilayah DAS kabupaten
Lumajang
2. Perhitungan Curah Hujan Rencana dan Banjir Rencana Kala
ulang 2, 5, 10, 25, 50, 100 tahunan

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 8


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

BAB II

RATA- RATA CURAH HUJAN HARIAN

2.1 Landasan Teori

Dengan melakukan pencatatan hanya didapatkan curah hujan di suatu titik


tertentu (point rainfall). Bila dalam suatu areal terdapat beberapa alat pencatat
curah hujan, maka untuk mendapatkan harga curah hujan di areal tersebut adalah
dengan mengambil rata- rata nya.

Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan


pengendalian banjir adalah bukan curah hujan pada suatu titik tertentu, melainkan
curah hujan rata- rata seluruh daerah yang bersangkutan. Curah hujan ini disebut
curah hujan wilayah/ daerah yang dinyatakan dalam mm.

Ada 3 macam metode/ cara yang berbeda dalam menentukan tinggi curah
hujan rata- rata diatas areal tertentu dari angka- angka curah hujan di beberapa
titik pos penakaran atau pencatatan:

1. Rata- rata aljabar/ metode arimatik

2. Polygon Thiessen

3. Contour Isohet

Dalam tugas hidrologi ini, metode yang digunakan adalah Polygon


Thiessen. Metode ini bisa digunakan untuk daerah- daerah dimana distribusi dari
suatu stasiun pengamatan hujan tidak tersedia merata. Digunakan pada daerah
50.000 – 500.000 Ha. Hasilnya akan lebih teliti. Adapun caranya yaitu:

a. Stasiun pengamat digambar pada peta dan ditarik garis hubung masing-
masing stasiun (garis putus- putus) membentuk segitiga.

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 9


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

b. Garis bagi tengah lurus dari garis hubung tersebut membentuk poligon-
polygon mengelilingi tiap- tiap stasiun, dan dihindari bentuk poligon
segitiga tumpul.
c. Sisi satiap poligon merupakan batas- batas daerah pengamatan yang
bersangkutan.
d. Hitung luas tiap poligon yang terdapat didalam DAS dan luas DAS
seluruhnya dengan planimeter. Menghitung luas juga bisa dengan
menggunakan kertas milimeter block atau aplikasi komptasi lainya.
e. Faktor bobot dalam menghitung hujan rata- rata daerah didapat dengan
mengalikan hujan rata- rata areal yang di dapat dengan presipitasi tiap
stasiun pengamat dan dikalikan lagi dengan presentase luas daerah yang
bersangkutan.

Rumus.umum:

R = A1R1+ A2 R2 + …….+ AnRn

A1 + A2 + ……+ An

Keterangan :

R = Curah hujan daerah (mm)

n = Jumlah titik- titik (pos) pengamatan

R1,R2,…Rn = Curah hujan ditiap titik pengamatan

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 10


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

A1,A2,...An = Bagian daerah mewakili tiap titik pengamatan

Gambar Peta Wilayah yang dihitung

Gambar Plot area

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 11


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2.2 Perhitungan

2.2.1 Perhitungan Luas

Dari data DAS yang kita ketahui, didapatkan luasan pada tiap- tiap DAS
yaitu:
1 : 50.000
1 cm : 50.000 cm
1 cm : 0.5 Km
1 cm2 : 0.25 Km2

A). Luas daerah stasiun A : 199,6911 Km2

B). Luas daerah stasiun B : 90,2048 Km2

C). Luas daerah stasiun C : 106,3823 Km2

D). Luas daerah stasiun D : 179,3977 Km2

Luas Total : 575,6759 Km2

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 12


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2.2.2 Perhitungan curah hujan rerata harian Daerah Aliran Sungai (DAS)
pada tiap stasiun:

A) Luas Pengaruh Tiap Stasiun/koefisien Thiessen


 Stasiun A :( 199,6911/575,6759) = 35%
 Stasiun B :( 90,2048/575,6759) = 16 %
 Stasiun C :( 106,3823/575,6759) = 18 %
 Stasiun D :( 179,3977/575,6759) = 31 %

B) Curah hujan harian maximum di masing-masing stasiun

R = A1R1+ A2 R2 + A3 R3 + A4R4 + A5 R5 + A6 R6

A1 + A2 + A3 + A4 + A5 + A6

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 13


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

Hasil selanjutnya di tabelkan berdasarkan data hujan

Tabel 2.1 Tabel Curah Hujan Maksimum

Stasiun Hujan A
Curah Hujan Harian Maksimum (mm)
No Tahun
Jan Peb Mar April Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nop Des R1max (mm)
1 2008 40 108 82 59 54 54 18 17 112 93 96 32 112
2 2009 62 73 55 83 2 55 22 21 2 46 78 51 83
3 2010 72 51 45 56 96 35 - - - 75 87 81 96
4 2011 63 27 87 33 18 23 11 - 27 197 107 78 197
5 2012 81 47 25 48 19 13 18 8 2 - 84 65 84
6 2013 108 69 84 18 62 18 15 - - 45 89 90 108
7 2014 73 118 107 49 66 4 14 4 32 4 55 78 118
8 2015 73 118 107 49 66 4 14 4 32 4 55 65 118
9 2016 50 59 34 - - - - - - - 93 32 93
10 2017 27 18 41 21 21 38 - - - - 56 67 67

