2016 Maks 30 30 30,4 31,6 31,7 32,2 32,2 33,1 33,7 33,4 32,2 31
Min 21,9 22 21,9 22,5 22,2 21,4 20,3 20,6 21,3 21,9 22,5 22
Maks Bulan
Tahun
/min/ Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Rata-rata
Rata-rata 25,95 26 26,15 27,05 26,95 26,8 26,25 26,85 27,5 27,65 27,35 26,5
Maks 30 30 30,4 31,6 31,7 32,2 32,2 33,1 33,7 33,4 32,2 31
2017 Min 21,9 22 21,9 22,5 22,2 21,4 20,3 20,6 21,3 21,9 22,5 22
Rata-rata 25,95 26 26,15 27,05 26,95 26,8 26,25 26,85 27,5 27,65 27,35 26,5
Maks 30,5 30 30,7 33 32,7 33,4 33,3 33,8 34,8 33,1 32,4 31,7
2018 Min 24,4 24 24,7 25,3 25,7 24,6 23,2 22,7 24 24,9 25,1 20,1
Rata-rata 27 26,8 27,5 28,9 29,2 28,6 27,6 27,6 28,6 29,3 28,7 27,2
Maks 30,5 30 30,7 33 32,7 33,4 33,3 33,8 34,8 33,1 32,4 31,7
2019 Min 24,4 24 24,7 25,3 25,7 24,6 23,2 22,7 24 24,9 25,1 20,1
Rata-rata 27 26,8 27,5 28,9 29,2 28,6 27,6 27,6 28,6 29,3 28,7 27,2
Maks 24,2 24,0 24,4 25,8 25,8 26,2 26,2 26,8 27,4 26,6 25,8 25,1
Rerata Min 23,2 23,0 23,3 23,9 24,0 23,0 21,8 21,7 22,7 23,4 23,8 21,1
Rata-rata 26,5 26,4 26,8 28,0 28,1 27,7 26,9 27,2 28,1 28,5 28,0 26,9
Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Kota Semarang
Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa kondisi suhu rata rata (maks) tertinggi
terjadi pada bulan September yaitu sebesar 27,4 oC, sedangkan suhu rata rata (maks)
terendah terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar 24,0 oC. Suhu rata-rata (min)
tertinggi terjadi pada bulan Mei sebesar 24,0 oC, sedangkan suhu rata-rata (min)
terendah terjadi pada bulan Desember sebesar 21,1 oC.
b. Kelembaban Udara
Kelembaban udara adalah banyaknya kandungan uap air di atmosfer. Udara atmosfer
adalah campuran dari udara kering dan uap air. Kelembaban udara merupakan salah
satu faktor penting untuk lingkungan. Salah satu fungsi kelembaban udara secara umum
adalah menjaga kestabilan suhu lingkungan agar tidak terlalu panas akibat paparan sinar
matahari. Salah satu fungsi lain kelembaban udara adalah salah satu penentu dari
pertumbuhan vegetasi. Rata-rata kelembaban udara di wilayah studi pada disajikan pada
Tabel berikut ini.
Tabel 2.2. Rata-rata kelembaban udara menurut bulan di wilayah studi
Kelembaban Udara
Bulan
(%)
Januari 83,29
Februari 85,64
Maret 83,26
April 77,77
Mei 75,16
Juni 75,00
Juli 71,65
Agustus 69,03
September 66,93
Oktober 71,39
November 79,47
Desember 80,74
Rata-rata 76,61
Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Kota Semarang
Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata kelembaban udara di wilayah
studi memiliki kisaran nilai 66,93 – 85,64 %. Rata-rata kelembaban udara tertinggi pada
terjadi pada bulan Februari, sedangkan rata-rata kelembaban udara terendah terjadi pada
bulan September. Fluktuasi rata-rata kelembaban udara di wilayah studi disajikan pada
Gambar berikut ini.
K elembaban udara
Sep tem b er
N o v em b er
D esem b er
Feb ru ari
A g u stu s
O k to b er
Jan u ar i
M aret
A p ril
M ei
Ju n i
Ju li
Bulan
c. Kecepatan Angin
Arah dan kecepatan angin sangat menentukan persebaran dampak khususnya yang
berkaitan dengan media udara. Kecepatan dan arah angin yang ada di wilayah studi
dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.3. Kecepatan dan arah angin yang ada di wilayah studi
Kecepatan Angin
Bulan Arah Angin
(Knot)
Januari 3,19 21
Februari 3,07 22
Maret 2,52 16
April 2,33 18
Mei 3,10 12
Juni 2,37 10
Juli 2,74 11
Agustus 2,97 14
September 2,74 3
Oktober 2,97 4
November 2,73 14
Desember 1,68 17
Rata-rata 2,7 13,5
Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Kota Semarang
2.5
(knot)
2
1.5
1
0.5
0
September
Oktober
November
Desember
Maret
Januari
Februari
April
Mei
Agustus
Juni
Juli
Bulan
Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata curah hujan di wilayah studi
adalah sekitar 5,64 mm3. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu sekitar
19,21 mm3. Sedangkan pada bulan Juli dan Agustus tidak mengalami hujan. Rata-rata
penyinaran matahari di wilayah studi adalah sekitar 5,92 mm 3. Penyinaran matahari
tertinggi terjadi pada bulan Juli dan Oktober yaitu sekitar 7,55 jam, sedangkan
penyinaran matahari terendah terjadi pada bulan Januari yaitu sekitar 3,28 jam.
