Anda di halaman 1dari 88

BAB III

DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP

Rona lingkungan hidup menggambarkan komponen lingkungan yang berpotensi terkena dampak
penting dari rencana Pembangunan Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo
Kabupaten Boyolali. Data rona lingkungan hidup awal berguna sebagai data dasar untuk
memprakirakan perubahan kondisi lingkungan hidup yang akan datang tanpa proyek dan dengan
proyek sehingga dapat diketahui besaran dan sifat dampak. Data rona lingkungan hidup awal dalam
dokumen Adendum Andal ini diperoleh dari primer dan data sekunder.

3.1 Komponen Komponen Lingkungan Hidup

3.1.1. Komponen Geofisik – Kimia

3.1.1.1 Kondisi Iklim

Data iklim yang akan dideskripsikan meliputi: suhu udara, curah hujan, kecepatan angin, arah angin,
dan lama penyinaran. Data sekunder untuk menentukan tipe iklim diperoleh dari Stasiun Pengamatan
Cuaca di Lanud Adi Soemarmo Tahun 2008-2017.

1. Suhu Udara

Suhu udara rerata harian yang diamati pada stasiun pengamatan Lanud Adi Soemarmo, selama
sepuluh tahun (tahun 2008 – 2017) dapat dilihat pada Tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1. Suhu Udara di Rencana Lokasi Studi Tahun 2008 - 2017

Rerata Suhu Udara (0C) Pada Tahun: Rerata


Bulan
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Bulanan
Januari 26,2 25,5 25,8 25,8 25,8 26 25,8 26,2 27,4 26,1 26,06
Februari 25,5 25,4 26,7 25,7 26,7 26,2 25,8 26,3 26,5 26 26,08
Maret 25,9 26,9 27 26 26,6 26,9 26,9 26,3 27,4 26,6 26,65
April 26,8 27,2 27 26,3 26,4 27,4 27,2 26,6 27,9 26,8 26,96
Mei 26,7 26,8 27,2 26,7 27,2 27,2 27,9 27 27,8 27,5 27,20
Juni 24,7 24,9 27,2 26,2 26,6 26,8 27,4 26,4 26,9 26,9 26,40
Juli 25,9 26,4 27,1 26,2 26 26,4 26,5 26,3 27,1 26,3 26,42
Agustus 26,8 26,3 28,8 25,3 26 26,4 26,7 26,6 27 26,5 26,64
September 27,9 28,4 27,4 27,1 27,3 27,5 27,2 27,3 27,5 27,4 27,50
Oktober 27,5 28,6 27,1 27,7 28,1 28,5 28,9 28,8 27,3 27,9 28,04
November 26,6 27,9 27,3 26,9 28,3 26,5 28,1 28,7 27,2 26,6 27,41
Desember 25,4 27,5 27,4 26,1 26,7 27,2 26,8 27,3 26,6 26,7 26,77
Rerata 26,33 26,82 27,17 26,33 26,81 26,92 27,10 26,98 27,22 26,78 26,84
Sumber: Stasiun Pengamatan Bandara Adi Soemarmo Tahun 2018

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 1
Provinsi Jawa Tengah
Dari Tabel 3.1 diketahui bahwa rerata suhu udara bulanan di lokasi studi antara 26,06°C–28,04°C,
dengan rerata suhu udara terendah terjadi pada Bulan Januari dan tertinggi terjadi pada Bulan
Oktober, sedangkan rerata tahunan antara 26,33°C–27,22°C. Suhu udara rerata terendah terjadi pada
Tahun 2008 dan Tahun 2011, sedangkan suhu rerata tertinggi terjadi pada Tahun 2016. Distribusi
rerata pada setiap bulannya dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Rerata Suhu Udara pada Tahun 2008-2017 di Rencana Tapak Proyek

2. Curah Hujan

Keadaan curah hujan pada rencana kegiatan selama periode waktu sepuluh tahun (tahun 2008 –
2017) secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2. Rerata Curah Hujan (mm) di Lokasi Rencana Kegiatan Tahun 2008-2017

Rerata Curah Hujan (mm) Pada Tahun: Rerata


Bulan Jumlah
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Bulanan

Januari 221,0 551,0 566,0 382,7 744,1 437 255,1 267,0 223,0 420,2 4067,1 406,71
Februari 242,0 735,0 398,4 348,5 688,9 369 206,8 7,9 477,0 556,8 4030,3 403,03
Maret 470,8 202,0 318,9 382,0 290,0 179,6 212,6 127,4 443,2 240,4 2866,9 286,69
April 168,0 230,0 316,5 459,7 533,0 342 221,7 560,0 156,0 292,5 3279,4 327,94
Mei 42,6 265,3 13,0 177,8 57,9 232,5 152,5 28,0 321,0 31,5 1322,1 132,21
Juni 0,0 184,0 94,4 10,5 70,8 183,6 136,6 31,5 368,0 132,1 1211,5 121,15
Juli 0,0 0,0 14,6 10,8 0,2 99,3 74,8 0,0 351,2 79,1 630,0 63,00
Agustus 0,0 0,0 121,8 0,0 0,0 4,3 1,5 0,0 65,1 0,0 192,7 19,27
September 0,0 0,0 296,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 237,2 140,4 673,6 67,36
Oktober 22,0 1,2 273,0 144,9 309,2 205,2 7,0 7,5 237,2 100,5 1307,7 130,77
November 9,0 8,0 204,1 210,0 92,2 341,1 128,5 157,2 443,9 384,4 1978,4 197,84
Desember 303,0 2,0 400,4 324,0 416,9 222 306,0 343,8 283,2 165,0 2766,3 276,63
Jumlah 1478,4 2178,5 3017,1 2450,9 3203,2 2615,6 1703,1 1530,3 3606,0 2542,9 24326,0 2.432,60
Rerata 123,2 181,5 251,4 204,2 266,9 218,0 141,9 127,5 300,5 211,9 2027,2 202,72

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 2
Provinsi Jawa Tengah
Rerata Curah Hujan (mm) Pada Tahun: Rerata
Bulan Jumlah
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Bulanan

Tahunan

Bln Basah 5 6 9 8 6 9 8 5 11 9 76,0 7,60


Bln Lembab 0 0 1 0 2 1 1 0 1 1 7,0 0,70
Bln Kering 7 6 2 4 4 2 3 7 0 2 37,0 3,70
Sumber: Stasiun Pengamatan Bandar Udara Adi Soemarmo Tahun 2018

Dari data pada Tabel 3.2 dapat dijelaskan bahwa curah hujan rerata bulanan tertinggi 406,71
mm/bulan, terjadi pada bulan Januari, dan terendah 19,27 mm/bulan terjadi pada bulan Agustus. Jika
dibandingkan dengan rata-rata curah hujan tahunan sangat jauh berbeda, dimana rata-rata curah
hujan tahunan terrendah 123,2 mm/th terjadi pada tahun 2008 sedangkan rata-rata curah hujan
tahun tertinggi 300,5 mm/th terjadi pada tahun 2016. Terjadinya perbedaan rata-rata curah hujan
bulanan dengan rata-rata curah hujan tahunan karena rata-rata curah hujan tertinggi bulanan
diperoleh dari hasil penjumlahan data curah hujan pada musim penghujan selama sepuluh tahun,
rata-rata curah hujan terrendah bulanan diperoleh dari hasil penjumlahan data curah hujan pada
musim kemarau selama sepuluh tahun. Sedangkan rata-rata curah hujan tahunan merupakan hasil
penjumlahan dari data curah hujan pada musim penghujan dan musim kemarau selama satu tahun.

Berdasarkan rerata suhu bulanan, tahunan dan curah hujan, maka lokasi kegiatan sesuai klasifikasi
Koppen termasuk beriklim Tropis (iklim A) dengan ciri: (1) Suhu bulan terdingin lebih besar dari 18°C,
dan (2) Curah hujan tahunan lebih besar dari atau sama dengan 20 kali rerata suhu udara tahunan,
apabila hujan lebih banyak jatuh pada musim dingin atau P ≥ 206, dan (3) P 20 (t + 14) apabila
hujan jatuh pada bulan panas. Distribusi hujan rerata setiap bulan dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.2. Curah Hujan Rerata (mm) di Rencana Kegiatan Tahun 2008 - 2017

Dari gambar di atas, diketahui bahwa rerata curah hujan tahunan sebesar 202,72 mm/bulan dengan
rerata curah hujan bulan terkering sebesar 19,3 mm jatuh pada bulan Agustus, sehingga tapak proyek
termasuk dalam iklim Aw. Berdasarkan Tabel 3.2 curah hujan selama minimal 10 tahun, Schmidt dan
Ferguson menggolongkan bulan berdasarkan pada banyaknya curah hujan yaitu:

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 3
Provinsi Jawa Tengah
1. Bulan kering (BK) : bulan dengan curah hujan < 60 mm,

2. Bulan lembab (BL) : bulan dengan curah hujan 60 – 100 mm,

3. Bulan basah (BB) : bulan dengan curah hujan > 100 mm,

Tipe curah hujan menurut Schmidt dan Ferguson dinyatakan dengan nilai “quotient” (Q) yaitu
perbandingan antara rerata bulan kering dan rerata bulan basah.

Berdasarkan tabel curah hujan dapat ditentukan rerata bulan kering selama 10 tahun (2008 – 2017)
adalah 3,7 dan rerata bulan basah 7,6 sehingga nilai Q= 0,49. Tipe curah hujan berdasarkan nilai Q
Schmidt dan Ferguson disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.3. Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson

Tipe CH Nilai Q Sifat


A 0 ≤ Q < 0,143 Sangat basah
B 0,143 ≤ Q < 0,333 Basah
C 0,333 ≤ Q < 0,666 Agak basah
D 0,666 ≤ Q < 1,000 Sedang
E 1,000 ≤ Q < 1,670 Agak kering
F 1,670 ≤ Q < 3,000 Kering
G 3,000 ≤ Q < 7,000 Sangat kering
H 7,000 ≤ Q~ Luar biasa kering

Berdasarkan perhitungan di atas diketahui bahwa rencana pengembangan Bandar Udara Internasional
Adi Soemarmo Surakarta di Kabupaten Boyolali mempunyai tipe curah hujan C (agak basah).

3. Kecepatan Angin

Arah dan kecepatan angin akan menentukan persebaran pencemar melalui media udara. Kecepatan
angin di lokasi studi disajikan pada tabel sebagai berikut .

Tabel 3.4. Rerata Kecepatan Angin di Rencana Tapak Proyek Tahun 2008-2017

Rerata Kecepatan Angin (Knot) Pada Tahun: Rerata


Bulan
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Bulanan
Januari 3,0 1,0 1,0 4,0 6,0 4,0 6,0 5,0 4,0 4,0 3,8
Februari 2,0 3,0 3,0 3,0 5,6 4,0 5,0 4,0 4,0 5,0 3,9
Maret 4,0 5,0 4,0 4,0 7,0 5,0 6,0 4,0 4,0 5,0 4,8
April 5,0 4,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 4,0 4,8
Mei 5,0 2,0 5,0 4,0 6,0 5,0 5,0 5,0 4,0 5,0 4,6
Juni 5,0 2,0 5,0 6,0 6,0 6,0 5,0 4,4 4,0 4,5 4,8
Juli 5,0 5,0 6,0 5,0 8,0 7,0 5,0 6,0 4,0 6,0 5,7

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 4
Provinsi Jawa Tengah
Rerata Kecepatan Angin (Knot) Pada Tahun: Rerata
Bulan
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Bulanan
Agustus 5,0 5,0 5,0 6,0 8,0 8,0 6,0 6,0 5,0 7,0 6,1
September 7,0 8,0 5,0 8,0 10,0 9,0 7,0 7,0 5,0 6,0 7,2
Oktober 5,0 6,0 7,0 7,0 7,0 9,0 8,0 4,0 5,0 6,0 6,4
November 4,0 5,0 5,0 5,0 6,0 7,0 6,0 5,0 4,5 4,0 5,2
Desember 5,0 6,0 5,0 6,0 8,0 6,0 6,0 5,0 5,0 4,0 5,6
Rerata Tahunan 4,6 4,3 4,7 5,3 6,9 6,3 5,8 5,0 4,5 5,0 5,2
Sumber: Landasan Udara Bandara Adi Soemarmo Tahun 2018

Dari Tabel 3.4 dapat disimpulkan bahwa rerata kecepatan angin di lokasi studi sebesar 5,2 knot,
kecepatan tertinggi (7,2 knot) terjadi pada bulan September dan kecepatan terendah (3,8 knot)
terjadi pada bulan Januari.

Gambar 3.3. Rerata Kecepatan Angin di Tapak Proyek Tahun 2008-2017

4. Arah Angin

Secara umum arah angin dominan di sekitar lokasi bandar udara Internasional Adi Sumarmo
Kabupaten Boyolali adalah arah Selatan, Selatan Barat Baya, Barat Daya, Barat-Barat Daya, Barat dan
Barat-Barat Laut. Selanjutnya arah angin dominan di sekitar lokasi bandar udara Internasional Adi
Soemarmo Surakarta di Boyolali dapat dilihat pada tabel pada Tabel 3.5 dan Gambar 3.4 sampai
Gambar 3.9.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 5
Provinsi Jawa Tengah
Gambar 3.4. Wind Rose di Rencana Lokasi Kegiatan Bulan Januari dan Februari

Berdasarkan Gambar 3.4 wind rose Bulan Januari dan Bulan Februari arah dominan yaitu arah utara
dan barat laut. Kecondongan ini terjadi pada 10 tahun terakhir.

Gambar 3.5. Wind Rose di Rencana Lokasi Kegiatan Bulan Maret dan April

Berdasarkan Gambar 3.5 wind rose Bulan Maret dan Bulan April arah dominan yaitu arah utara dan
selatan. Arah selatan didominasi pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, kemudian untuk tahun
2013 sampai dengan tahun 2017 condong kearah utara.

Gambar 3.6. Wind Rose di Rencana Lokasi Kegiatan Bulan Mei dan Juni

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 6
Provinsi Jawa Tengah
Berdasarkan Gambar 3.6 wind rose Bulan Mei dan Bulan Juni arah dominan yaitu arah selatan.
Dominasi arah selatan terjadi setiap tahun, namun ada beberapa tahun yang condong ke arah utara
yaitu pada tahun 2016.

Gambar 3.7. Wind Rose di Rencana Lokasi Kegiatan Bulan Juli dan Agustus

Berdasarkan Gambar 3.7 wind rose Bulan Juli dan Bulan Agustus arah dominan yaitu arah selatan
dan barat daya. Arah selatan dan barat daya terjadi secara teratur selama kurun waktu 2008 sampai
dengan tahun 2017.

Gambar 3.8. Wind Rose di Rencana Lokasi Kegiatan Bulan September dan
Oktober

Berdasarkan Gambar 3.8 wind rose Bulan September dan Bulan Oktober arah dominan yaitu arah
selatan dan barat daya. Arah selatan dan barat daya terjadi secara teratur selama kurun waktu 2008
sampai dengan tahun 2017.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 7
Provinsi Jawa Tengah
Gambar 3.9. Wind Rose di Rencana Lokasi Kegiatan Bulan November dan
Desember

Berdasarkan Gambar 3.9 wind rose Bulan November dan Bulan Desember arah dominan yaitu arah
selatan dan barat daya. Arah selatan dan barat daya terjadi secara teratur selama kurun waktu 2008
sampai dengan tahun 2017.

Tabel 3.5. Arah Angin Dominan di Rencana Tapak Proyek Tahun 2008-2017

Rerata Arah Angin (0) Pada Tahun: Arah


Bulan
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Dominan

Januari 180 30 360 360 330 360 360 180 360 180 180
Februari 30 30 30 360 330 320 360 360 360 360 360
Maret 120 30 120 180 180 360 360 360 180 360 360
April 360 180 180 180 360 360 180 360 360 210 210
Mei 180 120 180 180 180 30 180 180 360 210 210
Juni 210 30 180 180 180 360 360 180 360 210 210
Juli 180 180 180 180 210 180 180 210 360 210 210
Agustus 180 180 180 180 210 180 210 180 180 210 210
September 210 180 210 210 210 210 180 180 360 210 210
Oktober 180 180 180 210 180 180 180 210 210 210 210
November 180 180 180 180 210 180 210 210 210 210 210
Desember 180 210 360 180 180 180 180 210 180 180 180
Dominan
180 180 180 180 180 180 180 180 360 180
Tahunan
Sumber: Landasan Udara Bandara Adi Soemarmo Tahun 2018

5. Lama Penyinaran

Radiasi matahari menggambarkan lamanya (%) sinar matahari yang dapat diterima di permukaan
bumi. Besarnya radiasi yang diterima oleh permukaan bumi mempengaruhi besar kecilnya
evapotranspirasi, semakin lama radiasi matahari diterima oleh permukaan bumi maka semakin besar
terjadinya evapotranspirasi. Besarnya radiasi yang diterima di lokasi rencana kegiatan dapat dilihat
pada Tabel 3.6 dan Gambar 3.10.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 8
Provinsi Jawa Tengah
Tabel 3.6. Rerata Radiasi Matahari (%) di Lokasi Rencana Kegiatan 2006-2017

Rerata Radiasi Matahari (%) Pada Tahun: Rerata


Bulan
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Bulanan
Januari 3,29 6,11 - - 4,52 2,12 3,01 3,27 3,11 4,54 5,91 3,2 3,91
Februari 4,3 4,3 - - 5,08 3,42 5,11 4,14 3,09 9,76 3,92 4,3 4,74
Maret 3,39 2,24 - - 6,6 4,27 4,28 4,62 6,06 4,3 5,46 5,4 4,66
April 5,26 4,33 - - 5,5 4,36 6,14 5,45 6,33 5,3 6,8 4,45 5,39
Mei 6,33 7,05 - - 5,23 5,54 7,33 6 7,09 8,4 6,48 5,24 6,47
Juni 7,53 6,05 - - 7,25 7,55 6,97 1,35 6,37 7,51 6,58 7,91 6,51
Juli 8,22 8,03 - - 5,18 7,4 7,49 - 6,14 7,74 6,62 6,36 7,02
Agustus 8,22 8,27 - - 6,1 7,48 7,78 2,04 7,48 6,93 7,28 7,26 6,88
September 10,1 - - - 5,02 7,36 7,54 7,94 7,94 7,54 6,3 6 7,30
Oktober 8,04 - - - 4,37 7,12 7 7,76 7,86 7,52 5,3 6,6 6,84
November 8,03 - - - 1,2 5,12 7,34 3,55 6,57 5,44 4,54 3,27 5,01
Desember 5,24 - - - 1,04 4,24 5,44 5,67 4,3 5 1,3 3,3 3,95
Rerata
6,50 5,80 - - 4,76 5,50 6,29 4,71 6,03 6,67 5,54 5,27 5,72
Tahunan
Keterangan:
- : Tidak ada pengukuran
Sumber : Landasan Udara Bandara Adi Soemarmo Tahun 2017

Gambar 3.10. Radiasi Matahari (%) di lokasi Rencana Kegiatan Tahun 2006-2017

3.1.1.2 Kualitas Udara

Data Kualitas Udara diambil dari data sekunder laporan monitoring pelaksanaan rencana pengelolaan
dan pemantauan lingkungan Bandar Udara Adi Soemarmo pada periode 2013 - 2017 serta hasil
kegiatan pengambilan sampel pada saat survey rona awal tahun 2018. Kemudian untuk menilai
kualitas udara di wilayah studi dilakukan perbandingan antara hasil pengukuran dengan baku mutu

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 9
Provinsi Jawa Tengah
udara ambien sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.

Hasil pengukuran sebagai bentuk pemantauan lingkungan kualitas udara ambien, khususnya pada
periode 2013 s.d. 2017 dapat digunakan sebagai rona lingkungan hidup awal. Parameter kualitas
udara ambien yang terukur meliputi:

a. Sulfur Dioksida (SO2)

Pengkuran kualitas udara pada parameter sulfur dioksida (SO2), dilakukan pada semester 1 dan 2
mulai Tahun 2013 – 2017. Hasil pengkuran SO2 yang dilakukan di Apron, Runway 08 dan Runway 26,
dapat disajikan pada gambar berikut.

Gambar 3.11. Grafik Kecenderungan Kadar SO2 Pada 3 (Tiga) Lokasi berbeda di dalam dan
di sekitar area Bandar Udara Adi Soemarmo.

Dari grafik tersebut terlihat bahwa kadar SO2 pada semua periode pengukuran dari tahun 2013 –
2017 berkisar antara 10,84 – 24,18 µg/m3. Secara rerata hasil pengukuran SO2, paling tinggi terdapat
pada Run way 08. Nilai kualitas SO2 masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 632
µg/m3 berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 8 Tahun 2001 tentang Baku Mutu Udara
Ambien di Jawa Tengah.

b. Karbon Monoksida (CO)

Pengkuran kualitas udara pada parameter Karbon Monoksida (CO), dilakukan pada semester 1 dan 2
mulai Tahun 2013 – 2017. Hasil pengkuran CO yang dilakukan di Apron, Runway 08 dan Runway 26,
dapat disajikan pada Gambar 3.12.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 10
Provinsi Jawa Tengah
Gambar 3.12. Grafik Kecenderungan Kadar CO Pada 3 (Tiga) Lokasi berbeda di
dalam dan di sekitar area Bandar Udara Adi Soemarmo.

Dari grafik tersebut terlihat bahwa kadar CO pada semua periode pengukuran dari 2013-2017 masih
jauh dibawah baku mutu yang dipersyaratkan berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 8
Tahun 2001 tentang Baku Mutu Udara Ambien di Jawa Tengah, sebesar 15.000 µg/m3. Secara rerata
hasil pengukuran di Apron mempunyai nilai yang lebih tinggi dibanding dengan lokasi pengukuran
yang lain.

c. Nitrogen Dioksida (NO2)

Pengkuran kualitas udara pada parameter Nitrogen Dioksida (NO2), dilakukan pada semester 1 dan 2
mulai Tahun 2013 – 2017. Hasil pengkuran NO2 yang dilakukan di Apron, Runway 08 dan Runway 26,
dapat disajikan pada gambar berikut.

Gambar 3.13. Grafik Kecenderungan Kadar NO2 Pada 3 (tiga) Lokasi berbeda di dalam
dan di sekitar area Bandar Udara Adi Soemarmo.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 11
Provinsi Jawa Tengah
Dari grafik tersebut terlihat bahwa kadar NO2 pada semua periode pengukuran dari tahun 2013 –
2017 masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa
Tengah No. 8 Tahun 2001 tentang Baku Mutu Udara Ambien di Jawa Tengah, sebesar 316 µg/m.
Hasil pengukuran pada setiap periode pengukuran relative sama dengan nilai di bawah 50 µg/m.

d. Ozon (O3)

Pengkuran kualitas udara pada parameter ozon (O3), dilakukan pada semester 1 dan 2 mulai Tahun
2013 – 2017. Hasil pengkuran NO2 yang dilakukan di Apron, Runway 08 dan Runway 26, dapat
disajikan pada Gambar 3.14

Gambar 3.14. Grafik Kecenderungan Kadar Ozon (O3) pada 3 (tiga) Lokasi berbeda di dalam
dan di sekitar area Bandar Udara Adi Soemarmo.

