Anda di halaman 1dari 13

Praktikum Biologi Lingkungan

Jurusan Teknik Lingkungan


Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

ACARA 7
Penentuan Kualitas Udara Berdasarkan Pengamatan
Mikroskopis Struktur Sel dan Jaringan Tumbuhan
Herbaceous
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Ilmiah


Jumlah kendaraan bermotor yang terus bertambah setiap tahunnya
memicu kualitas udara yang semakin hari semakin menurun. Pencemaran
udara yang terjadi menyebabkan gangguan kesehatan pada masyarakat. Gas
polutan yang tinggi dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan akut
(ISPA), iritasi mata, tenggorokan gatal dan batuk. Penilitian Astra pada
tahun 2010 menunjukkan hasil kendaraan bermotor merupakan sumber
terbesar polusi udara. Polutan yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor
diantaranya adalah timbal dan debu.
Cara mencegah terjadinya pencemaran udara lebih jauh serta untuk
mengevaluasi dan mengestimasi tingkat dampak pencemaran udara dan
juga untuk menilai keberhasilan program pengendalian pencemaran udara
maka dibutuhkanlah suatu sistem pemantauan kualitas udara ambien. Salah
satu cara pemantauan kualitas udara ambien di Indonesia adalah dengan
mengoperasikan jaringan pemantau kontinyu otomatis yang dilakukan di 10
kota sejak tahun 2000 untuk memantau konsentrasi CO, debu, SO2, NOx,
dan O3. Akan tetapi dibalik itu, selain memerlukan biaya investasi,
operasional, dan perawatan yang tinggi, pemantauan kualitas udara ambien
dengan cara ini juga memiliki beberapa kendala lainnya antara lain adalah
terbatasnya alat pemantau, minimnya dana, serta pengamatan yang hanya
terfokus pada jalan raya sehingga pengambilan sampel tidak mewakili
lingkungan secara keseluruhan.
Oleh karena itu perlu dipertimbangkan alternatif lain yang murah
dan lebih sederhana namun tetap efektif serta akurat dimana salah satu di
antaranya adalah dengan menggunakan bioindikator dalam pemantauan
kualitas udara atau yang dikenal dengan biomonitoring. Salah satu cara
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

pemantauan pencemaran udara adalah dengan menggunakan tumbuhan


sebagai bioindikator. Tumbuhan dapat digunakan sebagai bioindikator yang
baik dan daun menjadi bagian tumbuhan yang paling peka pencemar.
B. Permasalahan
1. Bagaimana kondisi mikroskopis sayatan daun yang tumbuh di tempat
terpapar polusi (ditinjau dari jumlah stomata yang tertutup dan terbuka)?
2. Bagaimana kondisi mikroskopis sayatan daun yang tumbuh di tempat
terbebas polusi (ditinjau dari jumlah stomata yang tertutup dan terbuka)?
3. Jelaskan faktor-faktor lingkungan yang dapat mengakibatkan perubahan
fisik maupun fisiologi pada tumbuhan secara umum dan tumbuhan
herbaceous pada khususnya!
4. Bagaimana pengaruh pencemaran udara terhadap pertumbuhan
tumbuhan?
5. Bagaimana penerapan Penentuan Kualitas Udara Berdasarkan
Pengamatan Mikroskopis Struktur Sel dan Jaringan Tumbuhan
Herbaceous pada Teknik Lingkungan?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan membandingkan kualitas lingkungan
udara berdasarkan pengamatan struktur dan jaringan tumbuhan
herbaceous secara mikroskopis.
2. Mengetahui pengaruh pencemaran udara terhadap pertumbuhan
tumbuhan
3. Mengetahui penerapan Penentuan Kualitas Udara Berdasarkan
Pengamatan Mikroskopis Struktur Sel dan Jaringan Tumbuhan
Herbaceous pada Teknik Lingkungan
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