Tabel 2.2Tabel Curah Hujan Maksimum


Stasiun Hujan B
Curah Hujan Harian Maksimum (mm)
No Tahun
Jan Peb Mar April Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nop Des R1max (mm)
1 2008 54 108 82 59 96 54 18 17 112 93 40 32 112
2 2009 83 73 55 22 2 55 32 21 2 46 78 51 83
3 2010 72 51 96 56 - 35 - - - 75 87 13 96
4 2011 63 27 87 107 18 24 11 - 27 197 23 30 197
5 2012 81 48 25 19 19 18 16 8 2 - 84 65 84
6 2013 18 69 84 16 62 18 15 - - - - - 84
7 2014 73 66 107 49 32 4 14 4 32 4 55 65 107
8 2015 73 49 107 49 66 18 14 4 32 4 55 65 107
9 2016 50 59 34 - - - - - - - - - 59
10 2017 27 18 41 21 22 38 - - - - - - 41

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 14


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

Tabel 2.3Tabel Curah Hujan Maksimum


Stasiun hujan c.
Curah Hujan Harian Maksimum (mm)
No Tahun
Jan Peb Mar April Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nop Des R1max (mm)
1 2008 27 18 41 21 21 38 - - - - - - 41
2 2009 62 73 55 83 2 55 22 21 2 46 78 51 83
3 2010 72 51 45 56 96 35 - - - 75 87 13 96
4 2011 73 118 107 49 66 4 14 4 32 4 55 65 118
5 2012 73 118 107 49 66 13 18 8 2 - 84 65 118
6 2013 81 47 25 48 19 15 15 - - - - - 81
7 2014 73 118 107 49 66 4 14 4 32 4 55 65 118
8 2015 32 118 107 21 66 4 14 4 32 4 55 65 118
9 2016 50 118 46 49 66 4 14 4 32 - - - 118
10 2017 27 18 41 118 46 10 9 4 14 4 32 - 118

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 15


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

Tabel 2.4Tabel Curah Hujan Maksimum

Stasiun hujan d

Curah Hujan Harian Maksimum (mm)


No Tahun
Jan Peb Mar April Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nop Des R1max (mm)
1 2008 54 108 82 59 96 54 18 17 112 93 46 89 112
2 2009 83 73 55 22 2 55 32 21 2 46 78 79 83
3 2010 72 51 96 56 - 35 - - - 75 87 90 96
4 2011 63 27 87 107 18 24 11 - 27 197 56 89 197
5 2012 81 48 25 19 19 13 16 8 2 77 84 118 118
6 2013 - - - - - - - - - - - - -
7 2014 73 66 107 49 32 4 14 4 32 67 55 112 112
8 2015 73 49 107 49 66 4 14 4 32 4 55 65 107
9 2016 50 59 34 - - - - - - 54 96 99 99
10 2017 27 18 41 21 22 38 - - - 44 56 65 65

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 16


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2.4 Pembahasan
Berdasarkan perhitungan curah hujan rata- rata didapatkan data curah
hujan harian sebagai berikut:
Di Stasiun A : 197 mm pada tanggal 23 Oktober 2011
Di Stasiun B : 197 mm pada tanggal 23 Oktober 2011
Di Stasiun C : 118 mm pada tanggal 18, Februari 2011,2012,2014, 2016,
20 februari 2015, dan 13 april 2017
Di Stasiun D : 197 mm pada tanggal 23 Oktober 2011

2.5 Kesimpulan
Dari hasil Analisa data curah hujan harian dapat ditarik kesimpulan bahwa
3/4 (75%) curah hujan maksimal terjadi pada stasiun A, B dan D hal ini
dikarenakan 3 stasiun mempunyai luas pengaruh DAS yang lebih tinggi yaitu
ketimbang pada stasiun C. dan curah hujan maksimal terjadi apada tahun 2011
diaman curah hujan rerata adalah 197 mm. dan curah minimum terjadi pada tahun
2012, 2014, 2016, dan 2017 dimana curah hujan rerata hanya 118 mm.

