Anda di halaman 1dari 14

243P_SEL08091011_DYN44180014

ESTIMASI POLA DISPERSI EMISI SUMBER TAK


BERGERAK BERDASARKAN MODEL DISPERSI GAUSSIAN

ESTIMATE UNMOVED SOURCE DISPERION PATTERNS


BASED ON THE GAUSSIAN DISPERION MODELESTIMATED
Adi Pradono Tunggul Nalendro1
Praktikum Senin
1)
Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Dramaga Kampus IPB Dramaga,
Bogor, 16680
Email: tungguladi288@gmail.com

Abstrak: Kerusakan lingkungan diakibatkan oleh berbagai faktor, antara lain oleh pencemaran.
Saat ini pencemaran udara sudah menjadi masalah serius dikota-kota besar di dunia. Polusi udara
perkotaan sudah dikenal sejak 50 tahun belakangan ini karena sangat berdampak pada kesehatan
manusia dan lingkungan. Selain berdampak pada kesehatan manusia pencemaran udara juga dapat
berdampak pada ekosistem, material dan bangunan-bangunan. Kegiatan industri dengan
cerobongnya menghasilkan emisi yang sangat tinggi dengan sekian banyaknya jenis kegiatan
industri maka emisi cerobong yang dihasilkan semakin besar, terutama untuk kegiatan industri
yang menghasilkan bahan berbahaya dan beracun. Model Dispersi Gaussian merupakan bentuk
persamaan matematika yang dapat dimasukkan ke dalam perhitungan variabel yang bersifat fisis
dan diberikan informasi yang lebih detail mengenai sumber polutan pada suatu daerah yang
diteliti. Gas nitrogen dioksida (NO2) merupakan polutan udara ambien bersama unsur nitrogen
monoksida (NO) yang biasanya dihasilkan dari kegiatan manusia seperti pembakaran bahan bakar
mesin kendaraan, pembakaran sampah, pembakaran batubara, dan industri. Sulfur dioksida (SO2)
adalah komponen pencemar udara dengan jumlah paling banyak. Total Suspended Particulate
(TSP) adalah partikel udara yang berukuran kecil seperti debu, asap, dan uap dengan diameter
kurang dari 100 mikrometer. TSP dapat berasal dari beberapa sumber termasuk pembangkit tenaga
listrik, insinerator, kendaraan, dan aktivitas konstruksi. Hasil perhitungan yang didapat berupa
nilai laju alir volumetri sebesar 445,69 m3/detik Laju emisi gas buang SO2, NO2, TSP berturut-
turut sebesar 5506317 kg/jam, 2930069.6kg/jam, 788384.06kg/jam. data termasuk pada kelas D
yang berarti kelas netral. Spesifikasi untuk kelas D yakni intensitas sinar matahari berada di level
sedan dan memiliki kecepatan angin lebih besar dari 6 m/detik
Kata Kunci : Kerusakan lingkungan, Metode Gaussian, Polusi udara.

Abstract: Environmental damage is caused by various factors, including pollution. Currently air
pollution has become a serious problem in big cities in the world. Urban air pollution has been
known for the past 50 years because it greatly impacts human health and the environment. Apart
from having an impact on human health, air pollution can also have an impact on ecosystems,
materials and buildings. Industrial activities with chimneys produce very high emissions with
various types of industrial activities, so the resulting chimney emissions are even greater,
especially for industrial activities that produce hazardous and toxic materials. The Gaussian
Dispersion Model is a form of mathematical equation that can be included in the calculation of
physical variables and provided more detailed information about the source of pollutants in the
area under study. Nitrogen dioxide gas (NO2) is an ambient air pollutant with nitrogen monoxide
(NO) which is usually produced from human activities such as combustion of vehicle engine fuels,
burning waste, burning coal, and industry. Sulfur dioxide (SO2) is a component of air pollutants
with the greatest amount. Total Suspended Particulate (TSP) are small airborne particles such as
dust, smoke and steam with a diameter of less than 100 micrometers. TSP can come from a
243P_SEL08091011_DYN44180014
number of sources including power plants, incinerators, vehicles, and construction activities. The
calculation results obtained are volumetric flow rate values of 445.69 m3 / second. The emission
rates of SO2, NO2, TSP are 5506317 kg / hour, 2930069.6kg / hour, 788384.06kg / hour,
respectively. data is included in class D which means neutral class. The specifications for class D
include the intensity of sunlight at the sedan level and have wind speeds greater than 6 m / sec.
Keyword: Environmental damage, Gaussian Method, Air pollution.

