Anda di halaman 1dari 63

KATA PENGANTAR

Pembaca yang terhormat,


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya, Redaksi
dapat kembali menerbitkan Jurnal Ecolab Volume 7 Nomor 2 Tahun 2013.
Memasuki tahun ketujuh penerbitannya, Jurnal Ecolab terus melakukan perbaikan untuk
meningkatkan kualitas Jurnal Ecolab. Perbaikan tidak hanya dari segi tampilan logo, cover,
tetapi juga substansi tulisan yang dimuat tidak terbatas pada hasil pemantauan, tetapi juga kajian
ilmiah yang mencakup aspek lingkungan hidup.
Penerbitan edisi kali ini, Jurnal Ecolab memuat lima tulisan dengan judul sebagai berikut:
1. Kandungan Logam Berat dalam Udara Ambien pada Beberapa Kota di Indonesia
2. Pengkajian Metode Analisis Amonia dalam Air dengan Metode Salicylate Test Kit
3. Pengkajian Motode untuk Analisis Total Logam Berat dalam Sedimen Menggunakan
Microwave Digestion
4. Karakteristik Kualitas Air Sungai Cihideung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
5. Pengaruh Pengairan, Pemupukan, dan Penghambat Nitrifikasi Terhadap Emisi Gas Rumah
Kaca di Lahan Sawah Tanah Mineral
Kami juga mengharapkan partisipasi dari pembaca dan praktisi di bidang lingkungan untuk
mengirimkan tulisan mengenai kajian-kajian yang berkaitan dengan aspek lingkungan hidup
yang nantinya dapat memperkaya isi Jurnal Ecolab selanjutnya.
Komentar, saran dan kritik yang membangun untuk meningkatkan kualitas Jurnal Ecolab baik
terhadap subtansi maupun redaksional akan sangat kami hargai. Akhirnya, Redaksi mengucapkan
selamat membaca dan semoga bermanfaat.

Salam,
Redaksi
ISSN 1978-5860

Jurnal Kualitas Lingkungan Hidup


Volume 7, Nomor 2, Juli 2013

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................................... i

Daftar Isi .............................................................................................................................. iii

Kandungan Logam Berat dalam Udara Ambien pada Beberapa Kota di Indonesia............. 49
Rita Mukhtar, Hari Wahyudi, Esrom Hamonangan, Susy Lahtiani, Muhayatun Santoso,
Diah Dwiana Lestiani, dan Syukria Kurniawati

Pengkajian Metode Analisis Amonia dalam Air dengan Metode Salicylate Test Kit........... 60
Dyah Apriyanti, Vera Indria Santi dan Yusraini Dian Inayati Siregar

Pengkajian Motode untuk Analisis Total Logam Berat dalam Sedimen Menggunakan
Microwave Digestion............................................................................................................ 71
Yayah Rodiana, Hafiz Maulana, Siti Masitoh dan Nurhasni

Karakteristik Kualitas Air Sungai Cihideung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat...................... 81


Hefni Effendi, Aloysius Adimas Kristianiarso, dan Enan M. Adiwilaga

Pengaruh Pengairan, Pemupukan, dan Penghambat Nitrifikasi


Terhadap Emisi Gas Rumah Kaca di Lahan Sawah Tanah Mineral.................................... 93
R. Kartikawati dan D. Nursyamsi

Yayah Rodiana, Hafiz Maulana, Siti Masitoh dan Nurhasni


Rita Muktar, Hari Wahyudi, Esrom Hamongan.....: Kandungan Logam Berat dalam Udara Ambien...

KANDUNGAN LOGAM BERAT DALAM UDARA AMBIEN


PADA BEBERAPA KOTA DI INDONESIA

HEAVY METAL CONCENTRATIONS OF AIR AMBIENT IN SEVERAL


CITIES IN INDONESIA

Rita Mukhtar1, Hari Wahyudi1, Esrom Hamonangan1, Susy Lahtiani1, Muhayatun Santoso2,
Diah Dwiana Lestiani2, dan Syukria Kurniawati2

(Diterima tanggal 15-04-2013; Disetujui tanggal 01-08-2013)

ABSTRAK
Pencemaran udara terutama di kota-kota besar (ibukota provinsi) telah menjadi salah satu masalah yang serius.
Kontribusi pencemar terbesar berasal dari emisi gas buang kendaraan bermotor, industri, pembangkit listrik,
dan kegiatan rumah tangga. Bahan pencemar udara yang ditimbulkan dapat berupa gas maupun partikulat debu.
Di Indonesia, saat ini belum tersedia data series khususnya data logam berat di udara ambien. PUSARPEDAL
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya melakukan pemantauan bekerjasama dengan Badan Tenaga Nuklir
Nasional (BATAN) dalam rangka pemanfaatan iptek nuklir untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Pengambilan contoh uji menggunakan alat Gent Staked Filter Unit sampler seminggu sekali pada tahun 2012 pada
10 kota di Indonesia. Analisis logam berat dilakukan dengan menggunakan Energy Dispersive X-Ray Fluorescence
(ED-XRF). Kisaran kadar unsur (ng/m3) Na, Mg, Al, Si, S, K, Ca, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, Zn, dan Pb, secara
berurut adalah; 1,90 667; 1,33 786; 0,13 1020; 0,2 744; 2,54 1397; 3,7 640; 0,48 381; 1,3 7,2 ; 0,02
22,5; 1,94 1561; 0,018 18,52; 0,26 13; 0,05 18,79; 2,9 913; 0,2 2664,2.
Kata kunci: udara ambien,logam berat, Gent Staked Filter Unit sampler, X-Ray Fluorescence

ABSTRACT
Air pollution in big cities (province capital) has become serious problem. The major contributions are from emission
gas from motor vehicles, industrial activities, electric power generator and domestic activities. Air pollution
parameters are in gas and particulate form, which at present the data series especially for heavy metals in ambient
are not available. PUSARPEDAL with the main task and function to do the monitoring of environmental quality
has a research cooperation with National Nuclear Energy Agency of Indonesia for implementation of nuclear
technique for environmental management and protection, to obtain the data series of heavy metal in air ambient.
Samplings were carried out once a week using Gent Staked Filter Unit sampler at 2012 in 10 cities in Indonesia.
Heavy metal analysis was done using Energy Dispersive X-Ray Fluorescence (ED-XRF). The range of elemental
concentrations (ng/m3) Na, Mg, Al, Si, S, K, Ca, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, Zn, and Pb, in PM2.5 was; 1,90 667;
1,33 786; 0,13 1020; 0,2 744; 2,54 1397; 3,7 640; 0,48 381; 1,3 7,2; 0,02 22,5; 1,94 1561; 0,018
18,52; 0,26 13; 0,05 18,79; 2,9 913; 0,2 2664,2.
Keywords: air pollution, heavy metals, Gent Staked Filter Unit sampler, X-Ray Fluorescence

PENDAHULUAN
Logam berat merupakan salah satu bahan aktifitas manusia maupun faktor alam. Baku
pencemar udara ambien yang ikut bersama mutu untuk logam berat di udara ambien
partikulat udara. Keberadaan logam berat belum banyak diatur di dalam Lampiran
di udara ambien dapat disebabkan karena Peraturan Perundang-undangan Indonesia
1
PUSARPEDAL Kementerian Lingkungan Hidup
2
PTNBR Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri- Badan Tenaga Nuklir Nasional

49
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

PP No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian 2008. Berbagai kegiatan telah dilakukan
Pencemaran Udara, kecuali untuk logam antara lain kajian pencemaran timbal di udara
berat timbal (Pb) yang diukur dengan metode ambien di Tangerang dan sekitarnya.
gravimetri analisis ekstraksi pengabuan Pada makalah ini dilakukan penentuan
menggunakan alat sampling High Volume Air kandungan beberapa unsur logam berat
Sampler (HVAS) dan analisis menggunakan didalam PM2.5. Hasil yang diperoleh diharapkan
Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS), dapat memberikan kontribusi, mendukung
yaitu 2 g/Nm3 [1,2]. dan mendorong pemerintah untuk membuat
Total Suspended Partikulate (TSP) merupakan kebijakan yang tepat dan terarah dalam upaya
partikel atau aerosol <100 mikrometer partikel meningkatkan kualitas udara di Indonesia agar
kasar tersaring dalam sistem pernafasan atas, gangguan kesehatan dan kerugian ekonomi
PM10 partikel halus atau aerosol berdiameter yang lebih besar dapat dihindari. Dan bagi
hingga 10 mikrometer dapat masuk kedalam pengambil kebijakan, data ini dapat digunakan
sistem pernafasan. PM 2.5 partikel sangat sebagai data dasar dalam kajian baku mutu
halus dibawah 2,5 mikrometer yang dapat logam berat di udara ambien di Indonesia.
masuk ke dalam paru-paru, sangat berbahaya
karena ukurannya sangat halus. Partikel METODOLOGI
sangat halus dapat mengandung logam.
Pengambilan Contoh Uji (Sampling)
Logam berat dalam bentuk partikel dapat
Pengambilan contoh uji dilakukan dengan
mempengaruhi kesehatan manusia jika masuk
menggunakan alat Gent stacked filter unit
kedalam pernapasan kemudian menembus
sampler yang berlangsung selama 24 jam
ke bagian dalam paru-paru manusia, dapat
dengan laju alir berada pada rentang 15-
menimbulkan berbagai penyakit seperti ISPA,
18 L/min. Alat Gent stacked filter unit
gejala anemia, hambatan dalam pertumbuhan,
sampler terdiri dari dua filter, yaitu filter jenis
sistem kekebalan tubuh yang lemah, gejala
Nuclepore polikarbonat yang ukuran pori filter
autis, kanker paru-paru, bahkan kematian dini.
0,4m digunakan untuk penentuan logam
Pusat Sarana Pengendalian Dampak berat dalam PM2,5 dan filter berukuran pori
Lingkungan (PUSARPEDAL) merupakan 8m yang akan digunakan untuk penentuan
salah satu unit kerja yang ada dibawah logam berat dalam PM2,5-10 [3,4]. Pengambilan
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) contoh uji di beberapa kota dilakukan pada
yang telah menjalin kerjasama dengan tahun 2012 periode waktu yang berbeda-
BATAN khususnya kelompok Teknik Analisis beda, peta lokasi sampling partikulat udara
Radiometri dalam penelitian kajian dan di beberapa kota disajikan pada Gambar 1.
monitoring pencemaran udara sejak tahun

50
Rita Muktar, Hari Wahyudi, Esrom Hamongan.....: Kandungan Logam Berat dalam Udara Ambien...

Lokasi Sampling: Pekanbaru,Tangerang (Serpong), Bandung, Jakarta, Semarang , Yogyakarta, Surabaya, Denpasar,
Palangkaraya, Makassar, Ambon, Jayapura

Gambar 1. Peta Lokasi Sampling Logam Berat pada Partikulat Udara pada Beberapa Kota di Indonesia

Analisis Contoh Uji mencapai ratusan buah filter dan berat sampel
Analisis logam berat dilakukan dengan per filter yang hanya sedikit 100 600 g.
menggunakan EDXRF Epsilon 5 dengan Metode yang digunakan untuk analisis unsur
metode Analisis spectrum X-ray yang telah divalidasi sebagai kontrol kualitas data
merupakan teknik analisis nuklir X-Ray yang didapatkan. Validasi metode dilakukan
Fluorescence (XRF), unsur yang dianalisis menggunakan SRM (Standard Reference Ma-
adalah unsur yang berada didalam PM2.5. terial) Air Particulate on Filter Media. [5,6,7].
Analisis dilakukan di Pusat Teknologi Nuklir HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan dan Radiometri-Batan Bandung.
Kisaran hasil analisis 15 unsur ; Na, Mg, Al,
Pemilihan metode didasarkan pada teknik Si, S, K, Ca, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, Zn, Pb.
analisis unsur yang sangat selektif dengan yang terdapat pada PM2.5 di udara ambien di 10
kepekaan tinggi, simultan dan memiliki batas Kota yaitu Yogyakarta, Semarang, Surabaya,
deteksi mencapai orde nanogram. Metode Palangkaraya, Pekanbaru, Bandung, Jakarta,
ini sangat sesuai digunakan untuk analisis Tangerang, Bali, dan Makassar disajikan pada
jumlah sampel yang relatif banyak terkadang grafik 1 s/d 15.

51
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

Keterangan Pembacaan Grafik:

Grafik 1. Kisaran Konsentrasi Na dalam PM2.5 Pada Beberapa Kota di Indonesia

Kisaran natrium (Na) di beberapa lokasi bersamaan dengan Cl. [8,9,10].


sampling berkisar antara 1.9-667 ng/m 3, Kisaran magnesium (Mg) di lokasi yang
disajikan pada Grafik 1. Keberadaan Na dipantau adalah 1,33 786 ng/m3, disajikan
diudara ambien dapat berasal dari seasalt pada Grafik 2. Sumber Mg dapat berasal dari
(garam laut). NaCl merupakan 90% berat air laut dan dari tanah [8,9,10].
kering air laut. Penguapan Na biasanya

Grafik 2. Kisaran Konsentrasi Mg dalam PM2.5 Pada Beberapa Kota di Indonesia

Grafik 3. Kisaran Konsentrasi Al dalam PM2.5 Pada Beberapa Kota di Indonesia

52
Rita Muktar, Hari Wahyudi, Esrom Hamongan.....: Kandungan Logam Berat dalam Udara Ambien...

Grafik 4. Kisaran Konsentrasi Si dalam PM2.5 Pada Beberapa Kota di Indonesia

Grafik 5. Kisaran Konsentrasi S dalam PM2.5 Pada Beberapa Kota di Indonesia

Grafik 6. Kisaran Konsentrasi K dalam PM2.5 Pada Beberapa Kota di Indonesia

Aluminium (Al) bisa berasal dari tanah, seperti Sulfur (S) dapat berasal dari air laut,
pada pembukaan lahan baru[8,9,10]. Kisaran pembakaran batu bara, secondary sulphat,
Al di daerah yang dipantau adalah 0,13 1020 emisi dari industri, kendaraan bermotor
ng/m3, disajikan pada Grafik 3. [8,9,10]. Kisaran S di daerah yang dipantau
Silika (Si) dapat berasal dari tanah [8,9,10], adalah 2,54 1397 ng/m3.
kisaran Si didaerah yang dipantau adalah 0,2 Sumber kalium (K) di udara dapat berasal
744 ng/m3, Grafik 4. Menyajikan nilai kisaran dari pembakaran biomassa (biomass burning),
Si di beberapa kota di Indonesia. asap (smog), kisaran K disajikan pada Grafik
6. Pembakaran biomassa dapat menyumbang

53
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

Grafik 7. Kisaran Konsentrasi Ca dalam PM2.5 Pada Beberapa Kota di Indonesia

Grafik 8. Kisaran Konsentrasi Cr dalam PM2.5 Pada Beberapa Kota di Indonesia

Grafik 9. Kisaran Konsentrasi Mn dalam PM2.5 Pada Beberapa Kota di Indonesia

sumber pencemar K di udara ambien [5]. pada Grafik 8. Cr dapat berasal dari kegiatan
Kisaran K di daerah yang dipantau adalah industri [8,9,10].
3,7 640 ng/m3. Kisaran Mangan (Mn) di beberapa kota yang
Kalsium (Ca) bersumber dari tanah atau soil dipantau yaitu 0,02 22,5 ng/m3, disajikan
[8,9,10]. Kisaran Ca di beberapa kota yang pada Grafik 9. Sumber Mn dapat berasal dari
dipantau adalah 0,48 381 ng/m3. tanah[8,9,10].
Kisaran kromium (Cr) di beberapa kota yang Kisaran besi (Fe) di lokasi yang dipantau
dipantau yaitu 1,3 7,2 ng/m3, disajikan adalah 1,94 1561 ng/m3, disajikan pada

54
Rita Muktar, Hari Wahyudi, Esrom Hamongan.....: Kandungan Logam Berat dalam Udara Ambien...

Grafik 10. Kisaran Konsentrasi Fe dalam PM2.5 Pada Beberapa Kota di Indonesia

Grafik 11. Kisaran Konsentrasi Co dalam PM2.5 Pada Beberapa Kota di Indonesia

Grafik 12. Kisaran Konsentrasi Ni dalam PM2.5 Pada Beberapa Kota di Indonesia

Grafik 10. Keberadaan Fe dapat berasal dari Kisaran copper (Cu) di lokasi yang dipantau
tanah, dan kegiatan industri[8,9,10]. adalah 0,05 18,79 ng/m3, disajikan pada
Grafik13. Sumber Cu dapat berasal dari
Kisaran kobalt (Co) di lokasi yang dipantau
industri[8,9,10].
adalah 0,018 18,52 ng/m3. Keberadaan Co
dapat berasal dari kegiatan industri[8,9,10]. Kisaran seng (Zn) di lokasi yang dipantau
adalah 2,9 913 ng/m3, disajikan pada Grafik
Kisaran nikel (Ni) pada lokasi sampling yang
14. 25%-75% data Zn di Surabaya cukup tinggi
dipantau adalah 0,26 13 ng/m3, disajikan
jika dibandingkan dengan lokasi lainnya. Zn
pada Grafik12. Ni dapat berasal dari minyak
dapat berasal dari kegiatan industri, seperti
atau diesel[8,9,10].
industri peleburan logam (elektroplating)
[8,9,10].
55
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

Grafik 13. Kisaran Konsentrasi Cu dalam PM2.5 Pada Beberapa Kota di Indonesia

Grafik 14. Kisaran Konsentrasi Zn dalam PM2.5 Pada Beberapa Kota di Indonesia

Grafik 15. Kisaran Konsentrasi Pb dalam PM2.5 Pada Beberapa Kota di Indonesia

Timbal (Pb) merupakan unsur yang telah diatur m atau (PM2.5). Konsentrasi Pb tertinggi
dalam Peraturan Pemerintah No. 41/1999 terdapat di Surabaya yaitu 2664 ng/m 3,
tentang Pengendalian dan Pencemaran Udara, kemudian Serpong-Tangerang yaitu 2045 ng/
dengan baku mutu Pb dalam Total Suspended m3, dan telah melebihi baku mutu, disajikan
Particulate (TSP) adalah 2 g/Nm 3 atau pada Grafik 15. Pb dapat dihasilkan dari emisi
2000 ng/Nm3. Pb yang diukur pada makalah industri dan kendaraan bermotor.
ini adalah Pb yang menggunakan alat Gent Kisaran konsentrasi Pb di udara ambien di
sampler, Pb dalam ukurannya kecil dari 2.5 beberapa kota di Indonesia yaitu 0,2 2664,2

56
Dyah Apriyanti, Vera Indria Santi...: Pengkajian Metode Analisis Amonia dalam Air .....

Tabel 1. Kisaran Konsentrasi Pb di Beberapa Kota di Indonesia

Tabel 2. Kisaran Konsentrasi Na, Al, S, K, dan Fe di beberapa Kota di Indonesia

ng/m3, disajikan pada Tabel 1. dan seng (Zn), Zn yang tertinggi terdapat di
Kisaran konsentrasi Na, Al, S, K, Fe di Kota Surabaya, dengan nilai rerata 344,78
beberapa kota di Indonesia disajikan pada ng/m3, nilai Zn kota lainnya berada dibawah
Tabel 1. Sulfur yang tertinggi hasil pengujian 150 ng/m3.
di 10 lokasi pemantauan secara berurut Kisaran konsentrasi Cr, Mn, Co, Ni, dan
terdapat di Kota Bandung, Jakarta, Surabaya, Cu, di beberapa kota di Indonesia, disajikan
Bali, Tangerang dan Pekanbaru nilai reratanya pada Tabel 4. Unsur yang paling tinggi di
diatas 400 ng/m3, dan kota lainnya berada beberapa kota untuk parameter kromium
dibawah 400 ng/m3. Belum ada baku mutu (Cr), mangan (Mn), kobal (Co), nikel (Ni),
untuk membandingkan S di udara ambien. dan copper (Cu), Mn yang tertinggi secara
Kisaran konsentrasi unsur Mg, Si, Ca, dan Zn berturut terdapat di Kota Surabaya dan
di udara ambien di beberapa kota di Indonesia Jakarta dengan nilai rerata 14,07ng/m3 dan
disajikan pada Tabel 3. Untuk parameter 10,00ng/m3, nilai Mn di kota lainnya berada
magnesium (Mg), silikon (Si), kalsium (Ca), dibawah 6ng/m3.

57
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

Tabel 3. Kisaran Konsentrasi Mg, Si, Ca, dan Zn di beberapa Kota di Indonesia

Tabel 4. Kisaran Konsentrasi Unsur Cr, Mn, Co, Ni, dan Cu di beberapa Kota di Indonesia

SIMPULAN Dari semua unsur yang dipantau, hanya unsur


Telah terdeteksi konsentrasi 15 unsur; Na, Pb yang baru diatur keberadaannya diudara,
Mg, Al, Si, S, K, Ca, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, yaitu pada Peraturan Pemerintah No. 41 tahun
Zn, Pb, pada PM2.5 dalam udara ambien di 10 1999 tentang pengendalian pencemaran udara,
lokasi yaitu Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dengan nilai baku mutu Pb di dalam TSP 2
Palangkaraya, Pekanbaru, Bandung, Jakarta, g/m3 atau 2000 ng/m3. Jika dibandingkan
Tangerang (Serpong), Bali, dan Makassar. dengan baku mutu negara- negara maju
(USEPA) sudah menetapkan baku mutu Pb di
Kisaran kadar Na, Mg, Al, Si, S, K, Ca, Cr,
udara ambien adalah 250 ng/m3.[1,8]
Mn, Fe, Co, Ni, Cu, Zn, dan Pb, pada PM2.5
secara berurut (ng/m3) ; 1,90 667; 1,33 786; Data hasil pemantauan terhadap unsur yang
0,13 1020; 0,2 744; 2,54 1397; 3,7 640 dipantau ini dapat dijadikan sebagai baseline
; 0,48 381;1,3 7,2 ; 0,02 22,5 ; 1,94 data dan sebagai bahan dalam mengambil
1561 ; 0,018 18,52 ; 0,26 13 ; 0,05 18,79 kebijakan untuk pemulihan kualitas
; 2,9 913 ; 0,2 2664,2 . lingkungan, terutama kualitas udara ambien.

