Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan makluk hidup
dan keberadaan benda lainnya. Sehingga udara merupakan sumber daya alam
yang harus dilindungi untuk kehidupan manusia dan makluk hidup lainnya. Hal
ini bahwa pemanfaatannya harus dilakukan secara bijaksana dengan
memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. Untuk
mendapatkan udara sesuai dengan tingkat kualitas yang diinginkan, maka
pengendalian udara menjadi sangat penting untuk dilakukan. Pencemaran udara
diartikan dengan turunnya kualitas udara sehingga udara mengalami penurunan
mutu dalam penggunaannya dan akhirnya tidak dapat dipergunakan lagi sebagai
mana mestinya sesuai dengan fungsinya.
Pencemaran udara dapat diakibatkan oleh beberapa hal, diantaranya gas
buangan sisa pembakaran (emisi) atau dapat diakibatkan oleh partikulat. Partikulat
dapat diartikan sebagai suatu campuran kompleks yang ringan antara senyawa
organik dan anorganik, dengan ukuran antara 1-100 µm dan mengganggu system
respirasi manusia.
Berdasarkan lamanya partikulat tersuspensi dan rentang ukurannya,partikel
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu debu jatuh (dustfall) dan suspended
particulate matter (SPM). Dustfall adalah partikel berbentuk lebih besar dari 10
µm. SPM adalah partikel yang ukurannya lebih kecil dari 10 µm dan
keberadaannya terutama berasal dari proses industri dan pembakaran. Karena
ukuran partikelnya yang besar, dustfall sangat membahayakan kesehatan manusia
terutama gangguan pada sistem pernafasan. Oleh karena itu, untuk mengetahui
kadar dustfall pada udara ambien di suatu tempat, maka perlu dilakukan pengujian
dustfall seperti yang akan dilakukan pada praktikum kali ini. Praktikum kali ini
bertujuan menentukan konsentrasi debu jatuh (dustfall) pada udara ambien dengan
menggunakan metode gravimetri.

1
1.2 Tujuan
1.2 1 Tujuan Umum
Mampu melakukan pengambilan sampel dan analisa debu jatuh di
udara.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui karakteristik dan sumber pencermar udara di
lingkungan.
2. Mengetahui cara penggunaan dust fall collector
3. Mengetahui kadar debu jatuh udara (dust fall)

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Udara


Udara merupakan campuran gas yang terdiri dari berbagai komponen, zat, dan
atau energi yang ada pada lapisan troposfir bumi. Pertumbuhan teknologi seperti
industri dan transportasi disamping memberikan dampak positif, akan
memberikan dampak negatif. Salah satunya berupa pencemaran udara yang dapat
membahayakan kesehatan manusia dan penularan penyakit.
Pencemaran udara merupakan masuk atau dimasukkannya zat,energi, dan atau
komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia sehingga mutu
udara ambien turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien
tidak dapat memenuhi fungsinya. ( PP 41 tahun 1999)
Sumber pencemaran dapat dibagi dalam empat kelompok utama yaitu:
1. Transportasi kendaraan (motor, pesawat, keretaapi, kapal, dan penanganan
dan evaporasi minyak)
2. Pembakaran tetap (perumahan, tempat komersial, tenaga industry
termasuk pemanas, termasuk pusat tenaga listrik).
3. Proses Industri (kimia, metalurgi, industry kertas, dan kilang minyak)
4. Disposal limbah padat (bahan dar irumah, batubara, pembakaran daerah
pertanian).
Berdasarkan jenis, pencemaran udara dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Partikulat (partikel)
2. Gas ( CO, NOX, H2S, SOX, Hidrokarbon )
3. Energi ( getaran, kebisingan, suhu )
Parameter Indeks Standar Pencemaran Udara berdasarkan pada KMLH No 45
tahun 1997 tentang Indeks Standar Pencemaran Udara adalah:
1. Partikulat (PM10)
2. Karbon mMonoksida (CO)
3. Sulfur Dioksida
4. Nitrogen Dioksida
5. Ozon (O3)