BAB II
DASAR TEORI
Pencemaran udara yang terjadi saat ini merupakan bentuk penambahan
bahan atau substrat fisik atau kimia tertentu ke lingkungan udara normal dan
mencapai jumlah tertentu sehingga manusia dapat mendeteksi (dapat diukur
maupun dihitung) dan dapat berdampak pada manusia, hewan, vegetasi, dan
material. Menurut Perkins (1974) dalam Dewata, (2018) pencemaran udara
berarti hadirnya suatu kontaminan dalam udara atmosfer seperti debu, asap,
gas, kabut, bau-bauan dan uap dalam kuantitas yang banyak dengan sifat dan
lama berlangsungnya di udara, sehingga mendatangkan gangguan kepada
manusia dan makhluk hidup lain. Sumber pencemaran udara yang utama
berasal dari transportasi, dimana hampir 60% pencemar yang dihasilkan terdiri
dari karbon monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon (Rachmani,
2003).
Pencemaran udara disebabkan oleh zat-zat pencemar udara atau yang
biasa disebut dengan polutan.Setiap polutan memiliki dampak yang berbeda-
beda ntara jenis satu dengan jenis yang lainnya. Zat yang dapat menyebabkan
pencemaran udara diantara: Karbon Monoksida (CO), Karbon Dioksida (CO2),
Sulfur Dioksida (SO2),Nitrogen Dioksida (NO2), Hidrokarbon (HC),
Chlorouorocarbon (CFC), Timbal (Pb), dan Partikular (PM10). Zat polutan di
udara bebas memiliki beberapa sifat bentuknya yaitu ada memiliki bau, ada
yang tidak memiliki bau, dapat dilihat, tidak dapat dilihat, dan berwarna atau
tak berwarna (Abidin dan Hasibuan, 2019).
Salah satu cara pemantauan pencemaran udara adalah dengan
menggunakan tumbuhan sebagai bioindikator yang baik dan daun adalah
bagian yang paling peka pencemar. Salah satu yang menjadi indikator dalam
pemantauan pencemaran menggunakan tumbuhan adalah morfologi tumbuhan
yang merupakan wujud, fisik, dan struktur tumbuhan yang memudahkan dalam
mengindentifikasi tumbuhan secara visual dan mengklasifikasi
keanekaragaman tumbuhan sehingga memudahkan dalam penamaan jenis,
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

famili, hingga kindom. Perubahan yang terjadi pada tumbuhan yang


ditempatkan dapat dijadikan sebagai suatu indikasi dari adanya pencemaran
udara. Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bioindikator adalah
tumbuhan herbaceous yang tergolong tumbuhan tingkat tinggi yang tidak
berkayu tetapi tubuhnya telah terdiferensiasi dengan sempurna menjadi bunga,
akar, batang dan daun. Kerusakan yang dialami oleh tumbuhan tergantung dari
berapa banyak konsentrasi gas-gas polutan dan lamanya tumbuhan tersebut
hidup pada lingkungan yang terpapar polutan.
Woelaningsih (2001) dalam Rompas (2011) mendefinisikan tumbuhan
tersusun dari berbagai organ seperti akar, batang, daun dan organ
reproduksi.Organ-organ tersebut juga tersusun dari berbagai jaringan, seperti
jaringan meristem, parenkim, sklerenkim, kolenkim, epidermis dan jaringan
pengangkut Daun adalah dapur pembuat makanan tumbuh-tumbuhan. Daun
inilah yang merupakan pabrik fotosintesa. Permukaan atas daun tertutup oleh
selapis sel tunggal yaitu epidermis atas. Sel-sel ini sedikit atau tidak memiliki
kloroplas. Sel-sel terse-but juga mengeluarkan suatu zat transparan seperti lilin
yang dinamakan kutin. Bahan ini berbentuk kutikula, yang berfungsi untuk
mengurangi hilang-nya air dari permukaan (Treshow dan Anderson, 1989
dalam Rachmani, 2003).
Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bioindikator adalah
tumbuhan herbaceous yang tergolong tumbuhan tingkat tinggi yang tidak
berkayu tetapi tubuhnya telah terdiferensiasi dengan sempurna menjadi bunga,
akar, batang dan daun. Kerusakan yang dialami oleh tumbuhan tergantung dari
berapa banyak konsentrasi gas-gas polutan dan lamanya tumbuhan tersebut
hidup pada lingkungan yang terpapar polutan. Respon tumbuhan terhadap
perubahan kondisi lingkungan udara juga tergantung pada kondisi genetik
tumbuhan tersebut, daya tahan, tingkat pertumbuhan, aktifitas seecara fisik, usia
tumbuhan, kelengkapan nutria yang dibutuhkan oleh organ-organ tumbuhan
serta faktor-faktor ekologi seperti jenis tanah tempat tumbuhan tersebut tumbuh
dan ketersediaan air dan mineral lainnya.
Daun tumbuhan dapat dimanfaatkan sebagai bioindikator pencemaran
udara karena :
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

a. Bahan pencemar yang melekat di permukaan daun atau terserap ke dalam


jaringan daun relatif mudah dideterminasi secara kimiawi.
b. Bahan pencemar tersebut tidak mudah dirusak atau diubah oleh tumbuhan
c. Bahan pencemar tersebut tidak mudah dipindahkan pada bagian lain
tumbuhan atau tercuci oleh air hujan.
Sel tumbuhan memiliki organel yang khas dibandingkan dengan sel
hewan maupun sel-sel lainnya. Organel tersebut adalah kloroplas, vakuola
sentral yang membesar di bagian tengah sel, dan dinding sel yang mengandung
selulosa. Terdapat berbagai jenis sel tumbuhan. Misalnya sel parenkim, sel
kolenkim, dan sel sklerenkim. Sel-sel tumbuhan dewasa tidak tersusun secara
acak, melainkan menyesuaikan diri melalui berbagai cara dan membentuk
sekelompok sel yang mudah dikenali yang disebut jaringan tumbuhan. Jaringan
merupakan sekelompok sel dengan ciri yang serupa dalam hal bentuk, fungsi,
maupun sifat-sifatnya. Berdasarkan kemampuannya membelah, jaringan
tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu jaringan meristem dan
jaringan permanen. Jaringan meristem atau jaringan muda merupakan jaringan
yang terdiri dari sekelompok sel tumbuhan yang aktif membelah. Ciri-ciri sel
meristem, yaitu ukuran selnya kecil, berdinding tipis, memiliki nudeus yang
relative besar, vakuola berukuran kecil dan kaya akan sitoplasma, serta selnya
berbentuk kuboid atau prismatic. Jaringan Permanen adalah jaringan yang
bersifat non-meristematik, yaitu tidak tumbuh dan tidak berkembang lagi.
Jaringan ini dibentuk dari proses diferensiasi sel-sel meristem, baik meristem
primer maupun meristem sekunder (Muryani dan Prasetya, 2021).
Salah satu fungsi tanaman yang paling penting adalah dapat menyerap
polutan. Upaya menanggulangi pencemaran logam berat dapat dilakukan
dengan memanfaatkan kemampuan tumbuhan sebagai penyerap logam.
Biosorpsi dan akumulasi zat polutan oleh tumbuhan dapat terjadi melalui tiga
proses yaitu, biosorpsi logam oleh akar, translokasi zat pencemar dari akar ke
bagian batang atau daun untuk menjaga agar tidak menghambat metabolisme
tumbuhan. Bagian tanaman yang berfungsi sebagai penyerap polutan terutama
adalah bagian tajuk tanaman, terutama daunnya. Proses pengurangan polutan
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu diserap (absorp) atau dijerap (adsorp)
masuk ke struktur daun melalui stomata. Distribusi stomata sangat
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

berhubungan dengan kecepatan dan intensitas transpirasi pada daun, yaitu


misalnya letak satu sama lain dengan jarak tertentu. Dalam batas tertentu, maka
makin banyak porinya makin cepat menguap. Penguapan dapat membantu
mengurangi polusi udara melalui deposisi partikulat pada permukaan vegetasi,
maupun dengan mekanisme pertukaran gas pada stomata terhadap
pengurangan polutan gas. Jika lubang-lubang itu terlalu berdekatan, maka
penguapan dari lubang yang satu akan menghambat penguapan lubang di
dekatnya. Hal ini menujukkan peran dan fungsi tanaman terhadap polusi udara
(Salsabila, 2020).
Emisi oksida sulfur, oksida nitrogen, dan bahaya dari aktivitas industri,
transportasi, rumah tangga, dan pembangkit tenaga listrik ditransformasi dalam
atmosfer menjadi partikulat sulfat dan nitrat. Bila senyawa-senyawa ini
berkombinasi dengan uap air dengan bantuan cahaya matahari, maka akan
menghasilkan reaksi kimia kompleks membentuk partikel asam sulfat dan nitrat.
Asam-asam ini kembali ke bumi sebagai embung, hujan gerimis, kabut, hujan
bercampur es atau salju. Deposit asam dapat berupa deposit kering (dalam
bentuk partikulat atau gas-gas) atau deposit basah dalam hujan atau salju. Air
hujan normal memiliki nilai pH sekitar 5,7 (Machdar, 2018).
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

B. Pembahasan
Praktikum acara ketujuh membahas tentang penentuan kualitas udara
berdasarkan pengamatan mikroskopis struktur sel dan jaringan tumbuhan
Herbaceous. Acara ini menggunakan daun Rhoe discolor sebagai objek yang
diteliti yang diambil dari dua lokasi dengan kualitas udara yang berbeda (lokasi
yang kemungkinan tercemar dan lokasi yang kemungkinan udaranya tidak
tercemar). Lokasi pengambilan sampel untuk lokasi yang kemungkinan
tercemar yaitu di rumah dinas UPN “Veteran” Yogyakarta dan untuk lokasi
yang kemungkinan tidak tercemar Taman Timur Rektorat UPN “Veteran”
Yogyakarta Berdasarkan pengamatan kedua sampel tersebut kemudian dibawa
ke laboratorium dan dilakukan pengamatan dan analisisi kualitas udara
berdasarkan kondisi kerusakan stomata.

(sumber : koleksi pribadi)


Berdasarkan pengamatan pada daun Rhoe Discolor dari rumah dinas UPN
Veteran Yogyakarta diketahui jumlah stomata yang tertutup cenderung lebih
banyak daripada stomata yang terbuka dengan masing masing nilai 26 untuk
stomata tertutup dan 19 untuk stomata terbuka. Nilai ini kemudian dihitung
dan didapatkan persentase kerusakan stomata pada daun Rhoe Discolor sebesar
57,7778%. Pengamatan kedua dilakukan pada daun dari Taman Timur
Rektorat UPN “Veteran” Yogyakarta dapat terlihat bahwa jumlah stomata
dengan kondisi terbuka lebih banyak dibandingkan stomata pada kondisi
tertutup. Stomata terbuka teridintifikasi sejumlah 176 dan stomata tertutup
sejumlah 68 dan didapatkan persentase kerusakan stomata adalah 27,8689%.
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

Rhoe discolor sendiri dipilih karena merupakan tumbuhan herbaceous yang


tergolong tumbuhan tingkat tinggi yang tidak berkayu tetapi tubuhnya telah
terdeferensiasi dengan sempurna menjadi bunga, akar, batang, dan daun. Nilai
persentase dari kerusakan daun masing masing menunjukan tingginya
pencemaran yang terjadi dan kualitas udara yang ada pada daerah tumbuhan
hidup. Sampel di rumah dinas memiliki persentase kualitas udara yang lebih
buruk dibandingkan persentase pencemaran pada daun Rhoe Discolor di
kediaman peneliti. Kerusakan stomata pada daun umumnya disebabkan oleh
tingginya kandungan bahan pencemar seperti CO2, SO2, NO2,O3 hidrokarbon,
serta logam berat seperti timbal (Pb), Seng (Zn), dan Kadmium (Cd) yang
terlampau tinggi melebihi batas udara bersih yang menyebabkan stomata
menjadi tertutup. Hal tersebut jelas sangat mempengaruhi proses fotosintesis
yang sangat membutuhkan stomata sebagai tepat pertukaran O2 dan CO2,
dengan demikian selain pertukaran udara terganggu juga akan mengakibatkan
berkurangnya nutrisi yang terserap pada tubuh tanaman sehingga pertumbuhan
dan perkembangan daun menjadi terhambat. Faktor lain yang mengakibatkan
perubahan fisik tumbuhan adalah tingginya kadar polutan/pencemar yang
dilepaskan oleh emisi gas kendaraan, asap pembakaran sampah, emisi kegiatan
industri, dan lain-lain
Selain polutan kerusakan yang dialami oleh tumbuhan juga tergantung dari
lamanya tumbuhan tersebut hidup pada lingkungan yang terpapar polutan.
Kondisi genetik juga mempengaruhi kerusakan tumbuhan, ada juga faktor
daya tahan, tingkat pertumbuhan, aktivitas secara fisik, usia tumbuhan,
kelengkapan nutrien yang dibutuhkan oleh tumbuhan serta faktor ekologi lain
seperti jenis tanah tempat tumbuhan tersebut tumbuh dan jenis mineralnya.
Konsentrasi pencemar di udara juga nantinya bergantung pada kondisi cuaca.
Kecepatan dan arah angin berhembus, distribusi suhu vertikal dan kelembapan
adalah unsur-unsur yang berperan dalam perubahan cuaca. Kecepatan angin
mempengaruhi distribusi pencemar yang mana konsentrasi pencemar akan
berkurang jika angin kencang dan membagi polutan secara merata.
Nilai persentase kerusakan dari masing-masing sayatan daun menunjukkan
kualitas udara yang berbeda, di rumah dinas memiliki persentase kerusakan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungan Taman Timur Rektorat
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

UPN “Veteran” Yogyakarta. Hal ini disebabkan banyaknya kendaraan


bermotor yang melewati area tersebut berpengaruh terhadap kandungan timbal
dan debu di udara. Hal tersebut terjadi karena penggunaan bahan bakar
premium yang merupakan bahan bakar yang banyak dipakai oleh masyarakat
Indonesia termasuk yang sering dipakai oleh masyarakat sekitar.
Stomata yang menutup selain disebabkan oleh banyaknya beban
pencemaran jika terjadi di tempat tercemar, sebaliknya jika stomata tertutup
tapi terjadi pada tempat yang tidak terkontaminasi zat pencemaran itu
dikarenakan adanya faktor lain seperti cahaya saat siang hari dimana intensitas
cahaya besar maka stomata akan membuka dan menutup di malam hari jadi
proses pengambilan sampel juga sangat berpengaruh. Kandungan CO2 yang
tinggi menyebabkan stomata menutup sedangkan pada kondisi rendah CO2
maka stomata akan terbuka, potensial air yang rendah akan mengakibatkan
stomata juga tertutup, faktor angin juga berpengaruh dimana angin membawa
CO2 masuk ke dalam stomata sekaligus menyebabkan penguapan semakin
cepat karena dapat menyapu lapisan air di permukaan daun. Temperatur yang
tinggi (30oC - 35oC ) menyebabkan stomata menutup karena adanya penurunan
tekanan pada sel turgor sel penutup. Ion Kalium yang ada pada daun
menyebabkan stomata terbuka. Selain itu adanya Asam Absisat (ABA) juga
memicu penutupan stomata.
Bidang teknik lingkungan sangat memerlukan pengukuran indeks
pencemaran biologik apalagi untuk mengetahui kualitas udara. Pengujian
menggunakan tumbuhan dinilai lebih ekonomis dan murah dibandingkan
dengan penggunaan alat yang membutuhkan biaya tinggi. Selain itu pengujian
parameter secara fisik dan kimia juga perlu dilakukan untuk mendapatkan data
yang lebih akurat lagi mengenai kualitas udara dalam suatu lingkungan.
Setelah dilakukan pegujian beberapa parameter tersebut diharapkan nantinya
bisa diketahui upaya penanganan bagi udara yang tercemar dan usaha
konservasi yang tepat untuk mengurangi potensi penyebab pencemaran udara
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktikum Biologi Lingkungan acara ketujuh mengenai
penentuan kualitas udara berdasarkan pengamatan mikroskopis struktur sel dan
jaringan tumbuhan Herbaceous dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan hasil pengamatan laboratorium, persentase kerusakan stomata
pada daun Rhoe Discolor tercemar di Rumah Dinas UPN Veteran Yogyakarta
sebesar 57,7778%.. Sedangkan persentase kerusakaan stomata tidak tercemar
pada daun di Taman Timur Rektorat UPN “Veteran” Yogyakarta adalah
27,8689%.
2. Kerusakan yang dialami oleh tumbuhan dapat disebabkan oleh polutan dan
emisi dari lingkungan sekitar selain itu juga tergantung dari lamanya tumbuhan
tersebut hidup pada lingkungan yang terpapar polutan. Kondisi genetik juga
mempengaruhi kerusakan tumbuhan, ada juga faktor daya tahan, tingkat
pertumbuhan, aktivitas secara fisik, usia tumbuhan, kelengkapan nutrien yang
dibutuhkan oleh tumbuhan serta faktor ekologi
3. Kandungan CO2 yang tinggi menyebabkan stomata menutup
4. Bidang teknik lingkungan sangat memerlukan pengukuran indeks pencemaran
biologik apalagi untuk mengetahui kualitas udara.

B. Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian pada sampel dengan waktu pengambilan yang
berbeda juga karena cuaca dan intensitas cahaya matahari juga merupakan salah satu
hal yang mempengaruhi penutupan stomata
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, J., & Hasibuan, F. A. (2019). Pengaruh Dampak Pencemaran Udara
Terhadap Kesehatan Untuk Menambah Pemahaman Masyarakat Awam
Tentang Bahaya dari Polusi Udara. Prosiding SNFUR, 4(2), 3
Dewata, I & Yun D., H. (2018). Pencemaran Lingkungan. PT Rajawali Persada
Machdar, Izarul. 2018. Pengantar Pengendalian Pencemaran : Pencemaran
Air, Pencemaran Udara, dan Kebisingan. Yogyakarta : CV. Budi Utama
Muryani, Eni, dan Prasetya, Johan Danu. 2021. Panduan Praktikum Biologi
Lingkungan. Yogyakarta : Teknik Lingkungan UPN Veteran Yogyakarta
Rachmani, N. (2003). Dampak Pencemaran Udara terhadap Tumbuhan di
Kebun Bibit Bratang Surabaya. Jurnal Purifikasi, 4(2), 55-60
Rompas, Y. (2011). Struktur sel epidermis dan stomata daun beberapa
tumbuhan suku Orchidaceae. Jurnal Bios Logos, 1(1).
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

LAMPIRAN
Praktikum Biologi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

Anda mungkin juga menyukai