2
Partikulat sebagai pencemar udara mempunyai waktu
hidup yaitu pada saat partikulat masih melayang-layang sebagai
pencemar udara sebelum jatuh ke bumi. Waktu hidup partikulat
berkisar sampai beberapa detik hingga beberapa bulan,
sedangkan kecepatan pengendapannya tergantung pada
karakteristik fisik meliputi ukuran partikulat, masa jenis partikulat
serta arah dan kecepatan angin yang bertiup (Wardhana, 2004).
Persebaran partikulat secara vertikal dipengaruhi faktor yang
berbeda antara partikulat halus dan kasar. Partikulat yang
berukuran sangat besar dipengaruhi oleh gaya gravitasi
sedangkan partikulat halus lebih dipengaruhi oleh proses difusi
(Chan dan Kwok, 2000).
Zhao, et al. (2012) mengklasifikasikan partikulat
berdasarkan ukurannya yaitu
a. Debu jatuh (dengan diameter aerodinamis 100-1000 μm),
b. TSP (dengan diameter aerodinamis <100 μm),
c. PM10 (dengan diameter aerodinamis <10 μm),
d. Partikulat kasar (dengan diameter aerodinamis 2,5-10
μm),
e. Partikulat halus (PM2,5, dengan diameter aerodinamis
<2,5 μm)
3
pembakaran yang menggunakan bahan bakar
hidrokarbon dengan ukuran partikulat <5 μm.
e. Fume, yaitu partikulat padat yang terjadi karena
kondensasi dari penguapan logam-logam cair yang
kemudian disertai oksidasi langsung diudara.
4
di udara dalam waktu lama dan dapat berpindah jauh dari
sumber. Deposisi basah melalui hujan dapat menghilangkan
unsur polutan seperti Pb, V, dan Sb secara efisien.
5
menghasilkan TSP yang berbeda beratnya. Kendaraan yang
menghasilkan TSP paling banyak ialah bus (2.232 ton/tahun),
kendaraan berpenumpang (2.134 ton/tahun), truk (1.517
ton/tahun) dan sepeda motor (101 ton/tahun) (Iskandar, 2000).
6
sejumlah besar sulfat, amonium, nitrat, unsur karbon dan
senyawa organik terkondensasi. Senyawa karsinogenik dan
logam berat seperti arsenik, selenium, cadmium dan seng juga
dapat terkonsentrasi pada partikulat ini (Alias et al., 2007).
7
Tabel 2. 1 Kontribusi Polutan dalam Emisi Kendaraan Bermotor
1 Debu 6,90 %
2 SO2 78,32 %
3 NOx 29,18 %
4 Hidrokarbon 62,62 %
5 CO 85,78%
6 CO2 3,90 %
Sumber: Patra, 2004
8
pelumas masuk kedalamnya dan muncul asap
kebiruan.
Menurut Witoelar, R. (2007), Penggunaan timbal sebagai
aditif untuk meningkatkan Research Octane Number (RON)
tidak digunakan dalam bahan bakar mengingat bahayanya
terhadap kesehatan manusia. Penggunaan timbal digantikan
oleh HOMC (High Octane Mogas Component) yang lebih ramah
lingkungan dan sesuai dengan spesifikasi kendaraan yang
menggunakan catalytic converter.
9
Tabel 2. 2 Karakteristik Partikulat yang Bersumber dari Lalu Lintas
Jalan
No. Sumber Karakteristik produksi partikulat
1 Pengikisan saat (Cu), (Ba), (Zn), (Fe)1
pengereman
2 Pengikisan mekanik pada (Si), (Tl), (Cr), (Ni), (Cu), (Sb), (Pb),
ban (Zn), (ZnO) 2
3 Pengikisan mekanik pada (Si), (Al), (Ca), (Mg), (Fe)3
trotoar
Sumber : 1 Sanders et al. (2003), Hjortenkrans et al. (2007)
2
Sörme et al. (2001)
3
Sternbeck et al. (2002)
10
Emisi gas buang kendaraan bergantung pada jenis dan
umur mesin, jenis bahan bakar dan minyak, mode perpindahan
gigi pada konfigurasi sistem buangan (Ronkko et al., 2006).
Ukuran partikulat yang dihasilkan oleh mesin dengan bahan
bakar bensin biasanya bervariasi antara 40 dan 80 nm dan
untuk mesin diesel emisi partikulat pada kisaran 50-120 nm
(Morawska et al., 1998). Emisi dari mesin diesel modern
memilki ukuran partikulat yang lebih rendah yaitu pada kisaran
2-4 nm (Beatrice et al., 2010).
11
12
Waktu
Parameter Baku mutu Metode analisis Peralatan
No. pengukuran
24 Jam
7 TSP (Debu) 230 μg/Nm3 Gravimetric Hi - Vol
1 Tahun
90 μg/Nm3
Pb 24 Jam 2 μg/Nm3 Gravimetri Hi – Vol
( Timah
8 1 Tahun 1 μg/Nm3 c Ekstraktif
hitam) Pengabua AAS
10 n
Ton/km2/bulan
Dustfall (permukiman)
9 (Debu 30 Gravimetric Cannister
20
jatuh) hari
Ton/km2/bulan
(industri)
Total 24 Jam 3 μg/Nm3 Spesific Ion Impinger atau
10 Fluorides 90 Hari 0,5 μg /Nm3 Electrode Countinous
(sebagai F) Analyzer
40 μg/100cm2 Limed Filter
11 Flour Indeks 30 Hari Colourimetric
dari kertas Paper
Khlorine Impinger atau
Spesific Ion
dan 24 Jam 150 μg/Nm 3 Countinous
Electrode
12 Khlorine Analyzer
dioksida
Sulphate 1 Lead Peroxida
13 Indeks 30 Hari Colourimetric
mgSO3/100c Candle
m
3
14
PM10 adalah partikel yang berukuran 10 mikrometer
atau lebih kecil. PM10 memiliki beberapa nama lain, yaitu
inhalable particles, respirable particulate, respirable dust dan
inhalable dust. PM10 juga dapat bersifat toksik karena dapat
mengandung campuran partikulat jelaga, kondensat asam,
garam sulfat, partikel nitrat, ataupun logam-logam berat
(Fitria,2009).
Berdasarkan penelitian bank dunia tahun 1994
(Indonesia Environment and Development) menunjukkan bahwa
kendaraan di Jakarta (diperkirakan kondisi yang sama terjadi di
kota-kota besar lainnya) memberikan kontribusi timbal 100%,
SPM10 42%, hidrokarbon 89%, nitrogen oksida 64% dan
hampir seluruh karbonmonoksida.
Partikel debu ini juga terutama dihasilkan dari emisi gas
buang kendaraan. Sekitar 50% - 60% dari partikel melayang
merupakan partikel berdiameter 10 μm atau dikenal dengan
PM10. PM10 ini bersifat sangat mudah terhirup oleh
pernapasan sehingga PM10 dikategorikan sebagai Respirable
Particulate Matter (RPM) (Chahaya, 2005). Partikel yang
bediameter 10 μm terjebak dalam sistem pernapasan bagian
atas, sehingga menyebabkan gangguan pernapasan yaitu
hidung tersumbat dan gatal tenggorokan (Han,2012).
2.3.2 Sumber dan Distribusi PM10
Beberapa studi mengenai sumber dan distribusi PM10
menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara ukuran partikel
polutan dengan sumbernya. Partikel yang berdiameter lebih
besar dari 10 mikron dihasilkan dari proses-proses mekanis
seperti erosi angin, penghancuran dan penyemprotan, dan
pelindasan benda-benda oleh kendaraan atau pejalan kaki.
Sumber utama PM10 di perkotaan adalah asap kendaraan
bermotor. Partikel ini dapat terhisap ke dalam sistem
pernapasan. Partikel yang berukuran diameter diantara 1 – 10
mikron biasanya termasuk tanah, debu, dan produk-produk
pembakaran dari industri lokal. Partikel yang mempunyai
diameter antara 0,1 – 1 mikron terutama merupakan produk-
produk pembakaran dan aerosol fotokimia (Fardiaz ,1992).
Partikel sebagai pencemar udara mempunyai waktu
hidup yaitu pada saat partikel masih melayang-layang sebagai
pencemar di udara sebelum jatuh ke bumi. Sedangkan
15
kecepatan pengendapannya tergantung pada ukuran partikel,
masa jenis partikel serta arah dan kecepatan angin yang
bertiup. Partikel yang sudah mati karena jatuh mengendap di
bumi dapat hidup kembali apabila tertiup oleh angin kencang
dan melayang-layang lagi di udara (Wardhana, 2004).
2.3.3 Dampak Pencemaran PM10
Partikel debu dapat menggangu kesehatan manusia
seperti timbulnya iritasi pada mata, alergi, gangguan
pernapasan dan kanker paru-paru. Efek debu terhadap
kesehatan sangat tergantung pada : Solubity (mudah larut),
komposisi kimia, konsentrasi debu dan ukuran partikel debu.
16