Dari grafik tersebut terlihat bahwa kadar O3 pada semua periode pengukuran dari tahun 2013 – 2017
masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa
Tengah No. 8 Tahun 2001 tentang Baku Mutu Udara Ambien di Jawa Tengah, sebesar 200 µg/m.
Kadar ozon secara umum dapat dikategorikan relatif stabil, dibawah 50 µg/m.

e. Debu (TSP)

Pengkuran kualitas udara pada parameter debu (TSP), dilakukan pada semester 1 dan 2 mulai Tahun
2013 – 2017. Hasil pengkuran debu yang dilakukan di Apron, Runway 08 dan Runway 26, dapat
disajikan pada Gambar 3.15.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 12
Provinsi Jawa Tengah
Gambar 3.15. Grafik Kecenderungan Kadar Debu (TSP) pada 3 (tiga) Lokasi berbeda di
dalam dan di sekiatar area Bandar Udara Adi Soemarmo.

Dari grafik tersebut terlihat bahwa kadar debu (TSP) pada semua periode pengukuran dari tahun
2013 – 2017 masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan, namun demikian masih terlihat
jelas pada periode pemantauan 2015 - 2016 terlihat naik yang hampir melewati baku mutu
berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 8 Tahun 2001 tentang Baku Mutu Udara Ambien
di Jawa Tengah, sebesar 320 µg/m. Hasil pengukuran pada Tahun 2017 mengalami penurunan.

Untuk memberikan gambaran kondisi rona lingkungan hidup untuk komponen lingkungan kualitas
udara, selain data pengukuran diambilkan dari hasil pemantauan dari Tahun 2013 – 2017, juga
dilakukan pengukuran kualitas udara yang merupakan hasil pengukuran secara langsung di lapangan
setelah izin lingkungan dikeluarkan. Untuk mengetahui kualitas udara di sekitar lokasi dilakukan
pengambilan sampling di 4 lokasi. Sebaran lokasi pengambilan sampling kualitas udara dapat dilihat
pada tabel berikut.

Tabel 3.7. Lokasi Pengamatan Kualitas Udara

Kode Lokasi sampling


Alasan pemilihan lokasi
Lokasi Lokasi Koordinat
U1 Ujung Landasan Timur 07˚30’46,85”LS Mewakili kualitas udara di sebelah timur
110˚44’50,01”BT Rencana Kegiatan
U2 Ujung Landasan Barat 07˚31’07,15” LS Mewakili kualitas udara di lokasi
110˚44’39,38”BT Rencana Kegiatan
U3 Pemukiman Penduduk 07°31'7,07" LS Mewakili kualitas udara lokasi
Bagian Barat Landasan 110°44'25,54"BT pemukiman
U4 Apron 07˚30’49,80” LS Mewakili kualitas udara di lokasi
110˚44’57,83”BT Rencana Kegiatan

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 13
Provinsi Jawa Tengah
Gambar 3.16. Pengambilan Sampling Udara Ambien: sebelah Timur Ujung Landasan
sebelah Timur Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo (U1); Ujung
Landasan Sebelah Barat Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo
(U2); Pemukiman Penduduk Sebelah Barat Bandar Udara Internasional
Adi Soemarmo (U3); dan Apron Bandar Udara Internasional Adi
Soemarmo (U4)

Hasil analisis kualitas udara sebagai rona lingkungan awal di lokasi rencana Pengembangan Bandar
Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 3.8. Data Kualitas Udara Ambien di Sekitar Wilayah Studi

Hasil Uji Baku


No. Parameter Satuan
U1 U2 U3 U4 Mutu
1 Nitrogen dioksida (NO2) µg/Nm3 39,8 18,4 < 10 39,8 316
2 Sulfur dioksida (SO2) µg/Nm3 < 26 < 26 < 26 < 26 632
3 Carbon Monoksida (CO) µg/Nm 3
1257 1257 < 114 1257 15000
4 Total Partikel Tersuspensi (TSP) µg/Nm 3
98,5 73,2 40,6 98,5 230
5 Oksidan (O3) µg/Nm3 6,2 27,9 11,0 6,2 200
6 Amoniak (NH3) Ppm 0,221 0,212 0,141 0,221 2,0
7 Hidrogen Sulfida (H2S) ppm < 0,008 < 0,008 < 0,008 < 0,008 0,02

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 14
Provinsi Jawa Tengah
Hasil Uji Baku
No. Parameter Satuan
U1 U2 U3 U4 Mutu
8 Timbal Hitam (Pb) µg/Nm3 < 0,1 < 0,1 < 0,1 < 0,1 2
23,7 – 23,5 – 23,5 – 23,7 –
9 Suhu Udara ºC -
32,1 31,1 31,6 32,1
10 Tekanan Udara mmHg 750 750 750 750 -
11 Kelembaban Udara % 48 – 95 73 – 95 46 – 86 48 – 95
12 Kecepatan Angin m/s 0 – 3,6 0 – 3,4 0 – 2,6 0 – 3,6
Arah Angin - Barat Barat Barat Barat
13
Daya
Sumber : PT. SUCOFINDO Laboratorium Cabang Semarang
Keterangan : SK Gubernur Jateng No. 8 tahun 2001, tanggal 23 April 2001
Kep.MENLH No.Kep. 50/MENLH/11/1996,tgl. 25 Nop.1996 (kebauan)

Dari tabel diatas terlihat bahwa kondisi semua parameter kualitas udara ambien di sekitar wilayah
studi mempunyai angka di bawah baku mutu lingkungan berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa
Tengah No. 8 Tahun 2001 tentang Baku Mutu Udara Ambien di Jawa Tengah. Hasil analisis kualitas
udara tersebut kemudian dikonversi menjadi skala kualitas lingkungan yang mencerminkan kondisi
rona lingkungan awal.

Parameter kualitas udara yang diukur meliputi: parameter fisik (suhu, kelembaban, tekanan,
kecepatan angin), parameter kimia (SO2, NO2, O3, H2S, NH3, TSP/debu, Pb) dan kebisingan. Sumber
pencemar di lingkungan rencana pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo
Kabupaten Boyolali berasal dari berbagai sumber. Senyawa oksida, Pb dan TSP berasal dari
pembakaran sampah (rumah tangga dan pertanian), dan kendaraan bermotor, sedangkan H2S dan
NH3 berasal dari proses dekomposisi bahan organik.

Masuknya zat-zat pencemar ke dalam udara dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan
kesehatan makhluk hidup. Paparan senyawa oksidan, partikulat dan oksida-oksida S dan N dapat
menyebabkan iritasi dan radang saluran pernafasan. Gas CO hasil pembakaran tidak sempurna
merupakan gas beracun yang dapat mengikat Hb darah dan menyebabkan pusing, lemas, pingsan
dan kematian karena kekurangan oksigen. Senyawa gas CO2 bersama gas NOx dan Ozon dapat
menimbulkan efek rumah kaca yang memicu pemanasan global dan perubahan iklim serta
mengganggu keseimbangan ekosistem dan kesehatan. Gas NOx bersifat racun yang dapat
menyebabkan iritasi saluran pernafasan, sakit kepala, sakit perut. Adanya gas NOx dan SOx yang
berbau menyengat dan bersifat korosif menyebabkan iritasi saluran pernafasan, menyebabkan hujan
asam yang bersifat korosif dan melarutkan sebagian mineral tanah sehingga mengurangi kesuburan
tanah, meningkatkan kemasaman air dan mematikan biota air. Gas NOx dan SOx juga menyebabkan
bercak dan rontoknya daun berbagai jenis tanaman. Logam Pb di udara dapat mempengaruhi syaraf
dan anemia. Partikulat/TSP dapat menyebabkan penyakit ISPA, sedangkan hidrokarbon halogen dan
poliaromatik bersifat karsinogenik dan menyebabkan menipisnya lapisan ozon. Gas NH3 dan H2S
menimbulkan bau busuk dan gangguan pernafasan (Tri Tugaswati et al., 1995). Tingginya konsentrasi
TSP dan zat-zat penyebab bau busuk akan berdampak langsung terhadap manusia.

Rekapitulasi hasil analisis kualitas udara yang mencerminkan kondisi rona lingkungan hidup awal di
wilayah studi disajikan pada Tabel 3.9.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 15
Provinsi Jawa Tengah
Tabel 3.9. Hasil Rekapitulasi Pengolahan Data Kualitas Udara

Kode Baku
No Parameter Satuan Hasil Analisis
Lokasi Mutu
1 U1 Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 < 26 632
Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm3 39,8 316
Oksidan (O3) µg/Nm3 6,2 200
Karbon Monoksida (CO) µg/Nm3 1257 15.000
Debu (TSP) µg/Nm3 98,5 230
2 U2 µg/Nm3 632
Sulfur Dioksida (SO2)
< 26
Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm3 18,4 316
Oksidan (O3) µg/Nm3 27,9 200
Karbon Monoksida (CO) µg/Nm 3
1.257 15.000
Debu (TSP) µg/Nm3 73,2 230
3 U3 Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 < 26 632
Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm3 < 10 316
Oksidan (O3) µg/Nm 3
11,0 200
Karbon Monoksida (CO) µg/Nm3 < 114 15.000
Debu (TSP) µg/Nm3 40,6 230
4 U4 Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 < 26 632
Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm3 39,8 316
Oksidan (O3) µg/Nm3 6,2 200
Karbon Monoksida (CO) µg/Nm3 1.257 15.000
Debu (TSP) µg/Nm3 98,5 230
Keterangan Lokasi:
U1 = Halaman Sekolah Dasar Negeri Dibal (7˚30’46,85”LS; 110˚44’50,01”BT)
U2 = Ujung Landasan Barat (7˚31’07,15”LS; 110˚44’39,38”BT)
U3 = Permukiman barat Bandara, Desa Sobokerto (7°31'7,07"LS; 110°44'25,54"BT)
U4 = Taman Apron Bandara (7˚30’49,80”LS; 110˚44’57,83”BT)
Sumber : Analisis Data Primer, 2018.

3.1.1.3 . Kebisingan

Kebisingan bersumber dari kendaraan bermotor, pembangunan fasilitas penunjang, aktivitas


penduduk, aktivitas bandara dan unit-unit yang ada, serta sumber lain yang sifatnya sewaktu-waktu.
Kebisingan dapat mengganggu pendengaran dan kenyaman masyarakat berinteraksi dan proses
belajar mengajar pada lembaga pendidikan disekitar Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi
Soemarmo Kabupaten Boyolali.

Pengambilan titik kebisingan memperhatikan pembagian kawasan kebisingan sebagai dampak


pengembangan bandara udara dan operasional Bandar Udara. Pembagian kawasan kebisingan dan
tata guna lahan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.10. Pembagian Kawasan Kebisingan Bandar Udara Adi Soemarmo

Tingkat Nilai WECPNL Tata Guna Lahan


1 70≤WECPNL<75 1. Dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis kegiatan dan/atau
bangunan kecuali untuk jenis kegiatan dan/atau bangunan sekolah
dan rumah sakit
2. Bangunan sekolah dan rumah sakit yang sudah ada dilengkapi
dengan pemasangan insulasi suara sesuai dengan prosedur
standar.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 16
Provinsi Jawa Tengah
Tingkat Nilai WECPNL Tata Guna Lahan
2 75≤WECPNL<80 1. Dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis kegiatan dan/atau
bangunan, kecuali untuk jenis kegiatan dan/atau bangunan
sekolah, rumah sakit dan rumah tinggal
2. Bangunan sekolah, rumah sakit dan atau tempat tinggal yang
sudah ada dilengkapi dengan pemasangan insulasi suara sesuai
dengan prosedur standar.
3 > 80 WECPNL 1. Dapat dimanfaatkan untuk membangun bangunan dan fasilitas
bandar udara yang dilengkapi dengan pemasangan insulasi suara
sesuai dengan prosedur standar.
2. Dapat dimanfaatkan sebagai jalur hijau atau sarana pengendalian
lingkungan dan pertanian yang tidak mengundang burung
Keterangan: WECPNL = Weighted Equivalent Continous Perceived Noise Level
Sumber: Rencana Induk Bandar Udara Adi Soemarmo, Kab Boyolali, Prov. Jawa Tengah (2018)

Analisis kebisingan dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengukuran kebisingan dengan Baku
Tingkat Kebisingan Lingkungan berdasar pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor :
KEP-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. Dalam peraturan tersebut disampaikan
untuk Bandara dinyatakan mengacu pada Keputusan Menteri Perhubungan. Untuk Batas Kawasan
Kebisingan (BKK) Bandar Udara International Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali ditetapkan dalam
Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KP 408 Tahun 2017, tentang Rencana
Induk Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah. Batas
Kawasan Kebisingan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.17. dengan Koordinat Batas Kebisingan
dapat dilihat pada Tabel 3.11.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 17
Provinsi Jawa Tengah
Tabel 3.11. Koordinat Batas Kebisingan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo
Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 18
Provinsi Jawa Tengah
Gambar 3.17. Batas Kawasan Kebisingan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 19
Provinsi Jawa Tengah
Gambar 3.18. Citra Ikonos Batas Kawasan Kebisingan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 20
Provinsi Jawa Tengah
Data kebisingan ini diambil dari dua sumber yaitu dari data sekunder laporan pemantauan
lingkungan periode 2013-2017 dan hasil sampling serta survey lapangan Addendum ANDAL RKL
RPL tahun 2018. Nilai Ambang Batas tingkat kebisingan menurut Kep. Dirjen Perhubungan Udara
No. SKP/109/VI/2000. Adapun data tingkat kebisingan hasil pemantauan selama periode 2013-
2017 dapat dilihat pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12. Data Tingkat Kebisingan Hasil Pemantauan Periode 2013-2017 di dalam dan
disekitar Bandar Udara Adi Sumarmo.

Tingkat kebisingan (WECPNL)


Lokasi 2013 2013 2014 2014 2015 2015 2016 2016 2017 2017
A B A B A B A B A B
Runway 08
(Ngesrep; 500
71,29 74,68 74,68 61,39 89,9 61,39 96,74 104,71 88,26 97,24
meter ke barat
runway)
Runway 26 (Desa
Dibal; 500 meter 83,68 72,51 72,51 71,25 90,22 71,25 93,94 100,12 91,66 102,98
ke timur runway)
Apron 85,77 83,03 83,03 81,14 94,65 81,14 99,1 100,17 91,77 101,79

Kecenderungan tingkat kebisingan yang terjadi pada 10 periode pemantauan lingkungan yang
telah dilakukan, dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.19. Grafik Kecenderungan Tingkat Kebisingan (WECPNL) pada 3 (tiga) Lokasi
Berbeda di Dalam dan di Sekitar Area Bandar Udara Adi Soemarmo.

Dari grafik tersebut terlihat bahwa tingkat kebisingan (WECPNL) pada semua periode pemantauan
dari tahun 2013 – 2017 terjadi fluktuatif dan pada beberapa periode telah berada diatas baku
mutu yang dipersyaratkan, khususnya lokasi pada apron, seluruhnya berada diatas baku mutu
yang dipersyaratkan berdasarkan Kep. Dirjen Perhubungan Udara No. SKP/109/VI/2000.

Pengukuran sampel kebisingan sebanyak 12 lokasi yang mewakili masing - masing Kawasan
kebisingan (Kawasan 1 sampai dengan 3) sesuai ketetapan Batas Kawasan Kebisingan Bandar
Udara Internasional Adi Soemarmo yang telah disampaikan pada Tabel 3.11 serta Gambar 3.17.
dan Gambar 3.18. berupa Citra Ikonos Batas Kawasan Kebisingan Bandar Udara Internasional Adi
Soemarmo Kabupaten Boyolali beserta lokasi pengambilan titik sampel kebisingan. Hasil
pengukuran tingkat kebisingan disajikan pada Tabel 3.13.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 21
Provinsi Jawa Tengah
Tabel 3.13. Lokasi Pengambilan Sampel Kebisingan

Zona
No Lokasi Lintang Bujur WECPNL
Kebisingan
Ujung Landasan Sebelah Timur
1 7˚30’46,85”LS 110˚44’50,01”BT 87,7 Tingkat 3
Bandara Adisumarmo
Ujung Landasan Sebelah Barat
2 7˚31’07,15”LS 110˚44’39,38”BT 86,3 Tingkat 3
Bandara Adisumarmo
Permukiman Penduduk Sebelah
3 7°30'57.4"LS 110°44'42.5"BT 70,3 Tingkat 3
Barat Bandara Adisumarmo
4 Apron Bandara Adisumarmo 7°30'49.9"LS 110°45'03.3"BT 84,5 Tingkat 3
5 MTS SA MIN DIBAL 7°30'31.25"LS 110°46'48.37"BT 73,1 Tingkat 2
6 SMA PRADITA DIRGANTARA 7°30'41.22"LS 110°45'6.35"BT 71,5 Tingkat 2
7 SDN 3 DONOHUDAN 7°30'47.11"LS 110°46'54.05"BT 72,6 Tingkat 2
8 SDN 1 NGESREP 7°30'54.89"LS 110°44'34.10"BT 71,2 Tingkat 2
9 SMP ISLAM NGEMPLAK 7°31'22.64"LS 110°44'41.55"BT 78,1 Tingkat 1
10 MTS NURUL ISLAM 2 7°31'19.55"LS 110°44'4.33"BT 73,7 Tingkat 1
11 PONPES IMAM BUKHARI 7°30'12.84"LS 110°48'45.53"BT 72,0 Tingkat 1
12 PONPES NUR HUDA 1 7°31'12.16"LS 110°46'2.41"BT 58,6 Tingkat 1
Sumber: Hasil Pengukuran Laboratorium Sucofindo, 2018.

3.1.1.4 Kondisi Geologi

Berdasarkan Peta Geologi lembar Surakarta-Giritontro skala 1:100.000 dari Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Bandung Tahun 1996 kondisi geologi daerah rencana pengembangan
Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo tersusun dari Formasi Batuan Gunungapi Merapi (Qvm).
Formasi ini terdiri dari breksi gunungapi, lava dan tuf, dengan struktur batuan masif. Sebarannya
mulai puncak Gunung Merapi ke arah timur sampai dataran fluvial Bengawan Solo. Dari
pengamatan lapangan, breksi gunungapi mempunyai ciri-ciri bervariasi dari yang didominasi oleh
fragmen maupun yang didominasi oleh matriknya. Fragmen breksi gunungapi berupa batuan
andesit, sedangkan lava berupa lava andesit dan lava basalt dengan ciri adanya lubang gas
(scoria). Jenis batuan tersebut mempunyai daya dukung batuan yang baik untuk pengembangan
bandara.

Hasil pengeboran di lokasi Bandar Udara Internasional Adi Sumarmo, menunjukkan, susunan
materialnya adalah:

 Kedalaman 0 – 2 meter materialnya berupa lanau kelempungan lunak warna coklat,


 Kedalaman 2 – 4 meter materialnya berupa lanau kelempung sedikit pasir lunak warna coklat,
 Kedalaman 4 – 4,5 meter berupa lanau kepasiran lunak warna coklat,
 Kedalaman 4,5 – 9,5 meter berupa pasir kelanauan setengah padat warna cokelat keabu-
abuan,
 Kedalaman 9,5 – 12 meter berupa pasir padat warna abu-abu,
 Kedalaman 12 – 14 meter berupa pasir padat warna cokelat keabu-abuan,
 Kedalaman 14 – 14,5 meter berupa lempung campur kerikil, kaku, warna abu-abu,
 Kedalaman 14,5 – 17 meter material berupa lempung keras warna abu-abu, dan
 Kedalaman 17 – 30 meter material berupa pasir pada warna abu-abu kecoklatan.

Secara keruangan kondisi batuan dapat dilihat pada Gambar 3.20.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 22
Provinsi Jawa Tengah
Gambar 3.20. Peta Geologi Lokasi Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 23
Provinsi Jawa Tengah
3.1.1.5 Hidrogeologi

Menurut peta hidrogeologi lembar Yogyakarta, daerah tapak proyek dan sekitarnya mempunyai
akuifer produktif dengan penyebaran luas, tinggi pisometrik di atas atau dekat di bawah permukaan
tanah, debit sumur umumnya 5-10 liter/detik dan kelulusan sedang hingga tinggi. Kondisi airtanah
dangkal tersebut merupakan kondisi air tanah pada akuifer bebas hasil pengukuran di lokasi Rencana
Pembangunan Kampus Terpadu Indosis (sebelah barat) rencana pengembangan Bandar Udara
Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali.

Potensi airtanah di lokasi rencana kegiatan termasuk dalam, katagori dalam potensi air tanah yang
tinggi yaitu berada pada zonasi yang berwarna biru (Gambar 3.10). Sistem akuifer di wilayah ini
berupa sistem akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir dan sistem akuifer dengan aliran
melalui ruang antar butir dan celah. Karakteristik akuifer pada wilayah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk akuifer dangkal, kedudukan akuifer antara 1 – 40 m bmt, muka air statis (mas) antara 1 –
15 m bmt, keterusan (T) antara 2,1 – 50,5 m2/hari, kelulusan (K) antara 1,2 – 25,5 m/hari, debit
jenis (Qs) antara 1,2 – 45,2 l/det/m, debit optimum (Q opt) antara 10 – 30 l/det, jarak antar
sumur antara 25 – 100 m.

2. Akuifer dalam mempunyai kedudukan akuifer antara 30 – 120 m bmt, mas antara 0,5 – 40 m
bmt, T antara 45 – 1500 m2/hari, Qs antara 0,5 – 15 l/det/m, Q opt antara 10 – 50 l/det, Jarak
antar sumur antara 100 – 500 m (Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Jawa Tengah, 2003).

Berdasarkan hasil kajian bahwa kuantitas air tanah dilokasi rencana kegiatan masih dalam jenuh.
Gambaran rona lingkungan ketersediaan air tanah pada lokasi rencana pengembangan Bandar Udara
Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, mengacu pada peta geohidrologi lembar Surakarta
yang dikeluarkan oleh Dinas ESDM Propinsi Jawa Tengah. Selanjutnya ketersediaan air tanah Pada
lokasi rencana pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali dapat
dilihat pada Gambar 3.21.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 24
Provinsi Jawa Tengah
Gambar 3.21. Kondisi Hidrogeologi Lokasi Pengembangan Bandar Udara
Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali

Dari peta geohidrologi lembar Surakarta dapat dijelaskan bahwa ketersediaan airtanah pada lokasi
rencana pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, dapat dibagi
dalam dua kategori yaitu (1) ketersediaan air pada aquifer bebas dan (2) ketersediaan air pada
aquifer tertekan. Pada aquifer tertekan ketersediaan kurang lebih 1.338.000.000 m3/tahun,
sedangkan pada aquifer tertekan 21.000.000 m3/tahun. Diasumsikan kegiatan lain disekitarnya sudah
menggunakan airtanah dalam sebesar 20 m3/hari maka setiap bulan terjadi penurun air tanah dalam
sebesar 600 m3/bulan. Jadi debit air tanah dalam yang sudah digunakan oleh kegiatan yang ada di
sekitarnya adalah 600 m3 x 12 = 7.200 m3/tahun (3,42%). Sisa air tanah dalam pada kondisi
lingkungan awal (To) tanpa ada kegiatan pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo
Surakata di Boyolali adalah 20.992.800 m3/tahun (96,58%).

