Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pencemaran udara adalah kondisi di mana terdapat zat atau bahan asing di udara yang
mengakibatkan perubahan komposisi udara dari keadaan alaminya. Kehadiran zat atau bahan
asing yang terkandung diudara selalu mengakibatkan penurunan kualitas udara. Udara pada
wilayah perkotaan cenderung sudah tidak lagi bersih, terutama yang memiliki kegiatan
industri, teknologi, dan lalu lintas yang padat ( Hildayani dan Nadir, 2024 ).
Dalam undang-undang No. 23 Tahun 1997 menerangkan mengenai pengertian
pencemaran udara merupakan masuknya zat, energi atau komponen lain ke dalam udara oleh
aktivitas manusia, sehingga melampaui baku mutu udara yang telah ditetapkan (mutu udara
ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak bisa memenuhi
fungsinya). Pencemaran udara merupakan masuknya atau tercampunya unsur-unsur berbahaya
ke dalam atmosfer yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan sehingga
menurunkan kualitas udara dalam lingkungan ( Kinanta, 2023 ).
Secara umum, pencemar udara dapat dibedakan menjadi dua yaitu pencemar primer dan
pencemar sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan secara
langsung dari sumber pencemaran udara. Karbonmonoksida adalah sebuah contoh dari
pencemar udara primer karena ia merupakan hasil dari pembakaran. Pencemar sekunder adalah
substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer.
Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah sebuah contoh dari pencemaran udara
sekunder (Arwini, 2020 ).
Total Suspended Particulate atau TSP adalah salah satu zat pencemar udara berbahaya
yang sering ditemukan. Partikulat terbagi menjadi dua kategori, yakni particulate (PM2,5, dan
PM10) serta suspended particulate.TSP sebagai salah satu parameter penting yang memiliki
dampak signifikan pada pencemaran udara. Pembentukan parameter TSP yang berpindah ke
udara berasal dari permukaan tanah dapat dipengaruhi berbagai faktor, seperti kadar air tanah,
arah angin, dan jenis vegetasi penutup permukaan tanah. TSP terdiri dari campuran
kompleks partikel padat dan caird alam udara, yang mengandung berbagai zat anorganik,
organik dan partikel debu. Ukuran diameter TSP umumnya kurang dari100 μm bahkan ada yang
berukuran sekitar 50 μm ( Hildayani dan Nadir, 2024 )
Sektor transportasi merupakan salah satu sumber utama dari pencemaran udara yang
banyak menghasilkan gas nitrogen dioksida (NO2). Gas NO2 merupakan polutan yang cukup
berbahaya memiliki karakteristik yang berwarna cokelat kemerahan, berbau tajam, dan dapat
menimbulkan iritasi mata dan sakit pada paru–paru (Dewapandhu dan Priadi ,2023 ).

I.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1.Bagaimana Tingkat pencemaran udara di wilayah kota Makassar berdasarkan konsentrasi


Total Suspended Particulate (TSP) dan Nitrogen Dioxide (NO2)?
2.Bagaimana distirbusi spesial Total Suspended Particulate (TSP) dan Nitrogen Dioxide (NO2)
di kota Makassar ?
3. Apa pola variasi harian dari konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) dan Nitrogen
Dioxide (NO2) di kota Makassar ?
4. Apa saja faktor-faktor yang berkontribusi dalam peningkatan Total Suspended Particulate
(TSP) dan Nitrogen Dioxide (NO2) di kota Makassar ?

I.2 Tujuan Penelitian

1.Menilai tingkat pencemaran udara di wilayah Kota Makassar berdasarkan konsentrasi Total
Suspended Particulate (TSP) dan Nitrogen Dioxide (NO2).
2.Menentukan distribusi special TSP dan NO2 di wilayah kota Makassar.
3.Menganalisis pola variasi harian dari konsentrasi TSP dan NO2.
4.Menentukan faktor-faktor yang berkontrabusi terhadap peningkatan konsentrasi TSP dan
NO2 di wilayah Kota Makassar.