PENDAHULUAN
Kerusakan lingkungan diakibatkan oleh berbagai faktor, antara lain oleh
pencemaran. Pencemaran ada yang diakibatkan oleh alam, dan ada pula yang
diakibatkan oleh perbuatan manusia.  Lingkungan dapat dikatakan tercemar jika
terkontaminasi oleh bahan pencemar yang dapat mengakibatkan gangguan pada
mahluk hidup yang ada didalamnya. Gangguan itu ada yang segera nampak
akibatnya, dan ada pula yang baru dapat dirasakan oleh keturunan berikutnya.
Kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia di mulai dari meningkatnya
jumlah penduduk dari abad ke abad. Populasi manusia yang terus bertambah
mengakibatkan kebutuhan manusia semakin bertambah pula, terutama kebutuhan
dasar manusia seperti makanan, sandang dan perumahan.
Saat ini pencemaran udara sudah menjadi masalah serius dikota-kota besar di
dunia. Polusi udara perkotaan sudah dikenal sejak 50 tahun belakangan ini karena
sangat berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungan. Selain berdampak
pada kesehatan manusia pencemaran udara juga dapat berdampak pada ekosistem,
material dan bangunan-bangunan. Permasalahan lingkungan perlu mendapat
perhatian penuh dari pemerintah daerah, khususnya dalam bentuk pengelolaan dan
pengendalian pencemaran lingkungan. Salah satu permasalahan lingkungan yang
harus mendapat perhatian penuh adalah masalah pencemaran udara. Udara di alam
tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali. Beberapa gas seperti
Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2), Karbon Monoksida (CO) dan
Ozon (O3) selalu dibebaskan ke udara sebagai produk sampingan dari proses-
proses alami seperti aktivitas vulkanik, pembusukan sampah tanaman, kebakaran
hutan dan lain sebagainya. Selain disebabkan oleh polutan alami tersebut, polutan
udara juga dapat disebabkan oleh aktivitas manusia ( Indah F 2014).
Pencemaran udara berupa masuknya atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya
ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan
sehingga menurunkan kualitas lingkungan. Kegiatan industri dengan cerobongnya
menghasilkan emisi yang sangat tinggi dengan sekian banyaknya jenis kegiatan
industri maka emisi cerobong yang dihasilkan semakin besar, terutama untuk
kegiatan industri yang menghasilkan bahan berbahaya dan beracun (KLH 2008).
Salah satu kualitas udara ambien ditentukan oleh kuantitas emisi cemaran dari
243P_SEL08091011_DYN44180014
sumber cemaran. Jika dilihat di daerah perkotaan, gas pencemar berasal dari asap
kendaraan, asap buangan pabrik, pembangkit tenaga listrik, asap rokok, dan
sebagainya yang berhubungan erat dengan aktivitas manusia (Nugroho 2009).
Praktikum kali ini berkaitan dengan melakukan perhitungan dispersi polutan
udara berdasarkan model Gaussian. Adapun alat dan bahan yang digunakan pada
praktikum ini yaitu berupa data sekunder emisi dari cerobong asap. Perhitungan
ini bertujuan menghitung kecepatan angin pada ketinggian cerobong asap, tinggi
semburan, dan tinggi cerobong efektif serta menghitung penyebaran emisi NO 2,
SO2, TSP berdasarkan model Gaussian.

