Rona lingkungan hidup awal yang disajikan dalam dokumen Analisis Dampak
Lingkungan Hidup (ANDAL disesuaikan dengan Dampak Penting Hipotetik
(DPH) dari hasil proses pelingkupan. Namun demikian ada juga beberapa
komponen lingkungan hidup yang termasuk kategori Dampak Tidak Penting
Hipotetik (DTPH), tetapi tetap dicantumkan sebagai rona lingkungan hidup
awal sebagai basis data, contohnya iklim, kualitas air, kependudukan, dan
lain-lain.
Rona lingkungan hidup awal yang sajikan dalam ANDAL ini merupakan rona
lingkungan hidup awal berdasarkan dari beberapa sumber data sekunder dan
data primer. Adapun berbagai komponen lingkungan hidup yang dapat
menggambarkan kondisi rona lingkungan awal di studi ini, adalah sebagai
berikut :
Kondisi curah hujan dan hari hujan di Kota Semarang tahun 2018 dapat
dilihat pada Tabel 2.2. dapat disimpulkan bahwa pada bulan Juni -
September curah hujan dengan nilai rendah yang artinya musim kemarau,
sedangkan pada Oktober - April curah huja terbilang cukup tinggi dengan
puncak di bulan Januari.
Gambar 2.1.
Mawar Angin Kota Semarang Tahun 2018
Nitrogen dioksida
1 0,004 ppm 33,0 µg/Nm3 42,4 µg/Nm3
(NO2)
Sulfur dioksida < 0,009
2 < 24 µg/Nm3 < 24 µg/Nm3
(SO2) mg/Nm3
3 Oksidan (O3) 0,086 ppm 169,3 µg/Nm3 26,6 µg/Nm3
4 Amoniak (NH3) 0,1 ppm 0,04 ppm < 0,03 ppm
Karbon monoksida < 0,01 2218,8
5 668,0 µg/Nm3
(CO) mg/Nm3 µg/Nm3
Hidrogen sulfida
6 < 0,001 0,001 µg/Nm3 0,002 ppm
(H2S)
7 TSP (debu) 0,6 mg/Nm3 2257 µg/Nm3 72,5 µg/Nm3
(Sumber : Data Primer, 2018)
Keterangan :
U-1 : Tapak Proyek
U-2 : Halaman depan Tapak Rumah sakit
U-3 : Permukiman penduduk RT. 1/RW 2
* Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
** Untuk Udara Ambien Parameter NO2, SO2, CO, Ox dan TSP Mengacu Keputusan
Gubernur Jawa Tengah Nomor : 8 Tahun 2001 Tentang Baku Mutu Udara Ambien
Propinsi Jawa Tengah.
Untuk Udara Ambien Parameter NH3. Dan H2S Mengacu Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor : Kep- 50/MENLH/1 1/1996,tentang Baku Tingkat
Kebauan.
Pembahasan
A. Kondisi Lokasi U-1
Parameter analisis kualitas udara ambien yang digunakan di kode lokasi U-
1* tapak proyek RS Hashara yaitu Nitrogen dioksida (NO2), Sulfur dioksida
(SO2), Oksidan (O3), Amoniak (NH3), Karbon monoksida (CO), Hidrogen
sulfida (H2S), Hidrogen sulfida (H2S dan TSP (debu). Hasil analisis kualitas
udara ambien di kode lokasi U-1 untuk parameter Nitrogen dioksida (NO2)
sebesar 0,004 ppm dengan baku mutu sebesar 316 µg/Nm3. Sulfur
dioksida (SO2) sebesar < 0,009 mg/Nm3 dengan baku mutu sebesar 632
µg/Nm3. Oksidan (O3) sebesar 0,086 ppm dengan baku mutu sebesar 200
µg/Nm3. Amoniak (NH3) sebesar 0,1 ppm dengan baku mutu sebesar 2,0
ppm. Karbon monoksida (CO) sebesar < 0,01 mg/Nm3 dengan baku mutu
sebesar 15.000 µg/Nm3. Hidrogen sulfida (H2S) sebesar < 0,001 dengan
baku mutu sebesar 0,02 ppm dan TSP (debu) sebesar 0,6 mg/Nm3 dengan
baku mutu sebesar 230 sssµg/Nm3. Berdasarkan hasil analisis
perbandingan di stasiun U-1* tidak ada yang melebihi nilai baku muku.
