Anda di halaman 1dari 38

BAB II

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN


HIDUP AWAL
(Environmental Setting)

Rona lingkungan hidup awal yang disajikan dalam dokumen Analisis Dampak
Lingkungan Hidup (ANDAL disesuaikan dengan Dampak Penting Hipotetik
(DPH) dari hasil proses pelingkupan. Namun demikian ada juga beberapa
komponen lingkungan hidup yang termasuk kategori Dampak Tidak Penting
Hipotetik (DTPH), tetapi tetap dicantumkan sebagai rona lingkungan hidup
awal sebagai basis data, contohnya iklim, kualitas air, kependudukan, dan
lain-lain.

Rona lingkungan hidup yang diperkirakan akan terkena dampak dengan


adanya kegiatan Pembangunan Rumah sakit Hashara di Kota Bogor ini
meliputi komponen lingkungan geofisik-kimia, komponenlingkungan biologi,
komponen lingkungan sosial-ekonomi-budaya dan komponen lingkungan
kesehatan masyarakat.

Rona lingkungan hidup awal yang sajikan dalam ANDAL ini merupakan rona
lingkungan hidup awal berdasarkan dari beberapa sumber data sekunder dan
data primer. Adapun berbagai komponen lingkungan hidup yang dapat
menggambarkan kondisi rona lingkungan awal di studi ini, adalah sebagai
berikut :

2.1. Komponen Lingkungan Geofisik – Kimia


2.1.1. Iklim
Tabel 2.1. Data Curah Hujan
Kota Semarang Tahun 2018

Curah Hujan (mm) Rerata


N Tahun bulana
Bulan
o n 5
2013 2014 2015 2016 2017 tahun
1 Januari 355 405 417 410 399 397
2 Pebruari 248 269 278 288 298 276
3 Maret 183 168 196 188 188 185
Curah Hujan (mm) Rerata
N bulana
Bulan Tahun
o n 5
2013 2014 2015 2016 2017 tahun
4 April 121 118 145 150 155 138
5 Mei 102 103 102 105 105 103
6 Juni 59 55 72 69 70 65
7 Juli 52 42 68 62 63 57
8 Agustus 30 34 52 50 50 43
Septembe
9 r 75 33 52 67 67 59
10 Oktober 102 107 109 132 132 116
11 Nopember 512 272 146 204 204 268
12 Desember 314 328 342 368 388 348
Jumlah 2153 1934 1979 2093 2119  
Curah Hujan Maksimum tahunan 2.153
Curah Hujan Maksimum Bulanan 397
Curah Hujan Rerata Tahunan 2056
Curah Hujan Rerata Bulanan 171
Curah Hujan Minimum Tahunan 1934
Curah Hujan Minimum Bulanan 30
Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika I, Semarang, 2018

Kondisi curah hujan dan hari hujan di Kota Semarang tahun 2018 dapat
dilihat pada Tabel 2.2. dapat disimpulkan bahwa pada bulan Juni -
September curah hujan dengan nilai rendah yang artinya musim kemarau,
sedangkan pada Oktober - April curah huja terbilang cukup tinggi dengan
puncak di bulan Januari.

Tabel 2.2. Kondisi Hari


Hujan di Kota Bogor Tahun 2018X

Hari hujan (Hari) Rerata


Bulana
BULAN Tahun n 5
2013 2014 2015 2016 2017 tahun
JANUARI 19 19 21 21 20 20,0
PEBRUARI 12 12 13 14 14 13,0
MARET 13 11 12 12 12 12,0
APRIL 9 10 11 7 18 11,0
MEI 8 8 8 8 8 8,0
JUNI 5 5 7 6 7 6,0
JULI 5 4 6 5 5 5,0
AGUSTUS 3 3 5 5 5 4,2
SPTEMBER 6 3 5 6 6 5,2
IKTOBER 9 9 9 11 11 9,8
NOPEMBE
22 13 11 12
R 12 14,0
DESEMBE
15 16 17 20
R 20 17,6
  126 113 125 127 138  
Hari Hujan Maksimum Tahunan 138,0
Hari Hujan Maksimum Bulanan 22,0
Hari Hujan Minimum Tahunan 113,0
Hari Hujan Minimum Bulanan 3,0
Sumber : Kota Bogor Dalam Angka 2018

Berdasarkan data tersebut diatas analisis data iklim dilakukan untuk


mengetahui klasifikasi iklim di lokasi studi berdasarkan klasifikasi
Schmidt & Ferguson yaitu dengan rumus sebagai berikut :
Q = (Rata-rata bulan kering / Rata-rata bulan basah)
Q = 0,164

Dari tabel iklim menurut Schmidt & Ferguson, angka Q = 0,164


terdapat pada tipe iklim B yaitu antara 0,143 - 0,333, jadi klasifikasi
iklim kota tersebut menurut Schmidt & Ferguson adalah tipe iklim B.
Hal ini sesuai dengan pendapan Schmidt & Ferguson dalam Bayong
Tyasyono, 1999. Berdasarkan pada penggolongan iklim menurut
Smith-Ferguson yang berdasarkan pada jumlah hari hujan yang ada,
iklim Kota Semarang, pada umumnya termasuk iklim tropis agak
basah yang dipengaruhi oleh angin muson tropis. Angin muson barat
yang berhembus dari bulan Nopember sampai April menyebabkan
musim penghujan yang disebut bulan basah dan angin muson timur
yang berhembus dari bulan Mei sampai dengan bulan September
membawa musim kemarau yang disebut bulan kering.
Tabel 2.3. Arah Dan
Kecepatan Angin Kota Semarang
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika I, Bogor, 2018

Gambar 2.1.
Mawar Angin Kota Semarang Tahun 2018

2.1.2. Topografi/Kondisi Medan


Kondisi medan rencana kegiatan, secara umum mempunyai medan
yang datar dengan elevasi lahan berkisar 12 meter sampai 16 meter
diatas permukaan laut dengan beda elevasi 1 meter. Kemiringan lereng
di lokasi tersebut berkisar antara 1 – 2 % termasuk dataran rendah.
Berdasarkan atas elevasi dan kelerengan lahan termasuk medan datar.
Tapak rencana kegiatan merupakan lahan terbuka yang masuk di
dalam ekosistem perkotaan. Rona kondisi medan ini tidak menjadi
dampak penting hipotetik, akan tetapi berfungsi sebagai data dasar dan
berfungsi sebagai salah satu parameter yang digunkan untuk analisis
air limpasan hujan yang terdapat di tapak kegiatan.
Kondisi rona kondisi medan ini digunakan sebagai basis data dan juga
berfungsi sebagai data pendukung dalam perhitungan dampak
potensial hipotetik hidrologi terutam debit air limpasan.Berdasarkan
uraian diatas, maka kondisi medan dapat dikategorikan baik dengan
skala kualitas lingkungan 4 (empat).

2.1.3. Batuan / Tanah


Kondisi batuan/tanah di lokasi rencana tapak kegiatan pembanguan
Rumah sakit yang berlokasi di Jalan Pahlawan, secara umum berupa
lempung lanau pasiran. Berdasarkan data penyondiran tanah diperoleh
hasil seperti pada Tabel sebagai berikut :
Tabel 2.4. Sifat Fisik
Tanah Hasil Penyondiran
Titik Kedalama Ketebala Jenis tanah Qc (kg/cm2) FR
Sondi n n (m)
r (m)
0,0 - 3,2 3,2 Lempung 22,78 3,64
lanau pasiran
S1
3,2 - 4,8 1,6 Pasir 60,87 1,97
4,8 – 5,4 0,6 Pasir padat 165 1,71
0,0-4,0 4,0 Lempung 23,61 3,97
lanau pasiran
4,0-5,8 1,8 Lanau 51 3,17
S2
pasir
lempungan
5,8-6,8 1,0 Pasir padat 138 1,85
0 – 1,0 1 Lempung 31 4,11
lanau pasiran
S3
1,0 – 1,4 0,4 Pasir 77,50 1,98
1,4 – 2,0 0,6 Pasir padat 153,33 1,69
0,0 – 7,2 7,2 Lempung 37,85 3,82
lanau pasiran
S4
7,2 – 7,6 0,4 Pasir 85 1,19
7,6 – 8,4 0,8 Pasir padat 160 1,48
S5 0,0 – 2,8 2,8 Lempung 22,67 4,37
lanau pasiran
Titik Kedalama Ketebala Jenis tanah Qc (kg/cm2) FR
Sondi n n (m)
r (m)
2,8 – 3,4 0,6 Lanau 70 3,35
pasir
lempungan
3,4 – 4,0 0,6 Pasir padat 160 1,80
0,0 – 6,8 6,8 Lempung 32,21 4,10
lanau pasiran
6,8 – 7,2 0,4 Lanau 67,50 3,0
S6
pasir
lempungan
7,2 – 8,0 0,8 Pasir padat 141,25 1,88

