Anda di halaman 1dari 10

Tugas Metodologi Penilitian

Identifikasi Jurnal

Dosen Pengampu
Dr. Aris Santjaka, S.KM., M.Kes

Arie Fadhli Hassani


P1337433219001
3C Sanitasi Lingkungan

PROGRAM STUDI SANITASI LINGKUNGAN


PROGRAM SARJANA TERAPAN
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2021
© 2013, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP
JURNAL ILMU LINGKUNGAN
Volume 11, Issue 1: 16-22 (2013) ISSN 1829-8907

PENGARUH EMISI UDARA PADA SENTRA PENGOLAHAN BATU


KAPUR TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PEKERJA DAN
MASYARAKAT DI DESA KARAS KECAMATAN SEDAN
KABUPATEN REMBANG
Siti Rachmawati (1) , M. Masykuri (1,2), Sunarto (1,3)
(!) Program Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNS
E-mail : rachmauns@gmail.com

ABSTRAK

Pengolahan batu kapur di Kabupaten Rembang mempunyai dampak positif yaitu


terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Di pihak lain timbul dampak negatif
terhadap kesehatan masyarakat dan pekerja karena emisi gas buang yang dihasilkan pada
proses pengolahan dan kualitas lingkungan menurun yang ditandai adanya pencemaran
udara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas udara pada sentra pengolahan
batu kapur dan pengaruh emisi udara pada pengolahan batu kapur terhadap kapasitas vital
paru pekerja dan masyarakat.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian diskriptif analitik. Penelitian dilakukan pada
pengolahan batu kapur Desa Karas, Kecamatan Sedan, Kabupaten Rembang. Pengambilan
sampel udara ambien difokuskan pada 3 zona yang dibagi menjadi 6 titik pada pengolahan
batu kapur. Uji kualitas udara ambien diuji di Laboratorium Pusat MIPA Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Teknik sampling responden menggunakan teknik purposive sampling
sehingga sampel yang menjadi objek penelitian berjumlah 73 orang laki-laki. Teknik
pengolahan dan analisis data untuk mengetahui pengaruh emisi udara terhadap kapasitas
vital paru dilakukan dengan uji statistik Chi Square Test, Kruskall Wallis dan Odds Ratio.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas udara pada sentra pengolahan batu
kapur berdasarkan PP No 41 Tahun 1999 adalah melebihi baku mutu untuk gas CO dan debu.
Gas NO2 dan SO2 masih dinyatakan di bawah baku mutu. Terdapat pengaruh antara emisi
udara terhadap kapasitas vital paru pada pekerja dan masyarakat untuk parameter debu
(Odds Ratio p= 0,033 dan OR= 1,584) dan gas CO (Odds Ratio p = 0,000 dan OR = 2,558),
sedangkan NO2 dan SO2 tidak mempengaruhi kapasitas vital paru.

Kata kunci : Emisi Udara, Batu Kapur, Kapasitas Vital Paru

PENDAHULUAN masyarakat dan lingkungannya. Dampak


Pembangunan merupakan kegiatan positifnya yaitu terbuka lapangan pekerjaan
untuk mengelola dan memanfaatkan bagi masyarakat dan dampak negatifnya
sumberdaya guna meningkatkan mutu terhadap kesehatan karena emisi gas buang
kehidupan rakyat. Pembangunan yang yang dihasilkan pada proses pengolahan batu
berwawasan lingkungan telah diterima sebagai kapur tersebut. Yulaekah (2007), menyatakan
suatu prinsip Pembangunan Nasional dengan bahwa 60 pekerja di industri batu kapur di
berbagai peraturan pelaksanaannya. Dalam Desa Mrisi Kecamatan Tanggungharjo
rangka mewujudkan pembangunan yang Kabupaten Grobogan diperoleh hasil lebih dari
berkelanjutan di Kabupaten Rembang 50% pekerja mengalami gangguan fungsi paru
diperlukan perencanaan yang terpadu, dengan kategori obstruksi ringan, sedang dan
melibatkan semua dinas yang terkait dalam berat, sedangkan menurut Subijanto (2008)
pengelolaan lingkungan hidup dan sumberdaya menyatakan bahwa jarak tempat tinggal
alam. Salah satu sumberdaya alam yang ada di penduduk dengan sumber paparan debu
Kabupaten Rembang memerlu pengelolaan gamping merupakan factor risiko bagi kejadian
yang terpadu adalah batu kapur. Pengolahan obstruktif dan restriktif paru.
batu kapur di Kabupaten Rembang mempunyai Salah satu sentra industri batu kapur
dampak yang positif dan negatif kepada di Kabupaten Rembang terletak di Desa Karas
Kecamatan Sedan. Berdasarkan pengamatan

