Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jln. Kamper, Kampus IPB
Dramaga, Bogor, 16680
tubagus.verry@gmail.com1, andiniggunawan@gmail.com2
Abstrak: Polusi udara merupakan salah satu masalah yang paling penting dan dihadapi oleh
negara berkembang maupun maju. Sebagian besar perkotaan pada negara berkembang mengalami
polusi udara yang serius terhadap udara ambien, dikarenakan lemahnya kontrol terhadap emisi
industri dan pemeliharaan kendaraan yang tidak mengikuti standar. Total suspended particulate
(TSP) merujuk terhadap campuran partikel padat dan cair pada udara. Untuk artian lebih luasnya,
istilah tersebut berlaku terhadap unsur yang berada pada atmosfer dan dikategorikan menjadi
partikel-partikel yang mempunyai ukuran batas bawah pada nilai 10 -3 µm dan ukuran batas atas
sebesar 100 µm. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menetapkan konsentrasi partikulat debu yang
terukur pada daerah sekitar Graha Widya Wisuda – Fakultas Pertanian dan Laboratorium Kualitas
Air dan Udara, Institut Pertanian Bogor melalui metode gravimetri sebagai tolak ukur kualitas
udara ambien disekitar tempat pengambilan contoh uji tersebut. Berdasarkan peraturan Peraturan
Pemerintah No. 41 Tahun 1999 terhadap udara ambien disekitar wilayah Faperta-GWW IPB, kadar
gas TSP pada udara ambien di sekitar tempat pengambilan contoh uji masih tergolong aman, yakni
sebesar 53.77 µg/m3 (berada di bawah 230 µg/m3). Bentuk dampak yang ditimbulkan dari total
suspended particulate (TSP) terhadap kesehatan manusia adalah menimbulkan asma, kanker paru-
paru, penyakit kardiovaskular, penyakit pernapasan, kelahiran prematur, cacat lahir, dan kematian
janin. Bentuk penanganan yang dapat dilakukan untuk mengurangi konsentrasi total suspended
particulate (TSP) pada udara ambien adalah dengan mengganti bahan bakar fosil dengan yang
lebih ramah lingkungan serta penggunaan alat berupa venturi scrubbers, electrostatic
precipitators, fabric filter, settling chamber, cyclones, dan momentum separators terhadap saluran
buangan emisi proses industri maupun pembangkit listrik.
Kata kunci: High Volume Sampler, Total Suspended Particulate, RSPM, Cyclones
Abstract: Air pollution is one of the most important issues faced by both developing and developed
countries. Most urban areas in developing countries experiencing serious air pollution of the
ambient air, due to the lack of control for industrial emissions and vehicle maintenance that do not
follow the standard. Total suspended particulate (TSP) refers to a mixture of solid and liquid
particles in the air. To sense more broadly, the term applies to the elements present in the
atmosphere and categorized into particles having a size lower limit on the value of 10-3 μm and the
upper limit of the size of 100 μm. This study has the objective to establish a measurable
concentration of particulate dust in the area around Graha Widya Graduation – Faculty of
Agriculture and Water and Air Quality Laboratory, Bogor Agriculture University through the
gravimetric method as a benchmark for quality of the ambient air around the place of the test
sampling. Based on Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 against the ambient air around the
region Faperta-GWW IPB, TSP concentration in the ambient air in the vicinity of test sampling is
still relatively safe, which is equal to 53.77 ug / m3 ( under 230 mg / m3). The impact of total
suspended particulate (TSP) on human health is a cause of asthma, lung cancer, cardiovascular
disease, respiratory disease, premature birth, birth defects and fetal death. This form of treatment
that can be done to reduce the concentration of total suspended particulate (TSP) in the ambient air
is to replace fossil fuels with more environmentally friendly.
Keywords: High Volume Sampler, Total Suspended Particulate, RSPM, Cyclones
PENDAHULUAN
Polusi udara merupakan salah satu masalah yang paling penting dan dihadapi
oleh negara berkembang maupun maju. Sebagian besar perkotaan pada negara
berkembang mengalami polusi udara yang serius terhadap udara ambien,
dikarenakan lemahnya kontrol terhadap emisi industri dan pemeliharaan kendaraan
yang tidak mengikuti standar (Ravindra 2003). Munculnya revolusi industri dan
kenaikan permintaan terhadap kendaraan bermotor menyebabkan peningkatan
terhadap konsentrasi polutan udara pada seluruh belahan bumi. Pelepasan polutan
udara pada atmosfer merupakan efek langsung dari industrialisasi dan urbanisasi,
yang mana esensial untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat akibat
peningkatan laju populasi. Aktivitas seperti itu tidak dapat dihentikan, karena
mereka secara langsung berhubungan dengan pengembangan masyarakat (Varma
1994).
Industialisasi dan urbanisasi membawa polutan udara yang tidak diinginkan
serta merugikan, seperti total suspended particulate (TSP), sulfur dioksida (SO2),
dan nitrogen dioksida (NO2) (Reddy 2001). Total suspended particulate (TSP)
merujuk terhadap campuran partikel padat dan cair pada udara. Untuk artian lebih
luasnya, istilah tersebut berlaku terhadap unsur yang berada pada atmosfer dan
dikategorikan menjadi partikel-partikel yang mempunyai ukuran batas bawah pada
nilai 10-3 µm dan ukuran batas atas sebesar 100 µm. TSP merupakan campuran
kompleks dari zat organik dan anorganik yang muncul dari sumber natural maupun
antropogenik. Particulate matter (PM) merupakan partikel yang berukuran 10µm
atau kurang pada diameternya dan sering disebut sebagai respirable suspended
particulate matter (RSPM) atau PM10, polutan tersebut dapat menembus sistem
pernapasan manusia. RSPM umumnya dikelompokkan menjadi tiga, yakni ultra
fine (ukuran partikel kurang dari 0.1 µm), fine (0.7-1 µm), dan coarse (1-10 µm)
(Fenger 1999). Partikel debu yang dapat terhirup merupakan istilah bagi partikel-
partikel yang ditemukan di udara ambien, yakni debu, kotoran, jelaga, asap, dan
tetesan cairan. Partikel-partikel dapat melayang di udara pada periode waktu yang
lama (Senthlinathan 2005).
Polusi udara merupakan penyebab masalah kesehatan yang serius terhadap
masyarakat, terutama yang tinggal di perkotaan. Peningkatan konsentrasi polutan
udara pada area perkotaan bertanggung jawab atas efek defisit dari fungsi
pulmonari, penyakit kardiovakular, efek neurobehavioral, morbiditas, dan
mortalitas (WHO 1987). Sumber antropogenik utama dari polutan udara berasal
dari emisi industri, pembakaran bahan bakar fosil, emisi dari pembangkit listrik,
dan kegiatan transportasi. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menetapkan
konsentrasi partikulat debu yang terukur pada daerah sekitar Graha Widya Wisuda
– Fakultas Pertanian dan Laboratorium Kualitas Air dan Udara, Institut Pertanian
Bogor melalui metode gravimetri sebagai tolak ukur kualitas udara ambien disekitar
tempat pengambilan contoh uji tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
Particulate matter (PM) pada udara ambien merupakan campuran zat-zat
dengan karakteristik kimia dan fisik yang berbeda-beda. Particulate matter dapat
mengandung partikel cair ataupun padat, kecuali air murni dan dimulai dari struktur
molekul dengan rentang beberapa nanometer hingga coarse dan partikel multi
komponen dengan rentang disekitar 100 μm (gambar 1). PM dapat dikarakteristikan
dalam bentuk massa, ukuran, angka, luas permukaan, komposisi kimia, atau sifat
optis. PM primer hadir dengan bentuk kimia yang sama dengan saat PM tersebut
terbentuk, sedangkan PM sekunder terbentuk melalui reaksi precursor gases pada
atmosfer.
Pada udara ambien perkotaan, konsentrasi massa partikel umumnya dikenal
dalam dua mode dan berukuran antara 1 dan 15 μm. TSP berukuran sekitar 10-3 μm
hingga 100 μm serta dibagi menjadi beberapa kategori. Beberapa kategori tersebut
adalah nuclei mode (kurang dari 10 nm), Aitken mode (20 – 80 nm), accumulation
mode (100 – 1000 nm) dan terkadang fine dan coarse mode (EPA 2003). Partikel
nuclei mode terbentuk dari proses konversi gas menjadi partikel melalui situasi
meteorologi yang memungkinkan hal tersebut untuk terjadi. Sumber dari partikel
Aitken mode umumnya diketahui berasal dari pertumbuhan partikel nuclei mode.
Partikel Aitken mode kemudian tumbuh melalui proses liquid-phase chemistry
menjadi partikel accumulation mode. Aspek penting yang perlu diperhatikan pada
pertumbuhan partikel adalah efek uap air terhadap proses pembentukan partikel
tersebut.
Ukuran partikel biasanya diukur sebagai mass median aerodynamic diameter
(MMAD). Satuan tersebut mendefinisikan partikel memiliki kecepatan
pengendapan yang sama dengan partikel bola dengan satuan densitas 1 g/cm3.
Gambar 1 karakteristik polusi partikulat terhadap udara ambien kota Helsinki (Penttinen 2004).
Partikel pada coarse mode (2.5 μm < MMAD < 10.0 μm) umumnya berasal dari
kegiatan abrasi, penghancuran, atau penggilingan permukaan tanah resuspended.
Bagian besar dari massa partikel ambien berada pada mode ini. Spora jamur, benang
sari, fragmen tanaman dan serangga merupakan contoh dari partikel coarse. Masa
paruh dari coarse PM pada udara ambien relatif singkat, dikarenakan tingginya nilai
densitas dan mereka tidak dapat berpindah lebih dari puluhan kilometer.
Konsentrasi massa dari partikel coarse pada udara dapat diukur dengan gravimetric
impactor atau high-volume sampler. Partikel pada accumulation mode diproduksi
secara langsung oleh proses pembakaran atau mekanis dan mereka dapat terbentuk
dari kondensasi uap yang dapat terkondensasi menjadi agregat partikel sangat kecil
lalu terkategori sebagai accumulation mode. Konsentrasi massa dari partikel pada
accumulation mode dapat diukur dengan impactors terhadap PM2.5 atau PM10
maupun melalui penghitungan jumlah partikel pada rentang ukuran tersebut dan
mengestimasi massa menggunakan distribusi kerapatan yang diketahui.
METODE PENELITIAN
Penelitian mengenai penentuan konsentrasi partikulat (debu) terhadap udara
ambien disekitar Graha Widya Wisuda – Fakultas Pertanian dan Laboratorium
Kualitas Air dan Udara, Institut Pertanian Bogor ini menggunakan metodelogi studi
literatur serta analisis terhadap hasil pengukuran. Baku mutu konsentrasi partikulat
(debu) didasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999. Proses
penelitian ini menggunakan alat High Volume Sampler (HVS), filter, dan
timbangan analitik. Hal pertama yang dilakukan pada penelitian ini adalah
menimbang filter bersih serta kering dengan neraca analitik sebagai berat awal.
Kemudian filter tersebut dipasang kembali ke High Volume Sampler (HVS).