2.2.1.2. Geologi
Kabupaten Jepara merupakan dataran aluvial yang tersusun oleh endapan lumpur
yang berasal dari sungai-sungai yang bermuara di pesisir pantai dan terbawa oleh arus
sepanjang pantai. Sebaran jenis tanah pada wilayah ini yaitu berupa aluvial hidromorf,
regosol coklat, asosiasi mediteran coklat tua dan mediteran coklat, grumosol kelabu tua,
asosiasi hidromorf kelabu, dan planosol coklat keabuan.Kabupaten Jepara terletak dalam
lereng utara dan barat Gunung Muria.
Bentang alam Semenanjung Muria terdiri atas dataran, perbukitan, dan
pegunungan, yang proses geomorfologinya dikontrol oleh kegiatan gunung api. Daerah
dataran menempati seluruh pantai barat, utara dan timur, serta dataran Kudus - Pati di
sebelah selatan. Litologi penyusun daerah dataran adalah bahan rombakan berupa endapan
lahar dan aluvium; secara setempat dijumpai pula endapan piroklastika dan lava. Daerah
perbukitan merupakan kaki dan lereng bawah Gunung Api Muria, Gunung Api Genuk dan
sekitarnya, serta perbukitan yang terletak di kompleks Gunung Api Patiayam. Litologi
penyusun daerah perbukitan adalah lava, endapan piroklastika, dan lahar. Daerah
pegunungan meliputi kawasan puncak Muria dan Genuk yang merupakan pusat erupsi
gunung api di Semenanjung Muria. Batuan penyusun terdiri atas lava, intrusi, dan breksi
piroklastika.
Gunung Api Muria terletak di bagian tengah Semenanjung Muria, sedangkan
Gunung Api Genuk berada di sebelah timur laut Gunung Api Muria. Dengan demikian
bentang alam Semenanjung Muria dibangun oleh hasil kegiatan atau erupsi Gunung Api
Muria dan Gunung Api Genuk beserta gunung api parasitnya pada masa lampau. Aktivitas
vulkanisme tersebut kemudian diikuti oleh proses eksogen, mulai dari pelapukan, erosi,
transportasi, dan sedimentasi di sekeliling gunung api tersebut yang berlanjut sampai ke
lepas pantai, sehingga membentuk endapan rombakan.
Berdasarkan data geologi regional Lembar Kudus (Suwarti dan Wikarno, 1992),
batuan tertua yang tersingkap di daerah Semenanjung Muria adalah Formasi Bulu yang di
atasnya menumpang secara berturut-turut Formasi Ujungwatu, batuan Gunung Api Genuk
dan Muria. Formasi Bulu terdiri atas batuan sedimen silisiklastika halus (batulempung
sampai batupasir karbonatan) dan batugamping berumur Mio-Pliosen yang tersingkap di
daerah Semliro di bawah fasies sentral Gunung Api Muria dan di sekitar Gunung Api
Genuk. Sementara itu, Formasi Ujungwatu didominasi oleh batuan klastika gunung api kaya
batuapung, seperti tuf batuapung, lapili batuapung, dan breksi batuapung. Batuan Gunung
Api Genuk dan Muria yang terletak dekat dengan kawah atau pusat erupsi sampai fasies
proksimal berupa batuan beku (aliran lava dan intrusi) dan breksi gunung api. Sedangkan
daerah kaki dan dataran di sekelilingnya, pada umumnya berupa batuan klastika gunung api
fraksi halus-sedang, mulai dari batulanau, batupasir sampai dengan konglomerat dan breksi
gunung api.
Geologi Kota Jepara berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang - Jepara (RE.
