Anda di halaman 1dari 3

PEMANFAATAN SLUDGE HASIL PRODUKSI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR

LATEX MENJADI PUPUK KOMPOS CAIR

PENDALUAN :

Berikut adalah pendahuluan dari jurnal tersebut dalam bahasa Indonesia:


Kemajuan industri karet di Indonesia menyebabkan timbulnya permasalahan baru yaitu
terjadinya pencemaran lingkungan. Salah satunya adalah pencemaran akibat pembuangan
limbah cair. Limbah cair lateks menimbulkan bau yang kurang enak dengan kandungan
amonia sebesar 29,83 mg/L. Limbah cair lateks banyak mengandung nitrogen sebesar 56,032
mg/L, karbon 200 mg/L dan sulfur 33,0367 mg/L. Limbah cair lateks sebagian besar belum
dimanfaatkan, biasanya dibuang begitu saja oleh pengusaha karet dan petani karet ke saluran
pembuangan, sungai atau badan air lainnya.
Limbah lateks pekat merupakan polutan yang tidak ditangani dengan baik. Pengolahan lateks
hanya untuk memenuhi persyaratan lingkungan akan membutuhkan biaya besar. Kini limbah
lateks dapat dikonversi menjadi berbagai produk ber nilai tambah tinggi seperti pupuk
organik. Proses biokonversi dapat mengurangi volume limbah dan menghilangkan bau busuk.
Pupuk organik terbukti dapat menghemat pupuk kimia.
Menurut penelitian sebelumnya, limbah latex yang dibuang sebagai limbah memiliki nilai
COD hingga 100.000 mg/L dan kandungan nitrogen lebih dari 4.000 mg/L. Penanganan
limbah lateks di Thailand masih menggunakan sistem kolam yang memerlukan biaya tinggi
dan masih menimbulkan bau.

ABSTRAK-
Limbah cair latex yang dibuang begitu saja akan menimbulkan masalah karena selain dapat
menimbulkan bau bagi lingkungan sekitar juga dapat menurunkan kandungan hara dalam
tanah dan bila masuk ke badan sungai dapat mencemari sumber air bersih. Dalam proses
biogas selain menghasilkan gas yang dapat bermanfaat sebagai energi alternatif, biogas juga
dapat menghasilkan produk bawah berupa limbah yang juga mempunyai manfaat. Limbah
digester biogas ini baik yang padat maupun cair dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui potensi produk samping biogas dari limbah cair
latex sebagai penghasil pupuk cair sehingga dapat dikembangkan menjadi teknologi baru
dalam proses anaerobic digestion dan mengetahui pengaruh penambahan enceng gondok
maupun jerami padi pada limbah cair latex terhadap kandungan pupuk kompos cair yang
dihasilkan. Berdasarkan hasil penelitian, kondisi operasi yang optimal untuk menghasilkan
biogas pada suhu 28 oC dan pH 7 dengan waktu pengujian hari ke-28. Kandungan pupuk cair
pada penambahan substrat enceng gondok diperoleh N-total=0,026%, C-Organik=0,081%,
P=0,033% dan K=0,423%. Sedangkan untuk kandungan pupuk cair pada penambahan
substrat jerami padi sebesar N-total=0,017%, C-Organik=0,186%, P=0,045% dan K=0,358%.
Hasil analisa produk samping biogas limbah cair latex untuk kandungan pupuk kompos cair
menunjukkan bahwa pengenceran menggunakan limbah cair latex dengan penambahan
substrat enceng gondok memiliki nilai konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
penambahan substrat jerami padi.

PROSES PRODUKSI
Berdasarkan jurnal tersebut, proses produksi pupuk kompos cair dari sludge hasil produksi
biogas yang menggunakan limbah cair latex sebagai bahan baku adalah sebagai berikut:
1. Membuat campuran bahan baku dengan rasio limbah cair latex:enceng
gondok:kotoran sapi = 4:2:1 atau limbah cair latex:jerami padi:kotoran sapi = 4:2:1.
2. Bahan baku campuran dimasukkan ke dalam reaktor biodigester yang dilengkapi
dengan alat ukur pH dan suhu.
3. Proses fermentasi anaerobik dilakukan selama 28 hari dengan mengukur pH dan suhu
setiap hari.
4. Selama proses fermentasi, dihasilkan biogas dan cairan sisa fermentasi (sludge)
sebagai produk samping.
5. Pada hari ke-28 dilakukan pengambilan sampel sludge sebanyak 250 mL untuk
dianalisis kandungan N-total, C-organik, fosfor, dan kalium menggunakan metode
laboratorium.
6. Kondisi operasi optimal diperoleh pada suhu 28°C dan pH 7 pada hari ke-28
fermentasi.
7. Hasil analisis menunjukkan sludge dengan penambahan enceng gondok memiliki
kandungan nutrisi lebih tinggi dibanding penambahan jerami padi.

METODE PENELITIAN YANG DIGUNAKAN ADALAH:


Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik, gelas ukur, corong,
rangkaian alat reaktor biodigester, gelas beaker, pH meter, thermometer, injection.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair karet (latex), enceng
gondok, jerami padi varietas Ciherang dan kotoran sapi.

PROSES PENELITIAN
Prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 flow diagram percobaan. Bahan baku
dicampur dengan rasio 4:2:1 dan dimasukkan ke dalam biodigester dengan metode anaerobic
digestion selama 28 hari. pH dan suhu diukur setiap hari. Pada hari ke-28 diambil sampel
sludge sebanyak 250 mL untuk dianalisis kandungan N, C, P, K. Prosedur sama untuk rasio
campuran dengan jerami padi.
Analisis dilakukan terhadap kandungan N-total, C-Organik, fosfor, dan kalium menggunakan
metode laboratorium pada hari ke-1, 14, dan 28. Tujuannya untuk mengetahui pengaruh
waktu terhadap konsentrasi pupuk cair.
Jadi metode utama penelitian ini adalah eksperimen laboratorium melalui proses fermentasi
anaerobik selama 28 hari untuk memproduksi pupuk kompos cair dari sludge, dan dilakukan
analisis kimia terhadap hasil fermentasi pada berbagai waktu.

HASIL DAN PEMBAHASAN MEMUAT:


1. Pengaruh Waktu terhadap Konsentrasi Pupuk Cair
Perlakuan terhadap produk samping biogas berupa cairan sisa proses fermentasi, dilakukan
pengujian kandungan N, C, P, K pada hari ke-1, 14, dan 28.
2. Hasil pengujian kandungan pupuk kompos cair pada sampel yang menggunakan
limbah latex ditambah enceng gondok dan kotoran sapi.
3. Hasil pengujian kandungan pupuk kompos cair pada sampel yang menggunakan
limbah latex ditambah jerami padi dan kotoran sapi.
4. Analisis dan pembahasan mengenai pengaruh waktu terhadap kandungan nutrisi
pupuk kompos cair selama proses fermentasi.
KESIMPULAN:
1. Waktu fermentasi optimal untuk menghasilkan pupuk kompos cair.
2. Nilai kandungan nutrisi yang dihasilkan masing-masing sampel.
3. Penambahan substrat untuk meningkatkan kandungan biogas dan pupuk kompos cair.
4. Diperlukannya penambahan biofertilizer untuk mengoptimalkan kualitas pupuk
kompos cair.

Anda mungkin juga menyukai