Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN

PRAKTIKUM REKAYASA PENYEHATAN LINGKUNGAN


*ANALISIS UJI KUALITAS UDARA*

DI SUSUN OLEH :

MUHAMMAD DWI ZULFIKAR


E1F1 18 035

PROGRAM STUDI REKAYASA INFRASTRUKTUR DAN


LINGKUNGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan sukur kami haturkan kepada Illahi Robbi, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga laporan ini dapat diselesaikan.
Dalam penyusunan tugas ini, kami tidak luput dari berbagai kendala. Namun
berkat kerja keras dan bantuan dari rekan-rekan semua kendala tersebut sedikit dapat
teratasi.
Kami menyadari bahwa banyak pihak yang telah memberi bantuan kearah
penyelesaian tugas ini,assisten dosen, serta rekan-rekan sekalian yang telah banyak
memberikan masukan kepada kami. Oleh karena itu, kami menyampaikan ucapan
terima kasih kepada pihak yang telah membantu.
Akhirnya kami menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua
pihak sangat kami harapkan.

Kendari, Janiari 2021

Kelompok 6
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................................
Lembar Pengesahan........................................................................................................
Lembar Asistensi ...........................................................................................................
Kata Pengantar................................................................................................................
Daftar Gambar................................................................................................................
Daftar Tabel....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................
1.1 Latar Belakang....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................
1.3 Tujuan Praktikum................................................................................................
1.4 Manfaat Praktikum..............................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................
2.1 Penilitian Terdahulu............................................................................................
2.1.1 korelasi meterorogi dan kualitas udara dengan pneumonia balita di
kota semarang pada tahun 2013-2018.....................................................
2.1.2 Tingkat pencemaran udara CO akibat lalu lintas dengan model
prediksi polusi udara sakal mikro............................................................
2.1.3 pencemaran udara akibat emisi gas buang kendaraan bermotor ……....
2.1.4 studi deskriptif proses pemerintah kolaboratif dalam pengendalian
pencemaran udara dikota Surabaya.........................................................
2.2 Dasar Teori
2.2.1 Pencemaran Udara
2.2.2 Sumber Pencemaran Udara
2.2.3 Jenis-Jenis Pencemaran Udara
2.2.4 Komponen Pencemaran Udara
2.2.5 Karbon Monoksida (CO)
2.2.6 Nitrogen Oksida (NOx)
2.2.7 Sulfur Dioksida (SO2)
2.2.8 Hidrokarbon (HC)
2.2.9 Partikulat
2.2.10 Pemantauan Kualitas Udara Melalui Kinerja Lalu Lintas
2.2.11 Indeks Standar Pencemaran Udara
2.2.12 Baku Mutu Udara Ambien
2.2.13 Komposisi Udara Bersih
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Lokasi Praktikum
3.1.1 Waktu
3.1.2 Lokasi Praktikum
3.2 Alat
3.2.1 Stopwatch
3.2.2 Alat Tulis dan Tabel Data Pengukuran
3.3 Bahan
3.3.1 Motor
3.3.2 Kendaraan ringan
3.3.3 Kandaraan berat
3.4 Prosedur Percobaan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.2 Analisa Data
4.3 Tabel Rekapitulasi
4.4 Pembahasan
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
3.1 Lokasi praktikum uji tingkat kebisingan
3.2 Stopwatch
3.3 Alat Tulis
3.4 Motor
3.5 Kendaraan Ringan
3.6 Kendaraan Berat
DAFTAR TABEL

2.1 Perkiraan Persentase Pencemar Udara dari Sumber Pencemar Transportasi di


Indonesia
2.2 Faktor Koreksi Emisi Terhadap Jarak
2.3 Faktor Koreksi Polutan Oleh Kecepatan
2.4 Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) dan Dampak
2.5 Baku Mutu Udara Ambien
2.6 Komposisi Udara Bersih
4.1 Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul 05:00-06:00
WITA
4.2 Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul 06:00-07:00
WITA
4.3 Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul 07:00-08:00
WITA
4.4 Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul 08:00-09:00
WITA
4.5 Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul 09:00-10:00
WITA
4.6 Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul 10:00-11:00
WITA
4.7 Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul 11:00-12:00
WITA
4.8 Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul 12:00-13:00
WITA
4.9 Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul 13:00-14:00
WITA
4.10 Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul 14:00-15:00
WITA
4.11 Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul 15:00-16:00
WITA
4.12 Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul 16:00-17:00
WITA
4.13 Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul 17:00-18:00
WITA
4.14 Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul 18:00-19:00
WITA
4.15 Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul 19:00-20:00
WITA
4.16 Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul 20:00-21:00
WITA
4.17 Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul 21:00-22:00
WITA
4.18 Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul 22:00-23:00
WITA
4.19 Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul 23:00-24:00
WITA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lingkungan merupakan agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh luar yang
mempengaruhi kehidupan manusia serta perkembangbiakan suatu mikroorganisme
patogen. Salah satu lingkungan fisik yang dapat merugikan manusia adalah kondisi
iklim yang buruk. Iklim merupakan bagian dari meteorologi. Iklim adalah rata-rata
keadaan cuaca dalam jangka waktu yang cukup lama minimal 30 tahun pada suatu
wilayah yang cukup luas. Sedangkan cuaca adalah keadaan atmosfer pada suatu
tempat dan waktu tertentu yang sifatnyaberubah-ubah. Sehingga pencatatan cuaca
yang dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lebih lama akan
menunjukkan iklim suatu daerah.
Udara sebagai komponen lingkungan yang terpenting dalam kehidupan perlu di
pelihara dan juga di tingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukung
bagi makhluk hidup untuk hidup secara optimal.Oleh karena itu,tumbuhan dapat di
gunakan sebagai bioindikator yang akan menunjukkan perubahan keadaan,ketahanan
tubuh,dan akan memberikan reaksi sebagai dampak perubahan produksi atau kondisi
lingkungan yang akan memberikan informasi tentang perubahan dan juga tingkat
pencemaran lingkungan (Kovacs,1992).
Di kota-kota besar konstribusi gas buangan kendaraan bermotor sebagai
sumber polusi udara mencapai 60%-70%.Sedangkan kontribusi dari gas buang yang
berasal dari cerobong asap pada pabrik industri hanya berkisar 10%-15%,sisanya
berasal dari sumber pembakaran lain,misalnya dari rumah tangga,pembakaran
sampah,kebakaran hutan,dan lain-lain.Suhu udara yang tinggi akan menyebabkan
bahan pencemar dalam udara berbentuk partikel menjadi kering dan ringan sehingga
bertahan lebih lama di udara,terutama pada musim kemarau dimana keadaan udara
lebih kering sehingga polutan udara pada keadaan musim kemarau cenderung tinggi
karena tidak terjadi pengenceran polutan di udara (Prabu,2009).
Berdasarkan latar belakang diatas,maka kami dari kelompok 5 melakukan praktikan
rekayasa penyehatang lingkungan terkhusus Pratikan uadra juga untuk mengetahui
pola sebaran serta estimasi dampak polutan yang di terima dari dan pada lingkungan
sekitar.Estimasi yang di hasilkan dari penelitian ini ialah berupa prediksi besaran dan
dampak polutan di jalan raya utama dan pada kawasan ekowisata.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari praktikum uji kebisingan adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana tata cara analisis tingkat pencemaran udara dengan menggunakan
metode malkamah?
2. Bagaimana tingkat pencemaran udara berdasarkan parameter yang dianalisis?
3. Bagaimana perbandingan hasil tingkat pencemaran udara yang di analisis
terhadap baku mutu udara ambien nasional?

