Anda di halaman 1dari 35

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENCEMARAN UDARA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2012

BTKL PP KELAS I PALEMBANG DIREKTORAT JENDERAL PP & PL KEMENTERIAN KESEHATAN RI

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1 A. B. C. Latar Belakang.........................................................................1 Tujuan .....................................................................................2 Manfaat ...................................................................................3

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA ........................................................................4 A. B. C. Karakteristik Bahan Pencemar Udara .......................................4 Sumber Pencemar Udara ..........................................................7 Dampak Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan dan 9

Lingkungan

BAB III METODE .........................................................................................18 A. B. Lokasi dan Metode Sampling ...................................................18 Metode Pengambilan dan Pengujian Contoh Uji ......................19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................20 A. B. C. Identifikasi Kualitas Udara Kota Palembang ............................20 Identifikasi Faktor Risiko Gangguan Kesehatan .......................25 Teknik Pengendalian Dampak Pencemaran Udara....................27

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................32 A. B. Kesimpulan..............................................................................32 Saran .......................................................................................33

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Lingkungan yang sehat merupakan salah satu target utama pemerintah di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukung bagi kehidupan mahluk hidup secara optimal. Pertumbuhan pembangunan Kota Palembang khususnya di sektor industri dan transportasi disamping memberikan dampak positif, disisi lain juga memberikan dampak negatif dimana salah satunya berupa pencemaran udara dan kebisingan baik yang terjadi di dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor). Diperkirakan pencemaran udara dan kebisingan akibat kegiatan industri dan kendaraan bermotor telah meningkat 2 kali pada tahun 2000 dari kondisi tahun 1990 dan 10 kali pada tahun 2020. Sejalan dengan itu pertumbuhan pada sektor transportasi, yang diproyeksikan sekitar 6 - 8% per tahun, pada kenyataannya tahun 1999 pertumbuhan jumlah kendaraan di kota besar hampir mencapai 15% per tahun. Dengan menggunakan proyeksi 6 - 8% maka penggunaan bahan bakar di Indonesia diperkirakan sebesar 2,1 kali konsumsi tahun 1990 pada tahun 1998, sebesar 4,6 kali pada tahun 2008 dan 9,0 kali pada tahun 2018 (World Bank, 1993 cit KLH, 1997). Pada tahun 2020 setengah dari jumlah penduduk Indonesia akan menghadapi permasalahan pencemaran udara perkotaan, yang didominasi oleh emisi dari kendaraan bermotor. Pembakaran bahan bakar fosil untuk pemanasan di rumah tangga, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor, proses-proses industri dan penanganan limbah padat dengan pembakaran merupakan sumber utama penghasil bahan pencemar udara di daerah perkotaan.Pertumbuhan sektor industri dan transportasi pada umumnya juga berdampak pada pertumbuhan penduduk kota. Jika hal ini terjadi tanpa terkendali, maka akan mengarah kepada kebutuhan enegi yang lebih besar dan tentunya akan menghasilkan pembuangan limbah/zat pencemar yang lebih banyak pula.

Saat ini dampak polusi udara semakin hari terasa semakin parah saja. Di siang hari suhu udara di muka bumi seakan semakin panas dari hari ke hari. Atmosfer yang terkontaminasi di luar batas toleransi, menyebabkan berbagai dampak polusi udara khususnya masalah kesehatan pernafasan pada manusia. Isu mengenai dampak lingkungan akibat transportasi merupakan isu yang telah muncul sejak ditemukannya kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil. Data lingkungan yang ada menunjukkan bahwa sektor transportasi umumnya berkontribusi sekitar 23% dari emisi gas CO (carbon monoxide/green house gas) dan tumbuh lebih cepat dari penggunaan energi di sektor lainnya. Perkembangan jumlah kendaraan bermotor di perkotaan yang sangat pesat di era 90an diduga terkait dengan kecenderungan terjadinya urban sprawl yang tidak diikuti dengan penyediaan sistem angkutan umum yang memadai sehingga menyebabkan ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan pribadi. Berbagai studi menuding bahwa transportasi yang tidak terkendali telah mengakibatkan penurunan kualitas kehidupan perkotaan seperti menurunnya tingkat kesehatan masyarakat, buruknya kualitas udara perkotaan, meningkatnya korban kecelakaan lalulintas, meningkatnya tekanan kejiwaan akibat kemacetan dan berkurangnya aktivitas fisik seseorang karena lebih banyak di kendaraan. Sistem transportasi perkotaan yang didominasi oleh penggunaan kendaraan pribadi telah terbukti mengkonsumsi energi yang berlebihan, mengganggu kondisi kesehatan masyarakat, dan tingkat pelayanan yang terus menurun walaupun dengan investasi yang terus bertambah. Kondisi ini harus mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Kota Palembang karena perubahan komposisi udara pada level tertentu dapat membahayakan kesehatan manusia dan menjadi media penyebaran penyakit. Oleh karena itu, pengawasan kualitas udara harus menjadi bagian terintegrasi di dalam program pemerintah, baik sebagai bagian program kesehatan maupun lingkungan.

B. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk menganalisis kualitas udara ambient di Kota Palembang dan faktor risiko potensial gangguan kesehatan masyarakat.
2

2.

Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui konsentrasi pencemar udara SO2, CO, NO2, TSP, Pb dan HC. b. Untuk mengetahui titik-titik rawan pencemaran udara di Kota Palembanvg. c. Untuk mengetahui potensi penyakit akibat pencemaran udara perkotaan.

C. Manfaat Dapat memberikan informasi mengenai kualitas udara ambient di Kota Palembang.

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

A. Karakteristik Bahan Pencemar Udara 1. Sulfur Dioksida (SO2) Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), dan keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah terbakar diudara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif. Pembakaran bahan-bahan yang mengandung Sulfur akan menghasilkan kedua bentuk sulfur oksida, tetapi jumlah relatif masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia. Di udara SO2 selalu terbentuk dalam jumlah besar. Jumlah SO3 yang terbentuk bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx. Mekanisme pembentukan SOx dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi sebagai berikut : S + O2 < --------- > SO2 2 SO2 + O2 < --------- > 2 SO3 SO3 di udara dalam bentuk gas hanya mungkin ada jika konsentrasi uap air sangat rendah. Jika konsentrasi uap air sangat rendah. Jika uap air terdapat dalam jumlah cukup, SO3 dan uap air akan segera bergabung membentuk droplet asam sulfat (H2SO4 ) dengan reaksi sebagai berikut : SO3 + H2O ------------ > H2SO4 Komponen yang normal terdapat di udara bukan SO3 melainkan H2SO4 Tetapi jumlah H2SO4 di atmosfir lebih banyak dari pada yang dihasilkan dari emisi SO3 hal ini menunjukkan bahwa produksi H2SO4 juga berasal dari mekanisme lainnya. Setelah berada diatmosfir sebagai SO2 akan diubah menjadi SO3 (Kemudian menjadi H2SO4) oleh proses-proses fotolitik dan katalitik Jumlah SO2 yang teroksidasi menjadi SO3 dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk jumlah air yang tersedia, intensitas, waktu dan distribusi spektrum
4