TINJAUAN PUSTAKA
Pencemaran Udara
Pengertian pencemaran udara sendiri menurut Peraturan Pemerintah RI nomor
41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara adalah masuknya atau
dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh
kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Berbeda dengan
proses alamiah, kegiatan manusia yang menghasilkan zat berlebih kemudian
masuk ke dalam udara mengakibatkan beban berat sehingga udara tidak dapat
memenuhi fungsinya lagi. Prinsip dari pencemaran udara adalah bilamana dalam
udara terdapat unsur - unsur pencemar (biasa disebut polutan baik primer maupun
sekunder yang bersumber dari aktifitas alam dan kebanyakan dari aktifitas
manusia) yang dapat mempengaruhi keseimbangan udara normal dan
mengakibatkan gangguan terhadap kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-
tumbuhan dan benda-benda lain.

Dampak Pencemaran Udara


Udara yang tercemar partikel dan gas dapat menyebabkan gangguan kesehatan
yang terutama terjadi pada fungsi organ tubuh seperti paru-paru dan pembuluh
darah atau menyebabkan iritasi pada mata dan kulit. Pencemaran 6 karena partikel
dan debu biasanya menyebabkan penyakit pernapasan kronis seperti, bronchitis
kronis, emfiesma paru, asma bronchial dan kanker paru. Bahan pencemar gas
yang terlarut dalam udara dapat langsung masuk ke dalam tubuh sampai ke paru-
paru yang akhirnya diserap oleh sistem pembuluh darah (Arista G 2015)..
Pencemaran udara dapat menyebabkan kerusakan terhadap manusia dan
lingkungan. Pencemaran udara meningkat mempengaruhi produktivitas pertanian,
merusak bahan-bahan, berdampak negatif terhadap ekosistem, dan menyebabkan
gangguan estetika. Dari seluruh dampak tersebut, dampak terhadap kesehatan dan
243P_SEL08091011_DYN44180014
kesejahteraan manusia adalah yang dominan dengan kontribusi kurang lebih 90%
dari total kerusakan akibat pencemaran udara (Kastiyowati I 2001).

Model Dispersi Gaussian


Model Dispersi Gaussian merupakan bentuk persamaan matematika yang dapat
dimasukkan ke dalam perhitungan variabel yang bersifat fisis dan diberikan
informasi yang lebih detail mengenai sumber polutan pada suatu daerah yang
diteliti. Apiratikul (2015) menggunakan model dispersi Gauss untuk memprediksi
jarak pada arah penyebaran polutan (Xmax) untuk menentukan konsentrasi
maksimum polutan di permukaan (Ground Level Maximum Concentration) yang
disingkat dengan GLMC. Memprediksi GLMC menjadi sesuatu yang penting
untuk mengetahui proses dan tempat dampak terburuk dari suatu pencemar dari
cerobong asap. Model Dispersi Gaussian dianggap paling tepat untuk melukiskan
secara matematis pola 3 dimensi dari perjalanan semburan (plume) emisi. Dengan
mengetahui konsentrasi dan pola penyebaran emisi, maka sebaran polutan dapat
diprediksi guna memantau dan mengevaluasi polutan buangan yang berbahaya
(Hasibuan et al. 2015). Model Gaussian Plume sering digunakan dalam
memodelkan dispersi polutan secara kontiniu dari permukaan atau dataran tinggi.
Sehingga dispersi polutan ini memiliki distribusi probabilitas normal yang
kurvanya berbentuk bel atau lonceng.
Nitrogen Dioksida (NO2)
Gas nitrogen dioksida (NO2) merupakan polutan udara ambien bersama unsur
nitrogen monoksida (NO) yang biasanya dihasilkan dari kegiatan manusia seperti
pembakaran bahan bakar mesin kendaraan, pembakaran sampah, pembakaran
batubara, dan industri. Karakteristik gas ini memiliki bau tajam dan berwarna
cokelat dimana dampaknya terhadap kesehatan terutama adalah penurunan fungsi
paru, menyebabkan sesak napas, bahkan berujung pada kematian (Suyono 2014).
Berdasarkan informasi Material Safety Data Sheet, pajanan gas NO2 dapat
menyebabkan iritasi lendir, sinus, faring,respirasi tidak teratur, bahkan edema
paru. Efek terhadap gas toksik ini bergantung pada dosis serta lamanya pajanan.
Bertambahnya jumlah kendaraan bermotor tiap tahun dapat berdampak pada
peningkatan NO2 dan akan memberi efek negatif pada kesehatan manusia (Masito
2018).