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 17


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

BAB III

MENGHITUNG HUJAN RANCANGAN PERIODE ULANG


TERTENTU

3.1 Landasan Teori

Jika suatu laju data hidrologi (X) mencapai suatu harga tertentu (Xi) atau
kurang dari (Xi) diperkirakan akan terjadi setahun sekali dalam T tahun, maka T
tahun ini dianggap sebagai periode ulang dari (Vi. Xi) ini disebut data dengan
kemungkinan T tahun. Jika data berupa data hujan harian, maka disebut curah
hujan T tahun (Sosradarsono dan Takeda, 1976). Prode ulang curah hujan
merupakan kemungkinan terjadinya arah hujan tertentu, contoh : T40 = 400 mm.

Kemungkinan terjadinya arah hujan 400 mm adalah 40 tahun sekali.


Periode ulang adalah periode tertentu yang mungkin terjadi banjir rencana ulang
(Sosrodarsono dan Takeda, 1976).

Metode yang digunakan untuk menghitung periode ulang, yaitu:

a. Metode Analitis

Metode Analitis dibagi menjadi 4 macam :

1. Normal

2. Log Normal

3. Gumbel

4. Log Pearson Type III

b. Metode Grafis

Metode Grafis dibagi menjadi :

𝑀
1. Weibull = 𝑇𝑟 = 𝑛 + 1 𝑥 100%

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 18


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2𝑀 − 1
2. Hozen = 𝑇𝑟 = 𝑥 100%
2𝑛

𝑀 − 0,375
3. Bloom = 𝑇𝑟 = 𝑥 100%
𝑛+0,25

𝑀−0,44
4. Gringorten = 𝑇𝑟 = 𝑥 100%
𝑛+0,12

𝑀−0,4
5. Cunname = 𝑇𝑟 = 𝑥 100%
𝑛+0,2

Cara grafik ini dilakukan dengan :

1. Mengurutkan data curah hujan rata- rata dari terkecil sampai


terbesar.

2. Menghitung nilai probabilitas masing- masing frekuensi data


dengan menggunakan cara Weibull, Hozen, Bloom,
Gringorten dan Cunname.

3. Data terdistribusi normal, plot data dan nilai probailitasnya pada


kertas semilog probabilitas normal.

4. Akan didapat besarnya cura hujan sesuai dengan periode ulang T


yang dikehendaki berdasarkan P = 1/T dan plot pada kertas
grafik probabilitasnya sehingga didapatkan nilai hujan rancangan
untuk tiap kala ulang.

Keterangan :

M = Pangkat kejadian

n = Jumlah kejadian

f = Peluang kejadian

T = Kala ulang

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 19


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

3.2 Perhitungan
Tabel 3.1 Perhitungan Agihan Keseluruhan Tahun

No Tahun Ri P Ri-R (Ri-R)^2 (Ri-R)^3 (Ri-R)^4


1 2008 94,3 9,09 -9,30 86,44 -803,71 7472,48
2 2009 83,0 18,18 -20,55 422,20 -8675,15 178252,63
3 2010 96,0 27,27 -7,55 56,96 -429,94 3244,98
4 2011 177,3 36,36 73,70 5432,06 400356,29 29507259,62
5 2012 101,0 45,45 -2,55 6,49 -16,53 42,12
6 2013 92,7 54,55 -10,82 117,13 -1267,60 13718,62
7 2014 113,8 63,64 10,20 104,09 1061,99 10834,94
8 2015 112,5 72,73 8,95 80,15 717,52 6423,58
9 2016 92,3 81,82 -11,30 127,63 -1441,94 16290,31
10 2017 72,8 90,91 -30,80 948,49 -29211,00 899625,70
Jumlah 1035,48 0,00 7381,64 360289,93 30643164,98

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 20


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

3.2.2 Menentukan Nilai Cv, Cs, dan Ck berdasarkan tabel analisa/


perhitungan agihan.

∑ 𝑋𝑖 1035,48
𝑋̅𝑖 = = = 103,55 mm
𝑛 10

*Standar Deviasi (SD)

∑(𝑋𝑖− 𝑋̅𝑖)2
SD =√
𝑛−1

7381,64
=√ = 28,64
10−1

*Koefisien Variasi (CV)

𝑆𝑑 28,64
CV = ̅ = = 0,28
𝑋𝑖 103,55

*Koefisien Kemencengan / kemiringan (CS)

𝑛 𝑥 ∑(𝑋𝑖− 𝑋̅𝑖)3
CS =
(𝑛−1) 𝑥 (𝑛−2) 𝑥 𝑆𝑑 3

10 𝑥 360289,93
= (10−1) = 2,13
𝑥 (10−2) 𝑥 28,64 3

*Koefisien Kurtosis / Ketajaman (CK)