2.1.4. Kualitas Udara

Gambar 2.2. Kondisi Lokasi Rencana Kegiatan Rumah sakit


Gambar 2.3. Pengambilan contoh kualitas Udara
Hasil pengambilan kualitas udara di lokasi kegiatan yang dilakukan
untuk mengetahui rona awal di lokasi dan sekitar lokasi rencana
kegiatan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 2.5. Analisis Kualitas
Udara Ambien di sekitar lokasi Rumah Sakit
Kode Lokasi Baku
No Parameter
U-1* U-2** U-3** Mutu

Nitrogen dioksida
1 0,004 ppm 33,0 µg/Nm3 42,4 µg/Nm3
(NO2)
Sulfur dioksida < 0,009
2 < 24 µg/Nm3 < 24 µg/Nm3
(SO2) mg/Nm3
3 Oksidan (O3) 0,086 ppm 169,3 µg/Nm3 26,6 µg/Nm3
4 Amoniak (NH3) 0,1 ppm 0,04 ppm < 0,03 ppm
Karbon monoksida < 0,01 2218,8
5 668,0 µg/Nm3
(CO) mg/Nm3 µg/Nm3
Hidrogen sulfida
6 < 0,001 0,001 µg/Nm3 0,002 ppm
(H2S)
7 TSP (debu) 0,6 mg/Nm3 2257 µg/Nm3 72,5 µg/Nm3
(Sumber : Data Primer, 2018)

Keterangan :
U-1 : Tapak Proyek
U-2 : Halaman depan Tapak Rumah sakit
U-3 : Permukiman penduduk RT. 1/RW 2

* Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
** Untuk Udara Ambien Parameter NO2, SO2, CO, Ox dan TSP Mengacu Keputusan
Gubernur Jawa Tengah Nomor : 8 Tahun 2001 Tentang Baku Mutu Udara Ambien
Propinsi Jawa Tengah.
Untuk Udara Ambien Parameter NH3. Dan H2S Mengacu Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor : Kep- 50/MENLH/1 1/1996,tentang Baku Tingkat
Kebauan.

Pembahasan
A. Kondisi Lokasi U-1
Parameter analisis kualitas udara ambien yang digunakan di kode lokasi U-
1* tapak proyek RS Hashara yaitu Nitrogen dioksida (NO2), Sulfur dioksida
(SO2), Oksidan (O3), Amoniak (NH3), Karbon monoksida (CO), Hidrogen
sulfida (H2S), Hidrogen sulfida (H2S dan TSP (debu). Hasil analisis kualitas
udara ambien di kode lokasi U-1 untuk parameter Nitrogen dioksida (NO2)
sebesar 0,004 ppm dengan baku mutu sebesar 316 µg/Nm3. Sulfur
dioksida (SO2) sebesar < 0,009 mg/Nm3 dengan baku mutu sebesar 632
µg/Nm3. Oksidan (O3) sebesar 0,086 ppm dengan baku mutu sebesar 200
µg/Nm3. Amoniak (NH3) sebesar 0,1 ppm dengan baku mutu sebesar 2,0
ppm. Karbon monoksida (CO) sebesar < 0,01 mg/Nm3 dengan baku mutu
sebesar 15.000 µg/Nm3. Hidrogen sulfida (H2S) sebesar < 0,001 dengan
baku mutu sebesar 0,02 ppm dan TSP (debu) sebesar 0,6 mg/Nm3 dengan
baku mutu sebesar 230 sssµg/Nm3. Berdasarkan hasil analisis
perbandingan di stasiun U-1* tidak ada yang melebihi nilai baku muku.
B. Kondisi Lokasi U-2
Parameter analisis kualitas udara ambien yang digunakan di kode lokasi U-
2 tapak proyek yaitu Nitrogen dioksida (NO2), Sulfur dioksida (SO2),
Oksidan (O3), Amoniak (NH3), Karbon monoksida (CO), Hidrogen sulfida
(H2S), Hidrogen sulfida (H2S dan TSP (debu). Parameter yang digunakan
untuk analisis kualitas udara ambien pada halaman depan tapak RS
Hashara yaitu nitrogen dioksida (33,0 µg/Nm3), sulfur dioksida (< 24
µg/Nm3), oksidan (169,3 µg/Nm3), amoniak (0,04 ppm), karbon monoksida
668,0 µg/Nm3), hydrogen sulfide (0,001 µg/Nm3) dan TSP debu (2257
µg/Nm3). Berdasarkan Keputusan kepmen LH kep-50/MENLH/1 1/1996
keseluruhan komponen berada dibawah ambang batas kecuali untuk
parameter TSP debu.
C. Kondisi Lokasi U-3
Parameter analisis kualitas udara ambien yang digunakan di kode lokasi U-
3 tapak proyek RS Hashara yaitu Nitrogen dioksida (NO2), Sulfur dioksida
(SO2), Oksidan (O3), Amoniak (NH3), Karbon monoksida (CO), Hidrogen
sulfida (H2S), Hidrogen sulfida (H2S dan TSP (debu). Hasil analisis kualitas
udara ambien di lokasi U-3** hasil dari Nitrogen dioksida (NO2) 42,4
µg/Nm3, Sulfur dioksida (SO2) < 24 µg/Nm3, , Oksidan (O3) 26,6 µg/Nm3,
Amoniak (NH3) < 0,03 ppm, Karbon monoksida (CO) 2218,8 µg/Nm3,
Hidrogen sulfida (H2S) 0,002 ppm, TSP (debu) 72,5 µg/Nm3. Dengan baku
mutu Nitrogen dioksida (NO2) 150 µg/Nm3, Sulfur dioksida (SO2) 632
µg/Nm3, Oksidan (O3) 200 µg/Nm3, Amoniak (NH3) 2 ppm , Karbon
monoksida (CO) 15000 µg/Nm3, Hidrogen sulfida (H2S) 0,02 ppm, TSP
(debu) 230 µg/Nm3 . Berdasarkan perbandingan di stasiun U-3** tidak
ada yang melebihi nilai baku mutu.
2.1.5. Kebisingan
Lokasi kegiatan yang terletak di lingkungan padat denga transportasi
lalu lintas sangat mempengaruhi tingkat kebisingan. Nilai kebisingan di
lokasi kegiatan sangat dipengaruhi oleh kegiatan transportasi
sekitarnya. Hasil pengukuran tingkat kebisingan dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 2.6. Nilai Kebisingan
Di sekitar Rencana
Hasil
Paramet Satua Pengukuran
No Baku Mutu
er n
U-1 U-2 U-3
* Rencana Ruang Kerja : 85
dBA*
Kebising ** Perdagangan dan Jasa : 70
1 dBA 69* 78** 62***
an dBA
*** Perumahan dan
pemukiman : 55 dBA
(Sumber : Data Primer, 2018)
Keterangan :
U-1 : Rencana Tapak Proyek
U-2 : Halaman depan Tapak Proyek
U-3 : Permukiman penduduk RT. 1/RW 2
* Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
** / *** Baku Mutu : Baku Tingkat Kebisingan : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.
Kep-48/,MENLH/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.

2.1.6. Kualitas Air Permukaan


Di sekitar lokasi kegiatan tidak dijumpai adanya sungai, badan air yang
ditemukan di sekitar lokasi kegiatan hanyalah saluran drainase
perkotaan yang berfungsi sebagai air untuk menampung air buangan
permukiman di sepanjang saluran.

