Disusun Oleh:
Kelompok 4
Salah satu jenis pencemar yang dihasilkan dari sumber antropogenik adalah
partikulat. Besarnya ukuran partikulat debu yang dapat masuk kedalam saluran
pernafasan manusia adalah yang berukuran 0,1 µm sampai 10 µm dan berada
sebagai suspended particulate matter (partikulat melayang dengan ukuran ≤ 10
µm dan dikenal dengan nama PM10). Dampak yang ditimbulkan PM10 biasanya
bersifat akut pada saluran pernafasan bagian bawah seperti pneumonia dan
bronkitis baik pada anak-anak maupun pada orang dewasa (Flero, 2000).
Mengacu pada dampak yang dapat ditimbulkan oleh partikulat dalam udara
tersebut, maka dibutuhkan suatu teknologi untuk mengendalikannya. Teknologi
tersebut diperlukan untuk mengurangi keberadaan partikulat sehingga dampak
yang ditimbulkan juga berkurang. Isi dari makalah ini selanjutnya akan
menjelaskan tentang teknologi apa saja yang dapat digunakan untuk
mengendalikan partikulat agar tidak mencemari udara.
Maksud dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengendalian Pencemaran Udara.
Tujuan penulisan makalah ini agar pembaca dapat mengetahui tentang teknologi
pengendalian pencemar partikulat.
2
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang dibahas dalam makalah ini yaitu mengenai teknologi yang
telah diciptakan untuk mengendalikan pencemar udara berupa partikulat.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Partikulat adalah substansi yang berada dalam atmosfer pada kondisi normal
berukuran lebih besar dari molekul (2 Angstrom) tetapi lebih kecil dari pada 500
µm (1 µ = 1 mikron = 10-4 cm). Partikulat di udara tidak hanya dihasilkan dari
emisi langsung berupa partikulat, tetapi juga dari emisi gas-gas tertentu yang
mengalami kondensasi dan membentuk partikulat, sehingga ada partikulat primer
dan partikulat sekunder. Partikulat primer adalah partikulat yang langsung
diemisikan sebagai partikulat, sedangkan partikulat sekunder adalah partikulat
yang terbentuk di atmosfer (Alfiah, 2009).
Partikulat di atmosfer terdiri dari bahan padat dan cair berukuran kecil yang
berasal dari berbagai sumber alami dan antropogenik. Sumber partikulat adalah
(Alfiah, 2009):
1. Sumber alami, antara lain berasal dari debu vulkanik, kebakaran hutan, spora
bunga yang diterbangkan,angina yang membawa partikulat tanah dan
serpihan batuan, penguapan garam-garam air laut, dll;
2. Sumber antropogenik, berasal dari proses dan kegiatan industri seperti asap
dari cerobong, pembakaran limbah padat, dll.
4
kimia dan sifit fisik partikulat tersebut. Lapisan kerak tersebut akan menganggu
proses fotosintesis pada tanaman karena menghambat masuknya sinar matahari
dan mencegah pertukaran CO2 dengan atmosfer, akibatnya pertumbuhan
tanaman menjadi terganggu (Ratnani, 2008).
5
Prinsip penyisihan partikulat dalam Gravity Settler, yaitu gas yang
mengandung partikulat dialirkan melalui suatu ruang (chamber) dengan
kecepatan rendah sehingga memberikan waktu yang cukup bagi partikulat
untuk mengendap secara gravitasi ke bagian pengumpul debu (dust collecting
hoppers).
2) Cyclone
Cyclone adalah suatu peralatan mekanis yang digunakan untuk menyisihkan
partikel dengan ukuran relatif besar dari suatu aliran gas. Memiliki bentuk
yang khas, dapat ditempatkan di atap dari suatu instalasi atau di samping
bangunan. Cyclone diguanakan sebagai precleaner, didesain untuk
menyisihkan >80% kandungan partikel yang berdiameter >20 mikron. Prinsip
penyisihan cyclone yaitu aliran gas bermuatan partikel memasuki cyclone dan
bergerak ke bawah akibat gaya sentrifugal dan gaya inersia dengan aliran
berbentuk spiral, sedangkan partikel berukuran tertentu terlempar ke luar
aliran spiral dan berbenturan dengan dinding cyclone, lalu terendapkan pada
bagian dasar cyclone. Di dekat dasar cyclone, aliran gas berbalik arah
bergerak ke atas dalam putaran spiral (vorteks) yang lebih kecil, dan keluar
lewat outlet pada bagian atas cyclone.
3) Electrostatic Precipitator
Electrostatic Precipitator (EP) adalah alat pengendali pencemar partikulat
yang didasari pada konsep presipitasi akibat gaya elektrostatik. Sangat efektif
sebagai pengendali partikulat yang berukuran <10 mikron. Cara kerja
dari Electro Static Precipitator (ESP) adalah melewatkan gas buang (flue gas)
melalui suatu medan listrik yang terbentuk antara discharge
electrode dengan collector plate, flue gas yang mengandung butiran debu
pada awalnya bermuatan netral dan pada saat melewati medan listrik, partikel
debu tersebut akan terionisasi sehingga partikel debu tersebut menjadi
bermuatan negatif (-). Partikel debu yang sekarang bermuatan negatif (-)
kemudian menempel pada pelat-pelat pengumpul (collector plate).
6
tinggi. Alat ini umum digunakan di industri carbon black dan cemen serta
industri lain yang menangani powder-powder yang jika dibiarkan akan
menyebabkan pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan yang paling
utama yaitu pencemaran udara berupa partikulat (debu). Mengingat debu
yang dihasilkan dari pabrik semen sebenarnya merupakan produk juga (hanya
belum sempurna), maka debu yang tertangkap alat pengendali partikulat akan
dikembalikan lagi ke proses hingga diperoleh produk dengan kehalusan yang
sesuai. Sedangkan untuk pencemaran air dan tanah tidak terlalu berdampak
pada lingkungan.
5) Wet Scrubber
Wet scrubber dirancang dengan konsep menambah kadar air pada partikulat
sehingga akan terpisah dari aliran udara emisi. Kriteria desain unit ini
tergantung pada konsumsi energi yang diperlukan selama proses penyisihan,
makin tinggi energi yang digunakan makin tinggi pula efisiensi penyisihannya.
7
Prinsip penyisihan menggunakan wet scrubber dapat melalui 4 mekanisme,
diantaranya:
a. Impingement: memperbesar ukuran partikulat dengan membubukkan
spray air pada jalur edar partikulat;
b. Difusi: adanya gradien konsentrasi antara spray air dan partikulat
menyebabkan difusi yang menghasilkan deposisi basah;
c. Kondensasi: butir spray air terkondensasi pada permukaan partikulat;
d. Manambah tingkat kelembaban dan gaya electrostatic antar partikel.
8
basah untuk fume dan mist; terhadap elektroda pada saat
Dapat didesain aliran gas ionisasi gas;
dengan temperatur cukup Dibutuhkan personel yang
tinggi; memiliki keahlian khusus
Biaya operasi rendah, dalam pemeliharaan EP.
kecuali untuk efisiensi yang
sangat tinggi.
4. Fabric Filter Efisiensi penyisihan Partikulat tertentu memerlukan
(Baghouse) partikulat yang sangat tinggi pengolahan khusus untuk
baik partikel kasar maupun mengurangi terjadinya
halus, bahkan sangat halus; rembesan partikel pada filter;
Relatif tidak sensitif Konsentrasi partikel pada
terhadap pertumbuhan kolektor (50 g/m3) dapat
aliran gas (efisiensi dan memicu terjadinya kebakaran
kehilangan tekan relatif atau bahaya ledakan;
tidak dipengaruhi oleh Relatif memerlukan biaya
jumlah muatan partikel pemeliharaan yang tinggi;
pada inlet); Umur kain saring dapat
Bahan yang terkumpul menjadi pendek akibat
dapat direcovery untuk temperatur tinggi dan adanya
digunakan kembali pada partikulat yang bersifat alkali;
proses atau dibuang; Materi higroskopis, kondensasi
Tidak dihasilkan air uap, atau komponen adhesif
buangan. dapat mengakibathan
penyumbatan pada fabric
filter sehingga diperlukan aditif
tertentu;
Personel yang melakukan
penggantian kantong penyaring
harus terlindungi sistem
pernafasannya.
5. Wet Scrubber Menyediakan absorpsi gas Berpotensi tinggi terhadap
dan pengumpulan debu korosi;
pada satu unit; Cairan keluar dapat
Dapat mengendalikan menyebabkan masalah
kabut; pencemaran air;
Dapat mendinginkan gas Partikel terkumpul dapat terkon
panas; taminasi dan dapat tidak bisa di
Korosi gas dan debu dapat gunakan kembali.
divariasikan;
Efisiensi pengukuran dapat
divariasikan;
Dapat menangani
debu yang dapat terbakar
dan meledak dengan resiko
yang kecil.
Sumber: Sufiana, 2011
Studi kasus yang diangkat pada makalah ini yaitu industri semen. Industri semen
yang ditinjau pada makalah ini yaitu PT. Indocement, Tbk. yang merupakan salah
satu industri semen di Indonesia. Tipe semen yang dihasilkan di PT. Indocement,
Tbk. merupakan semen tipe PCC, semen khas yang hanya diproduksi di industri
9
semen ini yaitu semen putih. Industri semen relatif tidak menghasilkan limbah
cair karena proses produksi yang digunakan yaitu proses kering. Proses basah
tidak digunakan pada saat ini karena prosesnya yang dinilai tidak efisien dan
cenderung memerlukan biaya produksi yang besar karena memerlukan energi
yang besar pada pemanasan.
Salah satu hasil sampingan pada industri ini berupa limbah gas yang
mengandung partikulat. Agar tidak terjadi pencemaran udara maka sebelum
limbah gas dikeluarkan melalui stack maka partikulat tersebut harus disaring
terlebih dahulu. Industri ini menggunakan Electrostatic Presipitator sebagai salah
satu alat pengendalian pencemaran udara.
10
diperlukan dalam semen. Proses pembakaran di preheater (proses prekalsinasi)
dan proses pembakarandi kiln menjadi klinker. Klinker yang keluar dari kiln dan
masuk kedalam cooler sudah terbentuk padatan dan bersuhu ± 1000–12000C.
Klinker yang masih panas ini perlu didinginkan karena:
a. Klinker yang panas sulit diangkut;
b. Klinker panas mempunyai pengaruh negatif pada proses penggilingan;
c. Udara panas hasil pendinginan klinker dapat dimanfaatkan, sehingga dapat
menurunkan biaya produksi;
d. Pendinginan yang tepat akan meningkatkan kualitas semen.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini, antara lain:
1. Pengolahan partikulat dilakukan untuk meminimalisir/menghilangkan
dampak partikulat;
2. Teknologi pengolahan partikulat yang dapat dilakukan yaitu dengan
menggunakan Gravity Settling Chamber, Cyclone, Electrostatic
Precipitator, Fabric Filter (Baghouse) dan Wet Scrubber;
3. Masing-masing teknologi pengolahan memiliki kelebihan dan kekurangan
dalam pengolahan partikulat.
3.2 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
13
LAMPIRAN
14
Fabric Filter (Baghouse)
15