FITOSTRUKTUR RUAG
TERBUKA HIJAU
5.1 PERMASALAHAN
Pengertian. Pengertian fitostruktur dalam kajian ini adalah
penempatan tumbuhan sebagai struktur ekosistem wilayah. Dalam
praktik sehari-hari fitostruktur dikenal sebagai ruang terbuka hijau
(RTH). Sebagai pernbentuk struktur ekosistem wilayah, maka RTH
mempunyai dua parameter struktur, yaitu luasan dan sebaran.
Tinjauan praktik. Ruang terbuka hijau telah menjadi kesatuan
program pembangunan di banyak negara dan diintensifkan untuk
mengatasi pernanasan global disebabkan peningkatan
karbondioksida di udara. Bahkan dalam kerangka pelaksanaan
perdagangan emisi karbon clunia maka percepatan pengadaan RTH
dimaksudkan untuk menyerap karbondioksida ke dalam jaringan
tumbuhan. Beberapa program RTH juga difokuskan menggunakan
tumbuhan pangan sebagai upaya penting untuk pengadaan bahan
pangan dan pekerjaan sesuai tujuan pembangunan milenium.
Tinjauan teori. Kajian ini memfokuskan fungsi RTH sebagai
penyerap karbond ioksida (C02). Karbondioksida hasil aktivitas man
usia berfluktuasi sejalan dengan fluktuasi konsumsi air, yang
digunakan
untuk penetapan volume reservoir air. Volume reservoir air
bervariasi dengan jumlah penduduk. Tumbuhan menyerap
karbondioksida fluktuatif it'd dan berfungsi sebagai reservoir
karbondioksida. Dengan demikian volume ruang terbuka hijau
dapat ditetapkan berdasar jumlah penduduk. Kajian ini juga
memfokuskan sebaran RTH yang seharusnya berdasarkan
perlakuan sinar matahari, sesuai dengan prinsip dasar kehidupan
tumbuhan.
Tujuan. Sajian fitostruktur ini ditujukan untuk: 1)
menghitung luas ruang terbuka hijau, 2) menetapkan sebaran
ruang terbuka hijau berdasarkan perlakuan alam, 3) menetapkan
luas dan sebaran ruang terbuka hijau di wilayah pesisir.
Kompetensi. Substansi sajian kualitatif dan kuantitatif
disiapkan untuk kemampuan evaluasi dan perencanaan: 1) luas
RTH untuk penyerapan maksimum karbondioksida berdasarkan
jum lah penduduk, 2) sebaran RTH untuk penyerapan
maksimum karbondioksida dan memperhatikan topografi. kota
untuk meminimalkan limpasan air hujan pada permukaan tanah,
3) luas dan sebaran RTH untuk menekan dampak pencemaran
daratan dan bencana alam laut.
Bahan bahasan. Sesuai dengan tujuan dan kompetensinya,
penetapan luas dan sebaran RTH serta penerapannya mencakup
berikut ini:
1) Penyelesaian perhitungan reaksi di dalam proses respirasi dan fotosintesis:
a. Penetapan besaran satuan emisi karbondioksida (carbon dioxide emission
unit: CEU) oleh manusia.
b. Penetapan besaran satuan absorpsi karbon diksida (carbon dioxide
absorption unit: CAU) oleh tumbuhan.
2) Penyelesaian perhitungan reaksi di luar proses respirasi dan fotosintesis:
a. Volume emisi karbondioksida (volume of emitted carbon dioxide: VEC)
oleh manusia.
b. Volume absorpsi karbondioksida (volume of absorbed carbon dioxide:
VAC) oleh tumbuhan.
2 Fitoteknologi Terapan
3) Penetapan sebaran RTH untuk memaksimalkan penyerapan
karbondioksida diperlukan upaya maksimal dalam hal:
a. Perlakuan sama intensitas sinar matahari terhadap tumbuhan
b. Perolehan intensitas sinar matahari
c. Ketersediaan air untuk menjaga pertumbuhan tumbuhan.
4) Penetapan sebaran RTH berdasarkan topografi kota untuk
memaksimalkan infiltrasi maksimal air hujan ke dalam tanah, atau
limpasan minimal air hujan pada permukaan tanah.
5) Kajian pencemaran permukaan daratan disebabkan perubahan tata guna
lahan.
6) Kajian hipotesis hidrolika saluran terbuka dalam menahan gelombang air
laut.
7) Penerapan RTH dan perlakuannya untuk kota dan kawasan kegiatan yang
telah terbangun.