58
Dyah Apriyanti, Vera Indria Santi...: Pengkajian Metode Analisis Amonia dalam Air .....

Data ini juga dapat digunakan sebagai data 1997; 27: 726-35.
dasar dalam kajian baku mutu logam berat di (5) Cohen, D.D., Taha, G., Stelcer,E.D.,
udara ambien di Indonesia. Garton, D., Box, G., The Measurement
and Sources of Fine Particle Elemental
UCAPAN TERIMAKASIH Carbon at Several Key Sites in NSW
Penelitian ini terlaksana atas kerjasama over the Past Eight Years, Journal of
Geophysical 102 (2000).
PUSARPEDAL dengan PTNBR BATAN
Bandung, Batan Yogyakarta, Pusat Pengelolaan (6) Chung.H.Serena and Senfeld. H. Jhon,
Global Radiative Effect of Particulate
Ekoregion (PPE) Sumatera, PPE Balinusra,
Black Carbon,California Air
PPE Sulawesi dan Maluku, BLH Provinsi Resources Board and the California
Surabaya, BLH Provinsi Semarang, BPLHD Environemntal Protection Agency,
Provinsi Jawa Barat, BPLHD Provinsi DKI 2005.
Jakarta, dan BLH Kota Palangkaraya yang (7) Muhayatun, Achmad Hidayat, Diah.
berpartisipasi dalam pengambilan contoh Ambien Air Concentration of PM2,5
uji di daerah masing-masing. Penulis juga and PM10 in Bandung and Lembang
mengucapkan terimakasih kepada seluruh in 2000-2006. Indonesian Journal
of Science and Nuclear Technology
personil bidang pemantauan Pusarpedal, dan
2008; X(1): 53-9
kelompok teknik analisis radiometri Batan
yang terlibat dalam sampling dan analisis pada (8) M u h a y a t u n S a n t o s o , D i a h
DwianaLestiani, Rita Mukhtar,
kajian logam berat ini, serta semua pihak yang
Esrom Hamoangan, Halimah Syafrul,
telah membantu terlaksananya kegiatan ini. Andreas Markwitz, Philip K. Hopke,
Preliminary Study of the Sources of
DAFTAR PUSTAKA Ambient Air Pollution in Serpong,
Indonesia. Atmospheric Pollution
(1) Peraturan Pemerintah Republik
Research (2) 2011, hal 190-196
Indonesia No. 14/1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara (9) Edwar, J.D., Ogren, J.A., Weiss,
R.A., and Charlson, R.J., Particle air
(2) Keputusan Kepala Bapedal No.
pollutants, Atmos. Environ., 17 (1983)
205/1996 tentang Pedoman Teknis
2337-2341
Pengendalian Pencemaran Udara
Sumber Tidak Bergerak. (10) Muhayatun Santoso, Diah Dwiana
Lestianim David D. Cohen, Long-
(3) Maenhaut W, Francois F, Andcafmeyer
Range Transport Partikulat Udara
J. The Gent stacked filter unit
Halus di Bandung Indonesia. ISSN
sampler for collection of atmospheric
2085 2797, hal 255
aerosolsin two size fractions. IAEA
NAHRES-19; 1993
(4) Hopke PK, Xie Y, Raunemaa T,Bieglski
S, Landsberger S,Maenhaut W, Artoxo
P, Cohen DD.Characterization of Gent
stacked filter unit PM10 sampler.
Aerosol Science and Technology

59
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

PENGKAJIAN METODE ANALISIS AMONIA DALAM AIR DENGAN


METODE SALICYLATE TEST KIT

METHOD ASSESSMENT FOR AMMONIA ANALYSIS IN WATER USING
SALICYLATE TEST KIT

Dyah Apriyanti1, Vera Indria Santi2 dan Yusraini Dian Inayati Siregar2

(Diterima tanggal 02-03-2013; Disetujui tanggal 01-08-2013)

ABSTRAK
Penelitian Pengkajian Metode Analisis Amonia dalam Air dengan Metode Salicylate Test Kit telah dilakukan.
Penelitian bertujuan untuk melakukan pengkajian terhadap Metode Non Standar Salicylate Test Kit menggunakan
Spektrofotometer DR 2800 Portable Hach dengan acuan Metode Standar Fenat berdasarkan SNI 06-6989.30-2005
dengan parameter uji linearitas, batas deteksi dan kuantitasi, akurasi dan presisi, sehingga dapat diketahui metode
tersebut valid atau tidak. Analisis amonia dengan Metode Standar Fenat memiliki linearitas (r) 0,9983, Instrument
Detection Limit (IDL) sebesar 0,0023 mg/L, Method Detection Limit (MDL) sebesar 0,005 mg/L, Limit of Quanti-
tation (LoQ) sebesar 0,015 mg/L, akurasi 99,6% dan presisi 0,18%. Analisis amonia dengan Metode Non Standar
Salicylate Test Kit memiliki linearitas 0,9981, IDL sebesar 0,0041 mg/L, MDL sebesar 0,005 mg/L, LoQ sebesar
0,016mg/L, akurasi 100,08% dan presisi 0,29%. Validasi metode pengujian pada Metode Non Standar Salicylate
Test Kit memenuhi batas keberterimaan seperti Metode Standar Fenat, sehingga dapat digunakan sebagai metode
standar untuk kegiatan rutin di laboratorium dalam penentuan amonia dalam air.
Kata kunci: Amonia, Pengkajian metode, Salicylate Test Kit, Spektrofotometer DR 2800 Portable.

ABSTRACT
Method Assessment of Analysis Ammonia in Water using Salicylate Test Kit Method has been carried out. The study
aim is perform to Salicylate Test Kit Non Standard Method using Portable DR 2800 Spectrophotometer (Hach)
with reference Fenat Standard Method based SNI 066989.30-2005 with the parameters are linearity, detection limit
and quantitation, accuracy and precision, so that can be known the method is valid or not. Analysis of ammonia
by Fenat Standard Method have linearity (r) is 0,9983, Instrument Detection Limit (IDL) is 0,0023 mg/L, Method
Detection Limit (MDL) is 0,005mg/L, Limit of Quantitation (LoQ) is 0,015 mg/L, accuracy is 99,6% and precision
is 0,18%. Analysis of ammonia by Salicylate Test Kit Non Standard Method have linearity is 0,9981, IDL is 0,0041
mg/L, MDL is 0,005 mg/L, LoQ is 0,016 mg/L, accuracy is100,08% and precision is 0,29%. Method assessment of
testing on analysis ammonia by Salicylate Test Kit Non Standard Method according to there quirements as Fenat
standard method, so the method can be use as standard method for routine activity in the laboratory for analysis
of ammonia inwater.
Keyword: Ammonia, Method of Assessment, Salicylate Test Kit, Portable DR 2800 Spectrophotometer.

PENDAHULUAN
Limbah cair industri yang mengandung produk makanan, minyak kelapa sawit dan
nitrogen amonia merupakan salah satu contoh lem kayu lapis yang dbuang ke badan air
limbah dari produk samping suatu kegatan sehngga terjadi penurunan kualitas air
industri, seperti industri pembuatan pupuk, yang dapat mengakibatkan pencemaran air

1
Pusarpedal-KLH, Kawasan Puspiptek Gedung 210 Jalan raya Puspiptek-Banten. Email: dydi76@yahoo.com
2
Fakultas sains dan teknologi Program studi kimia, Universitas Syarif Hidayatullah
Alamat : Jl. Ir.H.Juanda No.95 Tangerang Selatan, Banten

60
Dyah Apriyanti, Vera Indria Santi...: Pengkajian Metode Analisis Amonia dalam Air .....

[1]. Gangguan, kerusakan dan bahaya bag diselidiki dengan hasil akhir terjadinya
semua mahluk hdup yang bergantung pada perubahan warna yang khas (kualitatif) atau
sumber daya air yang tercemar tersebut. untuk uji kuantitatif dengan menggunakan
Amonia dalam perairan diantaranya antara instrument yang kemudian akan didapat nilai
lain konsentrasi 1-3 mg/L dapat meracuni konsentrasinya [5]. Kelebihan dari metode Kit
ikan dan makhluk air lainnya, konsentrasi antara lain, sistem barcode memungkinkan
400-700 mg/L akan memberikan efek jangka operasi yang cepat, mudah dan jauh dari
pendek atau akut yaitu iritasi terhadap saluran kesalahan, pilihan bebas dan dokumentasi
pernafasan, hidung, tenggorokan dan mata kontrol kualitas yang luas bagi setiap uji
yang terjadi pada, sedangkan pada 5000 mg/L [6]. Penentuan amonia dalam perairan dapat
dapat menimbulkan kematian [2]. ditentukan dengan uji ini, yaitu dengan
Berdasarkan kondisi tersebut, salah satu Salicylate Test Kit Method menggunakan
langkah awal untuk menghindari dampak spektrofotometer DR 2800 portable (Hach).
negatif amonia adalah dengan cara mengukur Metode ini menggunakan 2 pereaksi berupa
konsentrasi senyawa amonia dalam perairan serbuk yang stabil disimpan dalam jangka
tersebut. Terdapat metode standar dengan waktu lama, yaitu Ammonia Salicylate
sensitifitas, akurasi, dan presisi tinggi yang Reagent (pereaksi 1) dan Ammonia Cyanurate
dapat digunakan untuk penentuan kadar Reagent (pereaksi 2) [7]. Kelebihan lain dari
amonia dalam perairan adalah kolorimetri metode ini,biaya lebih ekonomis karena hanya
dan titrimetri [3]. Salah satu metode yang menggunakan 2 pereaksi dan juga mudah
sering digunakan adalah Metode Standar untuk didapat, jumlah volume sampel yang
Fenat berdasarkan Standar Nasional Indonesia digunakan relatif sedikit, sehingga limbah
(SNI) 06-6989.30-2005 dengan menggunakan yang dihasilkan juga sedikit. Kelemahan dari
spektrofotometer Ultraviolet-Visible (UV-VIS) pengujian dengan menggunakan Test Kit ini
[4]. Kelebihan metode ini adalah mempunyai adalah sensitifitasnya rendah dibandingkan
sensitifitas yang tinggi dan dapat digunakan dengan metoda standar.
juga untuk analisis amonia dalam matriks air Sistem manajemen mutu sesuai SNI -17025
laut. Kelemahannya adalah pereaksi pewarna mengharuskan laboratorium pengujian dalam
kompleks kurang stabil sehingga harus dibuat menganalisis bahan menggunakan metode
baru setiap analisis, ragam jenis bahan kimia pengukuran yang valid [8]. Salah satu teknik
yang digunakan sebagai pereaksi banyak dan yang digunakan untuk menentukan unjuk kerja
mahal, volume sampel banyak, sehingga akan suatu metode adalah validasi metode dengan
menghasilkan limbah yang cukup banyak. menggunakan metode acuan berupa metode
Semakin berkembangnya kemajuan teknologi, standar. Validasi perlu dilakukan terhadap
telah banyak dilakukan penelitian untuk metode non standar untuk menegaskan dan
penentuan senyawa dalam matriks tertentu mengkonfirmasi bahwa metode tersebut
dengan menggunakan Test Kit, yaitu dengan sesuai dengan penggunaannya. Berdasarkan
cara menambahkan pereaksi kit pada bahan uraian tersebut, dilakukan penelitian dengan
yang diduga mengandung bahan yang maksud untuk membandingkan Metode Non

61
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

Standar Salicylate Test Kit dengan acuan Prosedur Kerja


berupa Metode Standar Fenat berdasarkan SNI 1) Pembuatan kurva kalibrasi
06-6989.30-2005, untuk penentuan amonia a. Metode Fenat
dalam sampel air sungai berdasarkan hasil Dipipet 1,0 mL; 1,5 mL; 2,0 mL; 2,5
pengkajian metode dari segi linearitas, limit mL; 3 mL; 3,5 mL; 4 mL; 5 mL; 6mL
deteksi dan kuantitasi, presisi dan akurasi. larutan baku amonia 10 mg/L, lalu di-
masukan masing-masing ke dalam labu
ukur 100 mL, kemudian ditambahkan
METODOLOGI
air suling sampai tanda tera hingga
Waktu danTempatPenelitian diperoleh kadar amonia 0,1 mg/L; 0,15
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium mg/L; 0,2 mg/L; 0,25 mL; 0,3 mg/L;
Air Pusat Sarana Pengendalian Dampak 0,35 mg/L; 0,4 mg/L; 0,5 mg/L; 0,6
Lingkungan (Pusarpedal), Jalan Raya Puspitek mg/L dan dihomogenkan [4].
Gedung 210, Serpong, Tangerang Banten b. Metode Salicylate Test Kit
15310. Waktu penelitian dilakukan selama Dipipet 1,0 mL; 1,5 mL; 2,0 mL; 2,5
6 bulan, terhitung sejak April 2012 sampai mL; 3 mL; 3,5 mL; 4 mL; 4.5 mL; 5mL
dengan September 2012. larutan baku amonia 10 mg/L, lalu di-
masukan masing-masing kedalam labu
Alat
ukur 100 mL, kemudian ditambahkan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
air suling sampai tanda tera hingga
antara lain spektrofotometer UV-VIS U-3010
diperoleh kadar amonia 0,1 mg/L; 0,15
(Hitachi) dan spektrofotometer DR 2800 mg/L; 0,2 mg/L; 0,25 mL; 0,3 mg/L;
portable, timbangan analitik HR-202 (AND), 0,35 mg/L; 0,4 mg/L; 0,45 mg/L; 0,5
tabung volume 50 mL, labu ukur 25 mL; 100 mg/L dan dihomogenkan.
mL; 500 mL dan 1000 mL, gelas ukur 25 mL,
2) Pengujian Sampel
pipet volumetrik, pipet ukur dan peralatan
a. Metode Fenat
gelas lainnya.
Dipindahkan 25 mL contoh uji ke
Bahan dalam tabung volume 50 mL, kemu-
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian dian ditambahkan 1 mL larutan fenol
ini antara lain Certified Reference Material dan dihomogenkan, ditambahkan 1 mL
(CRM) ERA QC plus Nutrients Vial, Amonium sodium nitroprusida dan dihomogen-
klorida (NH4Cl) pro analis, larutan fenol kan, setelah itu ditambahkan 2,5 mL
(C6H5OH) pro analis, Sodium nitroprusida larutan pengoksidasi dan dihomogenkan
(C5FeN6Na2O) 0,5%, larutan pengoksidasi kembali, tabung volume ditutup dan
(campuran larutan alkalin sitrat, C6H5Na3O7 dibiarkan dalam ruang gelap selama 1
dan Sodium hipoklorit, NaClO 5%), dan jam untuk pembentukan warna. Larutan
reagen Ammonia Test Kit (Merck) yang terdiri dimasukan ke dalam kuvet pada alat
dari Ammonia Salicylate Reagent (pereaksi 1) spektrofotometer, dibaca dan dicatat
dan Ammonia Cyanurate Reagent (pereaksi 2). serapannya pada panjang gelombang
640 nm [4].

62
Dyah Apriyanti, Vera Indria Santi...: Pengkajian Metode Analisis Amonia dalam Air .....

b. Metode Salicylate Test Kit pembuatan linieritas kurva kalibrasi dapat


Dimasukan 10 mL contoh uji ke dalam dilihat pada Tabel 1.
tabung pertama, lalu sebanyak 10 mL Berdasarkan Tabel 1, didapat nilai Correla-
aquades dimasukan kedalam tabung tion Coefficien (r) Metode Fenat sebesar
kedua sebagai blangko. Pada tiap-tiap 0,9983 sedangkan pada Metode Salicy-
tabung dimasukan pereaksi 1 kemu- late Test Kit didapat sebesar 0,9981. Nilai
dian ditutup tabung dan dihomogenkan, tersebut menunjukan bahwa titik-titik hasil
didiamkan selama 3 menit. Dimasukan penelitian linear pada rentang konsentrasi
pereaksi 2 kemudian tutup tabung dan yang diuji karena kurva standar amonia ini
dihomogenkan kembali. Didiamkan memenuhi syarat keberterimaan linearitas
selama 15 menit setelah itu masing- yaitu r >0,995. Persamaan regresi linear yang
masing larutan dimasukan kedalam dihasilkan untuk Metode Fenat yaitu y =
kuvet pada alat spektrofotometer DR 1,3715x + 0,0505, sedangkan untuk Metode
2800, dibaca dan dicatat serapannya Salicylate Test Kit yaitu y = 3,2134x 0,0565.
pada panjang gelombang 655 nm dan Nilai Method Slope (b) merupakan ukuran
dicatat konsentrasi amonia [7]. sensitifitas dari suatu metode pengujian,
semakin besar nilai b maka metode pengujian
HASIL DAN PEMBAHASAN memberikan sensitifitas lebih tinggi atau
Penelitian ini menghasilkan data validasi respon instrumen yang cukup kuat terhadap
metode berupa hasil linearitas kurva, limit merubah konsentrasi yang ada. Idealnya in-
deteksi, data akurasi dan presisi. tercept (a) adalah nol, namun kenyataannya
pada data ditemukan respon instrumen, hal
Linearitas kurva kalibrasi
inidisebabkan karena adanya gangguan (noise)
Metode Fenat ditentukan dengan penguku-
ataupun kontaminasi. Hal ini tidak menjadi
ran absorbansi 10 larutan standar amonia
suatu kesalahan jika pada saat uji linearitas
dengan konsentrasi yang ditentukan dari
dan akurasi pada kurva tersebut memenuhi
rentang metode amonia berdasarkan SNI 06-
batas keberterimaan.
6989.30-2005, yaitu 0,1-0,6 mg/L sedangkan
untuk Metode Salicylate Test Kit ditentukan Uji linearitas kurva kalibrasi dilakukan untuk
dengan pengukuran absorbansi 10 larutan membuktikan linearitas hubungan antara
standar amonia berdasarkan metode Hach konsentrasi dengan respon instrumen. Uji ini
dengan konsentrasi 0,01 0,5 mg/L. Data hasil secara visual lebih bersifat subjektif karena

Tabel 1. Data Linieritas Kurva Kalibrasi


Metode
Parameter Keterangan
Fenat Salicilate Test Kit
Slope 1,3715 3,2134
Intercept 0,0505 -0,0565
Syarat keberterimaan:
Correlation Determination (R) 0,9966 0,9962
R 0,995
Correlation coeffisien (r) 0,9983 0,9981
Simpulan Diterima Diterima

63
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

beda pengamat akan memberikan kesimpulan (Continuing Calibration Standard, CCS)


yang berbeda terhadap suatu linearitas, untuk dan verifikasi kurva kalibrasi. Pengujian
menghindari hal tersebut maka digunakan uji kontinuitas kurva kalibrasi digunakan
linearitas secara statistika dengan mencari nilai bertujuan untuk menjamin akurasi kurva
Fhitung yang dibandingkan dengan nilai Ftabel kalibrasi standar dilakukan sesaat kurva
pada tingkat kepercayaan 99% menggunakan kalibrasi terbentuk namun sebelum digunakan
data pada kurva yang disajikan pada Tabel untuk pengujian contoh lebih lanjut [9]. CCS
2. Uji linearitas dapat ditentukan dengan mempunyai batasan dengan nilai deviasi
mencari nilai Fhitung dari perbandingan antara maksimal 5% dan % R =100 5%, rumusnya
simpangan baku batas atas kurva dan batas adalah sebagai berikut [9]:
bawah dari kurva kalibrasi [9]. Rumus untuk
...................... (2)
menentukannya adalah sebagai berikut:
Keterangan:
...................... (1) % D = % deviasi
C1 = Kadar konsentrasi tengah kurva kalibrasi awal
Nilai F hitung yang diperoleh dibandingkan
C2 = Kadar konsentrasi tengah kurva kalibrasi akhir
dengan nilai Ftabel pada tingkat kepercayaan
99%, dengan kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan pengolahan data, didapat %
deviasi kurva kalibrasi pada Metode Fenat
1. Jika Fhitung < Ftabel, garis yang terbentuk
sebesar 3,67% dan % recovery sebesar
adalah regresi linear
96,34% sedangkan Metode Salicylate Test Kit
2. Jika Fhitung > Ftabel, garis yang terbentuk
didapat % deviasi sebesar 1,34% dengan %
adalah regresi non-linear
recovery 101,34%, dari pengolahan data yang
Berdasarkan pengolahan data pada Tabel 2, dihasilkan semuanya memenuhi syarat batas
maka dapat disimpulkan garis yang terbentuk keberterimaan akurasi kurva kalibrasi yaitu
tersebut mutlak merupakan garis regresi linear dengan % deviasi < 5% dan % recovery 100%
dan diketahui pula nilai LoL pada Metode 5%. Verifikasi kurva kalibrasi dimaksudkan
Fenat adalah 0,6 mg/L sedangkan nilai LoL untuk ketertelusuran pengujian dan akurasi
pada Metode Salicylate Test Kit adalah 0,5 kemiringan (slope) kurva kalibrasi dengan
mg/L, yang berarti titik akhir nilai konsentrasi menggunakan CRM.
garis regresi ini masih linear pada konsentrasi
.............................. (3)
tersebut. Selain uji linearitas, akurasi kurva
kalibrasi perlu dilakukan untuk menjamin
Keterangan:
kebenaran dari suatu pengujian. Akurasi kurva %R = hasil uji perolehan kembali (% Recovery)
kalibrasi pada penelitian dilakukan dengan Chasil = kadar tengah larutan kerja setelah kurva kalibrasi terbentuk
dua cara, yaitu kontinuitas kurva kalibrasi Ctarget = kadar tengah larutan kerja setelah kurva kalibrasi awal

Tabel 2. Penentuan Limit of Linierity (LoL)

64
Dyah Apriyanti, Vera Indria Santi...: Pengkajian Metode Analisis Amonia dalam Air .....

Perlakuan ini dilakukan dengan menggunakan Data pada Tabel 4 menunjukan bahwa
bahan acuan bersertifikat dan nilai kadar yang instrumen spektrofotometer UV-VIS U-3010
diperoleh harus masuk kedalam nilai rentang yang digunakan di laboratorium Pusarpedal
ketidakpastian yang tertera dalam sertifikat dapat mendeteksi konsentrasi terendah
CRM [9]. Berdasarkan penelitian yang telah dalam metode penentuan amonia berkisar
dilakukan pada pengujian CRM dari kedua pada konsentrasi 0,0023 mg/L sedangkan
metode didapat hasil pada Tabel 3. instrumen spektrofotometer DR 2800 portable
Berdasarkan data pada Tabel 3 dan uji dapat mendeteksi konsentrasi terendah dalam
kurva kalibrasi, dapat disimpulkan bahwa metode penentuan amonia berkisar pada
kurva kalibrasi pada ke dua metode tersebut konsentrasi 0,0041 mg/L. Berdasarkan nilai
merupakan kurva yang dapat dipercaya untuk tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan
proses pengujian metode karena memenuhi instrumen spektrofotometer UV VIS U-3010
semua batas keberterimaan. dalam penentuan konsentrasi sampel yang
digunakan di laboratorium Pusarpedal pada
Penentuan Batas Deteksi dan Kuantitasi penetapan amonia dengan konsentrasi
Penentuan IDL ditentukan dengan pengukuran 0,0023 mg/L dapat dipercaya sebagai sinyal
blanko sebanyak 7 kali pengulangan untuk alat terhadap analit, namun jika konsentrasi
mengevaluasi unjuk kerja instrumen sejauh 0,0023 mg/L sinyal tersebut tidak dipercaya
mana dapat mendeteksi konsentrasi terendah dari analit melainkan dari noise dan begitu
dan juga dapat mencegah adanya kesalahan juga untuk instrumen DR 2800 portable.
tipe 1 atau kesalahan positif. Kesalahan
Pengukuran sampel air sungai dilakukan
ini disebabkan terbacanya sinyal sebagai
sebanyak 7 kali pengulangan, data-data
sinyal respon analitik terhadap analit yang
pengulangan tersebut dianalisis lebih lanjut
mengakibatkan adanya respon analitik suatu
dengan uji Grubb untuk mengetahui apakah
elemen dalam contoh yang sebenarnya
sekumpulan data yang dihasilkan dari
tidak ada [10]. Berdasarkan penelitian dan
pengulangan merupakan data yang seragam
pengolahan data diperoleh hasil pada Tabel 4.
atau tidak [10]. Pada Tabel 5 merupakan hasil