𝑛2 𝑥 ∑(𝑋𝑖− 𝑋̅ 𝑖)4
CK =
(𝑛−1) 𝑥 (𝑛−2) 𝑥 (𝑛−3) 𝑥 𝑆𝑑 4

102 𝑥 30643164,98
= (10−1) = 5,60
𝑥 (10−2) 𝑥 (10−3) 𝑥 28,64 4

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 21


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

Tabel 2.2 Kriteria Jenis Sebaran

No. Jenis Sebaran Kriteria Hasil Hitungan


1 Normal Cs ≈ 0
Ck ≈ 3
2 Log Normal Cs = 3 Cv
Cs = 2,13
Cs > 0
Cv =0,28
3 Gumbel Cs ≈ 1.1306
Ck = 5,60
Cv ≈ 5.4002
4 Log Pearson Type III Kecuali
Kriteria 1,2,3

Jadi berdasarkan nilai Cs, Cv dan Ck yang diperoleh maka ada kriteria yang
terpenuhi, yaitu jenis sebaran Log Pearson Type III dimana tidak ada kriteria yang
terpenuhi untuk sebara Normal, Log Normal dan Gumbel.

3.2.3 Perhitungan Parameter Statistik Log Pearson Type III

*Nilai curah hujan rata- rata

∑ 𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖
𝑋 =
𝑛

20,030
= = 2,003 mm
10

*Standar Deviasi

∑(𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖− 𝐿𝑜𝑔 𝑋̅)2


SD =√
(𝑛 − 1)

0,096
=√ = 0,103490
10 − 1

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 22


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

*Koefisien Kemencengan

𝑛 𝑥 ∑(𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖− 𝐿𝑜𝑔 𝑋̅𝑖)3


CS =
(𝑛−1) 𝑥 (𝑛−2) 𝑥 𝑆𝑑 3

10 𝑥 (0,012)
= (10−1) = 0,000114
𝑥 (10−2) 𝑥 0,1034903

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 23


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

Tabel 3.3 Tabel Perhitungan Parameter Statistik Metode Log Pearson III

(Log R - Log (Log R - Log


No tahun Ri (mm) Log R Log R - Log Rr Hasil Perhitungan
Rr)^2 Rr)^3
1 2008 94,3 1,974 -0,029 0,0008 -0,000024 Log Rr = 2,003
2 2009 83,0 1,919 -0,084 0,0070 -0,000590 Sy / Ds = 0,103490
3 2010 96,0 1,982 -0,021 0,0004 -0,000009 cs = 0,000114
4 2011 177,3 2,249 0,246 0,0603 0,014818 G (2) = -0,228
5 2012 101,0 2,004 0,001 0,0000 0,000000 G (5) = 0,691
6 2013 92,7 1,967 -0,036 0,0013 -0,000046 G (10) = 1,323
7 2014 113,8 2,056 0,053 0,0028 0,000149 G (25) = 2,128
8 2015 112,5 2,051 0,048 0,0023 0,000112 G ( 50 ) = 2,724
9 2016 92,3 1,965 -0,038 0,0014 -0,000055 G (100 ) =3,135
10 2017 72,8 1,862 -0,141 0,0199 -0,002811
n= 10
Jumlah 20,030 0,000 0,096 0,012
Rata-rata Log Rr 2,003 0,000 0,010 0,001

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 24


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

3.2.4 Mencari nilai K berdasarkan distribusi Log Pearson Type III

Tabel 2.4 Nilai KT Distribusi Log Pearson III

T (th) 1,0101 1,0526 1,1111 1,25 2 5 10 20 25 50 100 200 1000


Cs:P(% ) 99 95 90 80 50 20 10 5 4 2 1 0,5 0,1

0,0 -2,326 -1,645 -1,282 -0,842 0,000 0,842 1,282 1,595 1,751 2,045 2,376 2,576 3,090
0,1 -2,252 -1,616 -1,270 -0,085 0,017 0,836 1,297 1,622 1,785 2,107 2,400 2,670 3,230
0,2 -2,170 -1,538 -1,258 -0,850 0,033 0,830 1,301 1,646 1,818 2,159 2,472 2,763 3,380
0,3 -2,130 -1,555 -1,245 -0,853 0,050 0,824 1,309 1,669 1,849 2,211 2,544 2,856 3,520
0,4 -2,029 -1,524 -1,231 -0,855 0,066 0,816 1,317 1,692 1,880 2,261 2,615 2,947 3,670
0,5 -1,955 -1,491 -1,216 -0,856 0,083 0,808 1,323 1,714 1,910 2,311 2,606 3,041 3,810
0,6 -1,880 -1,458 -1,200 -0,857 0,079 0,800 1,328 1,735 1,939 2,359 2,755 3,132 3,960
0,7 -1,806 -1,423 -1,183 -0,857 0,116 0,790 1,333 1,756 1,967 2,407 2,824 3,223 4,100
0,8 -1,733 -1,388 -1,166 -0,856 0,132 0,780 1,336 1,774 1,993 2,453 2,891 3,312 4,240
0,9 -1,660 -1,353 -1,147 -0,854 0,148 0,769 1,339 1,792 2,018 2,498 2,957 3,401 4,390
1,0 -1,588 -1,317 -1,128 -0,852 0,164 0,758 1,340 1,809 2,043 2,542 3,022 3,489 4,530
1,1 -1,518 -1,280 -1,107 -0,018 0,180 0,745 1,341 1,824 2,066 2,585 3,087 3,575 4,670

