Anda di halaman 1dari 4

MATA KULIAH : ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. Ir. Sri Suryani, DEA


TUGAS : II (INTERPRETASI PENGUKURAN KUALITAS UDARA)
NAMA : ADE WIRA RIYANTIKA PUTRA
NIM : P032222014
PROGRAM STUDI : PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
FAKULTAS : PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASSANUDIN

Tabel Hasil pengujian kualitas udara


Syarat Baku Waktu
Parameter Satuan Hasil
Mutu Pengukuran
Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 11,254 900 1 jam
Carbon Monoksida (CO) µg/Nm3 2684 30.000 1 jam
Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm3 13,5140 400 1 jam
Debu (TSP) 24 Jam µg/Nm3 225,784 230 24 jam
Sulfida (H2S) Ppm 4,4405 - -
Dustfall (Debu Jatuh) Ton/km2/bulan 3,15 10 30 hari
Timbal µg/Nm3 <0,82 2 24 jam
PM 2,5 (Partikel<2,5µm) µg/Nm3 34,16 50 24 jam
Hidro Karbon (HC) µg/Nm3 0,9561 160 3 jam
Oksidan (O3) µg/Nm3 4,6671 230 1 jam
PM 10 (Perikel <10 µm) µg/Nm3 20,61 150 24 jam

Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran


Udara dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.50/MENLH/11/1996 Tentang Baku
Tingkat Kebauan

Berdasarkan hasil pengujian kualitas udara yang disajikan pada tabel diatas mengenai
sembilan paremeter kualitas udara berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999
Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Adapun parameter Sulfida (H 2S) didasarkan pada
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 50 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat
Kebauan. Maka berdasarkan tabel diatas mengenai hasil parameter uji, dapat dilakukan
interpretasi hasil pengukuran kualitas udara sebagai berikut :
1. Parameter Sullfida (SO2)
Hasil yang diperoleh dengan waktu pengukuran selama 1 jam didapatkan nilai SO2
sebesar 11,254 μg/Nm3 yang mana nilai tersebut belum melewati batas baku mutu yaitu 900
μg/Nm3, yang didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Pengendalian Pencemaran Udara. Saat SO2 masuk di lingkungan dan berada di udara maka
dapat membentuk asam sulfit, sulfur trioksida, dan sulfat. Gas ini juga dapat larut di dalam
air dan membentuk asam sulfur bahkan tanah pun dapat menyerap SO2

2. Parameter Carbon Monoksida (CO)


Hasil yang diperoleh dengan waktu pengukuran selama 1 jam didapatkan nilai CO
sebesar 2684 μg/Nm3 yang mana nilai tersebut belum melewati batas baku mutu yaitu 30.000
μg/Nm3, yang didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Pengendalian Pencemaran Udara. Umumnya Carbon monoksida (CO) ini bersumber dari
hasil gas pembakaran tidak sempurna yang dibuang ke udara. Gas ini merupakan salah satu
partikulat utama penyebab polusi udara di bidang transportasi

3. Parameter Nitrogen Dioksida (NO2)


Hasil yang diperoleh dengan waktu pengukuran selama 1 jam didapatkan nilai NO2
sebesar 13,5140 μg/Nm3 yang mana nilai tersebut belum melewati batas baku mutu yaitu 400
μg/Nm3, yang didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Pengendalian Pencemaran Udara. Emisi gas mobil dan pembangkit listrik dinyatakan
sebagai sumber dari gas NO2 di udara dimana menjadi penyebab terjadinya kabut fotokimia
pada area perkotaan maupun industri dan merupakan komponen utama polusi udara di
perkotaan.

4. Debu / Total Suspended Particulate (TSP)


Hasil yang diperoleh dengan waktu pengukuran selama 24 jam didapatkan nilai TSP
sebesar 225,784 μg/Nm3 yang mana nilai tersebut hampir mendekati batas baku mutu yaitu
230 μg/Nm3 , yang didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Pengendalian Pencemaran Udara.

5. Sulfida (H2S)
Hasil yang didapatkan dari nilai H2S sebesar 4,4405 ppm yang mana nilai tersebut telah
menewati batas baku mutu jika dibandingkan dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
No.50/MENLH/11/1996 Tentang Baku Tingkat Kebauan, yang mana nilai standar baku
tersebut adalah 0,02 ppm
6. Dustfall (Debu Jatuh)
Hasil yang diperoleh dengan waktu pengukuran selama 30 hari didapatkan nilai Dustfall
sebesar 3,15 Ton/KM2/bulan yang mana nilai tersebut belum melewati batas baku mutu yaitu
10 Ton/KM2/bulan, yang didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999
Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

7. Timbal (Pb)
Hasil yang diperoleh dengan waktu pengukuran selama 24 jam didapatkan nilai timbal
(Pb) sebesar <0,82 μg/Nm3 yang mana nilai tersebut masih dibawah batas baku mutu yaitu
2 μg/Nm3, yang didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Pengendalian Pencemaran Udara.

8. PM 2,5 (Partikel <2,5 µm)


Hasil yang diperoleh dengan waktu pengukuran selama 24 jam didapatkan nilai timbal
PM 2,5 sebesar 34,16 μg/Nm3 yang mana nilai tersebut masih dibawah batas baku mutu
yaitu 50 μg/Nm3 , yang didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Pengendalian Pencemaran Udara. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 1077 tahun 2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah,
PM2,5 juga timbul dari pengaruh kegiatan manusia yang dapat berasal dari perilaku merokok,
penggunaan energi masak yang menggunakan bahan bakar biomassa dan penggunaan obat
bakar nyamuk.

9. Hidrokarbon (HC)
Hasil yang diperoleh dengan waktu pengukuran selama 3 jam didapatkan nilai HC
sebesar 0,9561 μg/Nm3 yang mana nilai tersebut masih dibawah batas baku mutu yaitu 160
μg/Nm3, yang didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Pengendalian Pencemaran Udara.

10. Oksidan (O3)


Hasil yang diperoleh dengan waktu pengukuran selama 1 jam didapatkan nilai O3
sebesar 4,6671 μg/Nm3 yang mana nilai tersebut masih dibawah batas baku mutu yaitu 230
μg/Nm3, yang didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Pengendalian Pencemaran Udara.
11. PM 10 (Partikel<10µm)
Hasil yang diperoleh dengan waktu pengukuran selama 1 jam didapatkan nilai PM 10
sebesar 20,61 μg/Nm3 dan masih dibawah batas baku mutu yaitu 150 μg/Nm3 ,
yang
didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.

Kesimpulan: Dari hasil pengukuran berdasarkan tabel yang terlampir serta dibandingkan
dengan standar baku mutu yang ada (Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Pengendalian Pencemaran Udara) hasil pengukuran tiap parameter menunjukan bahwa
hampir semua parameter kualitas udara menunjukan kualitas udara tergolong baik sebab
tidak ada yang melewati standar baku muku yang ditetapkan, kecuali satu parameter yaitu
parameter Sulfida (H2S) yang melewati batas standar baku mutu yang di tentukan
berdasarkan ( Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.50/MENLH/11/1996 Tentang Baku
Tingkat Kebauan ).

Anda mungkin juga menyukai