16
© 2013, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP
Jurnal Ilmu Lingkungan , Vol 11(1) : 16-22, 2013, ISSN : 1829-8907

terhadap pekerja, hampir seluruh pekerja tidak gejala pernapasan daripada siswa sekolah di
menggunakan Alat Pelindung Diri seperti pedesaan hal ini dikarenakan sebagian besar
masker, sarung tangan, sepatu boot dan sekolah-sekolah di kota metro India terletak di
kacamata. Selain itu, masyarakat mengeluh pinggir jalan lalu lintas.
sering mengalami sesak nafas, dan batuk-batuk. Sugiarti (2009) menyatakan bahwa
Pembakaran batu kapur yang sering disebut pengaruh gas pencemar udara terhadap
jobong terletak di tengah pemukiman kesehatan manusia dapat berakibat langsung
penduduk, pada saat produksi debu sangat maupun tidak langsung seperti merusak
tebal disertai asap hitam yang mengepul. Bahan susunan hemoglobin darah, penyakit ispa,
bakar yang digunakan adalah ban bekas dan iritasi tenggorokan, penyakit pneumokinosis,
kayu. Pengolahan batu kapur di Desa Karas kardiovaskuler dan kanker.
merupakan industri informal yang dikelola oleh Penelitian ini bertujuan untuk
masyarakat dengan teknologi yang masih mengetahui kualitas udara pada pengolahan
sederhana, tanpa banyak tersentuh oleh batu dan pengaruh emisi udara pada
peraturan perundangan. pengolahan batu kapur terhadap kapasitas
Udara tidak pernah bersih tetapi selalu vital paru pekerja dan masyarakat di Desa
mengandung partikel-partikel asing yang jika Karas Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang.
konsentrasinya terlalu tinggi dapat
menyebabkan kualitas udara berkurang atau METODE PENELITIAN
tidak berfungsi sesuai peruntukannya. Hal ini Jenis penelitian ini merupakan penelitian
tercantum dalam Keputusan Menteri Negara diskriptif analitik. Penelitian dilakukan pada
Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. bulan Oktober 2012 dan bertempat pada
02/ MENKLH/ 1988, yang menyatakan bahwa pengolahan batu kapur di Desa Karas,
pencemaran udara, adalah masuk atau Kecamatan Sedan, Kabupaten Rembang. Emisi
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi udara diuji di Laboratorium Pusat MIPA
dan /atau komponen lain ke dalam udara Universitas Sebelas Maret Surakarta.
dan /atau berubahnya tatanan (komposisi) Populasi penelitian ini adalah pekerja
udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, pengolahan batu kapur dan masyarakat yang
sehingga kualitas udara menjadi kurang atau berada di sentra pengolahan batu kapur
tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan (dengan jarak 15-500 meter dari tobong
peruntukannya. Berdasarkan asal dan pembakaran) di Desa Karas, Kecamatan Sedan,
kelanjutan perkembangannya di udara, Kabupaten Rembang.
pencemar udara dibedakan menjadi 2 yaitu Pengambilan sampel dengan teknik
pencemar udara primer dan pencemar udara purposive sampling. Purposive sampling adalah
sekunder (Kristanto, 2001). teknik penentuan sampel dengan
Pencemaran udara dapat mengakibatkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2002).
peradangan paru dan jika hal ini berlangsung Dengan kata lain, sampel penelitian ini
terus-menerus dapat mengakibatkan ditentukan oleh peneliti menurut
penurunan kapasitas vital paru, yang akhirnya pertimbangan kriteria tertentu yang telah
dapat meningkatkan kelainan faal paru ditetapkan sebelumnya. Untuk mendapatkan
obstruktif. Bahan pencemar udara yang dapat sampel yang eligible atau yang memenuhi
menyebabkan kelainan pada saluran syarat penelitian maka diterapkan kriteria
pernapasan jika bahan pencemar tersebut inklusi dan eksklusi.
dihirup dari udara ambien antara lain adalah Pengumpulan data dalam penelitian ini
gas SO2, O3, NO2 dan partikel debu. Gas yang diperoleh dari 2 (dua) sumber data yaitu data
paling berbahaya bagi paru-paru adalah SO 2 primer, data yang didapat langsung dari
dan NO2. Kalau unsur ini dihisap, maka lapangan dengan menggunakan kuesioner
berbagai keluhan di paru-paru akan timbul melalui wawancara serta pengukuran terhadap
dengan nama CNSRD ( chronic non spesific responden dan data sekunder diperoleh
respiratory disease) seperti asma dan melalui dokumen-dokumen yang ada di Balai
bronkhitis (Aditama, 1992). Desa Karas dan Puskesmas Kecamatan Sedan.
Chattopadhyay BP et al., (2005) Tahap pengolahan data yang pertama yaitu
menyatakan bahwa siswa sekolah di kota editing, dimaksudkan untuk melakukan
metro Kolkata India telah mengalami berbagai pengecekan kelengkapan data, kesinambungan
data dan keseragaman data, yang kedua koding,

