Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND

(COD) PADA AIR PERMUKAAN SUNGAI CISADANE

Chemical Oxygen Demand (COD) Concentration of Surface Water


Analysis at Cisadane River
Gita Milenia1, Yasminna Dhiya Ulhaq 2, Muhammad Andriy Fauzan Shevchenko3

1,2,3
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor
Jl. Raya Dramaga, Kampus IPB Dramaga, Bogor, PO BOX 220, Bogor, Jawa Barat, Indonesia
Email: gita_mln24@apps.ipb.ac.id

Abstrak: Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan
yang ada di dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Sumber COD berasal dari kegiatan
industri kertas, penyamakan kulit, gula, pemotongan daging, pengalengan ikan, pembekuan
udang, roti, susu, keju, dan mentega, limbah domestik dan lain-lain. Perkembangan industri dan
pemukiman di sepanjang aliran Sungai Cisadane telah memengaruhi kualitas air sungai. Keadaan
Sungai Cisadane memiliki perbedaan di setiap lokasi, baik dari segi karakteristik sungai maupun
sumber pencemarnya. Kondisi pada setiap titik lokasi Sungai Cisadane yang berbeda
memungkinkan terjadinya perbedaan faktor yang berpengaruh pada nilai COD di setiap lokasi.
Praktikum Penentuan Konsentrasi COD (Chemical Oxygen Demand) pada Air Sungai
dilaksanakan pada hari Rabu, 24 Februari 2021, pukul 13.00-16.00 WIB. Pengujian ini bertujuan
menganalisis kualitas air Sungai Cisadane berdasarkan parameter konsentrasi Chemical Oxygen
Demand (COD). Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode refluks tertutup
spektrofotometri. Hasil pengukuran absorbansi sampel digambarkan melalui kurva kalibrasi.
Persamaan garis lurus yang diperoleh dari kurva tersebut digunakan untuk menentukan nilai
COD dalam satuan ppm (mg/L) O2. Hasil analisis kualitas air menunjukkan bahwa konsentrasi
COD diperoleh sebesar 25.136 (mg/L) O2. Berdasarkan kelas baku mutu Peraturan Pemerintah
(PP) RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pencemaran Air, konsentrasi
COD dapat digolongkan sebagai baku mutu kelas III.
Kata kunci: COD, kualitas air, kurva kalibrasi

Abstract: Chemical Oxygen Demand is the amount of oxygen needed for waste materials in water
to be oxidized through chemical reactions. COD sources come from the activities of the paper
industry, tannery, sugar, meat cutting, fish canning, freezing shrimp, bread, milk, cheese, and
butter, domestic waste and others. The development of industries and settlements along the
Cisadane River has affected the quality of river water. The state of Cisadane river has differences
in each location, both in terms of the characteristics of the river and the source of pollutants. The
conditions at each point of the Cisadane river's different locations allow for differences in factors
that affect the value of COD in each location. Practicum of COD Concentration Determination
(Chemical Oxygen Demand) in River Water was held on Wednesday, February 24, 2021, at 13.00-
16.00 WIB. This test aims to analyze the water quality of Cisadane River based on chemical
oxygen demand (COD) concentration parameters. The method used in this practicum is the closed
reflux method of spectrophotometry. Sample absorbance measurement results are illustrated
through a calibration curve. The straight-line equation obtained from the curve is used to
determine the COD value in ppm (mg/L) O2. The results of the water quality analysis showed that
COD concentration was obtained at 25,136 (mg/L) O2. Based on the quality standard class of
Government Regulation (PP) RI No. 82 of 2001 concerning Water Quality Management and
Water Pollution, COD concentration can be classified as class III quality standard.
Keywords: Calibration curve, COD, water quality

