1. Karya Ilmiah
a. Pengertian Karya Ilmiah
Karya ilmiah terdiri dari dua kata, yakni karya, artinya kerja, berbuat, dan
ilmiah artinya bersifat ilmu.
Karya ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta umum
dan ditulis menurut metodologi penulisan yang benar dan kebenarnnya dapat
dibuktikan.Pendapat yang ada dalam karya ilmiah selalu disertai dengan bukti
pendukung.Macam karya ilmiah adalah makalah, skripsi, jurnal, artikel, buku-
buku ilmiah, tesis, disertasi.
Makalah : karya tulis yang memuat pemikiran tentang suatu masalah
atau topik tertentu yang ditulis secara sistematis dan disertai
dengan analsis yang logis dan objektif.
Artikel Ilmiah : karya tulis yang dirancang untuk dimuat dalam jurnal atau
buku kumpulan artikel yang ditulis dengan tata cara ilmiah
dan mengikuti pedoman yang sduah disepakati/ditetapkan.
Namun masih ada unsur lain yang melengkapi kerangka karya ilmiah
yaitu halaman pendahuluan (kata pengantar, daftar isi) dan daftar
pustaka.
(1) Kata Pengantar
Kata Pengantar berisi uraian yang mengantarkan para pembaca
kearah permasalahan yang dibahas.Selain itu dalam kata pengantar
juga berisi tentang ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu menyelesaikan karya tersebut.
(2) Daftar Isi
Daftar isi memuat judul-judul bab, sub bab, dan bagian-bagian
lainnya dengan disertai halaman temapt bab itu berada.
2) Langkah-langkah penulisan
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa langkah-langkah penulisan karya
ilmiah sebagai berikut:
a) Menentukan pokok masalah
Sebelum mulai menulis, terlebih dahulu perlu menentukan pokok
masalah yang akan ditulis. Hal ini penting karena tanpa masalah maka
sukar menentukan bahan tulisan.Kemudian untuk menentukan pokok
masalah maka perlu memperhatikan perkembangan empiris walaupun
hanya selintas.Sebab masalah itu terjadi apabila ada kesenjangan
antara kriteria ideal dengan yang terjadi di lapangan.
Contoh:
Standar kemampuan siswa kelas IV SD dalam berhitung.
Kelas IV SD harus sudah mampu memindahkan hitungan
kilometer ke meter dan sebaliknya. Tetapi dalam kenyataannya
di kelas IVd ada beberapa siswa yang belum mampu
melaksanakan hal tersebut, walaupun sudah sudah ada latihan
berkali-kali. Dari sini dapat dilihat bahwa ada hambatan belajar
pada beberapa siswa tersebut. Dari permasalah diatas dapat
menentukan pokok masalah yang akan di tulis yaitu Hambatan
Belajar Berhitung Siswa Kelas IV SD.
b) Mengumpulkan bahan
Mengumpulkan bahan artinya seorang penulis harus paham dengan
masalah yang diangkat dan dia mencari teori-teori/buku-buku yang
relevan dengan masalah yang tersebut.
Contoh:
Pokok masalah diatas adalah kekurangmampuan siswa dalam
belajar berhitung. Kemudian cari teori tentang
kekurangmampuan siswa dalam belajar berhitung, atau hasil
penelitian orang lain yang berkaitan dengan masalah tersebut.
Hal ini berguna untuk menentukan teori yang akan melandasi,
dan memperkuat tulisan.
3) Teknik pengetikan
Teknik pengetikan karya ilmiah sebagai berikut:
1. Karya ilmiah ditik dengan kertas kuarto A-4
2. hurufnya Times New Roman ukurannya: 12
3. Karya ilmiah ditik dengan jarak dua spasi
4. Baris tepi kiri, tapi atas, tepi kanan, dan tepi bawah
kurang lebih 4 cm, 4 cm, 3 cm dan 3 cm.
4 cm
4 cm 3 cm
3 cm
a) Penulisan judul bab dan sub bab. Judul bab harus ditulis dengan huruf
basar semua, tanpa garis bawah dan titik. Nomor bab menggunakan
angka romawi. Setiap huruf awal dari judul sub bab harus ditulis
dengan huruf besar kecuali kata sambung.
Contoh:
BAB I
PENDAHULUAN
b) Cara penomoran dapat menggunakan salah satu dari dua cara yaitu:
Cara pertama
A.
1.
a.
1)
a)
(1)
(a)
Cara kedua
BAB I
Pendahuluan
1.1.1
1.1.1.1
1.1.1.2 dan seterusnya.
Jadi karya ilmiah populer adalah karangan ilmiah yang berisi tentang ilmu
pengetahuan dengan tehnik penyajian yang sederhana, gaya bahasa yang lebih
bebas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan kehidupan sehari-hari.
Sasaran karya ilmiah populer adalah masyarakat umum, dan hampir tidak ada
bentuk penyusunan karya ilmiah populer yang baku tetapi masih menjaga
unsur kerangka dasar yaitu pembukaan, uraian atau isi dan penutup.
Sasaran untuk mempublikasikan karya ini hampir tidak ada yang berdiri
sendiri secara utuh dan biasanya dalam media massa. Karya ilmiah populer
biasanya dijumpai pada majalah, koran atau tabloid.
2) Jembatan
Dalam karya ilmiah populer, jembatan bertugas menjembatani
pendahuluan masuk ke tubuh tulisan, isinya masih terkait dengan
pendahuluan tetapi sudah mulai masuk ke tubuh tulisan.
3) Tubuh tulisan
Tubuh tulisan dalam karya ilmiah populer berisi situasi dan proses, disertai
penjelasan yang mendalam tentang mengapa dan bagaimana. Situasi dan
proses di dalam karya ilmiah populer tidak disertai pendapat subjektif.
4) Penutup
Penutup tulisan dalam karya tulis ilmiah populer berisi pesan
mengesankan. Di samping itu juga berisi suatu kesimpulan dari uraian
tulisan sebelumnya.
Contoh:
BERSABARLAH
Oleh: Rajab
Sabar adalah pengendalian diri. Sabar sebuah kata yang mudah
diucapkan tetapi sulit dikerjakan. Sebab tidak semua orang yang bisa
mengendalikan diri sewaktu menghadapi sesuatu masalah. Oleh sebab
itu Allah sudah mengingatkan kita supaya bersabar, sesuai dengan
firman-Nya dalam surat Al-Baqarah ayat 153 dengan artinya: Hai orang-
orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Kemudian dalam surat An-Nisa ayat 25 dengan artinya:kesabaran itu
lebih baik bagimu.
Kesabaran dapat dikelompokkan kedalam beberapa bagian yaitu 1)
Sabar dalam berlaku taat kepada perintah, artinya kita harus sabar dalam
melaksanakan perintah baik perintah Allah maupun perintah orang tua.
Bila seseorang diperintah oleh orang tuanya dan dia mendongkol berarti
dia tidak berlaku sabar. 2) Sabar dalam menempuh musibah, artinya
semua orang akan menjalani musibah, baik terhadap dirinya maupun
kepada deliarganya. dan sabar dalam menerima cobaan/ujian.
Dengan demikian Sabar mudah diucapkan dan sulit dilaksanakan,
sabar terbagi kepada dua macam yaitu sabar dalam menjalan perintah
Allah dan sabar dalam menempuh musibah.
b. Sumber Teori
Sumber teori dari buku dan bacaan. Teori mempunyai dua kritetia yaitu cocok
dengan situasi empiris, dan melakukan fungsi teori yaitu meramalkan,
menerangkan, dan menafsirkan.
c. Pengkajian Teori
Pengkajian teori merupakan ulasan kepustakaan yang mendalam, karena dapat
memberikan landasan yang rasional mengapa penulisan karya ilmiah yang
diangkat perlu diteliti dalam kaitannya dengan pengetahuan yang lebih luas.