B. Kondisi Lokasi U-2
Parameter analisis kualitas udara ambien yang digunakan di kode lokasi U-
2 tapak proyek yaitu Nitrogen dioksida (NO2), Sulfur dioksida (SO2),
Oksidan (O3), Amoniak (NH3), Karbon monoksida (CO), Hidrogen sulfida
(H2S), Hidrogen sulfida (H2S dan TSP (debu). Parameter yang digunakan
untuk analisis kualitas udara ambien pada halaman depan tapak RS
Hashara yaitu nitrogen dioksida (33,0 µg/Nm3), sulfur dioksida (< 24
µg/Nm3), oksidan (169,3 µg/Nm3), amoniak (0,04 ppm), karbon monoksida
668,0 µg/Nm3), hydrogen sulfide (0,001 µg/Nm3) dan TSP debu (2257
µg/Nm3). Berdasarkan Keputusan kepmen LH kep-50/MENLH/1 1/1996
keseluruhan komponen berada dibawah ambang batas kecuali untuk
parameter TSP debu.
C. Kondisi Lokasi U-3
Parameter analisis kualitas udara ambien yang digunakan di kode lokasi U-
3 tapak proyek RS Hashara yaitu Nitrogen dioksida (NO2), Sulfur dioksida
(SO2), Oksidan (O3), Amoniak (NH3), Karbon monoksida (CO), Hidrogen
sulfida (H2S), Hidrogen sulfida (H2S dan TSP (debu). Hasil analisis kualitas
udara ambien di lokasi U-3** hasil dari Nitrogen dioksida (NO2) 42,4
µg/Nm3, Sulfur dioksida (SO2) < 24 µg/Nm3, , Oksidan (O3) 26,6 µg/Nm3,
Amoniak (NH3) < 0,03 ppm, Karbon monoksida (CO) 2218,8 µg/Nm3,
Hidrogen sulfida (H2S) 0,002 ppm, TSP (debu) 72,5 µg/Nm3. Dengan baku
mutu Nitrogen dioksida (NO2) 150 µg/Nm3, Sulfur dioksida (SO2) 632
µg/Nm3, Oksidan (O3) 200 µg/Nm3, Amoniak (NH3) 2 ppm , Karbon
monoksida (CO) 15000 µg/Nm3, Hidrogen sulfida (H2S) 0,02 ppm, TSP
(debu) 230 µg/Nm3 . Berdasarkan perbandingan di stasiun U-3** tidak
ada yang melebihi nilai baku mutu.
2.1.5. Kebisingan
Lokasi kegiatan yang terletak di lingkungan padat denga transportasi
lalu lintas sangat mempengaruhi tingkat kebisingan. Nilai kebisingan di
lokasi kegiatan sangat dipengaruhi oleh kegiatan transportasi
sekitarnya. Hasil pengukuran tingkat kebisingan dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 2.6. Nilai Kebisingan
Di sekitar Rencana
Hasil
Paramet Satua Pengukuran
No Baku Mutu
er n
U-1 U-2 U-3
* Rencana Ruang Kerja : 85
dBA*
Kebising ** Perdagangan dan Jasa : 70
1 dBA 69* 78** 62***
an dBA
*** Perumahan dan
pemukiman : 55 dBA
(Sumber : Data Primer, 2018)
Keterangan :
U-1 : Rencana Tapak Proyek
U-2 : Halaman depan Tapak Proyek
U-3 : Permukiman penduduk RT. 1/RW 2
* Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
** / *** Baku Mutu : Baku Tingkat Kebisingan : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.
Kep-48/,MENLH/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.
b. Air Bersih
Untuk air bersih yang diambil sampelnya adalah air sumur di lokasi
kegiatan dan air sumur penduduk. Air sumur sangat dipengaruhi oleh
musim, debit air berkurang dengan signifikan saat musim kemarau
dan melimpah saat musim penghujan. Kondisi ini menunjukkan bahwa
air sumur sangat dipengaruhi oleh musim dan dapat digolongkan
sebagai air sumur dangkal. Hasil analisis untuk air sumur dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
2 11 1,7 11 2
Jl. siliwangi
Gambar 2.5. Penampang Jalan depan tapak
Tabel 2.9. Kapasitas Ruas
Jalan depan
Fp.
