PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1.2 1 Tujuan Umum
Mampu melakukan pengambilan sampel dan analisa debu jatuh di
udara.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Partikulat adalah pencemaran udara yang dapat berada bersama-sama
bahan/bentuk pencemaran lain. Macam-macam partikulat:
1. Penggolongan berdasarkan ukuran dan proses pembentukannya
– Awan
Partikel zat cair sebagai hasil kondensasi fase gas, ukurannya antara 0,1
sampai 1 mikron.
– Asap
Partikel zat karbon yang ukurannya kurang dari 0,5 mikron, sebagai akibat
pembakaran tidak sempurna bahan yang mengandung karbon.
– Awan
Partikel zat cair sebagai hasil kondensasi fase gas, ukurannya antara 0,1
sampai 1 mikron.
– Asap
Partikel zat karbon yang ukurannya kurang dari 0,5 mikron, sebagai akibat
pembakaran tidak sempurna bahan yang mengandung karbon.
2. Penggolongan berdasarkan ukurannya
- Dustfall (debu jatuhan)
Yaitu debu yang ukurannya besar dari 10 mikron yang cepat
mengendap karena pengaruh gravitasi.
- Total Suspended Particulate (TSP)
Yaitu keseluruhan debu melayang yang yangtersuspensi dalam udara
ambien
- Inhalable dust (PM10)
Yaitu debu yang ukurannya sepuluh mikron ke bawah yang dapat
masuk ke saluran pernafasan. Disebut juga PM10
- Respirable dust (PM2,5)
Yaitu debu yang ukurannya 2,5 mikron ke bawah yang dapat masuk
sampai saluran pernafasan bagian dalam. Disebut juga PM2,5
4
No Parameter Waktu Baku Mutu
Pengukuran
1 PM10 24 jam 150 µg/Nm3
2 Partikel <10µm
3 PM2,5 24 jam 65 µg/Nm3
4 Partikel <2,5µm 1 tahun 15 µg/Nm3
5 TSP 24 jam 230 µg/Nm3
1 tahun 90 µg/Nm3
6 Pb (taimah hitam) 24 jam 2 µg/Nm3
1 tahun 1 µg/Nm3
7 Dustfall 30 hari Pemukiman
10 ton/km2/bulan
Industri
20 ton/km2/bulan
Pengukuran Analisis
1 Thn 60 ug/Nm3
5
2 CO 1 Jam 30.000 ug/Nm3 NDIR NDIR Analyzer
1 Thn -
(Hidro Chromatogarfi
Karbon)
6
6 PM10 24 Jam 150 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol
(Partikel <
10 um )
Pengabuan AAS
9. Dustfall 30 hari
7
(Pemukiman)
20
Ton/km2/Bulan
(Industri)
12. Khlorine & 24 Jam 150 ug/Nm3 Spesific Ion Impinger atau
8
9
Secara umum penimbunan partikel debu paru-paru dapat menimbulkan antara
lain:
a. Sedikit atau tidak ada reaksi apa-apa.
b. Produksi dan sekresi mukos yang berlebihan.
c. Pembesaran kelenjar mukos.
d. Pengerahan sel-sel makrophag
e. Proliferasi kronik atau reaksi peradangan.
f. Retikulinosis.
g. Fibrosis.
h. Metaplaslin atau keganasan.
10
Akan tetapi sebaik apapun kebijaksanaan maupun peraturan yang ada, tanpa
peran serta masyarakat sebagai pelaku maupun yang terkena dampak, maka upaya
penanggulangan pencemaran udara tidak akan berhasil dengan baik.
Upaya pencegahan pencemaran udara di Indonesia, berdasarkan periode
waktunya, terbagi menjadi dua:
1. Jangka Pendek
Kegiatan-kegiatan jangka pendek di Indonesia untuk mencegah terjadinya
pencemaran udara antara lain:
a Sosialisasi melalui media cetak dan elektronik berkaitan dengan bahaya
pencemaran udara bagi kelanggengan hidup manusia dan perubahan
ekosistem pada alam semesta.
b Relokasi kawasan industri yang berada ditengah kota ke daerah pinggiran
kota dan pengembangan suatu daerah hijau (green belt) yang mengitari
kawasan industri yang akan dibangun.