Gambar 2.4. Pengambilan contoh kualitas air


a. Kualitas Air Saluran Drainase Perkotaan
Saluran drainase perkotaan yang berfungsi sebagai badan air
ditemukan di sekitar lokasi kegiatan. Kondisi saluran drainase selain
berfungsi sebagai limpasan air hujan untuk lingkungan sekitarnya juga
sebagai air buangan untuk kegiatan domestik lingkungan sekitarnya.
Kondisinya seperti kondisi badan air yang banyak ditemukan di daerah
lain karena kadang juga ditemui sampah-sampah domestik yang
menutup saluran drainase. Hasil pengukuran untuk kualitas air
drainase dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.7. Hasil analisis


kualitas air saluran drainase sekitar Rumah sakit
Hasil pengukuran
No Parameter Satuan Baku Mutu
I. Fisika
1 Temperatur C
0
31,5 Dev. 3
2 Residu terlarut mg/L 175 1000
3 Residu mg/L 537 50
Tersuspensi
II. Kimia
anorganik
1 pH - 7,91 5-9
2 BOD mg/L 10,0 3
3 COD mg/L 55,9 25
4 DO mg/L 1,4 4 (min)
5 Total Fosfat (P) mg/L 0,09 0,2
6 NO3-N mg/L 1,5 10
7 Amoniak (NH3- mg/L - -
N)
8 Arsen (As) mg/L - 1
9 Kobalt (Co) mg/L - 0,2
10 Barium (Ba) mg/L - -
11 Boron (B) mg/L - 1
12 Selenium mg/L - 0,05
13 Kadmium (Cd) mg/L < 0,0005 0,01
14 Khrom (Cr) mg/L 0,048 0,05
15 Tembaga (Cu) mg/L 0,071 0,02
16 Besi (Fe) mg/L - -
17 Timbal (Pb) mg/L < 0,005 0,03
18 Mangan (Mn) mg/L - -
19 Air Raksa (Hg) mg/L - 0,002
20 Seng (Zn) mg/L 0,221 0,05
21 Khlorida (Cl) mg/L - -
22 Sianida (CN) mg/L 0,001 0,02
23 Fluorida (F) mg/L 0,38 1,5
24 Nitrit (NO2-N) mg/L 0,135 0,06
25 Sulfat (SO4) mg/L - -
Hasil pengukuran
No Parameter Satuan Baku Mutu
26 Khlorin bebas mg/L 0,49 0,03
27 Belerang (H2S) mg/L 0,075 0,002
III. Kimia
Organik
1 Minyak dan µg/L 9746,1 1000
lemak
2 Deterjen µg/L 231,2 200
(MBAS)
3 Fenol µg/L - 1
IV.
Mikrobiologi
1 Fecal Coliform Jml/100 1600 1.000
mL
2 Total Coliform Jml/100 33.000 5.000
mL
Koordinat S : 070 59' 14,9”
E : 1100 22' 09,0"
(Sumber : Data Primer, 2018)
Keterangan :
Baku Mutu : Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air
dan Pengendalian Pencemaran Air (Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas lI)

b. Air Bersih
Untuk air bersih yang diambil sampelnya adalah air sumur di lokasi
kegiatan dan air sumur penduduk. Air sumur sangat dipengaruhi oleh
musim, debit air berkurang dengan signifikan saat musim kemarau
dan melimpah saat musim penghujan. Kondisi ini menunjukkan bahwa
air sumur sangat dipengaruhi oleh musim dan dapat digolongkan
sebagai air sumur dangkal. Hasil analisis untuk air sumur dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.8. Hasil analisis air


bersih di sekitar Rumah sakit
Hasil Baku
No Parameter Satuan
AB-1 AB-2 Mutu
I. Fisik
1 Kekeruhan NTU <1 <1 25
2 Warna TCU 8 7 50
3 Residu terlarut mg/L 390 311 1000
(TDS)
4 Suhu 0
C 33,3 32,8 Dev 30
5 Rasa - Tak Tak Tak
berasa berasa berasa
6 Bau - Tak Tak Tak
berbau berbau berbau
II. Biologi
1 Total Coliform Jml/100 100 1000 50
mL
2 E. coli Jml/100 0 0 0
mL
III. Kimia
1 pH - 7,36 7,30 6,5-8,5
2 Besi (Fe) mg/L < 0,3 < 0,30 1,0
3 Fluorida (F) mg/L 0,28 0,31 1,5
4 Kesadahan mg/L 340,6 225,7 500
5 Mangan (Mn) mg/L < 0,005 0,04 0,5
6 Nitrat (NO3-N) mg/L 1,9 2,5 10
7 Nitrit (NO2-N) mg/L < 0,01 0,002 1
8 Sianida (CN) mg/L 0,001 0,002 0,1
9 Deterjen (MBAS) mg/L 0,027 0,027 0,05
10 Pestisida Total mg/L - - 0,1
11 Air Raksa (Hg) mg/L - - 0,001
12 Arsen (As) mg/L - - 0,05
13 Kadmium (Cd) mg/L < 0,0005 < 0,0005 0,005
14 Khrom (Cr6+) mg/L 0,007 0,007 0,05
15 Selenium mg/L - - 0,01
16 Seng (Zn) mg/L < 0,010 < 0,010 15
17 Sulfat (SO4) mg/L 24,9 20,1 400
18 Timbal (Pb) mg/L < 0,005 < 0,005 0,05
19 Benzene mg/L - - 0,01
20 Zat Organik mg/L 1,9 2,2 10
(KMnO4)
(Sumber : Data Primer, 2018)
Keterangan :
AB-1 : Air tanah Tapak Rencana Kegiatan
AB-2 : Air sumur warga
Baku Mutu : Peraturan Menteri Kesehatan Rl No. 32 Tahun 2017 tentang Standart
Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk
Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus per aqua, dan Pemandian
Umum (Lampiran I Bab IIA)

2.1.7. Kondisi Lalu – Lintas

trotoar median trotoar

2 11 1,7 11 2

Jl. siliwangi
Gambar 2.5. Penampang Jalan depan tapak
Tabel 2.9. Kapasitas Ruas
Jalan depan
Fp.
Fp. Fp. Fp. Kapasita
Tipe Co hambata
lebar pemisah ukuran s
Nama Jalan jala (smp/j n
jalan arah kota (smp/ja
n am) samping
(FCw) (FCsp) (FCcs) m)
(FCsf)
Jl. Siliwangi 6/2
D 4950 1.08 1,00 0.98 1,00 5239
Sumber : Hasil Analisis 2018

Untuk pergerakkan volume lalu lintas pada saat survai dilakukan pada
hari kerja dan libur disajikan sebagai berikut

Gambar 2.6. Pergerakkan volume lalu lintas

Untuk nilai V/C ratio dari perbandingan antara volume lalu lintas dengan
kapasitas jalan disajikan pada tabel sebagaimana berikut.
Tabel 2.10. Kinerja V/C
Ratio jalan depan
PAGI SIANG SORE MALAM
Kapasit
as volume volume volume volume
Nama jalan lalin VC lalin VC lalin VC lalin
(smp/ja VCR
m) (smp/ja R (smp/ja R (smp/jam R (smp/ja
m) m) ) m)
Jl. Pahlawan 0.9 0,5 0,5
5.239 5.043 2.902 2.655 2.150 0,41
B-T 6 5 0
Jl. Pahlawan 0,5 0,2 0,5
5.239 3.084 1.477 2.969 2.637 0,51
T-B 8 8 6
Sumber : Hasil Analisis (2018)
Selain unjuk kerja V/C ratio, unjuk kerja ruas jalan yang dikaji adalah
kecepatan pada ruas jalan. Kecepatan tersebut diperoleh dari hasil
pengamatan di lapangan melalui survai kecepatan sesaat (spot speed).
Selain itu, kecepatan dapat diperoleh dari hubungan kecepatan dengan
V/C ratio. Berdasarkan hasil analisis data dan pengamatan dilapangan
maka dihimpun beberapa permasalahan yang ada :

Tabel 2.11. Kecepatan rata-


rata Per jenis kendaraan
kecepatan
Kecepatan
rata-rata kecepatan rata- Rerata
rata-rata
kendaraan rata sepeda (km/jam)
Ruas kendaraan
berat motor
ringan
( Km/Jam ( Km/Jam)
( Km/Jam)
)
Barat-Timur 29,7 24,3 41,7 31,9
Timur-Barat 42,1 29,6 57,6 43,1
Sumber : Hasil Analisis (2018)

Berikut adalah hasil analisis dari kinerja lalulintas yang ada di Ruas
Jalan depan tapak:
Tabel 2.12. Tabel Kinerja
Lalu Lintas di Ruas Jalan depan

Kecepatan
Arah pergerakkan Nilai V/C LOS
(Km/Jam)
Jl. B-T 0.96 31,9 D
Jl. T-B 0,58 43,1 C
Sumber: Hasil Analisis (2018)

Selain kondisi kinerja ruas jalan, juga dianalisis terkait simpang


terdekat dengan rencana kegiatan yang disajikan sebagaimana
berikut :