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 25
Provinsi Jawa Tengah
3.1.1.6 Kondisi Hidrologi

1. Air Permukaan

Air permukaan yang mengalir disebelah selatan Bandar udara Internasional Adi Sumarmo Kabupaten
Boyolali adalah Kali Kijang, yang bagian hulu dan pasokan airnya bersumber dari Waduk Cengklik.
Berdasarkan data dari Balai Pengelolaan Sumberdaya Air (BPSDA), karakteristik Waduk Cengklik
adalah:

 Luas layanan : 1.606 ha


 Elevasi puncak spillway : 142,6 m
 Elevasi dasar waduk : 133,5 m
 Volume efektif : 9.157.480 m3
 Volume waled : 2.015.780 m3

Kali Kijang yang merupakan anak Kali Pepe mengalir melintasi Desa Sobokerto, Desa Ngesrep, Desa
Gagaksipat dan Desa Dibal. Kali tersebut dapat mengalirkan air sepanjang tahun meskipun debit
airnya berkurang pada musim kemarau. Air permukaan pada Kali Kijang sebagian digunakan untuk
kebutuhan pertanian.

Keberadaan Kali Kijang ini merupakan badan penerima air hasil pengolahan Sewage Treatment Plant
(STP) limbah cair dari aktivitas yang ada di Bandar Udara Internasional Adi Sumarmo Kabupaten
Boyolali.

2. Air Larian (Run Off)

Prediksi air larian (run off) dalam rencana pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo
Kabupaten Boyolali menggunakan rumus rasional yaitu Q = 0,0028CIA. Oleh sebab itu data rona
lingkungan hidup awal yang perlu dikaji adalah (1) koefisien limpasan; (2) Intensitas hujan; dan (3)
Luas lahan. Adapun debit air larian (run off) menurut tata guna lahan pada saat tanpa proyek seperti
terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.14. Debit air larian (run off) menurut tata guna lahan pada lokasi rencana pengembangan
Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali saat tanpa proyek.

Koefisien Intensitas Hujan Luas Debit air larian


No Tata guna Lahan
Limpasan (C) (mm/jam) (Ha) (m3/dtk)
1 Permukiman 0,3 25,10516 0,66 0,013918
0,3 26,99117 0,34 0,007709
0,3 20,51907 3,97 0,068427
2 Sawah 0,35 37,42801 10,27 0,376698
0,35 51,07871 0,32 0,016018
0,35 14,67720 9,56 0,137508
0,35 20,25760 8,52 0,169143
0,35 56,49286 0,27 0,014948
0,35 36,76664 0,73 0,026303
3 Ladang 0,45 39,44499 0,16 0,007952
0,45 31,97200 0,56 0,022559
0,45 41,59709 1,14 0,059750

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 26
Provinsi Jawa Tengah
Koefisien Intensitas Hujan Luas Debit air larian
No Tata guna Lahan
Limpasan (C) (mm/jam) (Ha) (m3/dtk)
0,45 48,49237 0,58 0,035438
4 Makam 0,2 52,41651 0,26 0,007632
5 Semak 0,25 35,01936 0,55 0,013482
6 Lahan Kosong 0,7 35,02502 0,42 0,028833
0,7 151,62760 0,14 0,041607
0,7 22,18449 0,83 0,036090
7 Saluran Irigasi 0,7 9,07891 0,55 0,009787
8 Jalan 0,7 12,33285 1,31 0,031666
Jumlah 41,12 1,16
Sumber: Analisis Data, 2018.

Berdasarkan tabel di atas dapat jelaskan bahwa rona lingkungan awal (T0) debit air larian ( run off)
tanpa proyek di lokasi pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Surakarta di
Kabupaten Boyolali berkisar 1,16 m3/dtk. Debit limpasan tersebut sesuai dengan kriteria skala kualitas
lingkungan debit air larian (run off) sudah termasuk tinggi (kualitas buruk)

3.1.1.7 Kualitas Air

Kualitas air yang diamati untuk memberikan gambaran rona lingkungan hidup awal berupa kualitas
air tanah, kualitas air sungai yang ada disekitar lokasi rencana kegiatan dan kualitas air limbah dari
IPAL.

1. Kualitas Air Tanah

Data kualitas air tanah diambil dari 4 titik sampling yang diambil pada daerah sekitar rencana
kegiatan, yang secara rinci disajikan pada Tabel 3.15. Dokumentasi pengambilan sampel air tanah
disajikan pada Gambar 3.22. Hasil uji laboratorium pada Tabel 3.16.

Tabel 3.15. Lokasi Pengambilan Sampel Air Tanah

No Kode Lokasi
1 AB 1 Air Kran Toilet Lobby Kedatangan Domestik
2 AB 2 Toilet Waiting Room
3 AB 3 Deepwell - Parkir
4 AB 4 Deepwell Gwt

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 27
Provinsi Jawa Tengah
Gambar 3.22. Air Kran Toilet Lobby Kedatangan Domestik (AB 1); Toilet
Waiting Room (AB 2); Deepwell - Parkir (AB 3); Deepwell GWT
( AB 4).

Tabel 3.16. Hasil Analisis Air Tanah

Kadar
Maks. yg
No Parameter Satuan AB 1 AB 2 AB 3 AB 4
diperboleh
kan *)
A. MIKROBIOLOGI :
1. Coliform Jml/ 100 120 39 75 <3 50
ml
2. E. Coli Jml/ 100 <2 <2 0 0
ml
B. F I S I K A :
1. Jumlah Zat Padat Terlarut mg/l 265 263 282 248 1500
2. Warna Skala Pt- < 0,228 < 0,228 < 0,228 < 0,228 50
Co
3. Bau Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
berbau berbau berbau berbau berbau
4. Rasa Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak berasa
berasa berasa berasa berasa
5. Kekeruhan NTU < 0,104 < 0,104 < 0,104 < 0,104 25
6. Suhu 0
C 28,35 28,45 28,48 28,75 Suhu Udara
+3
C. K I M I A
1. pH 7,10 6,84 5,97 6,10 6,5 - 9,0
2. Besi (Fe) mg/l 0,236 4,43 0,198 < 0,132 1,0

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 28
Provinsi Jawa Tengah
Kadar
Maks. yg
No Parameter Satuan AB 1 AB 2 AB 3 AB 4
diperboleh
kan *)
3. Mangan (Mn) mg/l 0,246 0,427 0,360 0,280 0,5
4. Seng (Zn) mg/l 0,263 0,085 < 0,008 < 0,008 15
5. Klorida (Cl) mg/l 21,4 19,4 20,8 18,5 600
6. Flourida (F) mg/l 0,407 0,341 0,205 0,271 1,5
7. Nitrat sebagai (NO3) mg/l 1,603 2,345 6,244 1,639 10
8. Nitrit sebagai (NO2) mg/l 0,003 0,003 0,003 0,003 1,0
9. Sulfat (SO42) mg/l 10,203 9,330 12,746 9,463 400
10. Arsen (As) mg/l < 0,008 < 0,008 < 0,008 < 0,0080,05
11. Cadmium (Cd) mg/l < 0,003 < 0,003 < 0,003 < 0,0030,005
12. Sianida (CN) mg/l < 0,040 < 0,040 < 0,040 < 0,040 0,1
13. Krom Hexavalent ( Cr 6+) mg/l < 0,016 < 0,016 < 0,016 < 0,0160,05
14. Timbal (Pb) mg/l < 0,004 < 0,004 < 0,004 < 0,0040,05
15. Air Raksa (Hg) mg/l < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,0010,001
16. Selenium (Se) mg/l < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,0010,01
17. Zat Organik sbg (KMnO4) mg/l < 0,40 < 0,40 < 0,40 < 0,40 10
18. Deterjen sebagai MBAS mg/l < 0,020 < 0,020 < 0,020 < 0,020 0,5
19. Kesadahan CaCO3 mg/l 235,2 248,9 268,5 234,2 500
Sumber : PT. SUCOFINDO Laboratorium Cabang Semarang
*) Permenkes Nomor 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan Ait untuk Keperluan Higiene Sanitasi , Kolam Renang, Solus per Aqua dan Pemandian Umum

Berdasarkan pada hasil pengukuran kualitas air tanah di 4 titik sampel, maka hampir semua
parameter masih dibawah baku mutu berdasarkan Permenkes Nomor 32 Tahun 2017 tentang Standar
Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Ait untuk Keperluan Higiene Sanitasi ,
Kolam Renang, Solus per Aqua dan Pemandian Umum. Parameter yang telah melampaui baku mutu
yaitu : (1) Coliform pada titik sampel AB1 (Air Kran Toilet Lobby Kedatangan Domestik) sebanyak
120/100 ml (baku mutu 50/100 ml) dan (2) Kandungan Besi (Fe) pada titik sampel AB2 (toilet waiting
room) sebesar 4,43 mg/l (baku mutu 1,0 mg/l).

2. Kualitas Air Sungai

Cara pengukuran, perhitungan dan evaluasi kualitas air sungai berpedoman pada Peraturan
Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air. Pengambilan sampel air sungai untuk penelitian ini dilakukan di sungai di sekitar lokasi proyek
(Kali Kijang) dan air irigasi yang masing-masing dilakukan pengukuran 2 (dua) lokasi yaitu pada up
stream dan down stream.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 29
Provinsi Jawa Tengah
Gambar 3.23. Air Sungai Down Stream Saluran Kali Kijang (AP 1); Sungai
Down Stream Saluran Kali Kijang (AP 2); Air Sungai Down
Stream Saluran Irigasi (AP 3); dan Air Sungai Down Stream
Saluran Irigasi (AP 4)

Hasil pengkuran kualitas air disajikan pada Tabel 3.17, Tabel 3.18, Tabel 3.19 dan Tabel 3.20.

Tabel 3.17. Air Sungai Up Stream Kali Kijang

No. Parameter Uji Satuan Hasil Uji Baku Mutu *)


1. Faecal Coliform Jumlah/100ml 3,7 X 102 1000
2. Total Coliform Jumlah/100ml 8 X 102 5000
3. Temperatur o
C 25,1 Deviasi 3
4. Zat padat terlarut mg/l 161 1000
5. Zat padat tersuspensi mg/l 46 50
KIMIA ORGANIK
1. pH - 7,89 6-9
2. BOD5 mg/l 0,7 3
3. COD mg/l 3,8 25
4. D.O mg/l 7,3 4
5. Total Fosfat sbg P mg/l 0,238 0,2
6. NO3 sbg N mg/l 1,164 10
7. NH3 – N mg/l 0,040 (-)
8. Arsen terlarut mg/l < 0,008 1
9. Kobalt terlarut mg/l < 0,200 0,2
10 Barium terlarut mg/l < 0,400 (-)
11. Boron terlarut mg/l < 0,228 1
12. Seleneium terlarut mg/l < 0,001 0,05

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 30
Provinsi Jawa Tengah
No. Parameter Uji Satuan Hasil Uji Baku Mutu *)
13. Kadmium terlarut mg/l < 0,003 0,01
14. Chrom (VI) terlarut mg/l < 0,016 0,05
15. Tembaga terlarut mg/l < 0,120 0,02
16. Besi terlarut mg/l < 0,132 (-)
17. Timbal terlarut mg/l < 0,010 0,03
18. Mangan terlarut mg/l < 0,036 (-)
19. Air Raksa terlarut mg/l < 0,001 0,002
20. Seng terlarut mg/l < 0,008 0,05
21. Khlorida mg/l 11,9 600
22. Sianida mg/l < 0,010 0,02
23. Fluorida mg/l 0,416 1,5
24. Nitrit sebagai NO2 mg/l 0,195 0,06
25. Sulfat mg/l 3,556 (-)
26. Khlor Bebas mg/l < 0,008 0,03
27. Belerang sbg H2S mg/l < 0,008 0,002
28. Minyak dan Lemak mg/l < 0,8 1
29. Detergent sbg MBAS mg/l < 0,020 0,2
30. Fenol mg/l < 0,020 0,001
Keterangan: Lokasi Pengambilan Sampel pada Koordinat 7°31'12,95"LS; 110°44'27,37"BT.
Sumber : PT. SUCOFINDO Laboratorium Cabang Semarang
*) Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air

Berdasarkan Tabel 3.17 telah terdapat beberapa parameter kualitas air Kali Kijang pada bagian up
stream , yang melampaui baku mutu yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air pada penetapan kelas II.
Adapun parameter tersebut adalah: Zat Padat tembaga terlarut < 0, 120 mg/l (baku mutu 0,02
mg/l), Nitrit sebagai NO2 0,195 mg/l (baku mutu 0,06 mg/l), Belerang sbg H2S < 0,008 mg/l (baku
mutu 0,002 mg/l), dan Fenol <0,020 mg/l (baku mutu 0,001 mg/l).

Tabel 3.18. Air Sungai Down Stream Kali Kijang

No. Parameter Uji Satuan Hasil Uji Baku Mutu *)


1. Faecal Coliform Jumlah/100ml 2,8 X 103 1000
2. Total Coliform Jumlah/100ml 6 X 104 5000
3. Temperatur o
C 26,1 Deviasi 3
4. Zat padat terlarut mg/l 150 1000
5. Zat padat tersuspensi mg/l 534 50
KIMIA ORGANIK
1. pH - 7,78 6-9
2. BOD5 mg/l 2,8 3
3. COD mg/l 15,7 25
4. D.O mg/l 4,8 4
5. Total Fosfat sbg P mg/l 0,592 0,2
6. NO3 sbg N mg/l 0,853 10
7. NH3 – N mg/l 0,193 (-)
8. Arsen terlarut mg/l < 0,008 1
9. Kobalt terlarut mg/l < 0,200 0,2
10 Barium terlarut mg/l < 0,400 (-)
11. Boron terlarut mg/l < 0,228 1

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 31
Provinsi Jawa Tengah
No. Parameter Uji Satuan Hasil Uji Baku Mutu *)
12. Seleneium terlarut mg/l < 0,001 0,05
13. Kadmium terlarut mg/l < 0,003 0,01
14. Chrom (VI) terlarut mg/l < 0,016 0,05
15. Tembaga terlarut mg/l < 0,120 0,02
16. Besi terlarut mg/l 2,03 (-)
17. Timbal terlarut mg/l < 0,010 0,03
18. Mangan terlarut mg/l 0,047 (-)
19. Air Raksa terlarut mg/l < 0,001 0,002
20. Seng terlarut mg/l < 0,008 0,05
21. Khlorida mg/l 16,3 600
22. Sianida mg/l < 0,010 0,02
23. Fluorida mg/l 0,430 1,5
24. Nitrit sebagai NO2 mg/l 0,133 0,06
25. Sulfat mg/l 4,555 (-)
26. Khlor Bebas mg/l < 0,008 0,03
27. Belerang sbg H2S mg/l < 0,008 0,002
28. Minyak dan Lemak mg/l < 0,8 1
29. Detergent sbg MBAS mg/l < 0,020 0,2
30. Fenol mg/l < 0,020 0,001
Keterangan: Lokasi Pengambilan Sampel pada Koordinat 7°31'11,90"LS; 110°44'40,44"BT.
Sumber : PT. SUCOFINDO Laboratorium Cabang Semarang

Berdasarkan Tabel 3.18 telah terdapat beberapa parameter kualitas air Kali Kijang pada bagian
down stream , yang melampaui baku mutu yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah RI No. 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air pada penetapan
kelas II. Adapun parameter tersebut adalah: Faecal Coliform 2800 / 100 ml (baku mutu 1000 /100
ml), Total Coliform 60.000 /100 ml (baku mutu 5000 mg/l), Zat padat tersuspensi 534 mg/l (baku
mutu 50 mg/l), Total Fosfat sebagai P 0,592 mg/l (baku mutu 0,2 mg/l), Tembaga terlarut <0,120
mg/l (baku mutu 0,02 mg/l) dan Nitrit sebagai NO2 0,133 mg/l (baku mutu 0,06 mg/l).

Tabel 3.19. Air Sungai Up Stream Saluran Irigasi

No. Parameter Uji Satuan Hasil Uji Baku Mutu *)


1. Faecal Coliform Jumlah/100ml 7,2 X 103 1000
2. Total Coliform Jumlah/100ml 3,2 X 104 5000
3. Temperatur o
C 25,9 Deviasi 3
4. Zat padat terlarut mg/l 128 1000
5. Zat padat tersuspensi mg/l 188 50
KIMIA ORGANIK
1. pH - 7,57 6-9
2. BOD5 mg/l 2,7 3
3. COD mg/l 14,8 25
4. D.O mg/l 6,9 4
5. Total Fosfat sbg P mg/l 0,536 0,2
6. NO3 sbg N mg/l 1,576 10
7. NH3 – N mg/l 0,208 (-)
8. Arsen terlarut mg/l < 0,008 1
9. Kobalt terlarut mg/l < 0,200 0,2
10 Barium terlarut mg/l < 0,400 (-)
11. Boron terlarut mg/l < 0,228 1
12. Seleneium terlarut mg/l < 0,001 0,05

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 32
Provinsi Jawa Tengah
No. Parameter Uji Satuan Hasil Uji Baku Mutu *)
13. Kadmium terlarut mg/l < 0,003 0,01
14. Chrom (VI) terlarut mg/l < 0,016 0,05
15. Tembaga terlarut mg/l < 0,120 0,02
16. Besi terlarut mg/l 0,608 (-)
17. Timbal terlarut mg/l < 0,010 0,03
18. Mangan terlarut mg/l < 0,036 (-)
19. Air Raksa terlarut mg/l < 0,001 0,002
20. Seng terlarut mg/l < 0,008 0,05
21. Khlorida mg/l 12,8 600
22. Sianida mg/l < 0,010 0,02
23. Fluorida mg/l 0,446 1,5
24. Nitrit sebagai NO2 mg/l 0,164 0,06
25. Sulfat mg/l 2,038 (-)
26. Khlor Bebas mg/l < 0,008 0,03
27. Belerang sbg H2S mg/l < 0,008 0,002
28. Minyak dan Lemak mg/l < 0,8 1
29. Detergent sbg MBAS mg/l < 0,020 0,2
30. Fenol mg/l < 0,020 0,001
Keterangan: Lokasi Pengambilan Sampel pada Koordinat 7°30'53,26"LS; 110°44'44,15"BT.
Sumber : PT. SUCOFINDO Laboratorium Cabang Semarang

Berdasarkan Tabel 3.19 telah terdapat beberada parameter kualitas air saluran irigasi pada bagian
up stream , yang melampaui baku mutu yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah RI No. 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air pada penetapan
kelas II. Adapun parameter tersebut adalah: Faecal Coliform 7200 / 100 ml (baku mutu 1000 /100
ml), Total Coliform 32.000 /100 ml (baku mutu 5000 mg/l), Zat padat tersuspensi 188 mg/l (baku
mutu 50 mg/l), DO 6,9 mg/l (4 mg/l), Tembaga terlarut <0,120 mg/l (baku mutu 0,02 mg/l) dan
Nitrit sebagai NO2 0,164 mg/l (baku mutu 0,06 mg/l).

Tabel 3.20. Air Sungai Down Stream Saluran Irigasi

No. Parameter Uji Satuan Hasil Uji Baku Mutu *)


1. Faecal Coliform Jumlah/100ml 3,4 x 103 1000
2. Total Coliform Jumlah/100ml 4,9 x 104 5000
3. Temperatur o
C 25,3 Deviasi 3
4. Zat padat terlarut mg/l 128 1000
5. Zat padat tersuspensi mg/l 162 50
KIMIA ORGANIK
1. pH - 7,56 6-9
2. BOD5 mg/l 2,1 3
3. COD mg/l 10,8 25
4. D.O mg/l 7,2 4
5. Total Fosfat sbg P mg/l 0,181 0,2
6. NO3 sbg N mg/l 1,307 10
7. NH3 – N mg/l 0,180 (-)
8. Arsen terlarut mg/l < 0,008 1
9. Kobalt terlarut mg/l < 0,200 0,2
10 Barium terlarut mg/l < 0,400 (-)
11. Boron terlarut mg/l < 0,228 1
12. Seleneium terlarut mg/l < 0,001 0,05
13. Kadmium terlarut mg/l < 0,003 0,01

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 33
Provinsi Jawa Tengah
No. Parameter Uji Satuan Hasil Uji Baku Mutu *)
14. Chrom (VI) terlarut mg/l < 0,016 0,05
15. Tembaga terlarut mg/l < 0,120 0,02
16. Besi terlarut mg/l 0,450 (-)
17. Timbal terlarut mg/l < 0,010 0,03
18. Mangan terlarut mg/l < 0,036 (-)
19. Air Raksa terlarut mg/l < 0,001 0,002
20. Seng terlarut mg/l < 0,008 0,05
21. Khlorida mg/l 11,8 600
22. Sianida mg/l < 0,010 0,02
23. Fluorida mg/l 0,251 1,5
24. Nitrit sebagai NO2 mg/l 0,169 0,06
25. Sulfat mg/l 2,839 (-)
26. Khlor Bebas mg/l < 0,008 0,03
27. Belerang sbg H2S mg/l < 0,008 0,002
28. Minyak dan Lemak mg/l < 0,8 1
29. Detergent sbg MBAS mg/l < 0,020 0,2
30. Fenol mg/l < 0,020 0,001
Keterangan: Lokasi Pengambilan Sampel pada Koordinat 7°30'44,16"LS; 110°46'24,74"BT.
Sumber : PT. SUCOFINDO Laboratorium Cabang Semarang

Berdasarkan Tabel 3.20 telah terdapat beberada parameter kualitas air saluran irigasi pada bagian
down stream , yang melampaui baku mutu yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah RI No. 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air pada penetapan
kelas II. Adapun parameter tersebut adalah: Faecal Coliform 3.400 / 100 ml (baku mutu 1000 /100
ml), Total Coliform 49.000 /100 ml (baku mutu 5000 mg/l), Zat padat tersuspensi 162 mg/l (baku
mutu 50 mg/l), DO 7,2 mg/l (4 mg/l), Tembaga terlarut <0,120 mg/l (baku mutu 0,02 mg/l) dan
Nitrit sebagai NO2 0,169 mg/l (baku mutu 0,06 mg/l).