17
© 2013, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP
April 2013 RACHMAWATI, S., MASYKURI.M, SUNARTO ; PENGARUH EMISI UDARA

dilakukan setelah editing, langkah selanjutnya ternyata semua konsentrasinya berada di


adalah melakukan pengkodean data untuk bawah NAB. Semua titik menunjukkan bahwa
memudahkan pengolahannya. Ketiga adalah data SO2 masih di bawah baku mutu hal ini
dimasukkan, data yang telah dilakukan koding dikarenakan dalam pembakaran batu kapur
dimasukkan ke dalam Variabel Sheet SPSS, menghasilkan gas SO 2 dalam jumlah yang
sedangkan yang terakhir adalah tabulasi. Tabulasi sedikit.
merupakan langkah untuk mengelompokkan data Hasil pengukuran NO 2 di 6 titik
ke dalam suatu data tertentu menurut sifat-sifat pengolahan batu kapur Desa Karas Kecamatan
yang dimiliki. Sedan Kabupaten Rembang diperoleh hasil
Analisis data dilakukan dengan bahwa rata-rata konsentrasi NO 2 sebesar 31,64
menggunakan Software Program SPSS. Hasil μg/Nm 3. Konsentrasi minimum sebesar 12,41
penelitian kemudian dianalisis secara μg/Nm 3 (di titik 6 yaitu zona masyarakat
deskriptif. Nilai signifikansi dipergunakan sekitar) dan konsentrasi maksimum 68,86
sebagai dasar hitungan bagi setiap uji statistik μg/Nm 3 (di titik 2 yaitu tobong 2). Dari data
pada masing-masing variabel terikat, yaitu hasil pengukuran terlihat bahwa semua titik di
emisi udara terhadap kapasitas vital paru serta pengolahan batu kapur dan sekitar pengolahan
pengaruhvariabel pengganggu seperti riwayat konsentrasinya masih di bawah baku mutu
penyakit, riwayat pekerjaan, jenis kelamin, yang ditetapkan pada PP No 41 Tahun 1999
umur, masa kerja, kebiasaan olahraga, status yaitu 400 μg/Nm 3. Gas NO2 sama dengan SO 2
gizi, kebiasaan olahraga dan lama paparan bahwa dalam pembakaran batu kapur
terhadap kapasitas vital paru pekerja industri dihasilkan dalam jumlah yang sedikit. Hal ini
batu kapur. Uji statistik regresi logistik sesuai dengan penelitian yang dilakukan
dipergunakan untuk mengetahui hubungan Yulaekah bahwa kadar gas SO 2 dan NO2 di
antara variabel bebas terhadap variabel terikat industri batu kapur Desa Mrisi Kecamatan
dengan langkah-langkah sebagai berikut yaitu Tanggungharjo Kabupaten Grobogan masih di
analisis univariat, bivariat dan multivariate. bawah baku mutu.
Pengukuran debu dari 6 titik di
HASIL DAN PEMBAHASAN pengolahan batu kapur Desa Karas Kec Sedan
Desa Karas merupakan salah satu dari 21 Kabupaten Rembang diperoleh hasil rata-rata
desa yang ada di Kecamatan Sedan, Kabupaten 400,5 μg/Nm 3 dengan konsentrasi minimum
Rembang. Desa Karas terletak di sebelah timur sebesar 144,0 μg/Nm 3 (di titik 6 yaitu zona
dari ibukota Kabupaten dan berjarak ± 30 Km masyarakat sekitar) dan konsentrasi
dari ibukota Kabupaten.Pengambilan sampel maksimum sebesar 692,4 μg/Nm3 (di titik 2
dibagi 4 zona yang dijadikan 6 titik, hal ini yaitu tobong 2). Standar Baku Mutu untuk debu
dikarenakan mempertimbangkan beberapa hal udara ambien menurut PP No 41 Tahun 1999
yaitu letak tobong gamping tidak terpusat satu yaitu 230 μg/Nm 3, dari hasil pengukuran di 6
tempat melainkan menyebar dan arah angin titik pengolahan batu kapur dan sekitarnya
yang berubah-ubah. Hasil pengukuran emisi ternyata hanya 1 yang konsentrasinya di
udara di pengolahan batu kapur Desa Karas bawah baku mutu yaitu di masyarakat sekitar
Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang yang pengolahan batu kapur yang jaraknya dari
dilakukan pada 4 zona dan dibagi menjadi 6 pengolahan lebih dari 100 meter. Sedangkan 5
titik, terlihat pada tabel 1. titik lainnya di atas baku mutu hal ini
Rata-rata konsentrasi SO 2 hasil dikarenakan terdapat sifat dinamis lingkungan
pengukuran di 6 titik pengolahan batu kapur yang mempengaruhi konsentrasi polutan
Desa Karas Kecamatan Sedan Kabupaten misalnya yaitu mobilitas, cuaca, kecepatan arah
Rembang sebesar 1,782 μg/Nm 3. Konsentrasi angin, suhu dan kelembaban dan lalu lintas
minimun sebesar 0,067 μg/Nm 3 (di titik 6 yaitu misalnya truk pengangkut batu kapur ke
zona 4 masyarakat sekitar) dan konsentrasi tobong.
maksimum 6,115 μg/Nm 3 (di titik 2 yaitu Konsentrasi rata-rata hasil pengukuran CO
tobong 2). Dengan demikian rata-rata dari 6 titik di pengolahan batu kapur Desa Karas
konsentrasi SO 2 pada 6 titik berada di bawah Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang adalah
baku mutu yang ditetapkan pada PP No 41 39940 μg/Nm 3. Konsentrasi minimum adalah 0
Tahun 1999 yaitu 900 μg/Nm 3. Melihat hasil μg/Nm 3 dan konsentrasi maksimum sebesar
pengukuran konsentrasi SO 2 dari 6 titik 133680 μg/Nm 3. Standar baku yang