Ulasan kepustakaan berfungsi untuk mengorganisasikan penemuan-penemuan
penulisan karya ilmiah sebelumnya dan menempatkan sumbangan
pengetahuan dari penulisan ilmiah yang sedang dilaksanakan dalam kerangka
penemuan. Kepustakaan terkait adalah bahan-bahan yang secara nyata relevan
dengan permasalahan penulisan ilmiah. Sumber ulasan kepustakaan dapat
dibedakan menjadi 3 yaitu 1). Primer yaitu berisi hasil penelitian atau tulisan
yang merupakan kerya asli, 2). Sekunder yaitu berisi hasil peneltian atau
tulisan yang dipublikasikan, dan 3). Preliminer yaitu bahan-bahan rujukan
yang digunakan untuk membantu pembaca menemukan sumber primer dan
sekunder.
d. Lahirnya Teori (Kebenaran)
Kebenaran itu terdiri dari 4 macam:
1) Kebenaran Empiris
Kebenaran Empiris adalah kebenaran yang biasa digunakan oleh para
ilmuwan, merupakan suatu pernyataan dalam bentuk hipotesis (menerima
atau menolak sesuatu). Kebenaran ini sejalan dengan teori Korespondensi
yaitu suatu pernyataan adalah benar jika materi yang dikandung
pernyataan tersebut berhubungan dengan objek yang dituju oleh
pernyataan tersebut.
Contoh:
Ibu kota Sumatera Barat adalah Padang, pernyataan ini benar,
tetapi jika ada orang yang menyatakan ibu kota Sumatera Barat
Bukittinggi maka pernyataan tersebut jelas salah karena tidak
sesuai dengan kesepakatan.
2) Kebenaran Logis
Kebenaran Logis (matematis) yaitu suatu pernyataan yang telah diketahui
sebagai kebenaran atau berakhir dengan beberapa kepercayaan dasar yang
dinyatakan sebagai kebenaran matetatis. Kebenaran ini sejalan dengan
teori Koherensi yaitu suatu observasi dinyatakan benar jika dibuktikan
dengan suatu teori tertentu.
Contoh:
3+4=7
2+5=7
1+6=7
3) Kebenaran Etis
Kebenaran Etis yaitu suatu pernyataan adalah benar jika seseorang yang
menyatakanya berbuat sesuai dengan ukuran pelaksanaan yang bersifat
moral atau professional.
4) Kebenaran Metafisis
Kebenaran Metafisis adalah suatu pernyataan kebenaran tak dapat diuji
kebenarannya dengan hanya dihadapkan kepada beberapa norma,
penarikan kesimpulan yang logis, atau pelaksanaan yang professional
tetapi diterima sebagaimana adanya karena dasarnya tidak dapat
dibuktikan dengan ketidakbenaran. Kebenaran Metafisis diperoleh tidak
ilmiah.
Contoh:
Wahyu, ilham, penemuan kebenaran secara kebetulan.
2) Karangan nonfiksi
Karangan nonfiksi adalah karang yang di tulis berdasarkan fakta yang
nyata. Pada karangan ini sikap pengarang tidak ditampilkan dengan jelas
dan karangan ini bersifat lebih objektif.
Karangan nonfiksi terbagai kepada beberapa bagian yaitu:
a) Karangan persuasi yaitu tulisan yang menguraikan suatu masalah atau
keadaan yang dibuktikan dengan data-data dan fakta-fakta yang
bertujuan untuk mengajak, membujuk atau mempengaruhi pembaca,
sehingga mau mengikuti atau mengerjakan seperti yang diharapkan
olej penulis.
Contoh: Peranan Pemuda dalam Mengisi Kemerdekaan.
b) Karangan deskripsi adalah karangan yang bersifat melukiskan atau
menggambarkan sesuatu dengan sajian kata-kata, sehingga pembaca
seolah-olah mendengar, merasakan, dan menyaksikan sendiri tentang
tema atau topik tersebut.
Contoh: Hubungan Transmigrasi dengan Pemerataan Hasil-hasil
Pembangunan.
c) Karangan argumentasi adalah karangan yang didalamnya dikemukakan
contoh dan bukti yang kuat serta meyakinkan, sehingga pembaca
terpengaruh dan membenarkan pendapat, gagasan, sikap dan
keyakinan. Akhirnya orang lain akan berbuat sesuai dengan kehendak
penulis.
Contoh: Peranan dan Manfaat KUD untuk Petani dan Penduduk Desa.
d) Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan, menjelaskan
sesuatu sehingga pembaca mendapatkan informasi, keterangan atau
petunjuk agar lebih mudah dalam mengerjakan sesuatu perbuatan.
Contoh: Cara Membuat Kue Lapis.
Contoh:
Kedudukan dan peranan Penghulu di dalam kampuang atau dilingkungan kaum
sepesukuan sesuai dengan perkataan Amir M.S (2003:150) yaitu:
Nan tinggi tampak jauah nan gadang jolong basuo
kayu gadang di tangah padang tampek balinduang
kapansan tampek bataduah kahujanan ureknyo
tampek baselo batangnyo tampek basanda pai
tampek batanyo pulang tampek babarito biang nan
akan manambukkan gadiang nan akan mamutuihkan
tampek mangadu sasak sampik.
Catatan:
Kutipan lansung penulisannnya harus sama dengan teks yang aslinya.
3) Kutipan tidak langsung, cara penulisannya sebagai berikut:
a) Kutipan diintegrasikan langsung dengan teks.
b) Jarak antarbaris/spasi adalah dua spasi.
c) Kutipan itu tidak diapit dengan tanda kutip.
d) Dalam kurung ditempatkan nama pengarang dan didalam kurung
ditempatkan tahun terbit, tanpa tanda titik dua, dan nomor halaman
tempat pernyataan atau pendapat seseorang diamabil.
Contoh:
Sekarang harta pusaka itu telah mulai berkurang, karena jumlah anak
2003 : 152)
Catatan:
Kutipan tidak lansung penulisannnya tidak harus sama dengan teks
yang aslinya atau boleh menggunakan bahasa penulis.
Prinsip-prinsip Pengutipan
Jika ingin mengutip pendapat orang lain maka ada tiga hal yang harus
diperhatikan yaitu:
a) Tidak melakukan perubahan
Seorang penulis tidak boleh melakukan perubahan kata-kata dalam
mengutip pendapat ahli jika kutipan langsung. Jika penulis ingin
melakukan perubahan dalam kutipan maka dia harus memberi
keterangan yang jelas bahwa kutipan itu sudah diadakan perubahan.
Perubahan itu ditandai dengan kurung segiempat [.] pada
kata/kalimat yang dirubah.
Contoh:
1
Salmadanis dan Duski Samad.Adat Basandi Syarak Nilai dan
Aplikasinya Menuju Kembali ke Nagari dan Surau.
Jakarta:Penerbit PT. Kartini Insan Lestari. 2003). hal.152.
2
Ibid
2) Loc. Cit dari kata loco citato, artinya pada tempat yang sama dengan
sumber yang telah mendahuluinya. Jadi penggunaan Loc. Cit ini jika sudah
ada sumber lain yang mendahuluinya.
Contoh:
3
Nana Sudjana.Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah Makalah-
Skripsi-Tesis-Disertasi. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Offset.
5
Salmadanis dan Duski Samad, Loc. Cit.
3) Op. Cit dari kata opera citato, artinya sumber yang sudah di kutip
sebelumnya
6
Salmadanis dan Duski Samad, Op. Cit. hal. 155.
c. Daftar Pustaka
1. Ketentuan Penulisan Daftar Pustaka
Ketentuan yang diberlakukan dalam membuat daftar pustaka sebagai
berikut:
a) Daftar referensi disusun menurut abjadnama pengarang.
b) Baris pertama di ketik setiap referensi rata kiri, dan baris selanjutnya
masuk ke dalam lima spasi.
c) Jarak antara satu referensi dengan referensi lain dua spasi.
d) Gelar pengarang tidak dicantumkan.
Perbedaan:
Catatan Kaki Daftar Pustaka
a) Dicatat berdasarkan nomor a) Dicatat berdasarkan urutan abjad
urut. nama pengarang.
b) Setiap kutipan diiringi b) Tidak menyebutkan nomor
dengan nomor halaman. halaman.
c) Jarak antara sumber pertama c) Jarak antara sumber pertama
dengan ke dua yaitu satu dengan sumber ke dua yaitu 2
spasi. spasi.
Persamaan:
a) Sama-sama menyebutkan nama pengarang
b) Sama-sama menyebutkan tahun penerbitan
c) Sama-sama menyebutkan judul buku
d) Sama-sama menyebutkan tempat penerbitan
e) Sama-sama menyebutkan penerbit
Anjuran:
1. Lakukan penelitian/pengamatan untuk mencari bukti penunjang yang mendukung
topik tulisan
2. Tunjukkan adanya kematangan berpikir
3. Sadarlah bahwa ada yang pendapat/pandangan berbeda terhadap topik tulisan
4. Gunakan nada positif dan menghindari keragu-raguan
5. Berasumsilah bahwa pembaca itu pandai
Larangan:
2. Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
Isi dari latar belakang masalah adanya kesenjangan antara harapan dan
kenyataan, baik kesenjangan teoritis ataupun kesenjangan praktis.
Latarbelakang masalah dipaparkan secara ringkas tentang teori, hasil
peneltian, kesimpulan seminar, diskusi ilmiah atau pengalaman-pengalaman
pribadi yang terakait dengan masalah yang diangkat. Hal itu diambil supaya
latar belakang masalah tersebut punya landasan yang kuat.
b. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah artinya peneliti mendapatkan beberapa masalah pokok
yang terjadi pada objek penelitian dan jangan satu masalah saja yang
dikemukakan akan tetapi lebih dari dua masalah.
c. Batasan Masalah
Batasan masalah artinya peneliti dapat memilih satu masalah pokok dari
beberapa masalah yang sudah diidentifikasi supaya pembahasan lebih
terfokus.
d. Rumusan Masalah
Rumusan masalah artinya mempertanyakan masalah pokok yang diangkat
supaya dicarikan jawabannya. Pada umumnya rumusan masalah tersebut
dibuat dalam bentuk kalimat tanya, kalimat tersebut singkat dan jelas dan inti
masalah kelihatan dengan jelas.
e. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah suatu yang ingin dicapai oleh peneliti setelah
penelitian dilaksanakan, tujuan pada umumnya jawaban atas masalah yang
dirumuskan. Dengan demikian jika peneliti membuat tujuan penelitian harus
mengacu pada rumusan masalah.
f. Kegunaan Penelitian
Peneliti harus mampu menyakinkan masyarakat bahwa hasil penelitiannya
dapat bermanfaat bagi masyarakat baik secara teori maun praktis.
g. Metodologi Penelitian
1) Penelitian Lapangan
2) Penelitian Perpustakaan
3) Penelitian Laboratorium
3. Kajian Perpustakaan
a. Kajian Teori
Kajian teori berisikan teoro-teori yang relevan dengan masalah yang akan
diteliti. Kajian teori diperoleh dari buku-buku atau sumber yang dapat
dipercaya yang harus dicari, dan harus menyebutkan semua variabel yang
diteliti.
b. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran berisi tentang model pendekatan yang digunakan peneliti
dalam memecahkan masalah yang dirumuskan dengan mendasarkan teori-teori
tertentu yang telah dikaji sebelumnya.
4. Analisis Data
5. Daftar Pustaka
2. Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
Isi dari latar belakang masalah adanya kesenjangan antara harapan dan
kenyataan, baik kesenjangan teoritis ataupun kesenjangan praktis.
Latarbelakang masalah dipaparkan secara ringkas tentang teori, hasil
peneltian, kesimpulan seminar, diskusi ilmiah atau pengalaman-pengalaman
pribadi yang terakait dengan masalah yang diangkat. Hal itu diambil supaya
latar belakang masalah tersebut punya landasan yang kuat.
b. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah artinya peneliti mendapatkan beberapa masalah pokok
yang terjadi pada objek penelitian dan jangan satu masalah saja yang
dikemukakan akan tetapi lebih dari dua masalah.
c. Batasan Masalah
Batasan masalah artinya peneliti dapat memilih satu masalah pokok dari
beberapa masalah yang sudah diidentifikasi supaya pembahasan lebih
terfokus.
d. Rumusan Masalah
Rumusan masalah artinya mempertanyakan masalah pokok yang diangkat
supaya dicarikan jawabannya. Pada umumnya rumusan masalah tersebut
dibuat dalam bentuk kalimat tanya, kalimat tersebut singkat dan jelas dan inti
masalah kelihatan dengan jelas.
e. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah suatu yang ingin dicapai oleh peneliti setelah
penelitian dilaksanakan, tujuan pada umumnya jawaban atas masalah yang
dirumuskan. Dengan demikian jika peneliti membuat tujuan penelitian harus
mengacu pada rumusan masalah.
f. Kegunaan Penelitian
Peneliti harus mampu menyakinkan masyarakat bahwa hasil penelitiannya
dapat bermanfaat bagi masyarakat baik secara teori maun praktis.
3. Kajian Perpustakaan
a. Kajian Teori
Kajian teori berisikan teoro-teori yang relevan dengan masalah yang akan
diteliti. Kajian teori diperoleh dari buku-buku atau sumber yang dapat
dipercaya yang harus dicari, dan harus menyebutkan semua variabel yang
diteliti.
b. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran berisi tentang model pendekatan yang digunakan peneliti
dalam memecahkan masalah yang dirumuskan dengan mendasarkan teori-teori
tertentu yang telah dikaji sebelumnya.
c. Rumusan Hipotesis
Kalau penelitiannya bersifat deskriptif dengan variabel mandiri maka, peneliti
tidak perlu merumuskan hipotesis, tetapi penelitian yang bersifat experimental
maka peneliti harus mengajukan hipotesis.
4. Metodologi Penelitian
a. Waktu dan Tempat Penelitian
b. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian merupakan strategi yang diambil oleh peneliti dalam
memecahkan masalah penelitian. Rancangan ini berisi gambaran tentang
keterkaitan antara berbagai variabel penelitian sebagaimana yang sudah
ditentukan dalam perumasan masalah dan hipotesis yang diajukan.
c. Populasi dan Sampel
d. Variabel Penelitian
e. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
f. Analisis Data
5. Daftar Pustaka
1. Bagian Awal
Isi dari bagain awal adalah:
a. Halaman Sampul
Halaman sampul berisi: judul secara lengkap, kata skripsi atau tesis, Nomor
Pokok Mahasiswa (NBP), Lambang Perguruan Tinggi dengan diameter 5 cm,
diikuti dengan nama lengkap institusi, fakultas dan jurusan serta waktu lulus
ujian. Semua huruf diketik dengan huruf capital dan font 12 17. Hal ini dapat
dilihat pada contoh berikut:
b. Halaman Logo
Lembaran Logo hanya berisi lambing Perguruan Tinggi dengan ukuran 5 cm
c. Halaman Judul
Halaman judul sebetulnya sama dengan halam sampul tetapi ada yang terletak
di luar dan di dalam.
d. Lembaran Persetujuan
Lembaran persetujuan dibagi menjadi dua yaitu lembaran persetujuan
pebimbing untuk diuji pada ujian skripsi/tesis dan lembaran pengesahan untuk
mengesahkan skripsi/tesis oleh penguji, ketua program studi dan dekan.
Lembaran ini diberikan setelah skripsi/tesis ini diperbaiki oleh mahasiswa. Hal
ini sesuai dengan contoh berikut.
e. Abstrak
Dalam teks abstrak disajikan secara padat inti sari skripsi/tesis yang mencakup
latar belakang masalah, masalah yang diteliti, metode yang digunakan, hasil
yang diperoleh, kesimpulan yang dapat ditarik dan saran yang diajukan. Teks
abstrak ditulis dengan spasi tunggal dan tidak boleh lebih dari 2 halaman.
f. Kata Pengantar
Dalam kata pengantar dicantumkan ucapan terima kasih penulis kepada orang-
orang yang terkait dengan lembaga, organisasi atau pihak lain yang telah
membantu dalam mempersiapkan dan melaksanakan serta menyelesaikan
penulisan skripsi/tesis.
g. Daftar Isi
h. Daftar Tabel
i. Daftar Ganbar
j. Daftar Lampiran
2. Bagian Inti
Bagian inti dari skripsi/tesis terdiri dari; Bab.I Pendahuluan, Bab.II Kajian
Pustaka, Bab. III Metode Penelitian, Bab. IV Hasil Penelitian, dan Bab. V
Penutup.
3. Bagian Akhir
Bagian akhir dari penelitian ini berisi daftar pustaka, pernyataan keaslian tulisan
dari penulis, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup.
SKRIPSI
Bismillahirrahmanirrahim
Telah selesai diberikan bimbingan dalam penulisan skripsi/tesis sehingga naskah
skripsi/tesis ini telah memenuhi syarat dan dapat disetujui untuk dipertahankan dalam
ujian skripsi/tesis, oleh:
Nama :
NBP :
Program Studi :
Judul skripsi/tesis :
Padang,
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
DISETUJUI OLEH:
KETUA PROGRAM STUDI
..
..
Contoh Lembaran Pengesahan
Bismillahirrahmanirrahim
Nama :
NBP :
Program Studi :
Waktu : Pukul .
TIM PENGUJI
PENGUJI I : ( )
PENGUJI II : ( )
PENGUJI III : ( )
PENGUJI IV : ( )
PENGUJI V : ( )
PANITIA PENGUJI
Ketua Sekretaris
.. .
Abstract
This research is aimed to describe the isolects used in the locations with the
same name in Minangkabau to trace the speakers migration. In this occasion, the
research is focused on three isolects used in three locations, namely Rao-rao. The
analysis is focused on two aspects, that are the clans name and the addressing
system. To analyze the data is used identity method. Based on the analysis,it can be
concluded that the same name of locations does not determine the similarity of clans
name and the same name of locations does not determine the similarity of
addressing system. It means that the same name of locations does not relate with
the two aspects and can not be used to trace the speakers migration.
1. Pendahuluan
Penelitian isolek-isolek yang dituturkan di tempat yang memiliki kesamaan
nama di Minangkabau, guna menelusuri arah migrasi penuturnya, sejauh
pengetahuan penulis, belum pernah dilakukan. Isolek-isolek tersebut dapat dikaji dari
berbagai aspek. Pada kesempatan ini kajian difokuskan pada dua aspek, yakni nama
suku dan kata sapaan, khususnya kata sapaan dalam hubungan kekerabatan.
Omar (1985:4) menyatakan bahwa suatu bahasa mempunyai wilayah pakai
yang sama dengan wilayah yang dihuni oleh para penuturnya. Wilayah pakai bahasa
tersebut bisa meluas dan bisa pula menyempit mengikuti penyebaran penuturnya.
Jika penuturnya menyebar ke daerah yang luas, maka luaslah wilayah penyebaran
bahasanya. Sebaliknya, jika penuturnya lebih suka dibatasi oleh garis wilayah yang
kecil, maka kecillah wilayah bahasanya. Penyebaran bahasa yang mengikuti
penyebaran penuturnya itu dinamakan penyebaran secara migrasi atau secara
perpindahan.
Pernyataan di atas membuktikan bahwa migrasi masyarakat sekaligus juga
mengakibatkan migrasi bahasa dan budaya. Oleh sebab itu, menarik untuk diteliti
apakah kesamaan nama tempat juga akan menunjukkan kesamaan asal
penduduknya. Dengan kata lain, adanya kesamaan nama tempat apakah ada
hubungannya dengan migrasi penduduknya. Selanjutnya, kesamaan nama tempat
apakah juga akan menunjukkan kesamaan dalam hal nama suku dan kata sapaan.
Penelitian tentang nasab ibu dan merantau pernah dilakukan oleh Kato
1
Makalah yang disajikan pada Seminar Internasional Linguistik Lintas Bidang yang diselenggarakan
oleh Program S-2 Linguistik PPs. Universitas Andalas dan MLI Cabang Unandpada tanggal 18 Maret
2010, Padang, Indonesia.
2
Dosen Universitas Andalas
(1982), tetapi penelitian tersebut dilakukan dari sudut pandang antropologi dan
sosiologi. Penelitian yang berhubungan dengan kata sapaan juga pernah dilakukan
di beberapa tempat di Minangkabau, seperti Syafyahya dkk. (2000), Sari (2000), dan
Kasih (2000). Akan tetapi, semua penelitian itu, tanpa melihat hubungan kata sapaan
itu dengan kesamaan nama tempat seperti yang dilakukan ini. Selanjutnya, studi
yang mendalam tentang merantau dilakukan oleh Naim (1984). Penelitian Naim
merupakan penelitian dari sudut pandang sosiologi, yang mencoba menjawab empat
masalah pokok, yaitu: (1) siapa yang merantau, (2) mengapa mereka merantau, (3)
ke mana mereka merantau, dan (4) apa akibat merantau tersebut. Istilah merantau
digunakan Naim khusus untuk seseorang yang bepergian ke luar daerah budayanya.
Penelusuran daerah asaldan arah migrasi, bukan hanya dilakukan
berdasarkankajian sejarah, sosiologi, dan antropologi,melainkan juga dapat
dilakukan berdasarkan kajian bahasa, seperti penelitian Nothofer (1995)(lihat Nadra
dan Reniwati, 2009:7). Penelitian tentang penelusuran daerah asal dan arah migrasi
berdasarkan kajian bahasa ini juga telah dilakukan oleh Nadra (2001, 2004, dan
2009), dan Nadra dkk. (2006 dan 2008). Tulisan ini merupakan kelanjutan dari
penelitian-penelitian yang telah penulis lakukan tersebut, tetapi dengan
menggunakan metode dan aspek yang berbeda. Tulisan ini merupakan bagian yang
dikembangkan dari penelitian yang berjudul Kajian Arah Migrasi Berdasarkan
Kesamaan Nama Tempat di Minangkabau (Nadra dan Wahyuni, 2008).