(Sumber : Soemarto, 1987)

Cs = 0,000114 ≈ 0

1. Periode ulang 2 tahun (p = 50%)

Berarti K = 0

2. Periode ulang 5 tahun (p = 20%)

Berarti K = 0,842

3. Periode ulang 10 tahun (p = 10%)

Berarti K = 1,282

4. Periode ulang 25 tahun (p = 4%)

Berarti K = 1,751

5. Periode ulang 50 tahun (p =2%)

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 25


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

Berarti K = 2,054

6. Periode ulang 100 tahun (p = 1%)

Berarti K = 2,326

3.3 Pembahasan

Berdasarkan perhitungan data didapatkan nilai Cs = 2,13 Cv =0,28

Ck = 5,60 sehingga digunakanlah sebaran Log Pearson Type III Karena tidak
memenuhi kriteria sebaran Normal, Log Normal dan Gumbel.

3.4 Kesimpulan

Setelah melewati uji statistik grafis, data hujan tersebut dapat dinyatakan
layak digunakan untuk dijadikan data hitungan “Hidrograf Banjir Rancangan
Periode Ulang 2, 5, 10, 25, 50, 100 Tahun Dengan Metode NAKAYASU” pada
bab selanjutnya.

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 26


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

BAB IV

HIDROGRAF BANJIR RANCANGAN PERIODE ULANG 2, 5,


10, 25, 50, 100 TAHUN DENGAN METODE NAKAYASU

4.1 Landasan Teori

Hidrograf adalah diagram yang menggambarkan variasi debit atau


permukaan air menurut waktu. Sedangkan hidrograf satuannya adalah suatu
limpasan langsung yang di akibatkan oleh suatu volume hujan efektif, yang
terbagi dalam ruang dan waktu. Hidrograf satuan klasik tidak bisa dibuat karena
tidak ada alat atau keterbatasan alat dan tidak ada AWLR. Oleh karena itu,
dibuatlah hidrograf satuan sintesis/ tiruan. Hidrograf satuan sintesis adalah
hidrograf satuan yang diturunkan karena tidak mempunyai data AWLR dan data
hujan jam – jaman (kareana alat yang digunakan adalah untuk mengukur hujan
secara manual atau harian).

Untuk membuat hidrograf banjir pada sungai – sungai yang sedikit sekali
dilakukan observasi hidrograf banjirnya, maka perlu dicari karakteristik atau
parameter daerah pengaliran tersebut terlebih dahulu. Misalnya, waktu untuk
mencapai puncak hidrograf, lebar dasar, luas kemiringan, panjang alur terpancang,
koefisien limpasan, dan sebagainya. Dalam hal ini, biasanya digunakan hidrograf
– hidrograf sintetik, dimana parameter – parameternya harus disesuaikan terlebih
dahulu dengan karakteristik dengan pengaliran yang ditinjau.

Ada dua cara / metode yang diguanakan untuk membuat hidrograf satuan sintetik,

antara lain :

1. Hidrograf satuan sintetik SNYDER

Ditemukan oleh F.F. SNYDER pada tahun 1938 dari Amerika Serikat.

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 27


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2. Hidrograf satuan sintetik NAKAYASU

Ditemukan oleh NAKAYASU ( dari jepang ) yang telah menyelidiki hidrograf


satuan

pada beberapa sungai dijepang.

Hidrograf satuan sintetik NAKAYASU

Langkah – langkah dan rumus yang digunakan dalam pengerjaan dengan


metode NAKAYASU adalah sebagai berikut :

1. Mencari nilai waktu konsentrasi ( tg )

Untuk L < 15 km

Tg = 0,21L0,7

Untuk L > 15 km

Tg = 0,4 + 0,058 L

Dimana :

L : panjang alur sungai ( km )

Tg : waktu konsentrasi ( jam )

2. Mencari nilai waktu satuan hujan ( tr )

Tr = 0,5 Tg ( jam )

3. Mencari nilai tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak ( Tp )

Tp = Tg + 0,8 Tr ( jam )

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 28


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

4. Mencari waktu yang diperlukan oleh penurunan debit dari debit puncak
sampai menjadi 30 % dari debit puncak ( T0,3 )

T0,3 = α Tg ( jam )