Thaden, dkk; 1996), susunan stratigrafinya adalah sebagai berikut :
o Aluvium
Aluvium merupakan endapan aluvium pantai, sungai dan danau. Endapan pantai
litologinya terdiri dari lempung, lanau dan pasir dan campuran diantaranya mencapai
ketebalan 50 m atau lebih. Endapan sungai dan danau terdiri dari kerikil, kerakal, pasir
dan lanau dengan tebal 1 - 3 m. Bongkah tersusun andesit, batu lempung dan sedikit
batu pasir.
o Batuan Gunung Api
Batuannya berupa lava basalt, berwarna abu-abu kehitaman, halus, komposisi mineral
terdiri dari felspar, olivin dan augit, sangat keras.
o Formasi Jongkong
Breksi andesit hornblende augit dan aliran lava, sebelumnya disebut batuan gunungapi
Ungaran Lama. Breksi andesit berwarna coklat kehitaman, komponen berukuran 1 - 50
cm, menyudut - membundar tanggung dengan masa dasar tufaan, posositas sedang,
kompak dan keras. Aliran lava berwarna abu-abu tua, berbutir halus, setempat
memperlihatkan struktur vesikuler (berongga).
o Formasi Damar
Batuannya terdiri dari batu pasir tufaan, konglomerat, dan breksi volkanik. Batu pasir
tufaan berwarna kuning kecoklatan berbutir halus - kasar, komposisi terdiri dari mineral
mafik, felspar, dan kuarsa dengan masa dasar tufaan, porositas sedang, keras.
Konglomerat berwarna kuning kecoklatan hingga kehitaman, komponen terdiri dari
andesit, basalt, batuapung, berukuran 0,5 - 5 cm, membundar tanggung hingga
membundar baik, agak rapuh. Breksi volkanik mungkin diendapkan sebagai lahar,
berwarna abu-abu kehitaman, komponen terdiri dari andesit dan basalt, berukuran 1 - 20
cm, menyudut membundar tanggung, agak keras.
o Formasi Kaligetas
Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan tuf halus sampai kasar,
setempat di bagian bawahnya ditemukan batu lempung mengandung moluska dan batu
pasir tufaan. Breksi dan lahar berwarna coklat kehitaman, dengan komponen berupa
andesit, basalt, batuapung dengan masa dasar tufa, komponen umumnya menyudut -
menyudut tanggung, porositas sedang hingga tinggi, breksi bersifat keras dan kompak,
sedangkan lahar agak rapuh. Lava berwarna hitam kelabu, keras dan kompak. Tufa
berwarna kuning keputihan, halus - kasar, porositas tinggi, getas. Batu lempung,
berwarna hijau, porositas rendah, agak keras dalam keadaan kering dan mudah hancur
dalam keadaan basah. Batu pasir tufaan, coklat kekuningan, halus - sedang, porositas
sedang, agak keras.
o Formasi Kalibeng
Batuannya terdiri dari napal, batupasir tufaan dan batu gamping. Napal berwarna abu-
abu kehijauan hingga kehitaman, komposisi terdiri dari mineral lempung dan semen
karbonat, porositas rendah hingga kedap air, agak keras dalam keadaan kering dan
mudah hancur dalam keadaan basah. Pada napal ini setempat mengandung karbon
(bahan organik). Batupasir tufaan kuning kehitaman, halus - kasar, porositas sedang,
agak keras, Batu gamping merupakan lensa dalam napal, berwarna putih kelabu, keras
dan kompak.
o Formasi Kerek
Perselingan batu lempung, napal, batu pasir tufaan, konglomerat, breksi volkanik dan
batu gamping. Batu lempung kelabu muda - tua, gampingan, sebagian bersisipan
dengan batu lanau atau batu pasir, mengandung fosil foram, moluska dan koral-koral
koloni.
Peta geologi di wilayah studi pembangunan pembangunan pengolahan limbah B3 medis
disajikan pada Gambar 2.3.
2.2.1.3. Morfologi
Morfologi daerah Jepara berdasarkan pada bentuk topografi dan kemiringan
lerengnya dapat dibagi menjadi 7 (tujuh) satuan morfologi yaitu:
a. Dataran
Merupakan daerah dataran aluvial pantai dan sungai. daerah bagian barat daya
merupakan punggungan lereng perbukitan, bentuk lereng umumnya datar hingga sangat
landai dengan kemiringan lereng medan antara 0 - 5% (0-3%), ketinggian tempat di
bagian utara antara 0 - 25 m dpl dan di bagian barat daya ketinggiannya antara 225 -
275 m dpl. Luas penyebaran sekitar 164,9 km2 (42,36%) dari seluruh daerah Jepara.
