Anda di halaman 1dari 43

TUGAS PENYEHATAN UDARA

RESUME JURNAL PENCEMARAN UDARA FAKTOR KIMIA

DOSEN :
Dr. Khambali, ST, MPPM
Rachmaniyah, SKM., M.Kes
KELAS :
DIV-5B
KELOMPOK 2

Amirrahman As’ad (P27833320040) Marliyane Naurah L (P27833320054)

Dhea Vara Adellya (P27833320042) Rosalia Tri Oktaviana (P27833320071)

Fani Ridawanti (P27833320044) Rif’Atur Rosyida.E (P27833320068)

Ferdiansah Ananda P (P27833320046) Shaldan Naora Cavitha S (P27833320073)

Kirana Beryl P (P27833320051) Elfrida Ilma Shofiana (P27833320077)

PROGRAM STUDI SANITASI LINGKUNGAN SARJANA TERAPAN JURUSAN


KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

TAHUN 2022 / 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.Yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah- Nya sehingga Tugas ini dapat selesai dengan tepat waktu.
Terwujudnya tugas resume ini, tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, oleh
karena itu saya selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyusun laporan praktikum ini.

Dalam laporan praktikum ini terdapat beberapa pembahasan mengenai tugas


mata kuliah Penyehatan Udara-A. Namun dalam penyusunannya masih terdapat
banyak kekurangan oleh karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan
penulis dari semua pihak, agar kedepannya lebih baik lagi dalam menyusun laporan.

Akhir kata semoga tugas resume ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik
itu penulis terlebih kepada pembacanya.

Surabaya, 28 Juli 2022

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ I
DAFTAR ISI..................................................................................................................... II
RESUME 1 ......................................................................................................................... 1
RESUME 2 ......................................................................................................................... 4
RESUME 3 ......................................................................................................................... 7
RESUME 4 .......................................................................................................................12
RESUME 5 .......................................................................................................................16
RESUME 6 .......................................................................................................................21
RESUME 7 .......................................................................................................................27
RESUME 8 .......................................................................................................................30
RESUME 9 .......................................................................................................................33
RESUME 10 .....................................................................................................................36

II
RESUME 1

1. Judul : Tingkat Pencemaran Udara Debu dan Timbal di Lingkungan


Gerbang Tol
2. Diresume oleh : Shaldan Naora Cavitha Syach
3. NIM : P27833320073

Pada tahun 2020 setengah dari jumlah penduduk Indonesia akan menghadapi
permasalahan pencemaran udara perkotaan, yang didominasi oleh emisi dari
kendaraan bermotor. Perkiraan hasil studi Bank Dunia (The World Bank 1994)
menunjukkan bahwa kendaraan di Jakarta (diperkirakan kondisi yang sama terjadi
pada kota-kota besar lainnya) memberikan kontribusi pada tingkat pencemaran udara
timbal 100%, suspended particulate matter (SPM10) 42%, hidrokarbon 89%,
nitrogen oksida 64% dan hampir seluruh karbon monoksida.

Lalu lintas harian (LHR) pada Tahun 2014 untuk Ruas Tol Padaleunyi rata-
rata sudah lebih dari 160 ribu, sedangkan untuk Ruas Cipularang di atas 16 ribu.
Tingginya LHR di sekitar ruas jalan tol Purbaleunyi tentu akan memberikan dampak
ikutan seperti gangguan peningkatan pencemaran udara salah satunya adalah total
suspended particulate matter (debu/TSP) dan Timbal (Pb), yang telah diatur dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 tahun 1999 (Indonesia 1999)

TSP dan Pb merupakan salah satu hasil buangan kendaraan bermotor, akan
memasuki atmosfir setelah keluar dari knalpot kendaraan yang menggunakan bahan
bakar bensin. Sekitar 85% dari Pb yang berada di udara berbentuk partikulat (TSP)
dengan diameter di bawah 4 µ dan ± 80% dari bentuk tersebut berdiameter kurang
dari 2 µ (Khan and Bederka 1974). Timbal dengan ukuran kurang dari 2 µ ini akan
menyebabkan tidak cepat mengendap dari udara (Baker 1961).

Gangguan TSP terhadap kesehatan diantaranya dapat mengendap dalam sel


paruparu sehingga dapat menimbulkan plek hitam pada paru-paru dan mengganggu
fungsinya. Sementara itu, Pb yang terhirup merupakan racun penyerang syaraf yang
dapat menyebabkan gangguan perkembangan otak pada janin anakanak serta dapat

1
menimbulkan dampak lanjutan seperti tekanan darah tinggi. Pencemaran udara pada
dasarnya berbentuk partikel (debu, aerosol, Pb) dan gas (CO, NOx, SOx, H2S,
Hidrokarbon). Udara yang tercemar dengan partikel dan gas ini dapat menyebabkan
gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan dan jenisnya, tergantung dari macam,
ukuran, dan komposisi kimiawinya. Kandungan debu di sekitar perkotaan kota
Selangor Malaysia umumnya mengandung unsur kation (Ca2+, K+ and Mg2+) dan
logam logam berat (Pb, Fe, Zn, Al, Cr and Cd) serta jenis anion terlarut dalam air
hujan (F− , Cl− , NO3− dan SO4 2−) , rata-rata debunya adalah sekitar 131.50 ±
71.95 mg/m2/hari, masih di bawah baku mutu yang ditetapkan oleh kementrian
lingkungan di Malaysia sekitar 133 mg/m2/hari (Fatma Omar dkk. 2012) . Hasil uji
Emisi gas buang kendaraan bermotor tahun 2001 yang dilakukan di kota Bandung
oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD 2001) dari jumlah
kendaraan sebanyak 1468 buah yang berbahan bakar bensin dan solar, adalah sbb :

 Yang berbahan bakar bensin sekitar 56% melampaui Baku Mutu


yangditetapkan

 Yang berbahan bakar solar sekitar 90% tidak memenuhi Baku Mutu yang
ditetapkan Di Indonesia, menurut hasil inventarisasi Bapedal tahun 1992,
emisi kendaraan bermotor mengkontribusi 44% dari jumlah partikel TSP, 89%
dari hidrokarbon, 71% dari NOx dan 100% Pb. Dilaporkan bahwa dari hasil
pembakaran bensin setiap tahunnya menurut perkiraaan emisi

TSP di udara dapat terserap oleh manusia, partikel terkecil yang terhirup
di kapiler paruparu dan alveoli dapat menyebabkan efek memperlambat
pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam darah, menyebabkan sesak napas
serta dapat “mengejan” hati karena harus bekerja lebih keras untuk
mengkompensasi hilangnya oksigen. Gangguan tersebut terutama terjadi pada
fungsi faal dari organ tubuh seperti paru-paru dan pembuluh darah, atau
menyebabkan iritasi pada mata dan kulit (Gunawan 2014).

Dalam pengukuran kandungan pencemaran TSP dan Pb, masing-masing


dilakukan dari sampel yang sama dengan metode yang berbeda. Di mana untuk

2
pengukuran TSP cukup dilakukan penimbangan dari sample hasil Hi-Vol.
Selanjutnya dalam sampel tersebut ditentukan kandungan Pb, dengan mengambil
sampel dari TSP dengan berat tertentu, melalui metode analisis ekstraktif dan
pengabuan, serta alat Atomic Absorbtion Spectrofotometer (AAS) ditentukan
kandungan Pb nya.

Ada beberapa aspek yang berpengaruh di samping aspek jumlah kendaraan,


seperti :

- Jenis kendaraan atau jenis bahan bakar yang digunakan


- Arah dan kecepatan angin
- Kelembaban udara yang dapat mempengaruhi pergerakan partikel di udara.
Dugaan tersebut sesuai hasil pengukuran selama 24 jam di beberapa ruas
jalan perkotaan yang dilakukan oleh Gunawan tahun 2000, menunjukkan tingkat
polusi udara partikel cukup tinggi terjadi pada selang waktu pagi dan sore hari
hingga malam hari, hal ini dikarenakan polutan partikel memiliki berat jenis yang
cukup besar dibandingkan dengan polutan gas lain, di samping pengaruh
kecepatan angin, pada pagi hari dan sore hingga malam hari kecepatan angin
relatif besar sehingga mampu untuk membawa partikel melayang di udara.

Hasil kajian yang dilakukan Gunawan tahun 2000, menyimpulkan


parameter yang berpengaruh terhadap tingkat polusi udara di ruas jalan dengan
waktu pengukuran 1 hari, hanya parameter volume lalu lintas yang berpengaruh
secara signifikan. Sementara untuk pengukuran 10 jam, parameter yang
berpengaruh secara signifikan adalah gas hidrokarbon, energi matahari dan
volume lalu lintas dengan R2 adalah 0,7584. Dari kajian tersebut dapat
diperkirakan faktor lain yang berpengaruh terhadap konsentrasi kandungan Pb
adalah tingkat emisi kendaraan, jumlah dan jenis kendaraan serta faktor cuaca
mikro yang terjadi pada saat dilakukan pengukuran disamping aspek reaksi kimia
di udara dengan atau tanpa bantuan energi matahari.

3
RESUME 2

1. Judul : Analisis Kimia Udara PT.Papertech Indonesia Unit II Magelang


2. Diresume oleh : Kirana Beryl Pascariti
3. NIM : P27833320073

Kegiatan industri yang semakin berkembang telah mampu mendorong


pertumbuhan ekonomi secara berarti (Putra, 2017). Sayangnya, disamping
memberikan dampak positif di sektor ekonomi, kegiatan industri juga menimbulkan
masalah bagi lingkungan (Purwaningsih, 2012).