3
Partikulat adalah pencemaran udara yang dapat berada bersama-sama
bahan/bentuk pencemaran lain. Macam-macam partikulat:
1. Penggolongan berdasarkan ukuran dan proses pembentukannya
– Awan
Partikel zat cair sebagai hasil kondensasi fase gas, ukurannya antara 0,1
sampai 1 mikron.
– Asap
Partikel zat karbon yang ukurannya kurang dari 0,5 mikron, sebagai akibat
pembakaran tidak sempurna bahan yang mengandung karbon.
– Awan
Partikel zat cair sebagai hasil kondensasi fase gas, ukurannya antara 0,1
sampai 1 mikron.
– Asap
Partikel zat karbon yang ukurannya kurang dari 0,5 mikron, sebagai akibat
pembakaran tidak sempurna bahan yang mengandung karbon.
2. Penggolongan berdasarkan ukurannya
- Dustfall (debu jatuhan)
Yaitu debu yang ukurannya besar dari 10 mikron yang cepat
mengendap karena pengaruh gravitasi.
- Total Suspended Particulate (TSP)
Yaitu keseluruhan debu melayang yang yangtersuspensi dalam udara
ambien
- Inhalable dust (PM10)
Yaitu debu yang ukurannya sepuluh mikron ke bawah yang dapat
masuk ke saluran pernafasan. Disebut juga PM10
- Respirable dust (PM2,5)
Yaitu debu yang ukurannya 2,5 mikron ke bawah yang dapat masuk
sampai saluran pernafasan bagian dalam. Disebut juga PM2,5

Untuk menentukan batasan kadar komponen pencemar udara dibutuhkan baku


mutu udara ambien. Baku mutu udara ambien terhadap partikulat ( PP No. 41
tahun 1999) yaitu:

4
No Parameter Waktu Baku Mutu
Pengukuran
1 PM10 24 jam 150 µg/Nm3
2 Partikel <10µm
3 PM2,5 24 jam 65 µg/Nm3
4 Partikel <2,5µm 1 tahun 15 µg/Nm3
5 TSP 24 jam 230 µg/Nm3
1 tahun 90 µg/Nm3
6 Pb (taimah hitam) 24 jam 2 µg/Nm3
1 tahun 1 µg/Nm3
7 Dustfall 30 hari Pemukiman
10 ton/km2/bulan
Industri
20 ton/km2/bulan

BAKU MUTU UDARA AMBIEN NASIONAL

No. Parameter Waktu Baku Mutu Metode Peralatan

Pengukuran Analisis

           

1 SO2 1 Jam 900 ug/Nm3 Pararosanilin Spektrofotometer

  (Sulfur 24 Jam 365 ug/Nm3    


Dioksida)

    1 Thn 60 ug/Nm3    

           

5
2 CO 1 Jam 30.000 ug/Nm3 NDIR NDIR Analyzer

  (Karbon 24 Jam 10.000 ug/Nm3    


Monoksida)

    1 Thn -    

           

3 NO2 1 Jam 400 ug/Nm3 Saltzman Spektrofotometer

  (Nitrogen 24 Jam 150 ug/Nm3    


Dioksida)

    1 Thn 100 ug/Nm3    

           

4 O3 1 Jam 235 ug/Nm3 Chemiluminescent Spektrofotometer

  (Oksidan) 1 Thn 50 ug/Nm3    

           

5 HC 3 Jam 160 ug/Nm3 Flame Ionization Gas

  (Hidro       Chromatogarfi
Karbon)

           

6
6 PM10 24 Jam 150 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol

  (Partikel <        
10 um )

  PM2,5 (*) 24 Jam 65 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol

  (Partikel < 1 Thn 15 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol


2,5 um )

           

7 TSP 24 Jam 230 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol

  (Debu) 1 Thn 90 ug/Nm3    

           

8 Pb 24 Jam 2 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol

  (Timah 1 Thn 1 ug/Nm3 Ekstraktif  


Hitam)

        Pengabuan AAS

           

9. Dustfall 30 hari      

  (Debu Jatuh   10 Gravimetric Cannister


) Ton/km2/Bulan

7
(Pemukiman)

      20    
Ton/km2/Bulan

      (Industri)    

10 Total 24 Jam 3 ug/Nm3 Spesific Ion Impinger atau


Fluorides
(as F)

    90 hari 0,5 ug/Nm3 Electrode Countinous


Analyzer

11. Fluor 30 hari 40 u g/100 cm2 Colourimetric Limed Filter


Indeks dari kertas
Paper
limed filter

           