Tabel 3. Verifikasi kurva kalibrasi dengan CRM


Metode
Parameter Keterangan
Fenat Salicylate Test Kit
Rata-rata 7,4 7,436 Syarat keberterimaan:
% Recovery 99,6% 100,08% Rata-rata = 7,43 0,9%
Simpulan Diterima Diterima % Recovery = 100 10%

Tabel 4. Penentuan Instrument Detection Limit (IDL)

Metode
Parameter Keterangan
Fenat Salicylate Test Kit
Simpangan Baku (SD) 0,0008 0,0014
IDL = 3xSD
IDL 0,0023 0,0041

65
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

Tabel 5. Grubbs Test


Metode
Parameter Keterangan
Fenat Salicylate Test Kit
Rata-rata konsentrasi sampel 0,00486 0,006
Simpangan Baku (SD) 0,0009 0,00115 Batas keberterimaan
Grubbs test 1 0,956 dan 1,267 0,869 dan 1,739 Grubbs test 1 < 2,097
Grubbs test 2 2,223 2,608 Grubbs test 2 < 3,34
Grubbs test 3 0,167 dan 0,334 0,147 dan 0,849 Grubbs test 3 < 0,956
Simpulan Diterima Diterima

Tabel 6. Penentuan Method Detection Limit (MDL)


Metode
Parameter Keterangan
Fenat Salicylate Test Kit
Konsentrasi target (mg/L) 0,01 0,016
Rata-rata konsentrasi perolehan kembali (mg/L) 0,0096 0,0137
Simpangan Baku (SD)
2/3 nilai Horwitz 0,0015 0,0016
% RSD 21,5818 20,4446
% Recovery 15,7955 11,6927 Batas keberterimaan
S/N 95,7629 85,7743 harus memenuhi five point check
MDL 6,33 8,,5524
LoQ 0,005 0,005
Simpulan 0,0015 0,016
Diterima Diterima

dari pengolahan data pada Metode Fenat dan .....................................................................(4)


Salicylate Test Kit dengan rumus Grubbs test
Keterangan:
1, 2 dan 3 pada tingkat kepercayaan 99%. MDL = Method Detection Limit
tn-1 = nilai t tabel dengan tingkat kepercayaan 99%
Berdasarkan Tabel 5, dapat disimpulkan SD = Simpangan Baku (Standar Deviasi)
bahwa semua hasil pengulangan sampel
tidak terdapat data pencilan dan semua data Pemilihan konsentrasi spike sample dilakukan
sesuai karena memenuhi batas keberterimaan. berdasarkan perhitungan dari nilai IDL yang
Pengujian ini sangat penting dilakukan, karena dikalikan 1-5. Berikut pengukuran spike
jika terdapat data pencilan dan tetap digunakan sample untuk penentuan MDL, diperoleh hasil
lebih lanjut, maka dapat mengakibatkan pada Tabel 6.
ketidaksesuaian dalam penentuan nilai MDL Berdasarkan Tabel 6, ke dua metode memiliki
dan hasil pengujian menghasilkan presisi nilai MDL yang sama, maka ke duanya dapat
yang rendah. Limit deteksi metode adalah mendeteksi suatu sampel pada konsentrasi
nilai yang diputuskan secara statistika untuk terendah sebesar 0,005 mg/L. Semua
menetapkan hasil pengukuran suatu zat pengujian dalam penentuan MDL dilakukan
melalui metode analisis tertentu yang berbeda pemeriksaan dengan five point check untuk
dengan pembacaan blanko [11]. Penentuan dapat mengetahui kebenaran dari nilai MDL
limit deteksi metode bertujuan mengevaluasi yang diperoleh, di antaranya adalah [11]:
kemampuan metode dalam mengkuantitasi
a. Uji perolehan kembali (% Recovery)
analit. Rumus perhitungan limit deteksi
memenuhi batas keberterimaan yang
metode adalah sebagai berikut:
66
Dyah Apriyanti, Vera Indria Santi...: Pengkajian Metode Analisis Amonia dalam Air .....

disyaratkan, yaitu 75% - 120%. Akurasi yang dihasilkan dalam penentuan


Perolehan kembali digunakan untuk MDL sangat tergantung dengan konsentrasi
menunjukan galat sistematik dari metode target yang digunakan. Bila MDL kurang
analisis yang digunakan. Berdasarkan dari 10% spike, berarti data pengujian
data pada Tabel 6, hasil pengujian untuk memiliki nilai keragaman yang besar dan
Metode Fenat memenuhi persyaratanya stabil sehingga akan menyebabkan kesulitan
itu dengan %Recovery 80% - 120% dalam membedakan antara nilai MDL dengan
sedangkan untuk Metode Salicylate Test LoQ jadi penentuan MDL harus diulang
Kit memiliki nilai % Recovery sebesar dengan menggunakan konsentrasi target yang
75% 100%. lebih rendah. Bila nilai MDL lebih besar dari
b. Berdasarkan Tabel 6, S/N yang didapat spike, maka data pengujian memiliki nilai
pada Metode Fenat sebesar 6,3309 dan keragaman yang kecil dan tidak stabil akan
menyebabkan kesulitan dalam membedakan
pada Metode Salicylate Test Kit sebesar
antara nilai MDL dengan IDL jadi penentuan
8,5524 yang berarti memenuhi batas
MDL harus diulang dengan menggunakan
keberterimaan. Bila S/N kurang dari
konsentrasi target yang lebih tinggi.
2,5, maka hal ini menunjukan kesalahan
acak yang terjadi pada pengujian dan c. Simpangan baku relatif yang dihasilkan
perkiraan presisi yang diharapkan dari pada Tabel 6 untuk Metode Fenat adalah
sejumlah pengulangan pengujian terlalu 15,7955 < 21,5818 dan Metode Salicylate
tinggi dan menghasilkan MDL yang Test Kit menghasilkan simpangan baku
tinggi. Dalam hal ini, penambahan sebesar 11,6927 < 20,4446, nilai tersebut
larutan standar pada sampel harus pada memenuhi batas keberterimaan yaitu
konsentrasi yang lebih tinggi agar dapat tidak boleh melebihi 2/3 nilai Horwitz.
meningkatkan signal yang ada. Bila S/N d. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
yang diperoleh lebih besar dari 10 maka nomor 82 Tahun 2001 baku mutu untuk
penambahan larutan standar padasampel senyawa amonia adalah 0,5 mg/L,
yang terlalu tinggi, oleh karena itu berdasarkan data pada Tabel 6 dapat
konsentrasi larutan standar yang disimpulkan bahwa nilai MDL yang
ditambahkan harus pada konsentrasi dihasilkan lebih kecil dari baku mutu
sampel yang lebih rendah. yaitu 0,005 mg/L maka laboratorium
Pemilihan konsentrasi spike dalam dapat menggunakan metode tersebut
penentuan MDL harus sesuai dengan batas untuk pengujian parameter kualitas
keberterimaan, yaitu 10% Spike < MDL < lingkungan. Bila MDL yang dihasilkan
Spike. Berdasarkan pengolahan data, kriteria lebih besar dari nilai baku mutu
tersebut memenuhi batas keberterimaan pada lingkungan hidup, maka laboratorium
Metode Fenat didapat sebesar 0,001 < 0,005 harus mencari metode pengujian lain
< 0,01 sedangkan pada Metode Salicylate Test hingga diperoleh nilai MDL dibawah
Kit didapat sebesar 0,0016 < 0,005 < 0,016. nilai baku mutu lingkungan hidup.

67
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

Penentuan Repeatabilitas, Reprodusibilitas 11,6927% dan analis 2 sebesar 12,5379%.


dan Akurasi Nilai tersebut memenuhi batas keberterimaan
Pengulangan pengujian sangat diperlukan karena telah memenuhi syarat yaitu tidak boleh
dalam penentuan MDL, terdapat dua melebihi batasan presisi yang dirumuskan oleh
parameter pengulangan yang dilakukan dalam persamaan modifikasi Dr. William Horwitz
penelitian ini yaitu penentuan repeatabilitas (16% dan 15%) maka dapat disimpulkan
dan reprodusibilitas. Pengulangan pengujian kesalahan acak dari proses pengujian tidak
parameter repeatabilitas atau keterulangan mempengaruhi hasil pengukuran [9].
dilakukan dengan pengukuran larutan spike Pengujian reprodusibilitas dilakukan oleh
sebanyak 7 kali pengulangan oleh satu orang 2 analis yang berbeda dengan tujuan untuk
analis, sedangkan pengujian parameter mengetahui kehandalan dan kinerja dari
reprodusibilitas atau ketertiruan dilakukan masing-masing analis. Berdasarkan data
dengan membandingkan pengukuran larutan pengolahan pada Tabel 9 memenuhi syarat
spike sebanyak 7 kali pengulangan yang batas keberterimaan,yaitu tidak melebihi
dilakukan oleh dua analis yang berbeda yang batasan presisi yang dirumuskan oleh
bertujuan untuk melihat variabilitas hasil persamaan modifikasi Dr. William Horwitz
pengujian terhadap waktu,kondisi akomodasi, (21,5% dan 20,5%) dan pada Metode
sumber daya dan lingkungan. Maka dari Fenat didapat akurasi sebesar 99,2857%
itu penentuan MDL harus dalam keadaan sedangkan pada Metode Salicylate Test Kit
reprodusibilitas seperti yang disajikan pada sebesar 85,3125%. Berdasarkan data yang
Tabel 7. dihasilkan pada parameter akurasi, maka
Hasil dari pengolahan data pada Tabel dapat disimpulkan bahwa pengujian ke dua
9 menghasilkan nilai repeatabilitas pada metode tersebut menunjukan kedekatan antara
Metode Fenat dengan % RSD analis 1 sebesar hasil penelitian dengan nilai sebenarnya dan
15,7955% dan analis 2 sebesar 12,1875%, memiliki kesalahan sistematik kecil memiliki
sedangkan untuk Metode Salicylate Test Kit akurasi yang baik dan memenuhi syarat batas
menghasilkan repeatabilitas analis 1 sebesar keberterimaan yaitu 75% - 120%.

Tabel 7. Penentuan repeatabilitas, Reprodusibilitas dan Akurasi


Metode
Parameter
Fenat Salicylate Test Kit
a. Repeatibility
Analis 1, %RSD 15,7955% 11,6927%
nilai Horwitz 16,1058% 15,2571%
Analis 2, % RSD 12,1875% 12,5379%
nilai Horwitz 15,9323% 15,2788%
b. Reproducibility
% RSD 13,9473% 11,6536%
nilai Horwitz 21,4631% 20,459%
c. Akurasi
%R 99,2857% 85,3125%
% Bias 0,7143% 14,6875%
Simpulan Diterima Diterima

68
Dyah Apriyanti, Vera Indria Santi...: Pengkajian Metode Analisis Amonia dalam Air .....

Pengujian Akurasi (Trueness Value dan Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini
Bias) dan Presisi dilakukan pengujian reprodusibilitas dengan
Trueness Value yang sering dinyatakan sebagai menggunakan karakteristik antara dua metode
akurasi merupakan perbandingan antara nilai yang berbeda yaitu Metode Standar Fenat
rerata hasil pengulangan pengujian dengan dan Metode Non Standar Salicylate Test Kit
nilai benar dari bahan acuan bersertifikat yang yang bertujuan untuk mengukur keragaman
digunakan, yaitu CRMs Nutrient dengan nilai nilai hasil analisa terhadap sampel yang sama
ketidakpastian yang tercantum dalam sertifikat dengan peralatan yang berbeda yang dilakukan
adalah 7,43 0,9%. Berdasarkan pengolahan pada satu laboratorium dalam waktu yang
data didapat hasil pada Tabel 10. berbeda, sehingga dapat diketahui apakah
hasil tersebut berbeda atau tidak. Berdasarkan
Dilihat dari Tabel 10, dapat disimpulkan
penelitian dan pengolahan data, didapat hasil
bahwa Metode Non Standar Salicylate Test
pada Tabel 11.
Kit dapat dipercaya penggunaannya karena
mempunyai akurasi dan presisi yang sangat Hasil berdasarkan uji banding pada Tabel 11
baik yang ditunjukan dengan nilai bias kecil. menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang jauh antara Metode Non Standar
Pengujian Reprodusibilitas Salicylate Test Kit dan Metode Standar Fenat,
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi karena pengujian tersebut memiliki nilai
parameter reprodusibilitas yaitu terdapat % RSD yang kecil dan juga tidak melebihi
faktor peralatan dengan karakteristik yang dari persamaan Horwitz, yaitu 8,001%
berbeda, variasi bahan dan kondisi instrumen, 20,9528%. Berdasarkan hal tersebut, maka
umur pakai alat yang berbeda, pelarut, dapat disimpulkan bahwa Metode Salicylate
pereaksi dan bahan lain dengan mutu berbeda. Test Kit dapat diterima dengan baik sebagai
Tabel 10. Pengujian Akurasi dan Presisi
Metode
Parameter Keterangan
Fenat Salicylate Test Kit
a. Akurasi
Rata-rata konsentrasi (mg/L) 7,4 7,436
%R 99,6% 100,08% Batas keberterimaan
% Bias 0,004% 0,0008% %R = 100% 10%
b. Presisi 0,18% 0,29%
Simpulan Diterima Diterima

Tabel 11. Pengujian Reprodusibilitas

Parameter Salicylate Test Kit Metoda Fenat


Rata-rata 0,0123 0,011
Grand Mean 0,0117
Standar Deviasi (SD) 0,0009
% RSD 8,0010
Nilai Horwitz 31,2728
Reproducibility
% RSD 2/3 nilai Horwitz 8,0010 21,9528

Reproducibility Diterima

69
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

metode untuk penentuan amonia dan juga (4) Badan Standarisasi Nasional.
dapat digunakan untuk kegiatan rutin di 2005. Cara Uji Amonia dengan
Spektrofotometer secara Fenat SNI
laboratorium seperti metode standar fenat.
06-6989.30-2005. BSN, Jakarta.
(5) Nugroho, A., H. Wahyono & S.
SIMPULAN Fatimah. 2006. Validasi Metode Alat
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ICP-AESPlasma 40 untuk Pengukuran
Unsur Cr, P, Ti. Urania. 12(101): 64-
disimpulkan sebagai berikut:
112.
1. Penentuan amonia dengan Metode
(6) Merck. 2011. Test Kit. Merck
Standar Fenat berdasarkan SNI 06-
Chemicals, Indonesia.
6989.30-2005 memiliki linearitas (r)
(7) Hach. 2007. Salicylate Method 8155.
0,9983, IDL sebesar 0,0023 mg/L, MDL
Hach Company, USA.
sebesar 0,005 mg/L, LoQ sebesar 0,015
(8) Hadi, A. 2007. Pemahaman dan
mg/L, akurasi 99,6% dan presisi 0,18%.
Penerapan ISO/IEC 17025: 2005. PT.
2. Penentuan amonia dengan Metode Non Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Standar Salicylate Test Kit berdasarkan
(9) Kementerian Lingkungan Hidup.
Hach memiliki linearitas (r) 0,9981, 2009. Pedoman Pengendalian Mutu
IDL sebesar 0,0041 mg/L, MDL sebesar Internal Pengujian Parameter Kualitas
0,005 mg/L, LoQ sebesar 0,016 mg/L, Lingkungan. KLH, Jakarta.
akurasi 100,08% dan presisi 0,29%. (10) Greenberg, A. 2005. Standard Methods
3. Metode Non Standar Salicylate Test Kit for the Examination of Water and
Wastewater 21st Edition. American
berdasarkan Hach dapat digunakanse-
Public Health Association, USA.
bagai metode standar untuk kegiatan
(11) Ripp, J. 1996. Analytical Detection
rutin dalam penentuan amonia di labo-
Limit Guidance and Laboratory Guide
ratorium karena memenuhi semua batas for Determining Method Detection
keberterimaan seperti Metode Standar Limit. Wisconsin Departement
Fenat berdasarkan SNI 06-6989.30- of Natural Resource Laboratory
2005. Certification Program, Madison.
(12) Hadi, A. 2010. Penentuan Batas
Deteksi Metode dan Batas Kuantifikasi
Daftar Pustaka
Pengujian Sulfida dalam Air dan Air
(1) EMDI-BAPEDAL. 1994. Limbah Limbah dengan Biru Metilen Secara
Cair Berbagai Industri di Indonesia; Spektrofotometri. Ecolab.4(2): 55-96
Sumber, Pengendalian dan Baku
Mutu. Kementrian Lingkungan Hidup, (13) Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun
Jakarta. 2001. Tentang Pencemaran Air,
Jakarta
(2) Sucofindo. 1999. Laporan Kandungan
Amonia dalam Limbah. PT. Sucofindo, (14) H a c h . 1 9 6 6 . D R / 2 0 0 0
Jakarta Spectrophotometer Handbook. Hach
Company, USA.
(3) Radojevic, M. & V.N. Bashkin. 1999.
Practical Environmental Analysis. (15) Hach. 2009. DR 2800 User Manual.
RoyalSociety of Chemistry, USA. Hach Company, USA.

70
Yayah Rodiana, Hafiz Maulana... : Pengkajian Metode untuk Anakisis Tota; Logam Berat ...

PENGKAJIAN METODE U N T U K ANALISIS TOTAL LOGAM BERAT


DALAM SEDIMEN MENGGUNAKAN MICROWAVE DIGESTION

METHOD ASSESSMENT FOR HEAVY METAL ANALYSIS IN SEDIMENT
USING MICROWAVE DIGESTION

Yayah Rodiana 1, Hafiz Maulana 2 Siti Masitoh dan Nurhasni2

(Diterima tanggal 02-03-2013; Disetujui tanggal 01-08-2013)

ABSTRAK
Destruksi asam tertutup atau disebut juga microwave digestion merupakan metode destruksi basah yang
paling direkomendasikan untuk analisis logam berat. Kelebihan dari metode ini diantaranya adalah tidak
ada unsur-unsur volatile yang hilang dan waktu pengerjaannya cukup singkat (20-40 menit) dibandingkan dengan
destruksi asam terbuka yang membutuhkan waktu lebih lama (lebih dari 24 jam). Contoh uji yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sedimen dari Certified Reference Material (CRM). Sebanyak 0,5 gram contoh uji ditimbang
kemudian ditambahkan dengan asam HNO3 dan selanjutnya didestruksi menggunakan microwave digestion.
Larutan hasil destruksi kemudian diukur konsentrasi logamnya dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan
Atom (SSA). Validasi metode d i l a k u k a n t e r h a d a p h a s i l p e n g u k u r a n t o t a l l o g a m k a d m i u m
(Cd), tembaga (Cu), mangan (Mn) dan seng (Zn) meliputi linearitas, limit deteksi,
a k u r a s i d a n p r e s i s i . Hasil penelitian menunjukkan penggunaan metode microwave digestion dengan
penambahan HN03 u n t u k a n a l i s i s l o g a m b e r a t t e l a h memenuhi semua p e r syaratan keberterimaan
suatu metode untuk digunakan dalam analisis di laboratorium .
Kata kunci: HNO3, logam berat , microwave digestion, sedimen, validasi metode

ABSTRACT
Closed acid digestion or known as microwave digestion is wet digestion that most recommended to be used
as a digestion method in heavy metal analysis. Advantages of this method are no volatile compound will be lost
and time for analysis is very short (20-40 minutes) compare to open acid digestion (more than 24 hours). Sedi-
ment from Certified Reference Material (CRM) was used as a sample in this research. Weight 0,5 gram of sample,
added with HN03 then continue to digestion process by using microwave. Extract from digestion process
was measured by Atomic Spectrophotometer (AAS). Parameters of method validation which used
for determine total heavy metals cadmium (Cd), c o p p e r ( Cu), manganese (Mn), and zinc (Zn) were linearity,
detection limit, accuracy and precision. The result showed microwave digestion method with HNO3 addition into
sample f o r h e a v y m e t a l a n a l y s i s f u l f i l l e d a l l r e q u i r e m e n t s o f a c c e p t a b i l i t y t o b e u s e d a s
m e t h o d i n l a b o r a t o r y.
Key words: heavy metal, HNO3, method validation, microwave digestion, sediment

PENDAHULUAN
Keberadaan logam berat di perairan merupakan pencemar yang mengandung logam berat dari
hal alamiah yang terbatas dalam jumlah limbah yang dihasilkan oleh industri-industri
tertentu di dalam media air, sedimen, dan serta limbah yang berasal dari aktivitas
lemak biota, tetapi keberadaan logam berat lainnya. Masuknya bahan pencemar, misalnya
ini dapat meningkat akibat masuknya bahan logam berat seperti nikel (Ni), kadmium (Cd),

1
Pusarpedal-KLH, Kawasan Puspiptek Gedung 210 Jalan raya Puspiptek-Banten. Email: nengyayah@yahoo.com
2
Fakultas sains dan teknologi Program studi kimia, universitas Syarif Hidayatullah

71
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

timbal (Pb), seng (Zn) dan tembaga (Cu) Sedangkan destruksi asam tertutup adalah
cenderung meningkatkan kasus keracunan dan reaksi pelarutan dan pemecahan dilakukan
gangguan kesehatan masyarakat. Penyebab dalam wadah tertutup yang lebih aman
utama logam berat menjadi bahan pencemar terhadap penguapan dan pemuaian bahan.
berbahaya karena logam berat tidak dapat Keuntungan menggunakan metode destruksi
dihancurkan (non degradable) oleh organisme asam terbuka adalah peralatan yang digunakan
hidup di lingkungan dan terakumulasi ke relatif sederhana dan murah, yaitu gelas piala
lingkungan, terutama mengendap di dasar dan penangas listrik. Kelemahan dari metode
perairan membentuk senyawa komplek asam terbuka adalah unsur-unsur yang mudah
bersama bahan organik dan anorganik lainnya. menguap dari contoh uji dapat hilang selama
Biota air yang hidup dalam perairan tercemar proses destruksi sehingga memungkinkan
logam berat dapat mengakumulasi logam berat terjadinya kesalahan pada hasil analisis,
tersebut dalam jaringan tubuhnya. Semakin kemungkinan terjadinya kontaminasi dari
tinggi kandungan logam berat dalam perairan
udara, dan waktu destruksi yang lama
akan semakin tinggi pula kandungan logam
mencapai lebih dari 12 jam [1].
berat yang terakumulasi dalam tubuh hewan
tersebut. Untuk memperbaiki kelemahan dari metode
destruksi asam terbuka, maka digunakan
Salah satu cara untuk mengukur kadar
metode asam tertutup, salah satu caranya
logam berat di lingkungan adalah dengan
adalah penggunaan gelombang mikro dalam
menggunakan metode destruksi asam, yaitu
proses destruksi. Metode ini disebut dengan
melarutkan atau mendestruksi contoh uji
metode microwave digestion. Dalam metode
menggunakan asam kuat dan dipanaskan,
ini contoh uji ditambahkan asam kuat dalam
kemudian larutan hasil destruksi tersebut
sistem tertutup yang menyebabkan terjadinya
diukur konsentrasi logamnya menggunakan
peningkatan suhu dan tekanan. Peningkatan
alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
Pada umumnya, asam yang digunakan suhu dan tekanan serta kondisi dalam pH rendah
dalam preparasi contoh uji sebagai reagen pada contoh uji menyebabkan peningkatan
pendestruksi antara lain, HNO3, HCl, H2SO4, kecepatan dekomposisi termal dari contoh uji
HF, HClO4, HNO3-H2O2, HNO3-HF, HNO3- yang membuat logam menjadi larut. Setelah
HCl. Tujuan dari proses destruksi adalah logam larut, barulah dimungkinkan dilakukan
untuk mendapatkan larutan yang tercampur pengukuran dengan instrumen [2].
sempurna dengan analit, dekomposisi yang Metode destruksi dengan menggunakan
sempurna dari padatan, d a n menghindari microwave memiliki beberapa keunggulan,
hilangnya atau terjadinya kontaminasi analit. antara lain: kualitas destruksinya tinggi,
Metode destruksi asam dapat dilakukan tidak ada unsur-unsur volatil yang hilang
secara terbuka maupun tertutup. Metode dan waktu yang dibutuhkan untuk proses
destruksi asam terbuka yaitu campuran destruksi relatif singkat yaitu sekitar
antara contoh uji dengan reagen asam 20 - 40 menit dibanding metode destruksi
kuat dipanaskan secara terbuka di atas konvensional yang membutuhkan waktu lebih
penangas listrik (Hot Plate Method). dari 24 jam [3,4].