3. Air Limbah (IPAL)

a. Hasil Pengukuran Tahun 2014 – 2017 (Data Sekunder)

Pengelolaan air limbah yang terdapat di Bandar Udara International Adi Soemarmo Kabupaten
Boyolali, merupakan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Setempat (SPALD-S). Metode
pengolahan air limbah eksisting di Bandar Udara International Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali
dengan menggunakan metode klorinasi. Klorinasi (chlorination) adalah proses pemberian klorin
kedalam air yang telah menjalani proses filtarsi dan merupakan langkah yang maju dalam proses
purifikasi air. Klorin ini banyak digunakan dalam pengolahan limbah industri, air kolam renang, dan
air minum di negara sedang berkembang karena sebagai desinfektan, biayanya relatif murah,
mudah, dan efektif. Senyawa-senyawa klor yang umum digunakan dalam proses klorinasi, antara
lain, gas klorin, senyawa hipoklorit, klor dioksida, bromine klorida, dihidroisosianurate dan
kloramin. Klorinasi merupakan salah satu bentuk pengolahan air yang bertujuan untuk membunuh
kuman dan mengoksidasi bahan-bahan kimia dalam air. Kadar sisa klor sebagai produk klorinasi
dipengaruhi oleh beberapa bahan kimia yang bersifat reduktor terhadap klor yang mengakibatkan
kadar sisa klor dalam air tidak cukup untuk membunuh bakteri.

Data pengukuran air limbah (IPAL) yang ada di Bandar Udara Adi Soemarmo ini, diperoleh dari
data hasil pengukuran selama monitoring pelaksanaan RKL RPL dan hasil sampling pada saat
survey tahun 2018. Adapun beberapa parameter yang diambil time series nya yang relatif diukur
pada setiap periode diantaranya yaitu :

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 34
Provinsi Jawa Tengah
(1) pH

Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman tanah atau alkalitas air yang dinyatakan dengan nilai
pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion H+ (hidrogen) dalam air. Semakin tinggi
kadar ion H+ di dalam air, maka semakin masam tanah tersebut, begitu sebaliknya. Hasil
pengukuran pH air limbah di IPAL Bandar Udara Adi Soemarmo, selama Tahun 2014 – 2017, dapat
disajikan pada gambar berikut.

Gambar 3.24. Grafik Kecenderungan Nilai pH Pada 2 (dua) Lokasi berbeda di


sebelum dan sesudah proses IPAL Bandar Udara Adi
Soemarmo.

Dari gambit di atas terlihat bahwa parameter pH yang diukur selama kegiatan monitoring masih
berada pada kisaran baku mutu yang dipersyaratkan, berdasarkan pada Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup RI Nomor 05 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah (Lampiran XLVI).
Penggunaan metode Klorinasi dapat menurunkan pH air dalam IPAL.

(2) BOD

Kebutuhan oksigen biologi atau Biological Oxygen Demand (BOD) diartikan sebagai
banyaknya oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik, pada kondisi
aerobik. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh
organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi. Hasil
pengukuran BOD air limbah di IPAL Bandar Udara Adi Soemarmo, selama Tahun 2014 – 2017,
dapat disajikan pada Gambar 3.25.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 35
Provinsi Jawa Tengah
Gambar 3.25. Grafik Kecenderungan Nilai BOD Pada 2 (dua) Lokasi berbeda di
sebelum dan sesudah proses IPAL Bandar Udara Adi
Soemarmo.

Dari gambar di atas terlihat bahwa parameter BOD yang diukur selama kegiatan monitoring pada
awalnya masih dibawah baku mutu yang dipersyaratkan, namun pada periode pemantauan
tahun 2016 semester II dan 2017 semester I terjadi peningkatan diatas baku mutu, namun pada
periode semester II tahun 2017 telah terjadi penurunan kembali mendekati baku mutu yang
dipersyaratkan. Penggunaan metode Klorinasi dapat menurunkan BOD air dalam IPAL.

(3) TSS

Kandungan material padatan di perairan dapat diukur berdasarkan padatan terlarut total
(Total Dissolve Solid /TDS) dan padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid/TSS). Zat
Padat Tersuspensi/Total Suspended Solids (TSS) merupakan materi atau bahan tersuspensi
yang menyebabkan kekeruhan air terdiri dari lumpur, pasir halus serta jasad-jasad renik yang
terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi yang terbawa badan air (Effendi, 2003).
TSS merupakan salah satu faktor penting menurunnya kualitas perairan sehingga
menyebabkan perubahan secara fisika, kimia dan biologi (Bilotta and Brazier, 2008).
Perubahan secara fisika meliputi penambahan zat padat baik bahan organik mau pun
anorganik ke dalam perairan sehingga meningkatkan kekeruhan yang selanjutnya akan
menghambat penetrasi cahaya matahari ke badan air. Berkurangnya penetrasi cahaya
matahari akan berpengaruh terhadap proses fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton
dan tumbuhan air lainnya. Banyaknya TSS yang berada dalam perairan dapat menurunkan
kesediaan oksigen terlarut. Jika menurunnya ketersediaan oksigen berlangsung lama akan
menyebabkan perairan menjadi anaerob, sehinggga organisme aerob akan mati. Tingginya TSS
juga dapat secara langsung menganggu biota perairan seperti ikan karena tersaring oleh
insang. Nilai TSS dapat menjadi salah satu parameter biofisik perairan yang secara dinamis
mencerminkan perubahan yang terjadi di daratan maupun di perairan. TSS sangat berguna
dalam analisis perairan dan buangan domestik yang tercemar serta dapat digunakan untuk
mengevaluasi mutu air, maupun menentukan efisiensi unit pengolahan.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 36
Provinsi Jawa Tengah
Gambar 3.26. Grafik Kecenderungan Parameter TSS Pada 2 (dua) Lokasi
berbeda di sebelum dan sesudah proses IPAL Bandar Udara
Adi Soemarmo.

Dari gambar di atas terlihat bahwa parameter BOD yang diukur selama kegiatan monitoring pada
awalnya pada periode pemantauan 2014 berada diatas baku mutu yang dipersyaratkan, namun
selanjutnya normal kembali dan seluruhnya berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan,
walaupun masuk berfluktuatif. Perlakuan pengelolaan air limbah yang terdapat dalam IPAL dapat
menurunkan TSS.

b. Pengukuran Tahun 2018 (Data Primer)

Data kualitas air limbah domestik di IPAL Bandar Udara International Adi Soemarmo Kabupaten
Boyolali, selain menggunakan data sekunder dari hasil pemantauan setiap tahunnya, maka
dilakukan pula pengukuran secara langsung untuk mengetahui kualitas air limbah pada inlet dan
outlet IPAL.

Gambar 3.27. Pengambilan Contoh Air Limbah di Inlet dan Outlet

Parameter yang dilakukan analisis untuk mengetahui kualitas air limbah di inlet dan outlet
IPAL meliputi: Kebutuhan oksigen biologi atau Biological Oxygen Demand (BOD), Zat Padat
Tersuspensi / Total Suspended Solids (TSS), minyak dan lemak, serta pH. Hasil pengkuran
ditunjukan pada Tabel 3.21.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 37
Provinsi Jawa Tengah
Tabel 3.21. Hasil Pengukuran Kualitas Air Outlet IPAL

Hasil
Parameter Satuan Syarat Mutu
Inlet IPAL Outlet IPAL
BOD.5 mg/l 44,5 7,1 100
Total Suspended Solid mg/l 32 24 100
Minyak dan Lemak mg/l < 0,8 < 0,8 10
pH 7,25 7,26 6–9
Sumber : PT. SUCOFINDO Laboratorium Cabang Semarang

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa proses pengelolaan limbah di IPAL dapat berjalan
secara efektif karena dapat menurunkan nilai pada setiap parameter yang ditunjukkan hasil pada
outlet lebih kecil dibandingkan pada inlet IPAL. Selain itu nilai pada setiap parameter hasil
pengukuran pada outlet dan inlet IPAL masih di bawah baku mutu berdasarkan pada Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 05 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah (Lampiran
XLVI). , sehingga diperbolehkan untuk dialirkan ke badan air penerima.

3.1.1.8 Penggunaan Lahan

Tataguna lahan di lokasi rencana pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo
Kabupaten Boyolali terdiri dari permukiman, sawah, ladang, makam, semak, tanah kosong, saluran
irigasi dan jalan kabupaten, yang secara rinci luasannya dapat disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.22. Tata Guna Lahan Di Lokasi Rencana Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi
Soemarmo Surakarta di Kabupaten Boyolali

Jumlah
No. Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persen (%)
Ha %
1 Permukiman 0,66 1,61 4,97 12,09
0,34 0,83
3,97 9,65
2 Sawah 10,27 25,00 29,67 72,12
0,32 0,78
9,56 23,20
8,52 20,70
0,27 0,66
0,73 1,78
3 Ladang 0,16 0,39 2.44 5,93
0,56 1,36
1,14 2,77
0,58 1,41
4 Makam 0,26 0,63 0,26 0,63
5 Semak 0,55 1,34 0,55 1,34
6 Lahan Kosong 0,42 1,02 1,39 3,38
0,14 0,34
0,83 2,02
7 Saluran Irigasi 0,55 1,34 0,55 1,34
8 Jalan 1,31 3,19 1,31 3,19

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 38
Provinsi Jawa Tengah
Jumlah
No. Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persen (%)
Ha %
Jumlah 41,12 100 41,12 100,00
Sumber: Interpretasi Citra Ikonos, 2018.

Dari data pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa lahan yang paling luas untuk pengembangan
Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali adalah lahan sawah mencapai 29,67
ha (72,12%), kemudian permukiman mencapai 4,97 ha (12,08%) dan yang paling sempit adalah
penggunaan lahan untuk saluran irigasi. Sebaran keruangan tataguna lahan di lokasi rencana
pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada
Gambar 3.28. Berdasarkan kriteria kualitas lingkungan, tata guna lahan bahwa lokasi rencana
pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Surakarta di Kabupaten Boyolali termasuk
lahan dengan kategori rendah untuk dikonversi atau kategori jelek karena kurang lebih 72,12%
merupakan lahan pertanian kelas I.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 39
Provinsi Jawa Tengah
Gambar 3.28. Peta Tutupan Lahan Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 40
Provinsi Jawa Tengah
3.1.2. Komponen Transportasi

3.1.2.1. Kondisi Transportasi Darat

1. Ruas Jalan dan Simpang

Terdapat beberapa ruas jalan dan simpang yang secara langsung akan terdampak akibat
pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali. Gambar lokasi
simpang dan ruas jalan disajikan pada Gambar 3.29. Data ruas jalan dan simpang, serta
dokumentasi kondisi saat ini dapat dilihat pada Tabel 3.23.

Gambar 3.29. Lokasi Simpang dan Ruas Jalan Terdampak Bandar Udara Internasional Adi
Soemarmo Kabupaten Boyolali

Tabel 3.23. Kondisi Ruas Jalan dan Simpang yang Terkena Dampak

Lebar
Lebar
Nama Nama Ruas Tipe Jalur
Bahu Dokumentasi
Simpang Jalan Lajur Efektif
(m)
(m)
S1 Jl. Raya 2/2UD 5.7-6.0 1.0
Nogosari
Mangu (U)

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 41
Provinsi Jawa Tengah
Lebar
Lebar
Nama Nama Ruas Tipe Jalur
Bahu Dokumentasi
Simpang Jalan Lajur Efektif
(m)
(m)
Jl. Cendrawasih 2/2UD 6.7-6.9 0.5
(T)

Jl. Raya 2/2UD 7.5-7.9 ≥ 2.0


Nogosari
Mangu (S)

Jl. Cendrawasih 2/2UD 3.2-.3.0 1.0


(B)

S2 Jl. Adi 2/2UD 7.1-7.9 ≥ 2.0


Soemarmo (U)

Jl. Embarkasi 2/2UD 8.2-11.0 1.0


Haji (T)

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 42
Provinsi Jawa Tengah
Lebar
Lebar
Nama Nama Ruas Tipe Jalur
Bahu Dokumentasi
Simpang Jalan Lajur Efektif
(m)
(m)
Jl. Adi 2/2UD 13.0-13.4 ≥ 2.0
Soemarmo (S)

Jl. Raya Waduk 2/2UD 6.2-8.8 1.0


Cengklik (B)

S3 Jl. Ngemplak 2/2UD 5.0-5.2 ≤ 0.5


Ketitang (U)

Jl. Ngemplak 2/2UD 6.8-6.9 1.0


Ketitang (S)

Jl. Cendrawasih 2/2UD 6.2-6.6 1.0


(B)

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 43
Provinsi Jawa Tengah
Lebar
Lebar
Nama Nama Ruas Tipe Jalur
Bahu Dokumentasi
Simpang Jalan Lajur Efektif
(m)
(m)
S4 Jl. Ngemplak 2/2UD 6.8-7.3 ≤ 0.5
Ketitang (U)

Jl. Embarkasi 2/2UD 7.2 1.0


Haji (T)

Jl. Embarkasi 2/2UD 6.2-6.8 ≤ 0.5


Haji (B)

Sumber: Data Primer, 2018.

Hasil analisis kinerja jalan yang diukur dengan Degree of Saturation (DS) yang membandingkan
kapasitas jalan dengan volume arus maksimal atau puncak yang melalui jalan-jalan yang terkena
dampak Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali tampak bahwa beberapa
jalan telah menunjukan kinerja yang tidak layak (DS > 0.85). Jalan-jalan tersebut adalah Jalan
Raya Nogosari Mangu Utara (DS = 0.96), Jalan Raya Nogosari Mangu Selatan (DS = 1.16), Jalan
Embarkasi Haji Barat (DS = 1.04), Jalan Ngemplak Ketintang Utara (DS=1.34) dan Jalan Ngemplak
Ketintang Selatan (DS=1.04). Kondisi saat ini Jalan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo
Kabupaten Boyolali bagian Utara juga telah mendekat batas kelayakan dengan DS =0.83. Kondisi
tersebut memperlihatkan kepadatan lalu lintas yang telah terjadi di sekitar lokasi Bandara.
Kepadatan lalu lintas saat ini lebih dikarenakan pergerakan penduduk local yang berangkat bekerja
maupun sekolah dari wilayah-wilayah luar Kota Surakarta dan menuju Kota Surakarta. Moda
transportasi memperlihatkan lebih didominasi oleh perjalanan sepeda motor.

Data hasil analisis keseluruhan kinerja jalan terkena dampak, beserta nilai kualitas lingkungan
masing-masing jalan, disajikan pada Tabel 3.24.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 44
Provinsi Jawa Tengah
Tabel 3.24. Kondisi Kinerja Jalan ditinjau dari Degree of Saturation (DS) ruas jalan terkena
dampak Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali

Lebar
Lebar Kapasitas Arus
Tipe Jalur
No Nama Ruas Jalan Bahu Jalan Maksimal DS
Lajur Efektif
(m) (SMP/Jam) (SMP/Jam)
(m)
1 Jl. Raya Nogosari Mangu (Utara) 2/2UD 5.7-6.0 1.0 1878 1811 0.96

2 Jl. Raya Nogosari Mangu 2/2UD 7.5-7.9 ≥ 2.0 2113 2454 1.16
(Selatan)
3 Jl. Cendrawasih (Barat Bandara) 2/2UD 6.7-6.9 0.5 2797 1032 0.37

4 Jl. Cendrawasih (Barat Simpang 2/2UD 3.2-.3.0 1.0 1300 174 0.13
Bandara)
5 Jl. Adi Soemarmo (Utara) 2/2UD 7.1-7.9 ≥ 2.0 2797 2311 0.83

6 Jl. Embarkasi Haji (Barat) 2/2UD 8.2- 1.0 3497 3654 1.04
11.0
7 Jl. Adi Soemarmo (Selatan) 2/2UD 13.0- ≥ 2.0 2699 1334 0.49
13.4
8 Jl. Raya Waduk Cengklik 2/2UD 6.2-8.8 1.0 3288 978 0.30

9 Jl. Ngemplak Ketitang (Utara) 2/2UD 5.0-5.2 ≤ 0.5 1183 1582 1.34

10 Jl. Ngemplak Ketitang (Selatan) 2/2UD 6.8-6.9 1.0 2159 2214 1.03

11 Jl. Cendrawasih (Barat Bandara) 2/2UD 6.2-6.6 1.0 2233 1055 0.47

12 Jl. Ngemplak Ketitang (Utara) 2/2UD 6.8-7.3 ≤ 0.5 2185 1717 0.79

13 Jl. Embarkasi Haji Utama 2/2UD 7.2 1.0 2233 1599 0.72

14 Jl. Embarkasi Haji (Timur 2/2UD 6.2-6.8 ≤ 0.5 2257 802 0.36
Bandara)
Sumber: Analisis Data, 2018.

Diperkirakan terdapat 4 (empat) simpang utama yang terkena dampak pembangunan dan
operasional Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, yaitu:

1) Simpang 1 = Simpang Bersinyal Jl Raya Nogosari Mangu – Jl Cendrawasih

Merupakan simpang bersinyal empat lengan, dua fase. Kondisi awal memperlihatkan semua
pendekat pada kondisi layak (DS < 0.85). Hanya saja, kondisi pendekat selatan dan utara telah
mendekati ambang batas kelayakan dengan nilai Degree of Saturation (DS) = 0.818.

2) Simpang 2 = Simpang Bersinyal Jl. Adi Soemarmo – Jl. Embarkasi Haji

Merupakan simpang bersinyal empat lengan, dua fase. Kondisi awal memperlihatkan semua
pendekat pada kondisi layak (DS < 0.85), kecuali pada pendekatan Selatan yang mempunyai
nilai DS =1.108, hal ini dikarenakan pada pendekat selatan terdapat median yang mengurangi
peluang kendaraan masuk suatu ruas jalan. Degree of Saturation (DS) pendekat lain berkisar
antara 0.460 hingga 0.782.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 45
Provinsi Jawa Tengah
3) Simpang 3 = Simpang Tak Bersinyal Jl. Ngemplak Ketitang – Jl. Cenderawasih

Merupakan simpang tak bersinyal 3 lengan. Kondisi eksisting memperlihatkan arus lalu lintas
yang harus dilayani pada jam puncak adalah sebesar 2425 smp/jam, dengan mayoritas berupa
kendaraan sepeda motor dan tak bermotor, akibatnya kinerja simpang sangat tidak layak yang
diwakili Degree of Saturation (DS) = 1,364 dengan peluang antrian (77-163)%.

4) Simpang 4 = Simpang Tak Bersinyal Jl. Embarkasi Haji – Jl. Ngemplak Ketitang

Merupakan simpang tak bersinyal 3 lengan. Kondisi eksisting memperlihatkan arus lalu lintas
yang harus dilayani pada jam puncak adalah sebesar 2058 smp/jam, dengan mayoritas berupa
kendaraan sepeda motor dan tak bermotor, akibatnya kinerja simpang sangat tidak layak yang
diwakili Degree of Saturation (DS) = 1.195 dengan peluang antrian (58-118)%.

Untuk kajian lebih lengkap mengenai kajian aspek transportasi tersaji pada dokumen andalalin
Pembangunan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali.

Gambar 3.30. Denah Lokasi Simpang S1


(Jl. Raya Nogosari Mangu – Jl. Cenderawasih)

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 46
Provinsi Jawa Tengah
Gambar 3.31. Denah Lokasi Simpang S2
(Jl. Raya Nogosari Mangu – Jl. Embarkasi Haji)

Gambar 3.32. Denah Lokasi Simpang S3


(Jl. Ngemplak Ketitang – Jl. Cenderawasih)

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 47
Provinsi Jawa Tengah
Gambar 3.33. Denah Lokasi Simpang S4
(Jl. Embarkasi Haji – Jl. Ngemplak Ketitang)

Data hasil analisis keseluruhan kinerja simpang terkena dampak, beserta nilai kualitas lingkungan
masing-masing simpang, disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.25. Kondisi Kinerja Simpang ditinjau dari Degree of Saturation (DS) simpang terkena
dampak Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali

Tipe Degree of Saturation


No Lokasi Simpang
Simpang (DS) Terbesar
1 Simpang S1 Bersinyal 0.818
(Jl. Raya Nogosari Mangu – Jl. Cenderawasih) (Salah satu Pendekat)
2 Simpang S2 Bersinyal 1.108
(Jl. Raya Nogosari Mangu – Jl. Embarkasi Haji) (Salah satu Pendekat)
3 Simpang S3 Tidak Bersinyal 1.364
(Jl. Ngemplak Ketitang – Jl. Cenderawasih)
4 Simpang S 4 Tidak Bersinyal 1.195
(Jl. Embarkasi Haji – Jl. Ngemplak Ketitang
Sumber: Data Analisis, 2018.

2. Fasilitas Parkir

Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali memiliki area parkir mobil
penumpang, parkir taxi, parkir bus, dan parkir kendaraan roda motor. Area parkir eksisting pada
lahan seluas 31.068 m². Pembagian lahan parkir terdiri dari 29.000 m2 untuk kapasitas 790 mobil,
untuk parkir bus seluas 1.096 m2 untuk kapasitas 12 bus besar, parkir untuk kendaraan roda dua
seluas 972 m2 untuk kapasitas 1.900 motor. Lahan parkir tersebut rencananya akan diperluas
menjadi 35.800 m² dengan pembagian untuk mobil penumpang seluas 6.800m² dan akan

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 48
Provinsi Jawa Tengah
dibangun lahan parkir untuk taksi seluas 700m². Layout pengembangan area parkir disajikan pada
gambar berikut.

Gambar 3.34. Lay Out Denah Fasilitas Parkir di Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo
Kabupaten Boyolali

3.1.2.2. Kondisi Transportasi Udara

Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali berada di Kecamatan Ngemplak,
Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah dan terletak pada 07°30’49’’LS dan 110°45’02’’BT. Lahan Bandar
Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali secara keseluruhan adalah 165,27 Ha. Bandar
Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali mempunyai landasan pacu dengan arah
08R/26L dan dimensi 2.600m x 45m, berdaya dukung mampu menampung pesawat terbang Fokker
28 MK-4.000 dengan muatan maximum yang diperkenankan, B 737/739 serta pesawat A330 untuk
penerbangan haji. Dengan terminal seluas 13.000 m² dengan kapasitas 1.525.013 penumpang per
tahun. Area bandara adalah 13,73 ha dengan fasilitas pendukung TNI-AU seluas 151,90 ha. Total
area untuk 3 taxiway seluas 13.340 m², area untuk apron seluas 420m x 135m dan parking stand
yang dapat menampung 10 pesawat, dan area untuk stopway seluas 5.400m². Kondisi Bandar Udara
Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali yang perlu disampaikan antara lain adalah sebagai berikut:

a) Data bandara:

- Jarak dari Kota Surakarta: 14 kilometer

- Koordinat: 07°30’49’’LS dan 110°45’02’’BT.

