Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengolahan Limbah VI

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086


Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-R1STEK

PENGUKURAN PARTIKEL UDARA AMBIEN (TSP, PMIO, PM2,s)


DI SEKITAR CALON LOKASI PLTN SEMENANJUNG LEMAHABANG

AgusGindo S., Budi Hari H.


Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BA TAN

ABSTRAK

PENGUKURAN PARTIKEL UDARA AMBIEN (TSP, PMJo, PM2,s) DI SEKITAR


CALON LOKASI PLTN SEMENANJUNG LEMAHABANG. Telah dilakukan analisis partikel
udara ambien (TSP, PMIO, PM2•5) di sekitar lokasi calon PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir)
Semenanjung Lemahabang. Pengukuran dilakukan pada bulan Mei 2007 dengan tujuan menyediakan
informasi tentang konsentrasi partikel udara ambien (TSP, PMIO dan PM2•5) dan distribusi diameter
partikelnya. Lokasi pengukuran di tiga daerah yaitu : I) Desa Balong, 2) Bayuran dan 3) Bondo.
Konsentrasi TSP, PMIO ,dan PM2•5 dengan lama sampling 24 jam. di semua lokasi yang diukur di
daerah calon PLTN melebihi baku mutu udara ambien nasional yang ditetapkan pemerintah . Seluruh
lokasi pengukuran untuk TSP, PMIO, dan PM2•5 termasuk kategori ISPU (Indeks Standar Pencemar
Udara) sedang.

ABSTRACT

MEASUREMNT OF AMBIENT AIR PARTICLE (TSP, PMllJo PMzsJ AROUND


CANDIDATE LOCATION OF PLTN SEMENANJUNG LEMAHABANG. Measurement analysis
of ambient air particle (TSP, PMJO• PM2.sJ around location candidate of PLTN ( Power Station of
Nuclear Energy) Semenanjung Lemahabang has been carried out. The measurement was conducted
in May 2007 with a purpose to providing information about concentration of ambien air particle
(TSP, PMJO and PM2,j) and diameter distribution of its air particle. The measurement was conducted
in three locations i.e. I). Balong vi/age 2). Bayuran 3). Banda. Concentration of TSP, PMJO• and
PM2.j per 24 hours in all measured locations in area candidate of PLTN exceed quality standard of
national ambient air is specified by government. All measurement locations for the TSP. PMu}. and
PM2,j was include category of ISPU (Standard Index of Air Pollution) moderato

PENDAHULUAN oleh pengolahan bahan padat dari industri.


Partikel udara dalam wujud padat yang
Republik Indonesia berencana akan
membangun Pembangkit Listrik Tenaga berdiameter kurang dari 10 ~m yang
biasanya disebut dengan PM 10
Nuklir (PL TN) dan diharapkan akan
(particulate matter) dan kurang dari 2,5
beroperasi pada tahun 2016. Calon lokasi
PL TN kemungkinan berada di Kabupaten ~m di dalam rumah (PM1•5) diyakini oleh
Jepara, pantai utara Semarang, tepatnya di para pakar lingkungan dan kesehatan
semenanjung Lemahabang, kecamatan masyarakat sebagai pemicu timbulnya
infeksi saluran pemafasan, karena pertikel
Bangsri. Lokasi tersebut sebagian besar
masih berupa kebun kelapa yang terletak padat PMIO dan PM1•5 dapat mengendap
pada saluran pemafasan daerah bronki
di tepi pantai, kebun karet, coklat dan
tumbuhan liar. Guna mendukung rencana dan alveoli [2]. Partikel debu yang
pembangunan PL TN dalam memenuhi berdiameter kurang dari 10 ~m (PMIO)
kebutuhan Iistrik yang cukup tinggi, sangat memprihatinkan, karena memiliki
diperlukan kajian yang komprehensif kemampuan yang lebih besar untuk
terhadap Iingkungan di sekitar lokasi. Hal menembus ke dalam paru. Rambut di
ini sesuai dengan Undang-Undang RI No. dalam hidung dapat menyaring debu yang
23 tahun 1997 tentang pengelolaan berukuran lebih besar dari 10 ~m. PMIO
Iingkungan hidup dan program yang diperkirakan berada antara 50 dan 60 %
dicanangkan oleh Menteri Lingkungan dari partikel melayang yang mempunyai
Hidup, agar setiap pembangunan selalu diameter hingga 45 J.!m {total suspended
memperhatikan kelestarian Iingkungan di particulate, [3]. Partikel yang lebih besar
sekitar proyek, baik sebelum, pada saat, dari 10 ~m, seperti TSP, tidak terhirup ke
maupun sesudah adanya proyek [1]. dalam paru. Partikel dibawah 2,5 11m
(PM1.5) tidak disaring dalam sistem
Salah satu bahan pencemar udara
pernapasan bagian atas dan menempel
adalah debu yang mempunyai diameter pada gelembung paru, sehingga dapat
0,1 sampai 100 ~lm dan menjad i perhatian menurunkan pertukaran gas. Berdasarkan
bersama khsususnya debu yang dihasilkan