Tabel 2.13. Kinerja Simpang


empat
Kode Pendekat Arus Kapa Deraja Panjang Angka Jumlah Tundaan
lalu sitas t Antrian Henti kendaraan Lalu geometri rata- total
lintas smp kejenu ( m ) stop/sm terhenti lintas k rata- rata smp/d
smp/j / jam han QL p smp/jam rata- rata det/s et
am C DS= NS NSV rata det/s mp DxQ
Q Q/C Det/s mp D =
DT+D
mp DT DG
G
Jln. (U) 191 4941 0.04 5 0.609 117 26.2 3.0 29.2 5577
Jln. (T) 44924
5122 5870 1.00 381 1.468 7517 82.2 5.5 87.7
5
22195
Jln. (B) 7311 7398 0.99 381 1.009 7377 26.3 4.0 30.4
4
68045
      Total : 15010     Total :
1
Kendaraan terhenti rata- Tundaan simpang rata-
  1,13 51,41
rata stop/smp : rata(det/smp) :
Sumber : Hasil Analisis (2018)

Tabel 2.14. Kinerja Simpang


tiga
Arus Tundaan
lalu Kapas Derajat Angka Jumlah
Lalu geometr rata-
lintas itas kejenu Panjang Henti kendaraa
lintas ik rata- rata total
smp/ja smp / han Antrian stop/s n
rata- rata det/sm smp/de
Kode Pendekat m jam DS= (m) mp terhenti
rata det/sm p t
Q C Q/C QL NS smp/jam
Det/sm p D = DxQ
NSV
p DT DG DT+DG
Jln. Siliwangi (T) 3289 3591 0.92 340 0.887 2916 73.5 3.5 77.0 253333
Jln. Jatingaleh
351 1984 0.18 19 0.812 285 88.2 3.6 91.8 32209
-Tol Krapyak (S)
Jln. Siliwangi (B) 3228 5946 0.54 237 0.605 1954 34.7 3.0 37.7 121597
Total : 5155 Total : 412887
Kendaraan terhenti rata-rata Tundaan simpang rata-
0,66 52,75
stop/smp : rata(det/smp) :
Sumber : Hasil Analisis (2018)

2.1.8. Kondisi Perparkiran


Kondisi parkir di sekitar lokasi kegiatan pada jalan depan tapak yang
merupakan jalan nasional secara peraturan tidak diperkenankan
adanya parkir badan jalan. Namun demikian masih terdapat kegiatan
parkir di badan jalan meskipun tidak banyak kendaraan yang parkir
mengingat kegiatan sekitar masih berupa lahan kosong terkecuali
kegiatan disisi seberang dari lokasi lahan yang merupakan kegiatan
Imigrasian dan Pengadilan yang terdapat kegiatan parkir badan jalan
terutama pada waktu-waktu tertentu.
Kondisi ini relative menggangu dengan melihat kondisi padatnya
pergerakkan lalu lintas yang ada, sehingga memberikan factor
hambatan samping yang tinggi dari faktor tersebut.

2.1.9. Kondisi Kerusakan Jalan


Koridor ruas Jalan depan tapak. merupakan jalan kelas I dengan beban
maksimum MST yaitu 10 ton. Pada ruas jalan ini kemungkinan
sebagian besar angkutan material dan peralatan akan diarahkan untuk
melintas menuju/dari lokasi kegiatan. Akses jalan ini telah banyak
dilalui angkutan berat dengan tonase 10 ton, sehingga kemungkinan
dengan daya dukung jalan yang ada seharusnya mampu dilewati
angkutan berat tersebut. Dari hasil pemantauan kondisi permukaan
perkerasan jalan pada akses, maka tingkat kondisi permukaan jalan
rata-rata 85 % jalan terdapat beberapa titik kerusakan jalan seperti
lubang retak, pengelupasan aspal, alur dan sebagainya. Dari kondisi
rona lingkungan kerusakan jalan yang ada, maka kondisi lingkungan
kerusakan jalan termasuk dalam kategori skala sedang dengan nilai
skala kualitas lingkungan baik (skala 4).

2.2. Komponen Biologi


2.3. Flora Darat
Flora darat yang ada di tapak rencana kegiatan sungai Jajar
terutama dipengaruhi oleh pola pemanfaatan ruang. Hasil
pengamatan di tapak rencana kegiatan menunjukkan lahan di
bantaran sungai dan sempadan sungai sebagian dimanfaatkan
sebagai lahan budidaya pertanian, tegalan dan juga kebun serta
pemukiman dan perdagangan usaha kecil dan menengah. Bahkan
di beberapa segmen area tebing sungai dan palung sungai yang
telah mengalami pengendapan sehingga menjadi kering
dimanfaatkan sebagai lahan budidaya pertanian. Pemanfaatan
lahan ini ditunjukkan pada gambar berikut.

2.4. Kekayaan Jenis


Jenis – Jenis Flora di Stasiun Pengamatan Tapak Rencana
Kegiatan Sungai Jajar
Stasiun
N
Nama Lokal Nama ilmiah Famili Pengamatan
o
1 2 3 4 5 6
1 Bunga Ungu Graptophyllum Apocynaceae ●
Stasiun
N
Nama Lokal Nama ilmiah Famili Pengamatan
o
1 2 3 4 5 6
pictum
2 Pletekan Ruellia tuberosa Acanthaceae ● ● ●
3 Alternantera Alternanthera Amaranthacea ● ● ● ●
sessilis e
4 Jarong Achyranthes Amaranthacea ●
aspera e
5 Mangga Mangifera Anacardiaceae ● ● ●
6 Pegagan Centella asiatica Mackinlayacea ● ●
e
7 Ajeran Bidens pilosa Asteraceae ●
8 Jotang Spilanthes Asteraceae ●
acmella 
9 Mikania Mikania Asteraceae ● ●
pulverulenta
1 Xanthium Xanthium Asteraceae ●
0 strumarium
1 Pepaya Carica papaya Caricaceae ●
1
1 Kangkung Ipomoea aquatica Convolvulacea ● ● ●
2 e
1 Kangkung Ipomoea carnea Convolvulacea ● ● ●
3 Pagar e
1 Ketela Rambat Ipomoea batatas Convolvulacea
4 e
1 Melon Cucumis melo Cucurbitaceae ●
5
1 Ketela Pohon Manihot esculenta Euphorbiaceae ● ●
6
1 Jarak Ricinus communis Euphorbiaceae ● ● ●
7
1 Asem Kranji Indum dialium Fabaceae ● ●
8
1 Kacang Hijau Vigna radiata Fabaceae ●
9
2 Lamtoro Leucaena Fabaceae ● ● ● ●
0 leucocephala
2 Trembesi Samanea saman Fabaceae ● ●
1
2 Jati Tectona grandis Lamiaceae ● ● ● ● ●
2
2 Rumput Knop Hyptis capitata Lamiaceae ●
3
Stasiun
N
Nama Lokal Nama ilmiah Famili Pengamatan
o
1 2 3 4 5 6
2 Kapuk Randu Ceiba pentandra Malvaceae
4
2 Waru Hibiscus tiliaceus Malvaceae ● ● ●
5
2 Mahoni Swietenia Meliaceae ● ● ●
6 mahagoni
2 Brotowali Tinospora Menispermace ●
7 cordifolia ae
2 Awar-Awar Ficus septica Moraceae ●
8
2 Kelor Moringa oleifera Moringaceae ●
9
3 Talok Muntingia Muntingiaceae ● ● ●
0 calabura
3 Pisang Musa Musaceae ● ● ● ● ● ●
1
3 Jambu Air Syzygium aqueum Myrtaceae ● ● ● ●
2
3 Alang Alang Imperata Poaceae ● ● ● ●
3 cylindrica
3 Bambu Apus Gigantochloa Poaceae ● ● ●
4
3 Rumput Megathyrsus Poaceae ● ● ●
5 Benggala maximus
3 Jagung Zea mays Poaceae ● ●
6
3 Rumput Eleusine indica Poaceae ● ● ●
7 Belulang
3 Rumput Cynodon dactylon Poaceae ●
8 Kawatan
3 Enceng Eichhornia Pontederiaceae ●
9 gondok crassipes
4 Lombok Capsicum Solanaceae ● ●
0 frutescens
4 Tembakau Nicotiana tabacum Solanaceae ●
1
● : dijumpai di stasiun pengamatan

2.5. Status Lindungan, Kelangkaan, Endemisitas, dan Invasitas Jenis-


Jenis Flora
Berdasarkan PP no 7 tahun 1999 dan Permen LHK No P 106
tahun 2018.
Hasil analisis status kelangkan secara global berdasarkan daftar
merah IUCN