- Ketinggian: 128 mdpl

b) Data lapangan:
Runway 1: Heading 08R/26L, 4,000 m (13.123 ft), 68/F/C/X/T, ILS, Lighting: PAPI

- Fire Category VIII, Rescue and fire fighting

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 49
Provinsi Jawa Tengah
- Navigational Aids: VOR-DME, NDB

- Airfield Restrictions: Wide body ACFT 180 turn at the end of Runway

Runway 2: Heading 08L/26R, 3,000 m (9,843 ft), 68/F/C/X/T, ILS, Lighting: PAPI

- Fire Category XIII, Rescue and fire fighting

- Navigational Aids: VOR-DME, NDB

- Airfield Restrictions: Wide body ACFT 180 turn at the end of Runway

Fasilitas kargo:

Kapasitas 48 ton (105.000 lbs), gudang seluas 574m² (6,178sq ft), kawasan berikat, hanya kargo
domestik, karantina hewan, fasilitas kesehatan, peralatan x-ray , bahan berbahaya, GPU, sabuk
berjalan kargo, dan kursi roda.

Tabel 3.26. Jumlah Permintaan Jasa Angkutan Udara Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo
Kabupaten Boyolali

Eksisting
No Uraian Keterangan
2016
1 Penumpang (pax)
a. Tahunan 2.189.957 Penumpang
b. Jam Sibuk 1.476 Penumpang
c. Harian 5.905 Penumpang
2 Kargo (Ton/Tahun) 6.498 Ton
3 Pergerakan Pesawat (Komersial/Kargo)
a. Tahunan 28.934 Pesawat
b. Jam Sibuk 15 Pesawat
c. Harian 62 Pesawat
4 Jumlah Pesawat Jam Sibuk 8 Pesawat
5 Jenis Pesawat Terbesar A330-300
6 Rute Terjauh Jeddah
Sumber: PT. Angkasa Pura I, 2018.

Tabel 3.27. Jumlah Penumpang dan Pergerakan Pesawat

No Uraian Eksisting 2017 Keterangan

1. Penumpang (pax)
a. Tahunan 2.785.000 Penumpang
b. Jam Sibuk 1.476 Penumpang
c. Harian 5.905 Penumpang
2. Kargo (Ton / Tahun) 7.735.501 Ton
3. Pergerakan Pesawat (komersial / Kargo)
a. Tahunan 32.480 Pesawat
b. Jam Sibuk 15 Pesawat
c. Harian 62 Pesawat
4. Jumlah Pesawat Jam Sibuk 8 Pesawat

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 50
Provinsi Jawa Tengah
No Uraian Eksisting 2017 Keterangan

5. Jenis Pesawat Terbesar A330-300


6. Rute Terjauh Jeddah
Sumber: PT Angkasa Pura 1, 2018.

3.1.3. Komponen Biologi

3.1.3.1. Vegetasi

Pengamatan vegetasi dilakukan di dalam lokasi proyek yang difokuskan pada lokasi pengembangan
Bandar Udara Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali dan sekitarnya serta lokasi pengalihan jalan baru
serta saluran irigasi. Berdasarkan hasil survei lapangan, lokasi kegiatan pengembangan merupakan
ekosistem buatan yang meliputi sawah irigasi, kebun dan pekarangan, yang dimiliki oleh masyarakat
dan TNI Angkatan Udara. Kondisi vegetasi di tapak proyek perluasan dan pengembangan Bandar
Udara serta pengalihan jalan dan saluran irigasi dapat dilihat pada Gambar 3.35 – Gambar 3.37.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 51
Provinsi Jawa Tengah
Gambar 3.35. Kondisi Vegetasi di Tapak Pengembangan Sisi Barat Bandar Udara Adi
Soemarmo Kabupaten Boyolali (Desa Ngesrep dan Desa Sobokerto)

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 52
Provinsi Jawa Tengah
Gambar 3.36. Kondisi Vegetasi di Tapak Pengembangan Sisi Utara Bandar Udara
Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali (Desa Sindon)

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 53
Provinsi Jawa Tengah
Gambar 3.37. Kondisi Vegetasi di Tapak Pembangunan Jalan Alternatif dan Saluran
Irigasi (Desa Ngesrep dan Desa Sobokerto) serta Jalan Eksisting (Jl.
Raya Waduk Cengklik)

Tanaman yang dibudidayakan penduduk terutama adalah tanaman padi karena sebagian besar
didominasi oleh sawah yang teraliri irigasi sepanjang tahun. Selain padi terdapat jenis lain berupa
tanaman budidaya jagung (Zea mays), ubi kayu (Manihot utilissima), dan ketela rambat (Ipomoea
batatas). Sepanjang pematang sawah dimanfaatkan untuk tanaman pisang (Musa paradisiaca),
pepaya (Carica papaya) dan jati (Tectona grandis), sedangkan sepanjang badan air yang menjadi
limpasan Waduk Cengklik ditumbuhi oleh bambu ori dan bamboo jawa ( Bambussa spp). Herba yang
biasa ditemukan di kawasan rencana kegiatan adalah putri malu (Mimosa pudica), alang-alang
(Imperata cylindrica), dan jenis rumput-rumputan (Graminae) lainnya. Tanaman pekarangan
penduduk adalah tanaman buah, seperti mangga (Mangivera indica), nangka (Artocarpus integra),
pisang (Musa paradisiaca), jambu biji (Psidium guajava), sedangkan tanaman sayur umumnya cabai.

Jenis-jenis tumbuhan budidaya di kawasan tapak proyek selengkapnya disajikan pada Tabel 3.28
dan Tabel 3.29.

Tabel 3.28. Jenis Tanaman Budidaya yang Banyak Dijumpai di Tapak Pengembangan Bandar
Udara Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali dan Tapak Jalan Pengalihan serta Saluran
Irigasi

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili


1 Mangga Mangivera indica Anacardiaceae
2 Jambu Mete Anacardium occidentale Anacardiaceae
3 Sirsak Annona muricata Annonaceae
4 Talas Colocaisa esculenta Araceae
5 Pepaya Carica papaya Caricaceae
6 Kangkung Ipomoea aquatica Convolvulaceae
7 Ubi Rambat Ipomoea batatas Convolvulaceae
8 Ubi Kayu Manihot utilissima Euphorbiaceae
9 Johar Casssia samea Fabaceae
10 Sengon Albizia chinensis Fabaceae
11 Melinjo Gentum gnemon Genetaceae
12 Jati Tectona grandis Lamiaceae
13 Nangka Artocarpus heterophyllus Moraceae
14 Pisang Musa spp Musacceae
15 Jambu Air Eugenia aquea Myrtaceae
16 Jambu Biji Psidium guajava Myrtaceae
17 Bambu Bambusa spp Poaceae

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 54
Provinsi Jawa Tengah
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili
18 Padi Oryza sativa Poaceae
19 Jagung Zea mays Poaceae
20 Lengkeng Dimocarpus longan Sapindaceae
Sumber : Hasil Survei Tim Addendum ANDAL dan RKL-RPL, 2017-2018.

Tabel 3.29. Jenis Tumbuhan Peneduh Jalan dan Jenis Lain yang Sering dijumpai di Tapak
Pengembangan Bandar Udara Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali dan Tapak Jalan
Pengalihan serta Saluran Irigasi

No. Nama Lokal Nama Latin Famili


1 Mangga Mangivera inidica Anacardiaceae
2 Glodogan Polyalthia longifolia Annonaceae
3 Akasia Acacia auriculiformis Fabaceae
4 Akasia mangium Acacia mangium Fabaceae
5 Trembesi Albizia saman Fabaceae
6 Flamboyan Delonix regia Fabaceae
7 Dadap Merah Eryhtrina cristagali Fabaceae
8 Asem Londo Pithecellobium dulce Fabaceae
9 Angsana Pterocarpus indicus Fabaceae
10 Jati Tectona grandis Lamiaceae
11 Kapuk/Randu Ceiba petandra Malvaceae
12 Duku Lansium parasiticum Meliaceae
13 Mahoni Swietenia macropphylla Meliaceae
14 Ketapang Terminalia catappa Myrtales
15 Kayu Afrika Meisopsis eminii Rhamnaceae
16 Ceri/Talo Prunus sp Rosaceae
17 Kiara Payung Felicium decipiens Sapindaceae
Sumber : Hasil Survei Tim Addendum ANDAL dan RKL-RPL, 2017-2018.

Hasil inventarisasi jenis menunjukkan tidak diketemukan jenis-jenis endemik dan jenis-jenis yang
dilindungi berdasarkan Lampiran Permen LHK RI No P.92/ Menlhk/ Setjen/Kum.1/8/2018 tentang
Perubahan atas Permen LHK No.P.20/ Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan
Satwa yang Dilindungi. Jenis dominan adalah pisang dan ketela pohon yang memiliki jumlah populasi
terbesar bila dibandingkan dengan jenis-jenis lain.

Dari uraian di atas diketahui bahwa terdapat 20 jenis tanaman budidaya, 17 jenis tanaman peneduh
jalan dan jenis-jenis tumbuhan tingkat bawah; tidak ada jenis-jenis yang dilindungi undang-undang
dan potensi pemanfaatan flora terhadap tanaman budidaya maupun tanaman peneduh cukup besar,
sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas flora di area pengembangan dan perluasan Bandar Udara
Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali dan sekitarnya adalah baik.

3.1.3.2. Fauna

1. Satwa Liar

Satwa liar yang terdapat di kawasan area kegiatan adalah mamalia, reptil dan burung, di antaranya
antara lain tikus, kadal, ular sawah, dan lain lain. Sementara itu jenis burung antara lain burung
gereja, kutilang dan walet. Avertebrata (hewan tidak bertulang belakang) di kawasan tersebut yang
dijumpai adalah kupu-kupu, semut, belalang, dan capung. Berbagai jenis satwa liar yang ada di
sekitar kawasan tapak proyek daerah studi disajikan pada Tabel 3.30 berikut ini.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 55
Provinsi Jawa Tengah
Tabel 3.30. Satwa Liar di Tapak Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo
Kabupaten Boyolali dan Sekitarnya

Status Konservasi
IUCN*) Permen
No Kelas Nama Lokal Nama Ilmiah Famili
LHK No.
P92/2018
1 Mamalia Kucing Felis catus Felidae TD
Tikus sawah Rattus argentiventer Muridae LC*) TD
2 Reptilia Kadal Eutropis multifasciata Scincidae TD
Ular sawah Phyton sp Phytonidae TD
3 Aves Kuntul Egretta sp Ardeidae LC TD
Prenjak Prinia spp Cistilodae TD
Pipit Lonchura leucogastroides Estrildidae LC TD
Bentet Lanius schah Laniidae LC TD
Gereja Passer montanus Passeridae LC TD
Kutilang Pycnonotus aurigaster Pycnonotidae LC TD
4 Insekta Capung Ordo : Odonata Ghompidae TD
Libelluidae
Coenagrionidae
Belalang Ordo : Orthoptera - TD
Kupu-kupu Ordo: Lepidoptera - TD
Semut Ordo : Hymenoptera Formicidaae TD
Sumber: Analisis Survei Lapangan, 2017
Keterangan :
- Permen LHK RI No P.92/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2018 tentang Perubahan atas Permen LHK
No.P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi
- LC (least concern) atau resiko rendah berdasarkan IUCN red list (International Union for Conservation of
Nature and Natural Resources ); D (Dilindungi); TD (Tidak Dilindungi)

Menurut IUCN red list terdapat 6 jenis satwa liar yang beresiko rendah dari kelas mamalia dan aves
yaitu Egretta sp., Rattus argentiventer; Lonchura leucogastroides; Lanius schah; Passer montanus
dan Pycnonotus aurigaster. Tidak terdapat jenis yang dilindungi, sesuai Lampiran Permen LHK RI No
P.92/ Menlhk/ Setjen/Kum.1/8/2018 tentang Perubahan atas Permen LHK No.P.20/
Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

2. Hewan Peliharaan

Hewan peliharaan/budidaya yang ada di masyarakat sekitar Bandar Udara Internasional Adi
Soemarmo Kabupaten Boyolali di antaranya, seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 3.31. Hewan Peliharaan dan Ternak di Tapak Proyek Bandar Udara Internasional Adi
Soemarmo Kabupaten Boyolali dan Sekitarnya

No. Kelas Nama Lokal Nama Ilmiah Famili


1 Mamalia Kerbau Bubalus bubalis Bovidae
Sapi Bossondaicus Bovidae
Kambing Capra hircus Bovidae
2 Aves Itik Anas sp Anatidae
Ayam Gallus gallus Phasianidae
Sumber: Analisis Survei Lapangan, 2017

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 56
Provinsi Jawa Tengah
Berdasarkan uraian di atas, jumlah jenis fauna pada kisaran 16-25 jenis; terdapat jenis yang
dilindungi; tidak dijumpai jenis top predator; potensi pemanfaatan sedang maka dapat disimpulkan
kualitas fauna di area pengembangan dan Bandar Udara Adi Soemarmo dan sekitarnya sedang.

3.1.3.3. Biota Perairan

Pengamatan biota perairan difokuskan pada plankton (zooplankton dan fitoplankton) dan bentos di
badan air di sekitar tapak yaitu Kali Kijang dan saluran irigasi eksisting. Pengamatan plankton dan
bentos bertujuan untuk mengetahui kondisi kualitas badan air tersebut secara biologis berdasarkan
kualitas plankton dan bentos yang hidup di badan air tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa
plankton dan bentos dapat digunakan sebagai indikator perairan. Parameter yang dianalisis adalah
sebagai berikut :

1. Indeks Keanekaragaman Jenis/Indeks Heterogenitas (H’)

Untuk mengetahui kestabilan keanekaragaman jenis plankton dan bentos di perairan tersebut dapat
diketahui berdasarkan Indeks Keanekaragaman Jenis atau Heterogenitas (H’). Kestabilan suatu jenis
juga dipengaruhi oleh tingkat kemerataannya, semakin tinggi nilai H’ maka keanekaragaman jenis
semakin dalam komunitas tersebut semakin stabil. Sebaliknya semaikin rendah nilai H’ maka tingkat
kestabilan keanekaragaman jenis dalam komunitas tersebut semakin rendah (Odum, 1996).
Keragaman yang rendah menunjukkan tekanan ekosistem, sehingga hanya jenis-jenis tertentu saja
yang dapat bertahan.

Menurut Odum 1996, kriteria Indeks Keanekaragaman Jenis atau Indeks Heterogenitas (H’)
diklasifikasikan sebagai berikut :

- H' < 1 Keragaman rendah, miskin, produktivitas sangat rendah sebagai indikasi adanya tekanan
yang berat dan ekosistem tidak stabil;

- 1 < H' < 3 Keragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, tekanan
ekologis sedang;

- H’ > 3 Keragaman tinggi, stabilitas ekosistem mantap, produktivitas tinggi, tahan terhadap
tekanan ekologis.

2. Indeks Kemerataan Penyebaran/Indeks Eveness (e’)

Dalam suatu komunitas, kemerataan individu tiap spesies dapat diketahui dengan menghitung Indeks
Keseragaman/Kemerataan Jenis atau Indeks Eveness (e’). Indeks kemerataan ini merupakan suatu
angka yang tidak bersatuan, yang besarnya antara 0 – 1, semakin kecil nilai indeks keseragaman,
semakin kecil pula keseragaman suatu populasi, berarti penyebaran jumlah individu tiap spesies tidak
sama dan kecenderungan bahwa suatu spesies mendominasi populasi tersebut. Sebaliknya semakin
besar nilai indeks kemerataan, maka populasi menunjukan keseragaman, yang berarti bahwa jumlah
individu tiap spesies boleh dikatakan sama atau merata.

Apabila nilai e’ < 20 dapat dikatakan kondisi penyebaran jenis tidak stabil, sedangkan apabila nilai e’ :
0,21 < e’ < 1 dapat dikatakan kondisi penyebaran jenis stabil (Krebs, 1986).

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 57
Provinsi Jawa Tengah
Berdasarkan hasil analisis laboratorium PT Sucofindo Cirebon terhadap sampel air sungai dan saluran
irigasi eksisting yang dikaji didapatkan jenis-jenis organisme fitoplankton dan zooplankton dan benthos
(lihat Tabel 3.32 - Tabel 3.34).

Tabel 3.32. Kualitas Fitoplankton di Wilayah Studi

Analisis Fitoplankton
Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4
No Jenis 730’ 43.848”LS 730’ 50.1012” LS 731’ 11.6148” LS 731’ 12.9828” LS
11046’ 39.0396”BT 11044’ 44.5164” BT 11044’ 27.294” BT 11044’ 28.2192” BT
(Cell/l) (%) (Cell/l) (%) (Cell/l) (%) (Cell/l) (%)

BACILLARIOPHYCEAE
1 Cocconeis sp. 32 17.39 24 9.09
2 Fragillaria sp. 64 23.02 80 30.30 72 23.68
3 Nitzschia sp. 80 26.32
4 Asterionella sp. 54 19.42

CHLOROPHYCEAE
5 Spirogyra sp. 88 47.83 72 25.90 72 27.27 56 18.42
Oedogonium sp. 40 21.74 48 17.27 56 21.21 64 21.05

CYANOPHYCEAE
6 Chroococcus sp. 24 13.04 40 14.39 32 12.12 32 10.53

Abundance (Cell/L) 184 100.00 278 100.00 264 100.00 304 100.00
Taxa ( S ) 4 5 5 5
Diversity Index ( H ') 1.8097 2.2918 2.1912 2.2637
Equitability Index ( E ) 0.9049 0.9870 0.9437 0.9749
Dominance Index ( D ) 0.3233 0.2083 0.2342 0.2147
Sumber : Laboratorium PT Sucofindo Cabang Cirebon, 2018
Keterangan :
- sampel 1 (S1) Down Stream Kali Kijang
- Sampel 2 (S2) Down Stream Saluran Irigasi
- Sampel 3 (S3) Up Stream Saluran Irigasi
- Sampel 4 (S4) Up Stream Kali Kijang

Hasil analisis laboratorium untuk fitoplankton pada ke empat lokasi sampling menunjukkan Indeks
keanekaragaman jenis (H’) berada pada kisaran H’ : 1.8097 - 2.2918 atau 1 < H’ < 3, berarti
keragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis
sedang. Persentase keanekargaman jenis tertinggi di lokasi S2 (down stream saluran irigasi), H :
2.2918 sedangkan persentase keanekaragaman jenis terendah terdapat pada lokasi S1 yaitu down
stream Kali Kijang (H’ : 1.8097). Jenis Spirogyra sp adalah alga hijau dari familia Chlorophyceae
merupakan fitoplankton yang populasinya tertinggi pada wilayah studi.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 58
Provinsi Jawa Tengah
Berdasarkan analisis kemerataan penyebaran jenis (E) pada ke empat titik sampling diperoleh nilai
dan rentangan 0.9049 – 0.9870 atau 0,21 < e’ < 1 dapat dikatakan kondisi penyebaran jenis stabil,
tidak ada jenis dominan, penyebaran jenis fitoplankton relatif merata. Persentase kemerataan
penyebaran jenis tertinggi E : 0.9870 pada lokasi S2 (down stream saluran irigasi), persentase
terendah E : 0.9049 yaitu pada down stream Kali Kijang (S1).

Hasil analisis dominasi jenis (D) menunjukkan pada ke empat lokasi sampling berada pada kisaran D :
0.2083 – 0.3233 atau 0.21 – 0.4, artinya tidak ada jenis yang mendominasi di ke empat lokasi badan
air tersebut. Persentase dominasi jenis terendah pada lokasi S2 ( down stream saluran irigasi), D :
0.2083, persentase tertinggi D : 0.3233 yaitu S1 (down stream Kali Kijang).

Tabel 3.33. Kualitas Zooplankton di Wilayah Studi


Analisis Zooplankton
Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4
730’ 43.848”LS 730’ 50.1012” LS 731’ 11.6148” LS 731’ 12.9828” LS
No Jenis 11046’ 11044’ 44.5164” 11044’ 27.294” 11044’ 28.2192”
39.0396”BT BT BT BT
(Ind/ (Ind/ (Ind/ (Ind/
(%) (%) (%) (%)
m²) m²) m²) m²)
CRUSTACEA

1 Daphnia sp. 16 16.67 32 22.22 40 23.81 24 25.00

CILIATA
2 Urotricha sp. 24 25.00 48 33.33 64 38.10 32 33.33
3 Tintinopsis sp. 56 58.33 64 44.44 64 38.10 40 41.67
Abundance (Ind/L) 96 100.00 144 100.00 168 100.00 96 100.00
Taxa ( S ) 3 3 3 3
Diversity Index ( H ') 1.3844 1.5305 1.5538 1.5546
Equitability Index ( E ) 0.8735 0.9656 0.9803 0.9808
Dominance Index ( D ) 0.4306 0.3580 0.3469 0.3472
Sumber : Laboratorium PT Sucofindo Cabang Cirebon, 2018
Keterangan :
- sampel 1 (S1) Down Stream Kali Kijang
- Sampel 2 (S2) Down Stream Saluran Irigasi
- Sampel 3 (S3) Up Stream Saluran Irigasi
- Sampel 4 (S4) Up Stream Kali Kijang

Hasil analisis laboratorium untuk zooplankton pada ke empat lokasi sampling menunjukkan bahwa
Indeks keanekaragaman jenis zooplankton berada pada nilai dan rentangan yaitu H’ : 1.3844 –
1.5546, atau 1 < H’ < 3, artinya keragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup
seimbang, tekanan ekologis sedang. Persentase keanekaragaman jenis tertinggi pada sampel S4
(upstream Kali Kijang), yaitu H’ : 1.5546 sedangkan persentase keanekaragaman jenis terendah pada
lokasi S1 (down stream Kali Kijang), H : 1.3844. Populasi jenis tertinggi pada badan air yang diamati
adalah Tintinopsis sp dari kelas Ciliata.

Berdasarkan analisis kemerataan penyebaran jenis pada ke empat titik sampling berada dalam nilai
dan rentangan yaitu E : 0.8735 – 0.9808 atau 0,21 < e’ < 1, dapat dikatakan kondisi penyebaran

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 59
Provinsi Jawa Tengah
jenis stabil, tidak ada jenis dominan secara signifikan, sehingga penyebaran jenis zooplankton
merata. Persentase kemerataan penyebaran jenis tertinggi, E : 0.9808 pada lokasi S4 (up stream Kali
Kijang), persentase terendah, E : 0.8735 yaitu pada down stream Kali Kijang (S1).

Hasil analisis dominasi jenis menunjukkan lokasi sampling S2, S3 & S4 berada pada kisaran D :
0.3469 – 0.4306 atau 0.21 – 0.4, baik, artinya tidak ada jenis yang mendominasi di ke empat lokasi
badan air tersebut, sedangkan lokasi sampling S1 berada pada kisaran D : 0.41 – 0.6 (e’ : 0.4306),
sedang. Persentase dominasi jenis terendah pada lokasi S3 (up stream saluran irigasi), D : 0.3469,
persentase tertinggi, D : 0.4306 yaitu S1 (down stream Kali Kijang).