PENDAHULUAN
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air menyebutkan bahwa
air menjadi salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat
penting bagi kehidupan berbagai makhluk hidup, termasuk manusia sehingga
dibutuhkan pengelolaan sungai sebagai sumber daya air dalam rangka
pengendalian fungsi dan daya air yang berkesinambungan. (Arbie et al. 2015).
Sungai memberikan protein hewani, seperti ikan dan udang. Sungai di beberapa
tempat dipergunakan penduduk sebagai prasarana transportasi. Sungai juga
menyediakan air bagi manusia, baik untuk berbagai kegiatan, seperti pertanian,
industri, maupun domestik (Siahaan et al. 2011).
Sungai Cisadane menjadi salah satu sungai besar di Tatar Pasundan, Pulau
Jawa, yang bermuara ke Laut Jawa. Hulu sungai ini berada di lereng Gunung
Pangrango dengan anak sungai yang berawal di Gunung Salak serta panjang
keseluruhannya sekitar 126 km. Sungai ini memiliki fungsi dan nilai yang sangat
tinggi bagi kehidupan manusia dan kehidupan liar. Secara umum, kualitas air
Sungai Cisadane semakin ke hilir semakin menurun dengan tingkat pencemaran
semakin tinggi. Sumber pencemaran dari berbagai aktivitas di DAS Cisadane
berasal dari rumah tangga, pertanian, dan industri (Purwati 2015). Penurunan
kualitas air Sungai Cisadane pada akhirnya akan menurunkan fungsi dan nilai
ekosistem Sungai Cisadane bagi manusia dan kehidupan liar yang ada di dalam
sungai (Siahaan et al. 2011).
Perkembangan industri dan pemukiman di sepanjang aliran Sungai Cisadane
telah memengaruhi kualitas air sungai. Lingkungan dapat dikatakan tercemar jika
dimasuki atau kemasukan bahan pencemar yang dapat mengakibatkan gangguan
pada makhluk hidup yang ada di dalamnya. Penurunan kualitas air ditandai
dengan perubahan warna air dan bau. Suatu sungai dikatakan tercemar jika
kualitas airnya sudah tidak sesuai dengan peruntukkannya. Kualitas air ini
didasarkan pada baku mutu kualitas air sesuai kelas sungai (Pohan et al. 2016).
Keadaan Sungai Cisadane memiliki perbedaan di setiap lokasi, baik dari segi
karakteristik sungai maupun sumber pencemarnya. Kondisi pada setiap titik lokasi
Sungai Cisadane yang berbeda memungkinkan terjadinya perbedaan faktor yang
berpengaruh pada nilai COD di setiap lokasi, namun kemungkinan terdapat pula
faktor yang memiliki pengaruh di setiap lokasi. Pengujian ini bertujuan
menganalisis kualitas air Sungai Cisadane berdasarkan parameter konsentrasi
Chemical Oxygen Demand (COD).
TINJAUAN PUSTAKA
Air sungai merupakan salah satu sumber air baku dari berbagai alternatif
sumber air yang ada untuk dilakukan proses pengolahan. Kualitas air sungai
sangat dipengaruhi oleh banyak atau sedikitnya tingkat pencemaran. Kelas air
berdasarkan perhitungan laboratorium dengan menggunakan sistem nilai dari US-
EPA (Unites States Environmental Protection Agency) terbagi menjadi empat
kelas berdasarkan baku mutunya. Parameter yang umum diuji untuk menentukan
tingkat pencemaran air adalah parameter fisika, kimia organik, dan kimia
anorganik air yang terdiri dari TSS (Total Suspended Solid), BOD (Biochemical
Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), DO (Dissolved Oxygen),
derajat keasaman pH, fenol, minyak, dan lemak (Hamidi et al. 2017).
Chemical Oxygen Demand atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah
oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada di dalam air dapat
teroksidasi melalui reaksi kimia. Sumber COD berasal dari kegiatan industri
kertas, penyamakan kulit, gula, pemotongan daging, pengalengan ikan,
pembekuan udang, roti, susu, keju, dan mentega, limbah domestik dan lain-lain.
Keberadaan COD di lingkungan akan memberikan dampak pada manusia dan
lingkungan, diantaranya adalah banyaknya biota air yang mati karena konsentrasi
oksigen terlarut dalam air terlalu sedikit dan semakin sulitnya mendapatkan air
sungai yang memenuhi kriteria sebagai bahan baku air minum (Lumaela et al.
2013).
Spektroskopi adalah ilmu yang mempeljari materi dan atributnya berdasarkan
cahaya, suara, atau partikel yang dipancarkan, diserap atau dipantulkan oleh
materi tersebut. Spektroskopi juga dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari interaksi antara cahaya dan materi. Metode spektroskopi merupakan
alat ukur utama pada kimia modern untuk menidentifikasi struktur molekul.
Spektroskopi umumnya digunakan dalam kimia fisik dan kimia analisis untuk
mengidentifikasi suatu substansi melalui spektrum yang dipancarkan atau yang
diserap. Pada kimia organik metoda spektroskopi digunakan untuk menentukan
dan mengkonfirmasi struktur molekul, memantau reaksi, dan mengetahui
kemurnian suatu senyawa. Alat untuk merekam spektrum disebut spektrometer.
Umumnya sebagian besar senyawa organik dapat dianalisis secara kualitatif
maupun kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometer ultraviolet pada
panjang gelombang 200 – 400 nm (Wardani 2012).
Absorbansi adalah perbandingan intensitas sinar yang diserap dengan
intensitas sinar datang. Nilai absorbansi ini akan bergantung pada kadar zat yang
terkandung di dalamnya, semakin banyak kadar zat yang terkandung dalam suatu
sampel maka semakin banyak molekul yang akan menyerap cahaya pada panjang
gelombang tertentu sehingga nilai absorbansi semakin besar atau dengan kata lain
nilai absorbansi akan berbanding lurus dengan konsentrasi zat yang terkandung
didalam suatu sampel (Neldawati et al. 2013)
Spektrum transmisi menunjukkan fungsi transmisi terhadap panjang
gelombang. Data transmitansi dapat diperoleh dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis yang merupakan perbandingan antara intensitas cahaya
setelah melewati material semikonduktor yang akan ditentukan besar
transmitansinya dengan intensitas cahaya mula-mula yang ditembakkan pada
material semikonduktor (Doyan dan Humaini 2017). Pada spektrofotometri,
cahaya datang atau cahaya masuk atau cahaya yang mengenai permukaan zat dan
cahaya setelah melewati zat tidak dapat diukur, yang dapat diukur adalah
transmittansi atau absorbansi. Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A)
sedangkan cahaya yang hamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan
dengan hukum lambert-beer atau Hukum Beer yang berbunyi, “jumlah radiasi
cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang diserap atau
ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari
konsentrasi zat dan tebal larutan” (Lawrence et al. 1998).