Syamsudin, Purwati, & Rostika (2017) menyebutkan bahwa bermacam upaya


pengelolaan lingkungan baik pengelolaan limbah padat dan cair telah dilaksanakan
oleh industri pulp maupun kertas. Meskipun demikian, pengendalian terhadap emisi
gas yang dihasilkan masih perlu diperhatikan, terutama pada industri pulp maupun
kertas yang telah menggunakan unit pemulihan (recovery) bahan kimia. Hal ini
disebabkan industri dapat menghasilkan zat pencemar udara jika emisi tidak
ditangani dengan baik. Unit pemulihan bahan kimia berfungsi untuk memproses
bahan kimia bekas pemasakan (lindi hitam) sehingga dapat digunakan kembali.
Selain itu, unit pemulihan bahan kimia berfungsi menghasilkan energi proses
pembakaran senyawa yang terkandung di dalam lindi.

1. Down Wind
Parameter kualitas udara yang diteliti pada area sekitar pos satpam (down wind)
meliputi sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2)
dan partikulat.

Hasil pengukuran pada area down wind menunjukkan bahwa kadar sulfur dioksida
(SO2) sebesar 110 µg/Nm3. Kadar karbon monoksida (CO) sebesar < 1146 µg/Nm3.
Kadar nitrogen dioksida (NO2) sebesar 29 µg/Nm3. Kadar total suspended partikulat
sebesar 29 µg/Nm3. Semua parameter kualitas kimia udara di area down wind

4
memenuhi baku mutu berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 8
Tahun 2001.

Industri pulp dan kertas ini berpotensi mengeluarkan emisi gas sulfur dioksida
yang tinggi dimana kadar polutan diatas baku mutu. Sumber emisi sulfur dioksida di
udara berasal dari proses pembakaran batubara. Emisi sulfur dioksida yang tinggi
disebabkan oleh pembakaran yang menggunakan batubara kualitas rendah. Kadar
sulfur dioksida yang tinggi diudara akan berdampak pada pencemaran pada
lingkungan sekitar seperti kerusakan daun tanaman dan gangguan saluran
pernapasan manusia (Amanullah et all, 2019). Gas sulfur dioksida yang dihasilkan
dari proses pembakaran ini mempunyai karakteristik tidak berwarna dan berbau
tajam. Bau tajam sulfur dioksida ini jika terhirup oleh manusia akan berdampak
berbahaya bagi organ pernapasan termasuk menunurunnya fungsi paru-paru. Gejala
yang teramati diantaranya batuk, nafas terasa sesak, serta timbulnya asma.

2. Boiler 2
Parameter kualitas udara yang diteliti pada area boiler 2 meliputi sulfur Dioksida
(SO2), partikulat dan nitrogen dioksida (NO2). Hasil pengukuran pada area boiler
menunjukkan bahwa kadar Sulfur Dioksida (SO2) sebesar 2 mg/m3. Kadar
Partikulat sebesar 54 mg/m3. Kadar Partikulat sebesar < 1 mg/m3. Semua parameter
kualitas kimia udara di area Boiler 2 memenuhi baku mutu Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun 2007.

3. Genset Perkins
Parameter kualitas udara yang diteliti pada area genset perkins meliputi sulfur
dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2) dan partikulat.

Hasil pengukuran pada area Genset Perkins berdasarkan Peraturan Menteri


Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2009 menunjukkan bahwa kadar sulfur
dioksida (SO2) sebesar < 1 mg/Nm3. Kadar Karbon monoksida (CO) sebesar 55
mg/Nm3. Kadar nitrogen dioksida (NO2) sebesar 4 mg/Nm3. Kadar total partikulat

5
sebesar 35 mg/Nm3. Semua parameter memenuhi baku mutu. Semua parameter
kualitas kimia udara di area genset Perkins memenuhi baku mutu.

4. Area Produksi
Hasil pengukuran pada area produksi menunjukkan bahwa kadar sulfur dioksida
(SO2) sebesar 0,033 mg/m3. Kadar karbon monoksida (CO) sebesar <1 ppm. Kadar
nitrogen dioksida (NO2) sebesar <0,015 ppm. Kadar total artikulat sebesar 0,004
mg/m3. Semua parameter kualitas udara di area produksi memenuhi baku mutu
berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018.

Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua area pengujian kualitas


kimia udara di PT Papertech Indonesia Unit II telah memenuhi baku mutu sesuai
Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2001 untuk area down
wind, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun 2007 untuk area boiler
2, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2009 untuk area Genset
Perkins dan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 untuk area
produksi.

6
RESUME 3

1) Judul : Kualitas Fisik dan Kimia Udara, Karakteristik Pekerja, Serta


Keluhan Pernapasan Pada Pekerja Percetakan di Surabaya
2) Diresume oleh : Marliyane Naurah L
3) NIM : P27833320054

Industri percetakan merupakan salah satu industry manufaktur yang


dalam kegiatannya menambah nilai barang dengan mengubah bentuk, sifat atau
menggabungkan bahan lain yang telah diolah.
Industri percetakan ini didalam proses produksinya pastinya
menggunakan bahan – bahan kimia yang juga bisa menjadi zat pencemar udara

seperti contohnya Particulate Matter ( ) yang jika melampaui


batas dapat menyebabkan keluhan pernapasan, penyakit kardiovaskular dan
gangguan paru – paru.
Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Devi Anggar Oktaviani dan
Corie Indria Prasasti adalah :
 Menganalisis kualitas fisik pekerja percetakan unit produksi di
Surabaya.
 Menganalisis kimia udara di lokasi tersebut.
 Menganalisis keluhan pernapasan yang dialami pekerja di industri
percetakan tersebut.
Berdasarkan ukurannya partikel dibedakan menjadi 2 kategori yaitu :
 Partikel kurang dari sama dengan 10 mikron
 Partikel kurang dari sama dengan 2,5 mikron

Berdasarkan diameter aerodinamikanya partikel debu terdiri dari

, , . Partikel yang memiliki


ukuran diameter 2,5 atau kurang dapat menyebabkan pencemaran udara dan
memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan.
Particulate Matter (PM) merupakan suatu campuran kompleks dari

partikel padat dan cair sangat kecil yang ditemukan di udara.


adalah suatu partikel yang memiliki ukuran diameter 2,5 mikron atau disebut

7
dengan partikel udara halus yang jika terhirup dan masuk ke dalam alveoli dapat
menimbulkan reaksi radang yang menyebabkan keluhan pernapasan.

Keberadaan di lingkungan kerja percetakan dapat


mengganggu produktivitas serta Kesehatan pekerja. Standar kadar debu

di dalam ruang kerja diatur oleh WHO yaitu :

 Konsentrasi harian kadar debu yang dipebolehkan


selama 24 jam adalah 25 / dan

10 / untuk rata – rata pertahun.


 Kadar debu yang tidak memenuhi nilai ambang batas tentunya akan
menimbulkan resiko keluhan pernapasan.
Objek dalam penelitian yang akan di teliti merupakan salah satu
industry di Surabaya yang bergerak di bidang percetakan sejak tahun 2002.
Industry ini terdiri dari beberapa unit, salah satunya unit produksi yang
merupakan unit yang paling banyak menghasilkan debu terutama dari debu
proses pemotongan kertas.
Sisa kertas hasil produksi di unit ini sangat bervariasi, mulai dari debu
yang berukuran sangat kecil hingga potongan kertas yang sisanya
dikumpulkan lalu dimasukkan ke dalam karung yang selanjutnya diangkut
oleh pihak ketiga.
Variable bebas dalam penelitian ini adalah :
 Kualitas fisik = suhu dan kelembaban.

 Kualitas kimia udara = kadar .


 Karakteristik pekerja = usia, masa kerja, lama kerja, pemakaian APD
masker.
Variable terikat dalam penelitian ini adalah :
 Keluhan pernapasan pekerja industry percetakan tersebut.
Penelitian ini memiliki jumlah 20 sampel orang yaitu total populasi di
unit produksi yang memenuhi kriteria inklusi (bekerja minimal 5 jam perhari,
masa kerja minimal 1 tahun, tidak merokok, dan bersedia berpartisipasi dalam
penelitian yang dilakukan). Prosedur yang dilakukan dari penelitian ini adalah :
 Melakukan penentuan 3 titik pengukuran yaitu di ruang pemotongan,
ruang finishing, dan ruang cetak secara purposive.

8
 Kadar diukur pada saat proses produksi berlangsung
selama 30 menit dengan menggunakan Haz Dust EPAM 500.
 Lalu melakukan pengukuran suhu dan kelembaban menggunakan
Thermo-Hygrometer.
 Catat hasil dari pengukuran tersebut.
Data penelitian ini dapat diperoleh melalui :
 Kuisioner digunakan untk memperoleh data keluhan pernapasan pada
pekerja.
 Observasi dilakukan 30 menit.
 Wawancara dilakukan kepada kepala produksi untuk memperoleh
gambaran umum kegiatan, pekerja, serta manajemen pengendalian
debu di unit produksi.
 Pengukuran suhu dan kadar debu pada 3 titik tersebut.
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Devi Anggar Oktaviani
dan Corie Indria Prasasti yaitu :
a. Kualitas fisik dan kimia udara di unit produksi

 Kadar maksimum di titik 1 (ruang pemotongan), titik 2


(ruang finishing), dan titik 3 (ruang cetak) secara berurutan yaitu

20,0 / , 6,0 / ,
2,2 / .

 Kadar minimum di titik 1, 2, dan 3 secara berurutan yaitu

3,1 / , 2,5 / ,
1,4 / .

 Hasil pengukuran terhadap nilai rerata kadar di titik 1,2,

dan 3 yaitu 6,1 / , 4,8 / ,


1,7 / .
 Hasil pengukuran terhadap suhu di titik 1, 2, dan 3 yaitu ,
, .
 Hasil pengukuran terhadap kelembaban di titik 1, 2, dan 3 yaitu 67%,
69%, 64%.