6 Fitoteknologi Terapan
Reaksi bolak balik tersebut hanya dipunyai tumbuhan, atau makhluk hidup yang
mempunyai khlorofi! (misalnya alga). Jumiah hasil reaksi bolak balik tersebut
adalah reaksi dari kanan ke kiri, yang menghasilkan karbohidrat sebagai glukose
(C6H1206); yang secara praktis visual menampakkan pertumbuhan tumbuhan.
Jika tumbuhan menampakkan kematian, itu pertanda jumiah hasil reaksi bolak
balik adalah reaksi dari kiri ke kanan-jadi, RTH adalah sekumpuian tumbuhan
hidup dengan resujtan fungsi sebagai penyerap karbondioksida.
Pada boks dasar kehidupan reaksi (5-1) juga terjadi pada
makhluk hidup Iain (manusia dan hewan), namun hanya bergerak
dari kiri ke kanan, yang menghasilkan karbondioksida. Dengan
reaksi sama dan hasil berbeda antara turnbuhan dan manusia, maka
segera kita dapat membuat hubungan antara besaran (luas) RTH dan
besaran (jumlah) penduduk. Hubungan itu• harus menjamin
karbondioksida keluaran manusia sepanjang hari (dan tumbuhan
pada hari gelap) dapat terserap tumbuhan pada hari terang. Dengan
demikian, konsep sentral RTH adalah fungsi penyerapan
karbondioksida yang dapat diperbandingkan dengan jumlah
penduduk.
Di Iuar boks dasar kehidupan, nMasalah lingkungan yang perlu
diselesaikan adaiah penyediaan kebutuhan air (nH20).
8 Fitoteknologi Terapan
5.3 SATUAN EMiSi KARBONDIOKSIDA OLEH MANUSIA
Reaksi (5-1) dari kiri ke kanan merepresentasikan penggunaan
sumber energi kimia (sebagai glukose) Oleh manusia. Dalam praktik, kita
menggunakan energi dari banyak sumber misalnya makanan dan bahan
bakar minyak. Semua bentuk sumber energi yang digunakan harus
dikonversi dulu menjadi satuan energi setara glukose. Berdasarkan
penelitian di berbagai tempat di dunia, secara umum diperoleh
kebutuhan energi untuk berbagai aktivitas kehidupan manusia adalah
rata-rata 34 Mj orangl hari-l . Satu molekul glukose menghasilkan energi
2,8 MJ. Jadi, satu orang setiap hari memerlukan energi setara 12 molekul
glukose, dan 1 molekul glukose mempunyai berat 180 g, sehingga
diperoleh berat glukose sebesar 2,2 kg glukose/ orang/hari. Penggunaan
energi sebesar itu diterapkan ke dalam reaksi (5-1) menghasilkan satuan
emisi karbondioksida (carbon dioxide emission unit: CEU) berikut ini:
10 Fitoteknologi Terapan
Gambar 5.1 Fluktuasi penggunaan air untuk jumlah penduduk
G
ambar 5.2 Fluktuasi penggunaan air untuk jumlah penduduk sampai 500.000
jiwa
12 Fitoteknologi Terapan
Gambar 5.3 Fluktuasi penggunaan air untuk jumlah penduduk lebih dari
1.000.000 jiwa
14 Fitoteknologi Terapan
5.6 VOLUME ABSORPSI KARBONDIOKSIDA OLEH
TUMBUHAN
Kota adalah suatu ekosistem, yang dinamis dan dalam dinamikanya
selalu terjadi kesetimbangan (prinsip hukum kekekalan materi). Dengan
prinsip kesetimbangan dinamis, maka kota dapat direpresentasikan sebagai
model ekosistem kesatuan tanah, air, udara, dan tumbuhan (Soil, Water,
Air, and Plant: SWAP continuum) (Gambar 5.5). Seluruh komponen SWAP
mampu menyerap karbondioksida, sebagai volume absorpsi karbondioksida
(volume of absorbed carbon dioxide: VAC). Dalam kondisi kesetimbangan
emisi karbondioksida dan absorpsi karbondioksida, yaitu VEC = VAC
diperoleh hubungan berikut irii:
VEC = AsHs/AcHc+AwHw/AcHc+AaHa/AcHc +ApHp/AcHc (5-6)
[9P-o,3] = + VACp
Luas tanah (As) adalah luas kota (Ac) minus luas perairan (Aw). Luas
udara (Aa) adalah sama dengan luas kota (Ac). Dengan memasukkan
pengaturan luas tersebut maka diperoleh:
[9P-o,3] = (Ac +
VACp
16 Fitoteknologi Terapan
[9
18 Fitoteknologi Terapan
5.8 SEBARAN RTH UNTUK SERAPAN KARBONDIOKSIDA
5.8.1 SEBARAN PADA BADAN AIR
Reaksi (5-1) tetap menjadi rujukan pengaturan sebaran RTH dalam
suatu kota setelah penetapan luas RTH. Ketersediaan air tidak boleh
menjadi faktor pembatas bagi tumbuhan untuk menyerap karbondioksida.