Gambar 2.3 Peta geologi di wilayah studi
b. Daerah Bergelombang
Satuan morfologi ini umumnya merupakan punggungan, kaki bukit dan lembah sungai,
mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus dengan kemiringan lereng medan 5
- 10% (3-9%), ketinggian tempat antara 25 - 200 m dpl. Luas penyebarannya sekitar
68,09 km2. (17,36%) dari seluruh daerah Jepara.
c. Perbukitan Berlereng Landai
Satuan morfologi ini merupakan kaki dan punggungan perbukitan, mempunyai bentuk
permukaan bergelombang landai dengan kemiringan lereng 10 - 15 % dengan
ketinggian wilayah 25 - 435 m dpl. Luas penyebaran sekitar 73,31 km2 (18,84%) dari
seluruh daerah Jepara.
d. Perbukitan Berlereng Agak Terjal
Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan dengan lereng yang agak
terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 15 - 30%, ketinggian tempat antara 25 -
445 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 57,91Km2 (14,8%) dari seluruh daerah Jepara.
e. Perbukitan Berlereng Terjal
Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan dengan lereng yang
terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 30 - 50%, ketinggian tempat antara 40 -
325 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 17,47 Km2 (4,47%) dari seluruh daerah Jepara.
f. Perbukitan Berlereng Sangat Terjal
Satuan morfologi ini merupakan lereng bukit dan tebing sungai dengan lereng yang
sangat terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 50 - 70%, ketinggian tempat antara
45 - 165 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 2,26 Km2 (0,58%) dari seluruh daerah
Jepara.
g. Perbukitan Berlereng Curam
Satuan morfologi ini umumnya merupakan tebing sungai dengan lereng yang curam,
mempunyai kemiringan >70%, ketinggian tempat antara 100 - 300 m dpl. Luas
penyebarannya sekitar 6,45 Km2 (1,65%) dari seluruh daerah Jepara.
2.2.1.4. Topografi
Secara garis besar topografi yang berada di wilayah studi terdiri atas daerah pesisir/
tepi laut, lereng/ punggung bukit dan dataran. Topografi Desa Tubanan (wilayah
administrasi kegiatan) termasuk dalam kategori dalam topografi di tepi laut/ pesisir.
Topografi di wilayah studi selengkapnya disajikan pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.5. Topografi di wilayah studi
Pesisir/ Tepi Lembah/ Daerah Lereng/
Desa Dataran
Laut Aliran Sungai Punggung Bukit
Dudakawu - - √ -
Sumanding - - √ -
Bucu - - √ -
Cepogo - - √ -
Pendem - - √ -
Jinggotan - - - √
Kancilan - - - √
Dermolo - - - √
Balong √ - - -
Tubanan √ - - -
Kaliaman - - - -
Jumlah 2 - 5 4
Sumber : Kecamatan Kembang dalam Angka (2019)
Sedangkan ketinggian wilayah yang berada di wilayah studi terdiri atas < 500 m dan 500 –
700 m. Ketinggian wilayah Desa Tubanan (wilayah administrasi kegiatan) berada pada <
500 m. Ketinggian wilayah di wilayah studi selengkapnya disajikan pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.6. Ketinggian wilayah di wilayah studi
Desa < 500 m 500 – 700 m > 700 m
Dudakawu - √ -
Sumanding - √ -
Bucu - √ -
Cepogo - √ -
Pendem - √ -
Jinggotan √ - -
Kancilan √ - -
Dermolo √ - -
Balong √ - -
Tubanan √ - -
Kaliaman √ - -
Jumlah 6 5 -
Sumber : Kecamatan Kembang dalam Angka (2019)
Fauna Liar
Kondisi lokasi studi sebagian besar merupakan area budidaya sehingga jenis fauna yang
dijumpai menjadi terbatas. Fauna liar yang terinventarisasi merupakan jenis fauna dari
kelas Aves, Reptil, Amfibi, Insecta, dan Gastropoda. Inventarisasi fauna liar pada
wilayah studi disajikan pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.9. Daftar fauna liar yang berada di wilayah studi
Status Perlindungan
No Nama Ilmiah Nama Lokal Perjumpaan
UI CI UU
A. AVES
1. Bubulcus ibis Kuntul Kerbau +++ - - -
2. Egretta garzetta Kuntul Kecil +++ - - -
3. Ardea alba Cangak Besar +++ - - -
4. Halcyon chloris Cekakak sungai + - - -
5. Lonchura leucogastroides Bondol Jawa +++ - - -
6. Ixobrychus cinnamomeus Bambangan Merah + - - -
7. Himantopus leucocephalus Gagang Bayam Timur + - - -
8. Delichon dasypus Layang-Layang Rumah ++ - - -
9. Lonchura punctulata Bondol Peking +++ - - -
10. Lonchura maja Bondol Haji + - - -
B. HERPETOFAUNA
11. Eutropis multifasciata Kadal ++ - - -
12. Fejervarya cancrivora Katak sawah +++ - - -
Keterangan status perlindungan:
CI Status perdagangan menurut Convention on International Trade in Endangered Spesies (CITES),