Sulfur Dioksida (SO2)


Sulfur dioksida (SO2) adalah komponen pencemar udara dengan jumlah paling
banyak. Gas ini memiliki karakteristik tidak berwarna dan berbau tajam, apabila
bereaksi dengan uap air di udara akan menjadi H2SO4 atau dikenal sebagai hujan
asam yang dapat menimbulkan kerusakan baik material, benda, maupun tanaman
(Suyono 2014). Dampak negatif dari bahan pencemar tersebut pada manusia ialah
iritasi saluran pernapasan dan penurunan fungsi paru dengan gejala batuk, sesak
napas, dan meningkatkan penyakit asma (Muziansyah et al. 2015). Berdasarkan
243P_SEL08091011_DYN44180014
informasi Material Safety Data Sheet, pajanan gas SO2 dapat menyebabkan iritasi
mata, hidung, tenggorokan, sinus, edema paru, bahkan berujung pada kematian.
Kedua gas pencemar tersebut, baik NO2 maupun SO2 memberikan dampak
negatif terutama pada saluran pernapasan sebab masuk melalui proses inhalasi.

Total Suspended Particulate (TSP)


Total Suspended Particulate (TSP) adalah partikel udara yang berukuran kecil
seperti debu, asap, dan uap dengan diameter kurang dari 100 mikrometer. TSP
dapat berasal dari beberapa sumber termasuk pembangkit tenaga listrik,
insinerator, kendaraan, dan aktivitas konstruksi (Rochimawati dan Riana 2014).
IARC atau International Agency for Research on Cancer (2013) menyatakan
bahwa partikulat merupakan salah satu komponen utama dari polusi udara dan
telah dievaluasi dan diklasifikasi bersifat karsinogenik kelompok 1. IARC
menemukan risiko yang tinggi terhadap kanker paru-paru mengikuti tingginya
paparan dari partikulat dan polusi udara.

METODOLOGI
Praktikum “Emisi Sumber Tidak Bergerak” dilaksanakan pada hari Senin, 28
September 2020 secara daring online melalui Zoom di kediaman masing-masing
mahasiswa. Praktikum dilakukan mulai pada pukul 16.00-19.00 WIB. Alat dan
bahan yang digunakan dalam praktikum ini berupa data sekunder emisi dari
cerobong asap. Pertama-tama, laju alir volumetrik ditentukan terlebih dahulu dari
cerobong asap. Kemudian, emisi gas buang dari setiap zat pencemar yang
dilepaskan melalui cerobong asap (NO2, SO2, dan TSP) dihitung nilainya. Setelah
nilai dari setiap zat pencemar diketahui, lalu dihitung besar kecepatan angin pada
ketinggian cerobong asap, tinggi semburan, dan tinggi cerobong efektif.
Selanjutnya dispersi dari masing-masing gas buang juga dihitung nilainya dengan
cara menghitung konsentrasi gas buang pada beberapa lokasi yang berjarak dari
sumber emisi sesuai dengan data yang disediakan. Adapun diketahui data dari
BMKG selama 10 tahun terakhir kecepatan angin rata-rata adalah 8,47 m/detik,
dimana arah angin dominan berada di Barat Daya. Langkah terakhir yaitu hasil
pemodelan digambarkan dalam bentuk gambar spasial disertai dengan ulasan
singkat atas hasil pemodelan dispersi berdasarkan model Gaussian. Secara
singkat, langkah-langkah perhitungan dispersi polutan udara berdasarkan model
Gaussian dapat dilihat pada diagram alir berikut.