Dimana :
Untuk daerah pengaliran biasa, α = 2

Untuk bagian naik hidrograf yang lambat, bagian menurun yang cepat
(terjadi pada daerah yang sangat landai ), α = 1,5

Untuk bagian naik hidrograf yang sangat cepat, bagian menurun yang
lambat ( terjadi pada daerah curam ), α = 3

5. Mencari nilai debit puncak banjir ( Qp )

Qp yang dimaksud disini bukanlah debit maksimum pada penggambaran


hidrograf

C A Ro
Qp = ( m 3 / dt )
3,6 ( 0,3 Tp  T0,3 )

Dimana :

C = koefisien pengaliran limpasan

A = luas DAS ( Km2 )

Ro = hujan satuan ( 1 mm )

6. Menetukan bagian lengkung naik ( rising Climb ) hidrograf satuan ( Qa )

1
Qa = Qp ( Tp ) 2,4

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 29


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

7. Menentukan bagian lengkung turun ( decreasing limb ) hidrograf satuan


( Qd ).

 Qd > 0,3 Qp
t - Tp
Qd = Qp x 0.3 ^ ( )
T0,3

 0,3 Qp > Qd > 0,32 Qp


( t - Tp )  ( 0,5 .T0,3 )
Qd = Qp x 0.3^ ( )
1,5 T0,3

 0,32 Qp > Qd
( t - Tp )  ( 1,5 .T0,3 )
Qd = Qp x 0.3 ^ )
2 T0,3

Gambar hidrograf banjir rancangan metode NAKAYASU

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 30


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

8. Menghitung sebaran hujan jam – jaman ( RT )


R 24 t
RT = ( ) ( )2/3
t T

Dimana : RT = intensitas hujan rata – rata dalam T jam

R24 = curah hujan efektif dalam 1 hari

t = waktu konsentrasi hujan

T = waktu mulai hujan

9. Menghitung nisbah jam – jaman ( Rt )


Rt = T RT – ( T – 1 ) ( R T – 1 )

Dimana : Rt = persentase intensitas hujan rata – rata dalam t jam

RT - 1 = nilai intensitas hujan dalam t jam

= nilai RT sebelumnya

10. Menghitung hujan efektif ( Rc )

Rc = Rt x Rn

Rn = C R

Dimana :C = koefisien pengaliran

R = hujan rancangan periode ulang

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 31


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

Tabel 4.1 Koefisien Pengaliran

Koefisien Pengaliran Kondisi Daerah Koefisien

Pengaliran Pengaliran (C)


Daerah pegunungan berlereng terjal 0,75-0,90

Daerah perbukitan 0,70-0,80

Tanah bergelombang dan bersemak-semak 0,50-0,75

Tanah dataran yang digarap 0,45-0,65

Persawahan irigasi 0,70-0,80

Sungai di daerah pegunungan 0,75-0,85

Sungai kecil di daratan 0.45-0,75

Sungai yang besar dengan wilayah pengaliran 0,50-0,75


lebih dari
11. seperduanya
Dibuat terdiri dari
ordinat hidrograf daratan
satuan

Sehingga diperoleh nilai Q total = base flow + Σ Rc

Dibuat grafik yang menghubungkan t sebagai sumbu x dengan Q total


sebagai sumbu y dan di peroleh hidrograf satuan sintetik dengan metode
NAKAYASU.

( Sumber : Soemarto. 1987.” Hidrologi Teknik “ Usaha Nasional, Surabaya )

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 32


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

Gambar Peta Wilayah yang di hitung

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 33


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

4.2 Perhitungan HSS NAKAYASU

Tabel 4.2 Tabel Perhitungan Koefisien RUN OFF Area

no luas
1 air tawar 5,85 0,010161968 0,05 3,62927E-06
2 beluk/semak 10,53 0,018291542 0,25 3,26635E-05
3 hutan 8,22 0,014278868 0,45 4,58964E-05
4 kebun 62,45 0,108481178 0,2 0,000154973
5 pasir darat 2,61 0,004533801 0,05 1,61921E-06
6 pemukiman 184,59 0,320649171 0,6 0,001374211
7 rumput 2,5 0,004342721 0,25 7,75486E-06
8 sawah irigasi 203,2 0,352976388 0,9 0,002269134
9 sawah tadah hujan 31,29 0,0543535 0,2 7,76479E-05
10 tanah berbatu 2,2 0,003821595 0,05 1,36486E-06
11 tegalan 62,24 0,10811639 0,1 7,7226E-05
JUMLAH 575,68 1,0000 HARGA C 0,00404612

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA


34
FIKRI(1810611016)
LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

4.2.1 HSS Nakayasu Perhitungan Distribusi 6 Jam

Perhitungan rasio hujan jam-jaman, distribusi hujan jam-


jaman dari hujan terpusat selama 6 jam menggunakan rumus
sebagai berikut:

Rt = R24/6.(6/t)(2/3) , dan

Curah Hujan jam ke T, Rt = t . Rt - (t - 0,5). R(t-1)

dimana:
Rt = curah hujan pada jam ke
T
(t-1)= intensitas hujan dengan (t-1)jam
t = waktu hujan terpusat
RT = rerata intensitas hujan dalam t jam

Berikut ini adalah hasil perhitungan rasio jam-jaman dari hujan


terpusat selama 6 jam.