9
b. Karakteristik pekerja unit produksi
 Pekerja yang berusia kurang dari 25 tahun sebesar 55,0%.
 Pekerja yang berusia 26 – 35 tahun sebesar 30,0%.
 Pekerja yang berusia lebih dari 36 tahun sebesar 15%.
 Pekerja yang memiliki masa kerja kurang dari 5 tahun sebesar 65,0%.
 Pekerja yang memiliki masa kerja lebih dari sama dengan 5 tahun
sebesar 35,0%.
 Pekerja yang bekerja dengan lama kerja kurang dari 8 jam/hari sebesar
30,0%
 Pekerja yang bekerja lebih dari sama dengan 8 jam/hari sebesar 70,0%
 Pekerja yang memakai masker saat bekerja sebesar 5,0%.
 Pekerja yang tidak memakai masker saat bekerja sebesar 95,0%

c. Keluhan pernapasan yang dialami pekerja unit produksi


 Hasil identifikasi keluhan pernapasan yang dialami oleh pekerja
menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja sebanyak 65,0% mengalami
keluhan pernapasan.
 Keluhan pernapasan meliputi keluhan batuk sebesar 55%, batuk
berdahak 60,0%, nafas berbunyi sebesar 20,0%, dan sesak nafas sebesar
25,0%.
 Pekerja yang mengalami keluhan pernapasan di ruang pemotongan

dengan kadar memenuhi nilai ambang batas sebanyak


30,8%, pekerja yang mengalami keluhan pernapasan di ruang finishing

dengan kadar memenuhi nilai ambang batas sebanyak


53,8%, pekerja yang mengalami keluhan pernapasan di ruang finishing

dengan kadar memenuhi nilai ambang batas sebanyak


15,4%.

Hasil kajian yang dilakukan oleh Devi Anggar Oktaviani dan Corie
Indria Prasasti tahun 2015, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pekerja di
unit produksi merupakan pekerja usia produktif yang berusia kurang dari 25
tahun, memiliki masa kerja kurang dari 5 tahun, lama kerja lebih dari sama
dengan 8 jam/hari, dan tidak menggunakan APD masker saat bekerja.

10
Keluhan pernapasan yang paling banyak dialami pekerja bila diurutkan
adalah batuk, batuk berdahak, sesak nafas, dan nafas berbunyi. Pekerja yang

berada di area kadar debu memenuhi nilai ambang batas


mengalami keluhan pernapasan disebabkan karena adanya pengaruh dari
lamanya kerja dan pemakaian APD masker.
Saran yang dapat diberikan pada perusahaan adalah melakukan
pemeriksaan kesehatan secara rutin sebagai upaya mencegah terjadinya
gangguan faal paru yang kemungkinan dialami oleh pekerja unit produksi,
meningkatan dialami oleh pekerja unit produksi, meningkatkan pengendalian
administratif dengan cara mengatur lama jam kerja dan pemakaian masker,
membersihkan ventilasi, dust collector, maupun fasilitas produksi.

11
RESUME 4

1. Judul : Analisis Kimia Udara PT.Papertech Indonesia Unit II


Magelang
2. Diresume oleh : Rosalia Tri Oktaviana
3. NIM : P27833320071

Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan


meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat – pusat industri, kualitas udara
telah mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar, kini kering dan kotor.
Perubahan lingkungan udara disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya zat
pencemar (berbentuk gas – gas dan partikel kecil / aerosol) kedalam udara. Zat
pencemar masuk kedalam udara dapat secara alamiah (asap kebakaran hutan,
akibat gunung berapi, debu meteorit, dan pancaran garam dari laut) dan aktivitas
manusia (transportasi, industri pembuangan sampah). Konsentrasi pencemaran
udara di beberapa kota besar dan daerah industri Indonesia menyebabkan adanya
gangguan pernafasan, iritasi pada mata dan telinga, timbulnya penyakit tertentu
serta gangguan jarak pandang.
Pencemaran udara akibat kegiatan transportasi yang sangat penting adalah
akibat kendaraan bermotor di darat yang menghasilkan gas CO, Nox,
hidrokarbon, SO2 dan Tetraethyl lead, yang merupakan bahan logam timah yang
ditambahkan kedalam bensin berkualitas rendah untuk meningkatkan nilai oktan
guna mencegah terjadinya letupan pada mesin. Parameter penting akibat aktivitas
ini adalah CO, Partikulat, NOx, HC, Pb , dan Sox.Pencemaran udara pada
dasarnya berbentuk partikel (debu, aerosol, timah hitam) dan gas (CO, NOx, SOx,

12
H2S, hidrokarbon). Udara yang tercemar dengan partikel dan gas ini dapat
menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan dan jenisnya,
tergantung dari macam, ukuran dan komposisi kimiawinya . Gangguan tersebut
terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh seperti paru – paru dan
pembuluh darah atau menyebabkan iritasi pada mata dan kulit . Pencemaran
udara karena partikel debu biasanya menyebabkan penyakit pernafasan kronis
seperti bronchitis khronis, emfisema (penggelembungan rongga atau jaringan
karena gas atau udara didalamnya; busung angin) , paru, asma bronkial dan
kanker paru. Pencemar gas yang terlarut dalam udara dapat langsung masuk
kedalam tubuh sampai ke paru – paru yang pada akhirnya diserap oleh sistem
peredaran darah . Kadar timah (Pb) yang tinggi di udara dapat mengganggu
pembentukan sel darah merah. Gejala keracunan dini mulai ditunjukkan dengan
terganggunya fungsi enzim untuk pembentukan sel darah merah, yang pada
akhirnya dapat menyebabkangangguan kesehatan lainnya seperti anemia ,
kerusakan ginjal, dan lain – lain. Sedangkan keracunan Pb bersifat akumilatif.
Keracunan gas CO timbul akibat terbentuknya karboksihemoglobin (COHb)
dalam darah. Afinitas CO yang lebih besar dibandingkan dengan oksigen (O2)
terhadap Hb menyebabkan fungsi Hb untuk membawa oksigen keseluruh tubuh
menjadi terganggu. Berkurangnya penyediaan oksigen kedalam tubuh akan
membuat sesak nafas, dan dapat menyebabkan kematian, apabila tidak segera
mendapat udara segar . Bahan pencemar SOx, NOx,H2S dapat merangsang
saluran pernafasan yang mengakibatkan iritasi dan peradangan..
Upaya pengendalian pencemaran udara dapat melakukan melalui :
Penelitian dan pemantauan Pengendalian pengelolaan perlu mempertimbangkan
keserasian antara faktor sumber emisi, dampak,kondisi sosial, ekonomi, dan
politik serta melakukan pengukuran lapangan sesuai dengan kondisi. Langkah
pertama, dalam pengelolaan pencemaran udara adalah dengan melakukan
pengkajian/identifikasi mengenal macam sumber, model dan pola penyebaran
serta pengaruhnya / dampaknya. Sumber pencemaran udara yang sering dikenal
dengan sumber emisi adalah tempat dimana pencemaran udara mulai dipancarkan
keudara.
Model dan pola penyebaran dapat diperkirakan melalui studi pengenai
kondisi fisik sumber (tinggi cerobong, bentuk, lubang pengeluaran dan besarnya
emisi) , kondisi awal kualitas udara setempat (latar belakang), kondisi

13
meteorologi dan topografi. Studi dampak pencemaran udara dilakukan terhadap
kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan , material, estetika dan terhadap
kemungkinan adanya perubahan iklim setempat (lokal) maupun regional.
Langkah selanjutnya adalah mengetahui dan mengkomonikasikan tentang
pentingnya pengelolaan pencemaran udara dengan mempertimbangkan keadaan
sosial lingkungannya, yang behubungan dengan demografi , kondisi sosial
ekonomi, sosial budaya dan psikologis serta pertimbangan ekonomi. Juga
perlunya dukungan politik, baik dari segi hukum, peraturan, kebijakan maupun
administrasi untuk melindungi pelaksanaan pemantauan, pengendalian dan
pengawasan. Untuk melakukan pengukuran lapangan dalam rangka pemantauan
pencemaran udara diperlukan pemilihan metoda secara tepat sesuai dengan
kemampuan jaringan pengamatan, penempatan peralatan yang diperlukan untuk
mengambil sampel dan kebutuhan peralatan beserta ahlinya untuk keperluan
analisis .
Polutan udara primer, yaitu polutan yang mencakup 90 % dari jumlah
polutan udara seluruhnya , dapat dibedakan menjadi lima kelompok sebagai
berikut: a) Karbon monoksida ( CO ) b) Nitrogen oksida ( NOx) c) Hidrokarbon
( HC) d) Sulfur Dioksida ( SOx) e) Partikel Sumber polusi yang utama berasal
dari traspotasi, 60 % dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbonmonoksida
dan sekitar 15 % hidrokarbon. Toksisitas kelima kelompok polutan tersebut
berbeda – beda dan Tabel 1. di bawah ini menyajikan toksisitas relatif masing –
masing kelompok polutan tersebut. Ternyata polutan yang paling berbahaya bagi
kesehatan adalah partikel – partikel, diikuti berturut – turut NOx, SOx,
Hidrokarbon dan yang paling rendah toksisitasnya adalah karbonmonoksida.
Metoda Analisa Debu /Partikulat Metode : High Volume Sampling
Prinsip Pengukuran Udara dihisap melalui filter fibreglass dengan kecepatan
aliran udara 1,13 – 1,70 m3 /menit atau 30 – 60 cuft/ menit. Partikel tersuspensi
dengan diameter < 100 mikron akan terhisap dan tertahan di permukaan filter.
Metode ini digunakan untuk mengukur konsentrasi partikel tersuspensi diudara
ambient dengan satuan mg/m3 dengan cara menimbang berat partikel yang
tertahan dipermukaan filter dengan menghitung volume udara yang terhisap.
Metode ini sering dilengkapi dengan pengatur kecepatan aliran udara , untuk
memastikan laju analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa – senyawa yang
berbeda dalam bentuk partikel . Senyawa yang dapat dianalisis antara lain :

14
senyawa organic, PAN, nitrat, Sulfat, logam – logam berat, ion ammonium dan
ion fluorida. Sensitivitas Sampling yang dilakukan selama 24 jam dengan
kecepatan aliran udara 1,70 m3 /menit (60 cuft/menit) akan mampu mengukur
partikulat yang rendah (1 mg/m3 ). Jika konsentrasi di udara ambient cukup
tinggi, maka sampling dapat dilakukan selama 6-8 jam. Waktu sampling yang
direkomendasikan adalah 24 jam.
Gangguan–gangguan partikulate yang berminyak seperti photochemical
smog atau asam pembakaran kayu yang dapat menutupi filter sehingga kecepatan
aliran udara akan menurun. hal ini adalah partikel yangn mengandung senyawa
higroskopis atau partikel dengan kelembaban tinggi yang akanmemberikan akibat
yang sama . presisi dan akurasi Konsentrasi partikel tersuspensi diusdara ambient
sebesar 112 mg / m3 akan memberikan standar deviasi relatif sebesatr 9 % (10
mg/m3 ) sedangkan untuk konsentrasi 39 mg/m3 standar deviasi relatif akan
sebesar 15 % (6mg/m3 ). Akurasi sangat dipengaruhi oleh perubahan kecepatan
aliran udara selama sampling berlangsung. Karenanya alat pengukur aliran udara
pada dasarnya diperlukan dalam metode ini .

