Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

“TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENCEMARAN PARTIKULAT”

OLEH:
KELOMPOK II

DHIA QATRUNNADA (1710941021)


FANNY NOVIANA YOGA (1710942004)
MALISA SAFITRI (1710942008)
WINDY DHIA LATHIFAH (1710942010)
INTAN PANJI LESTARI (1710942035)
ALIFQIA ZAWATTIL ANNISA (1710943002)
ALVIANI PUTRI (1710943010)
NURVADILLA DWI DANISA (1710943017)

DOSEN PENGAMPU:
Dr. FADJAR GOEMBIRA

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun menginspirasi terhadap pembaca.

Padang, Agustus 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3
2.1 Pengendalian Pencemaran Udara .......................................... 3
2.2 Pencemar Partikulat ................................................................ 3
2.3 Teknologi Pengendalian Partikulat .......................................... 5
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Pengendalian Pencemar

Partikulat ............................................................................... 14

BAB III KESIMPULAN .............................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Umumnya makhluk hidup sangat membutuhkan oksigen untuk bernafas


sedangkan pksigen itu sendiri berada pada udara yang tidak tampak oleh mata
telanjang, sehingga udara merupakan 1actor yang penting dalam kehidupan
makhluk hidup. Namun, pembangunan fisik kota dan pusat – pusat industri
mengalami peningkatan yang menyebabkan terjanji perubahan pada kualitas
udara. Udara yang dulunya segar, kini kering dan kotor. Keadaan ini apabila tidak
segera di tanggulangi dapat membahayakan kesehatan manusia, kehidupan
hewan, serta tumbuhan.

Pencemaran udara merupakan masalah yang memerlukan perhatian khusus,


khususnya untuk daerah-daerah kota besar. Pencemaran udara yang ada dapat
berasal dari asap kendaraan bermotor, asap pabrik ataupun partikel-partikel yang
lain. Saat ini mulai dilakukan upaya pemantauan pencemaran udara. Dari hasil
pemantauan tersebut diketahui ada beberapa parameter yang cukup
memprihatinkan, diantaranya yaitu debu (partikulat), Sulfur Dioksida (SO ),
2

Oksida nitrogen (NO ), Karbon dioksida (CO) dan hidrokarbon (HC). Pencemar
x

lainnya adalah timbal (Pb) yang dikandung dalam bensin (Premium). Keberadaan
timbal (Pb) di udara dapat membahayakan bagi kesehatan manusia.

Sebenarnya secara alamiah atmosfer mampu dan telah melakukan self cleansing
untuk mengontrol polusi udara di alam. Namun, karena aktivitas yang
menyebabkan pencemaran udara terus-menerus terjadi maka dibutuhkan
beberapa alat atau teknologi dalam mengendalikan pencemaran udara, Upaya
teknologi pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan melalui:
Pengendalian pada sumbernya, meliputi pengendalian pencemaran debu/
partikel, gas, dan buangan kendaraan bermotor. Pengendalian lingkungan,
usaha pengendslisn pencemaran perlu dilengkapi dengan usaha teknik
pengendalian agar sesuai dengan fungsinya. Maka makalah ini bertujuan untuk
menjelaskan teknologi pengendalian pencemaran udara.

1
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini diantaranya:


1. Apa yang dimaksud dengan teknologi pengendalian pencemaran partikulat?
2. Apa saja jenis teknologi pengendalian pencemaran partikulat?
3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan masing-masing teknologi pencemaran
partikulat?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengendalian Pencemaran Udara

Berdasarkan peraturan pemerintah RI No. 41 tahun 1999 tentang pengendalian


pencemaran udara, yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah masuknya
atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien
oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
Sedangkan pengendalian pencemaran udara merupakan upaya pencegahan
dana atau penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan mutu udara.
Pencemaran udara terbagi atas pencemaran gas dan partikulat.

2.2 Pencemar Partikulat

Partikulat adalah substansi yang berada dalam atmosfer pada kondisi normal
yang secara ukuran dinyatakan dalam satuan mikron (µm – micrometer). Sifat
fisis partikel yang penting adalah ukurannya, yang berkisar antara diameter
0,0002 mikron sampai sekitar 500 mikron. Partikulat yang memiliki ukuran lebih
dari 100 mikron dikategorikan sebagai kelompok yang mudah mengendap,
sedangkan yang memiliki ukuran kurang dari 100 mikron dikategorikan sebagai
partikulat tersuspensi di udara. Partikulat untuk ukuran kurang dari 10 mikron
dapat berpotensi berpengaruh terhadap sistem pernapasan (inhalable
particulate) dan yang berukuran kurang dari 1 mikron merupakan kelompok
permanently suspended di udara (BPSDM PU, 2018).

Pencemar partikel bersumber dari sumber alami da sumber antropogenik.


Berbagai proses alami, mengakibatkan penyebaran partikel diatmosfer, misalnya
letusan volkano dan hembusan debu serta tanah oleh angin. Aktivitas manusia
juga berperan dalam penyebaran partikel, misalnya dalam bentuk partikel –
partikel debu dan asbes dari bahan bangunan, abu terbang dari proses
peleburan baja dan asap dari proses pembakaran tidak sempurna, terutama dari
batu arang. Sumber partikel yang utama yaitu pembakaran bahan bakar dari
sumbernya, dikuti oleh proses-proses industri (Ratnani, 2008).

3
Partikel sangat mempengaruhi kehidupan, baik itu bagi lingkungan dan bagi
makhluk hidup, antara lain (Ratnani, 2008):
a. Pengaruh partikel terhadap tanaman;
Pengaruh partikel terhadap tanaman terutama adalah dalam bentuk
debunya, dimana debu–debu tersebut jika bergabuing dengan uap air atau
air hujan akan membentuk kerak yang tebal pada permukaan daun dan tidak
dapat tercuci dengan air hujan kecuali digosok. Lapisan kerak tersebut akan
menganggu proses fotosintesis pada tanaman karena menghambat
masuknya sinar matahari dan mencegah pertukaran CO2 dengan atmosfer,
akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi terganggu. Bahaya lain yang
ditimbulkan dari pengupulan partikel pada tanaman adalah kemungkinan
bahwa partikel tersebut mengandung komponen kimia yang berbahaya bagi
hewan yang memakan tanaman tersebut.
b. Pengaruh partikel terhadap manusia;
Pengaruh partikel terhadap manusia yaitu polutan partikel masuk kedalam
tubuh manusia melalui sistem pernafasan, oleh karena itu pengaruh yang
merugikan terjadi pada sistem pernafasan. Faktor yang berpengaruh
terhadap sistem pernafasan adalah ukuran partikel, karena ukuran partikel
yang menentukan seberapa jauh penetrasi partikel kedalam sistem
pernafasan.
c. Pengaruh partikel terhadap bahan lain;
Partikel – partikel yang terdapat diudara dapat mengakibatkan berbagai
kerusakan pada berbagai bahan. Jenis dan tingkat kerusakan yang
dihasilkan oleh partikel dipengaruhi oleh komposisi kimia dan sifit fisik
partikel tersebut.
d. Pengaruh partikel terhadap radiasi solar dan iklim;
Partikel yang terdapat diatmosfer berpengaruh terhadap jumlah dan jenis
radiasi solar yang dapat mencapai permukaan bumi. Pengaruh ini
disebabkan oleh penyebaran dan absorbsi sinar oleh partikel. Salah satu
pengaruh utama yaitu penurunan visibilitas. Jumlah polutan partikel
bervariasi dengan musim atau iklim. Pada musim salju dan gugur, sistem
pemanas didalam rumah–rumah dan gedung meningkat sehingga
dibutuhkan tenaga yang lebih tinggi yang mengakibatkan terbentuknya lebih
banyak partikel.