c Penyelenggara analisis dampak lingkungan (Amdal) secara rutin di pabrik-
pabrik yang berada di tengah kota atau didekat lokasi pemukiman
penduduk.
d Penyelenggara uji emisi gas buangan dari kendaraan bermotor secara
berkala dan pembentukan sistem pemantauan pencemaran udara di setiap
sudut kota.
e Perbaikan sarana transportasi darat terutama armada angkutan kota agar
lebih manusiawi (aman, nyaman dan murah) sehingga dapat mengurangi
penggunaan kendaraan pribadi.
f Penerapan program 3 in 1 pada kendaraan pribadi selama jam-jam sibuk,
terutama di jalan-jalan protokol di pusat kota.
g Pengawasan dan pelanggaran pembakaran hutan terutama saat musim
kemarau yang pada kenyataannya terjadi hampir setiap tahun.
2. Jangka Panjang
Upaya jangka panjang di Indonesia untuk mencegah terjadinya
pencemaran udara antara lain:
11
a Perencanaan tata ruang kota yang mengacu pada wawasan kesehatan
lingkungan.
b Mengganti bahan bakar untuk industri dan kendaraan bermotor dengan
bahan bakar yang ramah lingkungan misalnya bahan bakar gas dan
biosolar yang berasal dari minyak kelapa sawit.
Partikulat atau debu adalah suatu benda padat yang tersuspensi di udara
dengan ukuran dari 0,3 µm sampai 100 µm, berdasarkan besar ukurannya
partikulat (debu) ada dua bagian besar yaitu debu dengan ukuran lebih dari 10 µm
disebut dengan debu jatuh (dust-fall) sedang debu yang ukuran partikulatnya
kurang dari 10 µm disebut dengan Suspended Partikulate Matter (SPM). Debu
yang ukurannya kurang dari 10 µm ini bersifat melayang-layang di udara.
Debu jatuh cepat mengendap karena pengaruh gravitasi. Berasal dari hasi atau
proses-proses mekanis seperti erosi angin, penghancuran dan penyemprotan, dan
pelindasan benda-benda oleh kendaraan atau pejalan kaki. Diukur dengan
menggunakan alat yang disebut dust fall collector untuk menyaring kotoran
seperti debu atau sisa pembuangan dari hasil produksi agar debu tersebut tidak
beterbangan dan mencari lingkungan sekitarnya.
12
BAB III
ISI
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari / tanggal :
Jam : 08.30 s.d 15.00 WIB
Tempat : Laboratorium Kampus Poltekkes
13
Penempatan dustfall di depan gedung laboraturium.
Pratikum : Pemeriksaan Kadar Dustfall
Gembok 1 buah
spatula 1 buah
Kompor 1 buah
Desikator 1 buah
3.2.2 Bahan
Bahan Jumlah
CuSO4 1 gr
Aquadest 1 liter
14
3.3. Cara Kerja
3.3.1 Pembuatan reagen
1. Timbang CuSo4 sebanyak 0,5 mg dengan neraca analitik
2. Tuang ke dalam gelas kimia dan larutkan dengan aquadest
3. Aduk dengan batang pengaduk
4. Masukkan ke dalam labu ukur 500 ml dan paskan dengan aquadest sampai
tanda garis
5. Tutup dan bolak balik untuk menghomogenkan sebanyak 12 kali
3.3.2 Sampling
1. Masukkan 500 ml larutan CuSo4 ke dalam botol pengumpul yang sudah di
beri label.
2. Pasang alat-alat dustfall collector, kemudian letakkan pada lokasi yang
debunya akan di ukur.
3. Masukkan botol pengumpul ke dalam kotak dustfall collector.
4. Gembok kotak dustfall collector kemudian beri label.
5. Biarkan selama satu bulan dengan melakukan pengamatan setiap hari.
6. Ambil botol pengumpul, kemudian letakkan ke dalam lemari pendingin.
7. Bongkar semua alat dustfall collector, kemudian letakkan ke dalam
tempatnya.