12. Khlorine & 24 Jam 150 ug/Nm3 Spesific Ion Impinger atau

  Khlorine     Electrode Countinous


Dioksida Analyzer

           

13. Sulphat 30 hari 1 mg SO3/100 Colourimetric Lead


Indeks cm3

    Dari Lead   Peroxida Candle


Peroksida

8
 

2.2 Efek Pencemaran Udara pada Kesehatan


Profil kesehatan DKI Jakarta 2004 menunjukkan bahwa sekitar 46% penyakit
gangguan pernafasan terkait dengan pencemaran udara (ISPA 43%, iritasi mata
1.7% dan asma 1.4%) dan sekitar 32% kematian mungkin terkait dengan
pencemaran udara (penyakit jantung dan paru-paru 28.3% dan pneumonia 3.7%)
(Langit Biru). Efek-efek pencemaran udara pada kehidupan manusia dapat dibagi
menjadi efek umum, efek terhadap ekosistem, efek terhadap kesehatan, efek
terhadap tumbuhan dan hewan, efek terhadap cuaca dan iklim dan efek terhadap
sosial ekonomi.
2.3 Pengaruh Debu terhadap Kesehatan
Debu yang dihisap melalui udara pernafasan 55% diantaranya mempunyai
ukuran 0.25 sampai 6 mikron, 15 sampai 95% akan mengalami retensi dan
proporsi retensi berhubungan langsung dengan ukuran, kepadatan dan kesehatan
partikel tersebut. Berdasarkan atas sifat-sifat fisik suspensi partikel debu yang
terdapat, partikel yang di udara dan struktur anatomi sistem pernafasan, dapat
diprediksikan bahwa partikel yang memiliki ukuran lebih dari 10 mikron dapat
dikeluarkan kembali melalui hidung atau melalui saluran pernafasan atas, partikel
yang berukuran 5-10 mikron mengalami penahanan terutama pada saluran
pernafasan atas, partikel yang berukuran 1-2.5 mikron dapat mencapai kebagian
pernafasan yang lebih dalam yaitu mengendap di alveoli sedangkan partikel yang
lebih kecil dari 0.1 mikron dapat keluar kembali bersama udara pernafasan.
Masuk dan tertimbunnya debu di dalam paru-paru dapat memberikan
rangsangan pada organ tersebut, yaitu partikel debu dapat menstimuli otot polos
sikuler pada saluran pernafasan sehingga dapat menimbulkan kontraksi
penyempitan saluran pernafasan. Partikel debu yang mengendap pada permukaan
alveoli akan merangsang, pengarahan makrophag. Pada keadaan kronis dapat
merangsang sel-sel fihsroblas yang terdapat pada jaringan interstisil (jaringan
pejangga) bila dalam waktu yang lama akan terjadi fibrosis.

9
Secara umum penimbunan partikel debu paru-paru dapat menimbulkan antara
lain:
a. Sedikit atau tidak ada reaksi apa-apa.
b. Produksi dan sekresi mukos yang berlebihan.
c. Pembesaran kelenjar mukos.
d. Pengerahan sel-sel makrophag
e. Proliferasi kronik atau reaksi peradangan.
f. Retikulinosis.
g. Fibrosis.
h. Metaplaslin atau keganasan.

2.4. Upaya Penanggulangan Pencemaran Udara


Salah satu polutan yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor adalah CO. Gas
tersebut paling banyak dihasilkan oleh kendaraan bermotor dan dapat
menyebabkan kematian pada konsentrasi tinggi. Di wilayah perkotaan dengan
pertumbuhan polutan yang cepat kualitas udara perkotaan semakin buruk, oleh
sebab itu diperlukan pengendalian pencemaran udara.
Sebab apabila tidak dikendalikan dengan baik hal ini mengakibatkan
terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan. Dengan melihat porsi terbanyak
pencemaran udara dari emisi gas buangan kendaraan bermotor, maka sudah
saatnya kontrol polusi juga dilakukan pada emisi gas setiap kendaraan bermotor
(Susanto, 2006). Penanggulangan dampak kualitas udara yang disebabkan
kegiatan industri dan transportasi dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
a. Pengendalian pencemaran debu yang diemisikan dari sumber tidak
bergerak ke atmosfir dilakukan dengan alat penagkap debu. Contohnya
Cyclon, Scrubber, Electrostatic precipitor dan Fabric filler.
b. Pengendalian zat pencemar sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen dioksida
(NO2) dilakukan dengan menggunakan bahan bakar yang mengandung
sulfur rendah, mempertinggi cerobong dan menggunakan alat
pengendalian pencemaran udara seperti desulfurisasi dan denitrifikasi.
c. Menanam pohon-pohon sebagai penyerap gas dan debu di sekitar
kegiatan dan jalan-jalan.