Fp. Fp. Fp. Kapasita
Tipe Co hambata
lebar pemisah ukuran s
Nama Jalan jala (smp/j n
jalan arah kota (smp/ja
n am) samping
(FCw) (FCsp) (FCcs) m)
(FCsf)
Jl. Siliwangi 6/2
D 4950 1.08 1,00 0.98 1,00 5239
Sumber : Hasil Analisis 2018
Untuk pergerakkan volume lalu lintas pada saat survai dilakukan pada
hari kerja dan libur disajikan sebagai berikut
Untuk nilai V/C ratio dari perbandingan antara volume lalu lintas dengan
kapasitas jalan disajikan pada tabel sebagaimana berikut.
Tabel 2.10. Kinerja V/C
Ratio jalan depan
PAGI SIANG SORE MALAM
Kapasit
as volume volume volume volume
Nama jalan lalin VC lalin VC lalin VC lalin
(smp/ja VCR
m) (smp/ja R (smp/ja R (smp/jam R (smp/ja
m) m) ) m)
Jl. Pahlawan 0.9 0,5 0,5
5.239 5.043 2.902 2.655 2.150 0,41
B-T 6 5 0
Jl. Pahlawan 0,5 0,2 0,5
5.239 3.084 1.477 2.969 2.637 0,51
T-B 8 8 6
Sumber : Hasil Analisis (2018)
Selain unjuk kerja V/C ratio, unjuk kerja ruas jalan yang dikaji adalah
kecepatan pada ruas jalan. Kecepatan tersebut diperoleh dari hasil
pengamatan di lapangan melalui survai kecepatan sesaat (spot speed).
Selain itu, kecepatan dapat diperoleh dari hubungan kecepatan dengan
V/C ratio. Berdasarkan hasil analisis data dan pengamatan dilapangan
maka dihimpun beberapa permasalahan yang ada :
Berikut adalah hasil analisis dari kinerja lalulintas yang ada di Ruas
Jalan depan tapak:
Tabel 2.12. Tabel Kinerja
Lalu Lintas di Ruas Jalan depan
Kecepatan
Arah pergerakkan Nilai V/C LOS
(Km/Jam)
Jl. B-T 0.96 31,9 D
Jl. T-B 0,58 43,1 C
Sumber: Hasil Analisis (2018)
2.8. Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Jenis – Jenis Vegetasi Tingkat
Tiang di Stasiun Pengamatan Tapak
Stasiun Pengamatan
No Spesies 1 2 3 4 5 6
K INP K INP K INP K INP K INP K INP
1 Jati 43,7 137,1 50,0 129,6 40,6 271, 78, 300 50 28,
5 5 0 4 25 00 13 ,0 99
0
2 Kelor 6,25 16,22
3 Mangga 12,5 25,86 12,5 31,02 12 9,9
0 0 ,5 7
0
4 Mahoni 6,25 16,34
5 Asem 31,2 68,95
kranji 5
6 Waru 12,5 34,68
0
7 Lamtoro 37,5 90,08 6,25 29,0 25 13,
0 0 ,0 99
0
8 Waru 6,25 16,44 15 161
0, ,64
00
9 Jambu 6,25 15,84 75 61, 57 300
air ,0 27 5
0
10 Sukun 6,25 16,18
11 Talok 25 14,
,0 27
Stasiun Pengamatan
No Spesies 1 2 3 4 5 6
K INP K INP K INP K INP K INP K INP
0
12 Belimbi 12 10,
ng ,5 10
0
Jumlah 6 6 2 1 7 1
jenis
Total 112, 118, 46,8 78, 35 57
kerapata 50 75 75 13 0, 5
n 00
H’ 1,53 1,43 0,39 0 1, 0
59
2.9. Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Jenis – Jenis Vegetasi Tingkat
Pancang di Stasiun Pengamatan Rencana Kegiatan
Stasiun Pengamatan
N
Spesies 1 2 3 4 5 6
o
K INP K INP K INP K INP K INP K INP
1 Jati 12 0,5 25 66, 93 125 93 123
5 5 7 ,7 ,7 ,08
5 5
2 Kelor 25 0,2
1
3 Waru 25 0,2
1
4 Mahoni 12 0,3
5 8
5 Lamtoro 27 0,6 12 133
5 4 5 ,33
6 Trembes 31 75 31 73,
i ,2 ,2 08
5 5
7 Talok 25 300
Jumlah 5 2 2 2 1
jenis
Total 57 15 12 12 25 125
kerapata 5 0 5 5
n
H’ 1, 0, 0, 0, 0 0,56
29 45 56 56
Kekayaan Jenis
Aves yang berada di lokasi sangat beragam dan ada juga yang
peliharaan dari warga sekitar lokasi pembangunan rumah sakit
.
2.12. Jenis – Jenis Aves di Stasiun Pengamatan Tapak Rencana
Kegiatan
Stasiun Pengamatan
Nama Lokal Nama Latin
1 2 3 4 5 6
Cucak Pycnonotus ● ● ●
kutilang aurigaster
Bondol jawa Lonchura ● ● ● ●
leucogastroides
Prenjak Prinia familiaris ●
Walet linchi Collocalia linchi ● ● ● ● ● ●
Emprit Cacomantis ●
Gantil merulinus
2.13. Serangga
Kekayaan Spesies Serangga
Jenis serangga yang berada di lokasi sangat beragam sehingga ada
dibedakan pada satu spesies sesuai dengan perbedaan ukuran
maupun corak.
Jenis – Jenis Serangga di Stasiun Pengamatan Tapat Rencana
Kegiatan Sungai Jajar
Stasiun Pengamatan
Nama Lokal Nama Latin
1 2 3 4 5 6
Kupu 1 Pieris angelika ● ● ● ●
Kupu 2 Papilio machaon ●
Kupu 3 Throides helena ●
Capung Neurothemis ● ● ● ● ● ●
sambar fluctuans
merah
Capung Orthetrum sabina ● ● ● ● ● ●
badak
Belalang 1 Atractomorpha ● ● ● ● ● ●
crenulate
Belalang 2 Valanga nigricongis ● ● ● ●
Nyamuk Toxorhynchites sp. ● ● ● ● ● ●
Lalat Musca domestica ● ● ● ● ● ●
● : dijumpai di stasiun pengamatan
c. Benthos
Tabel 2.5. Struktur Komunitas Benthos di Tapak Rencana Kegiatan
Lokasi Pengamatan
Jenis Famili
1 2 3 4 5 6 7
Corbicula flumirea Cyrenidae 14 5
Corbicula japonica Cyrenidae 3
Lumbricina sp Lumbricidae 1
Marisa cornuarietis Ampullaridae 1
Melanoides sp Thiaridae 2 9 7 7 7 16
Potomida littoralis Unionidae 1 12 2 4
Radix ovata Lymnaeidae 12
Lokasi Pengamatan
Jenis Famili
1 2 3 4 5 6 7
Sphaerium sp Sphaeriidae 1
Viviparus contectus Viviparidae 2 5
Ind/m2 4 27 8 8 36 23 5
jumlah taksa 2 4 2 2 4 3 2
Diversity (H') 0,69 1,16 0,38 0,38 1,26 0,8 0,5
Equitability (E) 1 0,84 0,54 0,54 0,91 0,73 0,72
Dominansi (D) 0,5 0,34 0,78 0,78 0,31 0,54 0,68
7
d. Nekton
Dilindungi
IUCN
Nama Lokal Nama latin Famili P.106 th Endemisitas
Red list
2018
Lundu Mystus nigriceps Bagridae - LC Tidak
Wader Barbodes binortatus Cyprinidae - LC Tidak
Betik Anabus testudineus Anabantida - LC Tidak
e
Lele Clarias batrachus Clariidae - LC Tidak
Kutuk Channa striata Channidae - LC Tidak
Udang Macrobrachium Arthropoda - LC Tidak
lanchesteri
Keterangan
Daftar merah IUCN versi 2020-2
LC : tidak mengkhawatirkan (Least Concern)
e. Mikrobia Perairan
Tabel 2.8. Kondisi Bakteriologis (Total Coli dan Fecal Coli) di Stasiun Tapak
Rencana Kegiatan
Stasiun pengamatan
Parameter
1 2 3 4 5 6 7
Total coli (cfu/100 mL) 8800 4000 1400 4800 4800 1500 9700
Fecal coli (cfu/100 mL) 1000 500 100 1000 500 100 700