Status Lindungan, Kelangkaan, Endemisitas dan Invasitas Jenis –


Jenis Flora di Stasiun Pengamatan Tapak Rencana Kegiatan
Sungai Jajar
Dilindungi Invasif
Nama Kelangkaa Endemisit
Nama latin P.106/201 P.94/
Lokal n IUCN as
8 2016
Daun Graptophyllu LC - Tidak -
Ungu m pictum
Pletekan Ruellia LC - Tidak -
tuberosa
Jarong Achyranthes LC - Tidak -
aspera
Alternanter Alternanthera LC - Tidak -
a sessilis
Mangga Mangifera VU - Tidak -
Pegagan Centella LC - Tidak -
asiatica
Jotang Spilanthes LC - Tidak -
acmella
Ajeran Bidens pilosa LC - Tidak -
Mikania Mikania EN - Tidak -
pulverulenta
Xanthium Xanthium LC - Tidak -
strumarium
Bandotan Ageratum LC - Tidak -
conyzoides
Pepaya Carica DD - Tidak -
papaya
Ketela Ipomoea DD - Tidak -
Rambat batatas
Kangkung Ipomoea LC - Tidak -
aquatica
Kangkung Ipomoea LC - Tidak Ya
Pagar carnea
Melon Cucumis LC - Tidak -
melo
Ketela Manihot DD - Tidak -
Pohon esculenta
Jarak Ricinus NE - Tidak Ya
communis
Kacang Vigna radiata LC - Tidak -
Hijau
Dilindungi Invasif
Nama Kelangkaa Endemisit
Nama latin P.106/201 P.94/
Lokal n IUCN as
8 2016
Trembesi Samanea LC - Tidak -
saman
Asem Indum NE - Tidak -
Kranji dialium
Lamtoro Leucaena NE - Tidak Ya
leucocephala
Jati Tectona NE - Tidak -
grandis
Rumput Hyptis NE - Tidak -
Knop capitata
Kapuk Ceiba LC - Tidak -
Randu pentandra
Waru Hibiscus LC - Tidak -
tiliaceus
Mahoni Swietenia NT - Tidak -
mahagoni
Brotowali Tinospora NE - Tidak -
cordifolia
Awar-Awar Ficus septica LC - Tidak -
Talok Muntingia NE - Tidak Ya
calabura
Pisang Musa sp LC - Tidak -
Jambu Air Syzygium NE - Tidak -
aqueum
Jagung Zea mays LC - Tidak -
Rumput Eleusine LC - Tidak -
Belulang indica
Alang Imperata LC - Tidak Ya
Alang cylindrica
Bambu Gigantochloa LC - Tidak -
Apus
Rumput Cynodon NE - Tidak -
Kawatan dactylon
Benggala Megathyrsus NE - Tidak -
maximus
Enceng Eichhornia NE - Tidak Ya
gondok crassipes
Kelor Moringa LC - Tidak -
oleifera
Lombok Capsicum LC - Tidak -
frutescens
Tembakau Nicotiana NE - Tidak -
Dilindungi Invasif
Nama Kelangkaa Endemisit
Nama latin P.106/201 P.94/
Lokal n IUCN as
8 2016
tabacum
Keterangan
Daftar merah IUCN versi 2020-2
NT : hampir Terancam Near Threatened (NT) 
LC : tidak mengkhawatirkan (Least Concern)
DD: data kurang (data deficient)

2.6. Nilai Penting Entitas Ekologis


Spesies Kunci
Kajian spesies kunci terhadap jenis-jenis flora yang ada dilakukan
berdasarkan pendekatan histori dan juga secara deskriptif
mengenai peran fungsional dalam ekosistem.
 merupakan jenis yang berinteraksi secara spesifik dengan
jenis-jenis flora lain dan fauna yang ada.
 sangat mempengaruhi fitur habitat
 Spesies tumbuhan yang keberadaan dan nilai simbolisnya
penting bagi stabilitas budaya dari waktu ke waktu.
a.) Nilai Penting Secara Ekologis
Spesies yang memiliki nilai penting secara ekologis spesies yang
memiliki manfaat bagi lingkungan. Dari tabel diatas, spesies
yang memiliki manfaat secara ekologis adalah; bambu apus,
rumput benggala, rumput belulang, rumput kawatan, dan
trembesi. Bambu memiliki manfaat ekologis sebagai pengikat
tanah pada daerah lereng, sehingga berfungsi mengurangi erosi,
sedimentasi dan longsor. Sedangkan rumput berfungsi sebagai
penyerap karbon dan trembesi sebagai peneduh dan menyerap
karbon dioksida.
b.) Nilai Penting Secara Ekonomis
Spesies yang memiliki nilai penting secara ekonomis adalah
spesies yang memiliki nilai jual. Dari tabel diatas spesies
tersebut diantaranya ialah ; bamboo apus, jagung, eceng
gondok, mangga, pegagan, pepaya, kangkung, kangkung pagar,
ketela rambat, melon, ketela pohon, kacang hijau, pisang, dan
jambu air. Contohnya yaitu bambu apus untuk untuk membuat
keranjang dan barang anyaman rumah tangga, alat masak-
memasak, dll. Kemudian jagung untuk dijual sebagai makanan,
dan eceng gondok untuk bahan pembuatan kertas, kompos,
biogas, dan perabotan.
c.) Nilai Penting Secara Ilmiah
Spesies yang bernilai ilmiah yaitu spesies yang biasanya
dimanfaatkan sebagai obat-obatan. Dari tabel diatas, spesies
tersebut diantaranya ialah; bunga ungu, pletekan, jarong,
ajeran, ilmiah, mikania, jarak, asem kranji, lamtoro, jati,
rumput knop, kapuk randu, waru, kelor, brotowali, mahoni,
alar2, talok, alang-alang, rumput belulang, dan tembakau.
Contohnya adalah alang-alang yang dapat digunakan sebagai
obat panas, keputihan, darah tinggi, dan lain sebagainya.
Kemudian ada rumput belulang yang dimanfaatkan untuk
mengatasi masalah menstruasi, menurunkan kolesterol, dll.
Dan yang terakhir yaitu tembakau yang dapat digunakan
sebagai obat HIV, diabetes, dll.
2.7. Analisis Vegetasi

Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Jenis – Jenis Vegetasi Tingkat


Pohon di Stasiun Pengamatan Tapak Rencana Kegiatan
Stasiun Pengamatan
No Spesies 1 2 3 4 5 6
K INP K INP K INP K INP K INP K INP
1 Jati 7,81 56,97 1,56 18,81
2 Randu 12,5 116,0 10,9 199,2 18,7 61,2
0 2 4 4 5 7
3 Mangga 3,13 22,93 12,5 25,1
0 3
4 Mahoni 9,38 60,81 1,56 18,42 12,5 25,1
0 3
5 Asam 3,13 21,67 4,69 63,53
Stasiun Pengamatan
No Spesies 1 2 3 4 5 6
K INP K INP K INP K INP K INP K INP
kranji
6 Talok 3,13 21,84
7 Trembes 18,7 62,8
i 5 3
8 Jambu 43,7 125, 12 300
air 5 28 5
Jumlah 6 4 5 1
jenis
Total 39,0 18,7 106, 12
kerapata 6 5 25 5
n
H’ 1,64 1,08 1,48 0

2.8. Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Jenis – Jenis Vegetasi Tingkat
Tiang di Stasiun Pengamatan Tapak
Stasiun Pengamatan
No Spesies 1 2 3 4 5 6
K INP K INP K INP K INP K INP K INP
1 Jati 43,7 137,1 50,0 129,6 40,6 271, 78, 300 50 28,
5 5 0 4 25 00 13 ,0 99
0
2 Kelor 6,25 16,22
3 Mangga 12,5 25,86 12,5 31,02 12 9,9
0 0 ,5 7
0
4 Mahoni 6,25 16,34
5 Asem 31,2 68,95
kranji 5
6 Waru 12,5 34,68
0
7 Lamtoro 37,5 90,08 6,25 29,0 25 13,
0 0 ,0 99
0
8 Waru 6,25 16,44 15 161
0, ,64
00
9 Jambu 6,25 15,84 75 61, 57 300
air ,0 27 5
0
10 Sukun 6,25 16,18
11 Talok 25 14,
,0 27
Stasiun Pengamatan
No Spesies 1 2 3 4 5 6
K INP K INP K INP K INP K INP K INP
0
12 Belimbi 12 10,
ng ,5 10
0
Jumlah 6 6 2 1 7 1
jenis
Total 112, 118, 46,8 78, 35 57
kerapata 50 75 75 13 0, 5
n 00
H’ 1,53 1,43 0,39 0 1, 0
59