METODOLOGI
Praktikum Penentuan Konsentrasi COD (Chemical Oxygen Demand) pada Air
Sungai dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 24 Februari 2021. Praktikum dimulai
pukul 13.00 dan selesai pada pukul 16.00 WIB melalui video conference Zoom
Meeting. Praktikum diawali dengan penjelasan tata cara praktikum oleh asisten
kemudian dilanjutkan dengan menampilkan video penentuan konstentrasi COD
yang sebelumnya telah dilakukan di Laboratorium Teknik Lingkungan,
Departemen SIL IPB. Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode
refluks tertutup spektrofotometri. Data sekunder yang digunakan merupakan data
sekunder larutan standar KHP dengan variasi konsentrasi 0 mg/L, 10 mg/L, 20
mg/L, 30 mg/L, 40 mg/L, dan 60 mg/L dilengkapi dengan data absorbansi untuk
pembuatan kurva kalibrasi standar larutan KHP. Larutan standar KHP untuk
kurva kalibrasi dengan konsentrasi < 90 mg/L termasuk ke dalam larutan standar
dengan konsentrasi rendah. Penentuan nilai COD dengan menggunakan metode
refluks tertutup spektrofotometri dilakukan berdasarkan SNI 06-6989-2004.
Larutan pencerna yang digunakan berupa Kr2Cr2O7 yang ditambahkan dengan
H2SO4 pekat dan HgSO4 yang selanjutnya diencerkan. Larutan pereaksi asam
sulfat H2SO4 pekat ditambahkan ke dalam larutan kalium hidrogen phtalat.
Panjang gelombang spektrofotometri yang digunakan karena larutan konsentrasi
standar yang digunakan dalam pembuatan kurva kalibrasi untuk COD kadar
rendah sebesar 420 nm.
Selanjutnya, sampel akan direfluks, kemudian didinginkan sampai suhu ruang.
Larutan yang diambil adalah larutan tanpa endapan. Selanjutya, dilakukan
pengukuran larutan sampel dan larutan standar KHP pada panjang gelombang 420
nm. Perbedaan absorbansi yang direluks dengan absorbansi referensi merupakan
nilai COD sampel. Secara sederhana penentuan nilai COD dengan metode refluks
tertutup spektrofotometri dengan data sekunder dengan kurva kalibrasi, dapat
dilihat pada diagram alir sebagai berikut.