4
Fasa partikulat di atmosfer terdiri dari sub solid (padat) dan liquid (cair). Secara
terminologi, bentuk-bentuk partikulat dapat berupa dust, ash, smoke, fume, dan
aerosol. Sedangkan dalam bentuk campuran bisa berupa aerosol (BPSDM PU,
2018):
a. Dust;
Dust pada umumnya didefinisikan sebagai produk samping dari proses
mekanis (crushing, grinding, drilling) dan erosi alami abrasi. Partikulat pada
kategori dust dapat berada pada rentang 1 – 1000 mikron. Partikulat dust
pada umumnya bersifat irregular (tidak beraturan).
b. Ash;
Berdasarkan terminologi ini, partikulat ash merupakan produk dari
pembakaran atau proses termal dari senyawa organik. Produknya berukuran
antara 1 – 10 mikron. Dalam implementasi peraturan, dapat dibagi menjadi
bottom ash dan fly ash.
c. Smoke;
Smoke merupakan asosiasi partikulat yang berukuran 0,1 -1 mikron dengan
uap air. Smoke yang memiliki ukuran partikulat yang lebih besar dengan
dominasi black carbon yang sering disebut soot (jelaga).
d. Fume;
Fume merupakan produk nukleasi senyawa uap logam, organik dan unsur lain
karena pemanasan pada temperatur yang sangat tinggi namun mengalami
pendinginan sehingga melewati titik embun gas buang. Fume memiliki ukuran
< 1 mikron.
e. Aerosol;
Kategori ini merupakan asosiasi senyawa pada tingkat ionik sehingga memiliki
perilaku seperti partikulat. Ukuran aerosol dapat terjadi hingga ukuran 10
mikron, namun dominasi tertinggi adalah pada rentang kurang dari 2,5 mikron.

2.3 Teknologi Pengendalian Partikulat

Secara mekanistik teknologi pengendalian partikulat terdiri dari 6 cara, yaitu


(BPSDM PU, 2018) :
a. Proses Gravitasi
Pada proses ini penyisihan dilakukan dengan memanfaatkan gaya berat/gravitasi
dari partikulat itu sendiri yang menghasilkan kecepatan pengendapan. Sehingga
mekanisme penyisihannya memanfaatkan ruang yang mampu menghasilkan

5
kecepatan terminal saat partikulat terpisah dari stream aliran gas buang. Proses
ini hanya efektif pada ukuran partikulat lebih dari 70 mikron. Skema mekanisme
pengendalian partikulat proses gravitasi dapat digambarkan sebagai berikut,
dimana proses akan terkait dengan jenis alat pengendali gravity settler:

Gambar 1. Mekanisme Penyisihan Gaya Gravitasi dan Alat Pengendali Partikulat


Sumber: BPSDM PU, 2018

b. Proses Sentrifugal
Pada proses ini, kelemahan pada mekanisme gravitasi dicoba diatasi dengan
memberikan percepatan gaya sentrifugal dan pembentukan vortex. Sehingga
partikulat dapat terpisah dari stream aliran gas buang. Penambahan gaya
sentrifugal ini mampu menyisihkan partikulat hingga ukuran 5 mikron. Skema
mekanisme pengendalian partikulat dapat digambarkan sebagai berikut, dimana
proses akan terkait dengan jenis alat pengendali cyclone:

Gambar 2. Mekanisme Penyisihan Gaya Sentrifugal dan Alat Pengendali Partikulat


Sumber: BPSDM PU, 2018

c. Proses Elektrostatik
Pada proses ini partikulat diberikan muatan pada bagian permukaannya
kemudian ditangkap oleh bidang pengumpul yang bermuatan berlawanan. Pada
mekanisme pemberian muatan ini, ukuran partikel efektif adalah lebih kecil dari
10 mikron karena pada ukuran yang lebih besar, muatan akan mudah lepas dari
bidang permukaan seiring dengan berkurangnya gaya induksi elektrik. Skema
mekanisme pengendalian partikula dengan proses elektrostatik dapat

6
digambarkan sebagai berikut, dimana proses akan terkait dengan jenis alat
pengendali elevtrostatic presipitator:

Gambar 3. Mekanisme Penyisihan Gaya Elektrostatik dan Alat Pengendali Partikulat


Sumber: BPSDM PU, 2018

d. Proses Impaksi (Tumbukan)


Proses penyisihan pada proses ini adalah melalui menumbukkan partikel dengan
bidang material tertentu yang tegak lurus dengan garis edar gas buang. Proses
impaksi akan efektif jika pada titik tumbukan tercapai kecepatan terminal
sehingga tidak terpantul kembali dan terbawa aliran gas buang. Skema
mekanisme pengendalian partikulat denagn proses impaksi dapat digambarkan
sebagai berikut, dimana proses akan terkait dengan jenis alat pengendali fabric
filter:

Gambar 4. Mekanisme Penyisihan Impaksi dan Alat Pengendali Partikulat


Sumber: BPSDM PU, 2018

e. Proses Intersepsi (Singgungan)


Pada proses intersepsi, partikulat masih akan terbawa dalam garis edar gas
buang namun ketika memasuki zona porositas, partikel akan mengalami
kehilangan tekan sehingga terpisah dari gas buang. Skema mekanisme
pengendalian partikulat dengan proses intersepsi dapat digambarkan sebagai
berikut, dimana proses akan terkait dengan jenis alat pengendali fabric filter:

7
Gambar 5. Mekanisme Penyisihan Intersepsi dan Alat Pengendali Partikulat
Sumber: BPSDM PU, 2018

f. Proses Difusi
Proses ini merupakan mekanisme lebih lanjut dari partikulat dengan proses
impaksi namun terjadi kesetimbangan momentum sehingga perilaku partikel
akan mengalami perubahan sesuai materi atau bidang yang terkena impaksi.
Skema mekanisme pengendalian partikulat dapat digambarkan sebagai berikut,
dimana proses akan terkait dengan jenis alat pengendali wet scrubber:

Gambar 6. Mekanisme Penyisihan Gaya Elektrostatik dan Alat Pengendali Partikulat

Namun, berdasarkan distribusi dominan dari ukuran partikelnya, tipe


pengendalian partikulat secara umum dapat dihubungkan dengan Gambar 7.

Gambar 7. Mekanisme Pengendalani Partikulat berdasarkan distribusi ukuran partikel


Sumber: BPSDM PU, 2018

8
Adapun beberapa jenis pengendalian pencemar partikulat yang telah digunakan
dalam berbagai kegiatan pada saat ini yaitu:

1. Gravity Settling Chamber

Settling chamber adalah alat pengendalian partikulat pertama yang sering


dipakai untuk menurunkan emisi debu. Saat ini sudah jarang dipakai karena
tingkat efisiensinya yang rendah untuk partikel berukuran kecil (Purwanta, 2018).

Gambar 8. Skema dasar penyisihan alat gravity settling chamber


Sumber: BPSDM PU, 2018

Prinsip penyisihan partikulatnya yaitu aliran gas yang mengandung partikulat


dialirkan melalui suatu ruang (chamber) dengan kecepatan rendah sehingga
memberikan waktu yang cukup bagi partikulat untuk mengendap secara gravitasi
ke bagian pengumpul debu (dust collecting hoppers) dengan faktor penentu Vs
yaitu kecepatan mengendap (terminar settling velocitu). Ukuran partikel
tersisihkan yaitu ukuran besar (sangat kasar, supercoarse) sekitar besar dari 70
mikrometer.