2.9. Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Jenis – Jenis Vegetasi Tingkat
Pancang di Stasiun Pengamatan Rencana Kegiatan
Stasiun Pengamatan
N
Spesies 1 2 3 4 5 6
o
K INP K INP K INP K INP K INP K INP
1 Jati 12 0,5 25 66, 93 125 93 123
5 5 7 ,7 ,7 ,08
5 5
2 Kelor 25 0,2
1
3 Waru 25 0,2
1
4 Mahoni 12 0,3
5 8
5 Lamtoro 27 0,6 12 133
5 4 5 ,33
6 Trembes 31 75 31 73,
i ,2 ,2 08
5 5
7 Talok 25 300
Jumlah 5 2 2 2 1
jenis
Total 57 15 12 12 25 125
kerapata 5 0 5 5
n
H’ 1, 0, 0, 0, 0 0,56
29 45 56 56

2.10. Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Jenis – Jenis Vegetasi


Penutup di Stasiun Pengamatan Tapak Rencana Kegiatan
Stasiun Pengamatan
No Spesies 1 2 3 4 5 6
K INP K INP K INP K INP K INP K INP
1 Bambu 1. 39 1. 26 213 18
46 64
4 4
2 Pisang 75 12 80 19 65 18 48 16 28 22 28 26
3 Alternanth 4. 39 8. 53
era sessile 57 82
5 5
4 Rumput 45 5 100 4
Benggala 0
5 Bunga 75 2
Ungu
6 Alang 5. 56 1. 12 925 10
Alang 25 27
0 5
7 Sengketan 25 6
0
8 Bandotan 2. 38 82 14
40 5
0
9 Keladi 50 2 12 3 35 19 150 19
5 0
10 Pletekan 35 6 125 7 275 6
0
11 Ajeran 1. 9
55
0
12 Jotang 1. 17
90
0
13 Jarong 17 5
5
14 Rumput 6. 37
Kawatan 02
5
15 Rumput 225 11
Knop
16 Kangkung 400 8 350 4 575 19
17 Pegagan 75 4 50 2
18 Rumput 700 30 700 22 550 33
Lulang
19 Rumput 4750 101 12.20 111 2.2 78
Grinting 0 25
Stasiun Pengamatan
No Spesies 1 2 3 4 5 6
K INP K INP K INP K INP K INP K INP
20 Kangkung 650 11 4. 122
Pagar 17
5
21 Kacang 325 4
Hijau
22 Ketela 375 11
Pohon
23 Jarak 25 2
24 Mikania 92 38
5
25 Panicum 450 16
sp
26 Cenchrus 200 10
ciliaris
Jumlah 10 10 9 11 4 7
jenis
Total 20 16 6.65 15.92 5. 4.1
kerapatan .6 .7 3 3 47 78
14 49 8
H’ 1, 1, 1,10 1,00 0, 1,4
51 73 71 1

2.11. Fauna Darat


Aves
Aves yang terdapat di lokasi pembangunan rumah sakit ada 5
jenis, dan terdapat 6 stasiun pengamatan.

Kekayaan Jenis
Aves yang berada di lokasi sangat beragam dan ada juga yang
peliharaan dari warga sekitar lokasi pembangunan rumah sakit
.
2.12. Jenis – Jenis Aves di Stasiun Pengamatan Tapak Rencana
Kegiatan
Stasiun Pengamatan
Nama Lokal Nama Latin
1 2 3 4 5 6
Cucak Pycnonotus ● ● ●
kutilang aurigaster
Bondol jawa Lonchura ● ● ● ●
leucogastroides
Prenjak Prinia familiaris ●
Walet linchi Collocalia linchi ● ● ● ● ● ●
Emprit Cacomantis ●
Gantil merulinus

Status Lindungan, Kelangkaan dan Endemisitas


Status Lindungan, Kelangkaan dan Endemisitas Jenis – Jenis Burung
yang dijumpai di Stasiun Pengamatan Tapak Rencana Kegiatan Sungai
Jajar
Dilindungi IUCN
Nama
Nama latin Famili P.106 th Red Endemisitas
Lokal
2018 list
Cucak Pycnonotus Chordata - LC Tidak
kutilang aurigaster
Bondol Lonchura Chordata - LC Tidak
jawa leucogastroides
Prenjak Prinia familiaris Cisticolidae - NT Tidak
Walet Collocalia linchi Apodidae - LC Tidak
linchi
Emprit Cacomantis Cuculidae - LC Tidak
Gantil merulinus

Daftar merah IUCN versi 2020-2


NT : mendekati terancam (Near Threatened)
LC : tidak mengkhawatirkan (Least Concern)

Nilai Penting Sebagai Spesies Kunci, Nilai Penting Secara Ekologis,


Ekonomis dan Ilmiah
Spesies Kunci
Kajian spesies kunci terhadap jenis-jenis Fauna yang ada
dilakukan berdasarkan pendekatan histori dan juga secara
deskriptif mengenai peran fungsional dalam ekosistem.
a.) Nilai Penting Secara Ekologis
Spesies yang memiliki nilai penting secara ekologis yaitu cucak
kutilang dan emprit gantil. Kedua spesies ini berperan penting
dalam membasmi hama khususnya pada tanaman yaitu seperti
serangga dewasa ataupun larva yang seringkali merusak tanaman.
Hal ini dikarenakan kedua spesies tersebut merupakan salah satu
pemangsa dari seranga – serangga tersebut.
b.) Nilai Penting Secara Ekonomis
Spesies yang memiliki nilai penting secara ekonomis yaitu cucak
kutilang, prenjak, bondol jawa, emprit gantil. Hal ini dikarenakan
spesies tersebut memiliki corak warna yang indah yang dapat
dijadikan burung hias. Selain itu, spesies tersebut juga memiliki
suara yang indah yang sering kali di manfaatkan dalam beberapa
ajang perombaan. Spesies selanjutnya yaitu walet linchi hal ini
dikarenakan spesies ini dapat membuat sarang yang berasal dari
air liurnya, yang dimana sering kali sarang dari spesies ini
dimanfaatan sebagai obat tradisional karena di yakini memiliki
manfaat bagi tubuh manusia.
c.) Nilai Penting Secara Ilmiah
Spesies yang memiliki nilai penting secara ilmiah yaitu walet
linchi. Hal ini dikarenakan spesies ini dapat membuat sarang yang
berasal dari air liurnya, yang dimana sering kali sarang dari
spesies ini dimanfaatan sebagai obat tradisional karena di yakini
memiliki manfaat bagi tubuh manusia. Selama ini sarang burung
walet dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit
seperti paru-paru, panas dalam, kanker, obat awet muda,
melancarkan peredaran darah dan saluran pernafasan, bahkan
AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome)

2.13. Serangga
Kekayaan Spesies Serangga
Jenis serangga yang berada di lokasi sangat beragam sehingga ada
dibedakan pada satu spesies sesuai dengan perbedaan ukuran
maupun corak.
Jenis – Jenis Serangga di Stasiun Pengamatan Tapat Rencana
Kegiatan Sungai Jajar
Stasiun Pengamatan
Nama Lokal Nama Latin
1 2 3 4 5 6
Kupu 1 Pieris angelika ● ● ● ●
Kupu 2 Papilio machaon ●
Kupu 3 Throides helena ●
Capung Neurothemis ● ● ● ● ● ●
sambar fluctuans
merah
Capung Orthetrum sabina ● ● ● ● ● ●
badak
Belalang 1 Atractomorpha ● ● ● ● ● ●
crenulate
Belalang 2 Valanga nigricongis ● ● ● ●
Nyamuk Toxorhynchites sp. ● ● ● ● ● ●
Lalat Musca domestica ● ● ● ● ● ●
● : dijumpai di stasiun pengamatan

2.14. Status Lindungan Jenis – Jenis Serangga di Stasiun Pengamatan


Tapat Rencana Kegiatan Sungai Jajar
Dilindungi IUCN
Nama
Nama latin Famili P.106 th Red Endemisitas
Lokal
2018 list
Kupu 1 Pieris angelika Pieridae - LC Tidak
Kupu 2 Papilio Papilionidae - LC Tidak
machaon
Kupu 3 Throides Papilionidae - LC Ya
helena
Capung Neurothemis Libellulidae - LC Tidak
sambar fluctuans
merah
Capung Orthetrum Libellulidae - LC Tidak
badak sabina
Belalang Atractomorpha Pyrgomorphida - NE Tidak
1 crenulate e
Belalang Valanga Acrididae - LC Tidak
2 nigricongis
Nyamuk Toxorhynchites Culicidae - NE Tidak
sp.
Lalat Musca Musca - NE Tidak
domestica
Spesies kunci