1.3 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum uji kebisingan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tata cara analisis tingkat pencemaran udara dengan
menggunakan metode malkamah
2. Untuk mengetahui tingkat pencemaran udara berdasarkan parameter yang
3. Untuk mengetahui perbandingan hasil tingkat pencemaran udara yang di analisis
terhadap baku mutu udara ambien nasional

1.4 Manfaat Praktikum


1.4.1 Untuk Ilmu Pengetahuan
Manfaat dari praktikum ini yaitu dapat menambah wawasan mengenai
pencemaran udara dan penyebab terjadinya pencemaran udara serta dampak yang di
berikan.
1.4.2 Untuk Diri Sendiri
Untuk menambah wawasan penulis mengenai arti pencemaran udara, sumber
terjadinya pencemaran udara, dampak dari pencemaran udara dan cara mengatasinya.
1.4.3 Untuk Instansi
Penelitian dapat di jadikan sebagai acuan dalam pengembangan suatu cara
dalam kegiatan penyehatan llingkungan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


2.2.1 korelasi meterorogi dan kualitas udara dengan pneumonia balita di kota
semarang pada tahun 2013-2018
Penelitian ini dilakukan oleh halimah tri utami,rudatin windraswara jurusan
ilmu kesehatan masyarakat fakultas ilmu keolahragaan universitas negeri semarang
Indonesia metode yang digunakan penelitian ini deskriptif dengan desain studi
korelasional penelitian ini dilaksanakan dikota semarang pada bulan februari hingga
bulan juni 2019 denggan menggunakan data sekunder.variabel pada penelitian ini
bebas dan terikat variable bebas meliputih suhu udara kelembapan curah hujan serta
kecepatan aingin.kualitas udara yang meliputih Nox,dan kosentrasi sox.kosentrasi
CO,serta kosentrasi debu.
Hasil dari penelitian ini tidak hubungan yang bermakna Antara kejadian
pneumonia dikota semarang pada tahun 2013-2018 hasil penelitian ini sejalan dengan
hasila penelitian terdahulu.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi Antara
kelembapan udara,kosentrasi Nox,dan kosentrasi CO dengan pneumonia pada balita
dikota semarang tahun 2013-2018 dan tidak terdapat hubungan yang bermakna
Antara suhu udara,curah hujan,kecepatan aingin kosentrasi Sox,dan kosentrasi debu.

2.2.2 Tingkat pencemaran udara CO akibat lalu lintas dengan model prediksi polusi
udara sakal mikro
Penelitian ini dilakukan oleh sandri linna sengkey alumni pasca sarjana S2
teknik sipil universitas sam ratulangi,Freddy jansen dosen pasca sarjana universitas
sam ratulnggi dan steenie wallah dosen pasca sarjana universitas sam
ratulangi.penelitian ini menggunakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu melalui survei dan observasi lapangan. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan pemodelan polusi udara skala mikro . Untuk menentukan
persentase CO yang ditimbulkan oleh lalu lintas yaitu dengan membandingkan
hasil perhitungan pemodelan dengan hasil pengukuran udara ambient.
Hasil penelitian menunjukan bahwa besarnya konsentrasi gas CO akibat
lalulintas di ruas jalan Sam Ratulangi Manado berkisar 7242.99 μg/m3 sampai
15577,07 μg/m3, belum melampaui ambang batas baku mutu udara ambient
nasional. Dari jumlah polutan CO yang ada di udara,80,22% - 92,00% berasal
dari kendaraan bermotor.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai tingkat konsentrasi
gas CO akibat lalulintas di ruas jalan Sam Ratulangi Manado, dapat
disimpulkan bahwa :Pada hari kerja, konsentrasi polutan paling tinggi terjadi
pada waktu siang yaitu sebesar15577,07 μg/m3 . Pada hari setengah kerja-
setengah libur, konsentrasi polutan paling tinggi terjadi pada waktu sore
yaitu sebesar13028,31 μg/m3, dan pada hari libur konsentrasi polutan paling
tinggi terjadi pada waktu sore yaitu sebesar 9809,96 μg/m3.

2.2.3 pencemaran udara akibat emisi gas buang kendaraan bermotor


Penelitian ini dilakukan oelh ismiyati universitas muhammadiyah Jakarta,devi
marlita stmt trisakti dan deslida stmt trisakti.penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif dan teknik penyajian finalnya dilakukan secara dekritif.
Hasil penelitian ini emisi gas buang yang paling signifikan dari kendaraan
bermotor ke atsmosfer berdasarkan massa adalah gas karbondioksida (C02) dan uap
air ( H2 O) yang dihasilakan dari pembakaran bahan bakar yang berlangsung
sempurna yang dapat dicapai dengan tersediannya udara yang berlebihan
Kesimpulan dari penelitian ini untuk mengatasi polusi udara kota ditujukan
pada pembenahan sector trnsportasi dengan tanpa mengebaikan sector-sektor
lain.diantaranya dengan pembatasan izin bagi angkuytan umum kecil dengan
memperbanyak kendaraan angkutan massal.
2.2.4 studi deskriptif proses pemerintah kolaboratif dalam pengendalian pencemaran
udara dikota Surabaya
Penelitian ini dilakukan oleh denny irawan program ilmu administrasi fisip
universitas airlangga.penelitian menggunkan metode kolaboratif untuk mengatsi
kasus- kasus lingkungan pada penelitian membahas tentang pemerintah bgaimna
cara dalam pengendalian udara di kota Surabaya menggunakan 3 tahap indentifying
obstacles and opportunities
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa proses pemerintahan kolaboratif dalam
pengendalian pencemaran udaraa dikota surabaa dilakukan dengan 3 tahap yaitu
identifying obstacles and opportunities.debating strategies for influence dan
planning collaborative actios belim berjalan secara efektif.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Pencemaran Udara
Seperti dikutip dari Wikipedia,pencemaran udara adalah kehadiran
substansi fisik,biologi atau kimia dilapisan udara bumi dalam jumlah yang
dapat membahayakan kesehatan seluruh komponen biotik penyusun
ekosistem,menganggu keindahan dan kenyamanan dan juga merusak properti.
Pencemaran udara timbul akibat adanya sumber-sumber
pencemaran,baik yang bersifat alami maupun karena kegiatan
manusia.Beberapa pengertian gangguan fisik seperti pencemaran
suara,pencemaran panas,pencemaran radiasi ataupun pencemaran cahaya
dianggap sebagai bagian dari pencemaran udara.Adapun karena sifat alami
yang di miliki udara bisa menyebar tanpa batasan ruang,membuat dampak
pencemaran udara bisa bersifat lokal,regional,maupun global.
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi
fisik,kimia atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan
kesehatan manusia,hewan,dan tumbuhan,menganggu estetika dan
kenyamanan,maupun merusak properti.Atau dalam kata lain dapat diartikan
sebagai perusakan terhadap udara karena di sebabkan oleh berbagai sumber
yang dapat merusak bagi kesehatan makhluk hidup maupun benda
mat.Pencemaran udara dapat bersumber dari berbagai macam
hal,diantaranya : asap kendaraan bermotor,asap pabrik,limbah industri,limbah
rumah tangga,dan lain-lain.
Efek dari pencemaran udara juga sudah dapat di rasakan pada saat
ini,diantaranya banyaknya penyakit yang bersumber dari udara,peningkatan
jumlah pengidap Ispa dan juga bertambahnya jumlah orang tua sebelum
waktunya juga menjadi efek negatif dari pencemaran udara,dan menjadikan
bumi semakin rusak oleh tangan-tangan jahil yang ingin memperkaya diri nya
sendiri tanpa memikirkan apa yang terjai setelah perbuatannya.
Pengertian pencemaran udara berdasarkan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1997 Pasal 1 Ayat 12 mengenai Pencemaran ingkungan yaitu
‘’Pencemaran yang di sebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran
yang berasal dari pabrik,kendaraan bermotor,pembakaran sampah,sisa
pertanian,dan peristiwa alam seperti kebakaran hutan,letusan gunung merapi
yang mengeluarkan debu,das,dan awan panas.
2.2.2 Sumber Pencemaran Udara
Pencemaran lingkungan atau polusi merupakan proses masuknya
polutan kedalam suatu lingkungan sehingga dapat menurunkan kualitas
lingkungan.Menurut Undang-Undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
Nomor 4 Tahun 1982 yaitu ‘’Pencemaran lingkungan atau polutan adalah
masuk atau dimasukannya makhluk hidup,zat energi atau komponen lain
kedalam lingkungan,atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan
manusia sehingga kualitas lingkungan turun ketingkat tertentu sehingga
menyebabkan lingkungan menjadi tidak berfungsi lagi.
Sedangkan berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1407
Tahun 2002 Tentang Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran
Udara,dimana pencemaran udara merupakan masuknya atau dimasukannya
komponen mapun zat serta kegiatan lain kedalam udara oleh kegiatan
manusia sehingga mutu udara turun ke tingkat tertentu yang menyebabkan
udara mempengaruhi kesehatan.Sumber pencemaran udara dapat di
golongkan menjadi 2,yaitu kegiatan yang bersifat alam (natural) dan kegiatan
antrpogenik.Contoh sumber alami adalah akibat dari letusan gunung
berapi,kebakaran hutan,dekomposisi biotik,debu,spora tumbuha,dan lain –lain
nya.Sedangkan pencemaran antropogenik banyak di hasilkan dari aktivitas
transportasi,industri,rokok, dan persampahan.