220
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengolahan Limbah VI
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086
Pusat Penelitian IImli Pengetahllan dan Teknologi-RISTEK

Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun Semua sifat aerosol sangat bergantung


1999 tentang pengendalian pencemaran pada ukuran partikel. Partikel yang
udara, baku mutu udara ambien nasional berdiameter kurang dari 2,5 J.Lm umumnya
untuk PMIO adalah sebesar 150 J.Lglm3 (24 dianggap halus dan yang lebih besar dari
jam), untuk PM2•S adalah sebesar 65 2,5 J.Lm dianggap kasar.
J.Lglm3 (24 jam), sedang untuk TSP adalah
Aerosol dapat digolongkan
230 J.Lglm3 (24 jam) [4].
menjadi aerosol primer dan sekunder.
Calon lokasi PL TN keberadaannya Aerosol primer adalah aerosol yang
berdekatan dengan PL TU (Pembangkit dipancarkan langsung dari berbagai
Listrik Tenaga Uap) di Tanjung Jati B sumber, seperti debu yang terbawa oleh
yang berjarak ±5 km di sebc1ah barat daya udara sebagai akibat adanya angin atau
Semenanjung Lemahabang. Berdasarkan partikel asap yang dipancarkan dari
data arah angin dominan di Semenanjung cerobong. Aerosol sekunder merujuk pada
Lemahabang angin bertiup dari arah Utara partikel yang dihasilkan di dalam atmosfir
ke Selatan atau Timur Laut ke arah Barat yang mengalami reaksi kimia dari
Daya sedangkan letak PL TU diantara arah komponen gas. Beberapa bahan partikulat
Selatan dan Barat Daya, dengan demikian udara dan ukuran jenis partikel dirinci
dalam jangka waktu tidak terlalu lama pada Gambar 2. [8]
akan terjadi pertukaran partikel udara dari
kedua pembangkit terse but [5]. Oleh Impaktor Bertingkat (Cascade
karena itu perlu dilakukan analisis Impactor)
karakteristik partikel udara ambien,
Impaktor yang digunakan dalam
khususnya konsentrasi TSP, PM 10, PM2•S
penelitian ini adalah impaktor bertingkat
dan distribusi diameter partikel di daerah
sekitar calon lokasi PL TN sebelum buatan Andersen, USA yang terdiri dari 9
tingkat dan mampu menentukan diameter
dibangun, sekaligus mengetahui
partikel aerosol lebih kecil dari 0,43
perbedaan dengan partikel udara yang ada
di daerah sekitar PLTU Tanjung Jati B. sampai 10 J.Lm. Impaktor bertingkat
Andersen yang terdiri dari 8 tingkat
Penelitian ini dilakukan dengan (tingkat 0 hingga 7) masing-masing
tujuan untuk menyediakan data dan dipasang foil milar dan satu tingkat paling
informasi ten tang keberadaan partikel bawah dipasang filter. Koleksi
udara ambien (TSP, PMIO dan PM2•S) dan karaktetistik impaktor adalah koleksi
distribusi diameter partikelnya. Penelitian dengan efisiensi 50 % yang artinya 50 %
ini dilakukan pada bulan Mei 2003 di tiga partikel dengan diameter tertentu
lokasi yaitu : I) Balong, 2) Bayuran, 3) mengendap pada pelat impaksi dan
Bondo. (Gambar I). selebihnya lolos. Diameter tersebut
dinamakan diameter pangkas pada
Partikel udara efisiensi 50% . Pada impaktor bertingkat,
partikel yang lolos dari tingkat pertama
Perubahan lingkungan hidup pada
akan masuk ke impaktor tingkat
umumnya disebabkan oleh pencemaran
berikutnya. Tiap tingkat impaktor
udara dimana masuknya zat pence mar
mempunyai ukuran diameter pangkas
(berbentuk gas dan partikel kecil yang
yang berbeda. Diameter pangkas pada
dinamakan aerosol) ke dalam udara [6].
suatu tingkat lebih besar dibandingkan
Aerosol didefinisikan sebagai partikel cair
diameter pangkas pada tingkat berikutnya.
maupun padat yang tersuspensi di dalam
Pad a tiap tingkat dipasang foil milar yang
gas [7]. Ukuran partikel aerosol antara
berfungsi untuk mengendapkan partikel
0,00 I dan 100 J.Lm.
aerosol dan pada tingkat terakhir dipasang
Karakteristik partikulat debu filter (Gambar 3). [9]
termasuk diantaranya ukuran, distribusi
ukuran, bentuk kepadatan, kelengketan, METODE
sifat korosif, reaktivitas dan toksisitas.
Pengukuran Konsentrasi Partikel
Salah satu karakteristik yang paling Udara
penting dari suspensi partikel debu adalah
Metode baku pengukuran
distribusi ukuran partikel aerosol. Ukuran
konsentrasi partike! udara PMu/PM2•S
partikel merupakan parameter terpenting
menggunakan pencuplik udara yang
untuk memberi ciri perilaku aerosol.