Prinsip ini mengarahkan sebaran RTH seharusnya pada badan air; misalnya
sepanjang sungai, sekeliling lahan basah (waduk, danau) dan pantai.
Gambar 5.6 sebagai ilustrasi perencanaan ideał sebaran RTH sepanjang
badan air.
Gambar 5.7 Sebaran ideal RTH sepanjang badan air dan lintasan utara-
selatan kota Surabaya
20 Fitoteknologi Terapan
Sebaran RTH dataran tinggi lebih luas dibanding RTH dataran rendah
dinyatakan valid dari tinjauán intensitas radiasi Sinar matahari. llmu alam
tersebut mendukung anggapan tradisional dan praktik konvensional, bahwa
penghijauan di dataran tinggi dapat memaksimalkan masukan air hujan ke dalam
tanah. Efek perluasan RTH pada dataran tinggi tidak hanya menjamin
ketersediaan air tanah, tetapi juga mengurangi banjir di di bagian hilir. Gambar
5.8 adalah sebaran RTH ideal berdasarkan topografi, yang ditambahkan pada
sebaran badan air dan lintasan utara-selatan, yang secara keseluruhan menjadi
sebaran ideal RTH wilayah kota.
(5-12)
Karakteristik permukaan tanah dinyatakan sebagai konstanta kekasaran
muka tanah (n). Ah adalah luas muka horizontal limpasan air hujan. R adalah
radius hidrolik pada penampang muka horizontal limpasan air hujan. Kemiringan
tanah (S) adalah perbedaan tinggi tanah sepanjang tanah tertentu, yang tidak
lain adalah topografi.
Gabungan formula (5-11) sampai formula (5-12) menghasilkan formula
model sebaran RTH berdasar topografi, yaitu:
(5-13)
Banyak studi berkaitan dengan mitigasi air hujan menggunakan tumbuhan,
baik dalam sistem green roof maupun dalam sistem permukaan tanah (saluran
perairan, lahan hijau, lahan basah). Hasil studi menunjukkan bahwa limpasan air
hujan dalam RTH adalah
22 Fitoteknologi Terapan
K*l*Av = yang menghasilkan formula luas RTH berikut ini:
(5-14)
Av adalah luas RTH sebagai produk lebar (W) kota dan panjang kota (L),
yang sudah ditentukan pada penetapan GA = [29P0•7 — 3.2P] (km2) sesuai
formula (5-9). Demikian juga kemiringan topografi (S) kota adalah tertentu
secara alamiah.
Secara definitif telah diketahui bahwa Ah, R, dan n adalah khas tempat.
Ketiganya dapat dinyatakan sebagai konstanta al iran perm ukaan tanah, yang
diformulasikan sebagai faktor limpasan (fr) berikut ini:
fr = Ah*R2/3/n (5-15)
Penyusunan kembali formula (5-15) dan formula (5-16) ke dalam formula (5-
14) menghasilkan formula luas RTH berdasar topografi berikut ini:
Av = (fr/fi)* S I/2 (5-1 7)
Formula (5-17) memperjelas perlakuan luas RTH, yaitu RTH makin luas sejalan
dengan kecuraman topografi kota. Secara realita, suatu luasan wilayah kota
mempunyai variasi ketinggian tanah; sehingga dalam menerapkan formula (5-17)
perlu dibuat zonasi topografi. Resultante dari selutuh zonasi topografi yang dibuat
adalah
24 Fitoteknologi Terapan
tutupan lahan alamiah umumnya melepaskan beban terendah
pencemaran air permukaan dan tutupan lahan perkotaan
meiepaskan beban tertinggi pencemaran air permukaan; di antaranya
adalah tutupan lahan agrikultur.