sinar matahari, Jumlah bahan katalik, bahan sorptif dan alkalin yang tersedia. Pada malam hari atau kondisi lembab atau selama hujan SO2 di udara diaborpsi oleh droplet air alkalin dan bereaksi pada kecepatan tertentu untuk membentuk sulfat di dalam droplet.

2.

Karbon Monoksida (CO) Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senjawa karbon

monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna. Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Tidak seperti senyawa CO mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin.

3.

Nitrogen Dioksida (NO2) Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di

atmosfir yang terdiri dari nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara. Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau sebaliknya nitrogen dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam. Nitrogen monoksida terdapat diudara dalam jumlah lebih besar daripada NO2. Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen diudara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen membentuk NO2. Udara terdiri dari 80% Volume nitrogen dan 20% Volume oksigen. Pada suhu kamar, hanya sedikit kecendrungan nitrogen dan oksigen untuk bereaksi satu sama lainnya. Pada suhu yang lebih tinggi (diatas 1210C) keduanya dapat bereaksi membentuk NO dalam jumlah banyak sehingga mengakibatkan pencemaran udara. Dalam proses pembakaran, suhu yang digunakan biasanya mencapai 1210 1.765 C, oleh karena itu reaksi ini

merupakan sumber NO yang penting. Jadi reaksi pembentukan NO merupakan hasil samping dari proses pembakaran.

4.

Total Suspended Particulate (TSP) Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM)

merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayanglayang di udara dan masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Selain dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan, partikel debu juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan juga mengadakan berbagai reaksi kimia di udara. Partikel debu SPM pada umumnya mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda, dengan berbagai ukuran dan bentuk yang berbada pula, tergantung dari mana sumber emisinya. Karena Komposisi partikulat debu udara yang rumit, dan pentingnya ukuran partikulat dalam menentukan pajanan, banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan partikulat debu di udara. Beberapa istilah digunakan dengan mengacu pada metode pengambilan sampel udara seperti : Suspended Particulate Matter (SPM), Total Suspended Particulate (TSP), black smoke.

5.

Timah Hitam (Pb) Timah hitam (Pb) merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan

atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5C dan titik didih 1.740C pada tekanan atmosfer. Senyawa Pb-organik seperti Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil merupakan senyawa yang penting karena banyak digunakan sebagai zat aditif pada bahan bakar bensin dalam upaya meningkatkan angka oktan secara ekonomi. PB-tetraetil dan Pb tetrametil berbentuk larutan dengan titik didih masing-masing 110C dan 200C. Karena daya penguapan kedua senyawa tersebut lebih rendah dibandingkan dengan daya penguapan unsur-unsur lain dalam bensin, maka penguapan bensin akan cenderung memekatkan kadar P-tetraetil dan Pb6

tetrametil. Kedua senyawa ini akan terdekomposisi pada titik didihnya dengan adanya sinar matahari dan senyawa kimia lain diudara seperti senyawa holegen asam atau oksidator.

6.

Hidrokarbon (HC) Struktur Hidrokarban (HC) terdiri dari elemen hidrogen dan korbon dan

sifat fisik HC dipengaruhi oleh jumlah atom karbon yang menyusun molekul HC. HC adalah bahan pencemar udara yang dapat berbentuk gas, cairan maupun padatan. Semakin tinggi jumlah atom karbon, unsur ini akan cenderung berbentuk padatan. Hidrokarbon dengan kandungan unsur C antara 1 - 4 atom karbon akan berbentuk gas pada suhu kamar, sedangkan kandungan karbon diatas 5 akan berbentuk cairan dan padatan. HC yang berupa gas akan tercampur dengan gas-gas hasil buangan lainnya. Sedangkan bila berupa cair maka HC akan membentuk semacam kabut minyak, bila berbentuk padatan akan membentuk asap yang pekat dan akhirnya menggumpal menjadi debu. Berdasarkan struktur molekulnya, hidrokarbon dapat dibedakan dalam 3 kelompok yaitu hidrokarban alifalik, hidrokarbon aromatik dan hidrokarbon alisiklis. Molekul hidrokarbon alifalik tidak mengandung cincin atom karbon dan semua atom karbon tersusun dalam bentuk rantai lurus atau bercabang.

B. Sumber Pencemar Udara Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dll. Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.Secara detail, sumber-sumber pencemar udara dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini :

No. 1.

Parameter SO2

Tabel 2.1 Sumber Pencemar Udara Sumber Pencemar Sumber Tidak Bergerak Sumber alam seperti vulkano, pembakaran di rumah tangga dan proses-proses industri, terutama industri peleburan baja. Kendaraan bermotor. Pegunungan, kebakaran hutan, pembakaran batubara dan minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik, asap rokok dan pembakaran tungku dapur rumah tangga. Kendaraan bermotor. Produksi energi dan pembuangan sampah. Kepadatan kendaraan Debu tanah kering yang terbawa bermotor oleh angin atau berasal dari muntahan letusan gunung berapi penggunaan mesin disel pembakaran batu bara yang tidak sempurna proses industri seperti proses penggilingan dan penyemprotan, dapat menyebabkan abu berterbangan di udara. Kendaraan bermotor. Penambangan dan peleburan batuan Pb, peleburan Pb sekunder, penyulingan dan industri senyawa dan barang-barang yang mengandung Pb, insinerator, penggunaan pipa air yang mengandung Pb di rumah tangga serta rumah tua yang masih menggunakan cat yang mengandung Pb. Kendaraan bermotor. Industri plastik, resin, pigmen, zat warna, pestisida dan pemrosesan karet proses biologi aktivitas geothermal seperti explorasi dan pemanfaatan gas alam dan minyak bumi pembuangan sampah, kebakaran hutan. Sumber Bergerak Kendaraan bermotor.

2.

CO

3. 4.

NO2 TSP

5.

Pb

6.