2.2.3 Jenis-Jenis Pencemaran Udara

Ada beberapa jenis pencemaran udara,yaitu berdasarkan bentuk,ada


gas dan partikel.Gas merupakan uap yang dihasilkan dari zat-zat padat atau
zat cair karena dipanaskan atau menguap sendiri.Contohnya,CO2,CO,SOx,dan
juga NOx.Dimana partikel merupakan suatu bentuk pencemaran udara yang
berasal dari zarah-zarah kecil yang terdispersi keudara,baik berupa
padatan,cairan,maupun padatan dan cairan secara bersama-sama.Contohnya
debu,asap,kabut,dan lain-lain.
Berdasarkan tempat,yaitu pencemaran udara dalam ruang (indoor air
pollution) yang disebut juga udara tidak bebas seperti di
rumah,pabrik,bioskop,rumah sakit,dan lain-lain.Biasanya zat pencemarannya
adalah asap rokok,asap yang terjadi di dapur tradisional ketika memasak dan
pencemaran udara luar ruang (outdoor air pollution) yang di sebut juga udara
bebas seperti asap-asap dari industri ataupun kendaraan bermotor.
Berdasarkan gangguan atau efeknya terhadap kesehatan ada empat,
yaitu: Irritansia adalah zat pencemar yang dapat menimbulkan iritasi jaringan
tubuh, seperti SO2, Ozon, dan Nitrogen Oksida. Aspeksia, adalah keadaan
dimana darah kekurangan oksigen dan tidak mampu melepas Karbon
Dioksida.Gas penyebab tersebut seperti CO, H2S, NH3, dan CH4.Anestesia
adalah zat yang mempunyai efek membius dan biasanya merupakan
pencemaran udara dalam ruang.Contohnya; Formaldehide dan
Alkohol.Toksis adalah zat pencemar yang menyebabkan keracunan. Zat
penyebabnya seperti Timbal, Cadmium, Fluor, dan Insektisida.Berdasarkan
susunan kimia, ada anorganik adalah zat pencemar yang tidak mengandung
karbon seperti asbestos, ammonia, asam sulfat dan organic adalah zat
pencemar yang mengandung karbon seperti pestisida, herbisida, beberapa
jenis alkohol,

Berdasarkan asalnya, ada primer dan sekunder.Primer adalah suatu


bahan kimia yang ditambahkan langsung ke udara yang menyebabkan
konsentrasinya meningkat dan membahayakan. Contohnya: CO2, yang
meningkat diatas konsentrasi normal. Sekunder, adalah senyawa kimia
berbahaya yang timbul dari hasil reaksi anatara zat polutan primer dengan
komponen alamiah. Contohnya: PeroxyAcetil Nitrat (PAN).

2.2.4 Komponen Pencemaran Udara


Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia bertambah rata-rata 12% per
tahun dalam kurun waktu 2000-2003.Sementara itu, pertumbuhan kendaraan
penumpang dan komersial diproyeksikan mencapai berturut-turut 10% dan
15% per tahun antara tahun 2004-2006.Pada tahun 2004, total penjualan
kendaraan penumpang adalah 312.865 unit, sedangkan kendaraan komersial
(bus dan truk) mencapai 170.283 unit. Pada akhir tahun 2005 dan selama
tahun 2006 jumlah penjualan kendaraan penumpang dan komersial
diperkirakan mencapai 550.000 dan 600.000 unit. Perkiraan persentase
pencemar udara di Indonesia dari sumber transportasi dapat dilihat dilihat
pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Perkiraan Persentase Pencemar Udara dari Sumber Pencemar Transportasi
di Indonesia

No Komponen Persentase
Pencemar (%)
1 CO 70,50

2 NOx 8,89

3 Sox 0,88

4 HC 18,34
5 Partikel 1,33

Total 100
(Sumber : Wardhana (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan)

2.2.5 Karbon Monoksida (CO)


Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di
berbagai perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran udara di
Jakarta disebabkan karena benda bergerak atau transportasi umum yang
berbahan bakar solar terutama berasal dari Metromini. Formasi CO
merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara dan bahan bakar dalam proses
pembakaran di dalam ruang bakar mesin diesel. Percampuran yang baik
antara udara dan bahan bakar terutama yang terjadi pada mesin-mesin yang
menggunakan Turbocharge merupakan salah satu strategi untuk
meminimalkan emisi CO. Karbon monoksida yang meningkat di berbagai
perkotaan dapat mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan
jumlah kematian bayi serta kerusakan otak. Karena itu strategi penurunan
kadar karbon monoksida akan tergantung pada pengendalian emisi seperti
pengggunaan bahan katalis yang mengubah bahan karbon monoksida menjadi
karbon dioksida dan penggunaan bahan bakar terbarukan yang rendah polusi
bagi kendaraan bermotor.
CO adalah suatu gas yang tak berwarna, tidak berbau dan juga tidak
berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah -1920C.Gas CO
sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara,
berupa gas buangan.Selain itu, gas CO dapat pula terbentuk karena aktivitas
industri. Sedangkan secara alamiah, gas CO terbentuk sebagai hasil kegiatan
gunung berapi, proses biologi dan lain-lain walaupun dalam jumlah yang
sedikit (Wardhana, 2004).
CO yang terdapat di alam terbentuk melalui salah satu reaksi berikut:
a) Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang
mengandung karbon,
b) Reaksi antara CO2 dengan komponen yang mengandung karbon
pada suhu tinggi,
c) Penguraian CO2 menjadi CO dan O. Berbagai proses geofisika
dan biologis diketahui dapat memproduksi CO, misalnya aktivitas
vulkanik,
Pancaran listrik dari kilat, emisi gas alami, dan lain-lain. Sumber CO
lainnya yaitu dari proses pembakaran dan industri (Fardiaz, 1992).
Menurut Kurniawan, sebagian besar gas CO yang ada diperkotaan berasal
dari kendaraan bermotor (80%) dan ini menunjukkan korelasi yang positif
dengan kepadatan lalu lintas dan kegiatan lain yang ikut sebagai penyumbang
gas CO di atmosfer (Sugiarta, 2008).Hasil penelitian tersebut ditegaskan oleh
penelitian yang dilakukan Sastranegara yang menyatakan hal serupa dan
menekankan bahwa semakin lama rotasi atau putaran roda kendaraan per
menit, semakin besar kadar CO yang diemisikan.
2.2.6 Nitrogen Oksida (NOx)
Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx karena oksida nitrogen
mempunyai dua bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO2 dan gas NO
(Wardhana, 2004). Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi
kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar
udara.
Nitrogen dioksida (NO2) berwarna coklat kemerahan dan berbau
tajam.Reaksi pembentukan NO2 dari NO dan O2 terjadi dalam jumlah relatif
kecil, meskipun dengan adanya udara berlebih.Kecepatan reaksi ini
dipengaruhi oleh suhu dan konsentrasi NO. Pada suhu yang lebih tinggi,
kecepatan reaksi pembentukan NO2 akan berjalan lebih lambat. Selain itu,
kecepatan reaksi pembentukan NO2 juga dipengaruhi oleh konsentrasi
oksigen dan kuadrat dari konsentrasi NO. Hal ini berarti jika konsentrasi NO
bertambah menjadi dua kalinya, maka kecepatan reaksi akan naik empat kali.
Namun, jika konsentrasi NO berkurang setengah, maka kecepatan reaksi akan
turun menjadi seperempat (Fardiaz, 1992).
NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih
tinggi dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan
90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru
(edema pulmonari). Kadar NO2 sebesar 800 ppm akan mengakibatkan 100%
kematian pada binatang-binatang yang diuji dalam waktu 29 menit atau
kurang. Percobaan dengan pemakaian NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10
menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas.
Nitrogen monoksida (NO) tidak berwarna, tidak berbau, tidak
terbakar, dan sedikit larut di dalam air (Sunu, 2001).NO terdapat di udara
dalam jumlah lebih besar daripada NO2.Pembentukan NO dan NO2
merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen di udara sehingga membentuk
NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen membentuk NO2
(Depkes).
Kadar NOx di udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat akan
lebih tinggi dibandingkan di pedesaan karena berbagai macam kegiatan
manusia akan menunjang pembentukan NOx, misalnya transportasi, generator
pembangkit listrik, pembuangan sampah, dan lain-lain. Namun, pencemar
utama NOx berasal dari gas buangan hasil pembakaran bahan bakar gas alam
(Wardhana, 2004). Selain itu, kadar NOx di udara dalam suatu kota bervariasi
sepanjang hari tergantung dari intensitas sinar matahari dan aktivitas
kendaraan bermotor. Dari perhitungan kecepatan emisi NOx diketahui bahwa
waktu tinggal rata-rata NO2 di atmosfer kira-kira 3 hari, sedangkan waktu
tinggal NO adalah 4 hari dan gas ini bersifat akumulasi di udara yang bila
tercampur dengan air akan menyebabkan terjadinya hujan asam (Sugiarta,
2008).