Tabel 3.34. Kualitas Makrozoobentos di Wilayah Studi


Analisis Makrozoobentos
Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4
730’ 43.848”LS 730’ 50.1012” LS 731’ 11.6148” LS 731’ 12.9828” LS
No Jenis 11046’ 11044’ 44.5164” 11044’ 27.294” 11044’ 28.2192”
39.0396”BT BT BT BT
(Ind/ (Ind/ (Ind/ (Ind/
(%) (%) (%) (%)
m²) m²) m²) m²)
Crustacea
1 Macrobrachium sp. 8

Diptera
2 Chironomous sp.. 8 4.17

Gastropoda
3 Sulcospira sp. 88 45.83 104 46.43 144 48.65 80 41.67
4 Filopaludina sp.

Oligochaeta
5 Lumbricus sp. 64 33.33 64 28.57 80 27.03 56 29.17
6 Tubifex sp. 40 20.83 56 25.00 72 24.32 48 25.00

Abundance (Ind/m²) 192 100.00 224 100.00 296 100.00 192 100.00
Taxa ( S ) 3 4 3 4
Diversity Index ( H ') 1.5157 1.7020 1.5120 1.7358
Equitability Index ( E ) 0.9563 0.8510 0.9539 0.8679
Dominance Index ( D ) 0.3646 0.3610 0.3689 0.3229
Sumber : Laboratorium PT Sucofindo Cabang Cirebon, 2018
Keterangan :
- sampel 1 (S1) Down Stream Kali Kijang
- Sampel 2 (S2) Down Stream Saluran Irigasi
- Sampel 3 (S3) Up Stream Saluran Irigasi
- Sampel 4 (S4) Up Stream Kali Kijang

Hasil analisis laboratorium makrozoobentos pada ke empat lokasi pengambilan sampel menunjukkan
bahwa Indeks keanekaragaman jenis zooplankton berada pada nilai dan rentangan yaitu H’ : 1.5120

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 60
Provinsi Jawa Tengah
– 1.7358 atau 1 < H’ < 3, artinya keragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup
seimbang, tekanan ekologis sedang. Persentase keanekaragaman jenis tertinggi pada sampel S4
(upstream Kali Kijang), yaitu H’ : 1.7358 sedangkan keanekaragaman jenis terendah pada lokasi S3
(down stream saluran irigasi), H’ : 1.5120. Populasi jenis tertinggi untuk makrozoobentos di badan air
yang tersebut adalah Sulcospira sp dari kelas Gastropoda.

Berdasarkan analisis kemerataan penyebaran jenis pada ke empat titik sampling berada dalam nilai
dan rentangan, yaitu E : 0.8510 – 0.9563 atau 0,21 < e’ < 1 dapat dikatakan kondisi penyebaran
jenis stabil, tidak ada jenis dominan yang signifikan, sehingga penyebaran jenis makroozoobentos
merata. Persentase kemerataan penyebaran jenis tertinggi, E : 0.9563 pada lokasi S1 (down stream
Kali Kijang), persentase terendah, E : 0.8510 yaitu pada down stream saluran irigasi (S3).

Hasil analisis dominasi jenis makrozoobentos menunjukkan ke empat lokasi berada pada kisaran D :
0.3229 – 0.3689 atau 0.21 – 0.4, artinya baik, tidak ada jenis yang mendominasi di ke empat lokasi
badan air tersebut. Persentase dominasi jenis terendah pada lokasi S4 ( up stream Kali Kijang), D :
0.3229, persentase tertinggi, D : 0.3689 yaitu S3 (up stream saluran irigasi).

Diketemukannya spesies indikator dari kelompok plankton seperti Nitzschia s.p, Spirogyra sp.,
Asterionella sp,. dan spesies indicator dari kelompok makrozoobentos seperti Lumbricus sp., Tubifex
sp., Chironomous sp. berarti badan air tersebut telah tercemar ringan sampai sedang (LIEBMANN,
1962). Didukung hasil evaluasi kualitas plankton dan bentos maka dapat disimpulkan bahwa kualitas
air permukaan pada up stream dan down stream Kali Kijang (S1 & S4) adalah sedang. Demikian pula
halnya dengan kualitas air permukaan pada up stream dan down stream saluran irigasi adalah
sedang.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 61
Provinsi Jawa Tengah
Gambar 3.38. Lokasi Pengambilan Sampel Geofisik-Kimia dan Biologi

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 62
Provinsi Jawa Tengah
3.1.4. Komponen Sosial – Ekonomi – Budaya

3.1.4.1. Struktur Penduduk Rencana Kegiatan

Secara administrasi lokasi rencana kegiatan Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi
Soemarmo Surakarta di Kabupaten Boyolali berada di 5 lokasi Desa yaitu Desa Sobokerto, Desa
Gagaksipat, Desa Dibal, Desa Sindon, dan Desa Ngesrep di Kecamatan Ngemplak, Kabupaten
Boyolali. Rincian data sosial ekonomi budaya di Kecamatan Ngemplak adalah sebagai berikut :

1. Jumlah Dukuh, Dusun, Rukun Warga (RW), Rukun Tetangga (RT)

Jumlah Dukuh, Dusun, RW, RT dan jumlah Rumah Tangga di tiap Desa di Kecamatan Ngemplak
disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.35. Jumlah Dukuh, Dusun, Rukun Warga (RW), Rukun Tetangga (RT) dan Jumlah Rumah
Tangga di Tiap Desa di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali Tahun 2016

Rukun Rukun
Rumah Jiwa / Rumah
No. Desa Dukuh Dusun Warga Tetangga
Tangga Tangga
(RW) (RT)
1. Ngargorejo 13 3 7 31 896 4,0
2. Sobokerto 16 4 8 32 1.782 3,4
3. Ngesrep 15 4 10 44 1.812 3,3
4. Gagaksipat 12 4 13 54 2.388 2,8
5. Donohudan 13 4 8 34 2.114 3,1
6. Sawahan 19 4 10 61 3.025 2,9
7. Pandeyan 6 4 9 29 2.025 3,5
8. Kismoyoso 15 4 12 41 2.188 3,0
9. Dibal 13 4 8 30 1.651 3,7
10. Sindon 9 4 9 27 1.412 3,6
11. Manggung 9 3 7 38 1.786 3,5
12. Giriroto 11 3 8 24 1.609 3,6
Kecamatan Ngemplak 151 45 109 445 22.842 3,3
Sumber: Kecamatan Ngemplak Dalam Angka 2017

2. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk merupakan indikator demografi yang dapat merubah kondisi lingkungan, oleh
karena itu komponen ini dapat dianggap sebagai komponen penting. Kepadatan penduduk di tiap-tiap
wilayah berkaitan dengan permasalahan kependudukan. Permasalahan ini terkait dengan penyediaan
sarana dan prasarana sosial, kesempatan kerja, stabilitas keamanan, serta pemerataan
pembangunan. Informasi kepadatan penduduk tiap daerah perlu diketahui untuk mengetahui ada
tidaknya gejala kelebihan penduduk (overpopulation), untuk mengetahui pusat-pusat aglomerasi
penduduk, serta untuk mengetahui penyebaran dan pusat-pusat kegiatan ekonomi maupun budaya.
Informasi-informasi tersebut pada akhirnya akan digunakan sebagai dasar perencanaan
pembangunan di tiap-tiap daerah. Kepadatan penduduk di wilayah studi disajikan pada Tabel 3.36
berikut.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 63
Provinsi Jawa Tengah
Tabel 3.36. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Sex Ratio dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan
Ngemplak Boyolali Tahun 2016

Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan


Luas Sex
No Desa Penduduk
(Km2) Laki-Laki Perempuan Jumlah Ratio
(Jiwa/Km2)

1 Ngargorejo 3,066 1.727 1.873 3.600 92,2 1,17


2 Sobokerto 4,974 3.033 3.106 6.139 97,6 1,23
3 Ngesrep 4,022 2.969 3.096 6.065 95,9 1,51
4 Gagaksipat 2,556 3.357 3.397 6.754 98,8 2,64
5 Donohudan 2,445 3.341 3.318 6.659 100,7 2,72
6 Sawahan 2,658 4.403 4.405 8.808 100,0 3,31
7 Pandeyan 2,564 3.627 3.418 7.045 106,1 2,75
8 Kismoyoso 3,779 3.258 3.196 6.454 101,9 1,71
9 Dibal 2,799 3.039 3.010 6.049 100,0 2,16
10 Sindon 2,571 2.503 2.598 5.101 96,3 1,98
11 Manggung 4,223 3.221 3.095 6.316 104,1 1,5
12 Giriroto 2,865 2.914 2.929 5.843 99,5 2,04
Kecamatan
38,527 37.392 37.441 74.833 99,9 1,94
Ngemplak
Sumber: Kecamatan Ngemplak Dalam Angka 2017.

Berdasarkan data diatas jumlah penduduk di Kecamatan Ngemplak tahun 2016 sebanyak 74.833 jiwa
yang terdiri atas 37.392 jiwa penduduk laki-laki dan 37.441 jiwa penduduk perempuan. Dengan luas
wilayah 38,527 Km2,maka Kepadatan penduduk di Kecamatan Ngemplak mencapai 1,94 jiwa/km
dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga 3-4 orang.

Penduduk Kecamatan Ngemplak berdasarkan kelompok umur didominasi oleh penduduk usia
produktif (15-54) berjumlah 50.424 jiwa. Untuk penduduk Usia tua (65 th +) berjumlah 5.389 jiwa,
sedangkan penduduk kelompok usia muda (0-14 tahun) yaitu mencapai 19.026 jiwa. Komposisi
penduduk sedemikian menyebabkan Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) di Kecamatan
Ngemplak, yaitu sebesar 48,41 persen. Dependency Ratio yang di Kecamatan Ngemplak menunjukkan
tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif artinya setiap 100 orang yang
berusia kerja (dianggap produktif) mempunyai tanggungan sebanyak 48 orang untuk membiayai
hidup penduduk yang belum produktif/tidak produktif lagi.

Tabel 3.37. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Ngemplak
2016

Jenis Kelamin (Jiwa)


Kelompok Umur Jumlah
Laki-laki Perempuan
0-4 3.006 2.876 5.882
5-9 3.407 3.175 6.582
10-14 3.390 3.172 6.562
15-19 3.175 3.152 6.327
20-24 2.825 2.883 5.708
25-29 3.015 3.108 6.123
30-34 3.358 3.480 6.838
35-39 2.951 2.929 5.880
40-44 2.804 2.777 5.581

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 64
Provinsi Jawa Tengah
Jenis Kelamin (Jiwa)
Kelompok Umur Jumlah
Laki-laki Perempuan
45-49 2.320 2.396 4.716
50-54 1.966 2.019 3.985
55-59 1.632 1.419 3.051
60-64 1.122 1.097 2.219

>64 2.353 3.036 5.389


Kecamatan Ngemplak 37.319 37.514 74.833
Sumber : Kecamatan Ngemplak Dalam Angka 2017.

3. Jumlah Penduduk Menurut Agama

Kondisi penduduk berdasarkan agama diperlukan untuk mengidentifikasi potensi kerawanan yang
ada. Kondisi penduduk berdasar agama disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.38. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Wilayah Studi

Jumlah Penduduk (Jiwa)


No. Lokasi
Islam Katholik Kristen Hindu Buddha
1. Desa Sobokerto 6.113 4 22 - -
2. Desa Ngesrep 5.753 108 188 16 -
3. Desa Gagaksipat 6.344 116 292 - 2
4. Desa Dibal 6.031 0 18 - -
5. Desa Sindon 5.065 0 8 0 0
Kecamatan Ngemplak 72.525 924 1.365 16 3
Sumber : Kecamatan Ngemplak Dalam Angka 2017.

Dari tabel di atas bahwa sebagian besar penduduk di sekitar rencana proyek Pembangunan Bandar
Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali memeluk Agama Islam, kemudian diikuti
penduduk yang beragama Kristen dan Katolik. Keragaman agama menunjukkan bahwa masyarakat
setempat dapat hidup rukun secara berdampingan dan toleransi. Selama ini belum pernah terjadi
permasalahan penduduk yang diakibatkan oleh perbedaan agama. Dengan demikian diperkirakan
potensi kerawanan kecil dari aspek hidup beragama.

4. Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat di sekitar tapak proyek dapat dilihat dari peluang pendidikan yang
ada. Tingkat pendidikan juga mengindikasikan tentang kualitas penduduk di daerah rencana proyek.
Data penduduk Kecamatan Ngemplak menurut tingkat pendidikan menunjukkan pendidikan Sekolah
Dasar (SD) 36,56 %, SMP/SLTP 27,52 %, SMU/SLTA 18,23 %, Diploma 1,84 %, Perguruan Tinggi
1,83 %, dan tidak/belum Tamat SD 14,02 %. Secara keseluruhan tingkat pendidikan penduduk di
wilayah studi tergolong sedang sampai tinggi.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 65
Provinsi Jawa Tengah
Tabel 3.39. Penduduk Kecamatan Ngemplak usia Lima Tahun Keatas Menurut Pendidikan tertinggi
yang ditamatkan Tahun 2016 (Jiwa)

Tidak/
No. Desa PT/D IV D3 SLTA SLTP SD Belum Jumlah
Tamat SD
1 Ngargorejo 35 74 718 991 968 578 3.364
2 Sobokerto 86 68 981 1.667 2.158 761 5.721
3 Ngesrep 182 204 1.429 1.321 1.455 1.004 5.595
4 Gagaksipat 167 121 1.449 1.646 1.638 1.316 6.337
5 Donohudan 127 144 1.014 1.487 2.440 857 6.069
6 Sawahan 142 131 1.405 2.205 2.900 1.338 8.121
7 Pandeyan 199 137 1.292 1.596 2.096 1.147 6.467
8 Kismoyoso 62 106 1.011 1.528 2.459 789 5.955
9 Dibal 99 104 1.169 1.897 1.596 691 5.556
10 Sindon 77 68 809 1.252 2.043 413 4.662
11 Manggung 30 38 782 1.730 2.680 567 5.827
12 Giriroto 55 75 512 1.653 2.775 207 5.277
Kecamatan Ngemplak 1.261 1.270 12.571 18.973 25.208 9.668 68.951
Sumber : Kecamatan Ngemplak Dalam Angka 2017.

5. Sarana Peribadatan

Sarana peribadatan dibangun untuk mendukung kegiatan keagamaan penduduk di suatu wilayah.

Tabel 3.40. Sarana Peribadatan di Lokasi Studi

Surau /
No. Desa Masjid Gereja Kuil / Vihara
Mushola
1 Ngargorejo 7 - - 16
2 Sobokerto 16 - - 9
3 Ngesrep 11 1 - 1
4 Gagaksipat 14 1 - 18
5 Donohudan 11 - - 16
6 Sawahan 15 2 - 9
7 Pandeyan 6 1 - 14
8 Kismoyoso 10 - - 7
9 Dibal 7 - - 24
10 Sindon 15 1 - 9
11 Manggung 10 - - 16
12 Giriroto 10 - - 8
Kecamatan Ngemplak 132 6 0 162
Sumber: Kecamatan Ngemplak Dalam Angka 2017

Dari tabel 3.45 bahwa semua sarana peribadatan di rencana proyek adalah masjid mushola, dan
gereja. Untuk sarana peribadatan di Kecamatan Ngemplak sebagian besar adalah mushola dan masjid
yaitu 132 dan 162 bangunan sedangkan gereja sejumlah 6 bangunan, tidak ada sarana peribadatan
kuil/vihara. Dari sarana peribadatan yang terdapat 1 (satu) Masjid di Desa Gagaksipat dan 1 (satu)

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 66
Provinsi Jawa Tengah
Masjid dan 1 (satu) Mushola di Desa Sobokerto yang terkena dampak Pengembangan Bandara
Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali.

6. Persepsi Masyarakat

Sikap merupakan kecenderungan seseorang atau kelompok orang untuk menolak atau menerima
suatu objek, yang dipengaruhi oleh persepsi (pandangan atas suatu objek berdasarkan pengetahuan,
pengalaman dan latar belakang yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok orang). Dalam konteks ini
adalah sikap dan persepsi masyarakat di wilayah studi terhadap rencana kegiatan pengembangan
Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali.

Perubahan persepsi masyarakat pada suatu rencana kegiatan seperti rencana Pengembangan dan
perluasan bandara dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi dan sosial budaya serta kondisi kesehatan.
Karakteristik responden yang diwawancarai seperti latar belakang pendidikan, mata pencaharian,usia
serta budaya akan mempengaruhi secara signifikan terhadap sikap dan persepsi mereka.

Wawancara/survey dilakukan terhadap 89 responden di 5 Desa di Kecamatan Ngemplak Kabupaten


Boyolali yaitu Dk. Kaliwungu, Dk. Ngargorejo (Perum Taman Sentosa), Dk. Ngesrep, Dk. Gunungan
Desa Ngesrep; Dk.Gaten Desa Dibal; Dk Sindon Desa Sindon; Dukuh Kanoman Desa Gagaksipat dan
Dukuh Kedung Gobyak Desa Sobokerto. Adapun sebaran responden disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.41. Jumlah Responden

No. Lokasi Responden Jumlah Responden


1. RT 2/RW 3 Dk. Kaliwungu, Desa Ngesrep 8
2. RT 4/RW 7, Dk. Ngargorejo (Perum Taman Sentosa) 1
3. RT 4/RW 1, Dk. Ngesrep, Desa Ngesrep 2
4. RT 6/RW 1, Dk. Ngesrep, Desa Ngesrep 7
5. RT 1/RW 4, Dk. Gunungan , Desa Ngesrep 11
6. RT 04/RW 01 Dk. Gaten, Desa Dibal 6
7. RT 05/RW 01 Dk. Gaten, Desa Dibal 3
8. RT 01/RW 05 Dk. Sindon, Desa Sindon 1
9. RT 01/RW 01 Dk. Sindon, Desa Sindon 1
10. RT 02/RW 01 Dk. Sindon, Desa Sindon 5
11. RT 01/RW 08 Dk. Kanoman, Desa Gagaksipat 9
12. RT 02/RW 08 Dk. Kanoman, Desa Gagaksipat 7
13. RT 01/RW 08 Dk. Kedunggobyak, Desa Sobokerto 13
14. RT 02/RW 08 Dk. Kedunggobyak, Desa Sobokerto 15
Total 89

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, menggambarkan bahwa pada umumnya sikap dan
persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan pengembangan Bandar Udara Internasional Adi
Soemarmo Kabupaten Boyolali berbeda-beda, ada masyarakat yang bersikap positif (menerima), dan
ada yang negatif (menolak), serta ada masyarakat yang tidak tahu harus bersikap bagaimana atau
hanya menurut saja apa yang sudah disepakati bersama. Berikut disajikan hasil survey terhadap
persepsi masyarakat sekitar proyek/masyarakat terkena dampak:

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 67
Provinsi Jawa Tengah
Gambar 3.39. Pengetahuan Responden Terhadap Rencana Kegiatan

Gambar 3.40. Asal Pengetahuan Responden Terhadap Rencana Kegiatan

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa pada umumnya masyarakat sudah mengetahui adanya
Rencana Kegiatan Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali. Hal
ini wajar karena pemrakarsa dalam hal ini PT Angkasa Pura I telah melakukan sosialisasi rencana
pengembangan bandar udara kepada masyarakat sekitar.

Keterlibatan masyarakat terhadap penyusunan dokumen Addendum Andal RKL-RPL Pengembangan


Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, telah dilakukan melalui kegiatan
sebagai berikut:

a. Sosialisasi rencana kegiatan Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo


Kabupaten Boyolali yang dilakukan pada hari Kamis Tanggal 22 Bulan Juni Tahun 2017 dengan
warga Desa Ngesrep, Desa Sobokerto, Desa Gagaksipat, Desa Dibal dan Desa Sindon dengan
agenda penyampaian rencana pengembangan bandar udara berikut rencana pembebasan lahan
terdapat di 5 Desa dan mekanismenya (Berita Acara, dan daftar hadir terlampir).

b. Pada hari Selasa tanggal 26 Bulan September tahun 2017 dilaksanakan Rapat Koordinasi terkait
dengan pengadaan tanah guna pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo
Kabupaten Boyolali, terkait pengalihan jalan dan pengalihan saluran irigasi (Berita Acara, dan
daftar hadir terlampir).

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 68
Provinsi Jawa Tengah
c. Pada Hari Selasa tanggal 20 bulan Februari tahun 2018, telah dilaksanakan kegiatan sosialisasi
dalam rangka studi adendum ANDAL dan RKL-RPL Pengembangan Bandar Udara Internasional
Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali yang dihadiri oleh Kepala Desa, BPD, Tokoh masyarakat,
Wakapolsek Ngemplak, Danramil Ngemplak, Balai PSDA Bengawan Solo, Balai Pusdataru
Bengawan Solo, Dinas Pusdataru Provinsi Jawa Tengah, Kepala Dinas PU-PR Kabupaten Boyolali,
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Boyolali, perwakilan DPRD Kabupaten Boyolali dan
perwakilan masyarakat sebagimana daftar hadir terlampir, dengan agenda pemaparan rencana
pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali beserta dampak
lingkungan yang ditimbulkan serta permintaan Saran, Pendapat dan Tanggapan (SPT)
masyarakat dan instansi yang berkepentingan terhadap rencana pengembangan Bandar Udara
Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali. (Berita Acara, dan daftar hadir terlampir).

Mengenai sikap responden akan adanya rencana Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi
Soemarmo Kabupaten Boyolali diperoleh dari hasil survey sebagai berikut :

Gambar 3.41. Respon Masyarakat Terhadap Rencana Kegiatan

Masyarakat yang menerima adanya rencana kegiatan pengembangan Bandar Udara Internasional Adi
Soemarmo Kabupaten Boyolali pada umumnya berpandangan antara lain:

a. Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali akan membuka
lapangan kerja dan semakin banyak peluang usaha bagi penduduk setempat sehingga dapat
mengurangi penangangguran,

b. Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali akan banyak
usaha kecil muncul sehingga meningkatkan perekonomian masyarakat,

c. Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali dapat menunjang
pembangunan di berbagai sektor infrastruktur, sosial budaya, dan lain-lain,

d. Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali akan


meninkatkan kesejahteraan masyarakat dalam berbagai bidang serta semakin mudah
transaportasi keluar kota dan keluar negeri.

Masyarakat yang menolak adanya rencana kegiatan pengembangan dan perluasan bandara pada
umumnya berpandangan antara lain pada umumnya berpandangan antara lain:

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 69
Provinsi Jawa Tengah
a. Sebagian masyarakat merasa sudah nyaman dan terbiasa tinggal disini, akan kehilangan rumah
atau pekarangan yang dihuni sejak kecil dan susah cari lahan yang baru,

b. Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali akan


mengurangi lahan pertanian serta akan terpisah dengan tetangga,

c. Pembebasan makam kurang setuju karena makam tinggalan sesepuh,

d. Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali akan


menyebabkan terjadinya kebisingan atau polusi suara dan getaran yang sangat mengganggu
ketenangan terutama pada malam hari.