18
© 2013, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP
Jurnal Ilmu Lingkungan , Vol 11(1) : 16-22, 2013, ISSN : 1829-8907

ditetapkan pada PP No 41 Tahun 1999 yaitu sedangkan 3 titik lainnya melebihi baku mutu
30.000 μg/Nm 3. Dari 6 titik terdapat 3 titik yang ditentukan
yang konsentrasinya di bawah baku mutu
Tabel 1. Hasil Pengukuran Emisi Udara di Pengolahan Batu Kapur Desa Karas
Titik 3
Titik 1 Titik 2 Titik 4 Titik 5 Titik 6
(ambien Baku
No Parameter Satuan (emisi (emisi (emisi (ambien (udara
zona 1 dan Mutu
zona 1) zona 2) zona 3) zona 3) ambien)
2)
Data Kimia
1 SO2 μg/ Nm3 2,257 6,115 1,491 0,383 0,380 0,067 632*)
2 NO2 μg/ Nm3 36,59 68,86 23,35 33,73 15,18 12,41 316
3 TSP (Debu) μg/ Nm 3 501,3 692,4 311,5 378,4 375,2 144,0 230***)
30.000
4 CO μg/ Nm3 31380 69120 5220 133680 240 0 μg/ Nm3
****)
5 Kebisingan dB A 51,79 51,69 52,85 56,38 53,01 48,78 70**)
Data Fisik
1 Suhu ambien 0C 35,5 40,5 37,5 35,5 33 30 -
2 Kelembapan % 37,5 36 41 33 59 70 -

3 Tekanan
mmHg 738 737 735 735 735 737 -
barometer
4 Cuaca - Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah -

5 Kecepatan
Km/ jam 1,3 – 6,8 3,3 – 7,3 1,6 – 6,3 6,3 – 15,1 1,2 – 14,1 1,4 – 11,7 -
Angin
6 Angin Dari - Timur Utara Timur Utara Timur Utara -