Mulai

Data sekunder berupa nilai konsentrasi larutan standar dan absorbansi dari larutan standar
KHP disiapkan pada program Microsoft Excel.

Kurva kalibrasi dibuat dengan sumbu x (konsentrasi, mg/L) dan y (absorbansi) kemudian
persamaan regresi linier dibuat.

Persamaan garis lurus yang dibuat berdasarkan trendline dari kurva kalibarasi, yaitu berupa
(y= -ax + b), untuk persamaan kurva kalibrasi COD kadar rendah.

Nilai konsentrasi COD dapat ditentukan dengan menggunakan rumus persamaan linier yang
diperoleh dengan data absorbansi sekunder dari sampel.

Konsntrasi COD yang diperoleh dibandingkan dengan literatur mengenai baku mutu kualitas
air

Selesai

Gambar 1 Prosedur penentuan nilai COD menggunakan kurva kalibrasi

HASIL DAN PEMBAHASAN


Parameter yang dianalisis untuk kualitas air Sungai Cisadane, yaitu COD.
COD dipilih sebagai parameter pencemaran perairan, karena pengukuran
konsentrasi COD menggambarkan kandungan organik dalam Sungai Cisadane,
khususnya kandungan organik yang sukar terdegradasi. Kandungan organik dapat
menjadi inisiator terjadinya dekomposisi ozon menjadi OH radikal (Maudila et al.
2019). Analisis penentuan konsentrasi COD menggunakan metode
spektrofotometri sinar tampak berdasarkan absorbansi zat pada panjang
gelombang tertentu (SNI 6989.2:2009). Adapun nilai absorbansi digambarkan
melalui kurva kalibrasi yang dapat dilihat pada Gambar 2.
0,16

0,14

0,12
Absorbansi
0,10

0,08 y = -0,0022x + 0,1493


R² = 0,992
0,06

0,04

0,02

0,00
0 10 20 30 40 50 60 70
Konsentrasi COD (ppm)

Gambar 2 Kurva kalibrasi absorbansi COD

Berdasarkan Gambar 2 kurva kalibrasi dapat diketahui kurva memiliki


persamaan garis lurus y = -0,0022x + 0.1493. Persamaan garis lurus tersebut
memiliki nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.992 yang menunjukkan kurva
standar yang dibuat merupakan garis linier. Nilai R2 menunjukkan akurasi nilai
dimana semakin besar nilai R2 atau semakin mendekati angka 1, maka semakin
dekat hasil persamaan regresi dengan data yang diamati (Antonov dan Rahman
2015). Persamaan garis lurus tersebut digunakan untuk menentukan nilai COD
dalam satuan ppm (mg/L) O2 (Sulhan 2016). Hasil pengujian konsentrasi COD
dengan absorbansinya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil pengukuran sampel


Konsentrasi COD
Absorbansi
(ppm)
0 0.151
5 0.140
10 0.125
20 0.100
30 0.091
40 0.059
60 0.019
Abs sampel 1 0.093
Abs sampel 2 0.095

Berdasarkan Tabel 1 hasil pengukuran absorbansi sampel dapat diketahui nilai


absorbansi sampel yang direfluks dan yang tidak direfluks. Selisih nilai
absorbansi antara sampel yang direfluks dan yang tidak direfluks merupakan
absorbansi nilai COD. Rata-rata nilai absorbansi sampel diperoleh sebesar 0,094
dan konsentrasi COD sebesar 25.136 (mg/L) O2. Besarnya konsentrasi COD
diperoleh berdasarkan hasil perhitungan nilai dari persamaan kurva kalibrasi dan
rata-rata absorbansi sampel. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pencemaran Air terdapat empat
kelas baku mutu air, untuk parameter COD nilai mutu air untuk kelas I sebesar 10
mg/L, mutu air kelas II sebesar 25 mg/L, mutu air kelas III sebesar 50 mg/L, dan
mutu air kelas IV sebesar 100 mg/L. Konsentrasi COD pada Sungai Cisadane
dapat digolongkan sebagai mutu air kelas III.