72
Yayah Rodiana, Hafiz Maulana... : Pengkajian Metode untuk Anakisis Tota; Logam Berat ...

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa nilai batas keberterimaan. Limit deteksi adalah
persen perolehan kembali (% recovery) jumlah terkecil yang dapat dideteksi diatas
a n a l i s i s l o g a m b e r a t menggunakan noise dalam suatu prosedur dan dalam batas
metode microwave digestion memiliki nilai kepercayaan tertentu. Akurasi adalah ukuran
akurasi yang lebih baik dibandingkan yang menunjukkan derajat kedekatan hasil
dengan destruksi asam terbuka [5]. analis dengan kadar analit yang sebenarnya
Pengukuran konsentrasi logam berat yang dan dinyatakan sebagai persen perolehan
dilakukan di Pusat Sarana Pengendalian kembali (recovery) analit yang ditambahkan.
Dampak Lingkungan (Pusarpedal) Presisi adalah ukuran yang menunjukkan
d i a n t a r a n y a adalah mengukur kadar derajat kesesuaian antara hasil uji individual,
total logam berat pada contoh diukur melalui penyebaran hasil individual
uji sedimen sungai menggunakan dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara
metode destruksi asam terbuka. berulang pada sampel-sampel yang diambil
Sebagai laboratorium lingkungan rujukan dari campuran yang homogen. Presisi diukur
nasional, Pusarpedal mempunyai tugas sebagai simpangan baku atau simpangan
untuk memutakhirkan metode yang dipakai baku relatif (koefisien variasi). presisi dapat
dalam analisis contoh uji. Berdasarkan hal dinyatakan sebagai repitabilitas (keterulangan)
tersebut di atas, maka Pusarpedal melakukan atau reprodusibilitas (ketertiruan) [7].
pengkajian metode analisis logam berat dalam
sedimen menggunakan metode microwave METODOLOGI
digestion dengan tujuan untuk mengetahui Waktu dan Tempat Penelitian
apakah metode tersebut dapat digunakan di Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
laboratorium Pusarpedal [6]. Tanah dan Padatan Pusat Sarana Pengendalian
Untuk mengetahui apakah suatu metode Dampak Lingkungan (Pusarpedal) Serpong.
dapat digunakan sebagai metode standar, Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan
maka diperlukan pengkajian terhadap metode April sampai Agustus 2012.
tersebut. Pengkajian metoda analisis adalah Alat
suatu tindakan penilaian terhadap metode
Alat-alat yang digunakan dalam
tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium,
penelitian ini diantaranya adalah alat
untuk membuktikan bahwa metode tersebut
microwave digestion merk CEM tipe Mars
memenuhi persyaratan untuk penggunaannya
5, Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)
[7]. Tahapan pengkajian metode yang
merk Hitachi tipe Z-2300, kertas saring
dilakukan meliputi uji linearitas, limit
kualitatif dengan ukuran pori-pori 0,45
deteksi, akurasi dan presisi.
m dari millipore, corong pisah, neraca
Uji linearitas diperlukan karena penentuan analitik, dan peralatan gelas lainnya.
kadar logam berat dalam contoh uji secara Untuk menghilangkan kontaminasi logam
kuantitatif menggunakan kurva kalibrasi yang ada pada peralatan maka sebelum
dengan garis lurus (linearitas) yang memenuhi melakukan analisis, dilakukan pencucian

73
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

alat-alat yang akan digunakan dengan Pembuatan dan Pengujian Kurva Kalibrasi
HN03 2%, kemudian dibilas dengan Larutan deret standar logam diukur
aquades, dan dikering anginkan pada suhu absorbansinya dengan mengaspirasikan larutan
ruang. tersebut kedalam spektrofotometer serapan
atom. Setelah diukur absorbansinya, maka
Bahan
akan terbentuk kurva, sebagai pembanding,
Bahan-bahan yang digunakan dalam
dilakukan pengukuran CRM.
penelitian ini diantaranya adalah : Certified
Reference Material (CRM) Montana Soil Penentuan Limit Deteksi
2711a10 dari National Institute of Standards Kurva kalibrasi dibuat dengan menggunakan
and Technology (NIST)-USA, HN03
deret standar sampai titik dimana terjadi
p.a., larutan standar induk Cd(N03)2,
penurunan nilai absorbansi. Kemudian
Cu(N03)2, Mn(N03)2, dan Zn(N03)2
dilakukan pengukuran absorbansi larutan
dengan konsentrasi 1000 mg/L dari WAKO,
ekstraksi dari CRM sebanyak 7 kali
dan air suling.
pengulangan dengan mengaspirasikannya
Penentuan Kadar Air ke dalam SSA. Setelah didapatkan nilai
Timbang contoh uji CRM 0,5 g kemudian absorbansinya, dihitung nilai MDL (Method
dimasukkan ke dalam oven pada suhu Detection Limit) dengan batas keberterimaan
105C selama 2 jam, kemudian ditimbang yang dipersyaratkan ( %RSD < 0,67 horwitz)
kembali. Lakukan secara berulang sampai
Penentuan Akurasi dan Presisi
didapat bobot tetap.
Dilakukan pengukuran absorbansi larutan
Prosedur Kerja hasil ekstraksi CRM sebanyak 7 kali
Preparasi contoh uji pengulangan dengan menggunakan SSA yang
Timbang contoh uji CRM 0,5 0,0001 dilakukan dalam 2 waktu yang berbeda untuk
g, tambahkan 10 0,1 ml HN03 pekat. mendapatkan nilai konsentrasinya. Dihitung
Tempatkan ke dalam microwave digestion. nilai RSD (%RSD) rerata dan horwitz value
Contoh uji dipanaskan dengan ramp time 20 rerata (horwitz). Batas keberterimaan akurasi
menit dan holding time 15 menit. Tabung adalah %recovery = 70-125%. Sedangkan
dibiarkan dingin minimal 5 menit sebelum Batas keberterimaan pada repetabilitas adalah
dikeluarkan dari microwave. Kemudian %RSD < 0,67horwitz dan reprodusibilitas
didinginkan sampai mencapai suhu ruang. adalah %RSD < horwitz.
Di dalam ruang asam, setiap tabung destruksi
dibuka, contoh uji dipindahkan ke botol HASIL DAN PEMBAHASAN
yang telah di cuci dengan asam. Jika
Kadar Air
terdapat partikulat, contoh uji harus disaring
Penentuan kadar air pada penelitian ini
atau disentrifugasi terlebih dahulu. Larutan
adalah untuk mengetahui berat kering CRM,
destruksi siap diukur dengan menggunakan
karena nilai berat kering digunakan untuk
SSA [2].
menentukan nilai konsentrasi CRM pada

74
Yayah Rodiana, Hafiz Maulana... : Pengkajian Metode untuk Anakisis Tota; Logam Berat ...

Tabel 1. Data hasil penentuan kadar air


Pengulangan
Berat Basah Awal (gram) Berat Kering (gram) %Kadar Air
CRM CRMKering

Cawan CRMBasah Cawan + CRMBasah I II

1 17.2703 0.5003 17.7706 17.7635 17.762 0.4917 1.72

2 17.1141 0.5009 17.6150 17.6045 17.6039 0.4898 2.22

3 17.7889 0.5006 18.2895 18.2800 18.2798 0.4909 1.94

Rerata 0.4908 1.958

matriks padat yang dikonversi dari nilai Perhitungan konsentrasi logam berat dalam
konsentrasi hasil pengukuran yang berupa sampel berdasarkan rumus:
larutan. Data hasil penentuan kadar air CRM
dapat dilihat pada Tabel 1.
C = ...............(1)
Keterangan:
Konsentrasi Logam Berat dalam Contoh C = Konsentrasi logam dalam sampel (mg/kg)
Uji CRM A = Konsentrasi logam dalam larutan uji (mg/L)
B = Rata-rata konsentrasi logam dalam larutan blangko
Larutan hasil destruksi diukur konsentrasinya df = Faktor pengenceran
gr = Berat sampel yang dianalisis (gram)
masing-masing logam Zn, Cu, Cd dan Mn
menggunakan AAS. Panjang gelombang
untuk Zn 213.9 nm, Cu 324.7 nm, Cd 228.8 Hasil pengukuran logam berat pada contoh
nm, dan Mn 279.5 nm. uji CRM menggunakan metode microwave
digestion dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Konsentrasi Logam Berat dalam CRM Montana


Pengulangan Cd (mg/kg) Cu (mg/kg) Mn (mg/kg) Zn (mg/kg)
1 52.1 128.4 560.8 380.7
2 52.6 129.2 567.1 393.1
3 52.4 129.3 567.6 398.8
4 52.5 129.6 578.1 410.8
5 52.4 128.8 565.1 417.2
6 52.4 131.5 562.6 424.1
7 52.7 129.7 571.6 382.5
Rata-rata 52.4 129.5 567.6 401.0
Nilai CRM 54.1 140 675 414

75
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

Linearitas Kurva yang diperoleh dibandingkan dengan Ftabel,


Kurva kalibrasi merupakan grafik yang disimpulkan :
membentuk garis lurus (linear) yang a. Jika Fhitung < Ftabel : garis yang terbentuk
menyatakan hubungan antara kadar larutan adalah regresi linear
kerja termasuk blanko dengan respon yang b. Jika Fhitung > Ftabel : garis yang terbentuk
proporsional dari instrumen [6]. Untuk adalah regresi non-linear
membuktikan linearitas hubungan antara Selain linearitas dengan uji F, keberterimaan
kadar dengan respon instrumen, maka uji yang validasi linearitas suatu metode juga dilihat
paling mudah adalah memvisualisasikan data dari nilai koefisien korelasi (r) yaitu > 0,995.
kalibrasi dalam grafik dan menghubungkan Berdasarkan data pada Tabel 2, dapat dilihat
garis linear antar data yang ada. Dengan semua logam mempunyai nilai r > 0,995.
mengevaluasi secara visual garis yang Sebagai contoh logam Cd, mempunyai nilai r
terbentuk maka dapat dibuktikan linearitas = 0,9989 melebihi persyaratan nilai r > 0,995.
suatu garis tersebut. Dengan demikian kurva kalibrasi logam Cd
Uji linearitas secara visual lebih bersifat yang dibuat merupakan garis linear.
subyektif karena berbeda terhadap suatu
linearitas. Untuk menghindari hal tersebut, Limit Deteksi
maka digunakan uji linearitas secara statistika Limit deteksi yang dihasilkan dalam
dengan menggunakan data kalibrasi yang validasi ini berupa limit deteksi metode atau
tersedia. Data uji linearitas dalam penelitian Method Detection Limit (MDL) dan Limit
ini dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini. of Quantitation (LoQ). Menurut Greenberg
Berdasarkan data linearitas di atas, maka (2005), limit deteksi metode adalah konsentrasi
kurva kalibrasi untuk semua logam berat terendah yang terbaca dari pengukuran suatu
berada pada garis lurus (linear). Berikut unsur yang mengaplikasikan secara lengkap
adalah nilai uji F untuk logam Cd (-7 < metode pengukuran suatu unsur tersebut dan
6,719); Cu (0,0047 < 6,719); Mn (0,0130 hasil pembacaannya dapat dipercaya dengan
< 6,719); dan Zn (0,0890 < 6,719). Melalui tingkat kepercayaan 99 % bahwa konsentrasi
perhitungan dari uji F, dimana nilai Fhitung tersebut berbeda dengan pembacaan blanko
[8].

Tabel 3. Linearitas Kurva Kalibrasi


Parameter Cd Cu Mn Zn
a. Slope 0,1222 0,0229 0,0255 0,2236
b. Intercept 0,0072 -0,0009 -0,0020 0,0166
c. Correlation determination 0,9977 0,9992 0,9982 0,9987
d. Correlation coeffisien 0,9989 0,9996 0,9991 0,9993
e. Fhitung -7 0,0047 0,0130 0,0890
Kesimpulan Linearitas Diterima Diterima Diterima Diterima
Syarat keberterimaan: r 0,995 dan Fhitung < Ftabel dimana Ftabel = 6,719

76
Yayah Rodiana, Hafiz Maulana... : Pengkajian Metode untuk Anakisis Tota; Logam Berat ...

Penentuan nilai MDL bertujuan mengevaluasi Nilai MDL dan LoQ dari data hasil analisis
kemampuan metode dalam mengkuantitasi logam berat dengan contoh uji dapat di lihat
analit. Rumus perhitungan limit deteksi pada Tabel 4.
metode adalah :
MDL = tn-1 x SD......(12)
Keterangan :
Berdasarkan data dalam Tabel 3, didapatkan
MDL = Methode Detection Limit
tn-1 = nilai t tabel untuk derajat bebas n-1 nilai MDL untuk parameter Cd adalah 0,60
dengan tingkat kepercayaan 99% mg/kg berat kering, lebih rendah daripada
SD = standar deviasi
MDL Cu (3,06 mg/Kg), Mn (0,68 mg/Kg) dan
Selain MDL, didapatkan pula nilai LoQ Zn (5,29 mg/Kg). Data MDL logam Cd 0,60
(Limit of Quantification). LoQ merupakan mg/Kg dapat diartikan bahwa kemampuan
kadar analit yang menghasilkan signal lebih metode microwave digestion dapat digunakan
besar dari blanko pada kondisi kegiatan untuk mengukur konsentrasi total logam
rutin laboratorium. LoQ ditentukan sesuai dalam contoh uji sedimen 3,06 mg/Kg.
persamaan [10]. Nilai LoQ didapat berdasarkan
Sama halnya dengan nilai MDL, metode
perhitungan:
microwave digestion menghasilkan nilai LoQ
LoQ = 3,18 MDL = 3,18 (3,143 sd) = 10sd..(23) paling rendah untuk parameter logam Cd,
Keterangan : yaitu 1,90 mg/Kg. Sedangkan nilai LoQ untuk
LOQ = Limit of Quantification
parameter logam lainnya adalah Cu: 9,74 mg/
MDL = Methode Detection Limit Kg, Mn: 2,16 mg/Kg, Zn: 16,85 mg/Kg.
SD = standar deviasi

Tabel 4. Data Limit Deteksi Validasi Metode Logam Berat dalam Sedimen
Parameter Cd Cu Mn Zn
a. rata-rata konsentrasi (ppm) 52,4 129,5 21,7 403,6
b. standar deviasi 0,19 0,97 0,22 1,68
c. %R 96,9 92,5 100,2 97,5
d. %RSD 0,36 0,75 0,99 0,42
e. MDL (ppm) 0,60 3,06 0,68 5,29
f. LoQ (ppm) 1,90 9,74 2,16 16,85
Kesimpulan Limit Deteksi Diterima Diterima Diterima Diterima

77
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

Akurasi dan Presisi


= ...............(5)
Akurasi merupakan perbandingan antara
nilai rerata hasil pengulangan dengan nilai
Reprodusibilitas adalah hasil keberulangan
benar dari bahan acuan bersetifikat (CRM)
dari suatu pengukuran yang dilakukan satu
yang dinyatakan dalam prosentase. Jika hasil
laboratorium dengan : 1) sampel dan metode
akurasi 100% maka pengujian yang dilakukan
analisis yang sama; 2) analis, peralatan dan
memiliki akurasi yang sangat baik.
waktu yang sama atau berbeda atau hasil
Secara matematika akurasi dirumuskan keberulangan dari suatu pengukuran yang
sebagai berikut : dilakukan oleh personil dan laboratorium yang
berbeda. Perhitungan nilai reprosudibilitas
% akurasi = .............(4) sama dengan persamaan no 5 diatas.diperoleh
Data akurasi dan presisi dapat dilihat pada
Keterangan : TabeI 5.
= rerata hasil pengulangan pengujian
= nilai benar atau nilai acuan dalam CRM Pada proses preparasi, contoh uji diubah dari
matriks yang komplek menjadi matriks yang
Repitabilitas merupakan perbedaan ukuran lebih simpel. Akibatnya, nilai konsentrasi
presisi yang terkecil. Semakin kecil nilai hasil pengukuran akan berbeda dengan
repitabilitas maka semakin kecil presisi hasil nilai konsentrasi CRM pada matriks
pengulangan pengujian yang dilakukan oleh aslinya yang tertera dalam sertifikat [10].
seorang analis. Bila pengulangan pengujian Perbandingan antara nilai konsentrasi hasil
dilakukan lebih dari dua kali maka presisi pengukuran dengan nilai konsentrasi pada
ditentukan berdasarkan nilai simpangan baku sertifikat dinyatakan dalam % recovery
relatif yang dinyatakan dalam prosentase (%R), batas keberterimaan %R adalah
(relative standard deviation), yaitu :%RSD 70-125%. Sedangkan, untuk mengetahui

Tabel 5. Data Akurasi dan Presisi Validasi Logam Berat dalam Sedimen
Parameter Cd Cu Mn Zn
a. Akurasi
- %R 96,2 92,2 100,8 97,1
- %bias 3,79 7,82 0,84 2,94
b. Presisi
b.1 Reprodusibilitas
Pengukuran 1 : - %RSD 0,37 0,75 1,00 0,42
- 0.67horwitz 5,98 5,15 6,74 4,35
Pengukuran 2 : -%RSD 0,60 0,59 2,02 1,96
-0.67horwitz 5,99 5,16 6,73 4,35
b.2 Repitabilitas : -%RSD 0,91 0,75 1,68 1,43
-horwitz 8,83 7,70 10,06 649
Kesimpulan Akurasi dan Presisi Diterima Diterima Diterima Diterima
Syarat keberterimaan: a) Reprodusibilitas : %RSD > 0.67 horwitz
b) Repitabilitas : %RSD > horwitz

78
Hefni Effendi, Aloysius Adimas Kristianiarso.... : Karakteristik Kualitas Air Sungai Cihideung ....

konsistensi analis, kestabilan peralatan nilai biasnya sebesar 7,82 %. Logam Mn


serta tingkat kesulitan metode pengujian dikategorikan kedalam kation golongan
yang digunakan dilihat dari nilai presisi III bersama dengan Zn dan Ni, golongan
yang dinyatakan dalam %RSD , dimana ini mudah larut dalam asam encer. Karena
persyaratan yang berlaku adalah % RSD < dalam penelitian ini digunakan asam pekat,
20% [5]. maka penambahan dengan HNO3 pekat pada
Hasil pengujian akurasi dan presisi pada proses destruksi menunjukkan hasil destruksi
pengujian ini memenuhi persyaratan pada untuk kation golongan III Mn dan Zn pada
pengkajian metode. Hal ini dapat berasal penelitian ini dapat melarutkan logam dengan
dari metode destruksi dan jenis asam yang baik, dilihat dari nilai persen recovery yang
ditambahkan sebagai reagen pendestruksi lebih besar dibandingkan logam Cu dan Cd.
contoh uji [11]. Pada umumnya, asam Dari data yang ada, maka semua unsur yang
atau campuran asam yang digunakan diukur yaitu Cd, Cu, Mn, dan Zn memenuhi
dalam preparasi contoh uji sebagai reagen syarat batasan awal % recovery yaitu
pendestruksi antara lain, HNO3, HCl, H2SO4, 70-125%, dan memiliki nilai presisi yang
HF, HClO4, HNO3-H2O2, HNO3-HF, HNO3- sangat baik karena memenuhi syarat batasan
HCl. Dari beberapa asam atau campuran asam %RSD yaitu < 20 %.
tersebut, HNO3 sering digunakan karena dapat
melarutkan logam-logam kecuali Al, Cr, Ga, SIMPULAN
Id dan Th yang larut secara lambat dan efisien
Hasil pengkajian metode destruksi
mengoksidasi senyawa organik pada cuplikan
m e n g g u n a k a n m i c ro w a v e d i g e s t i o n
biologis (agen pengoksidasi). Logam-logam
a t a u d e s t r u k s i asam tertutup dengan
dioksidasi kedalam bentuk garamnya, karena
penambahan asam HNO3 untuk logam berat
nitrat mudah larut di air, sedangkan cuplikan
Cd, Cu, Mn, dan Zn memenuhi semua
organik didekomposisi menjadi komponen
syarat keberterimaan untuk parameter
anorganik, dimana bahan organik dioksidasi
linearitas, limit deteksi, akurasi, dan
menjadi CO, CO2, N2, dan lain-lain. Asam
nitrat pekat terkena suhu yang tinggi akan presisi. berdasarkanBerdasarkan hasil
mengalami dekomposisi menghasilkan pengkajian metode ini maka metode destruksi
bermacam-macam oksida yang larut dalam menggunakan microwave digestion dapat
air, seperti NO, NO2, NO-, N2O, N2O3, N2O4, digunakan untuk mengukur kandungan total
N2O5, N2O6, HNO dan HNO2, dengan oksidan logam berat dalam contoh uji sedimen.
tertentu [12].
UCAPAN TERIMA KASIH
Berdasarkan data pada Tabel 4 diketahui
bahwa nilai akurasi tertinggi terdapat pada Ucapan terima kasih penulis sampaikan
unsur Mn yaitu 100,8 % atau dapat dilihat kepada staf laboratorium tanah dan limbah
dari nilai biasnya yang terkecil diantara padat Pusarpedal yang telah membantu
unsur-unsur yang lain yaitu sebesar 0,84 %. ketersediaan contoh uji, bahan standar dan
Sedangkan, nilai akurasi terendah terdapat peralatan pengujian sehingga pengkajian
pada unsur Cu yaitu sebesar 92,18 % dengan terhadap metode ini dapat terlaksana.