2. Cyclone

Cyclone adalah alat yang menggunakan prinsip gaya sentrifugal dan tekanan
rendah karena adanya perputaran untuk memisahkan materi berdasarkan
perbedaan massa jenis dan ukuran. Alat ini menggunakan prinsip pemisahan
partikel dengan menggunakan gaya inersia partikel. Udara yang mengandung
partikulat akan berputar seperti siklon(spiral). Partikel besar tidak dapat bergerak
terus karena gaya inersia tersebut. akibatnya terlepas dari vortex dan mengenai
dinding siklon akibat gaya sentrifugal dan jatuh ke dalam hopper karena gravitasi.
Saat gas mencapai dasar siklon, gerakan akan berputar ke arah yang
9
berlawanan menuju ke atas tabung dan keluar lewat lubang keluar. Dinding
siklon yang menyempit ke bawah unit, memungkinkan partikel terkumpul di
hopper. Cyclone memiliki bentuk yang khas, dapat ditempatkan di atap dari suatu
instalasi atau di samping bangunan. Cyclone digunakan sebagai precleaner,
didesain untuk menyisihkan >80% kandungan partikel yang berdiameter >20 µm
(Purwanta, 2018).

Faktor penentu disain cyclone yaitu kecepatan inlet gas, diameter partikel dan
perbandingan ukuran bagian-bagian cyclone. Cyclone lebih efisien jika
digunakan untuk memindahkan atau menangkap partikel besar dan kurang
efisien untuk partikel kecil atau ringan. Akan tetapi cyclone tidak cocok digunakan
bagi industri yang menemisikan partikulat basah, karena dapat terkumpul di
dinding siklon atau inlet. Skema dasar penyisihan alat cyclone (BPSDM PU,
2018):

Gambar 9. Skema dasar penyisihan alat cyclone


Sumber: BPSDM PU, 2018

3. Electrostatic Precipitator

Electrostatic Precipitator (ESP) merupakan salah satu alat pengendali partikel


yang didasari konsep presipitasi menggunakan tenaga listrik untuk
menghilangkan partikel keluar dari aliran gas buang dan ke atas piringan
kolektor. ESP sangat efektif untuk partikulat yang berukuran <10 µm (BPSDM
PU, 2018).

10
Skema dasar penyisihan alat electrostatic precipitator:

Gambar 10. Skema dasar penyisihan alat ESP


Sumber: BPSDM PU, 2018

Cara kerja dari Electro Static Precipitator (ESP) adalah melewatkan gas buang
(flue gas) melalui suatu medan listrik yang terbentuk antara elektroda bermuatan
(discharges electrode) dengan plat pengumpul (collector plate), flue gas yang
mengandung butiran debu pada awalnya bermuatan netral dan pada saat
melewati medan listrik, partikel debu akan terionisasi sehingga partikel debu
tersebut menjadi bermuatan negatif (-). Partikel debu yang sekarang bermuatan
negatif (-) kemudian menempel pada pelat-pelat pengumpul (collector plate).
Debu yang dikumpulkan di collector plate dipindahkan kembali secara periodik
dari collector plate melalui suatu getaran (rapping). Debu ini kemudian jatuh ke
bak penampung (ash hopper), dan dipindahkan ke fly ash silo dengan cara di
vakum atau dihembuskan (Purwanta, 2018).

Efisiensi penghilangan partikel pada ESPs sangat bervariasi, namun untuk


partikel yang kecil sekitar 99 %. ESP tidak hanya digunakan dalam aplikasi

11
utilitas tetapi juga industri lainnya (untuk gas buang lainnya) seperti semen, pulp
and paper dan baja.

4. Fabric Filter

Fabric filter adalah unit pengendali pencemaran udara yang disisihkan melalui
mekanisme impaksi, intersepsi dan difusi. Fabric filter atau baghouses,
menangkap debu dari gas buang dengan melalui buangan poros fabric. Fabric
filter ini sangat efisien untuk menangkap partikel dengan efisiensi 99% jika
diaplikasikan dengan alat lainnya (Purwanta, 2018).