15
RESUME 5

1) Judul : Analisis Kualitas Udara Ambien Karbon Monoksida


(Co) dan Nitrogen Dioksida (No2) Dibeberapa Titik
Kemacetan di Kota Manado
2) Diresume oleh : Dhea Vara Adellya
3) NIM : P27833320042

Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat energi dari


komponen lain kedalam udara oleh kegitan manusia, sehingga mutu udara turun
sampai tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi
fungsinya. Pencemaran udara dalam bentuk gas yang ditambah ke atmosfer oleh
aktivitas manusia yaitu karbon monoksida (CO), belerang dioksida (SO2),
nitogen dioksida (NO2) serta klor dan flour (Achmadi,, 2014). Salah satu aktivitas
manusia yang menimbulkan pencemaran udara secara kimia yaitu, penggunaan
kendaraan pribadi yang tidak ramah lingkungan sehingga dapat menyebabkan
adanya pencemaran udara yang berasal dari gas sisa pembakaran mesin yang
dapat menghasilkan karbon monoksida (CO), berbagai senyawa hindrokarbon,
berbagai oksida nitrogen (NO2) dan sulfur (SO2), dan partikulat debu termasuk
timbel (PB).
Banyaknya penggunaan kendaraan pribadi dapat menimbulkan adanya
kemacetan, sehingga resiko terpapar gas karbon monoksida (CO), berbagai
senyawa hindrokarbon, berbagai oksida nitrogen (NO2) dan sulfur (SO2), dan
partikulat debu termasuk timbel (PB) karena banyaknya kendaraan pribadi yang
terjebak di satu titik, maka resiko terpapar gas pada titik kemacetan sangat tinggi.

16
Maka dalam penggunaan kendaraan pribadi harus dikurangi dengan mengganti
menggunakan angkutan umum, agar penggunaan kendaraan pribadi dapat
dikurangi dan mengurangi adanya titik kemacetan.
Berdasarkan penelitian yang di lakukan pada jurnal tersebut, di kota
Manado sendiri masih terdapat beberapa titik-titik kemacetan dimana pada titik
tesebut merupakan arus campuran antara kendaraan pribadi, angkutan umum dan
sepeda motor yang cukup banyak, titik-titik kemacetan tersebut juga menjadi
pusat dari aktivitas masyarakat dimana terdapat pedagang kaki lima serta
masyarakat selaku pejalan kaki yang berpotensi terpapar oleh gas pencemar yang
disebabkan oleh emisi kendaraan yakni CO dan NO2 ( Statistik Kota Manado,
2018). Penelitian yang dilakukan di kota Manado oleh Sengkey (2011)
menunjukan konsentrasi gas CO akibat lalulintas di ruas jalan Sam Ratulangi
Manado berkisar 7242,99 μg/m3 sampai 15577,07 μg/m3, konsentrasi tersebut
untuk pengkuran 24 jam sudah melewati ambang batas sesuai dengan PP RI
NO.41 Tahun 1999 yakni 10000 μg/m3.
Berdasarkan hasil pengukuran kualitas udara pada yang telah dilakukan
dari hasil analisis ditemukan bahwa konsentrasi karbon monoksida (CO) masih
jauh dibawah baku mutu yakni 30.000 μg/Nm3 . Rata-rata konsentrasi karbon
monoksida adalah 2.926,6 μg/Nm3 yang menunjukan bahwa hasil tersebut masih
memenuhi syarat atau tergolong baik. Keadaan ini diakibatkan karena pada
sekitar titik lokasi penelitian terdapat pepohonan hijau yang berfungsi menyerap
polutan-polutan yang ada disekitar titik lokasi pengukuran sehingga
mempengaruhi keberadaan dari polutan-polutan udara pada saat pengukuran
dilakukan. selain itu, saat ini sudah banyak kendaraan baik kendaraan roda empat
maupun roda dua yang telah menggunakan bahan bakar yang nilai oktannya
tinggi seperti Pertamax dan Pertalite yang memungkinkan proses pembakaran
dalam mesin kendaraan lebih efisien sehingga emisi gas buangan yang
dikeluarkan juga menjadi lebih kecil.
Hasil tertinggi yang di peroleh dipengaruhi oleh jumlah kendaraan yang
meningkat dimana pada pagi hari jalan ini memiliki aktivitas yang tinggi dan
dilalui oleh berbagai jenis kendaraan seperti motor, angkutan umum, bus, dan
truk, serta berbagai jenis roda empat lainnya. Kendaraan merupakan polutan
utama dari karbon monoksida. Di daerah perkotaan, diamati bahwa ada
konsentrasi karbon monoksida yang relatif tinggi selama jam sibuk, baik di pagi

17
hari, maupun di malam hari. Telah diperkirakan bahwa setiap liter bahan bakar
yang dikonsumsi oleh kendaraan, sekitar 370 g karbon monoksida dilepaskan
sebagai buangan gas kendaraan (Situmorang, 2017).
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa keberadaan polutan CO
masih berada dibawah baku mutu, namun harus tetap diwaspai, meski rata-rata
nilai CO masih berada dibawah baku mutu namun paparannya dapat terakumulasi
dalam tubuh responden dengan terbuktinya sebagian besar kadar HbCO
responden mengalami peningkatan setelah sampling/pengukuran dilakukan
(Fitriana, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan rata-rata konsentrasi
nitrogen dioksida (NO2) adalah 1,0529 μg/Nm3 yang berarti hasil tersebut masih
berada di bawah baku mutu 400 μg/Nm3 . Berdasarkan hasil analisis nilai
tertinggi konsentrasi NO2 terjadi pada pengukuran di titik lokasi Jalan Raya
Bethesda pengukuran dipagi hari dengan hasil 2,1177 μg/Nm3 dan nilai terkecil
konsentrasi NO2 terjadi pada pengukuran di titik lokasi Jalan Pasar Krombasan
pengukuran disore hari dengan hasil 0,3178 μg/Nm3 .
Penelitian yang telah dilakukan meninjukan hasil tertinggi yaitu saat
pengukuran dipagi hari karena jumlah kendaraan meningkat pada waktu
pengukuran tersebut khususnya kendaraan bermotor dan angkutan umum. Oksida
nitrogen diproduksi terutama dari proses pembakaran bahan bakar fosil, seperti
bensin, batubara dan gas alam (Astuti, 2016). Penelitian yang dilakukan oleh
Rahmatika (2017) di Kabupaten Magelang menunjukan hasil konsentrasi NO2
tertinggi tertapat pada lokasi Cluster III dengan hasil 62,77 μg/Nm3 . penelitian
ini menunjukan bahwa sektor transportasi merupakan salah satu faktor terbesar
yang mengakibatkan keberadaan NO2 di jalan raya. Sumber utama NOx adalah
transportasi sebanyak 43%, industri 32% dan proses alam 5% (Putra, 2016).
Dampak dari Karbon monoksida selain berbahaya bagi kesehatan juga
berdampak buruk bagi kualitas lingkungan, CO dapat mengakibatkan turunnya
kualitas udara yang tentunya berdampak negatif bagi mahkluk hidup maupun
tumbuh-tumbuhan. Konsentrasi CO berlebih di atmosfer juga dapat
meningkatkan efek rumah kaca (Sumantri, 2015).
Saluran pernapasan merupakan organ yang sangat berpengaruh ketika
terpapar nitrogen dioksida. Bukti ilmiah menunjukan keterpaparan NO2 selama
30 menit hingga 24 jam akan menimbulkan efek yang merugikan bagi

18
pernapasan yaitu inflamasi atau peradangan saluran pernapasan pada orang yang
sehat serta peningkatan gejala pada penderita asma (U.S Environmental
Protection Agency dalam Sakti 2012). Konsentrasi maksimum yang diizinkan
untuk pemaparan okupasional (terkait pekerjaan) nitrogen dioksida telah
ditetapkan pada 8 ppm selama periode 8 jam. Namun, bahkan pada konsentrasi
yang jauh lebih rendah, nitrogen dioksida menyebabkan peningkatan kejadian
bronkitis akut pada anak-anak dan peningkatan hambatan jalan napas pada
dewasa (Sodhi, 2015).
Udara yang telah tercemar oleh gas nitrogen oksida tidak hanya
berbahaya bagi manusia dan hewan saja, tetapi juga berbahaya bagi kehidupan
tanaman. Pengaruh gas NOx pada tanaman antara lain timbulnya bintik-bintik
pada permukaan daun. Pada konsentrasi yang lebih tinggi gas tersebut dapat
menyebabkan nekrosis atau kerusakan pada jaringan daun (Wardhana, 2004).
Selain itu, dampak dari NO2 terdahadap lingkungan sebagai sumber polutan
yaitu menyebabkan hujan asam, asbut fotokimia dan aerosol yang tentunya
berbahaya baik bagi lingkungan maupun terhadap kesehatan manusia dan hewan
(Sodhi, 2015).
Kegiatan pengendalian untuk mengurangi dampak dari karbon monoksida
(CO) dan nitrogen (NO2) yaitu dengan menanam pepohonan hijau yang berfungsi
menyerap polutan-polutan yang ada disekitar titik lokasi kemacetan sehingga
mempengaruhi keberadaan dari polutan-polutan udara, selain itu, mengganti
dengan menggunakan kendaraan baik kendaraan roda empat maupun roda dua
yang telah menggunakan bahan bakar yang nilai oktannya tinggi seperti Pertamax
dan Pertalite yang memungkinkan proses pembakaran dalam mesin kendaraan
lebih efisien sehingga emisi gas buangan yang dikeluarkan juga menjadi lebih
kecil. Penggunaan angkutan umum juga dapat mengurangi banyaknya polusi gas
yang dihasilkan akibat aktivitas manusia.