2.2.7 Sulfur Dioksida (SO2)


Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua
komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2)
dan Sulfur trioksida (SO3), yang keduanya disebut sulfur oksida (SOx).
Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi sistem
pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan
terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih, bahkan pada beberapa
individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap
pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan
penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan
kadiovaskular.
Senyawa sulfur di atmosfer terdiri dari H2S, merkaptan, SO2, SO3,
H2SO4 garam-garam sulfit, garam-garam sulfat, dan aerosol sulfur organik.
Dari cemaran tersebut yang paling penting adalah SO2 yang memberikan
sumbangan ± 50% dari emisi total.Cemaran garam sulfat dan sulfit dalam
bentuk aerosol yang berasal dari percikan air laut memberikan sumbangan
15% dari emisi total.
Ada dua macam gas belerang oksida (SOx), yaitu SO2 dan SO3.Gas
SO2 berbau tajam dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3 sangat
reaktif. Konsentrasi SO2 di udara mulai terdeteksi oleh indra penciuman
manusia ketika konsentrasinya berkisar antara 0,3-1 ppm. Gas hasil
pembakaran umumnya mengandung lebih banyak SO2 daripada
SO3.Pencemaran SOx di udara terutama berasal dari pemakaian batubara
pada kegiatan industri, transportasi dan lain sebagainya (Wardhana, 2004).
Pada dasarnya semua sulfur yang memasuki atmosfer diubah dalam bentuk
SO2 dan hanya 1-2% saja sebagai SO3. Pencemaran SO2 di udara berasal
dari sumber alamiah maupun sumber buatan.
Sumber alamiah adalah gunung berapi, pembusukan bahan organik
oleh mikroba, dan reduksi sulfat secara biologis. Proses pembusukan akan
menghasilkan H2S yang akan berubah menjadi SO2. Sedangkan sumber SO2
buatan yaitu pembakaran bahan bakar minyak, gas, dan terutama batubara
yang mengandung sulfur tinggi (Mulia, 2005).Pabrik peleburan baja
merupakan industri terbesar yang menghasilkan SOx. Hal ini disebabkan
adanya elemen penting alami dalam bentuk garam sulfide misalnya tembaga
(CUFeS2 dan CU2S), zink (ZnS), merkuri (HgS) dan timbal (PbS).
Kebanyakan senyawa logam sulfida dipekatkan dan dipanggang di
udara untuk mengubah sulfida menjadi oksida yang mudah tereduksi. Selain
itu sulfur merupakan kontaminan yang tidak dikehendaki di dalam logam dan
biasanya lebih mudah untuk menghasilkan sulfur dari logam kasar dari pada
menghasilkannya dari produk logam akhirnya. Oleh karena itu, SO2 secara
rutin diproduksi sebagai produk samping dalam industri logam dan sebagian
akan terdapat di udara (Depkes).

2.2.8 Hidrokarbon (HC)


Hidrokarbon terdiri dari elemen hidrogen dan karbon.HC dapat
berbentuk gas, cairan maupun padatan.Semakin tinggi jumlah atom karbon
pembentuk HC, maka molekul HC cenderung berbentuk padatan. HC yang
berupa gas akan tercampur dengan gas-gas hasil buangan lainnya. Sedangkan
bila berupa cair maka HC akan membentuk semacam kabut minyak, bila
berbentuk padatan akan membentuk asap yang pekat dan akhirnya
menggumpal menjadi debu (Depkes). Sumber HC antara lain transportasi,
sumber tidak bergerak, proses industry dan limbah padat. HC merupakan
sumber polutan primer karena dilepaskan ke udara secara langsung.Molekul
ini merupakan sumber fotokimia dari ozon. Bila pencemaran udara oleh HC
disertai dengan pencemaran oleh nitrogen oksida (NOx), maka akan
terbentuk Peroxy Acetyl Nitrat dengan bantuan oksigen
Cemaran hidrokarbon yang paling penting adalah CH4 (metana) +
860/ dari emisi total hidrokarbon, dimana yang berasal dari sawah 11%, dari
rawa 34%, hutan tropis 36%, pertambangan dan lain-lain 5%. Cemaran
hidrokarbon lain yang cukup penting adalah emisi terpene (a-pinene p-pinene,
myrcene, d-Iimonene) dari tumbuhan ± 9,2 % emisi hidrokarbon total.
Sumbangan emisi hidrokarbon dari sumber antrofogenik 5% lebih kecil
daripada yang berasal dari pembakaran bensin 1,8%, dari insineratc dan
penguapan solvent 1,9%.
Hidrokarbon (HC), walaupun ada berbagai nama untuk polutan ini,
mulai dari "gas organik reaktif" sampai "senyawa organik yang mudah
menguap", tetapi semua nama tersebut mengacu pada ribuan polutan yang
terdapat dalam bensin yang tak terbakar, cairan pencuci kering, zat pelarut
untuk industri, dan berbagai jenis kombinasi lain dari hidrogen dengan
karbon. Banyak jenis hidrokarbon berbahaya secara sendiri-sendiri: benzene,
suatu konstituen dari gasolin, misalnya, dapat menimbulkan leukemia. Jenis-
jenis lain bereaksi dengan oksida-oksida nitrogen dalam cahaya matahari, dan
menimbulkan asap kabut atau ozon.
Hidrokarbon dan oksidan fotokimia merupakan komponen polutan
udara yang berbeda tetapi mempunyai hubungan satu dengan yang lain.
Hidrokarbon merupakan polutan primer karena dilepaskan ke udara secara
langsung, sedangkan oksidan fotokimia berasal dari reaksi-reaksi yang
melibatkan hidrokarbon baik secara langsung maupun tidak
langsung.Masalah yang dihadapi karena adanya polusi hidrokarbon harus
mempertimbangkan juga adanya polusi oksidan fotokimia.Industri
pengolahan minyak dan petrokimia mengemisikan hidrokarbon dalam jumlah
yang besar.Aktivitas alam sendiri juga mengemisikan hidrokarbon yang
membentuk konsentrasi alami hidrokarbon di atmosfer.Sumber-sumber yang
tergolong alami adalah lautan, rawa dan hutan, dimana sebagian terbesar
merupakan produk metabolisme biologis.
Hidrokarbon juga merupakan pencemar utama yang diemisikan oleh
kendaraan bermotor dari lalu lintas di dalam perkotaan. Di beberapa kota
besar, sumber ini merupakan sumber hidrokarbon yang paling dominan,
sebagai pencemar primer dan yang memberikan kontribusi terbesar dalam
pencemaran oksidan fotokimia.Hidrokarbon di udara akan bereaksi dengan
bahan-bahan lain dan akan membentuk ikatan baru yang disebut plycyclic
aromatic hidrocarbon (PAH) yang banyak dijumpai di daerah industri dan
padat lalu lintas. Bila PAH ini masuk dalam paru-paru akan menimbulkan
luka dan merangsang terbentuknya sel-sel kanker.
2.2.9 Partikulat
Partikel adalah pencemar udara yang dapat berada bersama-sama
dengan bahan atau bentuk pencemar lainnya.Partikel dapat diartikan secara
murni atau sempit sebagai bahan pencemar yang berbentuk padatan (Mulia,
2005).Partikel merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa
organik dan anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat
kecil, mulai dari < 1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Partikel
debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam
keadaan melayang-layang di udara dan masuk ke dalam tubuh manusia
melalui saluran pernafasan. Partikel pada umumnya mengandung berbagai
senyawa kimia yang berbeda dengan berbagai ukuran dan bentuk yang
berbada pula, tergantung dari mana sumber emisinya (Depkes).
Berbagai proses alami yang menyebabkan penyebaran partikel di
atmosfer, misalnya letusan vulkano dan hembusan debu serta tanah oleh
angin. Aktivitas manusia juga berperan dalam penyebaran partikel, misalnya
dalam bentuk partikel-partikel debu dan asbes dari bahan bangunan, abu
terbang dari proses peleburan baja, dan asap dari proses pembakaran tidak
sempurna, terutama dari batu arang. Sumber partikel yang utama adalah dari
pembakaran bahan bakar dari sumbernya diikuti oleh proses-proses industri
(Fardiaz, 1992).
Cemaran partikulat meliputi partikel dari ukuran molekul s/d > 10 µm.
Partikel dengan ukuran > 10 µm akan diendapkan secara gravitasi dari
atmosfer, dan ukuran yang lebih kecil dari 0,1 µm pada umumnya tidak
menyebabkan masalah lingkungan. Oleh karena itu cemaran partikulat yang
penting adalah dengan kisaran ukuran 0,1 -10 µm. Sumber utama partikulat
adalah pembakaran bahan bakar ± 13% - 59% dan insinerasi.
Untuk meningkatkan kualitas air, partikel-partikel padat dapat
dihilangkan dengan filter air atau settling(proses partikulat turun dalam air
dan membentuk sedimen), dan disebut sebagai partikel tak larut. Kontaminan
yang dilarutkan dalam air dapat dikumpulkan dengan penyulingan,
memungkinkan air untuk menguap dan kontaminan kembali mengendap.
Beberapa partikulat terjadi secara alami, seperti yang berasal dari
gunung berapi, badai pasir, dan kebakaran hutan.Kegiatan manusia, seperti
pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan, pembangkit listrik dan
berbagai industri juga menghasilkan sejumlah besar partikulat.Pembakaran
batubara di negara berkembang adalah metode utama untuk pemanasan
rumah dan memasok energi. Rata-rata di seluruh dunia, aerosol
antropogenik(yang dibuat oleh aktivitas manusia) mencapai sekitar 10 persen
dari total jumlah aerosol di atmosfer kita. Peningkatan kadar partikel halus di
udara terkait dengan bahaya kesehatan seperti penyakit jantung , fungsi paru-
paru dan kanker paru-paru.