221
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengolahan Limbah VI
Pusat Teknologi Limbah RadioaktifBATAN ISSN 1410-6086
Pusat Penelitian IImu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

dilengkapi impaktor bertingkat C2 = konsentrasi udara rata-rata hasil


Andersen untuk memisahkan udara pengukuran dengan lama
berdiameter lebih keeil dari 10J.lm dan peneuplikan eontoh t2 (dalam hal ini
2,5J.lm [9]. Partikel yang lolos dari C2 = [CD (f!g/m3)
impaktor akan mengendap pada filter t) = lama peneuplikan eontoh 1 (24 jam)
selulosa berdiameter 8,1 em, beratnya t2 = lama peneuplikan eontoh 2 dari
ditimbang menggunakan timbangan hasil pengukuran eontoh udara
elektronik orde J.lg. Impaktor Gam)
dihubungkan dengan flowmeter, p = faktor konversi dengan nilai antara
manometer dan pompa isap. Pengukuran 0,17 dan 0,2
TSP sarna dengan PM.JPM2•S Tingkat bahaya partikel udara di
perbedaannya hanya pada pompa dan suatu tempat dapat diketahui dengan eara
jenis filternya. TSP menggunakan pompa membandingkan besarnya nilai
air sampler dengan laju alir 35 liter konsentrasi partikel dengan Indeks
permenit, filter menggunakan fibre glass Standar Peneemar Udara (ISPU).
diameter 47mm dan waktu sampling 60 Kategori ISPU untuk parameter partikulat
menit sedangkan waktu sampling udara serta efeknya terhadap kesehatan
PM .JPM2.S 180 menit. Bagan alir dapat dilihat pada Tabell dan Tabel 2.
impaktor bertingkat seperti Gambar 4.
Analisis Distribusi Diameter Partikel
Oehu
!
masuk Udara.

Analisis distribusi diameter partikel


udara ditentukan dengan jalan
menghitung selisih penimbangan berat
C filter setelah dan sebelum pengukuran
Po-;;;fla Isap ( 28,3 Ipm ) pada setiap tingkat dari 9 tingkat cascade
Flowmeter
impactor, kemudian dibuat persentase
Cascade Manometer
Impactor berat setiap tingkat terhadap berat total
seluruh tingkat. Persentase berat tersebut
Gambar 4. Sampling udara PMIO/PM2•5 digunakan untuk menentukan persentase
dengan impaktor bertingkat kumulatif. Data persentase kumulatif dari
penentuan distribusi diameter partikel
Konsentrasi partikel udara (C) dihitung udara didistribusikan dengan kertas grafik
menggunakan persamaan : log-probability dan diplot regresi linier
terhadap diameter partikel sebagai fungsi
M, - Mo - dari persentase kumulatif. Grafik log-
3
[C) = probability dibuat dengan program Sigma
T. V (J.lg/m ) (1) Plot 5.0.
Keterangan :
Regresi linier dari grafik terse but
M. = berat filter ditambah udara (J.lg)
dapat digunakan untuk menentukan
Mo = berat filter bersih (J.lg) diameter aerodinamis median massa
T = lama peneuplikan (jam)
(MMAD = Mass Median Aerodynamic
V = laju peneuplikan udara (m3/jam)
Diameter) dengan eara menarik garis
Konsentrasi yang diperoleh dari lurus pada persen kumulatif tepat pada
persamaan (1) dikonversikan ke posisi 50 %.
persamaan model konversi Canter untuk
Standar deviasi geometri (crg)
mendapatkan konsentrasi udara dengan
ditentukan menggunakan persamaan
waktu peneuplikan 24 jam [4].
Persamaan konversi Canter sebagai berikut [9] :
berikut :
D p 84,13 %
crg =
D p 15,87 % (3)
C, ~C2 (;: ru••••••••••••• u •••• (2) Keterangan :
Keterangan : Dp 84,13 % = diameter aerodinamis pada
C) = Konsentrasi udara rata-rata dengan persen kumulatif 84, I3 %
Dp 15,87 % = diameter aerodinamis pada
lama peneuplikan eontoh t1 (f!g/m3)
persen kumulatif 15,87 %