IU Status keterancaman menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List,
UU Status Undang-undang Negara Republik Indonesia:
(A) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
Dan Ekosistemnya
(B) Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa
Hasil kajian status konservasi terhadap jenis-jenis fauna liar yang berhasil diinventarisasi
menunjukkan terdapat beberapa jenis fauna yang ditetapkan status perlindungannya
melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun
1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa yaitu Cangak Besar (Ardea alba),
Kuntul Kecil (Egretta garzetta) dan Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis) yang termasuk ke
dalam Famili Ardeidae. Jenis avifauna tersebut banyak dijumpai di wilayah studi. asil
penelusuran status keterancaman jenis burung dari kelompok famili Ardeidae tersebut
menurut IUCN Red List (melalui www.iucnredlist.org) menunjukkan status
keterancaman tingkat Least Concern (beresiko rendah) akan tetapi terdapat
kecenderungan peningkatan jumlah individu pada habitat alaminya. Sedangkan daftar
jenis avertebrata yang dijumpai saat pengamatan disajikan pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.10. Daftar jenis avertebrata yang dijumpai saat pengamatan
Status Perlindungan
No Nama Ilmiah Nama Lokal Perjumpaan
UI CI UU
B. HERPETOFAUNA
1. Pila ampullacea Keong Sawah ++ - - -
A. GASTROPODA
2. Hymenoptera sp. Semut ++ - - -
3. Lepidoptera Kupu-Kupu ++ - - -
4. Libelulla forensis Capung Hijau + - - -
5. Crocothemis servilia Capung Merah + - - -
6. Coccinella magnifica Kepik + - - -
7. Trigoniulus corallinus Kaki Seribu, Luwing +++ - - -
8. Parathelphusa convexa Kepiting + - - -
9. Chrysolina graminis Kumbang Pelangi (Tansy + - - -
Beetle)
10. Nilaparvata lugens Wereng + - - -
Spesies fauna dari kelompok Arthropoda yang ditemukan pada pada saat pengamatan
sebanyak 7 jenis. kelompok serangga yang teridentifikasi seperti semut (Hymenoptera
sp.), Kupu-kupu (Lepidoptera), Capung Hijau (Libelulla forensic), Capung Merah
(Crocothemis servilia) dan Kumbang Pelangi (Chrysolina graminis) dijumpai di semua
lokasi sampling. Arthropoda lain yang dijumpai adalah Kaki seribu (Trigoniulus
corallines) dan kepiting (Parathelphusa convexa) dengan lokasi penyebarannya berada
dekat sumber air seperti di bantaran sungai dan lahan persawahan. Jenis – jenis serangga
yang teridentifikasi dari perjumpaan langsung tidak berpotensi untuk berkembang
menjadi hama. Menurut informasi petani sekitar, jenis serangga yang biasa menjadi hama
pada tanaman budidaya adalah spesies wereng (Nilaparvata lugens) dan beberapa jenis
larva serangga (ulat).
: Kelompok usia belum dan/atau tidak kerja (usia belum dan/atau tidak produktif)
Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat potensi yang cukup besar
terhadap mobilisasi tenaga kerja di Kecamatan Kembang dengan kebutuhan jumlah tenaga
kerja yang sudah termasuk usia kerja. Jumlah masyarakat di Kecamatan Kembang yang
sudah termasuk kedalam usia kerja adalah sekitar ± 49.099 jiwa. Sedangkan jumlah
masyarakat di Desa Tubanan yang sudah termasuk kedalam usia kerja adalah sekitar ± 7.788
jiwa. Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Desa Tubaban
disajikan pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.13. Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Desa Tubaban
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Total
0–4 471 448 919
5–9 452 486 938
10 – 14 423 420 843
15 – 19 472 527 999
20 – 24 542 494 1036
25 – 29 479 446 925
30 – 34 392 410 802
35 – 39 356 416 772
40 – 44 358 403 761
45 – 49 322 371 693
50 – 54 349 344 693
55 – 59 305 310 615
60 – 64 232 260 492
65 – 69 152 166 318
70 – 74 83 123 206
75+ 125 192 317
Jumlah 5.513 5.816 11.329
Sumber : Kecamatan Kembang dalam Angka, 2019
Keterangan :
: Kelompok usia kerja (usia produktif)
: Kelompok usia belum dan/atau tidak kerja (usia belum dan/atau tidak produktif)
Mobilisasi tenaga kerja (konstruksi dan operasi) diperkirakan dapat memberikan dampak/
manfaat yang positif terkait penerimaan tenaga kerja di wilayah studi terutama di Desa
Tubaban terutama terhadap masyarakat yang belum mendapatkan pekerjaan/ pengangguran
dan masyarakat yang berprofesi sejalur dengan kebutuhan yang dibutuhkan untuk kegiatan
pembangunan. Jumlah masyarakat di Desa Tubaban berdasarkan jenis pekerjaan
selengkapnya disajikan pada Gambar berikut ini.