Selanjutnya udara dipompakan ke HVS dengan kecepatan aliran minimum sebesar
1.13 m3/ menit. Lalu HVS dioperasikan selama 60 menit / 1 jam dengan kondisi
HVS tertutup. Setelah proses sampling selesai, filter kotor ditimbang pada neraca
analitik dan ditetapkan sebagai berat akhir. Berat partikulat didapatkan melalui
pengurangan nilai berat awal (saat filter masih bersih) dengan nilai berat akhir
(setelah filter menjadi kotor). Selanjutnya nilai konsentrasi partikulat didapatkan
melalui analisis gravimetri dan dilanjutkan dengan pendekatan rumus sebagai
berikut:
Tr
Qc =Qs
Ta
V= Qc .t
P 298
Vr =V
760 T+273
Berat partikulat
Konsentrasi partikulat=
Vr
t1 n
C2 =C1 ( )
t2
Keterangan:
Qc = koreksi laju aliran udara (l/menit)
Qs = laju aliran udara sampling (l/menit)
Tr = temperatur ruang saat pengukuran (K)
Ta = temperatur alat (K)
t = lamanya sampling (menit)
V = volume sampel udara (l)
Vr = volume sample udara pada 25o C, 760 mmHg (m3)
P = tekanan atmosfer selama sampling (mmHg)
C1 = konsentrasi sesaat/ konsentrasi partikulat udara ambien (μg/m3)
C2 = konsentrasi standar (μg/m3)
t1 = waktu pemaparan sesaat (jam)
t2 = waktu pemaparan standar (jam) = 24 jam
Gambar 2 Kriteria kualitas udara ambien terhadap konsentrasi particulate matter (Franek 2003).
Melalui data pengukuran pada tabel 1 maka besar Qc, V, dan Vr dapat ditentukan
melalui pengolahan terhadap variabel Tr, Ta, Qc dengan kondisi suhu 30.5o C serta
760 mmHg bagi Vr. Berat partikulat yang didapat dari proses pengurangan berat
filter bersih dengan berat filter kotor serta nilai Qc, V, dan Vr selanjutnya digunakan
dalam penetapan konsentrasi total particulate matter dan didapatkan hasil sebesar
53.77 µg/m3 setelah dikonversi untuk 24 jam pengukuran. Nilai Qc, V, Vr, serta
konsentrasi TSP dapat dilihat pada tabel 2.
Nilai konsentrasi total suspended particulate (TSP) yang terukur pada wilayah
sekitar Graha Widya Wisuda – Fakultas Pertanian dan Laboratorium Kualitas Air
dan Udara, Institut Pertanian Bogor, yakni sebesar 53.77 µg/m3. Konsentrasi
tersebut bila dibandingkan terhadap baku mutu pada Peraturan Pemerintah No. 41
Tahun 1999, menunjukkan bahwa kadar total suspended particulate (TSP) pada
udara ambien di sekitar tempat pengambilan contoh uji masih tergolong aman
(berada di bawah 230 µg/m3 untuk 24 jam pengukuran). Sumber utama yang
menyebabkan konsentrasi TSP pada udara ambien disekitar tempat sampling adalah
berasal dari asap buangan kendaraan bermotor serta gerusan pada jalan aspal akibat
lalu lintas kendaraan.
Bentuk penanganan yang dapat dilakukan untuk mengurangi konsentrasi total
suspended particulate (TSP) pada udara ambien adalah dengan mengganti bahan
bakar fosil yang dapat menghasilkan TSP dalam konsentrasi besar (batu bara serta
solar) dengan bahan bakar fosil yang lebih ramah lingkungan, seperti gas alam
terhadap alat transportasi, mesin industri, serta pembangkit tenaga listrik. Untuk
mengurangi konsentrasi TSP pada sumber tidak bergerak, dapat digunakan alat
berupa venturi scrubbers, electrostatic precipitators, fabric filter, settling chamber,
cyclones, dan momentum separators terhadap saluran buangan emisi proses industri
maupun pembangkit listrik. Cyclones sebagai salah satu alat pemisah partikulat
terhadap gas buangan industri maupun pembangkit listrik menggunakan inersia
untuk menghilangkan partikulat dari aliran udara. Cyclones menerapkan gaya
sentrifugal terhadap aliran gas, biasanya menggunakan ruang berbentuk kerucut.
Cyclones beroperasi dengan menciptakan double vortex pada badan alat cyclones.
Gas yang masuk kemudian dipaksa untuk bergerak melingkar ke bawah, sehingga
memaksa partikulat untuk bergerak ke dalam permukaan dinding cyclones. Pada
dasar cyclones, gas berbelok dan kemudian bergerak secara spiral ke atas menuju
pusat cyclones dan keluar melalui top outlet. Partikulat pada aliran udara lalu
dipaksa menuju dinding cyclones oleh gaya sentrifugal yang diakibatkan oleh udara
yang berputar, namun ditentang oleh gaya hambat fluida dari udara dan kemudian
bergerak menuju keluar alat cyclones (Franek 2003).