Sedangkan harapan-harapan masyarakat di wilayah studi terhadap rencana Pengembangan Bandar


Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali antara lain yaitu:

a. Dalam melakukan pembebasan lahan, agar dilakukan dengan tetap melibatkan perangkat desa,
tokoh mayarakat serta aparat keamanan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,

b. Pembebasan lahan segera mendapat ganti rugi sesuai dengan harapan warga, makam desa
segera dicarikan lokasi alternatif dan pembebasan makam harap ahli waris diajak musyawarah,
dan bengkok desa digantikan sawah kembali,

c. Pendataan harus dilakukan secara benar yang berkaitan dengan masyarakat yang terkena
dampak pembangunan, apabila data salah yang ditakutkan akan terjadi persepsi masyarakat
dan kegaduhan di masyarakat,

d. Masyarakat apabila direlokasi/ganti rugi harap secara keseluruhan, jangan hanya sebagian dan
mohon bantuanya untuk relokasi dicarikan tempat yang cocok dengan kondisi budaya dan
kegiatan masyarakat sebelumnya, yaitu sebagai peternak sapi. Supaya tidak sulit untuk
menyesuaikan diri ditempat baru,

e. Sistem jaringan irigasi yang direlokasi harus berfungsi sesuai eksisting sebelumnya dan
sebaiknya diskusi dengan BBWS Bengawan Solo dan Dinas PU Kabupaten Boyolali, sebelum
penutupan saluran irigasi lama dibangun saluran baru terlebih dahulu dan dilakukan diuji coba,

f. Sistem jaringan jalan yang direlokasi harus lebih nyaman, lebih baik dan lebih lancar dari
sebelumnya,

g. Pada saat hujan deras, mohon mendapatkan perhatian dari pemrakarsa bahwa bagian barat
dan utara bandara selalu banjir, harusnya pihak bandara membuat saluran drainase sehingga
airn hujan tidak menyebabkan banjir,

h. Harus melakukan sosialisasi ke setiap desa yang masuk dalam wilayah studi,

i. Dampak yang telah dirasakan masyarakat berupa kebisingan dan rencana pengembangan akan
ada juga dampak tersebut, masyarakat memohon diberi CSR untuk sekeliling bandara.

7. Keresahan Masyarakat

Keresahan masyarakat terkait rencana kegiatan pengembangan Bandar Udara Internasional Adi
Soemarmo Kabupaten Boyolali yaitu adanya rencana pembebasan lahan yang meliputi 5 Desa yaitu
Desa Sobokerto, Desa Gagaksipat, Desa Dibal, Desa Sindon, dan Desa Ngesrep di Kecamatan

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 70
Provinsi Jawa Tengah
Ngemplak, Kabupaten Boyolali. Masyarakat khawatir mengenai besaran harga tanah harus sesuai
harga kesepakatan dengan ganti rugi dan sulitnya mencari tempat tinggal yang baru dan keresahan
masyarakat juga terjadi karena belum adanya kepastian penyedian lahan alternatif untuk makam dan
proses pemindahannya. Sebagai contoh warga di Desa Ngresrep yang akan memakamkan
keluarganya harus mencari lokasi makam terdekat karena adanya informasi di Desa Ngesrep bahwa
warga yang meninggal sudah tidak diperbolehkan di makamkan di makam yang rencananya akan
terdampak dari pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali.

Selain itu masyarakat khawatir dengan adanya pengembangan Bandar Udara Internasional Adi
Soemarmo Kabupaten Boyolali akan merusak saluran irigasi, mengingat sejumlah saluran irigasi vital
berada di kawasan pelebaran bandara tersebut yaitu irigasi dari Cengklik. Saluran irigasi tersebut
mengaliri puluhan hektare lahan pertanian di Desa Sindon, Desa Ngesrep, serta Desa Dibal.

Berdasarkan sosialisasi rencana kegiatan, rapat koordinasi dan pertemuan dengan perangkat desa
serta warga terkena dampak, berikut jumlah Kepala Keluarga (KK) di Desa Sobokerto, Desa
Gagaksipat, Desa Dibal, Desa Sindon dan Desa Ngesrep Kecamatan Ngemplak yang terkena dampak
pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, disajikan pada Tabel
3.42 dan Tabel 3.43.

Tabel 3.42. Jumlah KK yang terkena Dampak Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi
Soemarmo Kabupaten Boyolali

Jumlah
No. Desa
KK (Jumlah) Lahan KAS Desa Lahan PT Angkasa Pura I
1 Sobokerto 131 1
2 Gagaksipat 48 1
3 Dibal 9 7
4 Sindon 13 5
5 Ngersep 62 17 1
Jumlah 253 30 2
Sumber : PT. Angkasa Pura I, 2018.

Tabel 3.43. Fasilitas Umum yang terkena Dampak Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi
Soemarmo Kabupaten Boyolali

Fasilitas Desa
No.
Umum Sobokerto Gagaksipat Dibal Sindon Ngesrep
1. Makam 1 1 1
(2.400m²) (600 m²) (1.500 m²)
2. Jalan Desa 15 jalur 3 jalur 3 jalur 5 jalur 2 jalur
(6.842 m²) (800 m²) (1.517 m²) (3.166 m²) (3150 m²)
3. Irigasi 3 (789 m²) 6
4. Masjid 1 (90 m²) 1 (500 m²)
5. Mushola 2 (167m²)
6. MCK 1 (12 m²)
7. Sekolah 1 (200 m²)
8. Talud Jalan 4 (408 m²)
9. Jembatan 1 (14 m²)
10. Gorong-Gorong 1 (14 m²)
11. Gapura 2
Sumber : PT Angkasa Pura I, 2017.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 71
Provinsi Jawa Tengah
8. Keamanan dan Kenyamanan Masyarakat

Kondisi keamanan dan ketertiban mayarakat di wilayah Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali,
berdasarkan data dari aparat keamanan Polres Kabupaten Boyolali disebutkan jumlah tindak pidana di
Kecamatan Ngemplak sebanyak 4 kasus ditahun 2016 dan 10 kasus di tahun 2015. Berdasarkan data
ini dapat dikatakan kondisinya cukup kondusif. Sedangkan berdasarkan hasil interview gangguan
keamanan di wilayah studi jarang sekali bahkan tidak pernah terjadi. Sebagai fasilitas keamanan
terdapat poskamling di setiap wilayah RT.

Kenyamanan adalah suatu kondisi perasaan seseorang yang merasa nyaman berdasarkan persepsi
masing-masing individu. Sedangkan nyaman merupakan suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia yang bersifat individual akibat beberapa faktor kondisi lingkungan. Berdasarkan hasil
survey terhadap responden di 5 desa yang terkena dampak, tanggapan terhadap tingkat kenyamanan
adalah sebagai berikut :

Gambar 3.42. Tingkat Kenyamanan Responden di Wilayah Studi

Dari gambar diatas diketahui bahwa sebanyak 20 % responden merasa sangat nyaman, 42 %
responden merasa nyaman, dan 13 % cukup nyaman, 20 % merasa kurang nyaman dan 5% sangat
tidak nyaman tinggal di sekitar Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali.
Ketidaknyamanan responden merupakan dampak dari paparan kebisingan yang bersumber dari
operasional bandara. Respon masyarakat mengenai keadaan tingkat kebisingan di tempat tinggal
responden adalah sebagi berikut :

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 72
Provinsi Jawa Tengah
Gambar 3.43. Tingkat Kebisingan Responden Di Wilayah Studi

Dari gambar diatas diketahui bahwa keadaan tingkat kebisingan yang dirasakan bagi responden yang
merasa tenang dan menyenangkan sebanyak 10 %, kurang tenang meski tidak mengganggu 22 %,
agak bising dan agak mengganggu 42 %, dan sangat bising dan sangat mengganggu sebanyak 26 %.
Sebagai contoh dari gangguan kebisingan ini adalah ketika masyarakat bertemu dan berkomunikasi
(berbicara), ketika ada pesawat mau take off, maka obrolan berhenti sejenak dan ini terjadi secara
otomatis. Meskipun sebagian besar masyarakat merasa terganggu dengan suara bising operasional
bandara, masyarakat tetap nyaman tinggal di sekitar bandara. Hal ini dapat dilihat dari lamanya
masyarakat tinggal di wilayah sekitar Banda Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali
yang di sajikan dalam gambar berikut :

Gambar 3.44. Lama Responden Bertempat Tinggal di Wilayah Studi

Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 78%
telah lama tinggal di wilayah studi yaitu rata-rata diatas 15 tahun, sehingga pola hubungan
kekerabatan dan keguyuban warganya sangat erat dan terjaga.

9. Pranata Sosial/Kelembagaan Masyarakat

Pranata sosial merupakan sistem pola-pola sosial atau aturan-aturan serta mengandung perilaku-
perilaku tertentu yang muncul dari kebiasan-kebiasaan demi kepuasan dan pemenuhan kebutuhan

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 73
Provinsi Jawa Tengah
pokok masyarakat. Pranata sosial mempunyai beberapa fungsi-fungsi penting dalam masyarakat,
yaitu sebagai berikut:

a. Pranata sosial memberi pedoman atau petunjuk kepada masyarakat bagaimana mereka harus
bertingkah laku atau bersikap dalam masyarakat, agar tingkah lakunya sesuai dengan yang
diharapkan masyarakat. Contoh: larangan membuang sampah di sembarang tempat,
menghormati orang yang Iebih tua, membantu tetangga yang sedang tertimpa bencana atau
musibah, dan lain-lain.

b. Dengan adanya norma yang dijadikan sebagai pedoman dan petunjuk, setiap anggota
masyarakat tidak dapat bertindak semaunya sendiri. Dengan demikian dalam masyarakat akan
tercipta keteraturan dan kehidupan yang harmonis. Suasana tersebut apabila dipelihara dan
dikembangkan secara terus menerus dapat menjaga keutuhan dan integrasi dalam masyarakat.

c. Pranata sosial yang didalamnya terkandung norma-norma dijadikan pedoman dan pegangan
bagi anggota masyarakat untuk bertindak dan bertingkah. Hal itu dimaksudkan agar apa yang
dilakukannya tidak menyimpang dari norma-norma yang ada dalam masyarakat. Dengan
demikian pranata sosial dijadikan sebagai sistem atau alat pengendalian sosial terhadap tingkah
laku anggota masyarakat.

Pola hubungan masyarakat antar tetangga di wilayah studi terjaga dengan baik, guyub, rukun dan
saling membantu. Sebagai contoh, sifat kekerabatan yang sangat baik dan harmonis itu terjadi
karena diantara anggota masyarakat di Dusun Kedunggobyak Desa Sobokerto terjalin hubungan
kekeluargaan yang berupa ikatan perkawinan antar warga dusun dan “saling bebesanan” secara baik.
Menurut informan ada 37 pasang yang melakukan ikatan pernikahan sesama warga Dusun
Kedunggobyak. Hal ini terjadi juga di Desa Ngesrep.

Keguyuban di wilayah studi diindikasikan dengan masih adanya kegiatan sosial atau kegiatan yang
dilakukan secara bersama-sama yaitu antara lain : Arisan, pengajian, rukun kematian, gotong royong
/kerja bakti dan kegiatan bersih desa atau“sadranan” dan “sambatan”.

Pada masyarakat Jawa kata gotong royong, didalam pengertianya gotong royong dibagi menjadi dua
macam yaitu gotong royong “tolong-menolong” dan gotong royong “kerja bakti”. Diantara keduanya
mempunyai pengertian yang berbeda, dimana gotong royong “tolong-menolong” adalah kegiatan
bersama untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu yang dianggap berguna bagi kepentingan
individu tertentu. Sedangkan gotong royong “kerja bakti” ialah kegiatan kerjasama untuk
menyelesaikan suatu proyek tertentu yang dianggap berguna bagi kepentingan umum. Kegiatan
gotong royong ini masih dilakukan di lima desa terdampak yaitu Desa Sobokerto, Desa Gagaksipat,
Desa Dibal, Desa Sindon, dan Desa Ngesrep.

Bersih Desa merupakan slametan atau upacara adat Jawa yang dilakukan oleh masyarakat dusun
untuk membersihkan desa. Upacara bersih desa diadakan doa bersama di Masjid. Sementara, di
beberapa desa, upacara bersih desa diadakan di rumah kepala desa. Bersih desa dimaknai sebagai
ungkapan syukur atas panen padi, maka upacaranya dilakukan setelah panen padi berakhir. Kegiatan-
kegiatan ini telah ada sejak lama dan terselenggara berdasarkan musyawarah warga masyarakat.
Kegiatan bersih desa ini masih dilakukan oleh masyarakat di Desa Sobokerto, namun untuk Desa
Ngesrep sudah tidak ada.

Sadranan adalah tradisi untuk membersihkan makam leluhur dan ziarah kubur dengan prosesi doa
dan perayaan pengiriman Dilakukan oleh warga setempat tidak berwujud tumpeng. Tradisi makanan
ringan dan nasi diadakan setiap tahun pada pertengahan Ruwah (kalender Jawa) sebelum

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 74
Provinsi Jawa Tengah
kedatangan Romadon. Tradisi sadranan masih dilakukan di Desa Dibal, Desa Ngesrep dan Desa
Sobokerto.

Kegiatan sambatan adalah kegiatan tolong-menolong dengan meminta bantuan warga masyarakat,
dimana yang diminta adalah jiwa dan tenaganya untuk membantu orang yang meminta bantuan
dimana tenaga sambatan merupakan tenaga sukarela dan tidak dibayar. Sambatan tidak
dikategorikan sebagai kegiatan gotong royong kerja bakti karena sambatan merupakan kegiatan
gotong royong “tolong menolong” untuk menyelesaikan kegiatan tertentu yang berguna bagi
kepentingan individu tertentu. Kegiatan sambatanini masih dilakukan di Desa Ngerep dan Desa
Sobokerto.

Mengenai kekuasaan dan kewenangan yang meliputi kepemimpinan formal dan non formal,
kewenangan formal dan non formal, mekanisme pengambilan keputusan kelompok individu yang
dominan. Berdasarkan hasil survey diperoleh gambaran bahwa orng yang paling berpengaruh dalam
lingkungan mereka adalah Ketua RT dan Ketua RW serta tokoh masyarakat.

3.1.4.2. Mata Pencaharian Penduduk

Berikut ini disajikan jenis lapangan usaha yang digeluti oleh penduduk Kecamatan Ngemplak.
Penduduk yang memiliki usaha di bidang jasa lebih banyak dibanding dengan sektor industri,
perdagangan, dan pertanian tanaman pangan. Penduduk yang bekerja di sektor jasa sebanyak 9.781
sebagaimana terlihat pada tabel berikut.

Tabel 3.44. Jenis Lapangan Usaha di Kecamatan Ngemplak

Pertanian Industri
Perke Perik Peternak Pertanian Perdaga Angku Lain
No. Desa Tanaman Pengola Jasa Jumlah
bunan anan an Lainnya ngan tan nya
Pangan han
1 Ngargorejo 505 3 130 87 80 301 386 316 27 1.217 3.052
2 Sobokerto 1.089 9 39 251 138 355 146 327 30 2.806 5.190
3 Ngesrep 212 3 29 43 134 585 584 959 126 2.429 5.104
4 Gagaksipat 167 8 0 74 87 769 693 1.063 53 2.813 5.727
5 Donohudan 229 0 0 40 59 685 716 1.209 73 2.472 5.483
6 Sawahan 217 13 11 68 28 1.210 491 1.225 82 3.906 7.251
7 Pandeyan 515 0 2 50 65 721 597 1.053 33 2.824 5.860
8 Kismoyoso 370 2 0 81 53 1.275 315 893 57 2.369 5.415
9 Dibal 249 0 1 71 44 922 611 927 43 2.159 5.027
10 Sindon 630 0 0 61 143 207 435 836 18 1.893 4.223
11 Manggung 354 0 4 515 15 1.251 97 257 25 2.733 5.251
12 Giriroto 261 7 0 71 21 862 445 716 26 2.377 4.786
Kecamatan
4.798 45 216 1.412 867 9.143 5.516 9.781 593 29.998 62.369
Ngemplak
Sumber: Kecamatan Ngemplak Dalam Angka 2017.

Berdasarkan Tabel 3.44 diketahui bahwa di Kecamatan Ngemplak, sektor tersier dan sektor
sekunder telah mengalami perkembangan. Jumlah penduduk yang bekerja di luar sektor pertanian
lebih dari 88 persen sedangkan yang bekerja di sektor primer sebesar 11,76 persen.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 75
Provinsi Jawa Tengah
3.1.5. Komponen Kesehatan Masyarakat

3.1.5.1. Gambaran Penyakit di Masyarakat

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali terdapat daftar 10 penyakit terbanyak dari
pasien yang berkunjung ke Puskesmas Pandeyan di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali tahun
2017. Penyakit yang sering dijumpai adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) dengan jumlah
pasien sebanyak 10.865. Secara lengkap daftar penyakit terbanyak disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3.45. Sepuluh Besar Penyakit pada Pasien yang Berkunjung di Puskesmas Pandeyan

No Jenis Penyakit Jumlah Pasien (Jiwa)


1 ISPA 948
2 Arthritis 466
3 Gastritis 428
4 Hipertensi 417
5 Pharingitis 269
6 Mialgya 260
7 Febris 198
8 Penyakit Kulit Alergi 167
9 Cephalgya 163
10 Diare 151
Sumber: Puskesmas Pandeyan, 2017.

Data hasil survey bulan Februari 2018 terhadap 89 orang responden di Kecamatan Ngemplak
Kabupaten Boyolali, responden menyatakan sering menderita penyakit yang berhubungan dengan
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas), menduduki nilai tertinggi dibanding dengan penyakit lain,
seperti pusing/sakit kepala, DBD, tifus ataupun penyakit lainnya. Data hasil survei disajikan pada tabel
berikut.

Tabel 3.46. Persentase Penderita ISPA

No. Jenis penyakit Jumlah Responden (Jiwa) %


1 ISPA 53 59,6
2 Bukan ISPA 36 40,4
Jumlah 89 100

Berdasarkan hasil survey dapat dihitung bahwa prevalensi ISPA = (53/89) x 100% = 59,5%.
Prevalensi Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di Provinsi Jawa Tengah dengan rentang prevalensi
yang sangat bervariasi yaitu 10,71 % sampai dengan 43,1%. Angka prevalensi ISPA dalam sebulan di
Provinsi Jawa Tengah adalah 29,1% (Laporan Hasil Riskesdas Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007).
Dengan demikian, angka prevalensi ISPA di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali di atas angka
prevalensi Jawa Tengah.

ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) disebabkan oleh karena virus (Adenovirus, Rhinovirus,
Pneumokokus), namun penyebaran virus ini juga berhubungan dengan debu lingkungan halaman
rumah dan lingkungan umum. Seperti ditunjukkan oleh hasil penelitian Dinda (2013) menyatakan
bahwa paparan debu berhubungan dengan kejadian ISPA yang ditunjukkan dengan 48,6% dari
populasi mengalami ISPA. Yulina Purnamasari Thaib dkk. (2015) juga menyimpulkan bahwa
konsentrasi debu berhubungan dengan gangguan pernafasan ditunjukkan oleh 64,3% dari populasi
mengalami ISPA.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 76
Provinsi Jawa Tengah
Kejadian ISPA ini merupakan dampak turunan dari dalam hal pengukuran sumber dampak dari ISPA
misalnya debu. Berdasarkan laporan pelaksanaan RKL dan RPL Semester II Tahun 2017 PT. Angkasa
Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo diperoleh informasi bahwa:

a. PT. (Persero) Angkasa telah melaksanakan kegiatan RKL dan RPL selama 5 tahun terakhir sejak
Januari 2013 sampai dengan Desember 2017 yang dilaporkan setiap semester menunjukkan
bahwa kadar debu semuanya masih di bawah standar baku mutu Ambien sebesar 230 µg/Nm 3
berdasarkan PermenLH No. 12 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran
Udara di Daerah. Hal tersebut telah dibuktikan berdasarkan pengukuran kadar debu (TSP) yang
dilakukan pada tanggal 30 November 2017 s/d 28 Desember 2017 dengan hasil 112,24 µg/Nm 3
di area Apron (tempat parkir pesawat terbang) Bandara Internasional Adi Soemarmo, 100,49
µg/Nm3 di Dusun Ngesrep, RT.06, RW.01, Desa Ngesrep, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten
Boyolali (area runway 08/barat), dan 119,38 µg/Nm3 di Dusun Kanoman, Desa Gagaksipat,
Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali (area runway 26 timur).

b. Dalam mengelola dampak kesehatan masyarakat dan dampak lingkungan akibat beroperasinya
bandara, PT. Angkasa Pura I saat ini melakukan upaya pengelolaan kesehatan di lingkungan
bandara terhadap sumber dampak berupa emisi dan kebisingan dari pesawat dan genset serta
operasi kendaraan bermotor serta air limbah dari bandara melalui pengujian secara rutin oleh
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan. Bentuk pengelolaan yang lain adalah: 1) Menyediakan ruang
bebas yang memadai, transportasi dan pembuangan yang mematuhi persyaratan dan standar
lingkungan setempat, 2) Menempatkan kakus kimiawi atau yang efektivitas setara, yang
dibersihkan secara teratur dan diolah dengan menggunakan sistem Sewage Treatment Plant
(STP), 3) Tidak menimbun bahan buangan berbahaya secara sembarangan, dan 4) Menerapkan
tindakan penghilangan bau dan pengendalian binatang pengerat (Pest Control).

c. PT. Angkasa Pura I juga melakukan pengelolaan kesehatan masyarakat di luar bandara pada
masyarakat disekitar bandara yang berbatasan langsung dengan kawasan bandara, melalui
upaya melalui kegiatan inspeksi sumber dampak setiap 6 (enam) bulan sekali. Penanganan
perkembangbiakan dan penyebaran bibit penyakit di area gedung terminal dan kawasan
lingkungan bandar udara menjadi kegiatan rutin yang dilakukan sebagai upaya pencegahan dan
menjaga kondisi lingkungan tetap bersih dan sehat. Pelaksanaan pengasapan (fogging),
pemasangan perangkap tikus dan pemeriksaan sampel makanan menjadi bagian penting sebagai
wujud kepedulian tentang betapa pentingnya sehat itu dalam kehidupan sehari-hari baik di
rumah, lingkungan tempat kerja dan fasilitas umum lainnya.

d. Selain upaya-upaya yang berhubungan dengan pengelolaan kesehatan tersebut, PT. Angkasa
Pura I juga melakukan pengelolaan CSR (Corporate Social Responcibility) sangat dipatuhi dan
direalisasikan oleh Kantor Cabang Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo selaku Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang telah diatur jelas tentang kepedulian terhadap lingkungan
sekitar yang terkena dampak dari kegiatan operasional Bandara Udara yang dituangkan dalam
bentuk bantuan sarana fasilitas umum, bantuan sarana ibadah, bantuan pendidikan, dan lain-
lain.