222
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengolahan Limbah VI
Pusat Teknologi Limbah RadioakJif-BATAN ISSN 1410-6086
Pusat Penelitian I1mu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

Kl'tl'rilllgtUj :
1 • 3 : Lokt\Si SaIHIJlilig udiIra
cD : C.11011 tdpi\k PLTN

Gambar 1. Lokasi pencuplikan partikel udara

Kabut asap Au-omdan kabu! Uap air


~ .c .~u.
Uap u1<talllrgi
• ...- D~bu m~t:a1'JX!i --+
C

-.
Sari ptmbabra:J
Sihka kolodial

4
~

A "'p nJinpk
4
C
rrttu" nrbuli••r
Debn iultL1i,ida
~
Abu trrbang
• •
r<tmu pipa hidroJiIc

• Asap ttmbokau
Ftmlo ,tn. oIcsida
C - ••

• Pigmrn C.1r
• Trpnng sari •
Karbon hitl!U BlIbuk ba",bar:!


T,pung gihng
Virm BaL1rri

L_n_
0.001
L-0,01 0.1 10 100
J

1000

Diam~ter p.\rtik~l (~lm)

Gambar 2. Ukuranjenis-jenis partikel [11,12,13,14]

223
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengolahan Limbah VI
Pusat Teknologi Limbah RadioakJifBATAN ISSN 1410-6086
Pusat Penelitian I/mu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

Udara mas uk
l

Pelat impaksi

Pompa vakum

Gambar 3. Penampang impaktor bertingkat [9]

Tabel 1. Kategori ISPU untuk partikulat udara ambien berdasarkan standar National
Ambient A ir Quality Standards dan BAPEDAL selama 24 jam [10].
TSP
>
Tidak
Baik151-350
351-420
261-375
376-625
151-250
51-150
0-50
0-15
76-260
0-75
Sedang66-150
Berbahaya
Sangat
PMIO
PM2,5 Sehat
421
251
625
16-65Tidak Sehat
(llg/mJ)
(1l2/mJ)
ISPU Kategori

Tabel2. Kategori ISPU terhadap efek kesehatan masyarakat [10]

Kategori ISPU I Efek


Baik
Sedan_
Tidak sehat
Sangat tidak
sehat
Berbahaya I Tingkat berbahaya bagi semua populasi yang terpapar

HASIL DAN PEMBAHASAN partikel udara tersebut terdeposisi di


sa luran pemapasan, maka dapat
Hasil pengukuran distribusi
diperkirakan akan terdeposisi di pam
diameter dan konsentrasi TSP, PMIO,
yakni di bronki sekunder dan bronkioles.
PM2•S di calon lokasi PL TN semenanjung
Di des a Bayuran dominan pada 0,09 dan
Lemahabang ditunjukkan pada Tabel 3.
2,37/lm, sedangkan di Desa Bondo
Seluruh lokasi pengukuran distribusi
dominan pada 0,07 dan 2,60/lm
diameter partikel udara termasuk Bimodal
kemungkinan terdeposisi di bronki
yang berarti mempunyai ukuran diameter
sekunder dan bronkioles (Gambar 6).
median massa (MMAD) yang berbeda
Distribusi diameter di sekitar lokasi calon
dan mempunyai dua puncak frekuensi
PLTN semenanjung Lemahabang lebih
(Gambar 5). Hal ini menunjukkan partikel
menyebar bila dibandingkan di daerah
udara beragam di lokasi yang diukur.
Cilegon seperti yang ditampilkan pada
Diameter partikel udara di Desa Balong
Tabel4. Distribusi diameter partikel udara
dominan pada 0,04 dan 2,40).tm. Bila
di sekitar caJon lokasi PLTN Lemahabang

224
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengolahan Limbah VI
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086
Pusat Penelitian J/mu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

ada yang berbentuk partikel halus « 2,5 konsentrasi tertinggi untuk PM2•S terletak
/lm) dan partikel kasar (> 2,5 /lm), di lokasi desa Bondo. Kedua lokasi
sedangkan distribusi diameter di daerah tersebut terletak di sebelah Timur dan
Cilegon kecenderungnya dominan Barat PL TV Tanjung Jati B. Hal ini
partikel halus dan monomodal. kemungkinan juga disebabkan jumlah
Hasil pengukuran konsentrasi TSP, PMIO penduduk dekat lokasi PL TV lebih padat
dan PM2,s per 24 jam di semua lokasi dibandingkan dengan yang lain, sehingga
telah melebihi baku mutu udara ambien emisi gas dari rumah penduduknya lebih
nasional berdasarkan PP No. 41 tahun banyak dibandingkan lokasi lainnya.
1999 yaitu masing-masing sebesar 230, Hasil pengukuran konsentrasi TSP sekitar
150, dan 65 /lglm3• lokasi calon PL TN bila dibandingkan
Hal ini mungkin disebabkan pada saat dengan TSP udara ambien di Jakarta,
pengukuran kecepatan angin kencang dan Bogor, Bekasi dan Tangerang pada tahun
lokasinya berdekatan dengan pantai Vtara 2002 dan 2003 (Tabel 6) tidak berbeda
taut Jawa. jauh [II], kecuali pengukuran konsentrasi
Hasil pengukuran TSP untuk semua TSP pad a tahun 2002 di Bekasi dan
lokasi masih termasuk kategori ISPV Tangerang yang sangat jauh dari baku
sedang. Hasil pengukuran PMIO dan PM2•S mutu udara ambien nasional [4] akan
termasuk kategori ISPV tidak sehat. tetapi konsentrasi TSP di Bekasi dan
Konsentrasi PMIO tertinggi terletak di Tangerang tersebut lebih baik pada tahun
lokasi desa Bayuran, sedangkan 2003.

Tabel 3. Hasil pengukuran diameter dan konsentrasi TSP, PM 10, PM2•S di lokasi calon
PL TN, Semenanjung Lemahabang.
Konsentrasi
Titik
2,57
2,04
2,37crg Lokasi
1,89
330,31
337,77
107,52
111,23
TSP
2,07
2,49
316,39
120,85
PM2S
PMIO
(11m) er 24 jam
(llg/m3) 0,04
2,40
0,09
2,60
2,37
0,07
Kec. Bangsri
232,45
241,07
Kec. Bangsri
238,54 (/lm) MMAD
uran,
do,

DJSTRlaUTJQN F~OM SJMU~ATED DATA

Gambar 5. Grafik distribusi partikel udara bimodal [12]

225
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengolahan Limbah VI
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-R1STEK

Diameter Partike'
dobu (um) pAd"
Cascade Impactor
Tingkat ke a
9,0 - 10,0
Tingkat ke 1 Hidung
5,8 - 9,0 belakang
Tingkat ke 2
4.7 - 5.8 [ Larynx
Ph ••rvnx
Trakea

3.3 - 4.7ke 3 [ Bronki


Tingkal primer
Tingk.t ke 4
2.1 - 3.3 Bronki Daerah
eekunder bronkiol.r
Oaerah
atV&olar
1.1-2.1 Terminal interstisial
Tlngka. ke 5 [ a,onkioles
Tingkat ke 6 Bronkioles
0.65 - 1,1 Bronkiolee
pernapasan.
Tingkat ka 7
0,43 _0.65 Alveoli_
dan Pembuluh alveal ••,

Gambar 6. Daerah deposisi partikel udara pada saluran pernapasan [12]

Tabel4.Desa
Hasil pengukuran
Randakari
Perumahan diameter dan
Bukit Konsentrasi
Palm konsentrasi partikel udara di Cilegon, Banten [12]
917,39
894,72
943,60
2,07
1,56 Ciwandan
344,02
856,84
2,14
465,26
851,78
2,38 crgper 24 jam
1,65
442,74
()..tm)
PMIO
PM2.5
Kecamatan
TSP ( ugjm3) 6,20
1056,66 3,15
2,40 ()..tm)
i MMAD
3.