2.2.10 Pemantauan Kualitas Udara Melalui Kinerja Lalu Lintas


Udara bersih yang dihirup hewan dan manusia merupakan gas yang
tidak tampak, tidak berbau, teidak berwarna maupun berasa. Meskipun
demikianm, udara yang benar-benar bersih sulit didaptkan terutama di kota
besar yang banyak terdapat industri dan lalu lintas yang padat. Udara yang
mengandung zat pencemar dalam hal ini disebut udara tercemar. Udara yang
tercemar tersebut dapat merusak lingkungan dan kehidupan manusia,
kerusakan lingkungan berarti berkurangnya daya dukung alam terhadap
kehidupan yang pada gilirannya akan mengurangi kualitas hidup manusia
secara keseluruhan.
Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat pencemar udara yang
memberikan dampak negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia,
serta lingkungan hidup.Sumber pencemar ini juga menimbulkan dampak
terhadap lingkungan atmosfer yang lebih besar seperti hujan asam, kerusakan
lapisan ozon stratosfer, dan perubahan iklim global.Zat-zat yang diemisikan
dari knalpot kendaraan bermotor adalah CO2, CO, NOx, HC, SOx, PM10,
dan Pb (dari bahan bakar yang mengandung timah hitam/timbal).
Daerah perkotaan merupakan salah satu sumber pencemaran.Kegiatan
perkotaan meliputi kegiatan sektor-sektor pemukiman, transportasi,
komersial, industri, pengelolaan limbah padat, dan sektor penunjang lainnya,
merupakan kegiatan yang potensial dalam merubah kualitas udara perkotaan.
Pembangunan fisik kota dan berdirinya pusat-pusat industri disertai dengan
melonjaknya produksi kendaraan bermotor, mengakibatkan peningkatan
kepadatan lalu lintas dan hasil produksi sampingan, yang merupakan salah
satu sumber pencemaran.
Sesuai dengan PP No. 41 Tahun 1999 tentang pengendalian
pencemaran udara merupakan tanggung jawab pemerintah
kota/kabupaten.Pembinaan dan pengawasan merupakan tanggung jawab
pemerintah provinsi.Dalam rangka mengevaluasi keberhasilan pemerintah
dalam pengedalian pencemaran udara maka kementrian lingkungan hidup
melaksanakan program evaluasi pengendalian udara melalui sumber bergerak
transportasi. Ada beberapa indicator yang mewakili, antara lain :
a) Kualitas udara jalan raya.
b) Penataan BME kendaraan bermotor, uji emisi.
c) Kinerja lalu lintas.
d) Kualitas bahan bakar.
Dengan menggunaka persamaan Siti Malkamah adapun persamaan
yang digunakan untuk menghitung kadar polutan adalah sebagai berikut

Kadar Polutan=
(( Q . Kend . Berat
1000 )(
x Fj xFk +
Q . Kend . Ringan
1000
x Fj x Fk ))
Keterangan :

Q = Volume arus lalu lintas ( Kend


jam )
Fj = Faktor kadar Polutan oleh Jarak
Fk = Faktor Koreksi kadar polutan oleh Kecepatan
Tabel 2.2 Faktor Koreksi Emisi Terhadap Jarak
Faktor Polutan WI Faktor Polutan HV

Jarak CO HC NOx PM CO HC NOx PM


(m) (Ppm) (PPb (Ppb) (g/m3) (Ppm) (PPb (Ppb) (g/m3)

5 0,51 94 200,4 6,56 0,37 46,39 909,2 177,8

10 0,48 93,20 189,1 6,18 0,35 43,90 858,5 167,5

15 0,41 80,00 162,2 5,34 0,30 37,68 736,4 144,7

20 0,35 68,40 138,7 4,56 0,26 33,22 629,7 121,1

25 0,30 58,70 119,3 3,96 0,22 27,56 501,6 107,3


(Sumber : Malkamah,2014)

Tabel 2.3 Faktor Koreksi Polutan Oleh Kecepatan


Kecepata Faktor Koreksi Kendaraan
n Ringan Faktor Koreki Kendaraan Berat
CO HC NOx Pm CO HC NOx Pm
(Km/Jam) (Ppm) (PPb) (Ppb) (g/m (Ppm) (PPb) (Ppb) (g/m3)
3)

5 20,53 15,46 3,51 2,21 4,05 15,01 2,15 2,94


10 11,57 9,29 1,99 1,72 3,45 7,85 1,88 2,1
15 8,3 6,99 1,46 1,5 2,93 5,38 1,62 1,71
20 6,48 5,66 1,19 1,36 2,49 4,09 1,44 1,16
25 5,25 4,74 1,02 1,26 2,12 3,28 1,26 1,28
(Sumber : Perencanaan Transportasi Dan Lingkungan,2004)

2.2.11 Indeks Standar Pencemaran Udara


Kualitas udara di sampaikan ke masyarakat dalam bentuk indeks
standar pencemaran udara atau di singkat ISPU.ISPU adalah laporan kualitas
udara kepada masyarakat untuk menerangkan seberapa bersih atau
tercemarnya kualitas udara kita dan bagaimana dampaknya terhadap
kesehatan.
Tabel 2.4 Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) dan Dampak
KATEGORI RENTANG PENJELASAN
Baik 0-50 Tingkat kualitas udara yang
tidak memberikan efek bagi
kesehatan manusa atau hewan
dan tidak berpengaruh pada
tumbuhan, bangunan ataupun
nilai estetika
Sedang 51-100 Tingkat kualitas udara yang
tidak berpengaruh pada
kesehatan manusia ataupun
hewan tetapi berpengaruh pada
tumbuhan yang sensitif, dan
nilai estetika
Tidak Sehat 101-199 Tingkat kualitas udara yang
bersifat merugikan pada manusia
ataupun kelompok hewan yang
sensitif atau bisa menimbulkan
kerusakan pada tumbuhan
ataupun nilai estetika
KATEGORI RENTANG PENJELASAN

Sangat Tidak Sehat 200-299 Tingkat kualitas udara yang


dapat merugikan kesehatan pada
sejumlah segmen populasi yang
terpapar
Berbahaya 300-lebih Tingkat kualitas udara
berbahaya yang sdecara umum
dapat mergikan kesehatan yang
serius pada populasi
(Sumber : Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) No.
107 KEP/KA BAPEDAL/11/1997)