Keterangan:
*) Baku mutu ambien berdasarkan Kep. Gub Jateng No 8 Tahun 2001 tentang Baku Mutu Udara Ambien di
Propinsi Jawa Tengah
Baku Mutu Kebauan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 50 Tahun 1996 tentang Baku
Mutu Tingkat Kebauan
**) Baku Mutu Kebisingan: berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 48 Tahun 1996 Lampiran
I tentang Baku Tingkat Kebisingan untuk Kawasan Industri (untuk pengambilan dilakukan 1 jam).
***)Baku Mutu Parameter Pb dan TSP untuk pengambilan 24 jam pengambilan. Untuk hasil analisis dilakukan
pengambilan selama 1 jam.
****) Lampiran Peraturan Pemerintah No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Baku Mutu Udara
Ambien Nasional

Tabel 2. Rata-rata konsentrasi emisi udara pada 6 titik pengolahan batu kapur Desa Karas
Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang

Variabel Rata-rata Minimum Maksimum Baku Mutu


SO2 (μg/ Nm3) 1,782 0,067 6,115 900
NO2 (μg/ Nm3) 31,64 12,41 68,86 400
Debu
400,5 144,0 692,4 230
(μg/ Nm3)
CO (μg/ Nm 3 ) 39940 0 133680 30.000
Kebisingan 52,42 48,78 56,38 70
(db A)

19
© 2013, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP
April 2013 RACHMAWATI, S., MASYKURI.M, SUNARTO ; PENGARUH EMISI UDARA

Beberapa titik menunjukkan Wawancara dengan responden


data yang tidak teratur ada yang dilaksanakan bertujuan untuk
tinggi dan rendah hal ini dikarenakan memperoleh data tentang nama,
terdapat sifat dinamis lingkungan umur, jenis kelamin, masa kerja, lama
yang mempengaruhi konsentrasi paparan per hari, riwayat penyakit,
polutan misalnya yaitu kecepatan tinggi badan, berat badan, data-data
arah angin, suhu, kelembaban tersebut secara teoritis diperkirakan
mobilitas, cuaca dan lalu lintas. Proses mempunyai pengaruh atau kontribusi
pembakaran pada pengolahan batu terhadap terjadinya penurunan
kapur menggunakan bahan bakar dari kapasitas vital paru akibat tingginya
ban bekas, di mana dalam konsentrasi bahan pencemar di udara.
pembakaran ban bekas menghasilkan Populasi target pada penelitian ini
gas CO. sebanyak 91 orang dan masyarakat
Rata-rata konsentrasi 204 orang. Berdasarkan kriteria yang
kebisingan hasil pengukuran di 6 titik telah ditetapkan maka hanya
pengolahan batu kapur Desa Karas responden yang memenuhi syarat
Kecamatan Sedan Kabupaten saja yang dianalisa. Responden yang
Rembang sebesar 52,42 dbA. memenuhi kriteria sebanyak 73 orang
Konsentrasi minimun sebesar 48,78 yang terdiri dari 33 pekerja dan 40
db A (di titik 6 yaitu zona masyarakat masyarakat sekitar. Lama paparan
sekitar) dan konsentrasi maksimum pekerja dalam bekerja rata-rata
56,38 dbA (di titik 4 yaitu tobong 3). semua sama yaitu bekerja 12 jam
Dengan demikian rata-rata dalam sehari dan berjenis kelamin
konsentrasi kebisingan pada 6 titik laki-laki.
berada di bawah baku mutu yang Mengingat bahwa penelitian ini
ditetapkan pada berdasarkan hanya membedakan ada penurunan
Keputusan Menteri Negara kapasitas vital paru dan tidak ada
Lingkungan Hidup No 48 Tahun penurunan kapasitas vital paru, maka
1996 tentang Baku Tingkat tingkatan obstruktif, restriktif dan
Kebisingan yaitu 70 dbA. Hasil kombinasi dikelompokkan menjadi
pengukuran konsentrasi kebisingan ada penurunan kapasitas vital paru.
dari 6 titik ternyata semua Dengan demikian hasil pengukuran
konsentrasinya berada di bawah NAB kapasitas vital paru pekerja dan
hal ini dikarenakan dalam pengolahan masyarakat sentra pengolahan batu
batu kapur tidak menggunakan kapur Desa Karas Kecamatan Sedan
mesin-mesin yang menghasilkan Kabupaten Rembang dapat dilihat
suara bising. sebagai berikut:

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan


Kapasitas Vital Paru Pekerja
Sumber: hasil pengukuran pada tanggal 16 Oktober 2012

Kapasitas Vital P aru Pada P ekerja Frekuensi Persentase


ada penurunan kapasitas vital paru 24 73
tidak ada penurunan kapasitas vital paru 9 27
Jumlah 33 100

Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa dari 33 responden yang bekerja di


pengolahan batu kapur Desa Karas Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang terdapat 24
responden (73%) mengalami penurunan kapasitas vital paru dan sebanyak 9 responden
(27%) dengan tidak mengalami penurunan kapasitas vital paru.

20
© 2013, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP
April 2013 RACHMAWATI,
Jurnal Ilmu Lingkungan S., MASYKURI.M,
, Vol 11(1) SUNARTO
: 16-22, 2013, ISSN ; PENGARUH EMISI UDARA
: 1829-8907

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan


Kapasitas Vital Paru Masyarakat .
Fungsi paru pada masyarakat Frekuensi Persentase
ada penurunan kapasitas vital paru 9 22
tidak ada penurunan kapasitas vital paru 31 78
Jumlah 40 100
Sumber: hasil pengukuran pada tanggal 16 Oktober 2012

Kapasitas Vital Paru pada dengan kadar debu di bawah NAB 230
masyarakat sekitar pengolahan batu μg/Nm 3. Aditya (2007) menyatakan
kapur Desa Karas Kecamatan Sedan bahwa pekerja mengalami keluhan
Kabupaten Rembang berdasarkan tabel subyektif pada saluran pernafasannya
4, menunjukkan bahwa dari 40 akibat paparan debu di tempat kerjanya.
responden terdapat 9 responden (22%) Hasil analisis variabel Gas CO
yang mengalami penurunan kapasitas menunjukkan nilai p = 0,000 dengan
vital paru dan sebanyak 31 responden nilai OR = 2,558 (1,100 – 2,283). Hal ini
(78%) yang tidak mengalami penurunan menunjukan bahwa pekerja dan
kapasitas vital paru. masyarakat yang terpapar dengan debu
Penelitian ini sesuai dengan di atas NAB 30.000 μg/Nm 3 mempunyai
penelitian yang dilakukan oleh Bwalya D risiko terjadi penurunan kapasitas vital
et al., (2011) pada sebuah pabrik batu paru sebesar 2 kali lebih tinggi dari
kapur di Zambia menyatakan bahwa masyarakat dengan kadar debu di
terdapat pengaruh antara pekerja batu bawah NAB 30.000 μg/Nm 3.
kapur dengan kesehatan pernafasannya. Penelitian ini mengacu pada asas
Hasil menunjukkan bahwa paparan lingkungan ke 4, hal ini dikarenakan
debu kapur berpengaruh pada dalam penggunaan batu kapur sebagai
peningkatan gejala gangguan bahan baku dalam sentra pengolahan
pernafasan. batu kapur yang secara berlebihan akan
Variabel bebas yang terdapat tidak menguntungkan lagi. Misalnya
pengaruh dengan variabel terikat yaitu dalam pengolahan batu kapur yang
kadar debu dan gas CO secara bersama- berlebihan dapat menyebabkan
sama dimasukan ke dalam perhitungan menurunnya kualitas lingkungan dan
uji Odds Ratio untuk mengetahui terganggunya kesehatan manusia yang
seberapa besar variabel bebas dalam merupakan dampak dari kegiatan
mempengaruhi variabel terikat. Kedua pengolahan tersebut. Dimana batu
variabel bebas tersebut dengan hasil p kapur merupakan sumber energi di
value <0,05 yang berarti mempunyai alam yang berasal dari rumah/ cangkang
hubungan yang signifikan terhadap siput dan kerang-kerangan
variabel terikat yaitu kapasitas vital
paru. KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil analisis variabel kadar debu Kesimpulan dari penelitian adalah
menunjukkan nilai p = 0,033 dengan kualitas udara pada sentra pengolahan
nilai OR = 1,584 (1,100- 2,283). Hal ini batu kapur di Desa Karas Kecamatan
menunjukkan bahwa pekerja dan Sedan Kabupaten Rembang adalah
masyarakat yang terpapar dengan debu
melebihi baku mutu untuk parameter
di atas NAB gas CO dan debu, sedangkan untuk gas
230 μg/Nm 3 mempunyai risiko terjadi
NO2 dan SO2 di bawah baku mutu dan
penurunan kapasitas vital paru sebesar
terdapat pengaruh antara emisi udara
1 kali lebih tinggi dari masyarakat
terhadap kapasitas vital paru pada