HC

C. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan dan Lingkungan 1. Gangguan Kesehatan Kualitas udara yang layak harus tersedia untuk mendukung terciptanya kesehatan masyarakat. Standar tentang batas-batas pencemar udara secara kuantitatif diatur dalam baku mutu udara ambient dan baku mutu emisi. Berbagai polutan udara dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi manusia dan makhluk hidup lain antara lain : a. Karbon monoksida Gas CO yang terhirup dapat bereaksi dengan hemoglobin pada sel darah merah seningga menghalangi pengangkutan oksigen yang sangat dibutuhkan tubuh. Efek yang ditimbulkan diantaranya adalah pusing, sakit kepala, rasa mual, ketidaksadaran (pingsan), kerusakan otak, dan kematian. Gas CO yang terhirup dapat pula berdampak pada kulit dan menyebabkan masalah jangka panjang pada penglihatan. Tabel 2.1 Konsentrasi CO dan Gangguan yang Ditimbulkan Konsentrasi CO Konsentrasi COHb Gangguan pada tubuh di udara (ppm) dalam darah (%) 3 0,98 Tidak ada 5 1,30 Belum begitu terasa 10 2,10 Gangguan sistem saraf sentral 20 3,70 Gangguan panca indra 40 6,90 Gangguan fungsi jantung 60 10,10 Sakit kepala 80 13,30 Sulit bernafas 100 16,50 Pingsan - kematian b. Sulfur oksida, nitrogen oksida dan ozon Gas sulfur oksida, nitrogen oksida, dan ozon pada konsentrasi rendah dapat menyebabkan iritasi mata dan saluran pernapasan. Menghirup ketiga gas tersebut dalam waktu cukup lama dapat menyebabkan gangguan pernapasan kronis seperti bronkitis, amfisema, dan asma. Penyakit-penyakit ini umumnya ditandai dengan kesulitan bernapas (sesak) akibat kerusakan organ pernapasan. Gas-gas ini juga dapat memperparah gagguan pernapasan yang sedang diderita seseorang.
9

Sulfur oksida dan ozon dapat membahayakan kehidupan tumbuhan karena beersifat racun bagi tumbuhan. Polutan SOx mempunyai pengaruh terhadap manusia dan hewan pada konsentrasi jauh lebih tinggi dari pada yang diperlukan untuk merusak tanaman. Kerusakan pada tanaman terjadi pada konsentrasi sebesar 0,5 ppm, sedangkan konsentrasi yang berpengaruh terhadap manusia seperti pada table berikut : Tabel 2.2 Konsentrasi SOx dan Pengaruhnya Terhadap Manusia Konsentrasi SOx Pengaruh Terhadap Manusia (ppm) 3-5 Dapat dideteksi dari baunya 8 - 12 Mengakibatkan iritasi tenggorokan 20 Mengakibatkan iritasi mata, batuk. Merupakan kadar maksimum yang diperbolehkan untuk kontak dalam waktu lama. 50 - 100 Merupakan kadar maksimum yang diperbolehkan untuk kontak dalam waktu singkat 400 500 Berbahaya meskipun kontak secara singkat Oksida nitrogen memiliki dua macam bentuk yaitu NO dan NO2. Penelitian terhadap aktivitas mortalitas kedua komponen tersebut menunjukkan NO2 empat kali lebih beracun dari pada NO, tetapi No pada konsentrasi udara ambient yang normal NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang lebih beracun terutama terhadap paru-paru. Oksidan fotokimia seperto ozon dapat menyebabkan iritasi pada mata. Kontak dengan ozon pada konsentrasi 1,0 - 3,0 ppm selama 2 jam mengakibatkan pusing yang berat dan kehilangan koordinasi pada beberapa orang yang sensitive. Kontak dengan ozon pada konsentrasi sekitar 3,0 ppm selama beberapa waktu mengakibatkan edema pulmonary pada kebanyakan orang.

c. Materi partikulat Materi-materi partikulat yang banyak terdapat di area pabrik, konstruksi bangunan, dan pertambangan seperti serbuk batu bara, serbuk kapas, serbuk
10

kuarsa, dan serat asbes, dapat menyebabkan penyakit paru-paru. Tingkat keparahan penyakit dapat beragam, mulai dari peradangan sampai pembentukan tumor paru-paru. Pada umumnya udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan bebagai macam penyakit saluran pernapasan atau pneumoconiosis. Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam paru-paru. Partikel yang berukuran kurang dari 5 mikron tertahan di saluran pernapasan bagian atas, partikel berukuran 3 - 5 mikron akan tertahan pada saluran pernapasan bagian tengah, sedangkan partikel yang berukuran 1 - 3 mikron akan masuk ke dalam kantung udara paru-paru kemudian menempel pada alveoli. Partikel yang kurang dari 1 mikron akan ikut keluar saat napas dihembuskan. Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah kegiata indutri dan teknologi antara lain : 1) Silikosis Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silica bebas, berupa SiO2 yang terhisap masuk ke paru-paru, kemudian mengendap dengan masa inkubasi sekitar 2 - 4 tahun. Penyakit silikosis ditandai dengan sesak napas yang disertai batuk namun seringkali tidak disertai dahak. Bila silikosis sudah pada stadium berat, sesak napas akan semakin parah, kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan mengakibatkan kegagalan kerja jantung. 2) Asbestosis Penyakit asbestosis disebabkan oleh debu atau serat asbes, yaitu campuran dari berbagai macam silikat terutama magnesium silikat. Gejala yang ditunjukkan berupa sesak napas dan batuk dengan dahak. Pemeriksaan pada dahak akan menunjukkan adanya debu asbes dalam dahal tersebut. Ujungujung jari penderitanya akan tampak membesar atau melebar. 3) Bisinosis Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh serat kapas. Masa inkubasinya yaitu sekitar 5 tahun, dengan tanda-tanda awal
11

berupa sesak napas dan terasa berat pada dada. Pada bisinosis tingkat lanjut atau berat, biasanya diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema. 4) Antrakosis Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu batu bara. Masa inkubasi debu di saluran pernapasan antara 2 - 4 tahun. Karena pada debu batu bara terkadang juga terdapat debu silikat, penyakit antrakosis juga sering disertai dengan penyakit silikosis sehingga disebut silikoantrakosis. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu: a) Antrakosis murni b) Silikoantrakosis c) Tuberkolosilikoantrakosis 5) Beriliosis Beriliosis disebabkan oleh debu logam, baik berupa logam murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida. Debu logam dapat menyebabkan nesoparingitis, bronchitis, dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak napas. Penyakit beriliosis banyak timbul pada pekerja industry yang menggunakan logam campuran berilium, tembaga, seng, mangan, pada pekerja pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio, dan pengolahan bahan penunjang industry nuklir, dengan masa inkubasi 5 tahun. Penyakit beriliosis ditandai dengan gejala mudah lelah, berat badan yang menurun dan sesak napas. Materi partikulat lain yang dapat membahayakan kesehatan adalah timbal. Timbal sangat beracun (toksik) dan dapat terakumulasi dalam tubuh, serta menyerang berbagai sistem tubuh, seperti sistem pencernaan dan sistem saraf, fungsi jantung dan ginjal. Anak-anak lebih rentan terhadap efek timbal dibandingkan orang dewasa. Timbal dapat menyebabkan keterbelakangan mental pada anak-anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa timbal dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada hewan.