Skema dasar penyisihan alat fabric filter:

Gambar 11. Skema dasar penyisihan alat fabric filter


Sumber: BPSDM PU, 2018

Kinerja fabric filter atau baghouses sangat tergantung pada seleksi bahan fiber
dan pembuatan kain. Bahan fiber yang digunakan harus cukup kuat pada suhu
gas maksimum dan sesuai dengan komponen kimia gas yang dikumpulkan di
hopper. Salah satu kerugian dari fabric filter ini jika temperatur gas tinggi harus
sering didinginkan sebelum dihubunkan dengan media filter. Oleh karena itu
sering didinginkan agar tidak cepat rusak atau terbakar dan berkorosi. Fabric
filter menggunakan bahan filter tertentu seperti nilon atau wol untuk menyisihkan
partikel dari aliran gas buang. Karakterirtik kain saring/ filter, diantaranya
(BPSDM PU, 2018) :
a. dapat terbakar jika digunakan untuk mengkoleksi debu yang mudah
teroksidasi

12
b. Umur kain saring dapat menjadi pendek akibat temperatur tinggi dan adanya
partikulat atau gas yang bersifat alkali
c. Materi higroskopis, kondensasi uap, atau komponen adhesif dapat
mengakibatkan penyumbatan pada fabric filter sehingga diperlukan aditif
tertentu
d. Personel yang melakukan penggantian kantong penyaring harus terlindungi
sistem pernafasannya

5. Wet Scrubber

Wet scrubber dirancang dengan konsep penambahan kadar air pada partikulat
sehingga akan terpisah dari aliran udara emisi. Kriteria desain unit ini tergantung
pada konsumsi energi yang diperlukan selama proses penyisihan. Makin tinggi
energi yang digunakan pada saat proses maka makin tinggi pula efisiensi
penyisihannya (BPSDM PU, 2018).

Skema dasar penyisihan alat wet scrubber:

Gambar 11. Skema dasar penyisihan alat wet scrubber


Sumber: BPSDM PU, 2018

Prinsip penyisihan menggunakan wet scrubber dapat melalui 4 mekanisme,


diantaranya (BPSDM PU, 2018):
a. Impingement yaitu memperbesar ukuran partikulat dengan membubukkan
spray air pada jalur edar partikulat;
b. Difusi yaitu ketika adanya gradien konsentrasi antara spray air dan partikulat
yang menyebabkan difusi sehingga menghasilkan deposisi basah;

13
c. Kondensasi yaitu ketika butir spray air terkondensasi pada permukaan
permukaan partikulat;
d. Menambah tingkat kelembaban dan gaya electrostatic antar partikel.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Teknologi Pengendalian Pencemar


Partikulat

Kelebihan dan kekurangan dari masing-masing teknologi yang telah dijelaskan


sebelumnya adalah sebagai berikut (BPSDM PU, 2018):