Dalam tulisan ini, istilah merantau yang dianut Naim, sebagaimana telah
dikemukakan sebelumnya, tidak diikuti sepenuhnya. Pengertian merantau yang
digunakan adalah pergi ke tempat lain atau pindah dari tempat asal ke tempat lain,
baik dalam etnis yang sama maupun dalam etnis yang berbeda (bandingkan dengan
Omar, 1985). Jadi, merantau dalam pengertian ini bisa terjadi dalam luhak yang
sama, bisa dari satu luhak ke luhak lain, bisa dari luhak ke daerah perluasannya,
ataupun pergi ke luar daerah budayanya.
Dalam tulisan ini, migrasi atau merantau dikaji berdasarkan variasi nama
suku dan kata sapaan yang digunakan di tempat yang memilikikesamaan nama.
Untuk tujuan tersebut digunakan metode padan.
Setelah diamati, ternyata beberapa nama tempat yang ada di Alam
Minangkabau memiliki kesamaan, baik yang terdapat di daerah luhak yang sama,
maupun antara luhak yang satu dan luhak yang lain, ataupun antara luhak dan
daerah rantau. Pada kesempatan ini penelitian difokuskan pada tiga isolek yang
digunakan di tiga tempat yang memiliki kesamaan nama, yakni Rao-rao yang
terdapat di daerah luhak dan daerah rantau. Untuk daerah luhak, nama Rao-rao
ditemukan di daerah Luhak Tanah Datar. Sesuai dengan pernyataan Kato (1982) dan
Naim (1984), Luhak Tanah Datar memiliki rantau, yakni Rantau Solok. Di daerah
Solok ini, tepatnya di Kabupaten Solok Selatan, juga ditemukan nama tempat Rao-
rao. Selain itu, di daerah rantau Agam tepatnya di Kabupaten Pasaman Barat juga
terdapat nama tempat Rao-rao.
2. Pembahasan
Sebelum pembahasan mengenai nama suku dan kata sapaan dikemukakan,
terlebih dahulu dijelaskan asal nama tempat Rao-rao tersebut. Nama tempat Rao-rao
di Kab. Tanah Datar digunakan untuk menunjuk pada nama nagari atau kenagarian.
Secara administratif, Kenagarian Rao-rao ini terletak di Kecamatan Sungai Tarab.
Terdapat beberapa versi asal kata dan nama tempat Rao-rao ini. Sebagian
masyarakat mengemukakan bahwa kata rao-rao berasal dari kata arah yang
artinya adalah menunjukkan suatu pedoman ke suatu tempat. Dalam isolek Rao-rao
diucapkan arahnyo, kemudian diucapkan arah-arah-o dan selanjutnya diucapkan
menjadi rao-rao. Ada versi yang menyatakan bahwa kata rao-rao berasal dari nama
sejenis kayu. Ada pula versi yang menyatakan bahwa kata rao berasal dari kata raok
yang artinya hinggap atau bertumpu. Raok-raok berarti hinggap untuk sementara
(Mahyuddin dan Rahman, 2002).
Nama tempat Rao-rao di Kabupaten Solok Selatan menunjuk pada nama
jorong. Jorong merupakan bagian dari nagari. Rao-rao ini terletak di Kenagarian Koto
Baru, Kecamatan Sungai Pagu. Daerah Rao-rao ini lebih dikenal dengan nama
Bariang Rao-rao. Nama Rao-rao, menurut masyarakatnya, juga berasal dari nama
pohon yang buahnya berasa seperti buah mangga. Warnanya agak kemerahan dan
buahnya lebih kecil, yaitu sebesar ibu jari kaki. Nama pohon ini diambil sebagai
nama tempat, berdasarkan penuturan para informan, disebabkan oleh pohon Rao-
rao tersebut merupakan pohon yang terbesar yang tumbuh di daerah itu.
Digambarkan bahwa lingkaran batang pohon itu tidak bisa dipegang oleh tiga orang
secara bersambungan. Dengan dasar itulah akhirnya mereka memutuskan untuk
memberi nama tempat tersebut dengan nama Rao-rao. Sementara, nama
bariangberasal dari kata buah dan kata riang. Oleh karena diucapkan dengan cara
yang lebih cepat, maka berubah menjadi bariang. Selanjutnya, berdasarkan
penuturan para informan, penduduk (Bariang) Rao-rao merupakan penduduk asli.
Artinya, tidak ada sejarah yang mereka terima bahwa mereka berasal dari suatu
daerah tertentu.
Nama tempat Rao-rao di Kabupaten Pasaman Barat menunjuk pada nama
jorong. Tempat ini terletak di Kenagarian Batahan, Kecamatan Ranah Batahan.
Nama Rao-rao, menurut masyarakatnya, berasal dari nama tempat di Kecamatan
Maga, Kabupaten Mandailing Natal. Menurut masyarakatnya, mereka berasal dari
Rao-rao Mandailing Laru, Kecamatan Maga, Kabupaten Mandailing Natal (dekat
Penyabungan). Dengan demikian, nama rao-rao diambil dari nama tempat yang
merupakan tempat asal mereka. Sebagian mengatakan bahwa mereka dari Rao-rao
di daerah Kotonopan. Menurut mereka, pada zaman Belanda, mereka diharuskan
membayar belasting kepada Belanda, namun nenek moyang mereka tidak mau
membayarnya. Oleh karena mereka tidak mau ditangkap, mereka melarikan diri
sampai ke daerah ini. Mereka memperkirakan kejadian tersebut sudah berlangsung
4 generasi. Oleh karena mereka berasal dari daerah Rao-rao, mereka juga memberi
nama tempat yang mereka datangi dengan nama daerah asal mereka, yaitu Rao-
rao. Sementara itu, asal kata rao-rao itu sendiri tidak pernah mereka ketahui.
Versi lainnya adalah masyarakat Rao-rao di Kabupaten Pasaman Barat ini
berasal dari Kotonopan. Mereka adalah keturunan Lubis. Lubis mempunyai anak dua
orang, yaitu Baitang dan Langkitang. Langkitang berangkat menuju arah timur,
mereka menemukan batang air (sungai) yang muaranya sama. Batang air (sungai)
itu bernama Paluangan (Batahan) dan Poroman 2 anak air. Anaknya pindah ke
daerah ini dan menyebut nama daerah yang baru ditempati tersebut dengan nama
Rao-rao.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
asal-usul nama tempat yang diteliti walaupun ketiga tempat itu memiliki nama yang
sama.
Untuk mengetahui lebih jauh hubungan antarketiga tempat yang memiliki
kesamaan nama ini,dibandingkan variasi nama suku dan kata sapaan yang
digunakan. Selanjutnya, bertolak dari variasi yang ditemukan, dicoba mengkaji arah
migrasi penuturnya. Dalam uraian selanjutnya, daerah Rao-rao Tanah Datar
disingkat dengan RTD, Rao-rao Solok Selatan disingkat dengan RSS, dan Rao-rao
Pasaman Barat disingkat dengan RPB.
Dari data yang diperoleh, ditemukan 8 suku di RTD dan di RSS, dan 1 suku
dengan 6 marga di RPB. Walaupun di RTD dan di RSS terdapat jumlah suku yang
sama, namun hanya 1 suku yang memiliki kesamaan nama, yakni suku Caniago,
sedangkan 7 suku yang lainnya memiliki nama yang berbeda. Jika nama suku yang
terdapat di RTD dibandingkan dengan nama suku yang ada di RPB, ditemukan pula
bahwa salah satu suku yang ada di RTD juga memiliki kesamaan nama dengan yang
ada di RPB, yakni suku Mandailing. Namun demikian, dalam suku Mandailing yang
ada di RTD tersebut tidak ditemukan adanya marga, seperti yang terdapat di RPB.
Selanjutnya,dibandingkan nama suku yang ada di RSS dengan yang ada di RPB.
Ternyata tidak ditemukan adanya persamaan.
Berdasarkan analisis terhadap nama-nama suku yang ada di ketiga tempat
yang diteliti, hanya ditemukan satu suku yang memiliki kesamaan nama.
Dalam pembahasan mengenai kata sapaan, pendekatan geneologis yang
dipakai untuk memerikan kata sapaan adalah sebagai berikut: ego, sebagai generasi
keempat, yang dijadikan sebagai sentral penelitian ini; ibu sebagai generasi ketiga;
nenek (ibu dari ibu), sebagai generasi kedua; dan ninik (ibu dari nenek), sebagai
generasi pertama.Penamaan moyang digunakan untuk menunjuk pada orang tua di
atas ninik yang biasanya tidak jelas keturunan keberapa dari ninik tersebut.
Hubungan antargenerasi ini disebut dengan hubungan vertikal. Oleh karena setiap
generasi juga memiliki hubungan persaudaraan berupa kakak dan adik, maka
analisis juga dilakukan untuk menjelaskan hubungan tersebut. Hubungan antarkakak
dan adik ini disebut juga hubungan horizontal (intergenerasi)
Bentuk kata sapaan yang dipakai tergantung pada bentuk hubungan orang
yang menyapa dengan orang yang disapa. Pembahasan dalam tulisan ini difokuskan
pada bentuk-bentuk kata sapaan dalam hubungan kekerabatan, yaitu yang sesuai
dengan adat dan budaya.
Berdasarkan hubungan intergenerasi di ketiga tempat yang diteliti, hanya
ditemukan kesamaan kata sapaan dalam hal menyapa adik, baik untuk menyapa
adik yang perempuan maupun untuk menyapa adik yang laki-laki, yaitu
menggunakan nama sebagai kata sapaan. Di samping itu, ditemukan pula kesamaan
variasi bentuk kata sapaan di RTD dengan di RSS, yaitu kata sapaan uni dan uda.
Namun, jika dikaji lebih lanjut, terdapat perbedaan pemakaiannya. Kata sapaan uni
di RTD cenderung digunakan oleh penutur yang berusia muda. Berdasarkan
pernyataan informan, dapat dipastikan bahwa bentuk ini merupakan bentuk baru
karena adanya pengaruh dari isolek Minangkabau umum. Sementara, di RSS
bentuk uni cenderung digunakan untuk menyapa kakak perempuan yang usianya
lebih tua, bila jumlah kakak perempuan lebih dari satu orang. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan konsep penggunaan kata sapaan
tersebut di kedua daerah yang diteliti. Lagi pula, di RTD, bentuk itu bukan
merupakan bentuk yang asli.
Demikian juga halnya, salah satu bentuk variasi kata sapaan yang digunakan
untuk menyapa kakak perempuan di RTD dan di RPB ditemukan pula kesamaan
bentuk, yaitu kakak. Walaupun begitu, juga terdapat perbedaan konsep
penggunaannya. Sapaan kakak di RTD cenderung digunakan oleh penutur yang
berusia tua. Bertolak dari kenyataan tersebut dan diperkuat oleh pernyataan
informan dapat dikatakan bahwa bentuk kakak merupakan bentuk asli daerah
tersebut. Bentuk itu dipakai untuk menyapa semua kakak perempuan, apakah kakak
tersebut hanya satu orang atau lebih. Untuk membedakannya jika lebih dari satu
orang dilakukan dengan cara menambah kata sapaan itu dengan nama kakak yang
bersangkutan. Sementara, di RPB, bentuk kakak hanya digunakan bila kakak
perempuan itu hanya satu orang. Bila lebih, maka digunakan kata sapaan yang lain,
yaitu ocik untuk menyapa kakak perempuan yang lebih tua dan kakak namenegna
untuk kakak perempuan yang lebih kecil.
Begitu pula halnya untuk menyapa kakak laki-laki, ditemukan bentuk yang
sama di RTD dan di RSS, yaitu bentuk uda. Bentuk ini di RTD, sama halnya dengan
bentuk uni, yaitu merupakan bentuk baru yang hanya dipakai oleh penutur yang
berusia muda, sedangkan di RSS digunakan untuk menyapa semua kakak laki-laki.
Selanjutnya, dikemukakan kata sapaan yang ditemukan berdasarkan
hubungan antargenerasi (vertikal) di ketiga tempat yang diteliti. Di RTD kata yang
digunakan oleh ego untuk menyapa ibu ada beberapa bentuk, yaitu ande, umak, ibu,
umi, mama, dan mami. Di RSS hanya ditemukan bentuk amak, dan di RPB hanya
ditemukan bentuk umak. Dengan demikian, bentuk umak sama-sama digunakan,
baik di RTD maupun di RPB. Namun demikian, di RTD bentuk umak hanya
digunakan oleh penutur yang berusia tua, sementara di RPB bentuk ini digunakan
tanpa memandang usia dan status sosial.
Untuk menyapa kakak perempuan ibu di RTD digunakan dua bentuk, yaitu
mak tuo dan uwo. Di RSS ditemukan satu bentuk saja, yaitu mak tuo, sedangkan di
RPB ditemukan dua bentuk yang berbeda daripada bentuk sapaan yang digunakan
di kedua daerah sebelumnya, yaitu bentuk tuoq dan inang tua. Sementara, untuk
menyapa adik perempuan ibu tidak ditemukan bentuk yang sama di RTD dan di
RSS, sedangkan dengan RPB terdapat bentuk yang sama, yaitu etek. Namun
demikian, bentuk etek di RTD hanya digunakan oleh penutur yang lebih muda,
sedangkan di RPB digunakan untuk semua usia. Bentuk yang berbeda untuk sapaan
ini digunakan di RSS, yaitu iciak.
Untuk menyapa saudara laki-laki ibu terdapat bentuk yang sama di RTD dan
RPB, yaitu mamak. Di RTD, di samping bentuk mamak, juga digunakan bentuk mak
yang diikuti oleh bentuk dang, tangah, atau ketek sesuai dengan urutan usia dalam
keluarga atau bentuk mak yang diikuti oleh nama saudara laki-laki ibu yang
bersangkutan. Bentuk mamak dan mak yang diikuti oleh nama saudara laki-laki ibu
yang bersangkutan juga digunakan di RSS untuk menyapa saudara laki-laki yang
lebih muda usianya daripada ibu, sedangkan untuk menyapa saudara laki-laki ibu
yang usianya lebih tua digunakan bentuk yang berbeda dengan kedua daerah
lainnya, yaitu bentuk angku.
Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa dalam hal kata sapaan, untuk
menunjukkan hubungan antara ego dan ibu, ditemukan banyak perbedaan. Di RTD,
terdapat beberapa variasi bentuk kata sapaan, sedang di RSS dan RPB hampir tidak
ada variasi. Munculnya variasi kata sapaan di RTD ini, sebagaimana telah diuraikan
pada bagian terdahulu, disebabkan oleh perbedaan usia penuturnya. Penutur yang
berusia muda cenderung menggunakan kata sapaan yang dipakai oleh penutur di
daerah lainnya. Dengan kata lain, penutur berusia muda cenderung menyerap
bentuk sapaan lain yang didengarnya.
Sebaliknya, untuk menunjukkan hubungan antara ibu dan ego di RTD
digunakan tiga bentuk kata sapaan, yaitu nak, dengan menyebut nama, dan
rangkayo. Bentuk nak dan menyebut nama juga digunakan di RSS. Namun,
pengggunaan kata tersebut ada perbedaannya. Di RTD kata sapaan nak dan
menyebutkan nama digunakan secara umum, kecuali untuk anak yang memiliki gelar
penghulu disapa dengan rangkayo. Kata sapaan dengan menyebut nama digunakan
pada ketiga daerah yang diteliti dengan konsep yang sama. Di RPB, di samping
menyapa dengan nama, juga digunakan bentuk anakku dan boruku. Kata sapaan
anakku khusus dipakai untuk menyapa anak laki-laki, sedangkan boruku khusus
dipakai untuk menyapa anak perempuan.
Kata sapaan yang digunakan oleh saudara perempuan ibu terhadap ego di
RTD dan RSS memiliki bentuk yang sama dengan yang digunakan oleh ibu.
Sementara, di RPB hanya digunakan kata sapaan nama. Kata sapaan yang
digunakan saudara laki-laki ibu, baik yang lebih tua maupun yang lebih muda
terhadap ego di RTD juga terdapat bentuk yang sama dengan kata sapaan yang
digunakan oleh ibu dan saudara perempuan ibu, yaitu dengan cara menyebut nama
atau rangkayo. Bedanya dengan kata sapaan yang digunakan oleh ibu dan saudara
perempuan ibu adalah terdapatnya bentuk sapaan nakan. Di RSS dan RPB untuk
hubungan ini hanya digunakan sapaan nama.
Kata yang digunakan oleh ego untuk menyapa nenek di RTD adalah datuak
atau disingkat tuak. Namun demikian, untuk membedakan antara yang laki-laki dan
yang perempuan digunakan pembeda jenis kelamin, yaitu padusi perempuan dan
jantan laki-laki sehingga menjadi datuak padusi yang biasa disingkat dengan datuak
uci untuk yang perempuan dan datuak jantan yang biasa disingkat dengan datuak
antan untuk yang laki-laki. Untuk nenek kandung biasanya digunakan kata sapaan
datuak, tuak, tuak uci, dan tuak kanduang. Kata sapaan ini digunakan, baik oleh
penutur berusia tua maupun penutur berusia muda.
Kata untuk menyapa saudara nenek, selain menggunakan bentuk datuak
atau biasa disingkat dengan tuak, juga ada yang ditambah dengan bentuk tertentu,
seperti jenis kelamin (tuak antan dan tuak uci) dan posisi atau kedudukan saudara
nenek dalam susunan saudaranya. Bila usia saudara nenek lebih tua daripada nenek
kandung ego, baik laki-laki maupun perempuan, digunakan sapaan tuak adang.
Untuk saudara nenek yang berikutnya digunakan sapaan tuak onga, sedangkan
untuk saudara yang lainnya lagi digunakan datuak/tuak+nama. Kata sapaan untuk
saudara laki-laki dan perempuan nenek yang usianya lebih tua tampaknya hampir
sama, namun pada kenyataannya memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut
ditemukan pada bentuk sapaan tuak onga. Kata sapaan ini hanya digunakan untuk
saudara nenek yang perempuan. Untuk saudara nenek yang usianya lebih muda
digunakan sapaan datuak+nama.
Di RSS untuk menyapa nenek dan saudara-saudara perempuannya
digunakan bentuk anduang. Untuk saudara nenek yang laki-laki digunakan bentuk
datuak. Bentuk tersebut sama dengan bentuk yang digunakan di RTD. Hanya saja,
jika bentuk itu digunakan sebagai kata sapaan di RSS, bentuk itu tidak memiliki
variasi sebagaimana yang digunakan di RTD. Di RPB, kata sapaan yang digunakan
adalah nenek, baik untuk ibu dari ibu maupun untuk saudara-saudara
perempuannya, sedangkan untuk saudara laki-laki nenek digunakan kata sapaan
ompung.
Sebaliknya, untuk menghubungkan generasi nenek dan cucu di RTD,
digunakan bentuk cucu, cu, dan nama. Di RSS hanya digunakan nama saja. Di RPB,
selain digunakan bentuk yang sama dengan yang digunakan di RTD dan RSS, yaitu
dengan cara menyebut nama, juga digunakan kata sapaan dik.
Kata yang digunakan untuk menyapa nenek dan saudara-saudaranya oleh
ego di RTD mempunyai bentuk yang berbeda dengan yang digunakan di RSS dan
RPB. Di RTD digunakan bentuk niniak, di RSS digunakan bentuk nyinyiak,
sedangkan di RPB digunakan bentuk tuoq.
Bentuk yang digunakan di RTD untuk menyapa oleh nenek kepada ego dan
saudara-saudara perempuannya adalah upiak, sedangkan untuk menyapa saudara
laki-lakinya adalah buyuang. Sementara, di RSS, untuk menyapa ego dan saudara-
saudaranya digunakan bentuk yang lebih bervariasi. Bentuk-bentuk yang digunakan
itu adalah nak, nama, piak, dan yuang. Untuk yang laki-laki digunakan nak, nama,
dan yuang dan untuk yang perempuan digunakan nak, nama, dan piak. Bentuk piak
dan yuang merupakan bentuk singkatan dari upiak dan buyuang. Namun demikian,
bentuk upiak dan buyuang atau bentuk lengkapnya tidak digunakan di RSS. Di RPB
bila ninik menyapa ego dan saudara-saudaranya, baik yang laki-laki maupun yang
perempuan, digunakan bentuk tuoq. Bentuk ini sama dengan yang digunakan oleh
ego kepada ninik.
Selanjutnya, dikemukakan pula hubungan antara ago dan ayah serta
saudara-saudaranya, hubungan ego dengan ayah dari ayah (kakek) dan ibu dari
ayah (nenek), serta hubungan ego dengan kakek dari ayah dan nenek dari ayah.
Bentuk yang digunakan untuk menyapa oleh anak terhadap ayah dan
saudara-saudaranya di ketiga daerah yang diteliti juga ada perbedaan. Di RTD
ditemukan lebih banyak variasi kata sapaan dibandingkan dengan di kedua daerah
lainnya. Untuk menyapa ayah oleh ego digunakan bentuk ayah, abak, papa, dan
papi. Di RSS, untuk hubungan itu digunakan bentuk abak dan apak. Dari kedua
bentuk itu, bentuk abak merupakan bentuk yang paling lazim digunakan. Sementara
itu, di RPB hanya digunakan satu bentuk saja, yaitu ayah.
Kata sapaan yang digunakan untuk menyapa saudara perempuan ayah yang
usianya lebih tua daripada ayah ditemukan kesamaan antara RTD dan RSS, yaitu
mak tuo. Di daerah RPB ditemukan bentuk yang berbeda untuk hubungan itu, yaitu
namboru godang. Untuk menyapa saudara perempuan ayah yang usianya lebih
muda daripada ayah di RTD digunakan bentuk etek dan oncu, sedangkan di RSS
hanya digunakan bentuk etek. Di samping bentuk etek dan oncu, di RPB digunakan
pula bentuk uci. Dengan demikian, untuk menyapa adik perempuan ayah terdapat
bentuk yang sama, yaitu bentuk etek. Bentuk oncu ditemukan di dua daerah, yaitu
RTD dan RPB.
Kata yang digunakan untuk menyapa saudara laki-laki ayah yang lebih tua
usianya daripada ayah di daerah RTD ditemukan berbagai variasi, yaitu ayah, ayah
dang, ayah+nama, pak,pak dang, dan pak+nama. Hanya ditemukan satu kata
sapaan yang digunakan dalam hubungan ini di RSS, yaitu pak tuo. Di RPB juga
ditemukan satu bentuk saja untuk hubungan ini, yaitu ayah tuoq.
Begitu pula halnya dengan kata sapaan yang digunakan oleh saudara ayah
yang laki-laki yang usianya lebih muda daripada ayah. Untuk hubungan ini di RTD
juga ditemukan beberapa variasi kata sapaan, yaitu ayah, ayah+nama, pak, pak
etek, pak+nama, papa, pa dang, dan pa+nama. Di RSS ditemukan dua variasi, yaitu
pak etek dan pak usu, sedangkan di RPB hanya ditemukan satu bentuk saja, yaitu
udaq. Dari uraian tersebut tampak bahwa hanya bentuk pak etek lah yang
merupakan bentuk yang sama yang ditemukan di RTD dan RSS.
Kata yang digunakan untuk menyapa nenek dan kakek di RTD digunakan
bentuk datuak, juga digunakan bentuk singkatannya, yakni tuak dan bentuk
singkatan yang ditambah dengan beberapa variasi, yaitu tuakantan untuk nenek dan
tuakkanduang serta tuakuci untuk kakek. Di RSS digunakan sapaan anduang untuk
nenek yang perempuan dan gaek untuk kakek (ayah dari ayah). Di RPB digunakan
sapaan yang berbeda lagi daripada yang digunakan di kedua tempat yang sudah
dijelaskan, yaitu nenek dan untuk kakek digunakan ompung.
Kata yang digunakan untuk menyapa nenek dari ayah atau kakek dari ayah
yang dalam tulisan ini disebut dengan ninik, di RTD dan di RSS ditemukan bentuk
yang mirip. Bedanya hanya dari segi fonem yang digunakan, yaitu niniak di RTD dan
nyinyiak di RSS. Di RPB digunakan kata sapaan yang berbeda dari kedua daerah
lainnya, yaitu nenek untuk menyapa ninik yang perempuan dan tuoq untuk menyapa
ninik yang laki-laki.
Setelah dilakukan analisis terhadap kata sapaan yang digunakan di ketiga
tempat yang memiliki kesamaan nama ini, juga tidak banyak ditemukan kesamaan.
Lagi pula, kesamaan dalam penggunaan kata sapaan lebih banyak disebabkan oleh
bentuk-bentuk yang merupakan unsur serapan, baik yang berasal dari bahasa
Minangkabau umum maupun yang berasal dari isolek daerah lainnya.Pada
umumnya, bentuk-bentuk seperti itu digunakan oleh penutur yang berusia muda
sebab mereka cenderung menyerap kata sapaan lain yang didengarnya.
Bertolak dari analisis nama suku dan kata sapaan yang telah dilakukan,
tampak bahwa ketiga tempat yang diteliti tidak memperlihatkan hubungan yang
berarti disebabkan oleh sedikitnya persamaan yang ditemukan dalam kedua aspek
tersebut.
3. Penutup
Pada uraian di atas telah dikaji tiga isolek yang dituturkan di tiga tempat yang
memiliki kesamaan nama di Minangkabau, yaitu Rao-rao. Berdasarkan data yang
diperoleh, terungkap bahwa terdapat perbedaan asal-usul nama tempat yang diteliti
walaupun ketiga tempat itu memiliki nama yang sama. Selanjutnya, berdasarkan
analisis atas nama-nama suku di ketiga tempat yang diteliti, ditemukan bahwa
kesamaan nama tempat tidak menunjukkan kesamaan dalam hal nama suku.
Berdasarkan analisis atas bentuk-bentuk kata sapaan dalam hubungan kekerabatan,
juga sedikit sekali ditemukan kesamaan. Kesamaan tersebut pada umumnya
ditemukan pada penutur yang berusia muda sebab mereka cenderung menyerap
kata sapaan lain yang didengarnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
kesamaan nama tempat tidak ada hubungannya dengan kedua aspek yang diteliti
dantidak dapat digunakan untuk menelusuri arah migrasi penuturnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kasih, Media Sandra. 2000. Sistem Sapaan Bahasa Minangkabau: Suatu Tinjauan
Sosiolinguistik. Disertasi Universitas Putra Malaysia.
Kato, Tsuyoshi. 1982. Nasab Ibu dan Merantau. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka.
Mahyuddin, Suardi dan Rustam Rahman. 2002. Hukum Adat Minangkabau dalam
Sejarah Perkembangan Nagari Rao-rao Ranah Katitiran di Ujuang Tanduak.
Jakarta: Yayasan Gebu Minang.
Nadra. 2001. Dialectal Variations of Minangkabau Language in Riau Province and
Their Relationship with Minangkabau Dialects in West Sumatera, URGE
Project. Directorate General of Higher Education Ministry of Education and
Culture.
Nadra. 2004. Hubungan Isolek Taratak Air Hitam dengan Isolek-isolek Minangkabau
di Daerah Sumatera Barat. Makalah yang disajikan pada Simposium
Internasional Bahasa-bahasa Austronesia. Denpasar.
Nadra dkk. 2006. Daerah Asal dan Arah Migrasi Orang Minangkabau di Provinsi
Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Utara Berdasarkan Kajian Variasi Dialektal.
Laporan Penelitian Riset Unggulan Bidang Kemasyarakatan dan
Kemanusiaan (RUKK) VI.
Nadra dkk. 2008. Daerah Asal dan Arah Migrasi Orang Minangkabau di Provinsi
Jambi Berdasarkan Kajian Variasi Dialektal dalam Jurnal Makara: Seri Sosial
Humaniora, Jakarta, Universitas Indonesia, Vol. 12, No. 1.
Nadra dan Wahyuni. 2008. Kajian Arah Migrasi Berdasarkan Kesamaan Nama
Tempat di Minangkabau. Laporan Penelitian Fundamental yang Dibiayai oleh
DP2M Dikti.
Nadra. 2009. Kajian Variasi Leksikal Bahasa Minangkabau di Sumatera Utara
sebagai Dasar Penelusuran Daerah Asal dan Arah Migrasi Penuturnya.
Makalah, yang disajikan pada Seminar Antara Bangsa (Internasional) Dwi
Tahunan. Pinang, Malaysia, 5 Agustus 2009.
Nadra dan Reniwati. 2009. Dialektologi: Teori dan Metode. Yogyakarta: Elmatera
Publishing.
Naim, Mochtar. 1984. Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabau. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Nothofer, Bernd. 1995. Jakarta Malay in Indonesia dalam Oceanic Linguistics,
Volume 34, No. 1.
Omar, Asmah Haji. 1985. Susur Galur Bahasa Melayu. Kuala Lumpur: Dewan
Bahasa dan Pustaka.
Sari, Kartika. 2000. Sistem Sapaan Bahasa Minangkabau Dialek 50 Kota dan Dialek
Agam. Laporan Penelitian Balai Bahasa Padang.
Syafyahya, Leni dkk. 2000. Kata Sapaan Bahasa Minangkabau di Kabupaten Agam.
Jakarta: Pusat Bahasa.