19
20
RESUME 6

1. Judul : Gas Pencemar Udara Dan Pengaruhnya Bagi Kesehatan


Manusia (Air Pollutan Gasses and The Influence of Human
Healt) Sugiarti Dosen Jurusan Kimia FMIPA UNM Makassar
2. Diresume oleh : Fani Rida Wanti
3. NIM : P27833320044

Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya


tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan
sekitarnya. Dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernafas, karbondioksida
untuk proses fotosintesis oleh khlorofil daun dan ozon (O3) untuk menahan sinar
ultra violet. Gas-gas lain yang terdapat dalam udara antara lain gas-gas mulia,
nitrogen oksida, methana, belerang dioksida, amonia, hidrokarbon dan gas rumah
kaca yang sekarang ini menjadi perhatian besar dunia. Apabila susunan udara
mengalami perubahan dari susunan keadaan normal dan kemudian mengganggu
kehidupan manusia, hewan dan binatang serta tumbuhan, maka berarti udara
telah tercemar.
Secara umum penyebab pencemar udara ada dua macam, yaitu:
a. Karena faktor internal (secara alamiah) seperti: debu yang beterbangan
akibat tiupan angin, abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berikut gas-
gas vulkanik dan proses pembusukan sampah organik dan lain-lain.
b. Karena faktor eksternal (karena ulah manusia) seperti: hasil
pembakaran bahan bakar fosil, debu/serbuk dari kagiatan industri dan pemakaian
zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara.
Dampak yang ditimbulkan pencemaran udara ternyata sangat merugikan
manusia sebagai makhluk omnivora yang sangat tergantung pada jalur makanan
tetapi berada pula dalamdaur pencemaran tersebut. Berbagai jenis penyakit yang
dapat ditimbulkan pada manusia dari pencemar udara di atas seperti; infeksi
saluran pernafasan atas, paru-paru jadi rusak, hipertensi, jantung, kanker dan lain
sebagainya.
Sumber Gas Pencemar Udara
Secara umum terdapat 2 sumber pencemaran udara yaitu pencemaran

21
akibat sumber alamiah (natural sources), seperti letusan gunung berapi, dan yang
berasal dari kegiatan manusia (antropogenic sources), seperti yang berasal dari
transportasi, emisi pabrik, dan lain-lain. Pencemaran udara dapat terjadi
dimanamana, misalnya di dalam rumah, sekolah, dan kantor. Pencemaran ini
sering disebut pencemaran dalam ruangan (indoor pollution). Sementara itu
pencemaran di luar ruangan (outdoor pollution) berasal dari emisi kendaraan
bermotor, industri, perkapalan, dan proses alami oleh makhluk hidup. Sumber
pencemar udara dapat diklasifikasikan menjadi sumber diam dan sumber
bergerak. Sumber diam terdiri dari pembangkit listrik, industri dan rumah tangga.
Sedangkan sumber bergerak adalah aktifitas lalu lintas.
Menurut Wardhana, 1984 di dunia dikenal zat pencemar udara utama
yang berasal dari kegiatan manusia berupa gas buangan hasil pembakaran bahan
bakar fosil dan industri. Perkiraan poersentase komponen pencemar udara utama
di Indonesia khususnya transportasi dan industri yaitu :
 Karbon monoksida (CO) 70,50%
 Oksida. Sulfur (SOx) 0,9%
 Nitrogen Oksida(NOx) 8,9%
 Partikulat sebesar 1,33%
 Hidrokarbon (HC) 18,34%
 Gas rumah Kaca (CH4, CO2 dan N2O), tersebar dalam nilai persentase
sumber utama.
Bahan bakar mobil yang secara umum disebut bensin adalah senyawa
HC yang kandungan oktana atau isooktannya tinggi. Dalam pembakaran bensin
di dalam mesin mobil terjadi reaksi kimia sebagai berikut: C8H18 + 12,5O2 +
12,5(3,76)  N2 8CO2 + 9H2O + 47 N2 Angka 3,76 adalah harga perbandingan
nitrogen dan oksigen di udara sebab pembakaran disini melibatkan N2 di udara.
Bila reaksi yang terjadi seperti di atas,reaksi pembakarannya disebut proses
pembakaran yang stoikiometris dimana semua atom oksigen berekasi sempurna
dengan bahan bakar. Reaksi pembakaran yang stoikimetris seperti di atas dapat
terjadi secara teoritis, namun dalam kenyataanya reaksi yang terjadi
hanyamenghasilkan CO2 dan H2O saja. Karena adanya suhu tinggi pada
pembakaran tersebut maka terjadi pula gas- gas lainnya seperti: H,C, CO, NH3,
NO, NO2, SO2, SO3, H2SO4, OH dan O3.

22
a. Karbon Monoksida (CO)
Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di
berbagai perkotaan. Formasi CO merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara
dan bahan bakar dalam proses pembakaran di dalam ruang bakar mesin diesel.
CO yang meningkat di berbagai perkotaan dapat mengakibatkan turunnya berat
janin dan meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan otak. Karena itu
strategi penurunan kadar karbon monoksida akan tergantung pada pengendalian
emisi seperti pengggunaan bahan katalis yang mengubah bahan karbon
monoksida menjadi karbon dioksida dan penggunaan bahan bakar terbarukan
yang rendah polusi bagi kendaraan bermotor.

b. Nitrogen Oksida (NOx)


Ada 2,3 x 1015 g N2O (Warneck 1988) masuk ke atmosfir pertahun yang
diproduksi pertahunnya sebesar 20 x 1012 g dengan waktu tinggal rata-rata N2O
di atmosfir lebih dari 100 tahun (Cicerone, 1987). NOx terbentuk atas tiga fungsi
yaitu Suhu (T), Waktu Reaksi (t), dan konsentrasi Oksigen (O2), NOx = f (T, t,
O2). Secara teoritis ada 3 teori yang mengemukakan terbentuknya NOx, yaitu:
1. Terbentuk karena Thermal NOx (Extended Zeldovich Mechanism).
Proses ini disebabkan gas nitrogen yang beroksidasi pada suhu tinggi pada ruang
bakar (>1800 K). Thermal NOx ini didominasi oleh emisi NO (NOx = NO +
NO2).
2. PromptNO Formasi NOx ini akan terbentuk cepat pada zona
pembakaran.
3. FuelNOx NOx formasi ini kandungan N dalam bahan bakar.
Nitrogen oksida yang ada di udara yang dihirup oleh manusia dapat
menyebabkan kerusakan paru-paru. Setelah bereaksi dengan atmosfir zat ini
membentuk partikel-partikel nitrat yang amat halus yang dapat menembus bagian
terdalam paru-paru.
c. SOx (SulfurOxide:SO2,SO3)
Emisi SOx terbentuk dari fungsi kandungan sulfur dalam bahan bakar,
Struktur sulfur terbentuk pada ikatan aromatic dan alkyl. Dalam proses
pembakaran sulfur dioxide dan sulfur trioxide terbentuk dari reaksi: S + O2 SO2
SO2 + 1/2O2 SO3 Kandungan SO3 dalam SOx sangat kecil sekali yaitu sekitar
1-5%.Badan WHO PBB menyatakan bahwa pada tahun 1987 jumlah sulfur

23
dioksida di udara telah mencapai ambang batas yang ditetapkan oleh WHO.
d. HydroCarbon (HC)
Pada mesin, emisi Hidrokarbon (HC) terbentuk dari bermacam-macam
sumber. Tidak terbakarnya bahan bakar secara sempurna, tidak terbakarnya
minyak pelumas silinder adalah salah satu penyebab munculnya emisi HC. Emisi
HC ini berbentuk gas methan (CH4).
e. Partikulat Matter(PM)
Partikel-partikel lautan banyak masuk ke atmosfir sebagai hasil
penyerapan dari gelembung-gelembung air dan garamgaram mengkristal
membentuk aerosol garam laut yang bersusunan kimiawi air laut. Beberapa unsur
kandungan partikulat adalah karbon, SOF (Soluble Organic Fraction), debu, SO4,
dan H2O. Partikel debu bervariasi ukurannya dan tempat tinggalnya di udara atau
di bumi. Partikel lebih kecil ukurannya dan sulit mengendap dalam air akan
tinggal lama di udara dan menyebar secara global mengikuti arus angin yang
membawanya.
f. Gas Rumah Kaca (CH4, CO2, N2O)
Gas rumah kaca merupakan suatu istilah yang tepat digunakan pada gas-
gas yang menyebabkan peningkatan suhu bumi. Gas-gas ini terdapat diudara
membentuk suatu perisai yang membendung panas bumi yang ditimbulkan oleh
aktivitas manusia dan alam itu sendiri. Semua gas-gas rumah kaca ini merupakan
hasil buang pembakaran bahan bakar fosil dan aktivitas alam yang sampai saat ini
sulit dikendalikan sebab penggunaan bahan bakar fosil/minyak tetap me ningkat
dengan pesat.
Dampak Pencemaran Udara Bagi Kesehatan Manusia
a. Dampak pencemar oleh gas karbonmonoksida, CO.
Gas CO yang tidak dapat dikenali baik secara fisika karena tidak berbau,
tidak berasa dan tidak berwarna sehingga menyulitkan kita untuk mengantisipasi
bahaya keracunan yang ditimbulkan. Gas CO dapat mengikat hemoglobin darah
mengganti posisi oksigen (COHb) bila terhisap masuk ke paru-paru,
mengakibatkan fungsi vital darah sebagai pengangkut oksigen terganggu karena
ikatan gas CO dengan hemoglobin darah lebih kuat 140 kali dibandingkan
dengan oksigen. Keadaan ini menyebabkan darah menjadi lebih mudah
menangkap gas CO dan menyebabkan fungsi vital darah sebagai pengangkut
oksigen terganggu.