Tabel 1 Kelebihan dan Kekurangan Teknologi Pengendalian PencemarnPartikulat


No Teknologi Kelebihan Kekurangan
1 Gravity  Desain alat sederhana  ukurannya besar, perlu lahan
Settling  Mudah dibuat konstruksinya yang luas
Chamber  Pemeliharaan yang mudah  harus dibersihkan secara
dan biaya pemeliharaan manual dalam interval waktu
sangat rendah tertentu hanya dapat
menyisihkan partikel
berukuran besar
2 Cyclone  Capital cost rendah  Efisiensi rendah untuk partikel
 Peralatan relatif sederhana yang sangat kecil
 Dapat dioperasikan pada  Biaya operasi tinggi karena
temperatur tinggi tingginya pressure drop
 Pemeliharaan mudah
 Merupakan sistem pengumpul
kering
 Kebutuhan lahan relatif tidak
luas
3 Electrostatic  Efisiensi penyisihan partikel  Capital cost yang tinggi
Presipitator sangat tinggi  Hanya menyisihkan partikulat
 Mampu menyisihkan partikel dan tidak dapat menyisihkan
berukuran kecil (0,1 -10 pencemar dalam bentuk gas
mikron)  Tidak terlalu fleksibel
 Dapat menangani debit aliran  Memerlukan lahan yang luas
gas besar dengan kehilangan  Tidak dapat digunakan untuk
tekan yang rendah. partikel yang memiliki
 Kehilangan tekanan sekitar resistivitas elektrik (electrical
2,54 cm H2O (<< jika resistivity) yang terlalu tinggi
dibandingkan dengan (>1010 ohm.cm) atau terlalu
scrubber ataupun fabric filter) rendah (104-107 ohm.cm)
 Dapat digunakan untuk  Ozon dihasilkan dari
pengumpul sistem kering bagi pemberian muatan negatif
materi yang bernilai, atau terhadap elektoda pada saat
pengumpul sistem basah ionisasi gas
untuk fume dan mist  Dibutuhkan personel yang
 Dapat didisain aliran gas memiliki keahlian khusus
dengan temperatur cukup dalam pemeliharaan EP
tinggi
 Biaya operasional rendah,
kecuali untuk efisiensi yang
sangat tinggi
4 Fabric Filter  Efisiensi penyisihan partikulat  Partikulat tertentu
yang sangat tinggi baik memerlukan pengolahan
partikel kasar maupun halus, khusus untuk mengurangi
14
No Teknologi Kelebihan Kekurangan
bahkan sangat halus terjadinya rembesan partikel
 Relatif tidak sensitif terhadap pada filter
perubahan aliran gas:  konsentrasi partikel pada
 Bahan yang terkumpul dapat kolektor (~50g/m3) dapat
direcovery untuk digunakan memicu terjadinya kebakaran
kembali pada proses atau atau bahaya ledakan jika
dibuang terdapat percikan api secara
 Tidak dihasilkan air buangan tidak sengaja;
 Relatif memerlukan biaya
pemeliharaan yang tinggi
(penggantian kantong
penyaring, dan lain lain)
5 Wet  Netralisasi partikel korosif dan  Menimbulkan pencemaran air
Scrubber yang mudah terbakar  Produk dikumpulkan dalam
 Dapat menurunkan emisi kondisi basah
yang suhunya tinggi serta  Masalah korosi lebih sering
memungkinkan untuk timbul daripada menggunakan
menggabungkan dengan sistem kering
penyisihan gas  Kehilangan tekanan dan
 Kebutuhan lahan relatif tidak energi yang dibutuhkan tinggi
luas  Kebutuhan biaya
pemeliharaan relatif tinggi

Sumber: BPSDM PU, 2018

15
BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini, antara lain:
Pengendalian partikulat dilakukan untuk meminimalisir/menghilangkan dampak
pencemar partikulat yaitu dengan menggunakan teknologi pengendalian
pencemar patikulat;
1. Teknologi pengendalian partikulat yang dapat dilakukan yaitu dengan
menggunakan Gravity Settling Chamber, Cyclone, Electrostatic Precipitator,
Fabric Filter dan Wet Scrubber;
2. Teknologi pengendalian pencemar partikulat masing-masing memiliki
kelebihan kelebihan dan kekurangan dalam pengendaliannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

BPSDM PU. 2018. Modul Pengendalian Emisi Partikulat dan Gas dari Fasilitas
WtE Termal. Bandung: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan,
Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah.

Purwanta, Wahyu. 2018. Pemenuhan Baku Mutu Udara Emisi dan


Penanganannya; Tinjauan Atas Polutan Partikulat, NOx dan SO2.
Jakarta: Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi.

Ratnani, RD. 2008. Teknik Pengendalian Pencemaran Udara yang diakibatkan


Partikel. Semarang: Universitas Wahid Hasyim.

Anda mungkin juga menyukai