79
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

DAFTAR PUSTAKA (7) Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan


(1) Rochyatun. dan A. Rozak, 2007H. Va l i d a s i M e t o d e d a n C a r a
2003. et Digestion Methods. Perhitungannya.
Comprehensive nalytical Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I,
(2) Matusiewicz, H. 2003. Wet No.3, hal. 117-135.
Digestion Methods. Comprehensive (8) Greenberg, A.E. 2005. Standard
Analyticalludges, Soils, and Oils., Methods for the Examination of
Enviromental Protection Agency. Water and
U.S.A. Wastewater 21st Edition. American
(3) B e r g h o f . 2 0 0 5 . T h e o r y o f Public Health Association. USA.
Sample Preparation Using Acid (9) Ripp, J. 1996, Analytical Detection
Digestion, Pressure Digestion and Limit Guidance and Laboratory Guide
Microwave Digestion (Microwave for Determining Method Detection
Decomposition). Germany. Limit. Wisconsin Departement
(4) Inderayani, P. 2008. Perbandingan of Natural Resource Laboratory
Destruksi Kering dan Destruksi Basah Certification Program, Madison
Pada Penentuan Fe dalam Ubi (10) Taverniers, I., Loose, M.D., and
Kayu (Manihot Esculenta Crantz Bockstaele, E.V. 2004. Trends In
Sin. M. Utilisslma Pohl) Secara Quality In The Analytical Laboratory.
Spektrofotometri Serapan Atom. II. Analytical Method Validation
Tesis. ITS. Surabaya. and Quality Assurance. Trends in
(5) Chen, M. and Lena Q.Ma. 1998. Analytical Chemistry, Vol .23, No.
C o m p a r i s o n o f F o u r U S E PA 8, 2004. page. 535-552.
Digestion Methods for Trace Metal (11) AOAC. 2002. Guidelines for Single
Analysis Using Certified and Florida Laboratory Validation of Chemical
Soils. Journal of Environmental Methods for Dietary Supplements
Quality. Vol. 27 No.6. Univ. of and Botanicals, http://www.aoac.
Florida. org/dietsupp6/Dietary-Supplement-
(6) Kementrian Lingkungan Hidup. web-site/slv guidelines.pdf (2 Januari
2009. Pedoman Pengendalian 2012 pkl.20:15).
Mutu Internal (12) USEPA. 1996, Method 305GB :Acid
Pengujian Parameter Kualitas Digestion of Sediments, Sludges,
Lingkungan. Jakarta. and Soils., Enviromental Protection
Agency. U.S.A.

80
Hefni Effendi, Aloysius Adimas Kristianiarso.... : Karakteristik Kualitas Air Sungai Cihideung ....

KARAKTERISTIK KUALITAS AIR SUNGAI CIHIDEUNG,


KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

WATER QUALITY CHARACTERISTIC OF CIHIDEUNG RIVER,


BOGOR REGENCY, WEST JAVA

Hefni Effendi1, Aloysius Adimas Kristianiarso2, Enan M. Adiwilaga2

(Diterima tanggal 31-03-2013; Disetujui tanggal 01-08-2013)

ABSTRAK
Pada bagian hulu Sungai Cihideung terdapat aktivitas pertanian, ladang, budidaya perikanan, dan jarang ditemu-
kan pemukiman penduduk. Limpasan aktivitas pertanian dan budidaya perikanan, limpasan dari bengkel, dan
limpasan dari pemukiman penduduk, akan berpengaruh terhadap karakteristik kualitas air sungai. Penelitian
dilakukan di Sungai Cihideung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengambilan contoh dilakukan sebanyak 3 kali
dengan selang waktu 2 minggu. Penelitian bertujuan untuk mengetahui status kualitas air Sungai Cihideung, mulai
dari Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, yang merupakan bagian hulu, hingga hilir yakni di belakang gedung
Unit Satwa Harapan, Fakultas Peternakan, IPB di Desa Babakan. Karakteristik kualitas air sungai dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pengelolaan kualitas air sungai yang berkaitan dengan masukan
dari lingkungan sekitarnya. Perairan Sungai Cihideung memiliki suhu 24-280C. Kekeruhan berkisar 11-32,3 NTU.
TSS 0,67-32,67 mg/l. TDS 40,93-65,53 mg/l. Debit air 0,24-2,07 m3/detik. Perairan Sungai Cihideung memiliki
kisaran pH 5,83-7,36. DO 8,34-10,58 mg/l. BOD5 0,20-4,12 mg/l. NH3-N 0,005-0,23 mg/l. NO3-N 0,06-0,70 mg/l.
NO2-N 0,01-0,03 mg/l, dan total fosfat 0,48-1,07 mg/l. Indeks Storet memperlihatkan bahwa stasiun 1,3,4,5, Sungai
Cihideung termasuk dalam kategori tercemar ringan (skor -8 sampai -10). Stasiun 2 tercemar sedang (skor -12).
Hal ini karena telah terlampauinya baku mutu pH, NH3-N, dan total fosfat.
Kata kunci: kualitas air, Sungai Cihideung, Indeks Storet, Insitut Pertanian Bogor

ABSTRACT
At the upper part of Cihideung River there are various activities including agriculture, fisheries, and few houses.
Run off from agriculture, aquaculture, and domestic will bring about an effect on Cihideung River water quality.
The study was conducted in the River Cihideung, Bogor, West Java. Sampling occured 3 times with an interval
of 2 weeks. The study aims to determine the status of water quality Cihideung River, from the village Purwasari,
Dramaga District, which is the upstream to the downstream region behind the Unit Harapan Satwa, Faculty of
Animal Husbandry IPB, Village of Babakan. Water quality characteristic might be used for consideration of setting
up river water management in relation with the input from the sorrounding environment. Cihideung River waters
had a temperature ranging 24-28oC. Turbidity 11 to 32.3 NTU. TSS 0.67 to 32.67 mg/l. TDS 40.93 to 65.53 mg/l.
Debit 0.24 to 2.07 m3/second. Cihideung River had pH range of 5.83 to 7.36. DO 8.34 to 10.58 mg/l. BOD5 0.20
to 4.12 mg/l. NH3-N 0.005 to 0.23 mg / l. NO3-N 0.06 to 0.70 mg/l. NO2-N 0.01 to 0.03 mg/l. Total phosphate
ranged from 0.48 to 1.07 mg/l.
Storet index shows that the stations 1,3,4,5 of Cihideung Rivers were categorized as light pollution, (score of -8 to
-10) because of relatively high NH3-N concentration exceeding quality standard. Station 2 was middle pollution
(score -12) because of pH, NH3-N, and total phosphate exceeding quality standard .
Key words: Water quality, Cihideung River, Storet Index, IPB

1
Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH), IPB, Dramaga, Bogor. Telp. 0251-8621262, Fax. 0251-8622134 Email:
hefni_effendi@yahoo.com
2
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, Dramaga, Bogor. Telp/Fax 0251- 8622932

81
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

PENDAHULUAN
Sungai Cihideung merupakan anak sungai Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Cisadane yang mengalir melewati beberapa status perairan Sungai Cihideung, Kabupaten
desa yakni: Desa Sukajadi, Desa Situ Daun, Bogor, Jawa Barat. Pada penelitian ini dikaji
Desa Purwasari, Desa Petir, Desa Neglasari, beberapa parameter fisika dan kimia perairan,
Desa Cihideung Ilir, Desa Dramaga, dan Desa dengan pendekatan indeks kualitas air.
Babakan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Hulu sungai ini berada di kaki Gunung Salak, METODE PENELITIAN
dan bermuara di Sungai Cisadane, tepatnya Penelitian dilakukan di Sungai Cihideung,
di belakang gedung Unit Satwa Harapan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian
Fakultas Peternakan, IPB di Desa Babakan. dimulai dari bagian hulu yang berada di Desa
Sungai ini dimanfaatkan sebagai irigasi, Purwasari Kecamatan Dramaga hingga ke
kegiatan perikanan, dan untuk kegiatan mandi, hilir yang berada di Desa Babakan, yakni
cuci dan kakus (MCK). di belakang gedung Unit Satwa Harapan,
Fakultas Peternakan, IPB (Gambar 1).
Di bagian hulu Sungai Cihideung banyak
terdapat aktivitas pertanian, ladang, kegiatan Pengambilan contoh air dilakukan sebanyak
budidaya perikanan, dan jarang ditemukan 3 kali dengan selang waktu 2 minggu.
pemukiman penduduk. Semakin ke muara, Pengamatan dilakukan pada pukul 07.00
12.30. Pengambilan contoh sebanyak 3 kali
banyak terdapat pemukiman padat penduduk
diperlukan untuk memenuhi kaidah ulangan
dan beragam aktivitas pertanian. Banyaknya
dalam penentuan Indeks Storet.
limpasan dari aktivitas pertanian dan kegiatan
budidaya perikanan, limpasan dari bengkel, Stasiun I terletak di Desa Purwasari, Kecamatan
dan limpasan dari pemukiman penduduk, akan Dramaga, Kabupaten Bogor. Lahan di sekitar
berpengaruh terhadap karakteristik kualitas sungai dipergunakan untuk persawahan,
air Sungai Cihideung. Oleh karena itu, perlu ladang, dan kegiatan budidaya perikanan.
dilakukan penelitian karakteristik kualitas air Substrat dasar di stasiun I berupa batu kerikil
dan relatif dangkal. Jarak antara stasiun I dan
Sungai Cihideung. Gambaran karakteristik
II sekitar 2,5 km.
sungai dapat digunakan sebagai masukan
dalam rencana pengelolaan sumberdaya air (1) Stasiun II terletak di Desa Cihideung Ilir.
Pada stasiun ini banyak warga melakukan
Sungai di negara terbelakang dan negara
kegiatan MCK. Substrat dasar berupa batu
berkembang banyak dimanfaatkan sebagai
kerikil dengan ukuran batu yang lebih kecil
lokasi pembuangan limbah domestik dan
dari stasiun I, dan relatif dangkal. Lahan di
limbah industri. Limbah tersebut mengandung
sekitar sungai digunakan sebagai persawahan,
berbagai jenis bahan pencemar yang
pengerukan pasir, dan pemukiman. Jarak
berkontribusi terhadap buruknya kualitas air
antara stasiun II dan III sekitar 2 km.
sungai (2,3). Pada dasarnya kualitas air dan
kehidupan dalam air sangat dipengaruhi oleh Stasiun III terletak di Leuwikopo Desa
aktivitas antropogenik di sekitarnya (1,4,13). Babakan Doneng. Stasiun ini sangat dekat

82
Hefni Effendi, Aloysius Adimas Kristianiarso.... : Karakteristik Kualitas Air Sungai Cihideung ....

dengan pemukiman padat penduduk yang IPB, termasuk dalam Desa Babakan. Lahan di
lahan sekitarnya digunakan untuk kolam sekitar stasiun ini berupa persawahan, ladang,
ikan, MCK, bengkel kendaraan bermotor, dan MCK, dan bangunan kampus. Substrat dasar
tempat pembuangan sampah. Substrat dasar berupa batu kerikil berlumpur.
berupa batu kerikil berlumpur. Jarak antara
stasiun III dan IV sekitar 0,5 km. Pengambilan Contoh Air
Stasiun IV terletak setelah tempat penjernihan Pengambilan contoh air dilakukan di 3 sub
air IPB tepatnya di Desa Babakan Doneng. stasiun yaitu bagian tengah dan di kedua
Lahan di sekitar stasiun ini digunakan untuk tepinya. Contoh air dimasukan ke dalam botol
bangunan pengolahan air bersih IPB, MCK polietilen, diawetkan dengan H2SO4 pekat
dan ladang. Substrat dasar berupa batu kerikil sebanyak 0,3 ml untuk parameter nitrat, nitrit,
dan lumpur. Jarak antara stasiun IV dan V dan ammonia.
sekitar 1 km. Untuk parameter total fosfat, contoh air
Stasiun V terletak di hilir sungai yang disimpan dalam suhu 4 0C dan tidak diberi
merupakan daerah pertemuan dengan Sungai pengawet. Kemudian disimpan dalam ice
Cisadane yang berada di belakang gedung box yang berisi es. Tabel 1. adalah metode
Unit Satwa Harapan, Fakultas Peternakan, pengukuran parameter kualitas air.

Keterangan : Aliran Sungai Cihideung


Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel (stasiun penelitian) di Sungai Cihideung,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

83
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

Tabel 1. Parameter fisika kimia perairan beserta metode yang digunakan.

No Parameter Satuan Alat/Metode Analisis


A Fisika
1 Suhu o
C Termometer/ pemuaian In situ
2 Kekeruhan NTU Turbiditimeter/ Nephelometric Laboratorium
3 Arus m/detik Current Meter In situ
4 TSS mg/l Filter/Gravimetrik Laboratorium
5 TDS mg/l TDS meter Laboratorium
6 Debit Air m3/detik Perhitungan In situ
B Kimia
1 pH - pH meter/potensiometrik Laboratorium
2 DO mg/l Alat titrasi/ Modifikasi Winkler In situ
3 BOD5 mg/l Alat titrasi/ Modifikasi Winkler dengan inkubasi 5 hari Laboratorium
4 NO3 - N mg/l Spektrofotometer/ Brucine Laboratorium
5 NO2 - N mg/l Spektrofotometer/Sulfanilic Acid Laboratorium
6 NH3 - N mg/l Spektrofotometer/ Phenate Laboratorium
7 Total Fosfat mg/l Spektrofotometer/ Ascorbic Acid Laboratorium
Keterangan: 5) APHA

Analisis data air yang sama dengan kegunaan tersebut.


Analisis data kualitas air Sungai Cihideung Tahapan analisis data kualitas air dengan
dilakukan melalui pendekatan Indeks Storet. Indeks Storet adalah:
Indeks Storet digunakan dalam penelitian
1. Pengumpulan data kualitas air secara
ini karena sudah dijadikan sebagai acuan
periodik agar membentuk data dari seri.
oleh KLH sebagai penentuan status mutu air
2. Membandingkan data setiap parameter
(KepMenLH No. 115 tahun 2003) Tentang
kualitas air dengan baku mutu.
Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Peneliti
3. Jika hasil pengukuran memenuhi baku
lain juga menerapkan water quality index
mutu maka diberi skor 0.
dalam menilai status mutu air (6,7,8).
4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi
Baku mutu yang diacu adalah Peraturan baku mutu maka diberi skor sesuai den-
Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 kelas III gan sistem skor pada Tabel 2.
Tentang baku mutu air pemanfaatan untuk 5. Skor pada tiap parameter dijumlahkan,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, selanjutnya total skor dibandingkan
air untuk mengairi pertanaman, dan atau dengan Tabel 3 untuk menentukan status
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu mutu air.

Tabel 2. Penentuan sistem nilai.


Jumlah Parameter
Nilai
Sampel Fisika Kimia Biologi
Maksimum -1 -2 -3
< 10 Minimum -1 -2 -3
Rata-rata -3 -6 -9
Maksimum -2 -4 -6
>10 Minimum -2 -4 -6
Rata-rata -6 -12 -18
Keterangan *) : Jumlah pengamatan yang digunakan untuk penentuan status mutu air
9) : KepMenLH No 115 Tahun 2003 tentang Penentuan Status Mutu Air.

84
Hefni Effendi, Aloysius Adimas Kristianiarso.... : Karakteristik Kualitas Air Sungai Cihideung ....

Tabel 3. Penentuan status mutu air berdasarkan Indeks Storet.


Skor Kriteria
0 Memenuhi baku mutu
-1 s/d -10 Tercemar ringan
-11 s/d -30 Tercemar sedang
> -31 Tercemar berat

III. HASIL DAN PEMBAHASAN dari pepohonan yang tumbuh di tepi (riparian)
(10,11,12)
. Temperatur di perairan mempengaruhi
Pengamatan kualitas air Sungai Cihideung
pergerakan molekul, dinamika fluida, tingkat
dilakukan sebanyak tiga kali. Ketiga sampling
saturasi dari kelarutan gas, dan metabolisme
dilakukan pada musim peralihan antara
organisme (12).
kemarau dan penghujan. Parameter kualitas
air Sungai Cihideung pada umumnya masih Berdasarkan baku mutu (13) , nilai yang
berada dalam kisaran yang diperbolehkan diperbolehkan untuk suhu yaitu deviasi 3 0C
dari keadaan alaminya, sehingga nilai suhu
menurut Peraturan Pemerintah No. 82
di kelima stasiun pengamatan di Sungai
tahun 2001 kelas III tentang baku mutu air
Cihideung memenuhi kriteria baku mutu.
yang digunakan untuk pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan, air untuk mengairi 3.2 Kekeruhan
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang Rataan nilai kekeruhan di Sungai Cihideung
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan berkisar antara 11,0 NTU pada stasiun 1
kegunaan tersebut (13) (Tabel 4) sampling 3 dan 32,3 NTU pada stasiun 5
sampling 2. Nilai kekeruhan stasiun 5 lebih
3.1 Suhu
besar dari stasiun lainnya. Hal ini diduga
Rataan nilai suhu di Sungai Cihideung berkisar
pada stasiun sebelumnya dan daerah hulu,
antara 24 0C pada stasiun 1 sampling 2 dan 28
bahan tersuspensi berupa koloid dan bahan-
0
C pada stasiun 5 sampling 1. Suhu air pada
bahan tersuspensi yang berukuran besar yang
stasiun 5 lebih tinggi dari stasiun lainnya.
merupakan kikisan lapisan permukaan tanah,
Hal ini diduga karena semakin berkurangnya
hanyut terbawa arus sungai dan terakumulasi
penutupan oleh tumbuhan (kanopi) yang
di stasiun 5 (hilir).
digantikan oleh ladang dan gedung kampus
yang menyebabkan efektivitas penyinaran Nilai kekeruhan sungai yang berada di
matahari lebih tinggi. daerah pegunungan (hulu) sangat rendah
dibandingkan sungai yang berada di hilir (14).
Pola temperatur ekosistem air dipengaruhi
Nilai kekeruhan dapat menunjukkan seberapa
oleh berbagai faktor seperti: intensitas cahaya
banyak bahan tersuspensi dan koloid yang
matahari, pertukaran panas antara air dengan
terdapat pada perairan sungai. Rataan nilai
udara sekelilingnya, ketinggian geografis, dan
kekeruhan sungai sekitar 20 FTU (15).
juga faktor canopy (penutupan oleh vegetasi)

85
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

Tabel 4. Karakteristik kualitas air Sungai Cihideung.

Baku Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3


Parameter
Mutu* St.1 St. 2 St. 3 St.4 St.5 St.1 St. 2 St. 3 St.4 St.5 St.1 St. 2 St. 3 St.4 St.5
Fisika

Suhu (0C) Deviasi 3 25,0 26,0 27,0 27,0 28,0 24,0 25,0 26,0 26,5 27,0 25,0 26,0 27,0 27,0 27,0

Kekeruhan (NTU) - 15,3 23,3 23,7 26,3 31,3 15,7 25,3 29,0 28,3 32,3 11,0 18,3 21,7 23,3 22,0

TSS (mg/l) 400 1,87 1,60 1,33 0,67 1,87 2,07 3,33 2,33 2,13 3,40 24,00 26,00 26,67 32,67 28,00

TDS (mg/l) 1000 65,53 59,83 56,67 56,40 52,70 46,80 40,93 44,47 44,80 44,63 54,63 43,73 46,37 45,43 47,00

Kimia

pH 6-9 6,50 5,83* 6,00 6,33 6,00 7,15 6,81 6,54 6,58 6,62 7,36 6,61 6,70 6,71 6,79

DO (mg/l) 3 8,92 9,24 8,51 8,34 9,16 9,58 9,58 9,07 9,58 9,58 10,08 10,25 10,58 10,08 9,91

BOD5 (mg/l) 6 2,03 2,97 0,95 0,81 0,27 0,47 4,12 2,91 1,76 1,42 0,20 2,43 1,01 0,74 0,68

NH3-N (mg/l) 0,02 0,016 0,005 0,008 0,02* 0,01 0,23* 0,09* 0,04* 0,06* 0,05* 0,03* 0,007 0,008 0,03* 0,03*

NO2-N (mg/l) 0,06 0,01 0,01 0,02 0,02 0,02 0,01 0,01 0,02 0,03 0,02 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02

NO3-N (mg/l) 20 0,47 0,60 0,50 0,47 0,44 0,45 0,57 0,06 0,58 0,70 0,46 0,42 0,47 0,38 0,31

Total Fosfat (mg/l) 1 0,96 0,79 0,64 0,53 0,62 0,98 0,63 0,58 0,48 0,62 0,97 1,07* 0,74 0,62 0,66

Karakteristik Sungai

Kecepatan Arus (m/det) - 0,55 0,51 0,51 0,61 0,81 0,70 0,81 1,11 1,20 1,11 0,35 0,64 0,70 0,71 0,48

Debit Air (m /det)


3
- 1,76 1,14 3,24 1,82 4,64 3,36 2,66 9,07 3,99 6,62 1,12 0,24 2,41 2,28 2,87

Kedalaman (m) - 0,26 0,14 0,42 0,33 0,33 0,36 0,23 0,45 0,33 0,52 0,25 0,06 0,24 0,34 0,35

Lebar Sungai (m) - 12,53 15,50 15,30 9,00 17,33 13,40 15,49 17,13 1,.07 10,57 12,77 6,60 14,33 9,47 17,07

Keterangan *: Tidak memenuhi baku mutu kelas III tentang baku mutu air yang digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertamanan, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut berdasarkan Peraturan Pemerintah
No.82 tahun 2001.