24
Keracunan gas CO dapat ditandai dari keadaan yang ringan berupa
pusing, sakit kepala dan mual. Keadaan yang lebih berat: menurunnya
kemampuan gerak tubuh, gangguan pada sistem kardiovaskuler, serangan jantung
sampai pada kematian. Untuk menolong penderita kategori ringan yaitu denhgan
memberi kesempatan menghisap udara bersih(segar) agar CO dalam Hb darah
dapat terganti oleh oksigen, sebab kerja reaksi Hb dengan gas CO dan O2 bersifat
reaksi kesetimbangan diperlihatkan seperti: COHb + O2  O2Hb + CO
b. Dampak pencemar Nitrogen Oksida (Nox)
Gas nitrogen oksida ada dua macam yaitu: gas nitrogen monoksida (NO)
dan gas nitrogen dioksida (NO2). Gas NO sulit diamati secara visual karena tidak
berbau dan tidak berwarna. Sifat racun gas ini pada konsentrasi tinggi
menyebabkan gangguan pada syaraf sehingga menimbulkan kejang-kejang, bila
keracunan terus berlanjut mengakibatkan kelumpuhan. Sedangkan untuk gas
NO2 empat kali lebih berbahaya dari pada gas NO. Organ tubuh yang paling
peka terhadap gas NO2 adalah paru-paru, paru-paru yang terkontaminasi dengaqn
NO2 akan membengkak sehingga penderita sulit bernafas yang dapat
mengakibatkan kematian. Pada konsentrasi rendah gas NO2 juga menyebabkan
iritasi pada mata yang meyebabkan mata perih dan berair.
c. Dampak Pencemar Belerang Oksida (SOx)
Ada dua macam gas SOx yaitu gas SO2 dan gas SO3. Gas SOx sangat
berbahaya bagi manusia terutama pada konsentrasi di atas 0,4 ppm. Akibat yang
ditimbulkkan jika mengganggu kesehatan manusia adalah;gangguan sistem
pernafasan, karena gas SOx yang mudah menjadi asam menyerang selaput lendir
pada hidung, tenggorokan dan saluran pernafasan yang lain sampai ke paruparu.
Pada konsentrasi 1-2 ppm, bagi orang yang sensitif serangan gas SOx ini
menyebabkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena langsung. Pemaparan
dengan SOx lebih lama dapat meyebabkan peradangan yang hebat pada selaput
lendir yang diikuti oleh kelumpuhan sistem pernafasan, kerusakan dinding
ephitelium dan pada akhirnya diikuti oleh kematian.
d. Dampak Pencemar Hidrokarbon (HC)
HC berupa gas lebih toksik dibanding dalam wujud cairan dan padatan.
Bila HC padatan (partikel) dan cairan bercampur dengan pencemar lain akan
membentuk ikatan-ikatan kimia baru yang sering disebut Polyciclic Atomatic
Hydrocarbon (PAH). PAH ini merangsang terbentuknya sel-sel kanker bila

25
terhisap masuk ke paru-paru, dan PAH yang bersifat karsinogenik. Toksisitas HC
aromatik lebih tinggi dari pada HC alisiklik. Dalam keadaan gas HC, dapat
menyebabkan iritasi pada membran mukosa dan menimbulkan infeksi paru-paru
bila terhusap.
e. Dampak Pencemar Partikel
Partikel-partikel pencemar udara sangat merugikan manusia. Pada
umumnya udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai
macam penyakit saluran pernapasan atas atau pneumokoniosis. Penyakit
pneomokoniosis bermacam-macam tergantung dari jenis partikel debu yang
masuk ke dalam paruparu, dan jenis yang sering dijumpai di daerah yang
memiliki banyak kegiatan industri dan teknologi yatiu: silikosis yang disebabkan
pencemara debu silika SiO2, asbestosis merupakan pencemar debu atau serat
asbes terurama dari magnesium silikat, bisinosis penyakit yang disebabkan oleh
debu kapas di udara, dan antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang
disebabkan oleh debu batubara.
f. Dampak Gas Rumah Kaca (CH4, CO2 dan N2O)
Gas rumah kaca disertai rusaknya lapisan ozon di stratosfir menaikkan
suhu bumi yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah karbondioksida CO2,
CH4 dan N2O di udara yang biasa disebut efek rumah kaca. Kadar CO2 pada 100
tahun yang lalu hanya sebesar 290 ppm. Apabila kenaikan kadar CO2 tidak
dicegah maka bencana karena kenaikan suhu bumi dapat cepat terjadi yaitu
mencairnya es yang ada di kutub sehingga permukaan air laut naik, garis pantai
akan bergeser naik sehingga tempat-tempat yang terletak di tepi pantai akan
tenggelam.
Beberapa fsikholog mengemukakan bahwa dampak dari pada efek rumah
kaca ini adalah terjadinya peningkatan emosional dan tempramental bagi manusia,
seperti kurang sabar atau cepat marah, pikiran pendek dan cepat bertindak
anarkhis sehingga mengganggu ketenangan orang lain yang pada akhirnya
menyebabkan depresi, tekanan darah meningkat dan stroke.

26
RESUME 7

1) Judul : Karakteristik Emisi Industri Pulp dan Kertas PT. Riau


Andalan Pulp Lestari dalam Konteks Pencemaran Udara
2) Diresume oleh : Elfrida Ilma Shofiana
3) NIM : P27833320077

Industri pulp dan kertas memiliki peran penting bagi negara baik dari segi
perekonomian maupun dari segi kehidupan sehari-hari. Dengan adanya industri
pulp dan kertas dapat membangkitkan perekonomian Indonesia dengan
terciptanya lapangan kerja. Tingkat kebutuhan kertas di negara kita yang cukup
tinggi menjadikan industri ini sangat menjanjikan dan berperan penting bagi
kehidupan sehari-hari. Namun, dibalik itu semua terdapat dampak negatif yang
cukup serius bagi lingkungan khususnya udara sekitar industri tersebut.
Berbagai upaya pengelolaan lingkungan telah dilakukan di industri Pulp
dan kertas, baik pengelolaan terhadap limbah cair, padat maupun gas. Namun
pengelolaan terhadap limbah gas atau emisi yang dihasilkan masih perlu
mendapatkan perhatian, khususnya bagi industri Pulp dan kertas terpadu yang
dilengkapi dengan unit pemulihan bahan kimia, karena berpotensi menghasilkan
emisi yang dapat mengakibatkan pencemaran udara apabila tidak dikelola dengan
baik Di dalam unit pemulihan bahan kimia, disamping kaitannya dengan proses
yang ditujukan untuk menggunakan kembali bahan-bahan kimia bekas
pemasakan atau yang disebut lindi hitam, juga dapat pula menghasilkan energi
yang diperoleh dari hasil pembakaran senyawa organik dalam lindi hitam tersebut.
Metode pengukuran dari masing-masing parameter emisi adalah sebagai
berikut:
a. Klor (Cl2) : Gas klor diserap dengan bahan kimia penyerap, NaOH,
kemudian konsentrasinya ditentukan dengan metoda Iodometri
b. Sulfur Tereduksi Total (TRS) sebagai H2S: Gas H2S diserap dengan
bahan kimia penyerap, Zn Asetat, kemudian konsentrasinya
ditentukan dengan metoda iodometri
c. Partikulat: Contoh partikulat diisap dan disaring dengan filter
microfibre thimbles, kemudian konsentrasinya ditentukan dengan

27
metoda gravimetric
d. NOx, NO2 dan NO: Diukur dengan metoda chemiluminescence
e. SO2, CO dan CO2: Diukur dengan metoda non-dispersive infra red
(NDIR)
f. Oksigen (O2): Diukur dengan metoda galvanic Cell .Alat ukur gas
NOx, NO2, NO, SO2, CO, CO2 dan O2 adalah portable gas analyzer
Horiba PG-250 series
Recovery Boiler di industri Pulp dan kertas merupakan jantungnya pabrik
yang berfungsi untuk menghasilkan uap dan pengambilan kembali bahan kimia
yang digunakan pada proses pemasakan. Di dalam Recovery Boiler, lindi hitam
pekat dibakar agar menghasilkan bahan kimia yang dibutuhkan untuk digunakan
kembali pada pemasakan Pulp. Emisi gas hasil pembakaran tersebut
menghasilkan gas berbau seperti TRS dan partikulat. Konsentrasi gas dan
partikulat ini harus rendah dalam emisinya. Pada unit Recovery Boiler ini
sebelum emisi gas dibuang ke lingkungan dilewatkan terlebih dahulu ke alat
pengendali emisi gas electrostatic precipitator (ESP).