Tabel 4.2.1 Rasio hujan jam-jaman selama 6 jam

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 35


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

Didapat
: R0=
R1= 0,5438 R24
R2= 0,3442 R24
R3= 0,2633 R24
R4= 0,2178 R24
R5= 0,1880 R24
R6= 0,1667 R24

perhitungan hujan netto jam jaman

hujan jam-jaman
waktu ratio
2 5 10 25 50 100
1 0,5438 38,8918 48,4133 56,2821 68,1835 78,5885 90,4735
2 0,1445 10,3358 12,8662 14,9573 18,1202 20,8854 24,0439
3 0,1017 7,2765 9,0579 10,5301 12,7568 14,7035 16,9271
4 0,0812 5,8061 7,2275 8,4023 10,1790 11,7323 13,5066
5 0,0687 4,9113 6,1137 7,1074 8,6104 9,9243 11,4252
6 0,0601 4,2989 5,3513 6,2211 7,5366 8,6867 10,0004
hujan efektif 71,5203 89,0300 103,5003 125,3865 144,5209 166,3768
koef pengaliran 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75
curah hujan rencana 95,3604 118,7067 138,0004 167,1820 192,6945 221,8358

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 36


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

4.2.2 Perhitungan Banjir Rancangan Kala Ulang 2, 5, 10, 25, 50, 100 Tahunan

Diketahui : Panjang Sungai ( L ) = 140,00 km

Koefisien Run Off Area (C) = 0,75

Luas DAS ( A ) = 575,68km2

1. Waktu konsentrasi ( Tg )
Untuk L > 15 km

Tg = 0,4 + 0,058 L

= 0,4 + 0,058 x 140,00

= 8,5200 jam

2. Mencari nilai waktu satuan hujan ( tr )

Tr = 0,5 x Tg ( jam )

= 0,5 x 8,5200

= -4,2600 jam

3. Mencari nilai tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak ( Tp )

Tp = Tg + 0,8 Tr ( jam )

= 8,5200 + 0,8 x -4,2600

= 5,1120 jam

4. Mencari waktu yang diperlukan oleh penurunan debit dari debit puncak
sampai menjadi 30 % dari debit puncak ( T0,3 )

T0,3 = α Tg ( jam )

= 0,9295 x 8,5200

= 7,9191 jam

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 37


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

Tabel 4.2.1 Tabel Perhitungan Hidrograf Satuan

Parameter Qp (debit puncak)

Qp = = 12,687 m3/dt
7
Mencari Ordinat Hidrograf
1. 0 < t < Tp 0 < T < 22,45
> Qt = Q max
(t/Tp)^2.4

2. Tp < t < (Tp + T0.3)--------> 22,45 < T < 46,351


Qt = Q max (0.3)^(t-Tp/(T0.3))

3. (Tp + T0.3) < t < (Tp + 2.5T0.3) ---- > 46,351 < T < 124
Qt = Qmax (0.3)^((t-Tp) + 0.5 T0.3) / 1.5
T0.3)

4. t > (Tp + 2.5 T0.3) ------------- > t > 124


Qt = Qmax (0.3)^((t- Tp) + 1.5 T0.3)/(2
T0.3))

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 38


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

Tabel 4.2.2 Lampiran Tabel Perhitungan Hidrograf Satuan

Ordinat Hidrograf Satuan

t Q
Keterangan
(jam) (m^3/dt)
0,0 0,0000
2,0 1,3342
4,0 7,0422
5,1 12,6877 JAM PUNCAK
6,0 11,0854
8,0 8,1789
10,0 6,0345
12,0 4,4523
13,0 3,8063
14,00 2,6170
16,00 2,2479
18,00 1,9308
20,00 1,6585
20,7 1,5727
22,0 1,4246
22,7 1,3508
24,0 1,2236
24,7 1,1603
26,0 1,0511
26,7 0,9967
28,0 0,9028
28,7 0,8561
30,0 0,7755
32,0 0,6661
34,0 0,5722
36,0 0,4915
38,0 0,4221
40,0 0,3626
40,5 0,3492
42,0 0,3115
44,0 0,2675
46,0 0,2298
48,0 0,1974
50,0 0,1695
52,0 0,1456
54,0 0,1251
56,0 0,1075
58,0 0,0923
60,0 0,0793