21
© 2013, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP
April 2013 RACHMAWATI, S., MASYKURI.M, SUNARTO ; PENGARUH EMISI UDARA

pekerja dan masyarakat sentra Health Care, University of Bergen,


pengolahan batu kapur di Desa Karas Bergen, Norway . Archives of
untuk parameter debu dan gas CO, Environmental & Occupational
sedangkan NO 2 dan SO2 tidak Health. Vol. 66, No. 1, 47-50.
mempengaruhi kapasitas vital paru. Chattopadhyay BP, Roychowdhury A,
Saran yang direkomendasikan Alam J, Kundu S. 2005.
adalah melakukan pemeriksaan Respiratory Health Status of the
kesehatan secara berkala pada pekerja Roadside School Children at
terutama kapasitas vital paru, pemilik Kolkata. J Environ Sci Eng. Vol 47
tobong sebaiknya menyediakan alat No 3: P 202-11.
pelindung diri dan melaksanakan Keputusan Menteri Negara
pengawasan terhadap kedisiplinan Kependudukan Dan Lingkungan
pemakaian, hendaknya bagi Pemerintah Hidup Nomor: KEP-
dalam hal ini Departemen Tenaga Kerja 02/ MENKLH/ I /1988. Pedoman
dan Badan Lingkungan Hidup ikut Penetapan Baku Mutu
berperan serta dalam melakukan Lingkungan.
pengawasan dengan mengadakan Kristanto, P. 2001. Ekologi Industri.
kunjungan rutin terhadap industri Yogyakarta: ANDI.
pengolahan batu kapur untuk Peraturan Pemerintah Republik
mengetahui nilai ambang batas Indonesia. 1999. Pengendalian
pencemaran dan melakukan pembinaan Pencemaran Udara . PP Nomor 41
untuk mengurangi tingkat pencemaran, Tahun 1999.
perlu dilakukan penelitian yang sama Sugiarti. 2009. Gas Pencemar Udara Dan
pada musim hujan, karena penelitian ini Pengaruhnya Bagi Kesehatan
dilakukan pada musim kemarau dan Manusia. Jurnal Chemical Vol. 10
sebaiknya dalam pembuatan tobong Nomor 1, 50-58.
berjarak lebih dari 100 meter dari Sugiyono. 2002. Statistika untuk
pemukiman penduduk. Melakukan Penelitian. Bandung: Alfabeta.
penelitian yang sama pada musim hujan, Subijanto A.A. 2008. Area Industri
karena penelitian ini dilakukan pada Gamping Sebagai Faktor Risiko
musim kemarau dan pemeriksaan kadar Gangguan Fungsi Paru. Berita
CO dalam darah. Sebaiknya tinggi Kedokteran Masyarakat. Vol. 24,
tungku pengolahan batu kapur No 2, Juni, Hal 86-89.
ditambah 2 – 2,5 kali dari tinggi Yulaekah, S. 2007. Paparan Debu
bangunan sekitarnya atau pemukiman Terhirup Dan Gangguan Fungsi
penduduk Paru Pada Pekerja Industri Batu
Kapur (Studi Di Desa Mrisi
REFERENSI Kecamatan Tanggungharjo
Aditya S.A., dan Denny A. 2007. Kabupaten Grobogan). [Tesis].
Identifikasi Kadar Debu Di Semarang: Program
Lingkungan Kerja Dan Keluhan Pascasarjana UNDIP.
Subyektif Pernafasan Tenaga
Kerja Bagian Finish Mill. Jurnal
Kesehatan Lingkungan, Vol 162
L.3, NO.2,161 – 172.
Aditama, T.Y. 1992. Polusi Udara Dan
Kesehatan . ARCAN.
Bwalya D, Bråtveit M, Moen BE. 2011.
Chronic Respiratory Symptoms
Among Workers At A Limestone
Factory In Zambia. Department
for Public Health and Primary