Tabel 6. Konsentrasi TSP di Jakarta, Bogor, Bekasi dan Tangerang tahun 2002 dan
2003 [12]

No. I Lokasi Konsentrasi TSP (J.!


Se t-Okt. 2002 Se t-Okt. 2003
I Jakarta Pusat 192,13 161,13
2 Jakarta Utara 217,97 201,76
3 Jakarta Timur 276,60 310,38
4 Jakarta Barat 108,94 159,49
5 Jakarta Selatan 159,64 249,83
6 Bekasi 622,00 170,71
7 Bogor 166,07 105,41
8 Tangeran 250,59 130,90

226
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengolahan Limbah VI
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

KESIMPULAN 8. SAMUEL, J.W., Aerosol in


Fundamental of Air Pollution,
Berdasarkan hasil analisis terhadap
Addition Willey, New York, USA,
partikel udara di sekitar calon PL TN 347-363, 1973.
Lemahabang, maka distribusi diameter 9. ANDERSEN SAMPLER INC.,
partikel udara termasuk Bimodal.
Operating Manual for Andersen Low
Konsentrasi TSP, PMIO ,dan PM2,5 per 24
Pressure Impactor, Atlanta, Ga,
jam di seluruh lokasi melebihi baku mutu 30336, 1982.
udara ambien nasional yang ditetapkan 10. BADAN PENGENDALIAN
pemerintah. Semua lokasipengukuran DAMPAK LINGKUNGAN, Catatan
untuk TSP, PMIO, dan PM2,5 termasuk
kursus Pengelolaan Kualitas Udara,
kategori ISPU sedang. Jakarta, 1999.
11. CRHRE-UI and ASSISTANT
UCAP AN TERIMA KASIH
DEPUTY of VEHICLE EMISSION-
Penulis mengucapkan terimakasih MOE, TSP and Noise Roadside
kepada Bapak Gatot Suharyono Monitoring in Jabotabek Areas, Final
(PTKMR-BATAN) yang telah membantu Report, Jakarta-Indonesia, 2003.
penelitian ini sehingga dapat diselesaikan 12. GATOT SUHARIYONO,
dengan baik. SY ARBAINI, dan KUSDIANA,
Perkiraan Deposisi Partikel Udara
DAFT AR PUST AKA (PMIO/PM2,5 dan TSP) pada Saluran
1. TAUFIQ, Segera, Nuklir untuk Pernapasan Penduduk Cilegon,
Banten Menggunakan Perangkat
Listrik Indonesia, Majalah Proyeksi,
Edisi XX, Tahun 2, Lunak LUDEP, Prosiding Lokakarya
Komputasi Dalam Sains dan
www.batan.go.id/fnews/html.p Teknologi Nuklir XV, Pusat
hp?id=20060423231606&db=i Pengembangan Teknologi Informasi
nfo media, 2006. dan Komputasi, BATAN, Jakarta,
2. BUNAWAS, RUSLANTO, O.P., 2004.
SURTIPANTI dan YUMIARTI,
Partikel debu anorganik : Komposisi,
diameter, pengendapan di saluran
pernapasan dan efek terhadap
kesehatan., Prosiding Seminar
Nasional Kimia Anorganik,
Yogyakarta, 1999.
3. UNEP/WHO, Measurement of
suspended particulate matter in
ambient air, Global Environment
Monitoring System! Air Metodology
Reviews Handbook Series, Vol.3,
WHO/EOS/94.3, NEP/GEMS/94.
AA, Nairobi, Kenya, 1994.
4. PERATURAN PEMERINTAH,
Pengendalian Pencemaran Udara, PP
RI No. 41/1999, Jakarta, 1999.
5. NEWJEC, Inc, Topical Report on
Demography (Step-l), INPB-REP-
601,1992.
6. SOEDOMO, M" Kumpulan Karya
Ilmiah Pencemaran Udara, lnstitut
Teknologi Bandung (ITB), Bandung ,
1999.
7. HINDS, W.C., Aerosol Technology:
Properties, Behavior, and
Measurement of Airborne Particles,
John Wiley & Sons Inc., New York,
1999.

227

Anda mungkin juga menyukai