10
Akan tetapi sebaik apapun kebijaksanaan maupun peraturan yang ada, tanpa
peran serta masyarakat sebagai pelaku maupun yang terkena dampak, maka upaya
penanggulangan pencemaran udara tidak akan berhasil dengan baik.
Upaya pencegahan pencemaran udara di Indonesia, berdasarkan periode
waktunya, terbagi menjadi dua:
1. Jangka Pendek
Kegiatan-kegiatan jangka pendek di Indonesia untuk mencegah terjadinya
pencemaran udara antara lain:
a Sosialisasi melalui media cetak dan elektronik berkaitan dengan bahaya
pencemaran udara bagi kelanggengan hidup manusia dan perubahan
ekosistem pada alam semesta.
b Relokasi kawasan industri yang berada ditengah kota ke daerah pinggiran
kota dan pengembangan suatu daerah hijau (green belt) yang mengitari
kawasan industri yang akan dibangun.
c Penyelenggara analisis dampak lingkungan (Amdal) secara rutin di pabrik-
pabrik yang berada di tengah kota atau didekat lokasi pemukiman
penduduk.
d Penyelenggara uji emisi gas buangan dari kendaraan bermotor secara
berkala dan pembentukan sistem pemantauan pencemaran udara di setiap
sudut kota.
e Perbaikan sarana transportasi darat terutama armada angkutan kota agar
lebih manusiawi (aman, nyaman dan murah) sehingga dapat mengurangi
penggunaan kendaraan pribadi.
f Penerapan program 3 in 1 pada kendaraan pribadi selama jam-jam sibuk,
terutama di jalan-jalan protokol di pusat kota.
g Pengawasan dan pelanggaran pembakaran hutan terutama saat musim
kemarau yang pada kenyataannya terjadi hampir setiap tahun.
2. Jangka Panjang
Upaya jangka panjang di Indonesia untuk mencegah terjadinya
pencemaran udara antara lain:

11
a Perencanaan tata ruang kota yang mengacu pada wawasan kesehatan
lingkungan.
b Mengganti bahan bakar untuk industri dan kendaraan bermotor dengan
bahan bakar yang ramah lingkungan misalnya bahan bakar gas dan
biosolar yang berasal dari minyak kelapa sawit.

2.5 Dust Fall

Partikulat atau debu adalah suatu benda padat yang tersuspensi di udara
dengan ukuran dari 0,3 µm sampai 100 µm, berdasarkan besar ukurannya
partikulat (debu) ada dua bagian besar yaitu debu dengan ukuran lebih dari 10 µm
disebut dengan debu  jatuh (dust-fall) sedang debu yang ukuran partikulatnya
kurang dari 10 µm disebut dengan Suspended Partikulate Matter (SPM). Debu
yang ukurannya kurang dari 10 µm ini bersifat melayang-layang di udara.

Debu jatuh cepat mengendap karena pengaruh gravitasi. Berasal dari hasi atau
proses-proses mekanis seperti erosi angin, penghancuran dan penyemprotan, dan
pelindasan benda-benda oleh kendaraan atau pejalan kaki. Diukur dengan
menggunakan alat yang disebut dust fall collector untuk menyaring kotoran
seperti debu atau sisa pembuangan dari hasil produksi agar debu tersebut tidak
beterbangan dan mencari lingkungan sekitarnya.