22
23
© 2013, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP
-Variabel Independen (mempengaruhi) : Emisi Udara
Variabel Dependen (dipengaruhi) : Kapasitas Vital Paru
Variabel Pengganggu : Riwayat penyakit, riwayat pekerjaan, jenis kelamin,
umur, masa kerja, kebiasaan merokok, status gizi,
kebiasaan olahraga dan lamanya paparan

- Membuat kerangka konsep


Hubungan antara variabel

Tingkat Emisi Udara Terhirup oleh pekerja Dampak Terhadap


SO2, NO2, CO dan Debu dan masyarakat Kapasitas Vital Paru

riwayat penyakit, riwayat


pekerjaan, jenis kelamin,
umur, masa kerja, kebiasaan
olahraga, status gizi, kebiasaan
merokok dan lama paparan

- Definisi Oprasional
a. SO2
Kadar gas beracun sulfur dioksida yang terbentuk dari hasil pembakaran batu kapur yang diukur
menggunakan alat spektofotometer.
b. NO2
Kadar gas beracun nitrogen dioksida yang terdapat di lingkungan pekerja pembakaran batu kapur
yang diukur menggunakan alat spektofotometer.
c. CO
Kadar gas beracun karbon dioksida yang terdapat di lingkungan pekerja pembakaran batu kapur
yang diukur menggunakan alat CO meter.
d. Debu
Kadar partikel padat yang berukuran sangat kecil yang terdapat di tobong pembakaran kapur
yang diukur menggunakan High Volume Air Sampler (HVAS)
e. Kapasitas Vital Paru
Udara maksimum yang masuk dan keluar paru pekerja, data yang dapat dipengaruhi oleh emisi
udara dilingkungan sentra batu kapur yang diukur menggunakan Spirometer Autospiro
f. Riwayat Penyakit
Perjalanan waktu sakit pekerja pembakaran batu kapur, data yang diperoleh dengan cara
wawancara dengan pekerja dan masyarakat
g. Riwayat Pekerjaan
Perjalanan waktu bekerja pekerja pembakaran batu kapur, data yang diperoleh dengan cara
wawancara dengan pekerja
h. Jenis Kelamin
Jumlah laki-laki dan perempuan dari pekerja dan masyarakat yang bekerja dan tinggal di
kawasan industry pembakaran batu kapur, data yang didapat dari hasil wawancara dengan
pekerja dan masyarakat
i. Umur
Perhitungan waktu yang dihitung dari tahun kelahiran sampai hari pada tahun saat dilakukan
penelitian, data yang diperoleh dengan cara wawancara dengan pekerja dan masyarakat.
j. Masa Kerja
Lamanya pekerja bekerja di industry batu kapur dihitung sejak mulai bekerja sampai saat
wawancara dilakukan. Data yang diperoleh dengan cara wawancara
k. Kebiasaan Olahraga
Rutinitas kegiatan fisik teratur yang dapat meningkatkan kesehatan paru-paru pekerja
l. Kebiasaan Merokok
Rutinitas aktifitas yang dilakukan seseorang dalam menghirup rokok yang mengandung
komponen gas dan partikel yang dapat merusak kesehatan.
m. Status Gizi
Nilai dari hasil perhitungan berat badan dalam kilogram dibagi pangkat dua dari tinggi badan
dalam meter. Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan berat badan portable dan
tinggi badan diukur dengan menggunakan meteran tinggi badan.
n. Lama Paparan
Hasil dari pengurangan antara total waktu kontak dengan emisi udara dilingkungan pekerja
pembakaran batu kapur, data yang didapat dari hasil wawancara dengan pekerja dan masyarakat

- Hipotesis
H0 : Tidak ada pengaruh emisi udara pada sentra pengolahan batu kapur terhadap kapasitas
vital paru pekerja dan masyarakat di dasa Karas kecamatan Sedan kabupaten Rembang
Ha : Terdapat pengaruh emisi udara pada sentra pengolahan batu kapur terhadap kapasitas
vital paru pekerja dan masyarakat di dasa Karas kecamatan Sedan kabupaten Rembang

- Cara Analisis
Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Softwer Program SPSS. Hasil
penelitian kemudian dianalisi secara deskriptif. Uji statistik regresi logistik dipergunakan untuk
mengetahui hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat dengan langkah-langkah
sebagai berikut yaitu analisis univariat, bivariat dan multivariate

Anda mungkin juga menyukai