2.2.12 Baku Mutu Udara Ambien


Baku Mutu merupakan batas atau kadar dari makhluk hidup,zat atau
energi serta komponen lain yang ada atau harus ada unsur pencemar yang di
tenggang adanya sesuai dengan peruntukannya.
Tabel 2.5 Baku Mutu Udara Ambien

Waktu Baku Metode


No parameter Peralatan
Pengukuran Mutu Analisis
900
µg/Nmᶟ
SO2 1 jam
365 pararo Spektrofoto
1 (Sulfur 24 jam
µg/Nmᶟ sanalin meter
Dioksida) 1 tahun
60
µg/Nmᶟ
CO 30.000
1 jam
(Karbon µg/Nmᶟ NDIR
2 24 jam NDIR
Monoksid 10.000 Analyzer
1 tahun
a) µg/Nmᶟ
400
µg/Nmᶟ
NO2 1 jam
150 Spektrofoto
3 (Nitrogen 24 jam Saltzman
µg/Nmᶟ meter
Dioksida) 1 tahun
100
µg/Nmᶟ
235
O3 1 jam µg/Nmᶟ Chemilumi Spektrofoto
4
(Oksida) 1 tahun 50 necent meter
µg/Nmᶟ
HC (Hidro 160 Fixmed Gas
5 3 jam
Karbon) µg/Nmᶟ Ionization Chromatograf
Waktu Baku Metode
No parameter Peralatan
Pengukuran Mutu Analisis
PM10
150 Gravimetri
6 (Partikel < 24 jam Hi-Vol
µg/Nmᶟ c
10 mm)
65
PM2,5 (*)
24 jam µg/Nmᶟ Gravimetri
(Partikel Hi-Vol
1 tahun 15µg/Nm c
<2,5 mm)

230
TSP 24 jam µg/Nmᶟ Gravimetri
7 Hi-Vol
(Debu) 1 tahun 90 c
µg/Nmᶟ
Gravimetri Hi-Vol
Pb (Timah 24 jam 2 µg/Nmᶟ
8 c Ekstraktif .
Hitam) 1 tahun 1 µg/Nmᶟ
Pengabuan AAS
10
Ton/km/
Bulan
Dustfail (pemuki
Gravimetri
9 (Debu 30 hari man) Cannister
c
Jatuh) 10
Ton/km/
Bulan
(industri)
Impringer
Total Specific
24 jam atau
10 Flourides 3 µg/Nmᶟ Ion
90 hari Continous
(as F) Electrode
Analyzer
40
µg/100
Flour cmᶟ dari Colourimet Limed Filter
11 30 hari
Indeks kertas ric Analyzer
limed
filter
Khlorine Impringer
Specific
& 10 atau
12 24 jam Ion
Khlorine µg/Nmᶟ Continous
Electrode
Dioksida Analyzer
(Sumber : Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999)

2.2.13 Komposisi Udara Bersih


Udara merupakan salah satu campuran gas yang terdapat pada lapisan
yang mengelilingi bumi.Komposisi campuran tersebut tidak selalu konstan.

Tabel 2.6 Komposisi Udara Bersih

Komponen Formula Persen Volume Ppm

Nitrogen N2 78,08 780,800

Oksigen O2 20,95 209,500

Argon Ar 0,934 9,340


Karbondioksida CO2 0,0314 314

Neon Ne 0,00182 18

Helium He 0,000524 5

Metana CH4 0,0002 2

Kripton Kr 0,000114 1
(Sumber : WordPress.com)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Lokasi Praktikum


3.1.1 Waktu
Praktikum uji kualitas udara dilaksanakan pada hari 17 januari 2021, pukul
05:00-24:00 WITA dengan pembagian waktu sebagai berikut:
1. 05:00-06:00 WITA
2. 06:00-07:00 WITA
3. 07:00-08:00 WITA
4. 08:00-09:00 WITA
5. 09:00-10:00 WITA
6. 10:00-11:00 WITA
7. 11:00-12:00 WITA
8. 12:00-13:00 WITA
9. 13:00-14:00 WITA
10. 14:00-15:00 WITA
11. 15:00-16:00 WITA
12. 16:00-17:00 WITA
13. 17:00-18:00 WITA
14. 18:00-19:00 WITA
15. 19:00-20:00 WITA
16. 20:00-21:00 WITA
17. 21:00-22:00 WITA
18. 22:00-23:00 WITA
19. 23:00-24:00 WITA
3.1.2 Lokasi Praktikum

Gambar 3.1 Lokasi Pengukuran Tingkat Kebisingan


Sumber :Google Earth,2021
Praktikum uji analisa kebisingan oleh kelompok 6 dilakukan di Jl. Budi
Utomoi yakni di Perempatan THR kota kendari.

3.2 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum adalah
3.2.1 Stopwatch

Gambar 3.2 Stopwatch


Sumber: Kelompok 6, 2021
Stopwatch berfungsi untuk menghitung waktu kecepatan kendaraan.
3.2.2 Alat Tulis dan Tabel Data Pengukuran

Gambar 3.3 Alat


tulis dan tabel data pengukuran
Sumber: Kelompok 6,2021
3.3 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum uji kualitas udara adalah:
3.3.1 Motor.

Gambar 3.4 motor


Sumber: Kelompok 6, 2021
3.3.2Kendaraan ringan

Gambar 3.5 kendaraan ringan


Sumber: Kelompok 6, 2021
3.3.3Kendaraan berat.

Gambar 3.6 kendaraan berat


Sumber: Kelompok 6, 2021

3.4 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur percobaan analisa pemantauan kualitas udara melalui
survey lalu lintas adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan blanko data dan alat tulis sebelum pemantauan
2. Setelah itu, ambil koordinat lokasi pemantauan dengan menggunakan
GPS
3. Ambil posisi yang nyaman untuk melakukan pemantauan (tidak melewati
batas lokasi pemantauan)
4. Ambil sampel keepatan kendaraan setiap 15 menit saat pemantauan di
mulai.
5. Setelah itu survey volume lalu lintas dilakukan dengan menghitung
jumlah kendaraan yang melewati ruas jalan yang melewati lokasi sebagai
sampelpengukuran. Pengukuran ini dilakukan selama 1 jam,untuk titik
koordinat x dan y menggunakan Google Maps.
6. Siapkan blanko dan alat tulis sebelum memulai pemantauan.
7. Setelah itu, ambil koordinat lokasi pemantauan dengan menggunakan
GPS yang ada pada HandPhone
8. Ambil posisi yang nyaman untuk melakukan pemantauan (tidak melewati
batas lokasi pemantauan)
9. Ambil sampel keepatan kendaraan.
10. Catat jumlah kendaraan yang lewat dengan memisahkan kendaraan motor,
mobil (ringan) dan truck (berat).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Pengamatan


1. Untuk pukul 05:00-06:00 WITA
Table 4.1Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul
05:00-06:00 WITA

Sumber : Hasil Pengamatan Kelompok 6 RIL, 2021

2. Untuk pukul 06:00-07:00 WITA


Table 4.2Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul
06:00-07:00 WITA
pukul : 06:00 - 07:00
survey jumlah kendaraan survey kecepatan (detik)
motor LV HV
motor LV HV
t t' t t' t t'
3 6 6
4 4 8
4 4 4
4 4 5
5 5 6
139 115 10 4,3 4,5 5,5
4 3 5
4 7 5
4 3 6
5 4 5
6 5 5
Sumber : Hasil Pengamatan Kelompok 6 RIL, 2021

3. Untuk pukul 07:00-08:00 WITA


Table 4.3Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul
07:00-08:00 WITA
pukul : 07:00 - 08:00
survey jumlah kendaraan survey kecepatan (detik)
motor LV HV
motor LV HV
t t' t t' t t'
5 5 4
4 4 4
5 3 5
3 7 6
4 4 4
509 223 23 3,6 4,4 5,2
3 4 10
3 4 4
2 5 6
4 4 5
3 4 4
Sumber : Hasil Pengamatan Kelompok 6 RIL, 2021

4. Untuk pukul 08:00-09:00 WITA


Table 4.4Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul
08:00-09:00 WITA
pukul : 08:00 - 09:00
survey jumlah kendaraan survey kecepatan (detik)
motor LV HV
motor LV HV
t t' t t' t t'
4 5 7
4 8 5
6 5 5
3 4 5
4 5 6
651 355 32 3,9 5,6 5,5
4 6 4
3 3 6
4 4 5
3 8 7
4 8 5
Sumber : Hasil Pengamatan Kelompok 6 RIL, 2021

5. Untuk pukul 09:00-10:00 WITA


Table 4.5Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul
09:00-10:00 WITA
pukul : 09:00 - 10:00
survey jumlah kendaraan survey kecepatan (detik)
motor LV HV
motor LV HV
t t' t t' t t'
4 4 5
4 4 5
5 5 5
5 4 5
4 3 4
362 330 20 4,3 4,1 5,1
3 5 6
3 3 7
7 5 5
4 4 4
4 4 5
Sumber : Hasil Pengamatan Kelompok 6 RIL, 2021

6. Untuk pukul 10:00-11:00 WITA


Table 4.6Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul
10:00-11:00 WITA
pukul : 10:00 - 11:00
survey jumlah kendaraan survey kecepatan (detik)
motor LV HV
motor LV HV
t t' t t' t t'
3 5 4
3 4 6
3 7 5
5 4 4
3 6 5
657 320 32 3,6 4,8 4,9
3 6 5
4 4 5
4 5 4
4 3 5
4 4 6
Sumber : Hasil Pengamatan Kelompok 6 RIL, 2021

7. Untuk pukul 11:00-12:00 WITA


Table 4.7Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul
11:00-12:00 WITA
pukul : 11:00 - 12:00
survey jumlah kendaraan survey kecepatan (detik)
motor LV HV
motor LV HV
t t' t t' t t'
3 5 3
4 6 6
4 4 5
4 3 5
3 6 6
573 357 27 3,8 4,7 5,3
4 6 7
5 3 6
3 4 4
4 5 6
4 5 5
Sumber : Hasil Pengamatan Kelompok 6 RIL, 2021

8. Untuk pukul 12:00-13:00 WITA


Table 4.8Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul
12:00-13:00 WITA
pukul : 12:00 - 13:00
survey jumlah kendaraan survey kecepatan (detik)
motor LV HV
motor LV HV
t t' t t' t t'
5 3 5
7 7 4
4 5 6
3 5 6
5 3 4
656 356 28 4,3 4,6 4,9
4 4 4
3 6 6
4 4 5
5 5 4
3 4 5
Sumber : Hasil Pengamatan Kelompok 6 RIL, 2021

9. Untuk pukul 13:00-14:00 WITA


Table 4.9Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul 13:00-
14:00 WITA
pukul : 13:00 - 14:00
survey jumlah kendaraan survey kecepatan (detik)
motor LV HV
motor LV HV
t t' t t' t t'
4 5 5
2 6 7
3 5 3
4 3 3
4 5 4
1125 467 12 3,7 4,4 4,3
5 3 6
3 4 5
5 4 4
3 4 3
4 5 3
Sumber : Hasil Pengamatan Kelompok 6 RIL, 2021

10. Untuk pukul 14:00-15:00 WITA


Table 4.10Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul
14:00-15:00 WITA
pukul : 14:00 - 15:00
survey jumlah kendaraan survey kecepatan (detik)
motor LV HV
motor LV HV
t t' t t' t t'
6 4 4
4 5 6
4 5 4
5 4 3
5 6 4
478 346 25 4,2 4,5 4,1
4 5 4
4 4 3
3 3 4
4 5 5
3 4 4
Sumber : Hasil Pengamatan Kelompok 6 RIL, 2021

11. Untuk pukul 15:00-16:00 WITA


Table 4.11Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul
15:00-16:00 WITA
pukul : 15:00 - 16:00
survey jumlah kendaraan survey kecepatan (detik)
motor LV HV
motor LV HV
t t' t t' t t'
4 3 4
4 4 5
5 3 3
3 4 5
2 4 4
632 421 21 3,7 4,3 4,2
4 8 4
4 4 4
3 5 4
4 5 5
4 3 4
Sumber : Hasil Pengamatan Kelompok 6 RIL, 2021

12. Untuk pukul 16:00-17:00 WITA


Table 4.12Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul
16:00-17:00 WITA
pukul : 16:00 - 17:00
survey jumlah kendaraan survey kecepatan (detik)
motor LV HV
motor LV HV
t t' t t' t t'
4 5 5
5 5 4
4 6 5
7 5 7
4 4 7
1254 567 15 4,2 4,9 5,8
3 6 5
3 4 9
4 4 5
4 5 4
4 5 7
Sumber : Hasil Pengamatan Kelompok 6 RIL, 2021

13. Untuk pukul 17:00-18:00 WITA


Table 4.13Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul
17:00-18:00 WITA
pukul : 17:00 - 18:00
survey jumlah kendaraan survey kecepatan (detik)
motor LV HV
motor LV HV
t t' t t' t t'
5 7 4
5 5 6
4 5 9
4 4 6
3 5 5
984 435 11 4 5,1 5,6
4 4 5
4 6 4
4 6 5
3 5 6
4 4 6
Sumber : Hasil Pengamatan Kelompok 6 RIL, 2021

14. Untuk pukul 18:00-19:00 WITA


Table 4.14Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul
18:00-19:00 WITA
pukul : 18:00 - 19:00
survey jumlah kendaraan survey kecepatan (detik)
motor LV HV
motor LV HV
t t' t t' t t'
6 5 4
4 5 3
4 5 4
4 4 5
4 5 7
1773 842 10 4,2 4,7 5
3 6 4
5 5 6
4 4 5
5 4 6
3 4 6
Sumber : Hasil Pengamatan Kelompok 6 RIL, 2021

15. Untuk pukul 19:00-20:00 WITA


Table 4.15Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul
19:00-20:00 WITA
pukul : 19:00 - 20:00
survey jumlah kendaraan survey kecepatan (detik)
motor LV HV
motor LV HV
t t' t t' t t'
3 4 5
4 4 6
7 5 7
3 5 8
5 5 0
1142 447 10 4,2 4,9 2,6
5 4 0
3 5 0
4 6 0
5 6 0
3 5 0
Sumber : Hasil Pengamatan Kelompok 6 RIL, 2021

16. Untuk pukul 20:00-21:00 WITA


Table 4.16Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul
20:00-21:00 WITA
pukul : 20:00 - 21:00
survey jumlah kendaraan survey kecepatan (detik)
motor LV HV
motor LV HV
t t' t t' t t'
3 4 4
2 5 5
7 5 4
4 6 6
4 4 4
1126 473 8 3,7 4,9 3,7
6 5 4
2 4 5
3 5 5
3 6 0
3 5 0
Sumber : Hasil Pengamatan Kelompok 6 RIL, 2021

17. Untuk pukul 21:00-22:00 WITA


Table 4.17Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul
21:00-22:00 WITA
pukul : 21:00 - 22:00
survey jumlah kendaraan survey kecepatan (detik)
motor LV HV
motor LV HV
t t' t t' t t'
5 4 4
5 5 5
4 4 4
3 4 0
4 4 0
689 240 3 4,6 4,2 1,3
4 5 0
4 4 0
7 4 0
5 4 0
5 4 0
Sumber : Hasil Pengamatan Kelompok 6 RIL, 2021

18. Untuk pukul 22:00-23:00 WITA


Table 4.18Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul
22:00-23:00 WITA
pukul : 22:00 - 23:00
survey jumlah kendaraan survey kecepatan (detik)
motor LV HV
motor LV HV
t t' t t' t t'
5 6 12
4 6 16
5 6 7
4 5 6
5 5 0
753 275 4 4,3 5,3 4,1
4 6 0
4 4 0
4 4 0
4 5 0
4 6 0
Sumber : Hasil Pengamatan Kelompok 6 RIL, 2021

19. Untuk pukul 23:00-24:00 WITA


Table 4.19Hasil pengamatan volume dan kecepatan kendaraan pada pukul
23:00-24:00 WITA
pukul : 23:00 - 24:00
survey jumlah kendaraan survey kecepatan (detik)
motor LV HV
motor LV HV
t t' t t' t t'
4 4 8
2 4 7
3 5 0
3 5 0
3 6 0
481 152 2 3,6 4,7 1,5
3 5 0
3 5 0
9 4 0
3 4 0
3 5 0
Sumber : Hasil Pengamatan Kelompok 6 RIL, 2021
4.2 Analisa Data
1. Untuk faktor koreksi oleh jarak penerima polutan jarak 50 meter (untuk
kendaraan ringan) diperoleh :

CO = 0,15 ppm
HC = 29,60 PPb
Nox = 60,60 PPb
Pm = 2,05 g/m3

2. Faktor koreksi kadar polutan oleh kecepatan untuk kendaraan ringan pukul
05.00 - 06.00

Untuk CO :
45 km/jam = 2,57 PPm
50 km/jam = 2,17 PPm
46,20 km/jam = ......?