2400
1901
2000
1600
1194
1163
1101
1200
972
920
784
744
741
659
800
377
329
325
295
400
179
160
0
Belum/ Tidak Bekerja
Karyawan Swasta
Pelajar/ Mahasiswa
Wiraswasta
Mengurus Rumah Tangga
Buruh Tani/ Perkebunan
Petani/ Pekebun
Tukang Kayu
Lain-lain
Laki-laki Perempuan
2.2.3.4. Keagamaan
Sebagaimana pembangunan di bidang fisik, pembangunan di bidang mental dan
spiritual tidak boleh terlupakan. Kedua-duanya harus seimbang agar tidak terjadi
ketimpanganketimpangan dalam kehidupan bermasyarakat. Di Kecamatan Kembang,
kehidupan antar umat beragamanya berjalan dengan harmonis. Rumah-rumah ibadah dari
berbagai agama pun banyak berdiri di Kecamatan Kembang. Berdasarkan Kecamatan
Kembang dalam Angka (2019) menyebutkan bahwa sebagian besar pemeluk agama Islam
yaitu sebanyak 71.385 jiwa atau sekitar 98,95 persen (%) dari seluruh penduduk yang ada di
Kecamatan Kembang. Jumlah penduduk menurut kelurahan dan agama yang dianut di
Kecamatan Kembang selengkapnya disajikan pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.16. Jumlah penduduk menurut agama yang dianut di Kecamatan Kembang
berdasarkan Desa
No Desa Islam Khatolik Kristen Hindu Budha
1 Dudakawu 2.818 0 0 0 0
2 Sumanding 3.090 0 0 0 0
3 Bucu 4.351 0 61 0 0
4 Cepogo 9.455 0 54 0 0
5 Pendem 7.144 0 0 0 0
6 Jinggotan 5.108 0 3 0 1
7 Kacilan 9.724 1 150 0 0
8 Dermolo 5.374 1 40 0 69
9 Balong 5.673 4 37 0 28
10 Tubanan 11.176 0 131 0 2
11 Kaliaman 7.472 0 180 0 0
Jumlah 71,385 6 655 0 100
Sumber : Kecamatan Kembang dalam Angka, 2019
2.2.3.5. Perekonomian
Perekonomian regional
Guna mengetahui kinerja suatu wilayah dapat dinilai dari tingkat produktivitas wilayah
tersebut. Salah satu indikator dari produktivitas suatu wilayah adalah nilai PDRB
(Produk Domestik Regional Bruto) wilayah tersebut. PDRB didefinisikan sebagai jumlah
barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun yang
ditransaksikan melalui mekanisme pasar. Dengan adanya perubahan secara Nasional
perhitungan tahun dasar PDRB 2000 ke tahun dasar 2010 maka laju pertumbuhan
ekonomi mengalai perbaikan. Sektor-sektor perekonomian di wilayah studi yang mampu
menghasilkan pendapatan bersumber pada 9 sektor utama, yaitu sektor pertanian, sektor
pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air
bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan
komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa, serta sektor jasa. Kontribusi sektor-
sektor tersebut terhadap pendapatan daerah di wilayah wilayah studi disajikan pada
Tabel berikut ini.
Tabel 2.17. PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB per kapita Kabupaten Jepara
Tahun
No Rincian Satuan/ Unit
2017 2018 2019
1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Triliun Rupiah 13.587,2 14.837,4 14.837,4
Harga Berlaku
2 Laju Pertumbuhan Ekonomi % 5,1 5,2 5,2
3 PDRB Per Kapita Harga Berlaku Juta Rupiah 51,9 56,0 56,0
Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa PDRB berdasarkan harga berlaku selama
2019 di Kabupaten Jepara tercatat sebanyak Rp. 13.587,2 triliun. Nilai tersebut jika
dibandingkan nilai PDRB pada tahun 2018 tidak mengalami kenaikan dan relative sama.