I.3 Ruang Lingkup

1. Penelitian akan dilakukan di wilayah kota Makassar

2. Pengumpulan data TSP dan NO2 dilakukan pada titik-titik tertentu yang mewakili berbagai
aktivitas manusia.

3. Data alkan di kumpulkan selama periode tertentu untuk menangkap variasi harian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Udara Ambient

Udara ambien merupakan udara yang berada di sekeliling manusia dan bergerak bebas di
permukaan bumi. Udara ambien dimanfaatkan manusia dalam kehidupan sehari hari untuk
menggerakkan kincir angin, membantu proses penyerbukan, mengeringkan pakaian, dan lain-
lain. Pemanfaatan udara ambien harus dikelola secara bijaksana dengan mempertimbangkan
kepentingan generasi sekarang dan generasi yang akan datang( Fahmi,2019).
2.2 Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukannya zat, energi, dan atau komponen
lain kedalam udara oleh kegiatan manusia sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia. Pencemaran udara dapat
ditimbulkan oleh sumber – sumber alami maupun dari kegiatan manusia seperti aktivitas pabrik
hingga aktifitas kendaraan bermotor(Sodiq,2019).
Pencemaran udara adalah kondisi di mana terdapat zat atau bahan asing di udara yang
mengakibatkan perubahan komposisi udara dari keadaan alaminya. Kehadiran zat atau bahan
asing yang terkandung di udara selalu mengakibatkan penurunan kualitas udara. Udara pada
wilayah perkotaan cenderung sudah tidak lagi bersih, terutama yang memiliki kegiatan industri,
teknologi, dan lalu lintas yang padat (Hildayani dan Nadi,2024)
Pencemaran udara adalah kehadiran sebuah subtansi fisik, kimia atau biologi dalam udara
yang dapat menganggu kesehatan manusia. Secara spesifik, pencemaran ini dapat membuat
manusia memiliki gangguan pernapasan, seperti asma, ISPA dan bahkan kanker paru-paru
(Purwanto dan eric,2021).
2.3 Faktro yang mempengaruhi dispersi polutan
Dispersi merupakan proses terjadinya aliran polutan yang kontinu terlepas dari sumbernya
(cerobong) dan tertiup oleh angin tetap (stady state) di atmosfer terbuka, aliran polutan tersebut
akan berbelok ke bawah dan terus bergerak sesuai dengan arah rata-rata angin yang
menyebarkan konsentrasi polutan dan membawanya menjauhi sumbernya(Abidin,2019).