SIMPULAN
Berdasarkan peraturan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 terhadap
udara ambien disekitar wilayah Faperta-GWW IPB, kadar gas TSP pada udara
ambien di sekitar tempat pengambilan contoh uji masih tergolong aman, yakni
sebesar 53.77 µg/m3 (berada di bawah 230 µg/m3). Bentuk dampak yang
ditimbulkan dari total suspended particulate (TSP) terhadap kesehatan manusia
adalah menimbulkan asma, kanker paru-paru, penyakit kardiovaskular, penyakit
pernapasan, kelahiran prematur, cacat lahir, dan kematian janin. Bentuk
penanganan yang dapat dilakukan untuk mengurangi konsentrasi total suspended
particulate (TSP) pada udara ambien adalah dengan mengganti bahan bakar fosil
dengan yang lebih ramah lingkungan serta penggunaan alat berupa venturi
scrubbers, electrostatic precipitators, fabric filter, settling chamber, cyclones, dan
momentum separators terhadap saluran buangan emisi proses industri maupun
pembangkit listrik.
SARAN
Walaupun konsentrasi TSP masih berada pada batas aman, namun perlu
digalakkan lagi penggunaan alat transportasi yang ramah lingkungan. Bentuk moda
transportasi yang ramah lingkungan, seperti sepeda maupun kendaraan bermotor
yang menggunakan listrik atau gas alam pada lingkungan Institut Pertanian Bogor
agar kualitas udara ambien tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Boubel R W, Fox D L, Turner D B, Stern A C. 1994. Fundamentals of Air
Pollution: Third Edition. Academic Press:San Diego.
Cesaroni G, Forastiere F, Stafoggia M, et al. 2014. Long Term Exposure to Ambient
Air Pollution and Incidence of Acute Coronary Events: Prospective Cohort
Study and Meta-Analysis In 11 European Cohorts From The ESCAPE
Project. BMJ (Clinical research ed.) 348.
Fenger J. 1999. Urban Air Quality. Atmos. Environ. 33: 4877-4900.
Franek W, DeRose L. 2003. Principles and Practices of Air Pollution Control.
United State Environmental Protection Agency:USA.
Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999
Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Pemerintah Republik
Indonesia:Jakarta.
Penttinen P. 2004. Acute Respiratory Health Effects of Particulate Matter: Effects
of Size, Composition, and Sources. Department of Public Health and General
Practice University of Kuopio:Finland.
Pope C A et al. 2002. Cancer, Cardiopulmonary Mortality, and Long-Term
Exposure to Fine Particulate Air Pollution. J. Amer. Med. Assoc. 287 (9):
1132–1141.
Ravindra K, Mor S, Ameena, Kamyotra J S, Kaushik, C P. 2003. Variation In
Spatial Pattern of Criteria Air Pollutants Before and During Initial Rain of
Monsoon. Environment Monitoring Assessment; 87: 145-153.
Reddy M K, Suneela M. Status of Ambient Air Quality At Hazira With Reference
to Modified Air Quality Index. IJEP 2001; 21(8): 707-712.
Senthilnathan T. Status of Respirable Dust Particle (RDP) Concentration-A Case
Study In Chennai City. Journal of Environmental Biology 2005; 20 (2): 425-
428.
Varma P C, Jha C, Mian S, Sinha S B, Gupta V S. 1994 .Air Quality Studies In An
Industrial and Urban Township Of Jharia Coal Field, Dhanbad. IJEP; 14 (4):
301-306.
WHO. 1987. Air Quality Guidelines for Europe. WHO Regional Office for Europe:
Copenhagen
World Bank Group. 1998. Pollution Prevention and Abatement Handbook. World
Bank Group:USA.
LAMPIRAN 1. Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999
Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
LAMPIRAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 41
TAHUN 1999
TANGGAL: 26 MEI 1999-