3.1.5.2. Kondisi Sarana, Prasarana Kesehatan, dan Tenaga Kesehatan

Pembangunan kesehatan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Tingkat kesejahteraan


masyarakat dapat diukur salah satunya dari keberhasilan pembangunan kesehatan. Pembangunan
kesehatan juga memuat mutu dan upaya kesehatan yang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 77
Provinsi Jawa Tengah
fasilitas kesehatan dengan menciptakan akses pelayanan kesehatan dasar yang didukung oleh
sumber daya yang memadai seperti prasarana kesehatan dan tenaga kesehatan yang memadai.

Upaya pemerintah dalam bidang kesehatan dilakukan dengan menyediakan fasilitas kesehatan sampai
ke wilayah desa. Secara umum fasilitas kesehatan di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali
antara lain rumah sakit, BKIA, poliklinik swasta, puskesmas, puskesmas pembantu, praktek
dokter/dokter gigi. Fasilitas kesehatan yang terdapat di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali
disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.47. Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali

Rumah Poli Puskesmas Tempat


Puskesmas
No. Desa Sakit Umum BKIA Klinik / Praktek Dr /
Pembantu
/ Swasta Swasta Perawatan Drg
1 Ngargorejo -/1 - - -/- - 1/-
2 Sobokerto -/- - - -/- - 1/1
3 Ngesrep -/- - - -/- 1 2/-
4 Gagaksipat -/- - - -/- - 1/-
5 Donohudan -/- 2 - -/- - 2/-
6 Sawahan -/- - - -/- - 3/1
7 Pandeyan -/- - 1 1/1 - 1/-
8 Kismoyoso -/- - - -/- - -/-
9 Dibal -/- - 1 -/- - 1/-
10 Sindon -/- - - -/- - 1/-
11 Manggung -/- - - -/- - -/-
12 Giriroto -/- - - -/- - -/-
Kecamatan Ngemplak -/1 2 - 1/1 1 13/1
Sumber: Kecamatan Ngemplak Dalam Angka 2017

Tabel di atas menunjukkan jumlah fasilitas kesehatan di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali
adalah 20 buah. Dari hasil survey pada bulan Februari 2018 terhadap 89 orang masyarakat di
Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali yang memanfaatkan fasilitas kesehatan seperti terlihat pada
tabel berikut.

Tabel 3.48. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan oleh Masyarakat

Jumlah Responden
No. Fasilitas Kesehatan yang Dimanfaatkan %
(Jiwa)
1. Bidan praktik 1 1,1
2. Dokter praktik 18 20,2
3. Poliklinik 4 4,5
4. Puskesmas 37 41,6
5. Rumah Sakit 23 25,8
Jumlah 83 93,3
6. Posyandu/lainnya 6 6,7
Total 89 100

Tabel di atas memberi gambaran bahwa dari 93,3% masyarakat yang memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagian besar adalah Puskesmas (41,6%),
sedangkan sebagian kecil di posyandu/lainnya (6,7%).

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 78
Provinsi Jawa Tengah
Pemanfaatan tenaga fasilitas kesehatan di masyarakat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali yang
sangat baik tersebut didukung oleh keberadaan tenaga kesehatan yang ada di wilayah tersebut
seperti terlihat pada Tabel 3.54 yang meliputi dokter umum, dokter gigi, bidan desa, perawat, dan
bidan (PNS), dengan jumlah total tenaga kesehatan berjumlah 50 orang.

Tabel 3.49. Jumlah Tenaga Kesehatan di Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali (Jiwa)

Dr Umum Dr Gigi Bidan Desa


No. Desa Perawat Bidan (PNS)
PNS PTT PNS PTT PNS PTT
1 Ngargorejo - - 1 - 1 - 1 1
2 Sobokerto 1 - - 1 1 - - -
3 Ngesrep 1 1 1 - - 1 1/7 5/-
4 Gagaksipat - 1 - - 1 - 3/3 4/-
5 Donohudan 1 - - - - 1 - -
6 Sawahan 2 1 2 - 1 - 3/3 2/8
7 Pandeyan - - - - 1 - 5/6 2/5
8 Kismoyoso - - - - 1 - - -
9 Dibal 1 1 - - 1 - 2/2 2/3
10 Sindon - 1 - - 1 - 1/4 2/1
11 Manggung - - - - 1 - 1 1
12 Giriroto - - - - 1 - 1 1
Kecamatan Ngemplak 6 5 4 1 10 2 8 9
Sumber: Kecamatan Ngemplak Dalam Angka 2017

3.1.5.3. Sanitasi Lingkungan

1. Sumber Air Bersih

Berdasarkan survey pada bulan Februari 2018 terhadap 89 responden di Kecamatan Ngemplak
Kabupaten Boyolali, menyatakan bahwa sumber air untuk kebutuhan sehari-hari adalah 82%
responden menggunakan sumur (dalam dan dangkal), sedangkan sisanya menggunakan gabungan
sumur dan PDAM dan mata air/belik/sendang. Deskripsi hasil survei penggunaan air bersih tersaji
pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.50. Deskripsi Penggunaan Air Sehari-hari

No. Sumber Air Jumlah Responden (jiwa) %


1. Aman PDAM 11 12,4
Mata air 4 4,5
Sumur dalam 37 41,6
Jumlah 52 58,4
2. Berisiko tercemar bakteri Sumur dangkal 37 41,6
Total 89 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa masyarakat yang pada saat ini menggunakan sarana air bersih
yang aman sebesar 58,4%. Berdasarkan laporan pelaksanaan RKL dan RPL Semester II Tahun 2017
PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo diperoleh informasi bahwa
sumber pencemar air bersih masyarakat yang berasal dari operasional bandara dapat berasal dari

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 79
Provinsi Jawa Tengah
buangan limbah cair pesawat, aktifitas kantin/ restauran dan toko-toko, pemanfaatan toilet, dapur,
operasi dan perawatan pesawat serta dari pengoperasian utilitas bandara. Namun, dalam dokumen
RKL dan RPL PT. Angkasa Pura I telah melakukan pengolahan melalui Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) sebelum dibuang ke saluran umum atau badan air yang ada disekitar bandara. Selama
5 tahun terakhir telah dilakukan upaya menghindari risiko polusi air dan kontaminasi tanah melalui
upaya: 1) Setiap saat menghindari bahan berminyak, bahan bakar atau bahan berbahaya lainnya
memasuki tanah, daerah drainase, badan air setempat; 2) Mengisolasi seluruh lahan yang tertutup
dengan sistem drainase; 3) Membersihkan dengan segera tumpahan bahan bakar peralatan berat,
cairan hidrolik, dan tumpahan berkandungan minyak bumi lainnya; 4) Melakukan reboisasi daerah
yang vegetasinya telah dihilangkan; 5) Mempertahankan dan menanam pohon-pohon. Serta
melakukan upaya menghindari risiko polusi dari badan air sekitarnya melalui upaya: 1) Membuat
tempat pembuangan sementara dalam daerah bandara, dan buang limbah padat dengan benar; 2)
Membangun fasilitas MCK yang memadai; dan 3) Menererapkan persyaratan pembuangan limbah dan
sanitasi yang benar. Kegiatan pengelolaan tersebut inspeksi setiap minggu, dan pengujian /
pengukuran kualitas air permukaan dan kualitas limbah domestik dilakukan 2 (dua) kali dalam satu
tahun.

2. Ketersediaan Air di Musim Kemarau

Berdasarkan survei pada bulan Februari 2018 terhadap 89 responden di Kecamatan Ngemplak
Kabupaten Boyolali, terhadap ketersediaan air di musim kemarau, 2 orang responden tidak
menjawab, sehingga jumlah data menjadi 87 orang. Dari 87 orang responden tersebut sebagian besar
mengatakan volume air tetap (77%), sedangkan sisanya menjawab masih tetapi berkurang
volumenya, dan tidak ada. Hasil survei ketersediaan air tersaji pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.51. Ketersediaan Air di Musim Kemarau

Jumlah Responden
No. Ketersediaan Air di Musim Kemarau %
(Jiwa)
1. Kondisi air tetap 69 77
2. Kondisi air masih, tetapi berkurang volumenya 18 20,7
Jumlah 87 97,7
3. Tidak ada air 2 2,3
Total 89 100

3. Perilaku Membuang Sampah

Berdasarkan survei pada bulan Februari 2018 terhadap 89 responden di Kecamatan Ngemplak
Kabupaten Boyolali, terhadap perilaku membuang sampah, jawaban 89 orang responden tersaji pada
tabel di bawah ini.

Tabel 3.52. Perilaku Membuang Sampah

Jumlah Responden
No. Perilaku Membuang Sampah %
(jiwa)
1. Perilaku baik Tempat sampah 31 34,8
Lobang galian tanah 48 53,9
Jumlah 79 88,8
2. Perilaku tidak baik Sembarangan (kebun, selokan, sungai) 10 11,2
Total 89 100

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 80
Provinsi Jawa Tengah
Perilaku membuang sampah yang baik berdasarkan hasil survei sebesar 88,8%, dimana masyarakat
telah membuang sampah pada tempatnya (bak sampah atau lobang sampah).

Berdasarkan laporan pelaksanaan RKL dan RPL Semester II Tahun 2017 PT. Angkasa Pura I (Persero)
Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo diperoleh informasi bahwa sumber pencemaran sampah
potensial yang berasal dari bandara adalah buangan dari seluruh pesawat yang datang setiap hari,
aktivitas kantin / restauran dan toko-toko, bank, expedisi muatan kargo dan buangan bangunan
lainnya yang beroperasi di bandara. PT. Angkasa Pura I telah melakukan upaya meminimalisasi
dampak hasil buangan limbah padat dari landside dan airside melalui upaya: 1) Setiap hari dan setiap
waktu dilakukan pembersihan dan untuk memudahkan maka telah dilakukan kerjasama dengan pihak
ketiga (cleaning service) untuk melakukan pengelolaan kebersihan; 2) Disetiap tempat potensial dan
dalam jarak tertentu dipasang tempat sampah dan dipasang stiker untuk tetap menjaga kebersihan
dengan jumlah tersedia di bandara; dan 3) Sampah yang berasal dari tempat sampah yang ada di
setiap lokasi dan ruangan dikumpulkan di Tempat Penampungan Sementara (TPS) kemudian oleh
pelaksana (pihak ketiga) melakukan pengangkutan untuk dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir
(TPA).

4. Penanganan Sampah oleh Masyarakat

Penangan sampah oleh masyarakat terhadap yang telah terkumpul dapat melalui beberapa cara yang
baik, misalnya sampah diambil petugas sampah untuk dibuang ke tempatnya, dibakar untuk dibuat
pupuk, ataupun ditimbun; sedangkan cara penanganan yang tidak baik adalah dibiarkan menumpuk.
Data hasil survei terhadap 89 orang responden pada bulan Februari 2018 di Kecamatan Ngemplak
Kabupaten Boyolali menunjukkan sebagian besar pengelolaan sudah baik, dan yang paling banyak
adalah dengan cara dibakar untuk dibuat pupuk. Deskripsi data hasil survei seperti tersaji pada tabel
di bawah ini.

Tabel 3.53. Cara Pengelolaan Sampah

Jumlah
No. Cara Pengelolaan Sampah %
Responden (jiwa)
1. Pengelolaan baik Diambil petugas 17 19,1
Dibakar dibuat pupuk 64 71,9
Ditimbun 2 2,2
Jumlah 83 93,3
2. Pengelolaan belum baik Lainnya (tidak tahu cara pengelolaan) 6 6,7
Total 89 100

5. Kondisi rumah

Rumah yang baik, tidak harus besar dan mewah, tetapi harus memenuhi syarat kesehatan, sehingga
para penghuninya dapat beraktivitas dengan nyaman. Rumah sehat memiliki beberapa kriteria, yakni
dapat memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikologis; serta dapat menghindarkan terjadinya
kecelakaan dan penularan penyakit. Syarat-syarat rumah sehat antara lain:

a. Lantai

Lantai kedap air adalah syarat bagi rumah sehat. Bahannya bisa beragam: ubin, semen, kayu, atau
keramik. Lantai yang berdebu atau becek selain tidak nyaman juga bisa menjadi sarang penyakit.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 81
Provinsi Jawa Tengah
b. Ventiasi Udara

Rumah sehat harus memiliki ventilasi udara yang cukup agar sirkulasi udara lancar dan udara
menjadi segar. Ventilasi udara membuat kadar oksigen di dalam rumah tetap terjaga sekaligus
menjaga kelembapan rumah. Buat ventilasi udara lewat bukaan jendela. Penghawaan udara dalam
rumah akan makin maksimal dengan sistem ventilasi silang atau cross ventilation. Jika tidak
memungkinkan, bisa dibuat ventilasi lewat lubang-lubang angin. Selain itu, sebisa mungkin jangan
menggunakan kipas angin, karena bisa menyebabkan flek pada paru-paru. Taman di teras atau di
dalam rumah juga akan membantu proses produksi oksigen.

c. Pencahayaan

Rumah sehat harus memiliki pencahayaan alami yang cukup. Rumah yang kekurangan cahaya
matahari sangat lembab dan tidak nyaman serta rawan terhadap bibit penyakit. Umumnya, cahaya
alami didapat lewat jendela, namun jika tidak memungkinkan, cahaya bisa diperoleh dari genteng
kaca. Kendati demikian, pencahayaan rumah jangan terlalu berlebihan, karena dapat membuat mata
sakit dan ruangan menjadi gerah.

d. Atap dan Langit-Langit

Genteng tanah liat terbilang paling cocok untuk rumah di daerah tropis seperti Indonesia, karena
lebih mampu menyerap panas matahari. Sebaiknya hindari pengunaan atap seng atau asbes, karena
dapat menyebabkan hawa ruangan menjadi panas. Ketinggian langit-langit rumah juga mesti
diperhatikan. Pasalnya, langit-langit yang terlalu pendek bisa menyebabkan ruangan terasa panas
sehingga mengurangi kenyamanan.

Berdasarkan survei terhadap kondisi rumah penduduk pada bulan Februari 2018 terhadap rumah
huni 89 responden di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali, terhadap penilaian kondisi rumah
sehat, maka deskripsi data hasil survei tersaji pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.54. Hasil Survei Kondisi Rumah

Jumlah Responden
No. Kategori Rumah Sehat %
(Jiwa)
1. Rumah sehat Dinding permanen, lantai kedap air, 80 88,9
ventilasi cukup
Dinding semi permanen, lantai kedap air, 7 8,6
ventilasi cukup
Jumlah 87 97,5
2. Rumah tidak Dinding kayu, lantai tidak kedap air, 2 2,5
sehat ventilasi kurang
Total 89 100

3.1.5.4. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan upaya perlindungan yang ditujukan kepada semua
potensi yang dapat menimbulkan bahaya, agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat.
Semua tempat kerja termasuk sustu proyek memiliki risiko bahaya, oleh karena itu dengan adanya
program K3 dalam sebuah proyek atau perusahaan, semua karyawan sebagai bagian dari sumber
daya manusia merasa terpelihara dan dipedulikan karena keselamatan dan kesehatannya telah
terjamin. Menurut Undang Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, tanggungjawab

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 82
Provinsi Jawa Tengah
K3 wajib dilaksanakan oleh “Pengurus”, yaitu orang yang mempunyai tugas pemimpin langsung
sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri (Pasal 1 ayat 3 UU No. 1 Tahun 1970),
memiliki tanggung jawab untuk menjamin keselamatan tenaga kerja, orang lain yang berada di
tempat kerja, dan aset produksi.

3.2 Usaha dan/atau Kegiatan Yang Ada Disekitarnya

Kegiatan-kegiatan yang ada di sekitar Bandar udara Internasional Adi Sumarmo Kabupaten Boyolali,
diantaranya sebagai berikut:

1. Jalan Tol Solo – Semarang dan Solo – Mantingan

Saat ini di disekitar lokasi Bandar Udara Internasional Adi Sumarmo Kabupaten Boyolali sudah
dibangun jalan tol yang menghubungan Solo – Semarang dan Solo – Mantingan. Jalan tersebut
melintas mulai dari ujung sebelah barat run way (kurang lebih 50 meter) dari lokasi pengembangan
runway, kemudian berbelok ke utara melintas sebelah utara kawasan Bandar Udara Internasional
Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali (kurang lebih 650 meter).

Dampak positip yang ditimbulkan terjadi pengurangan arus lalu lintas yang masuk ke Kota Surakarta
yang dari arah timur dan barat. Dampak negatif yang ditimbulkan berupa penurunan kualitas udara,
peningkatan kebisingan dan keterbatas aksesbilitas karena jalan tol memotong jalur jalan yang telah
ada.

Gambar 3.45. Kegiatan Sekitar Berupa Jalan Tol

2. Permukiman

Di sekitar lokasi Bandar udara Internasional Adi Sumarmo Kabupaten Boyolali terdapat permukiman
yang langsung berbatasan dengan kawasan Bandar Udara. Mulai dari ujung runway sebelah barat
terdapat permukiman desa Sobokerto, sebelah utara sepanjang kawasan Bandar Udara terdapat
permukiman Desa Ngesrep dan permukiman Desa Sindon, ujung timur runway terdapat permukiman
Desa Dibal, sebelah selatan kawasan Bandar Udara terdapat permukiman Desa Gagaksipat dan
permukiman Desa Ngesrep.

Dampak positif yang ditimbulkan berupa ketersediaan sumberdaya manusia terutama kebutuhan
tenaga konstruksi. Dampak negatif yang ditimbukan berupa limbah yang berupa sampah domestik
padat dan limbah cair. Selain dengan adanya mobilisasi penduduk yang ada di sekitar lokasi bandara
maka akan berdampak terhadap peningkatan kepadatan lalu lintas, terutama pada jam sibuk
(berangkat dan pulang kerja).

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 83
Provinsi Jawa Tengah
3. Lembaga Pendidikan

a. SMK Penerbangan

Di sebelah utara langsung berbatasan dengan kawasan Bandar Udara saat ini sedang dibangun SMK
Penerbangan. Dampak positip yang ditimbulkan berupa ketersediaan sumberdaya manusia terutama
kebutuhan tenaga operasi. Dampak negatif yang ditimbukan berupa limbah yang berupa sampah
domestik padat dan limbah cair. Selain dengan adanya mobilisasi tenaga pendidik, tenaga
kependidikan dan peserta didik maka akan berdampak terhadap peningkatan kepadatan lalu lintas,
terutama pada jam sibuk ( berangkat dan pulang kerja/ sekolah).

b. Sekolah Dasar Negeri Dibal

Sebelah timur runway langsung berbatasan dengan kawasan Bandar Udara terdapat Sekolah Dasar
Negeri Dibal. Dampak negatif yang ditimbulkan berupa limbah padat dan limbah cair, serta
berdampak negatif terhadap peningkatan kepadatan lalu lintas, terutama pada jam sibuk ( berangkat
dan pulang sekolah).

4. Industri Kertas

Di sebelah barat barat ujung runway (masuk wilayah Desa Ngesrep) terdapat PT Aneka Andalan Asia,
sebagai perusahan industri kertas. Dampak positip yang ditimbulkan terjadi penyerapan tenaga kerja
sehingga meningkatkan pendapatan dan membuka lapangan kerja. Dampak negatif yang ditimbulkan
berupa cemaran udara yang dapat menurunkan kualitan udara, limbah padat dan limbah cair. Selain
itu juga berdampak negatif terhadap peningkatan kepadatan lalu lintas, terutama pada jam sibuk (
berangkat dan pulang kerja).

Gambar 3.46. Kegiatan Sekitar Berupa Industri Kertas

5. Lahan Persawahan

Di antara permukiman di kawasan Bandar Udara terdapat lahan persawahan penduduk. Dampak
positip berupa peningkatan ketersediaan bahan makanan pokok penduduk berupa beras,
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dampak negatif yang ditimbulkan
apabila pada saat pasca panen terjadi pembakaran limbah padat dihasilkan dari kegiatan
pertanian akan menurunkan kualitas udara dan bahkan dapat mengganggu penerbangan.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 84
Provinsi Jawa Tengah
6. Usaha Jasa dan Hotel

Di antara permukiman di kawasan Bandar Udara terdapat usaha jasa dan hotel di sebelah
selatan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali. Dampak positip berupa
peningkatan ketersediaan usaha jasa diwilayah Bandar Udara, sehingga dapat meningkatkan
pendapatan pajak daerah.

Gambar 3.47. Kegiatan Sekitar Berupa Usaha Jasa dan Hotel

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 85
Provinsi Jawa Tengah
Gambar 3.48. Peta Kegiatan Lain yang Ada Disekitar

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 86
Provinsi Jawa Tengah
3.3 Pengambilan Sampel

Populasi yang digunakan seluruh desa yang berada pada batas wilayah studi yaitu Desa Ngesrep,
Desa Sobokerto, Desa Gagaksipat, Desa Sindon dan Desa Dibal. Penentuan sampel menggunakan
rumus Slovin dengan rumus perhitungannya adalah: n = N / (1 + (N x e²)), dan menggunakan
margin of error yang ditetapkan adalah 10% atau 0,1. Penetapan margin of error sebesar 10%
dengan pertimbangan tingkat homogenitas populasi yaitu responden yang memiliki profesi sebagai
buruh (pekerja) atau bekerja di sektor swasta dan sektor pertanian lebih dari 50 persen. Berdasarkan
data dari lima desa diketahui bahwa KK terkena dampak berjumlah 253 unit. Apabila menggunakan
rumus Slovin diketahui sampel yang digunakan minimal 72 responden, oleh karena itu tim
menargetkan 100 responden untuk dapat diwawancara.

Tabel 3.55. Jumlah Sampel/Responden Pada Setiap Desa di Wilayah Studi

Jumlah populasi Target Sampel yang


No Desa
(KK) Sampel (KK) dinyatakan valid (KK)
1 Desa Ngesrep 62 12 10
2 Desa Sobokerto 131 55 49
3 Desa Sindon 13 5 5
4 Desa Dibal 9 3 3
5 Desa Gagaksipat 48 25 21
Jumlah 253 100 89

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 100 responden yang direncanakan ternyata tidak
semua keterangan dari responden dapat digunakan untuk analisis. Beberapa faktor penyebab antara
lain: responden tidak berada di tempat atau informasi yang diberikan tidak lengkap, sehingga dari
100 target responden dapat terkumpul informasi sebanyak 89 responden.

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 87
Provinsi Jawa Tengah
Gambar 3.49. Peta Lokasi Survei Sosial, Ekonomi, Budaya dan Kesehatan Masyarakat

Adendum ANDAL dan RKL - RPL


Pengembangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Kabupaten Boyolali, III - 88
Provinsi Jawa Tengah

Anda mungkin juga menyukai