a.Temperatur udara
Hubungan antara suhu dengan konsentrasi debu, diketahui adanya hubungan yang berbanding
lurus antara suhu dengan konsetrasi debu. Semakin tinggi suhu maka konsentrasi debu semakin
besar pula. Namun, hal tersebut tidak mewakili kondisi di lapangan diketahui bahwa suhu tidak
memiliki hubungan secara langsung terhadap konsentrasi debu yang ada di udara(Adriani,2020)
b.Kelembaban
Hubungan antara kelembaban udara dengan debu pada pagi hari diketahui bahwa debu dan
kelembaban udara memiliki hubungan yang berbanding terbalik. Kelembaban udara adalah
besarnya kandungan air dalam udara. Semakin tinggi kelembaban udara, maka kandungan
airnya akan semakin besar sehingga akan menetralkan sedikit pencemar termasuk debu
meskipun tidak secara langsung(Adriani,2020)
c.Tekanan
Kecepatan angin dan tingkat radiasi sinar matahari sangat mempengaruhi stabilitas atmosfer.
Kedua faktor tersebut menimbulkan variasi tekanan udara antara lapisan udara di dekat
permukaan tanah dengan lapisan udara yang lebih tinggi. Saat perbedaan tekanan udara di
antara kedua lapisan itu besar, sebagaimana sering terjadi di siang hari maka atmosfer menjadi
tidak stabil. Oleh karena tidak ada radiasi matahari, variasi tekanan udara di malam hari
umumnya tidak terlalu besar. Hal ini menyebabkan atmosfer memiliki kondisi yang lebih stabil
di malam hari(Samita.dkk, 2019)
d.Kecepatan angin
hubungan antara kecepatan angin dengan konsentrasi debu adalah berbanding terbalik. Semakin
tinggi kecepatan angin maka semakin kecil konsentrasi debu di suatu tempat. Hal tersebut
dipengaruhi oleh kemampuan angin yang merupakan faktor pembawa polutan dalam
menyebarkan polutan ke tempat lain (Adriani,2020)
Dispersi polutan dipengaruhi oleh angin (arah dan kecepatan), yang akan mempengaruhi
ke arah mana dan seberapa tinggi konsentrasi polutan di daerah tersebut. Arah angin akan
menentukan arah daerah paparan, sedangkan kecepatan angin akan menentukan seberapa jauh
pencemar akan terbawa sepanjang arah angin dominan. Menurut hasil penelitian,peningkatan
kecepatan angin akan mengakibatkan pencemar mudah jatuh pada jarak yang dekat lebih
dengan sumber pencemar (Turyanti, )
Pola dispersi debu pada pagi hari mengikuti arah angin dan paling besar berada di sebelah
timur laut dengan jarak 400 meter. Pola dispersi menyebar ke arah selatan, hal ini dipengaruhi
oleh arah angin yang bergerak ke arah selatan. Sedangkan pola dispersi debu pada siang hari,
paling besar menyebar ke arah timur. Pola dispersi pada penelitian ini dipengaruhi oleh arah dan
kecepatan angin. Arah angin akan membawa polutan, sementara kecepatan berpengaruh
terhadap sebaran dan seberapa jauh dispersinya. Hal tersebut didukung oleh Putut yang
menyatakan bahwa dispersi dipengaruhi oleh faktor meteorologi seperti kecepatan angin,
turbulensi udara dan stabilitas atmosferPenyebaran dipengaruhi oleh arah dan kecepatan angin.
Pola dispersi debu pada pagi hari menyebar ke arah selatan dengan konsentrasi terbesar berada
di sebelah timur laut dengan jarak 400 m dari sumber emisi. Sedangkan pada siang hari, pola
dispersi mengikuti arah angin dengan konsentrasi terbesar menyebar ke arah
timur(Adriani,2020).
e.Kecepatan Ruang
Tingkat konsentrasi polutan di suatu tempat tidak hanya disebabkan oleh banyaknya
sumber emisi, tetapi juga dipengaruhi oleh laju perubahan baik fisik maupun kimia dari
pencemar serta distribusi atau penyebaran polutan di udara. mekanisme dispersi polutan
dipengaruhi karakteristik meteorologi dan topografi setempat. Meteorologi terdiri dari
unsurunsur radiasi matahari, suhu dan tekanan udara, angin, curah hujan, kelembaban, serta
evaporasi. Faktor meteorologi yang berpengaruh langsung terhadap penyebaran polutan adalah
angin (meliputi arah dan kecepatan) serta stabilitas atmosfer. Sementara itu bentuk topografi
akan turut mempengaruhi karakteristik meteorologi setempat (Ana,2021)
f.Laju Alir
laju aliran permukaan adalah banyaknya atau volume air yang mengalir melalui suatu titik
persatuan waktu, dinyatakan dalam m³ per detik atau m³ per jam. Laju aliran permukaan juga
dikenal dengan istilah debit air. Rasio debit maksimum (Qmax) terhadap minimum (Qmin)
menunjukkan keadaan DAS yang dilalui sungai tersebut. Semakin kecil Qmax / Qmin semakin
baik keadaan vegetasi dan tata guna lahan suatu DAS, dan semakin besar rasio tersebut, maka
semakin buruk keadaan vegetasi dan penggunaan lahan tersebut. Gejolak atau turbulensi yang
terjadi sewaktu air mengalir di permukaan tanah merupakan peristiwa yang sangat berpengaruh
sebagai penyebab erosi (Asdar.dkk, 2021).