3.3 TSS dan TDS dan pemukiman. Rataan nilai TSS sungai
Rataan nilai padatan tersuspensi total (TSS/ sekitar 10 mg/l (15).
Total Suspended Solid) di Sungai Cihideung Berdasarkan baku mutu (PP No 82 tahun 2001
berkisar antara 0,67 mg/l pada stasiun 4 Kelas III) (13), nilai TSS yang diperbolehkan
sampling 1 dan 32,67 mg/l pada stasiun 4 yaitu 400 mg/l, sehingga nilai TSS di kelima
sampling 3. Nilai rata-rata TSS pada stasiun stasiun pengamatan di Sungai Cihideung,
1 relatif kecil, karena pada lokasi ini jarang masih sangat jauh dibawah kriteria baku mutu.
terdapat pemukiman penduduk dan lahan di
Rataan nilai padatan terlarut (TDS/ Total
sekitar hanya digunakan untuk persawahan,
Dissolved Solid) di Sungai Cihideung berkisar
ladang, dan kegiatan budidaya perikanan.
antara 40,93 mg/l pada stasiun 2 sampling 2
Selain itu, aliran sungainya cukup deras dan 65,53 mg/l pada stasiun 1 sampling 1. Nilai
sehingga dengan cepat dapat membawa TDS memperlihatkan kecenderungan yang
partikel tersuspensi menuju hilir. Secara hampir sama pada setiap stasiun. Tingginya
umum, nilai rataan TSS tertinggi terdapat nilai TDS pada stasiun 1 berkaitan dengan
pada stasiun 5. Hal ini berkaitan dengan pelapukan batuan yang banyak ditemukan
letak lokasi yang berada di daerah yang lebih dan kemungkinan adanya air limpasan yang
hilir dan juga mendapat masukan limbah dari membawa kikisan tanah. Proses pelapukan
aktivitas pertanian, budidaya ikan, bengkel, batuan barangkali berkaitan dengan arus

86
Hefni Effendi, Aloysius Adimas Kristianiarso.... : Karakteristik Kualitas Air Sungai Cihideung ....

sungai yang cukup kencang, sehingga dapat 3.5. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen-
menggerus batuan dan sedimen dasar sungai. DO)
Pada daerah hulu dicirikan dengan aliran Rataan nilai DO di Sungai Cihideung berkisar
arus sungai yang cukup kencang dan banyak antara 8,34 mg/l pada stasiun 4 sampling 1
batuan. dan 10,58 mg/l pada stasiun 3 sampling 3.
Relatif rendahnya nilai TDS pada stasiun Nilai DO pada semua stasiun yang diperoleh
2 sampai 5 berkaitan dengan arus sungai masih cukup baik, bahkan mendekati nilai
mulai melambat. Berdasarkan baku mutu (13), saturasinya. Hal ini sebagai indikasi bahwa
nilai TDS yang diperbolehkan yaitu 1000 proses oksigenasi di sungai ini masih sangat
mg/l, sehingga nilai TDS di kelima stasiun baik.
pengamatan di Sungai Cihideung memenuhi Pada sungai yang tidak tercemar, kadar oksigen
baku mutu (PP No. 82 tahun 2001 Kelas III). terlarut biasanya 80 100 % kadar oksigen
saturasinya (12,16). Tingginya nilai DO ini
3.4 Derajat Keasaman (pH)
berkaitan dengan arus air yang cukup kencang
Rataan nilai pH di Sungai Cihideung berkisar (16)
. Arus yang deras menyebabkan permukaan
antara 5,83 pada stasiun 2 sampling 1 dan
air lebih luas dan kesempatan difusi oksigen
7,36 pada stasiun 1 sampling 3. Nilai pH
dari udara akan lebih banyak. Kelarutan
memperlihatkan kecenderungan yang hampir
oksigen meningkat dengan menurunnya
sama pada tiap stasiunnya. Tingginya nilai
temperatur. Kelarutan oksigen menurun
pH pada stasiun 1 diduga karena keberadaan
dengan menurunnya tekanan atmosfer (12).
oksigen yang cukup tinggi. Oksigen ini
Oksigen di perairan sangat berpengaruh
dihasilkan dari arus yang deras dan difusi
terhadap kehidupan akuatik dan proses
dari udara.
biogeokimia (12,7). Oksigen dibutuhkan oleh
Relatif rendahnya nilai pH pada stasiun 2 organism akuatik untuk respirasinya.
sampling 1 diduga karena adanya aktivitas
Menurut baku mutu (PP No. 82 tahun 2001
MCK selama pengamatan dan terbawa
Kelas III) (13), nilai DO yang diperbolehkan
arus sungai. Sisa aktivitas ini diduga
yaitu 3 mg/l, sehingga nilai sebaran DO di
membawa bahan organik yang nantinya akan
kelima stasiun pengamatan memenuhi kriteria
didekomposisi oleh mikroorganisme akuatik.
baku mutu.
Proses ini mengambil oksigen yang berada di
perairan dan mengeluarkan karbondioksida 3.6. Kebutuhan Oksigen Biokimiawi
yang bersifat asam. Nilai pH pada perairan (Biochemical Oxygen Demand-BOD)
sungai berkisar 6,0 8,5 (16). Rataan nilai BOD di Sungai Cihideung
Berdasarkan baku mutu ((PP No 82 tahun 2001 berkisar antara 0,20 mg/l pada stasiun 1
Kelas III) (13), nilai pH yang diperbolehkan sampling 3 dan 4,12 mg/l pada stasiun 2
yaitu 6-9, sehingga nilai pH di kelima stasiun sampling 2. Rendahnya nilai BOD pada setiap
pengamatan, memenuhi kriteria baku mutu. stasiun pengamatan diduga sebagai implikasi
Namun pada sampling 1 stasiun 5, nilai pH dari baiknya proses dekomposisi bahan
tidak memenuhi kriteria baku mutu. organik yang dioksidasi oleh mikroba. Nilai

87
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

BOD yang relatif tinggi pada stasiun 2 diduga makhluk hidup (18).
karena buangan limbah pemukiman penduduk, Berdasarkan baku mutu (PP No. 82 tahun 2001
limbah pertanian, budidaya, serta buangan
Kelas III)(13), nilai NH3-N yang diperbolehkan
limbah yang terbawa arus dari hulu (16).
yaitu 0,02 mg/l. Nilai NH3-N di kelima stasiun
Untuk perairan yang diduga mengandung pengamatan, pada umumnya tidak memenuhi
limbah domestik maka dilakukan pengukuran baku mutu. Namun pada stasiun 1 sampling
BOD. Sebaliknya untuk perairan yang 1 stasiun 1,2,3,5 dan sampling 3 stasiun 2,3
menerima buangan limbah industri, masih memenuhi baku mutu. Kadar ammonia
pengukuran COD lebih cocok dilakukan (16). bebas yang melebihi 0,2 mg/l bersifat toksik
Pada stasiun 3 sampai stasiun 5 nilai BOD bagi beberapa jenis ikan (11).
menurun. Hal ini berkaitan dengan adanya
3.8. Nitrat-Nitrogen (NO3-N)
kemampuan untuk pemulihan diri sungai atau
Kadar NO3-N rata-rata di Sungai Cihideung
self purification yang cukup tinggi. Hal yang
berkisar antara 0,06 mg/l pada stasiun 2
menunjukkan adanya kemampuan sungai
untuk pulih diri dapat dilihat dari nilai DO sampling 2 dan 0,70 mg/l pada stasiun 5
yang tinggi dan nilai BOD yang rendah. sampling 2. Nilai NO3-N di sungai Cihideung
pada setiap stasiun tidak jauh berbeda dan
Menurut baku mutu (PP No. 82 tahun 2001 relatif rendah. Kadar nitrat lebih dari 5 mg/l
Kelas III)(13), nilai BOD yang diperbolehkan menggambarkan terjadinya pencemaran
adalah 6 mg/l, sehingga BOD di kelima antropogenik yang berasal dari aktivitas
stasiun, memenuhi baku mutu. manusia seperti kegiatan pertanian dan
3.7. Ammonia-Nitrogen (NH3-N) pemukiman (16). Namun nilai NO3-N selama
Rataan nilai NH3-N di Sungai Cihideung tiga kali pengamatan masih cukup baik.
berkisar antara 0,005 mg/l pada stasiun 2 Senyawa nitrogen memegang peranan penting
sampling 1 dan 0,226 mg/l pada stasiun 1 dalam kualitas air, terutama bentuk nitrogen
sampling 2. Tingginya nilai NH 3-N pada yang dapat dimanfaatkan oleh fitoplankton
sampling 2 di semua stasiun diduga disebabkan dan bentuk nitrogen yang berbahaya bagi
proses perombakan bahan organik yang kehidupan aquatik. Nitrogen dari atmosfer
mengandung nitrogen oleh mikroba di (N2) merupakan sumber nitrogen di perairan.
perairan (16). Bahan organik ini berasal dari Akan tetapi tak dapat dimanfaatkan oleh
sisa aktivitas pertanian, budidaya ikan, dan
fitoplankton untuk proses fotosintesis. Dengan
pemukiman yang langsung masuk ke sungai.
bantuan bakteri, nitrogen atmosfer tersebut
Sumber ammonia di perairan adalah hasil dikonversi menjadi ammonia, ammonium,
pemecahan nitrogen organik (protein dan nitrit, dan nitrat. Tingginya kadar senyawa
urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat nitrogen di perairan bukan disebabkan oleh
dalam tanah dan air, berasal dari dekomposisi nitrogen atmosfer, tetapi diakibatkan oleh
bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik limpasan pertanian yang menggunakan
yang telah mati) yang dilakukan oleh mikroba, pupuk dan aktivitas industri yang membuang
berasal dari pupuk, serta berasal dari eksresi limbahnya ke perairan (19.7).

88
Hefni Effendi, Aloysius Adimas Kristianiarso.... : Karakteristik Kualitas Air Sungai Cihideung ....

Berdasarkan baku mutu (13), nilai NO3-N Relatif tingginya nilai total fosfat pada stasiun
yang diperbolehkan yaitu 20 mg/l, sehingga 1 diduga disebabkan oleh air larian dari
nilai NO3-N di kelima stasiun pengamatan, aktivitas pertanian. Pada stasiun 2 tingginya
memenuhi baku mutu. nilai total fosfat kemungkinan berkaitan
dengan banyaknya MCK dan bengkel yang
3.9. Nitrit-Nitrogen (NO2-N) membuang sisa aktivitasnya ke sungai. Fosfor
Kisaran terendah nilai NO2-N (0,01 mg/l) banyak digunakan sebagai pupuk, sabun atau
terdapat pada stasiun 1 dan 2 di ketiga detergen, bahan industri keramik, minyak
pengamatan dan stasiun 3 sampling 3. Kisaran pelumas, produk minuman dan makanan,
tertinggi (0,03 mg/l) terdapat pada stasiun 4 katalis dan sebagainya.
sampling 2. Pada stasiun 1 dan 2 nilai NO2-N Fosfor merupakan elemen minor di perairan,
rendah, hal ini diduga pada stasiun 1 dan karena sebagian besar senyawa fosfor
2 masih terdapat sedikit pemukiman yang anorganik memiliki kelarutan yang rendah.
membuang limbahnya ke sungai. Sumber Kadar fosfor biasanya berkisar 0,01 0,1
nitrit berasal dari limbah industri dan limbah mg/l. Tingginya kadar fosfor di perairan lebih
domestik. disebabkan oleh penggunaan pupuk pada
ekosistem daratan, yang selanjutnya masuk
Perairan alami mengandung nitrit sekitar
ke badan air, dan penggunaan deterjen dalam
0,001 mg/l dan sebaiknya tidak melebihi
pencucian (19).
0,06 mg/l (20). Di perairan, kadar nitrit jarang
melebihi 1 mg/l (21), sehingga dapat dikatakan Berdasarkan baku mutu (13), nilai total fosfat
konsentrasi NO2-N di Sungai Cihideung masih yang diperbolehkan yaitu 1 mg/l, sehingga
nilai total fosfat di kelima stasiun pengamatan
aman untuk kehidupan organisme karena
masih memenuhi kriteria baku mutu, namun
kandungannya tidak lebih dari 0,06 mg/l dan
pada sampling 3 stasiun 2 tidak memenuhi
tidak lebih dari 1 mg/l.
baku mutu.
Baku mutu (13), memperbolehkan kadar NO2-N
3.11. Debit Air
sebesar 0,06 mg/l, sehingga kadar NO2-N di
kelima stasiun pengamatan masih memenuhi Nilai debit air di Sungai Cihideung berkisar
antara 0,24 m3/detik pada stasiun 2 sampling
baku mutu.
3 dan 9,07 m3/detik pada stasiun 3 sampling
3.10. Total Fosfat 2. Debit air pada stasiun 2 lebih kecil
Kadar total fosfat rata-rata di Sungai Cihideung dibandingkan stasiun lainnya. Hal ini karena
berkisar antara 0,48 mg/l pada stasiun 4 sebelum stasiun 2 banyak terdapat saluran air
sampling 2 dan 1,07 mg/l pada stasiun 2 untuk kegiatan budidaya ikan dan persawahan
sampling 3. Tingginya nilai total fosfat pada yang mengambil air dari aliran Sungai
stasiun 1 dan 2 diduga disebabkan akumulasi Cihideung.
limbah yang berasal aktivitas pertanian, Kedalaman sungai sangat dangkal berkisar
kegiatan MCK, sisa minyak pelumas dari 0,23 m hingga 0,45 m. Kecepatan arus berkisar
kegiatan bengkel, dan limbah domestik dari 0,35 1,20 m/detik. Lebar sungai berkisar
pemukiman penduduk. 1,07 17,33 m.

89
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

Debit air pada stasiun 3 lebih tinggi Kelas III). Pada stasiun 2 terdapat 3 parameter
dibandingkan dengan stasiun lainnya. Hal ini (pH, NH3-N, dan total fosfat) yang melebihi
karena pada stasiun 3 banyak terdapat saluran baku mutu.
pembuangan yang berasal dari pertanian Tingginya nilai NH3-N pada tiap stasiun
dan pemukiman. Adanya aktivitas manusia pengamatan diduga berkaitan dengan proses
yang menggunakan lahan di sekitar sungai amonifikasi yang berasal dari dekomposisi
dan curah hujan mempengaruhi debit air. bahan organik oleh mikroba. Bahan organik
Semakin tinggi curah hujan dan masukan air tersebut berasal dari aktivitas pertanian,
dari aktivitas manusia semakin tinggi pula budidaya ikan, bengkel dan pemukiman yang
debit airnya. langsung masuk ke sungai. Tidak terkontrolnya
3.12. Evaluasi Kualitas Air Sungai pemukiman penduduk dan industri di daerah
Cihideung dengan Indeks Storet tangkapan air (catchment area) berkontribusi
Kualitas air Sungai Cihideung termasuk terhadap pencemaran air sungai (3).
dalam kategori tercemar ringan (stasiun 1, 3, Hal ini sejalan dengan hasil penelitian (15,3)
4, 5) karena terlebihinya baku mutu NH3-N. yang memperoleh hasil bahwa kualitas air
Stasiun 2 termasuk klasifikasi perairan sungai dipengaruhi oleh aktivitas pertanian,
tercemar sedang dengan skor -12 karena pH, pemukiman, dan industri di sekitarnya.
NH3-N, dan total fosfat tidak memenuhi baku Karakteristik kualitas air bergantung pada
mutu (Tabel 5). tingkat kontaminasi dan bagaimana mekanisme
Hal ini diduga berkaitan dengan lebih parameter fisik, kimia, dan mikrobiologi air
banyaknya mendapat pengaruh dari lingkungan tersebut mempengaruhi badan air (22).
sekitar berupa aktivitas pertanian, budidaya Air limbah rumah tangga mengandung sekitar
ikan, bengkel, dan pemukiman, sehingga 99% air dan 1 % partikel tersuspensi, bahan
keberadaan bahan organik di perairan relatif organik, dsb). Dalam air limbah tersebut juga
meningkat. terkandung nutrient utama tumbuhan (N, P,
Berdasarkan indeks Storet diketahui bahwa K) (23). Sumber utama fosfor dan nitrogen di
terdapat parameter fisika dan kimia yang perairan adalah limbah cair domestik (23).
berkontribusi terhadap kondisi kualitas air
Nilai pH yang rendah pada stasiun 2 diduga
Sungai Cihideung. Pada stasiun 1, 3, 4, dan 5
karena adanya aktivitas MCK yang terbawa
terdapat parameter kimia yaitu NH3-N yang
arus sungai. Tingginya total fosfat pada
melampaui baku mutu (PP No. 82 tahun 2001

Tabel 5. Klasifikasi perairan setiap stasiun berdasarkan Indeks Storet.

Stasiun Skor Klasifikasi/Status Mutu


1 -8 Kelas B, tercemar ringan
2 -12 Kelas C, tercemar sedang
3 -8 Kelas B, tercemar ringan
4 -10 Kelas B, tercemar ringan
5 -8 Kelas B, tercemar ringan

90
Hefni Effendi, Aloysius Adimas Kristianiarso.... : Karakteristik Kualitas Air Sungai Cihideung ....

stasiun 2 diduga disebabkan akumulasi (3) Mwanuji, F.L. 2000. Assessment of


limbah yang berasal dari aktivitas pertanian, water quality for Pangani river in
Tanzania using QUAL2E windows
kegiatan MCK, sisa minyak pelumas dari
version. 1 st WARFSA/WaterNet
kegiatan bengkel, dan limbah domestik dari Symposium: Sustainable Use of Water
pemukiman penduduk. Resources; Maputo, 1-2 November
2000
IV. KESIMPULAN (4) Sing, R.B. and Chandna, V. 2011.
Kondisi kualitas perairan Sungai Cihideung Spatial analysis of Yamuna River
pada umumnya memenuhi baku mutu air water quality in pre- and post-monsoon
periods. Water Quality: Current
kelas III Peraturan Pemerintah No. 82 tahun
Trends and Expected Climate Change
2001 kecuali NH3-N, total fosfat, dan pH, yang Impacts (Proceedings of symposium
nilainya tidak memenuhi baku mutu. H04 held during IUGG2011 in
Melbourne, Australia, July 2011)
Berdasarkan Indeks Storet, perairan Sungai
(IAHS Publ. 348, 2011) 8-13.
Cihideung termasuk ke dalam kategori
tercemar ringan untuk stasiun 1, 3, 4, 5 (5) APHA (American Public Health
Association). 2005. Standard Methods
dengan skor -8 hingga -10, karena kadar
For the Examination of Water and
NH3-N yang melebihi baku mutu. Kategori Waste water. 21st ed American Public
tercemar sedang untuk stasiun 2 dengan Health Association (APHA). USA
skor -12, karena pH, NH 3 -N dan total Port City Press. Washington DC.
fosfat yang melebihi baku mutu (PP No. 82 (6) Bai, R.V. Bouwmeester, R. and
tahun 2001 Kelas III). MCK dan kebiasaan Mohan, S. 2009. Fuzzy logic Water
membuang sampah ke sungai yang tampak Quality index and importance of
selama dilakukan pengamatan memberikan Water Quality Parameters. Air, Soil
and Water Research 2:5159
konstribusi terhadap kurang bagusnya kualitas
air jika ditinjau dari parameter ammonia, total (7) Gadekar, M.R., Gonte R.N., Paithankar
V.K., Sangale Y.B., and Yeola N.P.
fosfat dan pH.
2012. Review on River Water Quality
Designation. International Journal of
DAFTAR PUSTAKA Emerging Technology and Advanced
(1) Najah, A. Eishafie, A. Karim, O.A. and Engineering 2(9):493-495.
Jaffar, O. 2009. Prediction of Johor (8) Traichaiyaporn, S. and Chitmanat, C.
River Water Quality Parameters Using 2008. Water Quality Monitoring in
Artificial Neural Networks. European Upper Ping River, Thailand. Journal
Journal of Scientific Research Vol. 28 of Agriculture and Social Science
No. 3 (2009), pp. 422-435 0413134
(2) Aisien, F.A., Aisien, E.T. and Shaka, (9) [KepMenLH] Keputusan Menteri
F. 2003. The effects of rubber factory Negara Lingkungan Hidup No 115
effluent on Ikpoba river. Nigeria Tahun 2003 tentang Penentuan Status
Journal of Biomedical Engineering. Mutu Air Dengan Metode Indeks
2(1): 32-35. Pencemaran.

91
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

(10) Barus, I. T. A. 2001. Pengantar (18) Anonymous, 2012. Red River Basin
Limnologi. Direktorat Pembinaan Water Quality Monitoring Volunteer
Penelitian dan Pengabdian Pada Manual. Minnesota, USA.
Masyarakat. Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Jakarta. 164 hal.
(19) Christensen, V.G., Lee, K.E.,
(11) Effendi, H. 2003. Telaah kualitas McLees, J.M. and Niemela, S.L.
air bagi pengelolaan sumberdaya 2011. Relations between Retired
dan lingkungan perairan. Kanisius. Agricultural Land, Water Quality,
Yogyakarta. 258 hal. and Aquatic-Community Health,
(12) Secchi, S., Gassman, P.W., Jha, M., Minnesota River Basin. Journal of
Kurkalova, L. and Kling, C.L. 2011. Environmental Quality 41:1459-1472.
Potential water quality changes due (20) Canadian Council of Resource and
to corn expansion in the Upper Environment Ministers. 1987.
Mississippi River Basin. Ecological Canadian Water Quality. Canadian
Society of America Journal 21(4). Council of Resource and Environment
(13) [PPRI] Peraturan Pemerintah Republik Ministers. Ontario. Canada.
Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 (21) D hakyanaika, K. and Kumara, P.
tentang Pengelolaan Kualitas Air 2011. Effects of pollution in River
dan Pengendalian Pencemaran Air. Krishni on hand pump water quality.
Jakarta. Journal of Engineering Science and
(14) Mason, C.F. 1981. Biology of Technology Review 3(1):14-22.
Freshwater Pollution. Longman. New (22) Pisinaras, V., Petalas, C., Gemitzi,
York. 250 p. A. and Tsihrintzis, V.A. 2007. Water
(15) Niemi, J. and Raateland, A. 2007. quantity and quality monitoring of
River water quality in the Finnish Kosynthos River, North-Eastern
Eurowaternet. Boreal Environmental Greece. Global NEST Journal,
Research, 12:571-584 9(3):259-268.
(16) Vigil, K.M. 2003. Clean water. Second (23) Vhevha, I., Ndamba, J. and Mtetwa,
Edition. Oregon State University S. 2000. Changes in river water
Press. Corvallis. 181 p. quality with increasing distance from
(17) Afiq, W.M., Khalik, W.M., Abdullah, site of wastewater use. 1st WARFSA/
M.P., Amerudin, N.A. and Padli, N. WaterNet Symposium: Sustainable
2013. Physicochemical analysis on Use of Water Resources, Maputo, 1-2
water quality status of Bertam River November 2000.
in Cameron Highlands, Malaysia. J.
Mater. Environ. Sci. 4(4):488-495.