Hubungan antara peningkatan beban pencemaran air
permukaan dan peningkatan aktivitas perkotaan adalah disebabkan
peningkatan tutupan lahan perkotaan buatan manusia. Peningkatan
tutupan lahan perkotaan mengakibatkan peningkatan sifat
impervious (tidak lolos air) tanah, yang dalam kondisi tersebut, aliran
air permukaan (limpasan air hujan, runoff) adalah lebih beşar
dibanding aliran resapan ke dalam tanah (infiltrası). Peningkatan
aliran permukaan itü membawa serta pencemar bersumber aktivitas
manusia dan peningkatan aliran juga menyebabkan erosi tanah,
yang menambah beban pencemaran pada badan air permukaan.
Peningkatan sifat impervious tanah menurunkan kemampuan
tanah untuk mengolah pencemar yang bersumber dari sistem
sanitasi setempat (on-site sanitation system). Sistem sanitasi
setempat adalah serangkaian fasilitas pembuangan air limbah di
tempat penghasilnya. Sebagai contoh adalah pembuangan air
[imbah dari aktivitas rumah menuju tangki septik dan keluaran
tangki septik diresapkan ke dalam tanah; keseluruhannya
berlangsung dalam batas pengelolaan penghuni rumah. Jadi, sistem
sanitasi setempat adalah teknologi bergantung permeabilitas
(mudah lolos air) tanah. Sampai saat ini, kebanyakan kota-kota di
Indonesia menggunakan sistem sanitasi setempat. Dengan
peningkatan pembangunan yang mengurangi tutupan lahan alamiah,
maka sistem sanitasi berpotensi melepaskan pencemar ke limpasan
air permukaan dan menuju ke badan air permukaan.
Contoh keterkaitan antara perubahan tutupan lahan perkotaan
dan pencemaran air permukaan diberikan untuk kota Surabaya.
Sebagai salah satu kota wilayah pesisir, sistem sanitasi yang ada
sampai saatini adalah sanitasi setempat. Selama 10 tahun berselang,
tutupan vegetasi lahan di bagian dataran tertinggi kota berkurang
26 Fitoteknologi Terapan
May-05 Jun-05 Jul.05 Aug-OS Sep-05 Oct-05 Nov-OS Dec-Of Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06
hf/L = (5-18)
Parameter hidrolik (Vr*R2/3) adalah sama untuk ke dua macam
pantai, sehingga ditetapkan sebagai faktor konstan (fc). Dengan
demikian, persamaan (5-19) di bawah ini merupakan persamaan
untuk memprediksi jarak limpasan gelombang menuju daratan:
hf/L — n2fc2 (5-19)
30 Fitoteknologi Terapan
3) Sepanjang badan air termasuk pesisir. Peringkat tertinggi adalah
ketersediaan RTH pada semua badan air yang ada. Secara kuantitatif,
peringkat ini dapat dihitung berdasarkan jumlah dan panjang sungai, jumiah
dan luas lahan• basah, serta panjang pesisir suatu wilayah.
4) Sebaran arah mata angin. Arah sebaran RTH utara-selatan adalah terbaik
dan peringkat menurun searah jarum jam; di mana sebaran RTH timur-barat
adaåah terburuk.
Dengan pemetaan fungsi ekologis RTH di atas, maka pemanfaatannya adalah
ditujukan untuk:
1) Pengembangan baru kawasan permukiman dan aktivitas industri maupun
komersial. Kawasan direncanakan berdasarkan ke-4 ciri fungsi ekologis RTH.
2) Intensifikasi perlakuan tertentu pada RTH yang ada (sub-bab 15.2.2). Hal ini
diarahkan untuk kota/kawasan yang sudah terbangun di mana ciri fungsi
ekologis RTH tidak terpenuhi sama sekali. Perlakuan RTH ini juga sangat
dianjurkan untuk pengembangan RTH baru.
5.11.2 PERLAKUAN RTH YANG ADA
Untuk suatu kota.yang infrastrukturnya sudah terbangun maka jalur hijau
maupun RTH yang ada tetap dipertahankan. Pendekatan solusi untuk
memperbaiki kondisi fungsi ekologis RTH adalah perlakuan peremajaan pohon
dalam bentuk Gambar 5.14, yaitu:
1) Pemangkasan bagian daun secara selang seling antar sekumpulan pohon.
Bagian terpangkas secara cepat tumbuh tunas baru untuk meningkatkan
kapasitas asimilasi karbondioksida.
2) Penanaman tumbuhan baru secara zig-zag diantara pohon yang ada.
Ke dua bentuk tersebut akan membentuk tajuk kasar dan bidang daripada
bentuk garis. Dengan perlakuan tersebut, RTH berfungsi untuk:
1) Memberikan peluang maksimal bagi intersepsi sinar matahari (termasuk
didalamnya paparan, transmisi, pantulan sinar antar pohon). Kondisi ini
sangat menguntungkan untuk ketersediaan energi proses fotosintesis.
2) Menghasilkan al iran turbulensi udara, yang mengangkat pencemar udara
ke atas melebihi ketinggian pohon dan di atas zona hirupan manusia.
32 Fitoteknologi Terapan
arah barat harus mendapat spasi lahan yang mencukupi untuk penempatan
jajaran pohon bertajuk kasar sesuai Gambar 5.14. Hal itu terutama untuk
perlindungan dari sengatan sinar matahari sore.
2) Median jalan utama diperuntukkan untuk RTH, yang sekaligus menjadi
sarana pengeringan air hujan secara fitodrainase.
3) Jalan bagi pejalan kaki, pepohonan sekaligus menjadi kanopi naungan sinar
matahari.
3) Intensifikasi RTH bangunan gedung bertingkat, kawasan aktivitas
berpenghasilan karbondioksida tinggi antara lain terminal bus, stasiun kereta
api, terminal bahan bakar minyak skala besar dan kecil (pompa bensin) dan
sejenisnya.
4) Intensifikasi penggunaan bahan bangunan permeabel (misalnya paving
stone). Bahan permeabel sangat penting dan diperlukan pada skala mikro
tumbuhan (bagian alar). Sebab fitoproses termasuk proses dalam zona akar
yang melibatkan mikroba. Permeabilitas tanah mendukung kondisi aerasi
untuk proses mikrobial berbagai zat dapat dieliminasi. Di samping itu,
permeabilitas tanah mendukung kemampuan fisik tanah dalam penguatan
tegakan pohon dan drainase air hujan setempat.
5.11.4 KERAGAMAN HAYATI
Jenis tumbuhan adalah bukan aspek penentu dalam fungsi ekologis RTH.
Berbagai ragam jenis tumbuhan adalah justru dianjurkan untuk mengakomodasi
berbagai ragam fungsi tempat. Penting menjadi perhatian adalah ragam
tumbuhan berdasarkan fitogeografi, yaitu turnbuhan sesuai daerah asalnya seperti
tumbuhan pantai, tumbuhan lahan basah, tumbuhan dataran rendah, sedang dan
dataran tinggi. Ragam tumbuhan yang ada setempat (native plants) sudah adaptif
pada kondisi yang ada dan dapat tumbuh berkelanjutan, di samping praktis.
Keragaman tumbuhan dapat dipilihkan untuk berbagai ragam fungsi
tempat. Fungsi tempat antara lain: penaungan, penghaåang, pengendali iklim,
penahan erosi dan estetika. Keragaman tumbuhan dapat dipilihkan dari
kategori profil tumbuhan, yaitu:
5.12 RINGKASAN
34 Fitoteknologi Terapan
1) Air dan energi yang disediakan lingkungan digunakan untuk menjalankan
berbagai kegiatan penduduk. Penggunaan air dan energi menghasilkan
karbondioksida yang lepas ke lingkungan. Lepasan (emisi) karbondioksida
dapat diserap oleh udara, air, tanah dan tumbuhan. Sekumpulan tumbuhan
sebagai penyerap karbondioksida dipandang sebagai ruang terbuka
hijau (RTH).
2) Pemenuhan kebutuhan air secara berkelanjutan memerlukan sejumlah
volume reservoir air. Jadi, pada Sisi masukan lingkungan, penduduk
memerlukan reservoir sebagai penyimpan air; dan pada Sisi keluaran
lingkungan, penduduk memerlukan RTH sebagai penyerap karbondioksida.
Satuan luas RTH dihitung menggunakan formula GIJ = [29P- 0•3 — 3,2]
(m20rangl) dan luas RTH menggunakan formula GA = [29P 0•7 — 3.2P] (km2); di
mana jumlah penduduk P dinyatakan dalam satuan jutaan jiwa. Berdasarkan
formula tersebut, luas RTH tidak dapat digeneralisasi untuk semua kota.
3) Penetapãn sebaran RTH untuk memaksimalkan penyerapn
karbondioksida diperlukan upaya maksimal dalam penyediaan RTH searah
lintasan utara-selatan, pada daerah topografi tinggi, dan sepanjang badan air.
DAFTAR PUSTAKA
Samudro, G. and Mangkoedihardjo, S., 2006. Water equivalent method for city
phytostructure of Indonesia. International Journal of Environmental Science
36 Fitoteknologi Terapan