12

d. Asap rokok Asap rokok mengandung berbagai zat berbahaya seperti benzo--pyrene dan formaldehid yang berpotensi menimbulkan bermacam-macam penyakit seperti ganggua pernapasan, penyakit jantung dan kanker paru-paru.

e. Zat-zat penyebab kanker zat-zat penyebab kanker antara lain kloroform, para-diklorobenzena, tetrakloroetilen, trikloroetan, dan radioaktif (misalnya radon). Zat-zat tersebut umumnya merupakan jenis polutan udara di dalam ruangan (indoor air pollutans).

f. Suara Kontak dengan suara bising dalam waktu lama dapat menyebabkan kerusakan organ pendengaran yang bersifat permanen (tuli). Suara yang dikategorikan menimbulkan kebisingan berkekuatan di atas 50 dB. Gangguan yang timbul terutama pada system pendengaran, sedangkan gangguan lain diantaranya : a) Ketegangan yang pada akhirnya menyebabkan sulit tidur b) Perubahan tekanan darah c) Perubahan denyut nadi d) Dapat mengganggu janin dalam kandungan e) Kontraksi perut f) Gangguan jantung g) Gangguan ingatan h) Gangguan kejiwaan, strees bahkan gila serta penyakit-penyakit lain.

g.

Bahan radioaktif Polusi bahan radioaktif berasal dari debu radioaktif yang berasal dari ledakan bom dan reactor atom. Bahaya radiasi yang ditimbulkan oleh , , , serta partikel neutron hasil pembelahan inti. Dampak polusi bahan radioaktif, antara lain:

13

1) Terjadinya perubahan struktur zat dan pola reaksi kimia sehingga dapat merusak sel tubuh 2) Penurunan kemampuan otak 3) Penurunan sel darah putih sehingga daya tahan tubuh menurun 4) Kehilangan nafsu makan 5) Turunnya berat badan 6) Diare dan demam 7) Peningkatan denyut jantung 8) Pusing-pusing 9) Kanker darah (leukemia) 10) Kanker tulang akibat konsentrasi Sr dalam tulang yang mengandung Ca.

2. Asbut Istilah asbut (asap kabut) di adaptasi dari bahasa Inggris smog (smoke dan fog). Istilah ini muncul sekitar awal abad ke-20, ketika asap dan kabut tebal tampak di kota London akibat revolusi industri di kota tersebut. Berdasarkan jenis polutan penyebabnya, asbut dapat dibedakan menjadi asbut industri dan asbut fotokimia. Polutan utama penyebab asbut industri adalah sulfur oksida dan materi partikulat yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil oleh industri, warnanya tampak keabuan. Asbut ini sering terlihat keluar dari cerobong asap pabrik. Polutan utama penyebab asbut fotokimia adalah nitrogen oksida yang berasal dari kendaraan bermotor dan hidrokarbon yang berasal dari berbagai sumber. Kedua polutan ini akan mengalami reaksi fotokimia membentuk ozon. Ozon tersebut dapat bereaksi dengan berbagai polutan udara lainnya membentuk ratusan jenis polutan sekunder yang membahayakan kesehatan. Nitrogen oksida menyebabkan asbut fotokimia tampak berwarna kecoklatan. Asbut ini sering terlihat di langit kota-kota besar, seperti Jakarta.Asbut dapat mengganggu penglihatan sehingga menghambat berbagai aktivitas manusia, seperti penerbangan. Selain itu, asbut juga mengganggu pernapasan sehingga dapat menyebabkan kematian. Contoh akibat asbut yang fatal adalah asbut
14

industri yang terjadi pada tahun 1952 di kota London, yang menyebabkan kematian 12.000 orang. Di Indonesia, kasus asbut cukup sering terjadi, misalnya akibat kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatra atau karena banyaknya pabrik dan kendaraan bermotor di kota-kota besar.

3. Hujan Asam Hujan sebenarnya secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah enam) karena CO2 dengan uap air di udara membentuk asam lemah yang bermanfaat untuk melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan hewan. Namun berbagai polutan udara dapat meningkatkan keasaman air hujan, sehingga disebut hujan asam. Hujan asam didefinisikan sebagai hujan dengan pH di bawah 5,6. Polutan yang menyebabkan hujan asam adalah nitrogen oksida dan sulfur dioksida. Zat-zat ini di atmosfer akan bereaksi dengan uap air, membentuk asam sulfat, asam nitrat, dan asam nitrit yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan. Dampak dari hujan asam di antaranya adalah sebagai berikut : a. Mempengaruhi kualitas air permukaan bagi biota yang hidup di dalamnya. Suatu penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang erat antara penurunan pH dengan penurunan populasi ikan dan biota air lainnya di perairan. b. Merusak tanaman. Hujan asam dapat merusak jaringan tanaman sehingga menghambat pertumbuhannya dan dapat menyebabkan kematian. c. Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan. Air yang tercemar logam berat jika dikonsumsi dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan. d. Bersifat korosif, sehingga merusak berbagai bahan logam seperti mobil dan pagar, monumen dan patung atau komponen bangunan. e. Menyebabkan penyakit pernapasan f. Pada ibu hamil, dapat menyebabkan bayi lahir prematur dan meninggal.