3.3.3 Analisis
3.3.3.1 Analisis Fraksi Terlarut
a. Pindahkan filtrat ke dalam cawan penguap yang telah diketahui beratnya
(Ci1) sebanyak 250 ml
15
b. Uapkan cawan beserta isinya sampai airnya habis dan tinggal residunya
yang lembab
c. Teruskan penguapan dalam ovendengan suhu 105oC selama 1 jam dan
masukkan kedalam desikator
d. Setelah dingin ditimbang dengan teliti
e. Hitung fraksi yang terlarut F1 dengan rumus :
F1 = (C2-C1) x 30x V
A x T x 0,250 x v1
3. Panaskan kompor
16
5. Panaskan gelas kimia di atas kompor hingga terbentuk residu.
17
9. Setelah itu, letakkan kertas whatman pada petri dalam keadaan terbuka.
10. Masukkan dalam oven 1000C selama 60 menit.
11. Keluarkan petri dari oven, masukkan ke dalam desikator selama 15 menit
dalam keadaan tertutup
12. Keluarkan petri dari desikator. Timbang kertas whatman pada neraca
analitik.
13. Catat hasil pembacaan (B1) dan masukkan ke dalam rumus.
Debu = (B0 – B1) x 30x V
A x T x v1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
18
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Analisa Debu Total
Berdasarkan pratikum yang di lakukan pada tanggal 24 oktober 2014 di
laboraturium fisika lingkungan , didapatkan hasil pengukuran debu jatuh
sebagai berikut :
Media Gram
Wo W1
Gelas kimia 157,905 gr 157,917 gr
Debu total
D1 = (W1 – Wo) x 30 x V
A x T x 0,250 L
KET:
D1 : jumlah debu total (g/m3/bulan)
W1 : berat cawan penguap dengan isinya
W0 : berat cawan pengering kosong
30 : Jumlah hari atu bulan
V : volume filtrate yang terkumpul
A : luas mulut botol pengumpul debu
T : waktu pengumpulan contoh debu
0,250 : volume filtrate yang digunakan dalam analisis
19
D1 = (W1 – Wo) x 30x V
A x T x 0,250 L
= (157,917–157,905) x 30 x 0,5 L
19,625 m2 x 60 x 0,250 L
= 0,012 gr
294,375 m2
= 12 x 10-9 ton
0,000294375 km2
= 40764,34 x 10-9 ton/km2/bulan
4.2 Pembahasan
Berdasarkan ketetapan acuan baku mutu Peraturan Pemerintah No. 41
Tahun 1999 , nilai maksimal untuk konsentrasi dustfall adalah sebesar 10
ton/km2/bulan untuk daerah pemukiman. Dari hasil percobaan, nilai konsentrasi
dustfall untuk debu total adalah 40764,34 x 10-9 ton/km2/bulan. Maka penetapan
nilai konsentrasi dustfall dari percobaan yang telah di uji memenuhi standar baku
mutu. Nilai konsentrasi dustfall pada udara ambien di tempat tersebut masih
terbilang aman bagi kesehatan manusia khususnya pada sistem pernapasan.
Untuk mengurangi jumlah debu di udara supaya kadar debu di udara
terbilang aman perlu dilakukan pencegahan seperti menanam pohon di sekitar
kegiatan dan pinggir jalan, Relokasi kawasan industri yang berada ditengah kota
ke daerah pinggiran kota dan pengembangan suatu daerah hijau (green belt) yang
mengitari kawasan industri yang akan dibangun.
BAB V
PENUTUP
20
5.1 Kesimpulan
Karakteristik dan Sumber pencemaran dapat dibagi dalam empat
kelompok utama yaitu:
1. Transportasi kendaraan (motor, pesawat, keretaapi, kapal, dan
penanganan dan evaporasi minyak)
2. Pembakaran tetap (perumahan, tempat komersial, tenaga industry
termasuk pemanas, termasuk pusat tenaga listrik).
3. Proses Industri (kimia, metalurgi, industry kertas, dan kilang minyak)
4. Disposal limbah padat (bahan dar irumah, batubara, pembakaran
daerah pertanian).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan debu di udara depan labor
poltekkes kemenkes padang di dapatkan hasil 40764,34 x 10-9 ton/km2/bulan
yaitu memenuhi standar baku mutu debu di udara dan masih terbilang aman
bagi kesehatan manusia khususnya pada sistem pernapasan.
5.2 Saran
5.2.1 Untuk mahasiswa:
21
Agar dapat melengkapi alat penangkap debu karena pada pratikum yang
telah dilakukan terdapat beberapa alat-alat penangkap debu yang tidak ada
bahkan rusak.
22