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 39


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

Tabel 4.2.3 Lampiran Tabel Rekapitulasi Perhitungan Hidrograf Satuan Banjir Rancangan
kala ulang

REKAPITULASI HIDROGRAF DAN BANJIR DENGAN KALA ULANG

JAM 2 TAHUN 5 TAHUN 10 TAHUN 25 TAHUN50 TAHUN100 TAHUN


0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
2,0 51,9 64,6 75,1 91,0 104,9 120,7
4,0 287,7 358,1 416,3 504,3 581,3 669,2
5,1 575,9 716,9 833,5 1009,7 1163,8 1339,8
6,0 621,3 773,4 899,0 1089,2 1255,4 1445,2
8,0 572,4 712,6 828,4 1003,6 1156,7 1331,6
10,0 513,9 639,7 743,7 900,9 1038,4 1195,4
12,0 452,0 562,6 654,1 792,4 913,3 1051,5
13,0 394,4 491,0 570,8 691,5 797,0 917,6
14,0 296,4 368,9 428,9 519,6 598,9 689,5
16,0 232,8 289,8 336,9 408,2 470,4 541,6
18,0 187,3 233,1 271,0 328,3 378,4 435,7
20,0 153,8 191,5 222,6 269,7 310,9 357,9
20,7 134,6 167,6 194,8 236,0 272,0 313,2
22,0 117,2 145,9 169,6 205,5 236,9 272,7
22,7 107,5 133,8 155,5 188,4 217,2 250,0
24,0 97,5 121,4 141,1 170,9 197,0 226,8
24,7 90,7 112,9 131,3 159,1 183,3 211,1
26,0 83,4 103,8 120,7 146,2 168,5 194,0
26,7 77,9 97,0 112,8 136,6 157,5 181,3
28,0 71,6 89,1 103,6 125,6 144,7 166,6
28,7 66,9 83,3 96,9 117,4 135,3 155,7
30,0 61,5 76,6 89,0 107,8 124,3 143,1
32,0 54,8 68,2 79,3 96,1 110,7 127,5
34,0 48,5 60,3 70,1 85,0 97,9 112,8
36,0 42,5 52,9 61,4 74,4 85,8 98,8
38,0 37,0 46,1 53,6 64,9 74,8 86,1
40,0 32,0 39,8 46,3 56,0 64,6 74,4
40,5 28,9 36,0 41,9 50,7 58,5 67,3
42,0 25,7 32,0 37,2 45,0 51,9 59,8
44,0 22,5 28,0 32,5 39,4 45,4 52,2
46,0 19,6 24,4 28,4 34,3 39,6 45,6
48,0 17,1 21,3 24,7 29,9 34,5 39,7
50,0 14,9 18,5 21,5 26,1 30,1 34,6
52,0 12,8 16,0 18,6 22,5 25,9 29,9
54,0 11,0 13,7 16,0 19,3 22,3 25,7
56,0 9,5 11,8 13,7 16,6 19,1 22,0
58,0 8,1 10,1 11,8 14,3 16,4 18,9
60,0 7,0 8,7 10,1 12,3 14,1 16,3

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 40


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

PUNCAK BANJIR

2 TH 5 TH 10 TH 25 TH 50 TH 10 TH
575,9 716,9 833,5 1009,7 1163,8 1339,8

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 41


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

Gambar 4.2.3 Grafik Banjir Rancangan Kala Ulang Tahunan Metode Nakayasu

1600

1400

1200

1000
2 TAHUNAN
Axis Title

5 TAHUNAN
800
10 TAHUNAN
25 TAHUNAN
600 50 TAHUNAN
100 TAHUNAN

400

200

0
0 10 20 30 40 50 60 70
Axis Title

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 42


LAPORAN TUGAS BESAR HIDROLOGI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

4.3 Pembahasan

Dari hasil analisa data, Panjang sungai (L) = 140,00 km, Luas DAS =
575,68 km2, α = 0,9295, dan nilai C (koefisien pengaliran) = 0,75 dimana
berdasarkan nilai C ini dapat diketahui jenis alirannya yaitu sungai kecil di
daratan (Tabel 4.2). Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode
Nakayasu didapatkan grafik hidrograf banjir rancangan kala ulang 2, 5, 10, 25, 50,
100 tahun, dimana pada grafik tersebut Qtotal puncak= 12,6877 m3/dt terjadi pada
jam 6,5.

4.4 Kesimpulan

Dari hasil analisa data dapat disimpulkan bahwa aliran yang terjadi adalah
aliran sungai yang tidak begitu besar di dataran karena nilai C = 0,75. Dan debit
puncak total terjadi pada jam 6,5 dengan nilai 12,6877 m3/dt.

WAHYU GUSTI DWI91810611016)MAULANA FIKRI(1810611016) 43

Anda mungkin juga menyukai