SIMPULAN
Analisis konsentrasi COD dilakukan dengan menganalisis kandungan organik
menggunakan metode spektrofotometri berdasarkan SNI 6989.2:2009. Hasil
pengukuran absorbansi sampel digambarkan melalui kurva kalibrasi. Persamaan
garis lurus yang diperoleh dari kurva tersebut digunakan untuk menentukan nilai
COD dalam satuan ppm (mg/L) O2. Hasil analisis kualitas air menunjukkan
bahwa konsentrasi COD diperoleh sebesar 25.136 (mg/L) O2. Berdasarkan kelas
baku mutu Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pencemaran Air, konsentrasi COD dapat digolongkan sebagai
baku mutu kelas III.

DAFTAR PUSTAKA
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009. SNI 6989-2-2009. Air dan Air
Limbah – Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical
Oxygen Demand/COD) dengan Refluks Tertutup secara Spektrofotometri.
Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.
Antonov, Rahman A. 2015. Prakiraan dan analisa kebutuhan energi listrik
Provinsi Sumatera Barat hingga tahun 2024 dengan metode analisis regresi
linear berganda. Jurnal Teknik Elektro ITP. 4(2) : 34-43.
Arbie RR, Nugraha WD, Sudarno. 2015. Studi kemampuan self purification pada
Sungai Progo ditinjau dari parameter organik DO dan BOD. Jurnal Teknik
Lingkungan. 4(3) : 1-15.
Doyan A, Humaini. 2017. Sifat optik lapisan tipis ZnO. Jurnal Pendidikan Fisika
dan Teknologi. 3(1): 34-39.
Hamidi R, Furqon MT, Rahayudi B. 2017. Implementasi learning vector
quantization (LVQ) untuk klasifikasi kualitas air sungai. Jurnal
Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer. 1(12) : 1758-
1763.
Lawrence, Robins H, Lowney JR, Wickenden DK. 1998. Chatodoluminescene
and optikal absorbance spectroscopy of alumunium gallium nitride
(AlxGa1-xN) film. Jurnal Mater. 13(9): 74-85.
Lumaela AJ, Otok BW, Sutikno. 2013. Pemodelan Chemical Oxygen Demand
(COD) Sungai di Surabaya dengan metode mixed geographically weighted
regression. Jurnal Sains dan Seni POMITS. 2(1):100-105.
Maudila D, Ainun S, Sururi MR. 2019. Efektifitas proses ozonisasi studi kasus:
Sungai Cikapundung. Reka Lingkungan. 2(7) : 1-11.
Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Keputusan Kantor Menteri
Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 Tentang
Baku Mutu Air Laut. 2004.
Neldawati, Ratnawulan, Gusnedi. 2013. Analisis nilai absorbansi dalam
penentuan kadar flavonoid untuk berbagai jenis daun tanaman obat. Jurnal
Pillar of Physics. 2(1):76-83.
Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Pohan DAS, Budiyono, Syafrudin. 2016. Analisis kualitas air sungai guna
menentukan peruntukan ditinjau dari aspek lingkungan. Jurnal Ilmu
Lingkungan. 14(2) : 63-71.
Purwati SU. 2015. Karakteristik bioindikator cisadane : kajian pemanfaatan
makrobentik untuk menilai kualitas Sungai Cisadane. Ecolab. 9(2) : 47-104.
Siahaan R, Indrawan A, Soedharma D, Prasetyo LB. 2011. Kualitas air Sungai
Cisadane, Jawa Barat – Banten. Jurnal Ilmiah Sains. 11(2) : 268-273.
Sulhan MH. 2016. Analisis nilai chemical oxygen demand (COD) pada buangan
limbah cair pabrik penyamakan kulit dengan metode spektrofotometri UV-
Vis. Jurnal Medika Cendikia. 3(2) : 43-48.
Wardani LA. 2012. Validasi Metode Analisis dan Penentuan Kadar Vitamin C
pada Minuman Buah Kemasan dengan Spektrofotometri UV-Visible
[skripsi]. Depok (ID) : Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai