Anda di halaman 1dari 4

KUALITAS UDARA

SEKOLAH VOKASI IPB

PENGUKURAN KONSENTRASI PARTIKULAT PADA UDARA


AMBIEN MENGGUNAKAN ALAT HIGH VOLUMETRIC AIR
SAMPLER DAN PENENTUAN BESAR KONSENTRASI DEBU JATUH
MENGGUNAKAN DUST CANNISTER

Tisa Maulida
Program Studi Teknik dan Manajemen Lingkungan Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Email : Tisamaulida11@gmail.com

ABSTRAK
Debu (partikulat) menjadi salah satu jenis polutan dengan ukuran 1-3 mikron dan memiliki
toksisitas tinggi sebagai penyumbang kerusakan terhadap udara ambien. Dalam debu
terkandung partikel zat padat yang apabila terhirup dapat menimbulkan penyakit pada saluran
pernapasan, khususnya bagi masyarakat. Dengan begitu, perlu adanya upaya pengukuran
terhadap kadar partikulat dan debu jatuh menggunakan High Volumetric Air Sampler dan
Dustfall Cannister. Pengukuran dilakukan di area sekitar Sekolah Vokasi IPB. Hasil
pengukuran menyatakan kadar partikulat di area sekitar Sekolah Vokasi IPB berada dalam
kadar aman karena berada dibawah baku mutu. Sedangkan untuk kadar debu jatuh melampaui
baku mutu yaitu sebesar 801.12 ton/km2/bulan.
Kata Kunci : Debu jatuh, HVAS, Dustfall Cannister, Polutan, Udara ambien

PENDAHULUAN adalah Total Suspended Partikulat (TSP)


dan PM Particulate matter.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Debu (partikulat) menjadi salah satu
Republik Indonesia No.41 Tahun 1999,
jenis polutan dengan ukuran 1-3 mikron
pencemaran udara didefinisikan sebagai
dan memiliki toksisitas tinggi sebagai
masuk atau dimasukannya zat, energi,
penyumbang kerusakan terhadap udara
dan/atau komponen lain ke dalam udara
ambien. Dalam debu terkandung partikel
ambien karena adanya kegiatan manusia,
zat padat yang apabila terhirup dapat
sehingga mutu udara ambien turun sampai
menimbulkan penyakit pada saluran
pada tingkat tertentu. Penururnan mutu
pernapasan, khususnya bagi masyarakat
udara tersebut menjadikan uara ambien
yang rutin beraktivitas melalui area jalur
tidak dapat memenuhi fungsinya bagi
lalu lintas kendaraan bermotor (Helmy
makhluk hidup. Terdapat beberapa
2019).
parameter yang diukur dalam menilai atau
Metode pengambilan contoh udara
menentukan kualitas udara pada suatu
ambien juga berbeda-beda. Salah satu
lokasi. Parameter tersebut salah satunya
metode pengambilan parameter debu jatuh

1
KUALITAS UDARA
SEKOLAH VOKASI IPB

atau partikulan adalah dengan HASIL DAN PEMBAHASAN


menggunakan Dustfall Cannister.

METODOLOGI 1. Hasil Perhitungan Konsentrasi


Partikulat Di Udara Ambien
Menggunakan HVAS
Pengambilan contoh uji udara
ambien menggunakan alat HVAS selama
Konsentrasi Partikulat Udara
satu jam yaitu pada hari Senin, 23 Mei 2022
µg/Nm3
dan Dustfall Cannister selama 7 hari
Ambien Standart
terhitung dari 23 - 30 Mei 2022. Lokasi
104.57 58.08
pengambilan contoh uji adalah di area
sekitar Sekolah Vokasi IPB.
Parameter yang diukur meliputi Hasil pengukuran dengan HVAS
kandungan partikulat dan debu jatuh. Hasil dan pengolahan angka, didapatkan
sampling kedua alat dianalisa dan dihitung besarnya konsentrasi partikulat udara untuk
untuk mendapatkan angka akhir ambien dan standart masih berada pada
konsentrasi debu yang terukur. tingkat aman atau dibawah baku mutu
Pemasangan Dustfall Cannister diletakkan udara yang telah ditetapkan berdasarkan
setinggi 2 meter di atas permukaan tanah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
sedangkan untuk HVAS sejajar dada orang No. 41 Tahun 1999 dengan baku mutu
dewasa. Hasil akhir yang dianalisis adalah partikulat pengukuran dengan HVAS yaitu
berat dari kertas saringnya yang kemudian sebesar 230 µg/Nm3.
dikonversi dalam hitungan per tahun.
Konsentrasi partikulat yang diperoleh 2. Hasil Perhitungan Konsentrasi
dihitung berdasarkan rumus : Partikulat Di Udara Ambien
Menggunakan Dustfall Cannister
𝑊 𝑡1 0.185
𝐶1 = dan 𝐶2 = 𝐶1 ( ) 𝑊 30 56 𝑥 10^−9 30
𝑉𝑟 𝑡2
𝐶= 𝑥 = 𝑥
𝐴 𝑇 9 𝑥 10^−9 0.2333
Dimana C1 merupakan konsentrasi
partikulat ambien dan C2 merupakan
= 801.12 ton/km2 bulan
konsentrasi partikulat udara standar.
Hasil perhitungan debu jatuh yang
Berbeda hallnya dengan pengukuran debu didapatkan menunjukan besar angka
jatuh. Dalam menentukan konsentrasi debu 801.12 ton/km2/bulan. Dimana angka
jatuh yang terukur pada alat Dustfall tersebut melebihi baku mutu udara ambien
Cannister, dilakukan perhitungan dengan berdasarkan Peraturan Pemerintah
menggunakan rumus sebagai berikut: Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999
dengan besar baku mutu 10 ton/km2/bulan
𝑊 30 pada katgori pemukiman.
𝐶= 𝑥
𝐴 𝑇 Debu jatuh (dustfall) dan total
partikel tersuspensi (total suspended
particulate, TSP) merupakan dua