2.3 Baku Mutu Pencemaran Udara

Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi,
atau komponen yang ada atau harus ada dan/ atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup. Oleh karena
itu, penentuan telah terjadi pencemaran lingkungan hidup diukur melalui baku mutu lingkungan
hidup yang meliputi: (a) baku mutu air (b) baku mutu air limbah (c) baku mutu air laut (d) baku
mutu udara ambien (e) baku mutu emisi (f) baku mutu gangguan dan (g) baku mutu lain sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi(Yamin,2021).
No Parameter Waktu Baku mutu Metode Peralatan
pengukuran analisis
1 SO2 24 jam 0,01 ppm pararosanilin Spektrophotometer
2 CO 8 jam 20,00 ppm NDR NDR analyzer
3 Nox 24 jam 0,05 ppm Saltzman Spektrophotometer
4 Ox 1 jam 0,10 ppm Chem.lum. Spektrophotometer
5 Debu 24 jam 0,26 mg/m3 Gravimetrik Hi-volume
sampler
6 Pb 24 jam 0,06 mg/m3 Gravimetrik Hi-vol, AAS
7 H2S 30 menit 0,03 ppm Hgthiocyanat Spektrophotometer

8 NH3 24 jam 2,00 ppm Nessler Spektrophotometer

9 HC 3 ja 0,24 ppm Flame Chromatography


ionization
Ga

2.4 Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)


Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor P.14 Tahun 2020 Tentang Indeks Standar Pencemaran Udara, Indeks Standar Pencemar
Udara yang selanjutnya disingkat ISPU adalah angka yang tidak mempunyai satuan yang
menggambarkan kondisi mutu udara ambien di lokasi tertentu, yang didasarkan kepada dampak
terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk hidup lainnya. ISPU sebagaimana
dimaksud pada ayat meliputi parameter:
a. partikulat (PM10);
b. partikulat (PM2.5);
c. karbon monoksida (CO);
d. nitrogen dioksida (NO2);
e. sulfur dioksida (SO2);
f. ozon (O3); dan
g. hidrokarbon (HC).
ISPU sebagaimana dimaksud pada ditentukan dengan tahapan:
a. perhitungan;
b. pelaporan; dan
c. publikasi.
2.5 Polutan Nitrogen Dioksida(no2)
Nitrogen dioksida (NO2) adalah polutan berbentuk gas yang terdiri dari nitrogen dan
oksigen yang merupakan salah satu kelompok gas terkait yang disebut nitrogen oksida, atau
NOx . NO2 dan nitrogen oksida lainnya juga merupakan prekursor dari banyak zat pencemar
udara sekunder yang berbahaya, seperti ozon (O3) dan partikulat (PM), dan berperan dalam
pembentukan hujan asam. Transportasi jalan raya merupakan sumber emisi terbesar NO2,
diikuti oleh pembangkit listrik, peralatan konstruksi berat bertenaga diesel dan mesin bergerak
lainnya, serta boiler industri. NO2 juga dikaitkan dengan efek buruk pada kesehatan manusia.
Pada tingkat tinggi NO2 menyebabkan radang saluran udara. Paparan jangka panjang dapat
memengaruhi fungsi paru-paru dan gejala pernapasan Paru-paru yang terkontaminasi gas NO2
dapat membengkak sehingga penderita kesulitan untuk bernapas, hal ini dapat menyebabkan
kematian(Safira.dkk, 2020).
2.6 Polutan Total Suspended Particulate (TSP)
Total Suspended Particulate atau TSP adalah salah satu zat pencemar udara berbahaya
yang ditemukan. Partikulat terbagi menjadi dua kategori, yakni particulate (PM2,5, dan PM10)
serta suspended particulate. TSP sebagai salah satu parameter penting yang memiliki dampak
signifikan pada pencemaran udara. Pembentukan parameter TSP yang berpindah ke udara
berasal dari permukaan tanah dapat dipengaruhi berbagai faktor, seperti kadar air tanah, arah
angin, dan jenis vegetasi penutup permukaan tanah. TSP terdiri dari campuran kompleks
partikel padat dan cair dalam udara, yang mengandung berbagai zat anorganik, organik dan
partikel debu. Ukuran diameter TSP umumnya kurang dari 100 µm bahkan ada yang berukuran
sekitar 50 µm. Total Suspended Partikulat (TSP) adalah partikel atau aerosol berukuran <100
µm, yang merupakan partikel tidak halus yang tersaring pada sistem pernafasan atas. PM10
adalah partikel halus dengan ukuran hingga 10 μm yang masuk dalam sistem pernafasan.
Sedangkan PM2.5 yaitu partikel sangat halus dengan ukuran kurang dari 2.5 μm dan dapat
masuk jaringan paru-paru sehingga dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, termasuk
infeksi saluran pernafasan, penyakit jantung, anemia, melemahnya sistem kekebalan tubuh,
hambatan pertumbuhan, gejala autisme, kanker paru-paru, bahkan meningkatkan risiko
kematian (Hildayani dan Nadir,2024).
2.7 Klasifikasi Kendaraan
Menurut Peraturan Pemerintah Republic Indonesia Nomor 55 Than 2012, Kendaraan
adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Tidak
Bermotor. Kendaraan Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh peralatan
mekanik berupa mesin selain Kendaraan yang berjalan di atas rel. Kendaraan Tidak Bermotor
adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh tenaga manusia dan/atau hewan. Sepeda Motor
adalah Kendaraan Bermotor beroda 2 (dua) dengan atau tanpa rumah-rumah dan dengan atau
tanpa kereta samping, atau Kendaraan Bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah. Mobil
Penumpang adalah Kendaraan Bermotor angkutan orang yang memiliki tempat duduk maksimal
8 (delapan) orang, termasuk untuk pengemudi atau yang beratnya tidak lebih dari 3.500 (tiga
ribu lima ratus) kilogram. Mobil Bus adalah Kendaraan Bermotor angkutan orang yang
memiliki tempat duduk lebih dari 8 (delapan) orang, termasuk untuk pengemudi atau yang
beratnya lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram. Mobil Barang adalah Kendaraan
Bermotor yang dirancang sebagian atau seluruhnya untuk mengangkut barang.
2.8 Perhitungan
a.Perhitungan konsentrasi NO2
b.Perhitungan konsentrasi TSP
c.Kesamaan center
2.9 Alat impinger
Air sampler impinger, merupakan sebuah alat tersebut dengan pompa yang akan menarik udara
bebas ke dalam botol penjerap yang berisi larutan penjerap untuk setiap parameter. Mula-mula
larutan penjerap untuk setiap parameter dimasukan ke dalam masing-masing botol penjerap.
Kemudian diatur laju alir untuk setiap parameter. Laju alir untuk NH3 antara 1 L/menit sampai
2 L/menit, NO2 pada 0,4 L/menit, O3 antara 0,5 L/menit sampai 3 L/menit, dan SO2 antara 0,5
L/menit sampai 1 L/menit (Zahra.dkk, 2022)
2.10 Alat high volume air sampler (HVAS)
High Volume Air Sampler (HVAS) merupakan alat yang menggunakan pompa vakum
berkapasitas tinggi untuk mengambil partikel udara melalui penyaringan volume udara yang
besar di atmosfer. Alat ini dilengkapi dengan perangkat pengukurfilter, filter dan kontrol laju
aliran udara. Peralatan High Volume Air Sampler (HVAS) digunakan untuk mengukur
konsentrasi partikel udara TSP (Hildayani dan Nadir,2024).
Cara kerjanya adalah udara dihisap menggunakan pompa vakum dan disalurkan melalui
filter berukuran 20,3 cm × 25,4 cm dengan minimal 98,5% efisiensi penyaringan, setara dengan
porositas 0,3 μm, pada laju aliran antara 1,1 hingga 1,7 m3/menit selama 24 jam dengan
toleransi waktu ± 1 jam. Jumlah partikel yang didapatkan pada filter dianalisis menggunakan
gravimetri dan dilaporkan dalam satuan yang sesuai yaitu μg/Nm3 (SNI 7119-3:2017)
Melalui inlet selektif PM10, udara akan diambil kemudian dilewatkan pada filter
berukuran 20,3 cm × 25,4 cm dengan minimal 98,5 % efisiensi penyaringan setara dengan
porositas 0,3 μm pada laju aliran 1,1 hingga 1,7 m3/menit selama 24 jam dengan toleransi waktu
± 1 jam. Jumlah partikel yang terkumpul di filter kemudian dianalisis menggunakan gravimetri.
Hasilnya kemudian ditampilkan sebagai besar massa partikulat yang didapatkan per satuan
volume contoh udara sebagai μg/Nm3 (SNI 7119.15:2016).
Melalui inlet selektif PM2,5 udara akan diambil kemudian dilewatkan pada filter
berukuran 25,4 cm × 20,3 cm dengan minimal 98,5 % efisiensi penyaringan atau setara dengan
porositas 0,3 μm pada laju aliran 1,1 hingga 1,7 m3/menit selama 24 jam dengan toleransi waktu
± 1 jam. Jumlah partikel yang terkumpul di filter kemudian dianalisis menggunakan gravimetri.
Hasilnya kemudian ditampilkan sebagai besar massa partikulat terkumpul per satuan volume
contoh udara sebagai μg/Nm3 (SNI 7119.14:2016).