Kajian spesies kunci terhadap jenis-jenis fauna yang ada


dilakukan berdasarkan pendekatan histori dan juga secara
deskriptif mengenai peran fungsional dalam ekosistem.
a.) Nilai Penting Secara Ekologis
Spesies yang memiliki nilai penting secara ekologis yaitu belalang
dan capung. Belalang dan capung berperan sebagai pemangsa,
pemakan bangkai, pengurai material organik nabati dan hewani,
pemakan bagian tumbuhan hidup dan mati, dan musuh alami
dari berbagai jenis serangga lainnya. Selanjutnya yaitu kupu –
kupu, secara ekologis kupu-kupu memberikan sumbangan dalam
menjaga keseimbangan ekosistem dan memperkaya biodiversitas.
Selanjutnya yaitu nyamuk khususnya pada larva nyamuknya.
Larva nyamuk sangat penting dalam ekologi air. Banyak serangga
lain serta ikan kecil memakan larva nyamuk. Jika nyamuk
musnah dari Bumi, dengan sendirinya akan menghilangkan
sumber makanan bagi hewan lain. Ujungnya, menyebabkan
jumlah serangga lain menurun. Apa pun yang memakan mereka,
seperti ikan, burung liar, dan lainnya pada gilirannya akan
menderita juga. Selanjutnya lalat, ;alat juga memiliki peran
penting dalam penguraian limbah,feses maupun sampah selain
cacing dan bakteri. Lalat sangat berperan untuk mengurangi
jumlah sampah dibumi.
b.) Nilai Penting Secara Ekonomis
Spesies yang memiliki nilai penting secara ekonomis yaitu kupu –
kupu. Spesies ini sering kali dimanfaatkan karena memiliki corak
warna yang indah serta bermacam macam yang dapat
dimanfaatkan untuk hiasan atau pajangan dinding rumah.
Spesies selanjutnya yaitu belalang hal ini dikarenakan belalang di
beberapa daerah sering kali dimanfaatkan untuk dikonsumsi. Hal
ini diyakini belalang merupakan sumber protein yang tinggi bagi
tubuh.
c.) Nilai Penting Secara Ilmiah
Spesies yang memiliki nilai penting secara ilmiah yaitu belalang.
Hal ini dikarenakan belang seringkali dimanfaatkan untuk
dikonsumsi. Salah satu contohnya yaitu belalang kayu
dimanfaatkan sebagai sumber protein hewani terutama di
Kabupaten Gunungkidul, bahkan menjadi ikon untuk oleh-oleh
khas Gunungkidul dan inspirasi corak batik.

2.1.2.1. Rona Biota Air


a. Fitoplankton
Tabel 2.1. Struktur Komunitas Fitoplankton di Tapak Rencana Kegiatan Sungai
Jajar
Stasiun Pengamatan
Jenis Famili
1 2 3 4 5 6 7
Amphora sp Catenulaceae 17
Anabaena sp Nostocaceae 48
Anacystis sp Microcystaceae 22
Biddulphia sp Biddulphiaceae 4
Chlamydomonas sp Chlamydomonadacea 520
e
Cladophora sp Cladophoraceae 9
Closterium sp Closteriaceae 4 9 9
Cyclotella sp Stephanodiscaceae 524
Cymbella sp Ceratiaceae 13
Dinophysis sp Dinophysiaceae 4 9
Ditylum sp Lithodesmiaceae 4
Elosterium sp Closteriaceae 4
Euglena sp Euglenaceae 286 26
Euglena sp 1 Euglenaceae 52
Euglena sp 2 Euglenaceae 22
Fragillaria sp Fragillariaceae 30 9 56 17
Golenkinia sp Neochloridaceae 4
Lepocinclis sp Peridiniaceae 108
Lepocinclis sp Peridiniaceae 4
Melosira sp Melosiraceae 121 87
Merismopedia sp Merismopediaceae 9
Navicula sp Navicullaceae 48 2.13 199
6
Nitzchia sp Bacillariaceae 9 2.600 589 100 17 13
Nitzchia sp Bacillariaceae 26
Nitzchia sp 1 Bacillariaceae 1.530
Nitzchia sp 2 Bacillariaceae 26 13 22 9
Nitzchia sp 3 Bacillariaceae 9
Oscillatoria sp Oscillatoriaceae 1.777 789 113 26
Pediastrum sp Hydrodictyaceae 208 130 182
Pinnularia sp Ceratiaceae 9 9
Pleurosigma sp Pleurosigmataceae 4 13 13 9 1.889 17 26
Scenedesmus sp Scenedesmaceae 39
Spirogyra sp Zygnemataceae 28.318 1.06 165 9
2
Spirulina sp Oscillatoriaceae 9
Stephanodiscus sp Stephanodiscaceae 4
Surirella sp Surirellaceae 43
Surirella sp2 Surirellaceae 9
Synedra sp Chaetocerotaceae 52
Synedra sp Chaetocerotaceae 4
Synedra sp 2 Chaetocerotaceae 13
Tetraedron sp Hydrodictyaceae 9
Zygnema sp Zygnemataceea 4
Kelimpahan (ind/L) 4.000 1.482 31.248 4.12 3.163 160 156
1
jumlah taksa 11 11 14 9 9 12 9
Diversity (H') 1,29 1,17 0,37 1,28 1,34 2,14 0,45
Stasiun Pengamatan
Jenis Famili
1 2 3 4 5 6 7
Equitability € 0,54 0,49 0,14 0,58 0,61 0,86 0,2
Dominansi (D) 0,35 0,41 0,83 0,36 0,4 0,15 0,0018

Genus Fitoplankton Toleran Pencemaran di Stasiun Pengamatan Tapak Rencana


Kegiatan (Palmer, 1969)
Lokasi Pengamatan
Jenis
1 2 3 4 5 6 7
Amphora sp -
Anabaena sp +
Anacystis sp +
Biddulphia sp -
Chlamydomonas sp +
Cladophora sp +
Closterium sp + + +
Cyclotella sp +
Cymbella sp +
Dinophysis sp - -
Ditylum sp -
Elosterium sp -
Euglena sp + + +
Fragillaria sp + + + +
Golenkinia sp -
Lepocinclis sp + +
Melosira sp + +
Merismopedia sp -
Navicula sp + + +
Nitzchia sp + + + + + + +
Oscillatoria sp + + + +
Pediastrum sp - - -
Pinnularia sp + +
Pleurosigma sp - - - - - - -
Scenedesmus sp +
Spirogyra sp + + + +
Spirulina sp +
Stephanodiscus sp +
Surirella sp + +
Synedra sp + +
Tetraedron sp -
Zygnema sp -

Tabel 2.2. Indeks Pencemaran Genus Algae (Palmer, 1969)


Lokasi Pengamatan
Jenis
1 2 3 4 5 6 7
Anacystis sp 1
Chlamydomonas sp 4
Closterium sp 1 1 1
Cyclotella sp 1
Euglena sp 5 5 5
Lokasi Pengamatan
Jenis
1 2 3 4 5 6 7
Lepocinclis sp 1 1
Navicula sp 3 3 3
Nitzchia sp 3 3 3 3 3 3 3
Oscillatoria sp 5 5 5 5
Scenedesmus sp 4
Synedra sp 2 2
Jumlah 16 18 14 7 10 10 8