28
29
RESUME 8

1. Judul : Analisis Pencemaran Udara Akibat Pabrik Aspal Berdasarkan


Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Pengendalian Pencemaran Udara
2. Diresume oleh : Ferdiansah Ananda Putra
3. NIM : P27833320046

Undang-undang NO. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan


pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang
dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.
Adapun Pencemaran yang dimaksud adalah Pencemaran Udara. Pencemaran
udara akan terus berlangsung dengan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan
semakin berkembangnya kehidupan ekonomi, masyarakat akan semakin banyak
menggunakan bahanbahan berteknologi tinggi yang dapat menimbulkan
pencemaran udara seperti 1 Pasal 2 Undang-undang Nomor 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup motor, mobil dan
kegiatan-kegiatan industri. Pencemaran udara menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran
udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan atau komponen lain
ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat
memenuhi fungsinya.
Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan hidup RI
No.KEP-03/MENKLH/II/1991 menyebutkan: “Pencemaran udara adalah
masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
udara ambien oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga mutu udara
ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi
kurang atau tidak dapat memenuhi fungsinya lagi sesuai dengan peruntukannya.
Dari pengertian pencemaran udara berdasarkan peraturan perundangan di atas,
pencemaran diakibatkan oleh kegiatan manusia, baik disengaja atau tidak,

30
sedangkan bencana alam seperti gunung meletus, gas alam, panas bumi tidak di
katagorikan sebagai pencemaran.Hal ini disebabkan karena peraturan tersebut
berkaitan dengan sanksi tuntutan hukum. Bencana alam tidak bisa dilakukan
penuntutan hukum, meskipun bencana alam dapat menyebabkan kualitas udara
menjadi buruk dan tidak dapat mendukung kehidupan manusia dan lingkungan.
Berbicara mengenai pencemaran udara, yang terbalut di dalam pikiran kita
adalah Apakah telah ada kebijakan pemerintah yang dibuat untuk Indonesia yang
dapat dijadikan arah dan pegangan dalam mengoperasionalkan program dan
menjabarkan undang-undang untuk kepentingan berbagai pihak ( stekholder ),
jawabannya adalah kebijakan pemerintah sudah melakukan namun ruang lingkup
3Arif Sumantri., Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: PT.Fajar Interpratama Mandiri,
2010) hlm. 191. 4 Ibid yang terbatas pada pengendalian pencemaran udara di
kota-kota besar dengan kawasan industrinya. Dasar pengambilan kebijakan yaitu
berupa undang-undang dan beberapa peraturan lain nya seperti presiden maupun
menteri telah banyak diterbitkan namun tidak di dukung dengan adanya
pengembangan tujuan dan sasaran global dari adanya pencemaran udara untuk
melahirkan kebijakan baru. Pasal 5 ayat (2) UndangUndang Dasar 1945 dan
Undang-Undang no. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup,
setelah tujuan ditetapkan yang kemudian dijabarkan dalam bentuk sasaran yang
lebih kuantitatif maka dalam usaha mencapai tujuan dan sasran tersebut
diperlukan kebijakan yaitu suatu pegangan atau petunjuk yang dapat memberi
arah bagi pelaksanaan kegiatan maupun yang dapat dijadikan pegangan bagi
upaya atau usaha untuk mengatasi hambatan yang senantiasa secara berulang-
ulang timbul dalam proses pelaksanaan rencana. Pegangan/petunjuk ini harus
bersumber atau didasarkan atas Undang-Undang atau peraturan yang berlaku.
Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun
kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas,
radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara.Sifat alami udara
mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal,
regional, maupun global. Salah satu pencemaran lingkungan yang disebabkan
oleh industri adalah pencemaran udara oleh asap yang timbul dari proses
pengolahan atau hasil industri. Industri selalu dikaitkan dengan sumber pencemar
karena industri merupakan kegiatanyang sangat tampak dalam pembebasan
berbagai senyawa kimia kelingkungan. Kegiatan industri menyebabkan

31
pencemaran udara karena menimbulkan asap sebagai sumber titik dengan
konsentrasi yang cukup tinggi. Dalam kebijaksanaannya harus selalu didasarkan
pada ketentuan undang- undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2014 tentang
Perindustrian.
Emisi merupakan jumlah pollutant (pencemar) yang dikeluarkan ke udara
dalam satuan waktu. Emisi dapat disebabkan oleh proses alam maupun kegiatan
manusia. Emisi yang disebabkan proses alam disebut biogenic emissions, sebagai
contoh gas Methane (CH4) yang terjadi sebagai akibat dekomposisi bahan
organik oleh bakteri pengurai. Emisi yang disebabkan kegiatan manusia disebut
anthropogenic emissions.Emisi yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik industri akibat
aktivitas produksi yang tidak sesuai dengan Baku Mutu Emisi perlu dikendalikan.
Salah satu cara yang masih banyak digunakan adalah dengan alat pengendali
emisi. Tingkat pencemaran udara di Indonesia sudah melebihi ambang batas
normal terutama dikota-kota besar akibat gas buangan kendaraan bermotor dan
industri. Selain itu, setiap tahun asap tebal meliputi wilayah Nusantara bahkan
sampai kenegara tetangga akibat pembakaran hutan, pabrik indusrti. Makin besar
jumlah penduduk, bersamaan dengan 9 Whardana, op.cit., hlm. 90. 10Sumantri,
op.cit., hlm. 199. berkembangnya ilmu pengetahuan, makin banyak pula pabrik
didirikan serta diproduksi mesin-mesin serta kendaraan bermotor untuk
mencukupi kebutuhan penduduk. Dalam analisis nya bahwa Pencemaran udara
adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer
dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan
tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.

32
RESUME 9

1) Judul : Deteksi Kandungan Gas Karbon Monoksida (Co) Hubungan


Dengan Kepadatan Lalu-Lintas Di Medan Sunggal, Kota Medan
2) Diresume oleh : Amirrahman As’ad
3) NIM : P27833320040

Polusi udara dapat disebabkan oleh aktivitas manusia yaitu melalui


industri, alat transportasi, aktivitas rumah tangga dan perkantoran. Diantara
sumber polutan tersebut, kendaraan bermotor menyumbang 98% polutan di kota-
kota besar (Santi, 2001). Nugraha (2007) memperjelas kandungan yang terdapat
pada udara tercemar, yakni ada 4 emisi gas buang pokok yang dihasilkan oleh
kendaraan bermotor yakni senyawa Hidrokarbon (HC), Karbon Monoksida (CO),
Nitrogen Oksida (NOx), dan partikel-partikel yang keluar dari gas buang.
Siregar (2005) juga menyebutkan bahwa sumber utama pencemaran udara
berasal dari transportasi (kendaraan bermotor) yang menggunakan bahan bakar
minyak (BBM) menghasilkan 60% gas karbon monoksida (CO) dan 15%
hidrokabon. Selain itu Selvia (2011) mendukung bahwa sumber kontribusi
terbesar karbon monoksida berasal dari kendaraan bermotor yang diperkirakan
sekitar 50%.
Pola penggunaan BBM menunjukkan bahwa kontribusi pencemaran udara
yang berasal dari sektor transportasi mencapai 60%, selebihnya sektor industri
25%, rumah tangga 10% dan sampah 5% (Asmawi, 2010). Sugiarti (2009)
menambahkan bahwa perkiraan persentase komponen pencemar udara utama di
Indonesia khususnya transportasi dan industri yaitu Karbon Monoksida (CO)
70,50%, Sulfur Oksida (SOx) 0,9%, Nitrogen Oksida (NOx) 8,9%, Partikulat
sebesar 1,33%, Hidrokarbon (HC) 18,34% dan Gas rumah Kaca (CH4, CO2 dan
N2O) yang tersebar dalam nilai persentase sumber utama.
Peningkatan polusi udara dari sektor transportasi sangat signifikan dan
bedampak pada kehidupan dan lingkungan saat ini. Salah satu polutan udara yang
berbahaya dan jumlahnya sangat dominan adalah gas Karbon Monoksida (CO)
yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar dan udara motor bensin
yang tidak sempurna (Sugiarti, 2009 ).

33
Gas karbon monoksida (CO) merupakan gas yang tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa, tidak mengiritasi , mudah terbakar dan sangat beracun, serta
tidak larut dalam air. Gas ini merupakan hasil pembakaran tidak sempurna dari
kendaraan bermotor, alat pemanas dan peralatan yang menggunakan bahan api.
Senyawa CO mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya terhadap
manusia, karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu
haemoglobin (Dharmawan dan Susanti, 2012). Paparan udara dengan gas CO
dapat mengakibatkan keracunan sistem saraf pusat dan jantung. Keracunan ini
terjadi jika paparan gas CO melampaui batas dari yang bisa di toleransi tubuh,
yaitu lebih dari 250 ppm (Rezki, 2012).
Karbon monoksida yang keluar dari knalpot akan berada di udara ambient,
jika terhirup oleh manusia maka molekul tersebut akan masuk kedalam saluran
pernapasan terus masuk ke dalam paru – paru dan kemudian akan menempel
pada haemoglobin darah membentuk carboxy Haemoglobin (COHb). Semakin
tinggi konsentrasi CO yang terhirup oleh manusia maka semakin fatal resiko
yang diterima oleh manusia tersebut, bahkan dapat menyebabkan kematian. Daya
ikat gas CO terhadap Hb adalah 240 kali dari daya ikat CO terhadap O2. Apabila
gas CO darah (HbCO) cukup tinggi, maka akan mulai terjadi gejala antara lain
pusing kepala (HbCO 10%), mual dan sesak nafas (HbCO 20%), gangguan
penglihatan dan konsentrasi menurun (HbCO 30%), tidak sadar, koma (HbCO
40- 50%) dan apabila berlanjut akan dapat menyebabkan kematian. Pada paparan
menahun akan menunjukkan gejala gangguan syaraf, gangguan otak, jantung dan
kematian bayi dalam kandungan. Gas CO yang tinggi di dalam darah dapat
berasal dari rokok dan asap dari kendaraan bermotor (Maryanto dkk, 2009).
Terminal Terpadu Pinang Baris atau sering disingkat sebagai TTPB Jalan
TB Simatupang adalah salah satu dari 2 terminal terpadu perhubungan darat di
Kota Medan. Terminal ini khusus menampung bus-bus antar provinsi dan dalam
provinsi yang masuk ke Kota Medan dari sebelah barat dalam hal ini terutama
bus-bus dari NAD. Terminal ini terletak di Kelurahan Sunggal Kecamatan
Medan Sunggal Kota Medan. Terminal Terpadu Pinang Baris memiliki luas
lahan ±4 ha (40.000 m2) dengan jumlah bus dan mobil pengangkutan umum
angkot yang keluar/masuk setiap hari yaitu 3540 unit (Maria, 2013).
Tingginya volume lalu-lintas di Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan
tentu ada emisi gas buang khususnya CO dari kendaraan. Berdasarkan hal di atas

34
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Korelasi Kepadatan
Lalu-Lintas Terhadap Kandungan Gas Karbon Monoksida (CO) Di Kecamatan
Medan Sunggal Kota Medan”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kandungan gas karbon
monoksida di Kecamatan Medan Sunggal, mengetahui hubungan jumlah
kepadatan lalulintas terhadap kandungan gas CO, mengetahui hubungan sifat
fisik-kimia terhadap kandungan gas karbon monoksida.