Mulai

Laju alir volumetrik ditentukan terlebih dahulu dari cerobong asap


243P_SEL08091011_DYN44180014

Emisi gas buang dari setiap zat pencemar yang dilepaskan melalui cerobong
asap (NO2, SO2, dan TSP) dihitung nilainya

Besar kecepatan angin dihitung pada ketinggian cerobong asap, tinggi


semburan, dan tinggi cerobong efektif

Dispersi dari masing-masing gas buang dihitung nilainya sesuai dengan data
yang disediakan

Hasil pemodelan digambarkan dalam bentuk gambar spasial

Hasil pemodelan diberi ulasan singkat atas hasil pemodelan dispersi


berdasarkan model Gaussian

Selesai

Gambar 1 Langkah perhitungan dispersi polutan udara berdasarkan model


Gaussian

Laju alir volumetrik dari masing-masing cerobong dapat dihitung


menggunakan rumus persamaan (1) dan untuk menghitung kecepatan setiap emisi
gas buang oleh cerobong menggunakan rumus persamaan (2).
q = Vs × A....................................................................................................(1)
E = C × q × 0.0036 × (Op Hours)................................................................(2)
Keterangan:
Q = Laju alir emisi volumetrik (m3/detik)
Vs = Laju alir dalam cerobong (m/detik)
A = Luas penampang cerobong (m2)
E = Laju emisi gas buang (kg/jam)
C = Konsentrasi terukur (mg/Nm3)
243P_SEL08091011_DYN44180014
0.0036 = Faktor konversi dari mg/detik ke kg/jam
Op Hours = Jam operasional pembangkit selama 1 (satu) tahun

Penentuan kelas stabilitas dengan mencocokkan nilai kecepatan angin


permukaan dari data meteorologi dengan klasifikas stabilitas atmosfer pada
Lampiran 1. Kelas stabilitas atmosfer diperlukan untuk menentukan koefisien
dispersi yaitu σy dan σz, koefisien eksponen (p) melalui persamaan kecepatan
angin pada ketinggian cerobong yang dihitung dengan persamaan (3).
Hz p
Uz = Ud x ( ) ..........................................................................................(3)
Hd
Keterangan:
Uz = Kecepatan angin pada ketinggian cerobong (m/detik)
Ud = Kecepatan angin rata-rata (m/detik)
Hz = Tinggi cerobong (m)
Hd = Tinggi pengukuran angin diatas permukaan tanah (m)
p = Nilai eksponen dari profil angin pada topologi permukaan datar dan
tidak rata (p rata-rata=0.3)

Perhitungan nilai σy dan σz dihitung dengan persamaan (4) dan (5) serta
menggunakan harga konstanta sesuai dengan kelas stabilitas a, b, c, d, dan f.
σy = a x Xb ..................................................................................................(4)
σz = c x Xd + f..............................................................................................(5)
Keterangan:
σy = Koefisien dispersi horizontal (m)
σz = Koefisien dispersi vertikal (m)
a, b, c, d, f = Konstanta dari Lampiran 2

Perhitungan konsentrasi emisi gas buang cerobong dengan model Gaussian,


variabel nilai tinggi semburan cerobong atau plume rise/kepulan (dH) dan nilai
tinggi efektif cerobong (He) dapat dihitung dengan persamaan (6) dan (7).
Vs Ts−Ta
dH = D ( )1/4 [1 + ]........................................................................(6)
Uz Ts
He = H + dH.................................................................................................(7)
Keterangan:
dH = Tinggi semburan atau plume rise/kepulan (m)
Vs = Kecepatan gas keluar cerobong (m/detik)
D = Diameter cerobong (m)
Uz = Kecepatan angin pada ketinggian cerobong (m/s)
Ts = Suhu gas buang cerobong (K)
Ta = Suhu udara (K)
He = Tinggi cerobong efektif (m)
H = Tinggi cerobong fisik/ aktual (m)
243P_SEL08091011_DYN44180014

