Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MATA KULIAH HIDROLOGI

HIDROGAF

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VI

D131221013_ANDI RAJA ARPANDI

D131221015_NURUL QISTI ARIFUDDIN

D131221027_IRMA MISPA LIWAN

D131221059_ZIKRA NAGASURI

D131221071_SUMIRA CHOERUNNISA RANTE PADANG

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Ta’ala, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah mata kuliah Hidrologi
yang berjudul “Hidrograf” ini. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas
yang diberikan dalam Mata kuliah Hidrologi, Departemen Teknik Lingkungan,
Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Gowa, 19 November 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….2

DAFTAR ISI …………………………………………………………………....3

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………4

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………..4

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………….5

1.3 Tujuan …………………………………………………………………………6

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………..7

2.1 Perubahan Pola Curah Hujan dan Dampaknya pada Hidrograf ……………...7

2.2 Pengembangan Model Hidrograf untuk Pemahaman Jangka Panjang……….8

2.3 Pengembangan Model Hidrograf untuk Pemahaman Jangka Panjang ………9

2.4 Pemanfaatan Model Hidrograf dalam Perencanaan Sumber Daya Air……...11

BAB III PENUTUP …………………………………………………………...13

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………13

3.2 Saran ………………………………………………………………………..13

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hidrograf dapat didefinisikan sebagai hubungan antara salah satu unsur


aliran terhadap waktu. Berdasarkan definisi tersebut dikenal ada dua macam
hidrograf, yaitu hidrograf muka-air, dan hidrograf debit. Hidrograf muka-air tidak
lain adalah data atau grafik hasil rekaman AWLR (Automatic Water Level
Recorder). Sedangkan hidrograf debit, yang dalam pengertian sehari-hari disebut
hidrograf banjir, diperoleh dari hidrograf muka-air dan lengkung debit. Dalam
penelitian ini, yang dimaksud hidrograf adalah hidrograf banjir.

Hidrograf tersusun dari dua komponen, yaitu aliran permukaan, yang


berasal dari aliran langsung air hujan, dan aliran dasar (base flow). Aliran dasar
berasal dari air tanah, yang pada umumnya tidak memberikan respon yang cepat
terhadap hujan. Hujan juga dapat dianggap terbagi dalam dua komponen, yaitu
hujan efektif, dan kehilangan (losses). Hujan efektif adalah bagian hujan yang
menyebabkan terjadinya aliran permukaan. Kehilangan hujan merupakan bagian
hujan yang menguap, masuk kedalam tanah kelembaban tanah, dan simpanan air
tanah.
Siklus hidrologi adalah proses sirkulasi air di bumi yang melibatkan
penguapan, kondensasi, presipitasi, aliran permukaan, dan infiltrasi. Hidrograf,
sebagai representasi grafis dari aliran air di suatu wilayah, menjadi kunci dalam
memahami dinamika siklus hidrologi. Hidrograf aliran biasanya menentukan
pengaruh proses hidrologi yang berbeda terhadap debit dari daerah tangkapan
air. Karena waktu, besaran, dan durasi aliran balik air tanah sangat berbeda
dengan aliran balik langsung, memisahkan dan memahami pengaruh dari proses-
proses yang berbeda ini adalah kunci untuk menganalisis dan mensimulasikan
kemungkinan dampak hidrologi dari berbagai penggunaan lahan, penggunaan air,
cuaca, dan kondisi serta perubahan iklim.
Namun, proses memisahkan “aliran dasar” dari “limpasan langsung”
masih belum bisa dipastikan. Hal ini sebagian disebabkan karena kedua konsep ini

4
tidak sepenuhnya berbeda dan tidak berhubungan. Aliran balik dari air tanah
meningkat seiring dengan peningkatan aliran darat dari daerah jenuh atau kedap
air selama dan setelah terjadinya badai; terlebih lagi, molekul air tertentu dapat
dengan mudah bergerak melalui kedua jalur tersebut dalam perjalanannya menuju
saluran keluar daerah aliran sungai. Oleh karena itu, pemisahan “komponen aliran
dasar” murni dalam hidrograf merupakan tindakan yang sewenang-
wenang. Meskipun demikian, berbagai teknik grafis dan empiris telah
dikembangkan untuk melakukan pemisahan hidrograf ini. Pemisahan aliran dasar
dari limpasan langsung dapat menjadi langkah pertama yang penting dalam
mengembangkan model curah hujan-limpasan untuk suatu daerah aliran sungai
misalnya, dalam mengembangkan dan menerapkan hidrograf satuan.
Perubahan iklim global telah memberikan tantangan serius terhadap
manajemen sumber daya air. Peningkatan suhu global, perubahan pola curah
hujan, dan intensifikasi fenomena cuaca ekstrem semuanya memainkan peran
dalam mengubah karakteristik hidrograf di seluruh dunia. Oleh karena itu, studi
hidrograf menjadi semakin penting untuk memahami dan merespons dampak
perubahan iklim terhadap siklus hidrologi dan distribusi air. Dalam konteks
pembangunan berkelanjutan, pengelolaan sumber daya air menjadi sangat krusial.
Hidrograf dapat memberikan kontribusi besar dalam perencanaan sumber daya air
yang berkelanjutan. Melalui analisis hidrograf dan model hidrograf, kita dapat
mengidentifikasi potensi perubahan jangka panjang dalam ketersediaan air,
memprediksi risiko banjir, dan merancang kebijakan pengelolaan air yang
berkesinambungan untuk mendukung kebutuhan manusia dan ekosistem (Suripin
dan Kurniani, 2016).

1.4 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana perubahan pola curah hujan mempengaruhi hidrograf suatu sungai


atau daerah perairan?

2. Bagaimana analisis hidrograf dapat digunakan untuk mengevaluasi risiko


banjir, terutama dalam konteks perubahan lingkungan dan pola aliran air?

5
3. Bagaimana pengembangan model hidrograf dapat meningkatkan pemahaman
tentang perubahan jangka panjang dalam ketersediaan air dan dapat digunakan
dalam perencanaan sumber daya air?

1.5 TUJUAN
1. Untuk mengetahui perubahan pola curah hujan dalam mempengaruhi
hidrograf suatu sungai atau daerah perairan.
2. Untuk mengetahui analisis hidrograf dalam mengevaluasi risiko banjir,
terutama dalam konteks perubahan lingkungan dan pola aliran air
3. Untuk mengetahui pengembangan model hidrograf dalam meningkatkan
pemahaman tentang perubahan jangka panjang dalam ketersediaan air dan
dapat digunakan dalam perencanaan sumber daya air

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perubahan Pola Curah Hujan dan Dampaknya pada Hidrograf

Hujan dianggap sebagai salah satu parameter variable peramalan cuaca


dan iklim yang sangat signifikan karena berpengaruh pada berbagai sektor
kehidupan manusia seperti pertanian, transportasi, perdagangan, kesehatan,
lingkungan, dan lain sebagainya (Turyanti, 2006). Meskipun demikian, hujan
tetap menjadi salah satu elemen atmosfer yang paling sulit untuk diprediksi, dan
hingga saat ini, tetap menjadi tantangan besar bagi para peneliti meteorologi.
Hidrograf banjir di suatu daerah aliran sungai (DAS) dipengaruhi oleh sejumlah
faktor secara bersamaan. Faktor-faktor tersebut terkait dengan limpasan dan
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu elemen-elemen meteorologi yang diwakili
oleh curah hujan, dan elemen-elemen yang mencerminkan sifat fisik DAS. Ada
berbagai faktor yang memengaruhi debit banjir, yang umumnya dapat
dikelompokkan menjadi faktor statis dan dinamis. Faktor statis mencakup geologi,
jenis tanah, dan topografi, sementara faktor dinamis mencakup penutupan lahan
dan karakteristik hujan. Perubahan dalam hidrograf banjir dapat diamati dengan
membandingkan hidrograf banjir yang disebabkan oleh hujan saat ini dengan
prediksi hidrograf banjir untuk masa mendatang.

Perubahan dalam pola curah hujan dapat berdampak besar pada


karakteristik hidrograf, terutama terkait dengan potensi banjir dan aliran sungai.
Beberapa studi telah menyoroti hubungan antara perubahan iklim dan perubahan
penggunaan lahan dengan pola aliran sungai. Sebagai contoh, penelitian di Kota
Semarang mencatat bahwa variasi iklim memiliki pengaruh terhadap sifat hujan
dan hidrograf banjir di Kanal Banjir Timur Kota Semarang (Suripin dan Kurniani,
2016). Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni dan rekan-
rekannya pada tahun 2018 menunjukkan bahwa peningkatan curah hujan dapat
mengakibatkan peningkatan limpasan dari lahan tertutup, yang pada gilirannya
mempengaruhi pola aliran sungai. Oleh karena itu, perubahan dalam pola curah
hujan dapat memberikan dampak pada hidrograf melalui perubahan dalam

7
limpasan dan aliran sungai, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada tingkat
banjir dan debit aliran sungai.

2.2 Analisis Hidrograf dalam Mengevaluasi Risiko Banjir


Risiko banjir adalah indikator tingkat kemungkinan terjadinya banjir dan
akibat yang dihasilkan oleh peristiwa banjir tersebut. Salah satu pendekatan yang
dapat dipergunakan dalam menilai risiko banjir adalah analisis hidrograf.
Hidrograf merupakan suatu teknik yang dapat diterapkan untuk menilai risiko
banjir dan memvisualisasikan hubungan antara waktu dan aliran, baik dalam
bentuk kedalaman air maupun debit air. Informasi terkait hidrograf sangat penting
saat merencanakan pengelolaan sumber daya air dan memperkirakan tingkat debit
banjir.
Dalam kerangka evaluasi risiko banjir, hidrograf dapat dimanfaatkan untuk
mengestimasi debit puncak banjir yang mungkin terjadi. Debit puncak banjir
menjadi salah satu faktor kunci yang mempengaruhi dampak banjir. Semakin
tinggi debit puncak banjir, semakin besar pula dampak yang mungkin dihasilkan
oleh peristiwa banjir. Terdapat beberapa metode analisis hidrograf yang dapat
digunakan dalam mengevaluasi risiko banjir, termasuk:

• Metode hidrograf satuan sintetis (HSS)

Metode HSS merupakan metode yang paling umum digunakan untuk


memperkirakan debit puncak banjir. Metode ini menggunakan data curah
hujan untuk menghasilkan hidrograf banjir sintetis.

• Metode hidrograf satuan alami (HSN)

Metode HSN merupakan metode yang menggunakan hidrograf banjir yang


telah terjadi di masa lalu untuk memperkirakan debit puncak banjir.

• Metode pemodelan hidrologi

Metode pemodelan hidrologi merupakan metode yang menggunakan


model komputer untuk memperkirakan debit puncak banjir.

Dalam melakukan analisis hidrograf untuk mengevaluasi risiko banjir, beberapa


faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain:

8
• Curah hujan

Curah hujan merupakan faktor utama yang menentukan debit puncak


banjir. Semakin tinggi curah hujan, maka semakin besar debit puncak
banjir yang dapat terjadi.

• Luas daerah aliran sungai (DAS)

Luas DAS merupakan faktor yang menentukan waktu konsentrasi banjir.


Semakin luas DAS, maka semakin lama waktu konsentrasi banjir.

• Kemiringan lereng

Kemiringan lereng merupakan faktor yang menentukan kecepatan aliran


permukaan. Semakin curam lereng, maka semakin cepat aliran permukaan.

• Kelandaian Sungai

Kelandaian sungai merupakan faktor yang menentukan kecepatan aliran


sungai. Semakin landai sungai, maka semakin lambat aliran sungai.

• Karakteristik hidrograf

Karakteristik hidrograf, seperti durasi, waktu puncak, dan bentuk


hidrograf, juga dapat mempengaruhi dampak banjir.