35
RESUME 10

1. Judul : Pengaruh Pencemaran Udara Di Daerah Terminal Amplas


Bagi Kehidupan Masyarakat
2. Diresume oleh : Rif’Atur Rosyida.E
3. NIM : P27833320068
Didaerah Terminal Amplas yang mempunyai kegiatan lalu lintas yang
padat, udaranya relatif sudah tidak bersih lagi disebabkan asap knalpot dari
bus ,asap kendaraan lainya dan asap rokok. Dari beberapa macam komponen
pencemar udara, maka yang paling banyak berpengaruh dalam pencemaran udara
adalah komponen-komponen berikut ini :
1. CO2 Gas ini terdapat didalam udara sekitar 0,033% dari volume udara
a. Sifat Fisik
 Mempunyai berat sebesar 1,5 kali dari berat udara
 Stabil,tenang dan tidak beracun
 Tidak berbau,tidak berwarna dan tidak berasa
 CO2 ini dapat berupa gas,cair atau solid b. Sumber CO2
Karbon dioksida berasal dari pabrik, mesinmesin yang menggunakan
bahan bakar fosil ( batubara, minyak bumi ), juga dari mobil, kapal,
pesawat terbang, dan pembakaran kayu.Meningkatnya kadar CO2 di
udara jika tidak segera diubah menjadi oksigen akan mengakibatkan
efek rumah kaca.
2. CO (Karbon Monoksida)
a. Sifat fisik dan Kimia Karbon dan oksigen sapat bergabung
membentuk senyawa karbon monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran
yang tidak sempurna dan karbon dioksida ( CO2 ) sebagai hasil
pembakaran sempurna. Karbon monoksida merupakan senyawa yang
tidak berbau,tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas
yang tidak berwarna. Tidak seperti senyawa CO mempunyai potensi
bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan kuat
dengan pigmen darah hemoglobin
b. Sumber gas CO Proses pembakaran dimesin yang tidak

36
sempurna, akan menghasilkan gas CO. Jika mesin mobil dihidupkan di
dalam garas tertutup, orang yang ada digarasi dapat meninggal akibat
menghirup gas CO. Menghidupkan AC ketika tidur di dalam mobil
dalam keadaan tertutup juga berbahaya. Bocoran gas CO dari knalpot
dapat masuk ke dalam mobil, sehingga bisa menyebabkan kematian.
3. SO dan SO2 - Gas belerang oksida (SO,SO2) di udara dihasilkan oleh
pembakaran fosil (minyak, batubara).
Gas tersebut dapat bereaksi dengan gas nitrogen oksida dan air
hujan, yang menyebabkan air hujan menjadi asam, yang disebut hujan
asam. Hujan asam mengakibatkan tumbuhan dan hewan-hewan tanah
mati, produksi pertanian merosot, besi dan logam mudah berkarat,
bangunan-bangunan kuno, seperti candi menjadi cepat aus dan rusak,
demikian pula bangunan gedung dan jembatan.
4. Timbal Pb Ketika timbal terhirup dan masuk ke dalam tubuh, maka
akan beredar mengikuti aliran darah kemudian diserap kembali oleh otak dan
ginjal. Untuk selanjutnya disimpan dalam gigi dan tulang.
5. Asap Rokok - Asap rokok bisa menyebabkan batuk kronis, kanker
paruparu, mempengaruhi janin dalam kandungan dan berbagai gangguan
kesehatan lainnya. Perokok dibedakan menjadi dua yaitu perokok aktif
(mereka yang merokok) dan perokok pasif (orang yang tidak merokok tetapi
menghirup asap rokok). Perokok pasif lebih berbahaya daripada perokok
aktif.
6. Nitrogen oksida Nitrogen oksida mempunyai dua bentuk yang sifatnya
berbeda yaitu gas NO2 dan gas NO . Sifat gas NO2 adalah berwarna dan
berbau , sedangkan gas NO tidak berwarna dan tidak berbau. Warna gas
NO2 adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung.
Usaha manusia mengatasi udara tercemar
Udara yang sudah tercemar sulit bagi para ilmuwan untuk mengatasi
udara yang sudah tercemar . Para ilmuwan hanya bisa menyarankan agar udara
yang sudah tercemar. Para ilmuwan hanya bisa menyarankan agar udara yang
sudah tercemar jangan bertambah bahan cemaran lagi. Saran yang diajukan oleh
para ilmuwan perlu didukung oleh pengetahuan tentang udara bersih,
pengetahuan tentang udara kotor ; pengetahuan tentang batas emisi; pengetahuan
standar kontrol; alat ukur jumlah emisi,kualitas udara;pengetahuan praktis

37
tentang cara-cara mengurangi bahan polutan emisi ke atmosfer; pengecekan
kadar gas, partikulat di dalam atmosfer setiap bulan sekali untuk mengetahui
apakah ada kenaikan kadar gas/partikulat. Maka sudah seharusnya manusia
menjaga lingkungannya agar tidak terjadi pencemaran di udara. Kita harus
memiliki sikap pengendalian diri yaitu dapat mengendalikan diri kita untuk
menjaga lingkungan, membersihkan lingkungan kita mengupayakan agar
lingkungan tidak tercemar dengan cara membuang sampah di tempatnya, jangan
merokok di sembarang tempat, menggunakan mobil pribadi maksimal 10 tahun ,
dan penanaman hutan dll.
Usaha Pemerintah Kota Medan Dalam Mengatasi Pencemaran Udara di
Terminal Amplas
Pemerintah kota Medan mempunyai alat pemantau udara di Terminal
Amplas. Alat ini berfungsi untuk memantau udara di Terminal Amplas. Selain itu
harus dilakukanxpenanggulangan pencemran udara di sekitar Terminal Amplas.
Yang pertama di lingkungan, ketiga harus memikirkan jalan akses pintu keluar
masuk yang berbeda, ke empat adanya kesadaran diri masyarakat terhadap
lingkungan Terminal Amplas. Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah untuk
mengurangi pencemaran udara di kota Medan adalah Car Free Day. Walikota
Mengatakan Car Free Day adalah salah satu langkah yang dilakukan Pemerintah,
supaya masyarakat nyaman melakukan olahraga dari pencemaran polusi udara.
Artinya pemerintah akan melakukan upaya-upaya penekanan. sekitar terminal
perlu ditanami pepohonan untuk menyerap debu dalam mengurangi pencemran
udara, kedua merancang emisi yang ramah.

38
DAFTAR PUSTAKA

G.Gunawan, 2015. Tingkat Pencemaran Udara Debu dan Timbal di Lingkungan


Gerbang Tol.. jurnal penelitian.

Puspitarini, Rizqa. 2021. Analisis Kimia Udara PT.Papertech Indonesia Unit II


Magelang. jurnal penelitian. Volume 14

Anggar, Devi, I Corie. 2015.Kualitas Fisik dan Kimia Udara, Karakteristik Pekerja,
Serta Keluhan Pernapasan Pada Pekerja Percetakan di Surabaya. VOL.8 NO.2

Ratnani, R. D. 2008. Teknik Pengendalian Pencemaran Udara Yang Diakibatkan


Oleh Partikel. Jurnal Momentum UNWAHAS, vol. 4, no. 2, 2008,
doi:10.36499/jim.v4i2.612.
C, Gabriele.dkk. 2019. Analisis Kualitas Udara Ambien Karbon Monoksida (Co) dan
Nitrogen Dioksida (No2) Dibeberapa Titik Kemacetan di Kota Manado. Jurnal
Penelitian. Vol 8, No 6.
Sugiarti. 2009. Gas Pencemar Udara Dan Pengaruhnya Bagi Kesehatan Manusia
(Air Pollutan Gasses and The Influence of Human Healt). Jurnal Chemica Vol. 10
Nomor 1 Juni 2009, 50-58
AA, manullah. 2019. Karakteristik Emisi Industri Pulp dan Kertas PT. Riau Andalan
Pulp Lestari dalam Konteks Pencemaran Udara. Jurnal Kapita Selekta GeografI
Volume 2 Nomor 6: Juni 2019 (Halaman: 24 - 31)
N, Hasan.dkk. 2020. ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG
PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA. VOL.4 No.2
R, Siregar. 2018. DETEKSI KANDUNGAN GAS KARBON MONOKSIDA (CO)
HUBUNGAN DENGAN KEPADATAN LALU-LINTAS DI MEDAN SUNGGAL,
KOTA MEDAN. Jurnal Biosains Vol. 4 No. 1. Maret 2018
Y, Megalina. 2015. PENGARUH PENCEMARAN DARA DI DAERAH TERMINAL
AMPLAS BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT JURNAL. Pengabdian Kepada
Masyarakat Vol.21 Nomor 79 Tahun XXI Maret 2015

39
40

Anda mungkin juga menyukai