2
KUALITAS UDARA
SEKOLAH VOKASI IPB

komponen sangat penting dari parameter Dalam atmosfer yang tenang


kualitas udara ambien (udara luar partikulat berukuran kecil (PM10 dan
ruang/outdoor). Dalam jumlah tertentu PM2.5) membutuhkan waktu harian sampai
yang relatif rendah, keduanya tidak dengan tahunan untuk mengendap dandapat
menimbulkan efek negatif. Namun menempuh jarak lebih dari 1.000 km, tetapi
demikian, bila keberadaannya dalam udara dapat dicuci oleh hujan dengan sangat cepat
ambien melebihi baku mutu akan (Kruell et al. 2013 dalam Yuwono et al.
2015). Distribusi ukuran, komposisi, dan
menimbulkan efek negatif yang serius,
bentuk partikulat di udara akan
beragam dan merugikan, baik dari segi
memengaruhi dampak partikulat tersebut
ekonomi maupun dari aspek lingkungan.
terhadap lingkungannya. Upaya yang dapat
Contoh penyakit yang timbul karenanya dilakukan dalam penurunan konsentrasi
antara lain adalah asma sedangkan jenis partikulat dan debu terbang dapat dilakukan
kerugian yang terbukti timbul adalah dengan melakukan penanaman tumbuhan
penurunan jarak pandang dan gangguan atau pohon dengan kemampuan penyerapat
ekosistem (Yuwono et al. 2015). terhadap gas partikulan dan debu terbang
Permasalahan yang dihadapi oleh tersebut, selain itu bisa juga dengan rutin
para pemangku kepentingan pengelolaan melakukan penyiraman di area jalanan
kualitas udara di Indonesia dewasa ini untuk menurunkan tingkat partikulat yang
adalah dalam hal menentukan konsentrasi terukur.
debu jatuh dan partikel tersuspensi (TSP)
dalam udara ambien di suatu lokasi sebagai SIMPULAN
akibat adanya berbagai macam kegiatan
manusia, seperti pertambangan, Konsentrasi partikulat yang terukur
transportasi, pembukaan lahan, menggunakan HVAS menunjukan kadar
pembangunan kawasan perumahan, batas yang masih aman karena dibawah
konversi lahan, pengolahan tanah, baku mutu yang ditetapkan sesuai PPRI No.
penggundulan hutan, dan lain sebagainya. 41/1999. Sedangkan untuk kadar debu jatuh
Permasalahan ini timbul karena ketiadaan yang terukur melalui Dustfall Cannister
data mengenai besarnya bangkitan berada jauh melampaui baku mutu yang
(generation) debu danTSP yang berasal dari ditetapkan.
permukaan lahan yang ada di Indonesia
serta sebagai akibat dari bermacam-macam
kegiatan manusia DAFTAR PUSTAKA
Faktor terpenting yang [RI] Presiden Republik Indonesia. 1999.
memengaruhi kuantitas bangkitan debu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
jatuh dan partikel tersuspensi, yaitu jenis Nomor 41 Tahun 1999 tentang
tanah, kecepatan angin, kadar air tanah, dan Pengendalian Pencemaran Udara. Jakarta
tutupan lahan. Faktor emisi bangkitan debu (ID): RI.
jatuh dan TSP yang dipengaruhi oleh
kecepatanangin dan kadar air tanah pada Helmy R. 2019. Hubungan paparan debu
tanah. dan karakteristik individu dengan status

3
KUALITAS UDARA
SEKOLAH VOKASI IPB

pedagang di sekitar kawasan industry


Gresik. Jurnal Kesehatan Lingkungan.
11(2): 132-140.

Yuwono AS, Mulyanto B, Kurniawan A.


2015. Penentuan faktor emisi debu jatuh
dan partikel tersuspensi dalam udara
ambien di pulau Jawa. Prosiding Seminar
Hasil-Hasil PPM IPB. 1(1):181-191.

Anda mungkin juga menyukai