15

4. Pemanasan Global Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya suhu rata-rata bumi, akibat efek rumah kaca. Efek rumah kaca merupakan peristiwa tertahannya atau terperangkapnya panas matahari di lapisan atmosfer bumi bagian bawah oleh gasgas rumah kaca yang membentuk lapisandi atmosfer. Gas-gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global meliputi berbagai polutan udara, seperti : a. Karbondioksida (CO2) b. Metan (CH4) c. Nitrat oksida (N2O) d. Hidrofluorokarbon (HFC) e. Klorofluorokarbon (CFC) Terjadinya peningkatan suhu bumi akan mengakibatkan mencairnya es di kutub dan meningkatkan suhu air laut. Dampak lebih lanjut antara lain: a. Menambah volume air laut sehingga permukaan air laut akan naik. b. Menimbulkan banjir di daerah pantai. c. Dapat menenggelamkan pulau-pulau da kota-kota besar yang berada di tepi laut. d. Meningkatkan penyebaran penyakit menular. e. Curah hujan di daerah yang beriklim tropis akan lebih tinggi dari normal f. Tanah akan lebih cepat kering, walaupun sering terkena hujan. Kekeringan akan mengakibatkan banyak tanaman mati sehingga di beberapa tempat dapat mengalami kekurangan makanan. g. Akan terjadi angin besar di berbagai tempat. h. Berpindahnya hewan ke daerah yang lebih dingin. i. Musnahnya hewan dan tumbuhan, termasuk manusia yang tidak mampu berpindah atau beradaptasi dengan suhu yang lebih tinggi. Meningkatnya suhu global juga diperkirakan akan ekstrim serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. menyebabkan perubahan-perubahan lain, seperti meningkatnya intensitas kejadian cuaca yang

16

5. Penipisan Ozon Di Lapisan Stratosfer Sejumlah senyawa polutan yang dapat menghancurkan ozon sehingga jumlahnya berkurang adalah senyawa yang mengandung unsur klorin (Cl) dan bromin (Br). Contohnya adalah klorofluorokarbon (CFC), yang berasal terutama dari aerosol, lemari pendingin dan pendingin udara (AC). Contoh senyawa lain adalah metil bromida yang dapat ditemukan dalam pestisida dan metil kloroform serta karbon tetraklorida yang banyak digunakan sebagai pelarut di industri. Penipisan lapisan ozon menyebabkan sebagian besar radiasi sinar UV terpancar ke permukaan bumi. Sinar UV memiliki dampak yang buruk terhadap makhluk hidup, diantaranya menimbulkan mutasi, kanker kulit, penyakit pada tumbuhan, dan pada akhirnya menurunkan populasi makhluk hidup. Penelitian menunjukkan bahwa penuruna populasi fitoplankton dan ikanikan di perairan antartika berhubungan langsung dengan penipisan ozon tersebut.

17

BAB 3 METODE

A. Lokasi dan Metode Sampling Pemantauan kualitas udara ambient Kota Palembang dilakukan pada tanggal 21 23 Mei 2012. Pengukuran kualitas udara ambient dilakukan di 21 titik strategis. Pengambilan contoh uji udara dilakukan secara purposive sampling. Pemilihan titik sampling ditetapkan berdasarkan potensi pencemaran udara. Dalam hal ini, yang menjadi dasar pertimbangan adalah lokasi yang padat dengan tingkat mobilitas tinggi. Sampel diambil secara grap (selama1 jam pengukuran) untuk semua parameter. Adapun lokasi sampling tersebut adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. RS. Jiwa Simpang Palembang Indah Mall Pasar Cinde Simpang Sekip Simpang Air Mancur Simpang Polda Taman Makam Pahlawan RSMH Simpang RS. Charitas

10. Garuda Dempo 11. Punti Kayu 12. Simpang Bandara 13. Simpang Patal Golf 14. Simpang Lemabang 15. Simpang Pusri 16. Depan BKKBN 17. Simpang Poligon 18. Simpang Musi 2 19. Stasiun Kertapati 20. Simpang Hoktong 21. Jakabaring Stadium
18

B. Metode Pengambilan dan Pengujian Contoh Uji Pengambilan contoh uji udara dilakukan oleh Tim Pemantauan Kualitas Lingkungan BTKL PP Kelas I Palembang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Palembang. Pemeriksaan parameter uji contoh udara sebagian dilakukan langsung di lapangan dan sebagian lagi di Laboratorium Fisika Kimia Gas dan Udara BTKL PP Kelas I Palembang. Selanjutnya, contoh uji udara diuji dengan metode sebagaimana tertera dalam Tabel 3.1 berikut ini :

Tabel 3.1 Metode Pengujian Contoh Uji Udara No. Parameter Satuan Baku Mutu Metode Uji 1. Sulfur Dioksida g/Nm/1 jam 900 SNI 19-7119.7(SO2) 2005 2. Karbon Monoksida g/Nm/1 jam 30.000 NDIR (CO) g/Nm/1 jam 400 SNI 19-7119.23. Nitrogen Dioksida 2005 (NO2) 4. TSP g/Nm/24 jam 230 SNI 19-7119.32005 5. Hidrokarbon g/Nm/24 jam 160 Flame Ionization Detector (FID) 6. Pb g/Nm/24 jam 2 SNI 19-7119.42005 Sumber : Laboratorium Fisika Kimia Gas dan Udara, 2012

19

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi Kualitas Udara Kota Palembang Pemeriksaan kualitas udara ambient yang telah dilakukan di 21 titik menunjukkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Kualitas udara Ambient Kota Palembang


No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Titik Sampling RS. Jiwa Simpang PIM Pasar Cinde Simpang Sekip Simpang Air Mancur Simpang Polda Taman Pahlawan RSMH Simpang RS. Charitas Garuda Dempo Punti Kayu Simpang Bandara Simpang Patal - Golf Simpang Lemabang Simpang Pusri Depan Bkkbn Simpang Poligon Simpang Musi 2 Stasiun Kertapati Simpang Hoktong Jakabaring Stadium Parameter Pencemar SO CO NO TSP Pb 189,0 6.571,4 92,3 104,2 <0,0015 187,4 4.571,4 90,9 108,3 <0,0015 269,9 8.000,0 122,8 129,2 <0,0015 211,6 5.714,3 102,0 104,2 0,2746 270,9 3.387,1 132,9 154,2 0,1385 266,8 9.142,9 118,9 95,8 0,0825 273,2 19.428,6 133,2 145,8 0,0834 191,3 5.714,3 98,3 100,0 0,0024 258,8 8.000,0 143,5 137,5 <0,0015 219,2 6.857,1 106,7 112,5 0,0019 216,1 8.000,0 104,7 91,7 <0,0015 226,5 4.571,4 120,8 141,7 0,0600 179,3 6.857,1 85,5 137,5 <0,0015 206,9 2.332,6 100,2 129,5 <0,0015 158,1 2.255,4 73,9 187,5 0,0972 157,9 3.348,6 73,1 136,5 <0,0015 216,9 2.285,7 105,1 125,0 <0,0015 215,4 2.185,4 104,8 103,8 <0,0015 219,8 3.428,6 106,5 120,8 <0,0015 190,8 12.571,4 97,1 116,7 <0,0015 163,3 3.418,6 79,8 91,7 <0,0015 HC 8,2 10,4 10,3 10,4 10,3 8,2 9,3 10,3 10,2 8,2 9,2 10,2 10,4 9,3 10,2 8,2 8,2 10,2 10,3 10,3 4,1

Sumber : Laboratorium Fisika Kimia Gas dan Udara, 2012

Dari data di atas diperoleh gambaran mengenai kualitas udara ambient Kota Palembang sebagai berikut : 1. Sulfur Dioksida (SO2) Konsentrasi tertinggi SO2 tercatat pada pengukuran di Taman Makam Pahlawan. Di titik ini konsentrasi SO2 mencapai 273,2 g/Nm3/jam. Meskipun di titik ini konsentrasi SO2 tergolong tinggi namun masih berada di bawah baku mutu

20

lingkungan, yaitu 900 g/Nm3/jam. Hasil pengukuran SO2 selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini :

Gambar 4.1 Hasil Pengukuran SO2 2. Karbon Dioksida (CO) Konsentrasi tertinggi CO tercatat pada pengukuran di lokasi Taman Makam Pahlawan. Konsentrasi CO di titik ini sebesar 19.428,6 g/Nm3/jam. Meskipun tergolong tinggi, namun hasil ini masih jauh di bawah baku mutu lingkungan yang berada pada angka 30.000 g/Nm3/jam. Berikut ini gambaran konsentrasi CO di udara ambient pada 21 titik pengukuran :

Gambar 4.2 Hasil Pengukuran CO

21

3.

Nitrogen Dioksida (NO2) Konsentrasi tertinggi NO2 tercatat pada pengukuran Simpang RS. Charitas, yaitu mencapai 143,5 g/Nm3/jam. Meskipun konsentrasi NO2 tersebut tergolong tinggi, namun angka ini masih di bawah baku mutu lingkungan, yaitu 400 g/Nm3/jam. Hasil pengukuran NO2 selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini :

Gambar 4.3 Hasil Pengukuran NO2 4. Total Suspended Particulate (TSP) Hasil pengukuran TSP di 21 titik sampling menunjukkan angka pada kisaran 91,7 187,5 g/Nm3/24 jam. Konsentrasi tertinggi TSP tercatat pada pengukuran di Simpang Pusri. Konsentrasi TSP sebesar 187 g/Nm3/24 jam di titik ini masih jauh di bawah baku mutu lingkungan yang mencapai 230 g/Nm3/24 jam. Pada gambar 4.4 di bawah ini dapat dilihat konsentrasi TSP di udara ambient pada 21 titik pengukuran.

22

Gambar 4.4 Hasil Pengukuran TSP

5.

Timah Hitam (Pb) Berdasarkan hasil pengukuran di 21 titik, konsentrasi tertinggi Pb tercatat pada pengukuran di Simpng Sekip. Di titik ini, konsentrasi Pb mencapai 0,2746 g/Nm3/24 jam. Hasil pengukuran Pb selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut ini :

Gambar 4.5 Hasil Pengukuran Pb

6.

Hidrokarbon (HC) Konsentrasi yang tercatat pada pengukuran Simpang Palembang Indah Mall, Simpang Sekip dan Simpang Patal Golf tergolong cukup tinggi yaitu sebesar

23

10,4 g/Nm3/24 jam. Gambaran konsentrasi HC di udara ambient pada 21 titik pengukuran adalah sebagai berikut :

Gambar 4.6 Hasil Pengukuran HC

Berdasarkan hasil pengukuran di atas, terlihat bahwa kualitas udara di Kota Palembang relatif cukup baik. Hasil pengukuran di 21 titik sampling menunjukkan bahwa semua parameter pencemar udara memiliki konsentrasi di bawah nilai baku mutu lingkungan. Dengan kata lain, meskipun terdapat kandungan pencemar udara, namun secara umum kualitas udara ambient di Kota Palembang masih berada pada level aman. Namun demikian, mengingat pesatnya kemajuan Kota Palembang ke depan dan besarnya dampak perkembangan kota terhadap kualitas udara, maka dibutuhkan program pengendalian kualitas udara yang baik sehingga kondisi saat ini dapat dipertahankan atau bahkan diperbaiki. Untuk menyusun program pengendalian kualitas udara, maka yang harus menjadi pertimbangan utama adalah faktor-faktor yang mempengaruhi panyebaran dan transportasi dari zat-zat pencemar udara, yakni iklim dan cuaca, serta letak topografi daerah yang dikaitkan dengan penyebaran penduduk. Perlu diketahui pula bahwa pada kota-kota yang bersuhu relatif panas dimana sinar matahari cukup maksimal sepanjang tahun dan dengan kepadatan lalu lintas yang tinggi, cenderung

24

mudah terbentuknya jaringan ozon dan fotokimia oksidan lain dari emisi-emisi polutan. Masalah kependudukan, khususnya tingkat pertumbuhan penduduk juga tidak kalah pentingnya untuk segera ditangani. Jumlah penduduk yang terus meningkat dan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat maka akan mendorong terjadinya peningkatan permintaan kendaraan. Dengan demikian beban pencemar udara akan terus meningkat dari tahun ke tahun bersamaan dengan peningkatan jumlah kendaraan. Peningkatan jumlah kendaraan tersebut pada hampir semua daerah tidak diimbangi dengan peningkatan ruas jalan sehingga mendorong terjadinya peningkatan tingkat kemacetan lalu lintas. Dengan peningkatan tingkat kemacetan serta jumlah kendaraan mau tidak mau akan terjadinya peningkatan polusi udara dan polusi suara oleh sumber yang bergerak. Demikian pula halnya pembangunan infrastruktur ekonomi, terutama aktivitas industri secara langsung juga berpengaruh pada polusi udara. Terjadinya polusi udara juga diperparah oleh celah hukum (ketidaklengkapan/kurang sempurnanya perangkat hukum) yang dapat mendorong meningkatnya polusi. Dengan memahami rangkaian sebab-akibat di atas, maka Program Pengendalian Kualitas Udara dapat direncanakan dengan lebih terarah dan pengambilan keputusan menjadi lebih tepat.