92
R. Kartikawati dan D. Nursyamsi. : Pengaruh Pengairan, Pemupukan, dan Penghambat Nitrifikasi ...

PENGARUH PENGAIRAN, PEMUPUKAN, DAN PENGHAMBAT


NITRIFIKASI TERHADAP EMISI GAS RUMAH KACA DI LAHAN
SAWAH TANAH MINERAL

EFFECT OF IRRIGATION, FERTILIZATION, AND NITRIFICATION


INHIBITORON GREENHOUSE GASES EMISSION AT RICE FIELD OF
MINERAL SOILS

R. Kartikawati dan D. Nursyamsi

(Diterima tanggal 01-04-2013; Disetujui tanggal 01-08-2013)

ABSTRAK
Pengairan dan pemupukan merupakan dua faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi hasil padi serta proses
pembentukan gas rumah kaca (CH4 dan N2O) di lahan sawah tanah mineral. Penelitian yang bertujuan untuk mem-
pelajari pengaruh pengairan, pemupukan, dan penghambat nitrifikasi (NI) terhadap emisi gas rumah kaca di lahan
sawah tanah mineral telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Lingkungan Pertanian, Jakenan pada
MK 2011. Perlakuan menggunakan rancangan petak terbagi dalam rancangan acak kelompok dan ulangan 3 kali.
Petak utama adalah pengelolaan air, yaitu: pengairan terus-menerus (I1) dan pengairan terputus (I2), sedangkan anak
petak adalah pemupukan, yaitu: kontrol (P1), NPK 25% (P2), NPK 50% (P3), NPK 75% (P4), NPK 100% (P5) dan
NPK 100% + NI (P6). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengairan terputus mampu menekan emisi CH4 sebesar
60% sehingga Global Warming Potential (GWP) juga menurun, tidak berpengaruh nyata terhadap hasil gabah, dan
meningkatkan indeks emisi 34%. Pemupukan NPK meningkatkan emisi CH4 181% dan N2O 7%, meningkatkan
hasil gabah 116%, dan indeks emisi 29%. Penggunaan NI menurunkan emisi N2O 21%, tidak berpengaruh nyata
terhadap hasil gabah, dan meningkatkan indeks emisi 29 %. Berdasarkan data tersebut maka pengairan terputus
yang dikombinasikan dengan NPK 100%+NI merupakan teknologi mitigasi terbaik dalam meningkatkan hasil padi
dan menurunkan emisi GRK di lahan sawah tanah mineral.
Kata kunci: emisi gas rumah kaca, lahan sawah, pengairan, pemupukan, tanah mineral

ABSTRACT
Irrigation and fertilization are two very important factors in affecting rice yield and process of forming greenhouse
gases (CH4 and N2O) in rice fields of mineral soil. The research aimed to study effect of irrigation, fertilization,
and nitrification inhibitors (NI) on greenhouse gases emission at the rice fields of mineral soil was held in research
station of Indonesian Agricultural Environmental Research Institute, Jakenan at DS 2011. Treatment used split
plot design in a randomized completely block design and repeated 3 times. The main plot was water management,
namely: continuous irrigation (I1) and intermittent irrigation (I2), while the subplot was fertilization, namely: con-
trol (P1), NPK 25% (P2), NPK 50% (P3), NPK 75% (P4), NPK 100% (P5) and NPK 100% + NI (P6). The results
showed that the intermittent irrigation could reduce CH4 emissions by 60% so global warming potential (GWP) also
declined, did not significantly affect grain yield, and improved emission index by 34%. NPK fertilization increased
CH4 emissions by 181% and N2O by 7%, increased grain yield by 116%, and emission index by 29%. Use of NI
decreased N2O emissions by 21%, did not significantly affect grain yield, and increased emission index by 29%.
Based on the results, the intermittent irrigation combined with NPK 100% + NI was the best mitigation technolo-
gies to improve rice yields and reduce GHG emissions in rice fields of mineral soils.
Key words: greenhouse gas emission, rice field, irrigation, fertilization, mineral soils

1
R. Kartikawati, Balai Penelitian Lingkungan Pertanian, Jl. Raya Jakenan-Jaken Km 05, PO Box 05, Pati 59182, Jateng,
Email : rhe21ap@yahoo.com,
2
D. Nursyamsi, Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. Jl. Kebun Karet, Loktabat Utara, Banjarbaru 70712, Kalsel.
Email: ddnursyamsi@yahoo.com

93
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

PENDAHULUAN
Sektor pertanian mempunyai peran yang Pemupukan dan pengairan adalah dua faktor
sangat besar dalam mengurangi emisi gas yang paling penting dari beberapa faktor
rumah kaca (GRK) karena dapat menyerap gas yang langsung berpengaruh terhadap proses
CO2 dari atmosfer melalui proses fotosintesis. nitrifikasi dan denitrifikasi dalam tanah. Kedua
Namun demikian merurut Kementerian proses tersebut menghasilkan emisi GRK
Lingkungan Hidup (2009), sektor pertanian dalam bentuk N2O dan gas lainnya seperti
memberikan kontribusi GRK nasional sebesar NO dan N2. Namun demikian efek kombinasi
13.6 % tanpa memperhitungkan perubahan dari pemupukan dan pengairan terhadap emisi
tataguna lahan dan hutan (Land Use Change GRK hingga saat ini belum banyak dievaluasi.
and Forestry = LUCF) atau sebesar 6%
Distribusi dan jumlah air yang masuk ke lahan
dengan memperhitungkan LUCF. Selanjutnya
sawah akan berpengaruh langsung terhadap
dalam sektor pertanian, ternyata subsektor
proses denitrifikasi, Martin et al 1 karena hal
padi sawah dan peternakan merupakan
tersebut menentukan kondisi tanah apakah
kontributor utama masing-masing sebesar
dalam keadaan aerob atau anaerob. Kondisi
70% dan 29.9%. Dengan demikian maka
tanah anaerob (tergenang) yang diikuti oleh
mitigasi GRK di lahan sawah seyogyanya
aerob (drainase) dapat menurunkan emisi CH4
menjadi perhatian utama dalam reduksi
tapi meningkatkan emisi N2O. Pengelolaan
emisi GRK dari sektor pertanian. Teknologi
pupuk N (urea dan atau pupuk kandang) yang
penurunan emisi GRK di lahan sawah tidak
baik berperan penting dalam meminimalisir
boleh mengganggu produksi pangan nasional
kehilangan N dalam tanah baik melalui
sehingga teknologi yang dikembangkan
pencucian, penguapan, maupun emisi N2O,
adalah teknologi yang dapat meningkatkan
Snyder et al 2. Sebaliknya pemberian pupuk N
produksi dan menurunkan emisi GRK atau
dalam jumlah berlebihan atau pengelolaanya
setidak-tidaknya produksi tetap dan emisi
tidak tepat, selain merupakan pemborosan,
GRK turun
juga dapat mencemari lingkungan perairan
Penerapan beberapa sistem pengelolaan tanah dengan nitrat dan meningkatkan emisi N2O
dan tanaman yang tepat di lahan sawah, seperti: ke atmosfer.
penggunaan varietas unggul umur genjah,
Tanaman biasanya menyerap N dalam bentuk
pengairan, pemupukan, ameliorasi, dan lain-
kation NH4+ dan atau anion NO3-, dimana
lain selain ditujukan untuk meningkatkan
kedua ion tersebut masing-masing merupakan
produksi padi, juga diharapkan dapat
hasil dari proses amonifikasi dan nitrifikasi,
mengurangi emisi GRK yang dikeluarkan dari
Havlin et al 3. Di dalam tanah, bentuk pertama
lahan pertanian. Tanaman padi mempunyai
lebih stabil dibandingkan bentuk kedua karena
peran yang penting dalam upaya mitigasi
kation tersebut dapat dijerap atau diikat oleh
emisi GRK di lahan sawah karena tanaman
permukaan koloid tanah yang bermuatan
padi menjadi perantara pelepasan gas CH4
negatif. Bentuk kedua, selain mudah
melalui aerenkima.
hilang karena tercuci juga hilang menguap

94
R. Kartikawati dan D. Nursyamsi. : Pengaruh Pengairan, Pemupukan, dan Penghambat Nitrifikasi ...

ke atmosfer melalui proses denitrifikasi nitrifikasi terhadap emisi gas rumah kaca di
menghasilkan gas N2O, NO, dan N2. lahan sawah tanah mineral.
Proses nitrifikasi yang menghasilkan nitrat METODOLOGI
dan berlangsung secara alamiah sebenarnya Percobaan lapang dilaksanakan di Kebun
diperlukan oleh tanaman. Namun demikian Percobaan Balai Penelitian Lingkungan
bila proses tersebut berlangsung lebih cepat Pertanian, Jakenan pada MK 2011. Percobaan
daripada serapan nitrat oleh tanaman maka menggunakan rancangan petak terbagi dalam
nitrat tersebut akan hilang dari zone perakaran rancangan acak kelompok dan ulangan 3
dan mencemari lingkungan perairan. Selain itu kali. Petak utama adalah sistem pengairan
nitrat juga akan mengalami denitrifikasi dan yang terdiri dari pengairan terus-menerus
menghasilkan gas N2O yang dilepaskan ke (I1) dan pengairan terputus (I2), sedangkan
udara. Akibat proses tersebut maka efisiensi anak petak adalah pemberian pupuk NPK
pupuk N di lahan sawah masih rendah, yaitu dengan dosis berdasarkan hasil uji tanah,
sekitar 20-30%, Fageria4. yaitu 250 kg/ha urea, 100 kg/ha SP36 dan
Untuk meningkatkan efisiensi pupuk N dan 100 kg/ha KCl (100% NPK). Pada perlakuan
mengurangi emisi N2O ke atmosfer dapat I1, tinggi muka air dipertahankan sekitar 5
dilakukan melalui pengurangan jumlah N cm di atas permukaan tanah dari 0-80 Hari
yang hilang baik karena pencucian nitrat Setelah Tanam (HST), sedangkan perlakuan
maupun emisi N2O. Atau dengan kata lain I2, petak percobaan diairi setinggi 5 cm,
perlu mempertahankan nitrogen dalam dibiarkan hingga macak-macak, lalu dairi
bentuk NH4+ dengan menggunakan bahan lagi setelah dibiarkan seminggu lagi setelah
penghambat nitrifikasi (nitrification inhibitor) macak-macak atau saat permukaan air sekitar
agar proses nitrifikasi dan denitrifikasi dapat 10 cm di bawah permukaan tanah. Demikian
ditekan. Selain dapat mempertahankan N seterusnya diulang hingga tanaman berumur
dalam bentuk NH4+, penghambat nitrifikasi 80 HST. Anak petak terdiri dari 6 perlakuan,
juga diduga dapat menurunkan emisi gas N2O yaitu: P1 = kontrol, P2 = NPK 25%, P3 =
dan CH4 dari tanah sawah. NPK 50%, P4 = NPK 75%, P5 = NPK 100%
dan P6 = NPK 100% + NI (nitrification
Bertitik tolak dari pemikiran di atas, penelitian
inhibitor). Dosis NI ditentukan berdasarkan
ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh
hasil penelitian Susilawati et al (5) , yaitu 30
pengairan, pemupukan, dan penghambat
ppm atau 120 kg/ha NI dari gulma babadotan.

Gambar 1. Perlakuan pengairan terus-menerus (A) dan terputus (B)

95
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

Bibit padi varietas Inpari 13 (umur 21 hari) segera dibawa ke laboratorium GRK untuk
ditanam pada petak percobaan berukuran 6 pengukuran emisinya.
m x 5 m dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Emisi GRK (CO 2, CH 4 dan N 2O) diukur
Pengairan dilakukan seperti perlakuan yang secara manual dengan metode kromatografi
telah ditentukan. Aplikasi pemupukan sesuai gas (gas chromatography) dengan mengukur
perlakuan dilakukan sehari sebelum tanam konsentrasi gas dalam syringe. Konsentrasi
(transplanting) dengan cara menyebar pupuk gas CH4 diukur dengan menggunakan GC
di setiap petak percobaan hingga merata lalu Shimadzu 8A yang dilengkapi detektor FID
pupuk dibenamkan ke dalam tanah. Pupuk (Flame Ionisation Detector). Sementara itu
urea dan KCl diberikan 3 kali, masing-masing konsentrasi gas CO2 dan N2O diukur dengan
1/3 bagian pada saat sebelum tanam, 1/3 menggunakan GC Shimadzu 14A yang
bagian saat tanaman berumur 30 HST, dan dilengkapi detektor ECD (electron capture
sisanya saat tanaman berumur 45 HST. Pupuk detector) dan TCD (thermal conductivity
lainnya dan NI diberikan seluruhnya pada detector). Selanjutnya emisi gas-gas tersebut
saat sebelum tanam. Selanjutnya tanaman dihitung dengan menggunakan rumus:
dipelihara, disiangi, dan disemprot pestisida
bila diperlukan. Tanaman dipanen saat matang
fisiologis atau tanaman berumur 85 HST.
Pengamatan dan pengukuran dilakukan
dimana:
seminggu sekali terhadap flux CO2, CH4, dan E : Emisi gas CH4/CO2/N2O (mg/m2/hari)
dc/dt : Perbedaan konsentrasi CH4/CO2/N2O
N2O. Demikian pula Eh dan pH tanah setiap per waktu (ppm/menit)
petak percobaan diukur seminggu sekali Vch : Volume boks (m3)
Ach : Luas boks (m2)
bersamaan dengan pengamatan gas rumah mW : Berat molekul CH4/CO2/N2O (g)
mV : Volume molekul CH4/CO2/N2O (22,41 l)
kaca. Selanjutnya berat gabah kering panen T : Temperatur rata-rata selama pengambilan
setiap petak percobaan diamati saat tanaman contoh gas (oC)

berumur 85 HST.
Pengambilan sampel GRK dilakukan dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
metode close chamber technique yang
diadopsi dari IAEA6. Pengambilan contoh gas Fluks CH4
CH4 menggunakan sungkup berukuran 50 cm Fluks CH4 dan potensial redoks pada perlakuan
50 cm 103 cm, sedangkan contoh gas CO2 pengairan terus menerus dan pengairan terputus
dan N2O menggunakan sungkup berukuran masing-masing disajikan pada Gambar 2a dan
40 cm 20 cm 20 cm. Interval waktu yang 2b. Pengairan terus-menerus menghasilkan
digunakan dalam pengambilan contoh gas fluks CH4 yang lebih tinggi dibandingkan
adalah 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24 menit untuk dengan pengairan terputus. Nilai fluks dari
gas CH4 dan CO2 serta 5, 10, 15, 20 menit pengairan terus-menerus hampir mencapai
untuk gas N2O. Contoh gas dari sungkup 350 mg/m2/hari, sedangkan rata-rata fluks pada
diambil dengan menggunakan syringe volume pengairan terputus di bawah 200 mg/m2/hari.
10 ml. Selanjutnya contoh GRK dalam syringe Pada perlakuan pengairan terus menerus, fluks

96
R. Kartikawati dan D. Nursyamsi. : Pengaruh Pengairan, Pemupukan, dan Penghambat Nitrifikasi ...

CH4 memberikan tendensi meningkat seiring cepat. Hal sebaliknya terjadi pada kondisi
dengan lamanya waktu penggenangan. Semua kering (aerob), di mana bila ketersediaan
perlakuan pemupukan memberikan fluks oksigen berlimpah, maka aktivitas bakteri
CH4 yang lebih tinggi dibandingkan kontrol. metanogen terhambat sehingga proses
Pada perlakuan pengairan terputus, fluks CH4 pembentukan gas CH 4 juga terbatas. Hal
meningkat hingga tanaman berumur 7 HST dan inilah yang menyebabkan fluks CH4 pada
menurun hingga tanaman berumur 64 HST. perlakuan pengairan terus menerus lebih tinggi
Selanjutnya fluks CH4 pada semua perlakuan dibandingkan pengairan terputus.
pemupukan lebih tinggi dibandingkan kontrol. Emisi GRK terutama CH4 dan N2O berkaitan
Potensial redoks di awal pengamatan erat dengan kondisi reduksi-oksidasi tanah
umumnya bernilai positip (85-160 mV) baik dimana kondisi ini tercipta karena adanya
pada perlakuan pengairan terus-menerus periode tergenang dan kering. Menurut
maupun pada pengairan terputus. Seiring Sandin8, pengairan berselang (intermittent
dengan bertambahnya waktu penggenangan, irigation) merupakan salah satu cara yang
potensial redoks pada pengairan terus-menerus tepat untuk menurunkan emisi CH4. Hasil
memberikan tendensi menurun (meskipun penelitian yang telah dilakukan di lahan sawah
berfluktuasi) dan sejak umur tanaman 8 hingga di Hanoi, Vietnam menunjukkan bahwa emisi
64 HST, potensial redoks bernilai negatif. CH4 tertinggi dihasilkan dari lahan sawah yang
Demikian pula pada pengairan terputus, diairi setinggi 5 cm dan emisi terendah berasal
potensial redoks menurun dan sejak umur dari perlakuan irigasi berselang.
tanaman 8 29 HST potensial redoks bernilai Gambar 3 menunjukkan bahwa rata-rata
negatif. Namun demikian setelah itu potensial fluks CH4 pada perlakuan pengairan terus-
redoks meningkat dan mencapai puncaknya menerus (tergenang) jauh lebih tinggi
saat tanaman berumur 36 HST (224 380 dibandingkan perlakuan pengairan terputus.
mV), lalu menurun lagi dan bernilai negatif Pemupukan NPK meningkatkan rata-rata
lagi hingga umur tanaman 64 HST. fluks CH4, sedangkan penggunaan NI tidak
Perlakuan pengairan sangat berpengaruh berpengaruh nyata terhadap rata-rata fluks
terhadap produksi CH 4 karena pengairan CH4. Pemberian pupuk dapat meningkatkan
berpengaruh langsung terhadap potensial aktivitas metabolisme tanaman sehingga
redok tanah. Kondisi tergenang (anaerob) produksi CH4 juga meningkat. Penelitian Chu
sangat ideal bagi aktivitas dan perkembangan et al. (9) menunjukkan bahwa pemupukan N
bakteri pembentuk CH 4 (metanogenic di tanah Andisol yang disawahkan di Jepang
microbe). Menurut Minamikawa dan Sakai7, nyata meningkatkan emisi CH4. Demikian
pada kondisi tanah reduktif dengan potensial pula penelitiannya lainnya di lahan sawah
redoks -150 sampai -200 mV, gas CH4 akan di daerah tropika menunjukkan bahwa
terbentuk maksimal. Pada kisaran potensial pemberian pupuk urea dan kompos jerami
redoks tersebut bakteri pembentuk CH 4 padi nyata meningkatkan emisi CH4, yaitu
aktif melakukan metabolismenya sehingga fluks CH4 meningkat masing-masing sebesar
pembentukan gas CH 4 juga berlangsung 75 dan 66%, Bhattacharyya et al10.

