PENDALUAN :
ABSTRAK-
Limbah cair latex yang dibuang begitu saja akan menimbulkan masalah karena selain dapat
menimbulkan bau bagi lingkungan sekitar juga dapat menurunkan kandungan hara dalam
tanah dan bila masuk ke badan sungai dapat mencemari sumber air bersih. Dalam proses
biogas selain menghasilkan gas yang dapat bermanfaat sebagai energi alternatif, biogas juga
dapat menghasilkan produk bawah berupa limbah yang juga mempunyai manfaat. Limbah
digester biogas ini baik yang padat maupun cair dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui potensi produk samping biogas dari limbah cair
latex sebagai penghasil pupuk cair sehingga dapat dikembangkan menjadi teknologi baru
dalam proses anaerobic digestion dan mengetahui pengaruh penambahan enceng gondok
maupun jerami padi pada limbah cair latex terhadap kandungan pupuk kompos cair yang
dihasilkan. Berdasarkan hasil penelitian, kondisi operasi yang optimal untuk menghasilkan
biogas pada suhu 28 oC dan pH 7 dengan waktu pengujian hari ke-28. Kandungan pupuk cair
pada penambahan substrat enceng gondok diperoleh N-total=0,026%, C-Organik=0,081%,
P=0,033% dan K=0,423%. Sedangkan untuk kandungan pupuk cair pada penambahan
substrat jerami padi sebesar N-total=0,017%, C-Organik=0,186%, P=0,045% dan K=0,358%.
Hasil analisa produk samping biogas limbah cair latex untuk kandungan pupuk kompos cair
menunjukkan bahwa pengenceran menggunakan limbah cair latex dengan penambahan
substrat enceng gondok memiliki nilai konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
penambahan substrat jerami padi.
PROSES PRODUKSI
Berdasarkan jurnal tersebut, proses produksi pupuk kompos cair dari sludge hasil produksi
biogas yang menggunakan limbah cair latex sebagai bahan baku adalah sebagai berikut:
1. Membuat campuran bahan baku dengan rasio limbah cair latex:enceng
gondok:kotoran sapi = 4:2:1 atau limbah cair latex:jerami padi:kotoran sapi = 4:2:1.
2. Bahan baku campuran dimasukkan ke dalam reaktor biodigester yang dilengkapi
dengan alat ukur pH dan suhu.
3. Proses fermentasi anaerobik dilakukan selama 28 hari dengan mengukur pH dan suhu
setiap hari.
4. Selama proses fermentasi, dihasilkan biogas dan cairan sisa fermentasi (sludge)
sebagai produk samping.
5. Pada hari ke-28 dilakukan pengambilan sampel sludge sebanyak 250 mL untuk
dianalisis kandungan N-total, C-organik, fosfor, dan kalium menggunakan metode
laboratorium.
6. Kondisi operasi optimal diperoleh pada suhu 28°C dan pH 7 pada hari ke-28
fermentasi.
7. Hasil analisis menunjukkan sludge dengan penambahan enceng gondok memiliki
kandungan nutrisi lebih tinggi dibanding penambahan jerami padi.
PROSES PENELITIAN
Prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 flow diagram percobaan. Bahan baku
dicampur dengan rasio 4:2:1 dan dimasukkan ke dalam biodigester dengan metode anaerobic
digestion selama 28 hari. pH dan suhu diukur setiap hari. Pada hari ke-28 diambil sampel
sludge sebanyak 250 mL untuk dianalisis kandungan N, C, P, K. Prosedur sama untuk rasio
campuran dengan jerami padi.
Analisis dilakukan terhadap kandungan N-total, C-Organik, fosfor, dan kalium menggunakan
metode laboratorium pada hari ke-1, 14, dan 28. Tujuannya untuk mengetahui pengaruh
waktu terhadap konsentrasi pupuk cair.
Jadi metode utama penelitian ini adalah eksperimen laboratorium melalui proses fermentasi
anaerobik selama 28 hari untuk memproduksi pupuk kompos cair dari sludge, dan dilakukan
analisis kimia terhadap hasil fermentasi pada berbagai waktu.