12
BAB III
ISI
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari / tanggal :
Jam : 08.30 s.d 15.00 WIB
Tempat : Laboratorium Kampus Poltekkes

13
Penempatan dustfall di depan gedung laboraturium.
Pratikum : Pemeriksaan Kadar Dustfall

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat Jumlah

Dustfall collector 1 buah

Corong gelas 1 buah

Botol pengumpul 1 buah

Gembok 1 buah

Neraca analitik 1 buah

spatula 1 buah

Batang pengaduk 1 buah

Labu ukur 500 ml 1 buah

Gelas kimia 400 ml 1 buah

Gelas kimia 200 ml 1 buah

Kompor 1 buah

Desikator 1 buah

Gelas ukur 500 ml 1 buah

3.2.2 Bahan
Bahan Jumlah

CuSO4 1 gr

Aquadest 1 liter

14
3.3. Cara Kerja
3.3.1 Pembuatan reagen
1. Timbang CuSo4 sebanyak 0,5 mg dengan neraca analitik
2. Tuang ke dalam gelas kimia dan larutkan dengan aquadest
3. Aduk dengan batang pengaduk
4. Masukkan ke dalam labu ukur 500 ml dan paskan dengan aquadest sampai
tanda garis
5. Tutup dan bolak balik untuk menghomogenkan sebanyak 12 kali

3.3.2 Sampling
1. Masukkan 500 ml larutan CuSo4 ke dalam botol pengumpul yang sudah di
beri label.
2. Pasang alat-alat dustfall collector, kemudian letakkan pada lokasi yang
debunya akan di ukur.
3. Masukkan botol pengumpul ke dalam kotak dustfall collector.
4. Gembok kotak dustfall collector kemudian beri label.
5. Biarkan selama satu bulan dengan melakukan pengamatan setiap hari.
6. Ambil botol pengumpul, kemudian letakkan ke dalam lemari pendingin.
7. Bongkar semua alat dustfall collector, kemudian letakkan ke dalam
tempatnya.

3.3.3 Analisis
3.3.3.1 Analisis Fraksi Terlarut
a. Pindahkan filtrat ke dalam cawan penguap yang telah diketahui beratnya
(Ci1) sebanyak 250 ml

15
b. Uapkan cawan beserta isinya sampai airnya habis dan tinggal residunya
yang lembab
c. Teruskan penguapan dalam ovendengan suhu 105oC selama 1 jam dan
masukkan kedalam desikator
d. Setelah dingin ditimbang dengan teliti
e. Hitung fraksi yang terlarut F1 dengan rumus :
F1 = (C2-C1) x 30x V
A x T x 0,250 x v1

3.3.3.2 Analisis Debu Total


1. Masukkan gelas kimia ke dalam oven 1000C selama 60 menit, kemudian
dinginkan dalam desikator selama 15 menit.
2. Timbang gelas kimia dengan menggunakan neraca analitik, kemudian
catat (Wo).

3. Panaskan kompor

4. Ukur sampel dustfall dengan menggunakan gelas ukur , tuangkan pada


gelas kimia sebanyak 250 ml.

16
5. Panaskan gelas kimia di atas kompor hingga terbentuk residu.

6. Masukkan ke dalam desikator selama 15 menit


7. Kemudian timbang gelas kimia dengan neraca analitik
8. kemudian catat (W1) dan masukkan ke dalam rumus
Debu = (W1 – Wo) x 30x V
A x T x 0,250 L

3.3.3.3 Analisis Debu Tak Larut


1. Lipat empat kertas whatman, lalu masukkan ke dalam petridis (petri
dibuka)
2. Lakukan prekondisi ke dalam oven dengan suhu 1000C selama 60 menit
3. Setelah itu masukkan ke dalam desikator selama 15 menit (petri tertutup)
4. Kemudian timbang kertas whatman dengan menggunakan neraca analitik
5. Lihat angka yang tertera pada layar neraca, catat hasil pembacaan (Bo)
6. Letakkan kertas saring pada corong gelas. Letakkan corong pada
erlenmeyer 500 ml
7. Bilas corong dengan aquadest secukupnya
8. Ambil 500 ml sampel, kemudian saring dengan kertas saring ( What man
42 ) yang telah disediakan

17
9. Setelah itu, letakkan kertas whatman pada petri dalam keadaan terbuka.
10. Masukkan dalam oven 1000C selama 60 menit.
11. Keluarkan petri dari oven, masukkan ke dalam desikator selama 15 menit
dalam keadaan tertutup
12. Keluarkan petri dari desikator. Timbang kertas whatman pada neraca
analitik.
13. Catat hasil pembacaan (B1) dan masukkan ke dalam rumus.
Debu = (B0 – B1) x 30x V
A x T x v1