Analisis hidrograf merupakan salah satu metode yang penting dalam


mengevaluasi risiko banjir. Analisis ini dapat digunakan untuk memperkirakan
debit puncak banjir yang dapat terjadi dan dampak yang ditimbulkan oleh banjir
tersebut. Informasi ini dapat digunakan untuk perencanaan dan mitigasi banjir.

2.3 Pengembangan Model Hidrograf untuk Pemahaman Jangka Panjang


Pengembangan model hidrograf untuk pemahaman jangka panjang
merupakan suatu tantangan yang kompleks. Hal ini dikarenakan hidrograf
merupakan sistem yang kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
curah hujan, kondisi topografi, dan perubahan iklim. Salah satu pendekatan dalam
pengembangan model hidrograf untuk pemahaman jangka panjang adalah dengan
menggunakan model hidrologi yang diintegrasikan dengan model iklim. Model
iklim dapat digunakan untuk memperkirakan pola curah hujan di masa depan,
yang kemudian dapat digunakan oleh model hidrologi untuk memperkirakan
hidrograf banjir.

9
Pendekatan lain dalam pengembangan model hidrograf untuk pemahaman
jangka panjang adalah dengan menggunakan metode pemodelan statistik. Metode
ini menggunakan data hidrograf di masa lalu untuk mengembangkan model
statistik yang dapat digunakan untuk memperkirakan hidrograf di masa depan.
Pengembangan model hidrograf untuk pemahaman jangka panjang masih terus
dilakukan oleh para peneliti. Tujuannya adalah untuk mengembangkan model
yang dapat memperkirakan hidrograf banjir dengan akurat dan dapat digunakan
untuk perencanaan dan mitigasi banjir.
Berikut adalah beberapa tantangan dalam pengembangan model hidrograf
untuk pemahaman jangka panjang:

• Kompleksitas sistem hidrograf

Hidrograf merupakan sistem yang kompleks yang dipengaruhi oleh


berbagai faktor, baik faktor fisik maupun faktor non-fisik. Hal ini
menyebabkan sulitnya untuk mengembangkan model hidrograf yang dapat
memperkirakan hidrograf dengan akurat.

• Perubahan iklim

Perubahan iklim merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi


hidrograf. Perubahan iklim dapat menyebabkan perubahan pola curah
hujan, yang kemudian dapat menyebabkan perubahan pola hidrograf
banjir. Hal ini menyebabkan perlunya pengembangan model hidrograf
yang dapat mempertimbangkan perubahan iklim.

• Data hidrograf

Data hidrograf merupakan salah satu input yang diperlukan dalam


pengembangan model hidrograf. Data hidrograf yang tersedia biasanya
terbatas, baik dalam jumlah maupun cakupannya. Hal ini menyebabkan
sulitnya untuk mengembangkan model hidrograf yang dapat
memperkirakan hidrograf dengan akurat.

Meskipun terdapat berbagai tantangan, pengembangan model hidrograf


untuk pemahaman jangka panjang merupakan suatu upaya yang penting untuk

10
meningkatkan pemahaman kita terhadap hidrograf dan untuk meningkatkan
kemampuan kita dalam memperkirakan hidrograf banjir.

2.4 Pemanfaatan Model Hidrograf dalam Perencanaan Sumber Daya Air

Pemanfaatan model hidrograf, seperti Hidrograf Satuan Sintetis (HSS),


memiliki peran penting dalam perencanaan sumber daya air, terutama dalam
analisis debit banjir dan desain infrastruktur seperti waduk atau bendungan. Model
HSS mampu memperkirakan debit berdasarkan sekuen waktu pada suatu kejadian
hujan, sehingga dapat memberikan hubungan antara waktu dan debit dalam
bentuk hidrograf. Model ini telah dikembangkan dan diterapkan pada berbagai
daerah aliran sungai, seperti di Sulawesi Tengah (Tunas, 2017).

Gambar 1. Hidrograf Hasil Superposisi HSS (Natakusumah dkk., 2011)

Melalui analisis data, model hidrograf satuan sintetis dapat digunakan


untuk menghitung curah hujan efektif dan debit banjir rencana pada berbagai kala
ulang, yang kemudian dapat menjadi bahan evaluasi untuk keamanan infrastruktur
sumber daya air. Dengan demikian, pemanfaatan model hidrograf dalam
perencanaan sumber daya air memiliki kontribusi yang signifikan dalam

11
mengelola risiko banjir dan merencanakan infrastruktur yang sesuai (Ridsan dkk.,
2022).
Berikut adalah beberapa contoh pemanfaatan model hidrograf dalam
perencanaan sumber daya air:

• Pembangunan bendungan

Model hidrograf dapat digunakan untuk memperkirakan kapasitas


bendungan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air di suatu
daerah.

• Pengelolaan irigasi

Model hidrograf dapat digunakan untuk memperkirakan jadwal irigasi


yang optimal untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air.

• Pengembangan pembangkit listrik tenaga air (PLTA)

Model hidrograf dapat digunakan untuk memperkirakan potensi produksi


listrik dari PLTA.

• Pemantauan kualitas air

Model hidrograf dapat digunakan untuk memperkirakan penyebaran


polutan di suatu DAS.

Pemanfaatan model hidrograf dalam perencanaan sumber daya air terus


berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Model-model yang lebih akurat
dan dapat diandalkan terus dikembangkan untuk membantu para pembuat
keputusan dalam membuat keputusan yang lebih tepat.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Hidrograf menjadi kunci dalam memahami dinamika siklus hidrologi,


mencakup penguapan, kondensasi, presipitasi, aliran permukaan, dan
infiltrasi. Pemahaman ini menjadi dasar untuk menganalisis dampak
perubahan lingkungan dan pola aliran air.

2. Analisis hidrograf merupakan pendekatan penting dalam menilai risiko


banjir dengan memperkirakan debit puncak banjir. Metode seperti
Hidrograf Satuan Sintetis (HSS), Hidrograf Satuan Alami (HSN), dan
pemodelan hidrologi digunakan untuk memahami hubungan antara curah
hujan dan hidrograf. Faktor-faktor seperti curah hujan, luas daerah aliran
sungai, kemiringan lereng, kelandaian sungai, dan karakteristik hidrograf
diperhitungkan dalam analisis ini. Tinggi debit puncak banjir menjadi
penentu dampak banjir, dan hasil analisis hidrograf memberikan informasi
krusial untuk perencanaan dan mitigasi banjir serta pengelolaan sumber
daya air secara efektif

3. Model hidrograf, termasuk Hidrograf Satuan Sintetis (HSS), diidentifikasi


sebagai alat penting dalam perencanaan sumber daya air, memungkinkan
identifikasi potensi perubahan jangka panjang dalam ketersediaan air,
prediksi risiko banjir, dan merancang kebijakan pengelolaan air yang
berkesinambungan.

3.2 Saran

Makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi dan menambah wawasan


mengenai hidrograf bagi para pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Natakusumah, D. K., Hatmoko, W. dan Harlan, D., 2011, Prosedur Umum


Perhitungan Hidrograf Satuan Sintetis dengan Cara ITB dan Beberapa
Contoh Penerapannya, Jurnal Teknik Sipil, (18) 3: 251-291.

Ridsan, Y. M., Ramadan, A. N. A., Hendardi, A. R., Evaluasi Penentuan Debit


Banjir Rencana di Daerah Tangkapan Air Bendung Manganti dengan
metode Hidrograf Satuan Sintetis Limantara, (2) 2: 83-92.

Suripin dan Kurniani, D., 2016, Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Hidrograf
Banjir di Kanal Banjir Timur Kota Semarang, 22 (2): 119-128.

Tunas, I. G., 2017, Pengembangan Model Hidrograf Satuan Sintetik Berdasarkan


Karakteristik Fraktal Daerah Aliran Sungai, Program Doktor Bidang
Keahlian Manajemen dan Rekayasa Sumber Air Departemen Teknik
Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

14

Anda mungkin juga menyukai