Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

TERHADAP TERMINAL

DOSEN PEMBIMBING:

JESSY NOVITA SARI,S.Pd

NIK:197311151994022001

DISUSUN OLEH:

1. FEBIE FIMERISSA PO71330190002


2. NELA NOVIYA PO71330190007
3. MIFTA NUR AZAHRA PO71330190008
4. WINDA RISTIANA PO71330190013
5. M.RIDHO ARIFKIE PO71330190022
6. ULY NOVITA PO71330190025
7. RIKI EFENDI PO71330190026
8. SITI AISYAH PO71330190035

PRODI SANITASI PROGRAM DIII KESEHATAN LINGKUNGAN

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLTEKKES KEMENKES JAMBI TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas Kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga Laporan ini dapat diselesaikan dengan waktu yang tepat.

Terwujudnya laporan ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, oleh
karena itu kami selaku penyusun laporan ingin mengucapkan ribuan Terima Kasih
khususnya kepada ibu Suparmi,S.Pd,MPH selaku Dosen Pembimbing serta Teman-
Teman seperjuangan yang telah membantu kami untuk menyelesaikan praktek yang telah
dilakukan.

Dibalik itu semua, kami sadar bahwa laporan ini tentu memiliki kekurangan
sehingga kami sangat membutuhkan saran dan kritik dari para pembaca agar kedepannya
kami bisa memperbaiki apa yang harusnya kami perbaiki serta kami berharap laporan ini
memiliki manfaat bagi para pembaca.

Jambi, Oktober 2020

Kelompok 4
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB III PEMBAHASAN

3.1 KADAR PENCEMARAN UDARA COX


3.2 KADAR PENCEMARAN UDARA HC
3.3 KADAR PENCEMARAN UDARA SOX
3.4 KADAR PENCEMARAN UDARA SPM
3.5 TERJADI KEBISINGAN & INDEKS KUALITAS UDARA

BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terminal adalah tempat umum yang memiliki risiko terjadi pencemaran udara
diakibatkan karena adanya aktivitas kendaraan bermotor yang menghasilkan buangan
emisi. Pemantauan kualitas udara terminal memiliki peran yang sangat penting dalam
menentukan tercemar atau tidaknya udara pada lokasi terminal dengan membandingkan
hasil pengukuran ke dalam Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU).Terminal Kota
jambi melayani kendaraan dengan jumlah yang berbeda-beda setiap harinya, aktivitas
transportasi yang tinggi akan menyebabkan tingginya tingkat pencemaran udara yang
terjadi. Pencemaran udara dapat memberikan dampak terhadap kesehatan manusia,
hewan, tanaman maupun berdampak terhadap material. Dampak negatif dari
operasional transportasi di terminal adalah penurunan kualitas udara ambien di
lingkungan terminal oleh debu maupun gas pencemar. Selain itu, di Terminal Kota
Jambi juga terdapat pedagang yang terpapar emisi dari kendaraan di terminal setiap
harinya. Sektor transportasi memiliki peran yang penting dalam pencemaran udara dan
merupakan sumber pencemaran udara utama. Partikel debu (PM 10) adalah salah satu
polutan yang menyebabkan polusi. PM10 merupakan prediktor kesehatan, dimana naik
dan turunnya PM10 berasosiasi dengan kadar zat-zat pencemaran lainnya ketika sama-
sama berada di dalam udara. Uji toksikologi menunjukkan bahwa PM 10 yang terhisap
langsung ke dalam paru-paru dan mengendap di alveoli dapat membahayakan sistem
pernafasan. Sumber utama dari emisi PM10 adalah dari kendaraan diesel dengan bahan
bakar solar. Pada tahun 2010, sekitar 3,3 juta orang di seluruh dunia meninggal hanya
dikarenakan menghirup debu-debu kecil yang beterbangan di udara dan diperkirakan
akan berlipat ganda pada tahun 2050. Debu yang masuk alveoli dapat menyebabkan
pengerasan pada jaringan (fibrosis) dan apabila 10% alveoli mengeras akan
mengakibatkan berkurangnya elastisitas alveoli dalam menampung udara. Fibrosis yang
terjadi dapat menurunkan kapasitas vital paru. .(3) Kapasitas vital paru yang tidak
maksimal dapat diakibatkan karena faktor dari luar tubuh atau ekstrinsik meliputi
lingkungan kerja fisik dan faktor dari dalam tubuh penderita itu sendiri atau instrinsik.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Soedjono tahun 2003 menunjukkan bahwa
konsentrasi rata-rata PM10 di Terminal Jambi yaitu sebesar 409,1 µg/Nm 3 dan Terminal
Jambi merupakan salah satu terminal yang konsentrasi debunya di atas baku mutu.
Sedangkan pengukuran terhadap fungsi paru pedagang terminal diperoleh hasil bahwa
dari 309 responden yang berada di 15 terminal Jawa tengah terdapat 65% yang
mengalami gangguan fungsi paru dan 35% tidak mengalami gangguan fungsi paru.
Pengukuran dan analisis tingkat pencemaran udara dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi zat pencemar di udara dan tingkat kualitas udara ambien pada lokasi dan
waktu tertentu yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai
estetika dan makhluk hidup lainnya. Sebelumnya belum pernah diadakan pemeriksaan
rutin dan pemantauan kualitas udara di terminal Kota jambi, sehingga tidak diketahui
kondisi udara di terminal tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
tingkat pencemaran udara dan hubungan kadar debu terhirup dengan kapasitas vital
paru pedagang tetap di Terminal Kota Jambi.
1.2 Rumusan Masalah