B. Identifikasi Faktor Risiko Gangguan Kesehatan


Dampak pencemaran udara memberikan pengaruh yang sangat merugikan bagi kesehatan manusia, bukan saja dengan terhisap langsung, tetapi juga dengan cara-cara pemaparan lainnya seperti: meminum air yang terkontaminasi dan melalui kulit. Umumnya sebagian besar zat-zat polutan udara ini langsung mempengaruhi sistem pernafasan dan pembuluh darah. Meningginya angka kesakitan dan kematian dan adanya gangguan fungsi paru-paru dikaitkan dengan kenaikan konsentrasi zat SO2, TSP, NO2 dan HC yang juga mempengaruhi sistem pernafasan. Pemaparan yang akut dapat menyebabkan radang paru sehingga respon paru kurang permeabel, fungsi paru menjadi berkurang dan menghambat jalan udara. Pengaruh-pengaruh langsung dari polusi udara terhadap kesehatan manusia tergantung pada intensitas dan lamanya pemaparan, juga status kesehatan penduduk yang terpapar.
25

Pencemaran SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan, kerusakan pada tanaman terjadi pada kadar sebesar 0,5 ppm. Pengaruh utama polutan Sox terhadap manusia adalah iritasi sistim pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular. Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengan SO2, meskipun dengan kadar yang relatif rendah. Dampak dari CO bervasiasi tergangtung dari status kesehatan seseorang pada saat terpajan .Pada beberapa orang yang berbadan gemuk dapat mentolerir pajanan CO sampai kadar HbCO dalam darahnya mencapai 40% dalam waktu singkat. Tetapi seseorang yang menderita sakit jantung atau paru-paru akan menjadi lebih parah apabila kadar HbCO dalam darahnya sebesar 5 10%. Pengaruh CO kadar tinggi terhadap sistem syaraf pusat dan sistem kardiovaskular telah banyak diketahui. Namun respon dari masyarakat berbadan sehat terhadap pemajanan CO kadar rendah dan dalam jangka waktu panjang, masih sedikit diketahui. Misalnya kinerja para petugas jaga, yang harus mempunyai kemampuan untuk mendeteksi adanya perubahan kecil dalam lingkungannya yang terjadi pada saat yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya dan membutuhkan kewaspadaan tinggi dan terus menerus, dapat terganggu/ terhambat pada kadar HbCO yang berada dibawah 10% dan bahkan sampai 5% (hal ini secara kasar ekivalen dengan kadar CO di udara masing-masing sebesar 80 dan 35 mg/m3). NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru (edema pulmonari). Kadar NO2 sebesar 800 ppm akan mengakibatkan 100% kematian pada binatangbinatang yang diuji dalam waktu 29 menit atau kurang. Pemajanan NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas. Untuk partikulat debu dimana komposisinya cukup rumit, dan pentingnya ukuran partikulat dalam menentukan jenis pajanan, maka banyak istilah yang
26

digunakan untuk menyatakan partikulat debu di udara. Partikulat debu ada pula yang dapat mengedap, seperti inhalable/thoracic particulate yang terutama mengedap di saluran pernafasan bagian bawah, yaitu di bawah pangkal tenggorokan (larynx). Selain dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan, partikel debu juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan juga membentuk berbagai reaksi kimia di udara. Kontribusi Pb di udara terhadap absorpsi oleh tubuh lebih sulit diperkirakan. Distribusi ukuran partikel dan kelarutan pb dalam partikel juga harus dipertimbangkan biasanya kadar pb di udara sekitar 2 mg/m3 dan dengan asumsi 30% mengendap di saluran pernapasan dan absorpsi sekitar 14 mg/per hari. Pb menghambat sistem pembentukan Hb dalam darah merah, sumsum tulang, merusak fungsi hati dan ginjal dan penyebab kerusakan syaraf. Gejala klinis keracunan timah hitam pada individu dewasa tidak akan timbul pada kadar Pb yang terkandung dalam darah di bawah 80 mg Pb/100 g darah, namun hambatan aktivitas enzim untuk sintesa haemoglobin sudah dapat terjadi pada kandungan Pb normal (30 40 mg). Oleh karena timah hitam dapat berakumulasi di rambut, maka rambut dapat dipakai sebagai indikator untuk memperkirakan tingkat pemajanan atau kandungan Pb dalam tubuh. Hidrokarbon di udara juga dapat bereaksi dengan bahan-bahan lain dan dapat membentuk ikatan baru yang disebut polycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang banyak dijumpai di kawasan industri dan jalur padat lalulintas. Bila PAH ini masuk dalam paru-paru akan menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya sel-sel kanker.

C. Teknik Pengendalian Dampak Pencemaran Udara


Mengingat tingginya tingkat risiko pencemaran udara terhadap kesehatan sebagaimana dibahas bagian di atas, maka dipandang perlu bagi petugas kesehatan di daerah untuk mengetahui teknik pengendalian dampak pencemaran udara dalam rangka meminimalkan terjadinya dampak terhadap kesehatan. Pada tabel 4.2 berikut ini tertera teknik pengendalian pencemaran udara, baik cara pencegahan maupun penanggulangaannya.

27

Tabel 4.2 Teknik Pengendalian Pencemaran Udara Teknik Pengendalian Pencemaran No. Parameter Pencegahan Penanggulangan 1. SO2 a. Untuk sumber bergerak a. Memperbaiki alat yang dilakukan perawatan mesin rusak kendaraan bermotor agar b. Penggantian saringan/filter tetap berfungsi baik, c. Bila terjadi/jatuh korban, pengujian emisi dan KIR maka lakukan : kendaraan secara berkala, 1. Pindahkan korban ke dan pemasangan filter pada tempat aman/udara knalpot. bersih. b. Untuk sumber tidak 2. Berikan pengobatan atau bergerak, dilakukan pernafasan buatan. pemasangan scruber pada 3. Kirim segera ke rumah cerobong asap, perawatan sakit atau Puskesmas mesin industri agar tetap terdekat. baik dan pengujian secara berkala serta penggunaan bahan bakar minyak atau batu bara dengan kadar Sulfur rendah. c. Apabila kadar SO2 dalam udara ambien telah melebihi Baku Mutu (365 mg/Nm3 udara dengan rata-rata waktu pengukuran 24 jam) maka untuk mencegah dampak kesehatan, dilakukan upayaupaya, seperti penggunaan alat pelindung diri (APD berupa masker gas dan mengurangi aktifitas diluar rumah. 2. CO a. Untuk sumber bergerak, a. Mengatur pertukaran udara dilakukan perawatan mesin didalam ruang seperti kendaraan bermotor agar mengunakan exhaust-fan. tetap baik, pengujian emisi b. Bila terjadi korban dan KIR kendaraan secara keracunan maka lakukan : berkala dan pemasangan 1. Berikan pengobatan atau filter pada knalpot. pernafasan buatan. b. Untuk sumber tidak 2. Kirim segera ke rumah bergerak, dilakukan sakit atau puskesmas pemasangan scruber pada terdekat. cerobong asap, perawatan mesin industri agar tetap baik dan lakukan pengujian secara berkala dan

28

No.

Parameter

c.

3.

NO2

a.

b.

c.

4.

TSP

a.

Teknik Pengendalian Pencemaran Pencegahan Penanggulangan penggunaan bahan bakar minyak atau batu bara dengan kadar CO rendah. Apabila kadar CO dalam udara ambien telah melebihi baku mutu ( 10.000 ug/Nm3 udara dengan rata-rata waktu pengukuran 24 jam ) maka untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upayaupaya seperti penggunaan alat pelindung diri ( APD ) berupa masker gas dan menutup / menghindari tempat-tempat yang diduga mengandung CO seperti sumur tua , goa, terowongan dll. Untuk sumber bergerak a. Mengatur pertukaran udara dilakukan perawatan mesin di dalam ruang, seperti kendaraan bermotor agar mengunakan exhaust-fan. tetap baik, pengujian emisi b. Bila terjadi korban dan KIR kendaraan secara keracunan, maka lakukan : berkala, dan pemasangan 1. Berikan pengobatan atau filter pada knalpot. pernafasaan buatan. Untuk sumber tidak 2. Kirim segera ke Rumah bergerak, dilakukan Sakit atau Puskesmas penggantian peralatan yang terdekat. rusak, pemasangan scruber pada cerobong asap dan modifikasi pada proses pembakaran. Apabila kadar NO2 dalam udara ambien telah melebihi baku mutu ( 150 mg/Nm3 dengan waktu pengukur 24 jam) maka untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya seperti penggunaan alat pelindung diri berupa masker gas dan pengurangan aktifitas di luar rumah. Dengan melengkapi alat Memperbaiki alat yang rusak penangkap debu ( Electro

29

No.

Parameter
b. c. d. e. a.

5.

Pb

b.

6.

HC

a.

b.

c.

Teknik Pengendalian Pencemaran Pencegahan Penanggulangan Precipitator ). Dengan melengkapi water sprayer pada cerobong. Pembersihan ruangan dengan sistim basah. Pemeliharaan dan perbaikan alat penangkap debu. Menggunakan masker. Untuk sumber tidak a. Memperbaiki alat yang bergerak, dilakukan rusak pemasangan scruber pada b. Bila terjadi keracunan cerobong asap dan modfikasi maka lakukan : pada proses pembakaran. 1. Pemberian pengobatan. Apabila kadar timah hitam 2. Kirim segera ke rumah dalam udara ambien telah sakit atau puskesmas melebihi baku mutu (2 terdekat. ug/Nm3 dengan waktu pengukuran 24 jam) maka untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upayaupaya seperti penggunaan alat pelindung diri berupa masker dan mengurangi aktifitas diluar rumah. Untuk sumber bergerak a. Mengganti peralatan yang dilakukan perawatan mesin rusak. kendaraan bermotor agar b. Mengatur pertukaran tetap baik, pengujian emisi udara didalam ruang, secara berkala dan KIR seperti menggunakan kendaraan dan pemasangan exhaust-fan. filter pada knalpot. c. Bila jatuh korban Untuk sumber tidak keracunan maka lakukan : bergerak, dilakukan 1. Berikan pengobatan pemasangan scruber pada atau pernafasan buatan. cerobong asap dan 2. Kirim segera ke Rumah modifikasi pada proses Sakit atau Puskesmas pembakaran. terdekat. Apabila kadar oksidan dalam udara ambien telah melebihi baku mutu (235 mg/Nm3 dengan waktu pengukuran 1jam) maka untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya seperti penggunaan alat pelindung

30

No.

Parameter

Teknik Pengendalian Pencemaran Pencegahan Penanggulangan diri berupa masker gas dan mengurangi aktifitas di luar rumah.

31

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN 1. Masalah pencemaran udara di perkotaan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu tofografi, kependudukan, iklim dan cuaca serta tingkat atau angka perkembangan sosio ekonomi dan industrialisasi. Masalah-masalah ini akan meningkat keadaannya, jika jumlah penduduk perkotaan semakin meningkat yang mengakibatkan jumlah penduduk yang terpapar polusi udara juga meningkat. 2. Zat-zat pencemar udara yang paling banyak dijumpai adalah SO2, NO dan NO2, Pb, TSP, O3 dan CO. Zat-zat ini berasal dari pabrik-pabrik di kawasan industri, aktivitas kendaraan bermotor, proses pembakaran rumah tangga dan pembuangan limbah padat. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi dan transport zat pencemar udara adalah letak topografi daerah, intensitas dan pemaparan, arah angin, suhu dan cuaca. 4. Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan manusia yang paling utama adalah terhadap sistem pernapasan, pembuluh darah, persarafan, hati dan ginjal.

B. SARAN 1. Perlu dilakukan surveilans dan monitoring untuk mendapatkan informasi yang lengkap dan akurat mengenai zat-zat pencemar udara dan dampak kesehatan masyarakat. 2. Perlu dikembangkan suatu konsep transportasi berkelanjutan agar menjadi antithesis terhadap kegagalan kebijakan, praktek dan kinerja sistem transportasi yang berkembang saat ini. Sistem transportasi berkelanjutan merupakan gerakan yang mendorong penggunaan

teknologi ramah lingkungan dalam upaya memenuhi kebutuhan transportasi masyarakat. Dalam konteks perencanaan kota, konsep ini diterjemahkan sebagai upaya peningkatan fasilitas bagi komunitas
32

bersepeda, pejalan kaki, fasilitas komunikasi, maupun penyediaan transportasi umum massal yang murah dan ramah lingkungan seperti KA listrik maupun angkutan umum lainnya yang dapat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.

Palembang, Agustus 2012 Kepala BTKL PP Kelas I Palembang

Dr. Amar muntaha, S.K.M., M.Kes. NIP. 1961021819840301001

33

Anda mungkin juga menyukai