(2 , 57−2 ,17 ) X (50−46 , 20)


CO 46,20 km/jam ¿ 2 ,17 +
50−45
= 2,47 PPm

Untuk HC :
45 km/jam = 2,61 PPm
50 km/jam = 2,26 PPm
46,20 km/jam= ......?
( 2, 61−2, 26 ) X (50−46 , 20)
HC 46,20 km/jam ¿ 2 , 26+
50−45
= 2,53 PPb

Untuk Nox :
45 km/jam = 0,74 PPm
50 km/jam = 0,71 PPm
46,20 km/jam= ......?
( 0 ,74−0 , 71 ) X (50−46 , 20)
Nox 46,20 km/jam ¿ 0 , 71+
50−45
= 0,73 PPb

Untuk Pm :
45 km/jam = 1,00 PPm
50 km/jam = 0,96 PPm
46,20 km/jam= ......?
( 1 , 00−0 , 96 ) X (50−46 , 20)
Pm 46,20 km/jam ¿ 0 , 96+
50−45
= 0,99g/m3

Dari faktor koreki oleh kecepatan kendaraan ringan pukul 05.00 – 06.00
CO = 2,47 PPm
HC = 2,53 PPb
Nox = 0,73 PPb
Pm = 0,99 g/m3

Untuk kendaraan berat berdasarkan faktor koreksi terhadap kecepatan pukul


05.00 – 06.00
Untuk CO :
25 km/jam = 2,12 PPm
30 km/jam = 1,80 PPm
29,27 km/jam= ......?
(2 , 12−1 , 80 ) X (30−29 , 27)
CO 29,27 km/jam ¿ 1 , 80+
30−25
= 1,85 PPm

Untuk HC :
25 km/jam = 3,28 PPm
30 km/jam = 2,72 PPm
29,27 km/jam= ......?
( 3 , 28−2 , 72 ) X (30−29 ,27)
HC 29,27 km/jam ¿ 2 ,72+
30−25
= 2,80 PPb

Untuk Nox :
25 km/jam = 1,26 PPm
30 km/jam = 1,10 PPm
29,27 km/jam= ......?
( 1 , 26−1 , 10 ) X (30−29 , 27)
Nox 29,27 km/jam ¿ 1 ,10+
30−25
= 1,12 PPb

Untuk Pm :
25 km/jam = 1,28 PPm
30 km/jam = 1,14 PPm
29,27 km/jam= ......?
( 1, 28−1 ,14 ) X (30−29 ,27)
Pm 29,27 km/jam ¿ 1 ,14 +
30−25
= 1,16 g/m3

Dari faktor koreki oleh kecepatan kendaraan ringan pukul 05.00 – 06.00
CO = 1,85 PPm
HC = 2,80 PPb
Nox = 1,12 PPb
Pm = 1,16 g/m3

3. Kadar polutan pukul 05.00 - 06.00


QHV QLV
 CO ¿ × Fej × Fek + × Fej × Fek
1000 1000
7 340
¿ ×0 ,11×1 , 85+ × 0 ,15 × 2 , 47
1000 1000
¿ 0 , 12 ppm

QHV QLV
 HC ¿ × Fej × Fek + × Fej × Fek
1000 1000
7 340
¿ ×13 , 94 × 2 ,80+ ×29 , 60 ×2 ,53
1000 1000
¿ 25 , 70 ppm

QHV QLV
 Nox¿ × Fej × Fek + × Fej × Fek
1000 1000
7 340
¿ ×275 , 10 ×1 , 12+ ×60 , 60 ×0 , 73
1000 1000
¿ 17 , 26 ppm

QHV QLV
 Pm¿ × Fej × Fek + × Fej × Fek
1000 1000
7 340
¿ ×55 , 60 ×1 , 16+ ×2 , 05 ×0 , 99
1000 1000
¿ 1 ,14 ppm
4.3 Tabel Rekap

Sumber : Hasil Pengamatan Kelompok 6 RIL, 2021


4.4 Pembahasan
Pemantauan manual untuk mencari nilai parameter pencemaran di lakukan
dengan cara menghitung volume lalu lintas di Jl.Budi Utomo tepatnya di perempatan
THR kota Kendari.
Data yang di peroleh dari pemantauan manual selama 24 jam pengukuran di
olah untuk mencapai nilai konsentrasi polutan dalam satuan Mg/NM 3 dengan
menggunakan metode malkamah. Hasil yang diperoleh berupa parameter CO, HC,
Nox, dan Pm.
1) Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida yang kami peroleh dari hasil analisa terhadap jarak dan
kecepatan adalah 0 , 12 ppm
2) Hidrokarbon (HC)
Hidrokarbon yang kami peroleh dari hasil analisa terhadap jarak dan kecepatan
adalah 25 , 70 ppb
3) Nitrogen Dioksida (Nox)
Nitrogen Dioksida yang kami peroleh dari hasil analisa terhadap jarak dan
kecepatan adalah 17 , 26 ppb
4) Partikulat Matter( (PM)
Partikulat Matter yang kami peroleh dari hasil analisa terhadap jarak dan
kecepatan adalah1 ,14 μg /m3
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum uji kualitas udara yaitu:


1. Tata cara analisa tingkat pencemaran udara yaitu pengumpulan data volume
lalu lintas yang dilakukan pada hari sabtu saat pagi,siang,sore,dan malam.
Data lalu lintas di lakukan secara manual oleh pengamat pada titik yang telah
di tetapkan. Dilanjutkan dengan pengambilan kecepatan tata cara setiap jenis
kendaraan untuk setiap jam diambil 5 sampel dengan jarak 50 meter.
2. Tingkat pencemaran udara berdasarkan parameter yang dianalisa dari jam
05.00-24.00 WITA untuk Co memiliki tinggi pencemaran pada pukul 18.00-
19.00 WITA sebesar 1,86 ppm. Untuk Hc tertinggi pada pukul 18.00-19.00
WITA sebesar 364,46 ppb. Untuk Nox tertinggi pada pukul 18.00-19.00
WITA sebesar 187,35 ppb. Dan untuk Pm tertinggi pada pukul 10.00-11.00
yaitu sebesar 8,98 μg/m 3.
3. Berdasarkan perhitungan matematis malkamah selama pengamatan dari
05.00-24.00 WITA kandungan Co rata-rata 0,12 ppm sesuai dengan baku
mutu udara nasional Co harus <25 ppm sehingga kandungan Co masih
normal. Untuk Hc rata-rata yaitu 25,70 ppm sesuai baku mutu udara
nasional Hc <0,25 ppm sehinga kandungan Hc tidak normal. Untuk Nox
rata-rata yaitu sebesar 17,26 ppm sesuai dengan baku mutu udara nasional
harus < 16 ppm sehingga kandungan Nox dalam ambang tidak normal.

5.2 Saran
Adapun saran saya dari praktikum ini yaitu semoga kedepannya alat-alat
praktikum di perbanyak lagi jumlahnya sehingga tiap kelompok tidak saling
menunggu giliran agar waktu praktikum tidak banyak terbuang.
DAFTAR PUSTAKA

Halimah Tri Utami, Rudatin Windraswara Korelasi Meteorologi dan Kualitas


Udara dengan Pneumonia Balita di Kota Semarang Tahun 2013-2018 Jurusan
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri
Semarang, Indonesia

Sandri Linna Sengkey, Freddy Jansen, Steenie Wallah, Tingkat Pencemaran Udara
Co Akibat Lalu Lintas Dengan Model Prediksi Polusi Udara Skala Mikro Jurnal
Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 1, No. 2, Juli 2011 ISSN 2087-9334 (119-126)

Smiyati, Devi Marlita, Deslida Saidah Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas
Buang Kendaraan Bermotor Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas Buang
Kendaraan Bermotor ISSN 2355-4721

Deny Irawan, Colaborative Goverance (Studi deskriptif Proses Pemerintah


Kolaboratif Dalam Pengendalian Pencemaran Udara di Kota Surabaya)
Program Studi Ilmu Adminstrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga

Anda mungkin juga menyukai