97
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

kontrol Eh kontrol terus+25%


Eh terus+25% terus+50% Eh terus+50%
terus+75% Eh terus+75% terus+100%
Fluks CH 4 (mg/m 2/hari)

400 Eh terus+100% terus+100%+ni Eh terus+100%+ni

300
200
100
0
-100 1 8 15 22 29 36 43 50 57 64
-200
-300
Eh (mV)

-400
-500
Hari Setelah Tanam

kontrol Eh kontrol putus+25%


Eh putus+25% putus+50% Eh putus+50%
putus+75% Eh putus+75% putus+100%
Eh putus+100% putus+100%+ni Eh putus+100%+ni
Fluks CH 4 (mg/m2/hari)

400

200

0
1 8 15 22 29 36 43 50 57 64

-200
Eh (mV)

-400
Hari Setelah Tanam

Gambar 2. Fluks CH4 dan potensial redoks pada perlakuan pengairan terus menerus (a) dan
pengairan terputus (b)

250

200
Fluks CH 4 (mg/m2/hari)

150

100

50

0
Tergenang Terputus kontrol 25% 50% 75% 100% 100 % + NI

Perlakuan

Gambar 3. Rata-rata fluks CH4 pada perlakuan pengairan dan pemupukan

98
R. Kartikawati dan D. Nursyamsi. : Pengaruh Pengairan, Pemupukan, dan Penghambat Nitrifikasi ...

Fluks CO2 masing disajikan pada Gambar 4a dan


Gas CO2 merupakan salah satu gas rumah 4b. Gambar tersebut menunjukkan bahwa
kaca yang dihasilkan dari lahan pertanian. fluks CO2 pada kedua perlakuan pengairan
Aktivitas pertanian seperti pengolahan tanah menunjukkan pola yang hampir sama, dimana
dan pemupukan merupakan sumber pelepasan pada awal pengukuran, fluks CO2 tinggi, yaitu
CO2. Meskipun sebagai sumber CO2, lahan sekitar 4500 mg/m2/hari. Selanjutnya seiring
pertanian juga dapat berfungsi sebagai dengan bertambahnya waktu pertumbuhan
penyerap CO2 melalui aktivitas fotosintesis tanaman, fluks CO2 menurun, berfluktusi, dan
oleh tanaman. relatif mendatar hingga akhir pengamatan.
Perlakuan pemupukan dan pemberian NI tidak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh
memperlihatkan tren yang jelas terhadap rata-
pemupukan pada perlakuan pengairan terus-
rata fluks CO2 (Gambar 5).
menerus dan pengairan terputus masing-

kontrol terus-25%npk terus-50%npk


terus-75%npk terus-100%npk terus-100%npk +NI

5000
Fluks CO2 (mg/m 2 /hari)

4000

3000

2000

1000

0
1 8 15 22 29 36 43 50 57 64

Hari Setelah Tanam (HST)

kontrol putus-25%npk putus-50%npk


putus-75%npk putus-100%npk putus-100%npk +NI

5000
Fluks CO2 (mg/m 2 /hari)

4000

3000

2000

1000

0
1 8 15 22 29 36 43 50 57 64

Hari Setelah Tanam (HST)

Gambar 4. Fluks CO2 pada perlakuan pengairan terus-menerus (a) dan pengairan terputus (b)

99
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

2500
Rata-rata fluks CO2 (mg/m2/hari)

2000

1500

1000

500

0
Tergenang Terputus kontrol 25% 50% 75% 100% 100 % + NI

Perlakuan

Gambar 5. Rata-rata fluks CO2 pada perlakuan pengairan, pemupukan, dan penggunaan NI

Pada awal pengukuran (1 HST) tanaman pemupukan N secara umum meningkatkan


masih muda sehingga kemampuannya untuk total emisi CO2 pada tanaman barley. Hal ini
menyerap CO2 rendah, akibatnya fluks CO2 disebabkan karena meningkatnya respirasi
tinggi. Tanaman mampu menangkap dan akar akibat meningkatnya pertumbuhan
menyimpan CO2 serta mengubahnya menjadi tanaman karena pemupukan N. Penelitian
bentuk C organik. Tanaman mengkonsumsi lainnya yang dilaksanakan oleh Serrano-Silva
CO 2 dalam jumlah yang banyak melalui et al (12) di laboratorium juga menunjukkan
proses fotosintesis untuk membuat makanan, bahwa penambahan urea secara signifikan
serat dan bahan bakar, Synder et al2. Variasi meningkatkan emisi CO2. Penambahan urea
fluks CO2 dipengaruhi oleh suhu tanah dan juga dapat memicu meningkatkan emisi CO2
fase pertumbuhan tanaman padi. Fluks akibat aktivitas mikroba tanah meningkat.
CO 2 maksimum terjadi pada saat fase Selain itu, hidrolisis urea juga menghasilkan
keluarnya malai dan fase pembungaan. CO 2 . Penelitian ini menunjukan bahwa
Fluks mulai meningkat setelah tanam pindah pengaruh pemupukan terhadap emisi CO2
hingga memasuki fase keluarnya malai tidak konsisten (Gambar 5). Konsentrasi
dan pembungaan dan kemudian menurun CO2 yang terukur sesungguhnya merupakan
hingga fase pemasakan. Hal ini karena laju keseimbangan antara emisi CO2 dari respirasi
fotosintesis pada masa pemasakan tersebut dan absorpsi CO2 oleh daun. Pemupukan
turun, Iqbal et al11 . dapat meningkatkan respirasi tanaman, tapi
Pengaruh pemupukan terhadap fluks CO2 pada saat yang sama juga meningkatkan
bervariasi tergantung kondisi lingkungan. fotosintesis. Bila emisi meningkat itu berarti
Penelitian Chu et al (9), menunjukkan bahwa proses respirasi lebih cepat daripada proses
fotosintesis dan sebaliknya.

100
R. Kartikawati dan D. Nursyamsi. : Pengaruh Pengairan, Pemupukan, dan Penghambat Nitrifikasi ...

FLUKS N2O dilakukan berulang-ulang sampai satu minggu


Pengairan terputus menghasilkan fluks N2O menjelang panen, air dikeringkan. Kondisi
(1492 g/m2/hari) lebih tinggi sekitar 9% basah (tergenang) dan kering secara bergantian
dibandingkan pengairan terus-menerus sangat memungkinkan untuk terbentuknya
(1374 g/m2/hari). Pola pemberian air pada N2O. Menurut Zheng-Qin et al13, kondisi
pengairan terputus adalah digenangi di awal tergenang merupakan kondisi yang sesuai
tanam, dibiarkan hingga macak-macak, lalu untuk pembentukan CH4 (source) dan sebagai
dibiarkan lagi selama seminggu. Pola ini rosot (sink) bagi gas N2O.

kontrol
8000 terus-50%npk
terus-100%npk
terus-100%npk + NI
Fluks N2O (ug/m2/hari)

6000

4000

2000

0
2 5 9 16 23 26 30 44 47 51 58 65
Hari Setelah Tanam

kontrol

8000 putus-50%npk
putus-100%npk
putus-100%npk + NI
Fluks N2O (ug/m2/hari)

6000

4000

2000

0
2 5 9 16 23 26 30 44 47 51 58 65
Hari Setelah Tanam

Gambar 6. Fluks N2O pada perlakuan pengairan dan pemupukan

101
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

2500
Rata-rata Fluks N2O (ug/m2/hari)

2000

1500

1000

500

0
Tergenang Terputus Kontrol 50% NPK 100% NPK 100% NPK
+ NI

Perlakuan

Gambar 7. Rata-rata fluks N2O pada perlakuan pengairan dan pemupukan

Menurut Wang et al14 juga menyatakan bahwa dua kali lipat pada penggunaan pemupukan
kondisi tanah dengan pengairan tergenang- dengan dosis tinggi dbandingkan pempukan
kering secara bergantian akan menciptakan dosis rendah. Selanjutnya emisi N2O per
kondisi lingkungan yang sesuai bagi bakteri hasil panen pada perlakuan dosis pupuk tinggi
nitrifikasi dan denitrifikasi untuk meningkat- lebh tinggi 76-89% dibandingkan dosis pupuk
kan metabolismenya sehingga membentuk rendah.
N2O. Huang et al. (15) menyatakan bahwa Rata-rata fluks N2O terlihat menurun akibat
pada kondisi pengairan terputus penambahan penambahan NI, nilainya sebesar 1338 g/
air yang kedua dan ketiga menghasilkan emisi m2/hari atau turun sekitar 18% dibandingkan
N2O yang tinggi. Hal ini disebabkan karena perlakuan NPK 100% (Gambar 7). Penelitian
siklus aerobik-anaerobik memicu nitrifikasi Wihardjaka (17) juga menunjukkan bahwa
amonia dan denitrifikasi nitrat yang meng- pemberian bahan penghambat nitrifikasi
hasilkan emisi N2O. nyata menghasilkan emisi N2O lebih rendah
Gambar 7 menunjukkan bahwa pengaruh dibandingkan tanpa pemberian bahan
pemupukan NPK terhadap rata-rata fluks N2O tersebut. Bahan penghambat nitrifikasi dapat
bervariasi, namun pemberian NPK 100% menurunkan populasi bakteri denitrifikasi.
ternyata menghasilkan rata-rata fluks N2O Pada kondisi anaerob proses denitrifikasi
tertinggi, yaitu sebesar 1629 g/m2/hari atau berlangsung dan bila diikuti oleh kondisi
24 % lebih tinggi dibandingkan kontrol. Fu et aerob maka akan terjadi pembentukan serta
al (16) melaporkan bahwa faktor yang sangat pelepasan gas N 2O dari tanah. Penelitian
dominan dalam pelepasan emisi N2O adalah lainnya yang dilaksanakan oleh Suter (18) pada
pemupukan. Rata-rata fluks N2O meningkat tanah bertekstur berat menunjukkan bahwa

102
R. Kartikawati dan D. Nursyamsi. : Pengaruh Pengairan, Pemupukan, dan Penghambat Nitrifikasi ...

penggunaan nitrifikasi inhibitor kimiawi NPK 100% dapat meningkatkan emisi N2O
seperti 3,4-dimethylpyrazole phosphate dari 1,20 menjadi 1,58 kg/ha/musim atau
(DMPP) dapat mengurangi emisi N2O > 93%. meningkat sekitar 24%, tetapi emisinya
menurun lagi menjadi 1,30 kg/ha/musim
INDEKS EMISI akibat penambahan NI atau turun sekitar
Total emisi, potensi pemanasan global 18% (Tabel 1). Penelitian Majundar (21)
(GWP), hasil padi, dan indeks emisi masing- juga menunjukkan bahwa pemberian urea
masing perlakuan ditunjukkan pada Tabel menghasilkan emisi N2O lebih tinggi daripada
1. Nilai GWP dari gas CH4, CO2, dan N2O kontrol ataupun perlakuan NI (Dicyandiamide
masing-masing 23, 1, dan 298 CO2-eq. Total = DCD dan Karanjin). Dicyandiamide
emisi CH4 pada pengairan terus-menerus (139 merupakan bahan sintetik yang banyak
kg/ha/musim) jauh lebih tinggi dibandingkan digunakan sebagai NI sedangkan Karanjin
perlakuan pengairan terputus (55 kg/ha/ adalah furanoflavonoid yang diperoleh dari
musim) atau turun sekitar 60% sehingga benih Karanja (Pongamia glabra Vent.).
GWP-nya juga lebih tinggi. Hal ini sejalan Penggunaan urea (100 mg/kg tanah) + karanjin
dengan penelitian Khosa et al (19) yang 25% mampu menurunkan emisi N2O sebesar
melaporkan bahwa emisi CH4 pada pengairan 86% dibandingkan dengan penggunaan urea
terus-menerus signifikan lebih tinggi daripada saja. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh
sistem pengairan yang lainnya. Penggunaan Sanz-Cobena (22) juga menunjukkan bahwa
sistem pengairan lain selain pengairan penggunaan NI dari n-butyl thiophosphoric
terus-menerus seperti pengairan terputus triamide (NBPT) dan kombinasinya dengan
mampu menekan total fluks CH4 musiman DCD pada pertanaman jagung ternyata
sebesar 37 70%. Penggunaan pengairan mampu mengurangi emisi N2O berturut-turut
terus-menerus yang kemudian diselingi sebesar 54 dan 24 %.
dengan pengeringan mampu mengurangi Selain dapat menurunkan emisi N2O, NI juga
fluks CH4 musiman sekitar 50%. Peneitian mampu menurunkan emisi CH4. Percobaan
lainnya yang dilaksanakan oleh Itoh et al laboratorium yang dilakukan oleh Mohanty et
(20) juga menunjukkan bahwa penerapan al (23) dan menggunakan herbisida butaklor
periode pengeringan di lahan sawah mampu (N-butoxymethyl-2-chloro-20,60-diethyl
menekan emisi CH4 dan net GWP (CH4 dan acetanilide) sebagai NI pada tanah Aluvial
N2O) masing-masing sampai 69.5 % dan 72 dapat menekan produksi CH 4 karena NI
% serta mampu mempertahankan hasil panen tersebut dapat menahan menurunnya potensial
96.2 % dibandingkan dengan cara pengairan redoks. Penggunaan butaklor 100 g g-1 tanah
terus-menerus. mampu menekan produksi CH4 sebesar 98 %
Pemberian pupuk NPK sampai dengan 100% dibandingkan dengan kontrol.
meningkatkan emisi CH4 dari 43 menjadi 125 Hasil gabah dari pengairan terus-menerus
kg/ha/musim atau meningkat sekitar 181%, tidak berbeda nyata dengan pengairan
tetapi pemberian NI relatif tidak berpengaruh terputus. Hasil gabah meningkat seiring
terhadap emisi CH4. Demikian pula pemberian dengan meningkatnya dosis pupuk NPK. Hasil

103
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

Tabel 1. Total emisi GRK, Global Warming Potensial (GWP), hasil gabah, dan indeks emisi pada
perlakuan pengairan dan pemupukan

Total Emisi GWP


Perlakuan Indeks Emisi
Hasil gabah
(kg CO2-eq/ha/ (t gabah/ kg
CH4 CO2 N 2O (t/ha)
musim) CO2-eq)
----kg/ha/musim----
Faktor Pengairan
Terus-menerus 139 a 1619 a 1,33 a 5628 3,94 a 0,70
Terputus 55 b 1606 a 1,45 a 3472 3,67 a 1,06
Faktor Pemupukan
Kontrol 43 b 1684 a 1,20 ab 3164 2,23 e 0,71
NPK 25% 67 b 1512 a - - 3,01 d -
NPK 50% 88 ab 1932 a 1,21 ab 4585 3,65 c 0,80
NPK 75% 130 a 1366 a - - 4,38 b -
NPK 100% 125 a 1647 a 1,58 a 5371 4,81 a 0,89
NPK 100% + NI 129 a 1536 a 1,30 a 5268 4,75 a 0,90

gabah tertinggi dihasilkan pada pemberian indeks emisi dari 0,71 menjadi 0,89 atau
100% pupuk NPK, yaitu 4,81 t/ha atau meningkat sekitar 24%. Selanjutnya diantara
meningkat sekitar 116%. Namun hasil ini perlakuan pemupukan ternyata NPK 100%+NI
tidak berbeda nyata dengan pemberian menghasilkan indeks emisi tertinggi, yaitu
100% NPK + NI, yaitu 4,75 t/ha (Tabel 1). 0,90 jauh lebih tinggi dibandingkan kontrol
Dong et al (24) melaporkan bahwa sistem yang hanya 0,71 atau meningkat sekitar 28
pengairan terputus mendorong mineralisasi % (Tabel 1). Berdasarkan data tersebut maka
N dan nitrifikasi potensial pada permukaan pengairan terputus yang dikombinasikan
tanah tapi tidak berpengaruh pada serapan dengan NPK 100%+NI merupakan teknologi
N tanaman sehingga biomas atau pun hasil mitigasi terbaik dalam meningkatkan hasil
panen tidak meningkat. Sementara itu pupuk padi dan menurunkan emisi GRK di lahan
NPK merupakan sumber hara N, P, dan K yang sawah.
diperlukan tanaman untuk pertumbuhan dan
perkembangannya sehingga pemberian pupuk KESIMPULAN
NPK dapat meningkatkan hasil padi. 1. Pengairan terputus mampu menekan
Pengairan terputus menghasilkan indeks emisi CH4 sebesar 60% sehingga GWP
emisi yang lebih tinggi (1,06) sekitar 34% juga menurun, tidak berpengaruh nyata
dibandingkan pengairan terus-menerus terhadap hasil gabah, dan meningkatkan
(0,70). Ini berarti bahwa pada pengairan indeks emisi 34%.
terputus, setiap 1,06 t gabah menghasilkan 1 2. Pemupukan NPK meningkatkan emisi
kg CO2-eq sedangkan pada pengairan terus- CH4 181% dan N2O 24 %, meningkat-
menerus setiap 0,70 t gabah menghasilkan 1 kan hasil gabah 116%, dan indeks emisi
kg CO2-eq. Pemupukan NPK meningkatkan 29%. Penggunaan NI menurunkan emisi

104
R. Kartikawati dan D. Nursyamsi. : Pengaruh Pengairan, Pemupukan, dan Penghambat Nitrifikasi ...

N2O 18%, tidak berpengaruh nyata ter- (4). Fageria, N.K. 2009. The Use of
hadap hasil gabah, dan meningkatkan Nutrients in Crop Plants. CRC Press,
Taylor & Francis Group, Boca Raton.
indeks emisi 28 %.
Pp 430.
3. Berdasarkan data tersebut maka pen-
gairan terputus yang dikombinasikan (5). Susilawati, H.L., R. Kartikawati, P.
Setyanto, M. Ariani dan M. Teddy
dengan NPK 100%+NI merupakan
Sutriadi. 2010. Neraca karbon dan
teknologi mitigasi terbaik dalam men- teknologi reduksi gas rumah kaca
ingkatkan hasil padi dan menurunkan > 20 % pada pengelolaan tanaman
emisi GRK di lahan sawah. pangan di lahan gambut mendukung
mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
UCAPAN TERIMA KASIH Laporan Akhir Tahun 2010. Balai
Penelitian Lingkungan Pertanian,
Ucapan terima kasih penulis sampaikan Badan Litbang Pertanian.
kepada Dr. A. Wihardjaka, Ali Pramono,
(6). IAEA (International Atomic
SP., M.Si, Helena Lina Susilawati, S.Si, Energy Agency). 1993. Manual on
Titi Sopiawati, SP, Anggri Hervani, SP, Eni measurement of methane and nitrous
Yulianingsih, SP, MP, Sri Wahyuni, Yarpani, oxide emission from agricutural.
Jumari, Suyoto dan Santo atas kerja sama dan Vienna. IAEA.
sarannya dalam penelitian ini. (7). Minamikawa, K and Naoki Sakai.
2005. The effect of water management
based on soil redox potential on
5. DAFTAR PUSTAKA methane emission from two kinds
(1). Martin, L. S., Meijide, A., Garcia- of paddy soils in Japan. Agriculture,
Torres, L., Vallejo. Combination of Ecosystem and Environment 107 :
drip irrigation and organic fertilizer 397-407.
for mitigating emissions of nitrogen (8). Sandin, Sara. 2005. Present and future
oxides in semiarid climate. Agriculture, methane emissions from rice fields
Ecosystem and Environment. 2010. in Dong NgaC Commune, Hanoi,
137:99-107 Vietnam. Departement of Physical
(2). Snyder, C.S., Bruulsema, T.W., Jen- Geography, Gteborg.
sen, T.L., Fixen, P.E., 2009. Review (9). Chu H., Yasukazu Hosen and Kazuyuki
of Greenhouse gas Emissions from Yagi. 2007. NO, N2O, CH4 and
crop production system and fertilizer CO2 fluxes in winter barley field of
management effects. Agriculture, Japanese Andisol as affected by N
Ecosystem and Environment 133: fertilizer management. Soil Biology
247-266 & Biochemistry 39 : 330339
(3). Havlin, J.L., J.D. Beaton, S.L. Tisdale, (10).Bhattacharyya, P., K.S. Roy, S.
W.L. Nelson. 1999. Soil Fertility Neogi, T.K. Ahya, K.S. Rao and M.C.
and Fertilizers. An Introduction to Manna. 2012. Effects of rice straw and
Nutrient Management. 6th Ed. Prentice nitrogen fertilization on greenhouse
Hall, Upper Saddle River, New Jersey. gas emissions and carbon storage
Pp. 497. in tropical flooded soil planted with
rice. Soil and Tillage Research. 124
: 119-130.

105
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

(11). Iqbal, Javed., Ronggui Hu, Shan (18). Suter, Helen. Deli Chen, Huilin Li,
Lin, Ryusuke Hatano, Minglei Robert Edis and Charlie Walker.
Feng, Lan Lu, Bocar Ahamadou and 2010. Reducing N 2 O emissions
Lijun Du. 2009. CO2 emission in a from nitrogen fertilisers with the
subtropical red paddy soil (ultisol) nitrification inhibitor DMPP. 19 th
as affected by straw and N-fertilizer World congress of soil science, soil
application. A case study in Southern solutions for a changing world. 1-6
China. Agriculture, Ecosytem and August 2010. Brisbane, Australia.
Environment 131 : 292-302.
(19). Khosa, M.K., B.S Sidu and D.K
(12).Serrano-Silva, N., Marco Luna-Guido, Benbi. 2011. Methane emission from
Fabin Fernndez-Luqueo, Rodolfo rice fields in relation to management
Marsch and Luc Dendooven. 2011. of irrigation water. J. Environ. Biol.
Emission og greenhouse gases from 32 : 169-172.
an agricultural soil amended with
urea : A laboratory study. Applied Soil (20). Itoh, Masayuki., Shigeto Sudo,
Ecology. 47 : 92-97. Shizuka Mori, Hiroshi Saito, Takahiro
Yoshida, Yutaka Shiratori, Shinobu
(13).Zheng-Qin, Xiong., Xing Guang-Xi
Suga, Nanako Yoshikawa, Yasufumi
and Zhu Zhao-Liang. 2007. Nitrous
Suzue, Hiroyuki Mizukami, Toshiyuki
oxide and methane emissions as
affected by water, soil and nitrogen. Mochida and Kazuyuki Yagi. 2011.
Mitigation of methane emissions from
(14).Wang, J.Y., J.X. Jia., Z.Q. Xiong., paddy fields by prolonging midseason
M.A.K. Khalil and G.X. Xing. 2011. drainage. Agriculture, Ecosystems
Water regime-nitrogen fertilizer- and Environment 141 : 359 372.
straw incorporation interaction : Field
study on nitrous oxide emissions (21). Majundar, D. 2002. Suppression of
from a rice agroecosytem in Nanjing, nitrificationand N 2O emission by
China. Agriculture, Ecosystems and karanjin a nitrification inhibitor
Environment. 141 : 437-446. prepared from karanja (Pongamia
glabra Vent). Chemosphere 47: 845-
(15). Huang, S., hari K. Pant and Jun Lu.
850.
2007. Effect of water regimes on
nitrous oxide emission from soils. (22). Sanz-Cobena, Alberto., Laura
Ecological Engineering (31) : 9-15. Snchez-Martn, Lourdes Garca-
(16). Fu, Roland., Bernhard Ruth, Rolf Torres and Antonio Vallejo. 2012.
Schilling, Hagen Scherb and Jean Gaseous emissions of N2O and NO
Charles Munch. 2011. Pulse emission and NO3-leaching from urea applied
of N2O and CO2 from an arable field with urease and nitrification inhibitor
depending on fertilization and tillage to maize (Zea mays) crop. Agriculture,
practice. Agriculture, Ecosytems and Ecosystems and Environment. 149 :
Environment. 144 : 61-68. 64-73.
(17). Wihardjaka, A. 2010. Emisi gas (23). Mohanty, S.R., D.R. Nayak. Y.J. Babu
dinitrogen oksida dari tanah sawah and T.K. Adhya. 2004. Butachlor
tadah hujan yang diberi jerami padi inhibits production and oxidation of
dan bahan penghambat nitrifikasi. methane in tropical rice soils under
Jurnal Biologi Indonesia Nomor 6 (2) flooded condition. Microbiological
: 211-224. Research 159: 193201.

106
R. Kartikawati dan D. Nursyamsi. : Pengaruh Pengairan, Pemupukan, dan Penghambat Nitrifikasi ...

(24). Dong, Nguyen Minh., Kristian K.


Brandt, Jan Srensen, Ngo Ngoc
Hung, Chu Van Hach, Pham Sy Tan
and Tage Dalsgaard. 2012. Effects of
altering wetting and drying versus
continous flooding on fertilizer
nitrogen fate in rice fields in the
Mekong Delta, Vietnam. Soil Biology
and Biochemistry. 47 : 166-174.

107
Ecolab Vol. 7 No. 2 Juli 2013 : 49 - 108

UCAPAN TERIMA KASIH

Dewan Redaksi mengucapkan terima kasih kepada:


1. Prof. Dr. RTM Sutamihardja
2. Dr. Ir. Ning Purnomohadi, MS.
3. Ir. Isa Karmisa Ardiputera
4. Dr. Yanni Sudiyani
Sebagai Mitra Bestari atas kesediaannya melakukan review pada Jurnal Ecolab Volume 7
Nomor 2, Juli 2013.

Juli 2013

Dewan Redaksi
Ecolab Jurnal Kualitas Lingkungan Hidup

108

Anda mungkin juga menyukai