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah kita dapat mengetahui lebih dalam
tentang masalah pencemaran lingkungan beserta dampak yang ditimbulkannya juga cara
mencegah dan menanggulanginya.

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memperluas pengetahuan tentang
pencemaran udara beserta dampak yang ditimbulkannya terhadap lingkungan dan
kesehatan manusia juga cara mencegah dan menanggulanginya.
BAB II

TINJAUAN TEORI

Terminal merupakan pangkalan angkutan umum yang bermacam macam jenis


kendaraan dan banyak lintas kendaraan bermotor di jalan-jalan di dalam kota dapat
menyebabkan terjadinya kemacetan (traffic congestion), kecelakaan (traffic accident),
dan pencemaran udara (traffic air pollution). Pencemaran udara adalah hadirnya di dalam
atmosfer/udara luar, satu atau lebih kontaminan (bahan pencemar) udara, atau
kombinasinya dalam jumlah dan waktu sedemikian yang cenderung melukai/menyakiti
manusia, tanaman, hewan, atau benda milik manusia (Poernomosidhi 1995).

Pencemaran udara akibat di terminal terutama terpusat di sekitar daerah


perkotaan dan pada prinsipnya disebabkan oleh lalu lintas di perkotaan. Kendaraan
bermotor yang berhenti dan mulai berjalan (di kebanyakan jalan-jalan arteri kota)
mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam emisi gas-gas hidrokarbon dan karbon
monoksida dari kendaraan.

Dispersi pencemaran udara tergantung pada beberapa kondisi, seperti


meteorologi, topografi, dan aerografi dari daerah perkotaan. Polutan (bahan pencemar)
yang dominan adalah: CO, SOx, NOx, THC (Total Hydro Carbon), dan TSP (Total
Suspended Particulate) atau debu partikulat, dengan kontribusi CO, NOx, dan
hidrokarbon berasal dari transportasi, SOx dari kegiatan industri, dan TSP umumnya dari
kegiatan permukiman.

Pencemaran udara di banyak kota-kota besar pada umumnya berhubungan dengan


pembangunan dari kegiatan-kegiatan di sektor transportasi dan industri, meskipun sektor
perdagangan dan permukiman tetap memberikan kontribusi yang cukup besar pula.
Usaha mengubah mesin kendaraan bermotor agar gas buang yang dihasilkan lebih sedikit
mencemari udara (kurang polutif), dapat dilakukan dengan antara lain: (a) mengubah
mesin pembakar dalam (internal combustion engines), hingga penggunaan bahan bakar
berkurang dan polusinya lebih sedikit; (b) memakai mesin yang lebih efisien tenaganya,
hingga polusi yang dihasilkan juga lebih sedikit; (c) mengurangi berat kendaraan dengan
memakai lebih banyak bahan plastik dan logam ringan untuk badan (body) kendaraan.

Bising adalah bunyi yang tidak dikehendaki, atau tenaga getaran yang tidak
terkendali. Umumnya ada tiga sumber kebisingan (Poernomosidhi 1995), yaitu:(a)
kebisingan lalu lintas/transportasi; (b) kebisingan pekerjaan atau industri; dan (c)
kebisingan penduduk/permukiman. Semua kebisingan tersebut dapat menghasilkan
kerusakan fisik dan psikologis. Kebisingan lalu lintas adalah konstan dan menyebar luas,
karena itu menimbulkan masalah-masalah yang lebih serius.
Pada umumnya kecepatan kendaraan yang lebih tinggi akan menghasilkan tingkat
kebisingan yang lebih tinggi pula, dan permukaan jalan yang makin kasar juga akan
menghasilkan kebisingan yang makin tinggi. Bunyi yang paling keras ditimbulkan di
daerah persimpangan (intersection area) dengan adanya kendaraan yang berhenti atau
mengerem, serta kendaraan yang mulai berjalan.
BAB III
PEMBAHASAN

Dalam model pencemaran lingkungan ini hanya diambil beberapa parameter


pencemaran udara dan kebisingan. Parameter pencemaran udara yang diambil adalah
untuk 5 jenis pencemar, yaitu: Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Oksida (NOx),
Hidrokarbon (HC), Sulfur Dioksida (SO2), dan Partikel (SPM).
3.1 Kadar Pencemar Udara Cox
Pada tahun pelaksanaan kebijakan transportasi (2014), kadar pencemar udara COx
masih jauh dibawah baku mutu yang telah ditentukan . Pada tahun pelaksanaan kebijakan
transportasi (tahun 2014), kadar NOx yang semula berada di atas baku mutu turun drastis
sehingga berada di bawah baku mutu. Pada tahun-tahun berikutnya kada NOx naik
kembali, tapi sampai tahun 2040 kadar NOx masih di bawah baku mutu.
3.2 Kadar Pencemar Udara HC
Pencemar Udara Hidrocarbon (HC) adalah satu satunya pencemar udara yang
konsentrasinya masih tetap berada di atas baku mutu yang ditetapkan (Gambar 5), namun
pengurangan konsentrasi pencemar HC setelah pemberlakuan kebijakan transportasi
(tahun 2014) cukup signifikan.
3.3 Kadar Pencemar Udara Sox
Kadar pencemar SOx masih jauh di bawah baku mutu yang ditetapkan, baik
sebelum penerapan kebijakan maupun setelah penerapan kebijakan.
3.4 Kadar Pencemar Udara SPM
Kadar/konsentrasi SPM juga masih jauh di bawah baku mutu yang telah ditentukan
3.5 Tingkat Kebisingan dan Indeks Kualitas Udara
Tingkat kebisingan yang terjadi di lingkungan jalan akses ke perumahan masih
dalam batas-batas yang diijinkan (Gambar 8). Sebagaimana diketahui, baku mutu tingkat
kebisingan ada 2 (dua) kriteria yaitu batas maksimum yang diperkenankan (60dBA) dan
batas maksimum yang diinginkan (45dBA).
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pencemaran suatu kawasan
terminal tidak hanya ditentukan oleh derajat kejenuhan jaringan jalan atau volume lalu
lintas yang tinggi, tetapi ada faktor lain yang memengaruhinya.

Anda mungkin juga menyukai