Tabel 1. Baku Mutu Udara Ambien

Waktu
No. Parameter Baku Mutu Metode Analisis Peralatan
Pengukuran
1. SO2 (Sulfur 1 jam 900 µg/Nm3
Dioksida) 24 jam 365 µg/Nm3 Pararosanilin Spektrofotometer
3
1 Tahun 60 µg/Nm
2. CO 1 jam 30.000µg/Nm3
(Karbon 24 jam 10.000 NDIR NDIR Analyzer
Monoksida) 1 tahun µg/Nm3
3. NO2 1 jam 400 µg/Nm3
(Nitrogen 24 jam 150 µg/Nm3 Saltzman Spektrofotometer
Dioksida) 1 tahun 100 µg/Nm3
4. O3 (Oksida) 1 jam 235 µg/Nm3
Chemiluminescent Spektrofotometer
1 tahun 50 µg/Nm3
5. HC (Hidro 3 jam 160 µg/Nm3 Gas
Flamed Ionization
Karbon) Chromatografi
6. PM10 24 jam 150 µg/Nm3 Gravimetric Hi-vol
PM2,5 24 jam 65 µg/Nm 3

Gravimetric Hi-vol
1 tahun 15 µg/Nm3
7. TSP (debu) 24 jam 230 µg/Nm3
Gravimetric Hi-vol
1 tahun 90 µg/Nm3
8. Pb (Timah 24 jam 2 µg/Nm3 Gravimetric
Hi-vol
Hitam) 1 tahun 1 µg/Nm3 Ekstraktif
AAS
Pengabuan
9. Dustfal 30 hari 10
l ton/km2/bulan
(Debu (permukiman)
Gravimetric Cannister
Jatuh) 10
ton/km2/bulan
(industri)
10. Total 24 jam 3 µg/Nm3 Impinger atau
Specific Ion
Flourides 90 hari 0,5 µg/Nm3 Continous
Electrode
(as F) Analyzer
Waktu
No. Parameter Baku Mutu Metode Analisis Peralatan
Pengukuran
11. 40 µg/100 cm2
Flour Limed Filter-
30 hari dari Kertas Colorimetric
Indeks Paper
Limed Filter
12. Khlorine & Impinger atau
Specific Ion
Khlorine 24 jam 150 µg/Nm3 Continous
Electrode
Dioksida Analyzer
13. 1 mg SO3/100
Sulphat Lead Peroxide
30 hari cm3 dari Lead Colometric
Indeks Candie
Peroksida
Sumber : Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999
Untuk nomor 11 sampai dengan 13 hanya diperuntukkan
untuk kawasan perindustrian Kimia Dasar misalnya, Industri
Pembuatan Asam Sulfat, Industri Petrokimia.

Anda mungkin juga menyukai