Pendapatan per kapita dapat mencerminkan tingkat produktivitas tiap penduduk. PDRB
per kapita Kabupaten Jepara tahun 2019 sebesar Rp. 56.000.000. Angka ini sama dengan
tahun sebelumnya. PDRB menurut sektor penggerak ekonomi (lapangan usaha berdasar
harga berlaku) disajikan pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.18. PDRB Kabupaten Jepara Atas Dasar Harga Berlaku menurut lapangan
usaha 2017-2019 (Juta Rupiah)
Lapangan Usaha 2015 2016 2017 2018 2019
Pertanian, Kehutanan, dan 3.394.047,62 3.539.460,10 3.608.795,03 3.805.518,69 3.949.098,78
Perikanan
Pertambangan dan Penggalian 429.146,69 468.784,23 508.531,59 544.806,43 576.735,22
Industri Pengolahan 7.594.052,58 8.265.133,69 8.912.818,77 9.742.644,56 10.471.691,30
Pengadaan Listrik dan Gas 18.587,69 21.845,54 25.483,09 28.093,48 31.279,64
Pengadaan Air, Pengelolaan 13.983,22 14.597,72 15.664,16 16.490,44 17.535,30
Sampah, Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi 1.471.459,45 1.597.389,32 1.759.082,19 1.948.282,74 2.176.428,92
Perdagangan Besar dan Eceran; 3.691.321,64 3.995.410,22 4.334.934,02 4.681.152,10 5.066.090,21
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 819.917,10 878.784,26 955.700,44 1.030.469,65 1.141.010,97
Penyediaan Akomodasi dan Makan 870.640,38 971.268,55 1.049.503,70 1.148.311,65 1.283.545,45
Minum
Informasi dan Komunikasi 512.510,83 555.880,94 663.711,83 756.743,79 853.538,17
Jasa Keuangan dan Asuransi 465.943,73 523.964,79 575.840,27 616.595,92 647.719,27
Real estate 337.697,33 366.584,51 397.146,53 428.930,45 468.323,70
Jasa Perusahaan 100.710,88 115.668,70 131.206,97 147.560,52 171.849,67
Administrasi Pemerintahan, 549.364,96 593.189,40 624.080,27 650.170,62 677.617,39
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
Jasa Pendidikan 1.161.119,79 1.289.850,27 1.400.937,41 1.549.571,47 1.710.822,39
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 207.850,97 230.536,39 254.135,00 280.378,66 306.155,28
Jasa Lainnya 457.993,39 521.468,08 567.806,21 619.557,17 681.149,03
PDRB 22.096.348,25 23.949.816,71 25.785.377,48 27.995.278,34 30.230.590,69
Sumber : Kabupaten Jepara dalam Angka, 2020
Gambar 2.5 PDRB atas dasar harga berlaku yang berasal dari pengadaan air,
pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang konstruksi
Perekonomian lokal
Perkembangan sarana perekonomian di wilayah studi di Kecamatan Kembang terdiri dari
sarana pendukung kegiatan perekonomian jasa meliputi pasar, bengkel (kendaraan
bermotor, alat elektronik), photo copy, tempat pangkas rambut, rias pengantin,
persewaan alat pesta, biro wisata serta transaksi keuangan, yaitu bank umum, BPR dan
Koperasi. Banyaknya pasar yang berada di wilayah studi adalah sekitar 7 pasar dengan
bangunan permanen dan tidak permanen. Sarana perekonomian yang terdapat di wilayah
studi berdasarkan desa selengkapnya disajikan pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.19. Sarana perekonomian berupa jenis pasar (permanen dan tidak permanen)
yang terdapat di wilayah studi berdasarkan desa
Pasar Bangunan Pasar Bangunan
No Desa
Permanen Tidak Permanen
1 Dudakawu - -
2 Sumanding - -
3 Bucu - -
4 Cepogo 1 1
5 Pendem 1 -
6 Jinggotan 1 -
7 Kacilan 1 -
8 Dermolo - -
9 Balong - -
10 Tubanan 1 -
Pasar Bangunan Pasar Bangunan
No Desa
Permanen Tidak Permanen
11 Kaliaman - 1
Jumlah 5 2
Sumber : Kecamatan Kembang dalam Angka, 2019
Sama halnya dengan sikap yang ditunjukkan oleh masyarakat, persepsi juga muncul
juga dipengaruhi oleh konsep kebudayaan yang dianutnya, perkembangan di
lingkungan sekitarnya serta usia yang mereka miliki. Masyarakat wilayah studi
cenderung memiliki persepsi yang beragam dalam memandang suatu kasus. Seperti
halnya dalam memandang kasus politik, masyarakat wilayah studi terutama kaum muda
dan dewasa sudah cukup terbuka dan paham dengan gejolak politik yang muncul.
Namun bagi masyarakat yang sudah tua, mereka cenderung tidak memahami kasus
politik yang terjadi. Dalam memandang keberadaan rencana kegiatan yang akan
dilakukan di wilayah studi juga memiliki pemikiran yang beragam, ada yang bersifat
mendukung namun ada pula yang tidak mendukung dengan keberadaan rencana
kegiatan yang akan dilakukan.
2.2.4. Komponen Kesehatan Masyarakat
Kesehatan merupakan tujuan dari pembangunan yang mendasar. Kesehatan
merupakan hal yang penting unuk membentuk kapabilias manusia yang lebih luas yang
berada pada inti makna pembangunan. Kesehatan berkaitan erat dengan pembangunan
ekonomi. Modal kesehatan yangsemakin besar dapat meningkatkan pengembalian atas
investasi di bidang pendidikan, karena kesehatan merupakan faktor penting dalam kehadiran
di sekolah dan dalam proses pembelajaran formal maupun non formal.