Perhitungan konsentrasi teoretis dapat ditentukan dengan persamaan model


Gaussian pada persamaan (8).
Q − y² −(z−He) ² −(z + He)²
C(x,y,z) = exp [ ] x {exp [ ] + exp [ ]}(8)
2 πUz σzσy 2 σy ² 2σz ² 2 σz ²
Keterangan:
C = Konsentrasi pencemar (µg/Nm3)
Q = Laju emisi pencemar (µg/dtk)
Uz = Kecepatan angin rata-rata di atas cerobong (m/detik)
X = Jarak titik pada sumbu x (m)
y = Jarak titik pada sumbu y (m)
z = Jarak titik pada sumbu z (m)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Konsentrasi TSP, SO2 dan NO2 dipengaruhi oleh kondisi stabilitas atmosfer
karena terjadi perbedaan antara stabilitas atmosfer pada pagi, siang dan malam
hari. Penelitian ini menggunakan klasifikasi stabilitas atmosfer Pasquiil-Gifford
yang didasari pada data kecepatan angin, radiasi matahari serta keawanan. Vallero
(2008) menyebutkan klasifikasi Pasquill-Gifford kondisi atmosfer stabil (E dan F)
cenderung terjadi saat malam hari saat tidak ada radiasi matahari, atmosfer netral
terjadi saat keawanan tinggi serta kecepatan angin tinggi dan atmosfer tidak stabil
terjadi pada pagi-sore hari saat matahari masih bersinar. Perbedaan stabilitas
atmosfer mempengaruhi ketinggian lapisan pencampuran (mixing layer) yang
mempengaruhi konsentrasi pencemar di udara.

Tabel 1 Spesifikasi cerobong


Spesifikasi    
Tinggi cerobong 127 m
Diameter cerobong 5 m
luas penampang cerobong 19,625 m2
jam operasi per tahun 2018 8116,45 jam/th
kecepatan lepasan emisi 22,71 m/dt
konsentrasi emisi
SO2 422,83 mg/Nm3
NO2 225 mg/Nm3
TSP 60,54 mg/Nm3
suhu gas buang terukur 173 C
laju alir volumetrik (q) 445,68375

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dengan kecepatan lepas emisi


22,71 m/detik dan luas penampang cerobong sebesar 19,62 m2 maka didapatkan
243P_SEL08091011_DYN44180014
nilai laju alir volumetrik dari cerobong sebesar 445,68 m3/detik. Nilai laju emisi
gas buang yang didapatkan dari perhitungan tersebut didapatkan untuk SO2
sebesar 5506317,01 kg/jam, NO2 sebesar 2930069,60 kg/jam, dan TSP sebesar
788384,06 kg/jam. Selanjutnya pada ketinggian cerobong 127 m, dan kecepatan
angina rata-rata pada ketinggian 10 m sebesar 8,47 m/detik, maka di dapatkan
nilai kecepatan angin pada ketinggian cerobong asap sebesar 18,1562 m/detik.
Tinggi semburan sebesar 9,75 meter dan tinggi cerobong efektif pada ketinggian
136,75 meter.

Tabel 2 Skenario model konsentrasi emisi gas buang


Koordinat (m) Kosentrasi emisi (mikro/m3
Skenario model Nilai Oz Nilai Oy
x y z SO2 NO2 TSP
-1.70 0 0 0 134.8 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
3003.62 17594.95 500 500 134.8 0.002668 0.0014 0.000382
0.00 32697.08 1000 500 134.8 0.002752 0.0015 0.000394
0.00 46982.32 1500 500 134.8 0.001556 0.0008 0.000223
0.00 60761.67 2000 500 134.8 0.001037 0.0006 0.000149
skenario pertama (z dan y tetap) 0.00 74176.66 2500 500 134.8 0.000757 0.0004 0.000108
0.00 87308.26 3000 500 134.8 0.000586 0.0003 8.385E-05
0.00 100208.77 3500 500 134.8 0.000471 0.0003 6.747E-05
0.00 112914.72 4000 500 134.8 0.000390 0.0002 5.589E-05
0.00 125452.96 4500 500 134.8 0.000331 0.0002 4.734E-05
0.00 137844.07 5000 500 134.8 0.000285 0.0002 4.08E-05
-1.70 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
3003.62 17594.95 500 500 0 0.002671 0.0014 0.000382
0.00 32697.08 1000 1000 0 0.002762 0.0015 0.000395
0.00 46982.32 1500 1500 0 0.001559 0.0008 0.000223
0.00 60761.67 2000 2000 0 0.001039 0.0006 0.000149
skenario kedua (z tetap) 0.00 74176.66 2500 2500 0 0.000758 0.0004 0.000109
0.00 87308.26 3000 3000 0 0.000586 0.0003 8.391E-05
0.00 100208.77 3500 3500 0 0.000471 0.0003 6.75E-05
0.00 112914.72 4000 4000 0 0.000390 0.0002 5.591E-05
Nilai koefisien disperse y dan z didapatkan untuk y dari yang terkecil 0 sampai
137844,07m sedangkan z dari -1,7 sampai 3593,02 untuk konsentrasi emisi SO2,
NO2 dan TSP minimumnya sebesar 0 dan maksimum secara berturut turut 741,84
mikrogram/m3; 394,75mikrogram/m3 dan 106,21 mikrogram/m3. Pada tabel 2,
ang mendapatkan konsentrasi emisi terbesar berada pada x dan y yang paling
mendekati cerobong, hal ini dikarenakan semakin mendekati sumber emisi maka
konsentrasi polutan akan semakin besar. Menurut Peraturan Pemerintah No. 41
tahun 1999, maka parameter yang telah diukur jika dikonversikan ke dalam jam,
243P_SEL08091011_DYN44180014
masih dibawah baku mutu udara ambien nasional. Hasil prediksi kondisi plume
rise (kepulan) dapat dimanfaatkan perusahaan untuk mengelola waktu produksi
serta kapasitas produksi yang tepat sehingga kualitas lingkungan tetap terjaga
dengan baik. Manfaat lain dari model dispersi Gauss ini adalah perusahaan dapat
melakukan pemantauan kualitas udara yang efektif dan representatif secara real
time. (Dewi et al. 2018). Pemodelan ini juga berfungsi untuk standarisasi suatu
industri agar mengikuti peraturan yang berlaku pada suatu wilayah.
SIMPULAN
Faktor meteorologi mempengaruhi pola dispersi debu (TSP), SO2 dan NO2 di
udara serta merupakan faktor yang penting dijadikan pertimbangan dalam
merumuskan upaya pemantauan dan pengendalian pencemaran udara. Hasil
perhitungan yang didapat berupa nilai laju alir volumetri sebesar 445,69 m3/detik
Laju emisi gas buang SO2, NO2, TSP berturut-turut sebesar 5506317 kg/jam,
2930069.6kg/jam, 788384.06kg/jam. data termasuk pada kelas D yang berarti
kelas netral. Spesifikasi untuk kelas D yakni intensitas sinar matahari berada di
level sedan dan memiliki kecepatan angin lebih besar dari 6 m/detik. Selanjutnya
hasil yang diperoleh berupa kecepatan angin pada cerobong sebesar 12.401
m/detik. Nilai koefisien disperse y dan z didapatkan untuk y dari yang terkecil 0
sampai 137844,07m sedangkan z dari -1,7 sampai 3593,02 untuk konsentrasi
emisi SO2, NO2 dan TSP minimumnya sebesar 0 dan maksimum secara berturut
turut 741,84 mikrogram/m3; 394,75mikrogram/m3 dan 106,21 mikrogram/m3.

Saran
Praktikum emisi sumber tidak bergerak berjalan dengan lancar.
Sebaiknya,data dilakukan konversi pengukuran terlebih dahulu. Dalam
mengambil data memerlukan kecermatan dan melihat kondisi lingkungan sekitar.
Hal tersebut agar pengukuran akurat dan tidak ada kesalahan dalam menganalisis
data.

Daftar Pustaka
Apiratikul, R., 2015. Approximation formula for the prediction of downwind
distance that found the maximum ground level concentration of air pollution
based on the gaussian model. Jurnal Procedia Social and Behavioral
Sciences. 197 : 1257-1262.
Arista G. Analisis Risiko Kesehatan Paparan Nitrogen Dioksida (NO2) dan Sulfur
Dioksida (SO2) Pada Pedagang Kaki Lima di Terminal Ampera Palembang
Tahun 2015 : Universitas Sriwijaya; 2015.
Hasibuan F, Warsito, Suciyati SW. 2015. Simulasi model dispersi polutan gas dan
partikulat molekul pada pabrik semen dengan menggunakan software
matlab 7.12. Jurnal Teori dan Aplikasi Fisika. 3(2): 142-150.
243P_SEL08091011_DYN44180014
International Agency for Research on Cancer (IARC). 2013. Press Release
No.221 Outdoor Air Pollution A Leading Environmental Cause Of Cancer
Deaths. France (EU): World Health Organization.
Indah F. 2004. Analisis Tingkat Pencemaran Udara Pada Kawasan Pemukiman
Kota Makassar. Program studi Teknik Lingkungan. Universitas Hasannudin:
Makasar.
Kastiyowati I. Dampak dan Upaya Penanggulangan Pencemaran Udara. Jakarta:
Staf Puslitbang Tek Bakitbang Dephan; 2001
Kementerian Lingkungan Hidup. 2008. Modul Diklat Pengendalian Pencemaran
Udara Evaluasi Data Hasil Pemantauan Kualitas Udara. Penerbit Pusat
Pendidikan dan Pelatihan. Jakarta.
Masito A. 2018. Analisis risiko kualitas udara ambien (NO2 dan SO2) dan
gangguan pernapasan pada masyarakat di wilayah Kalianak Surabaya.
Jurnal Kesehatan Lingkungan. 10(4): 394-401.
Muziansyah D, Sulistyorini R, Sebayang S. 2015. Model emisi gas buang
kendaraan bermotor akibat aktivitas transportasi (studi kasus: terminal pasar
bawah Ramayana Kota Bandar Lampung). Jurnal Universitas Lampung.
3(1): 57-70.
Nugroho ES. 2009. Analisis Kualitas Udara di Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY) Tahun 2002-2008 Sebagai Sumber Belajar Siswa Kelas VII
SLTP/MTs. Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Nunan
Kalijaga Yogyakarta.
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara. Lembaran Negara RI Tahun 1999, No. 86. Sekretariat Negara.
Jakarta.
Rochimawati, Riana N. 2014. Prediction and Modelling of Total Suspended
Particulate Generation on Ultisol and Andisol Soil. Bogor (ID): IPB.
Suyono. 2014. Pencemaran Kesehatan Lingkungan. Jakarta (ID): Kedokteran
EGC.
243P_SEL08091011_DYN44180014

LAMPIRAN
Lampiran 1 Pemodelan spasial
243P_SEL08091011_DYN44180014

Lampiran 2 Contoh perhitungan

Q =Vs×A = 22.71 x 19.625 = 445.68375 m3/detik

ESO2 = C×q×0.0036×(OpHours) = 422.83 x 445.68375 x 0.0036 x 8116.45 =


5506317 kg/jam

Uz =Ud×(Hz Hd )𝑃 =8.47 x (127/10)0.15 = 12.401 m/detik


243P_SEL08091011_DYN44180014
σy = aXb = 68 x 00.894 = 0

σz =cXd+f =33.2 x 00.725-1.7 =-1.7 m

dH =D(Vs/Uz)1/4[1+(Ts-Ta)/Ts] =5(22.71/12.401)1/4[1+(446-300)/446] = 7.72m

He = H+dH = 127 + 7.72 = 134.72 m

C(0,0,134.8) =(Q/2πUzσyσz)exp[-(y2)/2σy2]x{exp[-(z-He)2/2σz2]+exp[(z+He)2
/2σz2]}
=1.53x1012/2π.12,301.0.-1.7)exp[-(0)2/2(0)2] x {exp[-
(134,8-134.72)2/2(-1.7)2+exp[-(134,8+134.72)2/2(-1.7)2]}
=0

Anda mungkin juga menyukai