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

18
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Analisa Debu Total
Berdasarkan pratikum yang di lakukan pada tanggal 24 oktober 2014 di
laboraturium fisika lingkungan , didapatkan hasil pengukuran debu jatuh
sebagai berikut :

Media Gram
Wo W1
Gelas kimia 157,905 gr 157,917 gr

Maka kadar debu yang dihasilkan adalah :

Debu total
D1 = (W1 – Wo) x 30 x V
A x T x 0,250 L
KET:
D1 : jumlah debu total (g/m3/bulan)
W1 : berat cawan penguap dengan isinya
W0 : berat cawan pengering kosong
30 : Jumlah hari atu bulan
V : volume filtrate yang terkumpul
A : luas mulut botol pengumpul debu
T : waktu pengumpulan contoh debu
0,250 : volume filtrate yang digunakan dalam analisis

Didapatkan hasil perhitungan :

19
D1 = (W1 – Wo) x 30x V
A x T x 0,250 L
= (157,917–157,905) x 30 x 0,5 L

19,625 m2 x 60 x 0,250 L
= 0,012 gr
294,375 m2
= 12 x 10-9 ton
0,000294375 km2
= 40764,34 x 10-9 ton/km2/bulan
4.2 Pembahasan
Berdasarkan ketetapan acuan baku mutu Peraturan Pemerintah No. 41
Tahun 1999 , nilai maksimal untuk konsentrasi dustfall adalah sebesar 10
ton/km2/bulan untuk daerah pemukiman. Dari hasil percobaan, nilai konsentrasi
dustfall untuk debu total adalah 40764,34 x 10-9 ton/km2/bulan. Maka penetapan
nilai konsentrasi dustfall dari percobaan yang telah di uji memenuhi standar baku
mutu. Nilai konsentrasi dustfall pada udara ambien di tempat tersebut masih
terbilang aman bagi kesehatan manusia khususnya pada sistem pernapasan.
Untuk mengurangi jumlah debu di udara supaya kadar debu di udara
terbilang aman perlu dilakukan pencegahan seperti menanam pohon di sekitar
kegiatan dan pinggir jalan, Relokasi kawasan industri yang berada ditengah kota
ke daerah pinggiran kota dan pengembangan suatu daerah hijau (green belt) yang
mengitari kawasan industri yang akan dibangun.

BAB V
PENUTUP

20
5.1 Kesimpulan
Karakteristik dan Sumber pencemaran dapat dibagi dalam empat
kelompok utama yaitu:
1. Transportasi kendaraan (motor, pesawat, keretaapi, kapal, dan
penanganan dan evaporasi minyak)
2. Pembakaran tetap (perumahan, tempat komersial, tenaga industry
termasuk pemanas, termasuk pusat tenaga listrik).
3. Proses Industri (kimia, metalurgi, industry kertas, dan kilang minyak)
4. Disposal limbah padat (bahan dar irumah, batubara, pembakaran
daerah pertanian).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan debu di udara depan labor
poltekkes kemenkes padang di dapatkan hasil 40764,34 x 10-9 ton/km2/bulan
yaitu memenuhi standar baku mutu debu di udara dan masih terbilang aman
bagi kesehatan manusia khususnya pada sistem pernapasan.

5.2 Saran
5.2.1 Untuk mahasiswa:

Untuk mengurangi dampak terhadap kesehatan, perlu adanya upaya


pencegahan secara terus menerus agar kadar konsentrasi tetap dibawah
nilai ambang batas yang diijinkan. Pencegahan yang dapat dilakukan
diantaranya mengurangi penggunaan kendaraan bermotor.

5.2.2 Untuk masyarakat:

Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain dengan mengurangi


penggunaan motor, menghentikan kegiatan pembakaran sampah, dan
memakai masker jika berkendaraan untuk menjaga kesehatan terutama pada
sistem pernapasan.

5.2.3 Untuk akademik

21
Agar dapat melengkapi alat penangkap debu karena pada pratikum yang
telah dilakukan terdapat beberapa alat-alat penangkap debu yang tidak ada
bahkan rusak.

22

Anda mungkin juga menyukai