Pembangunan kesehatan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Bila
pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka akan meningkatkan kesejahteraan rakyat
secara langsung. Selain itu pembangunan kesehatan juga memuat mutu dan upaya kesehatan
yang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas kesehatan dengan menciptakan akses
pelayanan kesehatan dasar yang didukung oleh sumber daya yang memadai seperti rumah
sakit, puskesmas, tenaga kesehatan dan ketersediaan obat. Fasilitas pelayanan kesehatan
adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati
penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, kelompok, dan ataupun masyarakat.
Keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan,
pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat
yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi,
apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan,
informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan
serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat
yang memerlukan.
Fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Kembang terdiri atas 1 Puskesmas, 5
Puskesmas Pembantu, 5 Poliklinik/ Polindes, 5 Balai Pengobatan, 70 Posyandu dan 4 Apotek.
Sedangkan fasilitas kesehatan yang ada di Desa Tubanan terdiri atas 1 Puskesmas Pembantu,
1 Balai Pengobatan, 6 Posyandu dan 1 Apotek. Fasilitas kesehatan di Kecamatan Kembang
selengkapnya disajikan pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.23. Fasilitas kesehatan menurut kelurahan di Kecamatan Kembang berdasarkan
desa
Balai
Poliklinik/
No Desa Puskesmas Pustu Pengobatan Posyandu Apotek
Polindes
Mandiri
1 Dudakawu - - 1 1 5 -
2 Sumandin - - 1 1 4 -
g
Balai
Poliklinik/
No Desa Puskesmas Pustu Pengobatan Posyandu Apotek
Polindes
Mandiri
3 Bucu - - 1 1 5 -
4 Cepogo - 1 - 1 12 1
5 Pendem - 1 - 1 6 -
6 Jinggotan 1 - - 1 7 1
7 Kacilan - - 1 1 7 -
8 Dermolo - 1 - 1 6 -
9 Balong - - 1 1 6 -
10 Tubanan - 1 - 1 6 1
11 Kaliaman - 1 - 1 6 1
Jumlah 1 5 5 11 70 4
Sumber : Kecamatan Kembang dalam Angka, 2019
Sedangkan tenaga kesehatan/ medis yang bertugas di Kecamatan Kembang terdapat 1 Dokter
Praktek yang Tinggal, 14 Bidan Praktek yang Tinggal, 23 Paramedis, 38 Dukun Bayi dan 182
Batra Pijat/ Bekam/ Hipnoterapis/ Tabib. Sedangkan tenaga kesehatan/ medis yang bertugas
di Desa Tubanan terdapat 1 Bidan Praktek yang Tinggal, 3 Paramedis, 9 Dukun Bayi dan 32
Batra Pijat/ Bekam/ Hipnoterapis/ Tabib. Tenaga kesehatan/ medis di Kecamatan Kembang
berdasarkan desa selengkapnya disajikan pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.24. Jumlah tenaga kesehatan/ medis di Kecamatan Kembang berdasarkan desa
Batra Pijat/
Dokter Bidan
Paramedi Bekam/
No Desa Praktek yang Praktek yang Dukun Bayi
s Hipnoterapis/
Tinggal Tinggal
Tabib
1 Dudakawu - 1 1 1 14
2 Sumandin - 1 - 2 10
g
3 Bucu - 1 1 2 6
4 Cepogo - 3 2 4 17
5 Pendem - 1 3 2 18
6 Jinggotan - 1 2 1 14
7 Kacilan - 1 3 4 27
8 Dermolo 1 1 4 4 7
9 Balong - 1 2 3 28
10 Tubanan - 1 3 9 32
11 Kaliaman - 2 2 6 9
Jumlah 1 14 23 38 182
Sumber : Kecamatan Kembang dalam Angka, 2019
Berdasarkan Kecamatan Kembang dalam Angka (2019) menunjukkan bahwa jenis kunjungan
tertinggi di Puskesmas Kembang adalah Rawat Jalan Umum yaitu sekitar 56.174 kunjungan
pasien. Banyaknya pasien yang mengunjungi Puskesmas Kembang selengkapnya disajikan
pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.25. Banyaknya pasien yang mengunjungi Puskesmas Kembang
No Jenis Kunjungan Puskesmas Kembang
1 Rawat Jalan Umum 56.174
No Jenis Kunjungan Puskesmas Kembang
2 Rawat Jalan Gigi 2.586
3 K.I.A 5.034
4 Akseptor KB 837
5 Lainnya 5.189
Jumlah 69.820
Sumber : Kecamatan Kembang dalam Angka, 2019