Partikulat berasal dari antropogenik dan alami baik primer (utama) maupun
sekunder.
Sumber utama antropogenik partikulat berasal dari pembakaran bahan bakar fosil
untuk produksi energi dan pemanasan domestik, pembakaran limbah industri
logam, asap knalpot, abrasi ban dan debu rem, dan suspensi ulang partikel yang
terendap.
Sumber antropogenik sekunder yaitu Gas reaktif buatan manusia seperti SO₂, SO₃,
NOX, NH₃ dan gas organik yang dilepaskan ke atmosfer dan membentuk partikel
melalui koagulasi.
Sumber alami primer adalah gunung berapi, kebakaran hutan, lautan, erosi tanah,
abrasi batuan dan bahan tanaman (plant materials).
Sumber alami sekunder terdiri dari emisi gas dari sumber alami yang dapat
membentuk PM.
Partikulat kasar (PM 10) berasal dari pemecahan secara mekanik partikel padat
yang lebih besar. Fraksi kasar dapat mencakup debu dari jalan, hasil proses
pertanian, tanah terbuka atau kegiatan penambangan, serta bahan yang tidak
mudah terbakar yang dilepaskan saat pembakaran bahan bakar fosil. Biji-bijian
serbuk sari, spora, dan bagian tanaman dan serangga juga merupakan fraksi kasar.
Daftar Pustaka
Heinrich, J., dan Salma, R., 2007. Fine Particles, a Major
Threat to Children, International Journal of Hygiene and
Environmental Health 210 (2007) 617-622.
Beberapa reaksi yang relevan pada Particulate Matter atau PM yaitu sebagai
berikut:
● Absorbsi: merupakan salah satu sifat dari PM bahwa dapat menjadi tempat
terjadinya absorbsi baik secara fisik atau yang melibatkan interaksi kimia
● Kondensasi : terjadi ketika pembentukan PM 2,5 yaitu dari bahan bakar.
Terjadi proses kondensasi atau perubahan wujud dari gas menuju ke padat.
● Koagulasi: terjadi ketika pembentukan PM yang berasal dari gas reaktif
buatan manusia yang dilepaskan ke atmosfer. Gas tersebut kemudian
membentuk partikel melalui proses koagulasi atau penggumpalan.
Daftar Pustaka Heinrich, J., dan Salma, R., 2007. Fine Particles, a Major
Threat to Children, International Journal of Hygiene and
Environmental Health 210 (2007) 617-622.
Daftar Pustaka
Partikulat Matter (PM) yang berasal dari berbagai sumber seperti industri pabrik,
kendaraan, dan aktivitas manusia lainnya mulai terkumpul di udara atau atmosfer.
Di udara, partikulat-partikulat tersebut menyebar secara radiative dengan bantuan
sinar matahari. Selain itu, partikulat yang sudah terkumpul di udara akan terserap
atau teradsorpsi oleh tumbuhan atau tanaman pangan. Hal ini akan membahayakan
manusia jika tanaman tersebut termakan dan menyebabkan berbagai efek
toksikologi.
Selain itu, partikulat-partikulat yang berada di udara jika mengalami perjalanan
yang panjang dan berinteraksi dengan awan, dapat terbawa ke daerah pegunungan
5
atau hutan-hutan yang masih alami. Dan jika terjadi hujan dari awan-awan yang
membawa partikulat tersebut, dapat meracuni tanaman yang ada di sana.
6. Efek Toksikologi
Paparan partikulat dalam jangka pendek dapat mengurangi fungsi kerja jantung
atau paru-paru yang mengarah pada meningkatnya penggunaan obat-obatan, rawat
inap, dan kematian dini. Sedangkan paparan jangka waktu panjang dapat
menyebabkan perkembangan penyakit jantung maupun paru-paru yang mengarah
pada kematian. Selain efek terhadap kesehatan yang tinggi, paparan dari partikulat
dapat mengganggu visibilitas, mempengaruhi proses ekosistem, menyebabkan
kerusakan struktur tanah dan bangunan. Dampak terhadap iklim tergantung pada
jenis partikulatnya. Partikulat yang bersifat reflektif dapat menyebabkan
pendinginan dan beberapa partikulat (terutama black carbon) dapat menyerap
energi dan mengakibatkan pemanasan. Dampak lain adalah perubahan waktu dan
perubahan siklus hujan. PM2,5 dan PM10 dapat menyebabkan pneumonia, gangguan
sistem pernapasan, iritasi mata, alergi, bronchitis khronis. PM2,5 dapat masuk
kedalam paru yang berakibat timbulnya emfisema paru, asma bronchial, dan
kanker paru-paru serta gangguan kardiovaskular atau kardiovascular (KVS).
7. Identifikasi Kualitatif
-
Daftar Pustaka -
8. Identifikasi Kuantitatif
Teknik pengambilan sampel partikulat menurut standar pemerintah dilakukan
dengan menggunakan alat High Volume Air Sampler (HVAS) dengan metode
analisis gravimetri. Seiring dengan perkembangan teknologi, partikulat dapat
diukur dengan instrumen lainnya, salah satunya adalah dengan instrumen Low
Volume Air Sampler (LVAS) yang merupakan instrumen sampling udara ambien
dengan volume yang lebih rendah dari HVAS.
Prinsip kerja dari HVAS adalah menghisap udara dengan pompa vakum sehingga
udara akan melalui filter dan partikulat akan terkumpul di permukaan filter. Laju
alir udara dijaga 1200L/ menit selama 24 jam periode pengukuran. Partikulat di
permukaan filter kemudian ditimbang dengan timbangan (4 digit dibelakang koma)
dalam ruangan bersuhu 15-27oC dan kelembaban 0-50%. Untuk mengetahui
konsentrasi pertikulat dalam μg/ Nm3 dilakukan perhitungan dengan rumus
berikut:
( )
C=
Keterangan :
C : adalah konsentrasi massa partikel tersuspensi (μg/Nm3)
6
9. Perundang-undangan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 tentang pengendalian
pencemaran udara, baku mutu udara ambien nasional untuk PM10 adalah sebesar
150 µg/m3 (24 jam), untuk PM2,5 adalah sebesar 65 µg/m3 (24 jam), sedang untuk
TSP adalah 230 µg/m3 (24 jam)
Daftar Pustaka Peraturan Pemerintah. 1999. Pengendalian Pencemaran
Udara, PP RI No. 41/1999. Jakarta: PP Pemerintah RI