Tabel 2.3. Prosentase Distribusi Spesies Plankton Indikator di Stasiun Tapak


Rencana Kegiatan
Lokasi Pengamatan
Jenis
1 2 3 4 5 6 7
Amphora sp -
Anabaena sp 29,73
Anacystis sp 0,54
Biddulphia sp -
Chlamydomonas sp 16,44
Cladophora sp 5,41
Closterium sp 0,11 0,03 0,21
Cyclotella sp 35,38
Cymbella sp 0,04
Dinophysis sp - -
Ditylum sp -
Elosterium sp -
Euglena sp 7,15 1,46 16,22
Fragillaria sp 0,76 0,03 1,37 0,55
Golenkinia sp -
Lepocinclis sp 2,71 0,29
Melosira sp 2,94 2,74
Merismopedia sp -
Navicula sp 0,15 51,84 6,3
Nitzchia sp 38,89 2,04 8,47 14,51 3,15 10,81 8,3
Oscillatoria sp 44,32 53,22 0,36 16,7
Pediastrum sp - - -
Pinnularia sp 0,03 5,8
Pleurosigma sp - - - - - - -
Scenedesmus sp 2,63
Spirogyra sp 90,63 25,76 5,21 5,8
Spirulina sp 5,8
Stephanodiscus sp 2,7
Surirella sp 0,03 27,56
Synedra sp 0,17 2,7
Tetraedron sp -
Zygnema sp -
Total 94,48 95,02 99,94 96,63 34,39 67,57 69,96
b. Zooplankton
Tabel 2.4. Struktur Komunitas Zooplankton di Stasiun Pengamatan Tapak
Rencana Kegiatan
Lokasi Pengamatan
Jenis Famili
1 2 3 4 5 6 7
Asplancha sp Asplanchnidae 9 13 9
Bosmina sp Bosminidae 9
Brachionus sp Brachionidae 43
Brachionus sp 1 Brachionidae 43 13 4 524
Brachionus sp 2 Brachionidae 13 26 9 4 217
Brachionus sp 3 Brachionidae 13 39
Brachionus sp 4 Brachionidae 65
Colurella sp Lepadellidae 4
Copepoda Calanoida 13
Cyclops Cyclopidae 95 39 13
Daphnia sp Daphniidae 17
Eodiaptomus sp Diaptomidae 4 17 9 17
Filinia sp Filinidae 4 26 4
Filinia sp1 Filinidae 13
Filinia sp2 Filinidae 9
Nauplius sp Compositae 26 139 217 4
Paramecium sp Paramecidaceae 13
Phacus sp Phacaceae 4
Platyias sp Brachionidae 4
Rhabdits sp Rhabditidae 30
Rotaria sp Philodinidae 9 13
Sinocalanus sp1 Centropagidae 30
Tintinidium sp Tintinidiidae 13
Trichocerca sp Trichocerceidae 9 22
Kelimpahan (ind/L) 100 234 282 286 1.07 26 60
9
jumlah taksa 7 12 8 6 7 4 3
Diversity (H') 1,67 2,36 1,31 0,84 1,41 1,24 0,62
Equitability (E) 0,86 0,95 0,63 0,47 0,73 0,9 0,56
Dominansi (D) 0,25 0,1 0,36 0,6 0,31 0,33 0,03

c. Benthos
Tabel 2.5. Struktur Komunitas Benthos di Tapak Rencana Kegiatan
Lokasi Pengamatan
Jenis Famili
1 2 3 4 5 6 7
Corbicula flumirea Cyrenidae 14 5
Corbicula japonica Cyrenidae 3
Lumbricina sp Lumbricidae 1
Marisa cornuarietis Ampullaridae 1
Melanoides sp Thiaridae 2 9 7 7 7 16
Potomida littoralis Unionidae 1 12 2 4
Radix ovata Lymnaeidae 12
Lokasi Pengamatan
Jenis Famili
1 2 3 4 5 6 7
Sphaerium sp Sphaeriidae 1
Viviparus contectus Viviparidae 2 5
Ind/m2 4 27 8 8 36 23 5
jumlah taksa 2 4 2 2 4 3 2
Diversity (H') 0,69 1,16 0,38 0,38 1,26 0,8 0,5
Equitability (E) 1 0,84 0,54 0,54 0,91 0,73 0,72
Dominansi (D) 0,5 0,34 0,78 0,78 0,31 0,54 0,68
7

d. Nekton

Tabel 2.6. Jenis-jenis nekton yang tapak rencana kegiatan


Nama Nama latin Famili Stasiun pengamatan
lokal
1 2 3 4 5 6 7
Lundu Mystus nigriceps Bagridae ● ●
Wader Barbodes Cyprinidae ● ● ● ● ● ●
binortatus
Betik Anabus Anabantidae ● ● ● ●
testudineus
Lele Clarias Clariidae ● ●
batrachus
Kutuk Channa striata Channidae ●
Udang Macrobrachium Arthropoda ●
lanchesteri
Keterangan :

 Status lindungan Jenis-jenis nekton yang tapak rencana kegiatan


sungai

Tabel 2.7. Status lindungan Jenis-jenis nekton yang tapak rencana


kegiatan

Dilindungi
IUCN
Nama Lokal Nama latin Famili P.106 th Endemisitas
Red list
2018
Lundu Mystus nigriceps Bagridae - LC Tidak
Wader Barbodes binortatus Cyprinidae - LC Tidak
Betik Anabus testudineus Anabantida - LC Tidak
e
Lele Clarias batrachus Clariidae - LC Tidak
Kutuk Channa striata Channidae - LC Tidak
Udang Macrobrachium Arthropoda - LC Tidak
lanchesteri
Keterangan
Daftar merah IUCN versi 2020-2
LC : tidak mengkhawatirkan (Least Concern)

 Nilai penting sebagai spesies kunci, nilai penting secara ekologis,


ekonomis dan ilmiah
a) Nilai penting secara ekologis
Nilai penting secara ekologis tidak dimiliki oleh semua spesies
Fitoplankton, zooplankton, bentos, dan nekton yang ada pada
lokasi. Untuk spesies fitoplankton yang memiliki nilai penting yaitu
Navicula sp, Oscillatoria sp, dan Spirogyra sp dengan pesebaran di
setiap berbeda-beda namun yang paling banyak. Spesies Navicula
sp memiliki nilai penting dikarenakan memproduksi sekitar
seperempat dari semua oksigen di dalam biosfer Bumi dan
berperan sebagai spesies kunci dalam rantai makanan dari
berbagai lingkungan di mana mereka memberikan makanan pokok
untuk banyak spesies akuatik. Sedangkan spesies Oscillatoria sp
dikarenakan mampu mengikat nitrogen dari udara melalui
heterokista, nitrogen sendiri sangat diperlukan oleh tumbuhan di
perairan sehingga Oscillatoria sp menguntungkan. Spesies
Spirogyra sp merupakan produsen primer, sebagai penyedia bahan
organik dan oksigen bagi hewan-hewan air yang membentuk
ekosistem perairan serta sebagai makanan ikan. Untuk
zooplankton hanya Brachionus sp yang memiliki nilai penting
karena merupakan zooplankton yang sering digunakan sebagai
pakan awal larva ikan laut. Untuk bentos dan nekton tidak ada
yang memiliki nilai penting secara ekologis.
b) Nilai penting secara ekonomis
Nilai penting secara ekonomis yang terdapat pada fitoplankton
yaitu Spirulina sp karena memiliki nilai jual yang tinggi. Sudah
diketahui bahwa Spirulina sp merupakan mikroalga dpaling
ekonomis di bidang kecantikan karena Spirulina sp memiliki
banyak manfaat yang diperlukan oleh kulit manusia terutama para
wanita. Manfaat dari Spirulina sp untuk kecantikan yaitu untuk
melembabkan kulit, mencerahkan kulit, dan meremajakan kulit.
Selain untuk kecantikan Spirulina sp juga dimanfaatkan pada
bidang kesehatan dikarenakan memiliki manfat-manfat. Manfaat
Spirulina sp di bidang kesehatan yaitu Memperkuat sistem
kekebalan tubuh, menjaga, kesehatan jantung, meredakan gejala
alergi, mengurangi risiko terjadinya penyakit kanker, dan menjaga
saluran pencernaan. Sedangkan pada nekton ada 2 yang memiliki
nilai penting secara ekonomi yaitu wader dan lele. Wader dan lele
memiliki nilai ekonomis tinggi karena merupakan ikan yang sering
di konsumsi dan di olah oleh manusia sebagai bahan pangan atau
makanan.
c) Nilai penting secara ilmiah
Spesies yang memiliki nilai penting secara ilmiah dari perairan
biasanya spesies yang dimanfaatkan untuk penelitian baik senyawa
yang dikandung oleh spesies tersebut maupun penelitian untuk
dijadikan bahan produk. Pada fitoplankton, zooplankton, bentos,
dan nekton yang memiliki nilai penting secara ilmiahhampir semua
nya dikarenakan semua biota yang berasal dari laut memiliki
senyawa yang sangat esencial namun banyak yang belum dikaji,
maka darii tu masih banyak ilmuwan yang menkaji spesies-spesies
dari biota perairan.

e. Mikrobia Perairan

Tabel 2.8. Kondisi Bakteriologis (Total Coli dan Fecal Coli) di Stasiun Tapak
Rencana Kegiatan
Stasiun pengamatan
Parameter
1 2 3 4 5 6 7
Total coli (cfu/100 mL) 8800 4000 1400 4800 4800 1500 9700
Fecal coli (cfu/100 mL) 1000 500 100 1000 500 100 700

Anda mungkin juga menyukai