Disusun Oleh :
Kelompok 4
i
KATA PENGATAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kemudahan, kelancaran, dan berkat karunia-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul “Pemeriksaan TSS, Minyak Lemak,
COD, dan BOD pada Air Lindi” dengan baik meskipun masih banyak kekurangan.
Dalam laporan ini terdapat hasil mengenai kadar penurunan air lindi berdasarkan parameter
TSS yang telah dilakukan dilakukam beberapa waktu lalu. Namun dalam penyusunannya masih
terdapat banyak kekurangan oleh karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkanpenulis dari
semua pihak, agar kedepanya lebih baik lagi dalam menyusun laporan.
Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik itu penulis terlebih
pada pembacanya.
Kelompok 4
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktikum Pemeriksaan TSS, Minyak Lemak, COD, dan BOD pada
Air Lindi ini dibuat untuk memenuhui persyaratan dalam mengikuti Ujian Akhir
Semester (UAS) Jurusan Kesehatan Lingkungan Prodi Sarjana Terapan Program Studi
Sanitasi Lingkungan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Tahun Ajaran 2022/2023.
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Praktikum Pemeriksaan TSS, Minyak Lemak, COD, dan BOD pada
Air Lindi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti Ujian Akhir
Semester (UAS) Jurusan Kesehatan Lingkungan Prodi Sarjana Terapan Program Studi
Sanitasi Lingkungan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Tahun Ajaran 2022/2023.
iv
DAFTAR ISI
v
VI. Kesimpulan .................................................................................................. 18
Daftar Pustaka ......................................................................................................... 19
Lampiran ................................................................................................................. 20
vi
Laporan Praktikum I
Pemeriksaan TSS Pada Air Lindi Menggunakan Metode Gravimetri
I. Tinjauan Pustaka
Air lindi merupakan air dengan konsentrasi kandungan organik yang tinggi dan
terbentuk dalam landfill akibat adanya air hujan yang masuk ke dalam landfill. Air lindi
merupakan cairan yang sangat berbahaya, karena selain kandungan organiknya tinggi,
juga mengandung unsur logam (Seperti Zn dan Hg). Jika tidak ditangani dengan baik,
air lindi dapat terserap ke dalam tanah sekitar landfill kemudian dapat mencemari air
tanah di sekitar landfill (Arief, 2016).
Air lindi merupakan cairan yang dihasilkan dari timbunan sampah dan dari
hasil samping pengolahan sampah organik, anorganik dan mikroorganisme (Rizki,
2014). Air lindi memerlukan perlakuan awal, yaitu dengan menghilangkan kandungan
anorganik dalam air lindi. Setelah kandungan inorganik dalam air lindi dapat
dihilangkan atau dikurangi, kemudian air lindi dapat diolah lebih lanjut untuk
menghilangkan kadar kandungan organiknya (Arief, 2016).
Air lindi dapat mengandung kontaminan organik dalam jumlah yang besar dan
terdapat kadar logam yang tinggi yang dapat memberikan efek buruk bagi lingkungan.
Oleh karena itu, Ada banyak metode yang digunakan untuk pengolahan air lindi hingga
saat ini antara lain penggunaan membran, teknik oksidasi, metode koagulasi-flokulasi,
lagoon, dan wetland.
1
lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan
tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air (Effendi, 2003)
TSS yang tinggi pun dapat menimbulkan dampak lain seperti disebutkan oleh Murphy
(2007) dalam Helfinalis dkk. (2012) bahwa nilai konsentrasi padatan tersuspensi total
yang tinggi dapat menurunkan aktivitas fotosintesa tumbuhan laut baik yang mikro
maupun makro sehingga oksigen yang dilepaskan tumbuhan menjadi berkurang dan
mengakibatkan ikan-ikan menjadi mati. Sehingga apabila konsentrasi TSS yang ada
pada badan sungai terus bertambah dan mengalir ke lautan lepas dalam jangka waktu
yang lama dapat menurunkan kualitas perairan pesisir Wedung pula.
Kekeruhan adalah murni sebuah sifat optik. Pola dan intensitas sebaran akan berbeda
akibat perubahan dengan ukuran dan bentuk partikel serta materi. Sebuah sampel yang
mengandung 1.000 mg/L dari fine talcum powder akan memberikan pembacaan yang
berbeda kekeruhan dari sampel yang mengandung 1.000 mg/L coarsely ground talc.
Kedua sampel juga akan memiliki pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel
mengandung 1.000 mg/L ground pepper. Meskipun tiga sampel tersebut mengandung
nilai TSS yang sama.
2
2. Ukur pakai gelas ukur air sampel yang dibawa sebanyak 50 ml
3. Masukkan kertas saring ke dalam corong gelas
4. Lakukan penyaringan (menggunakan gelas ukur 100 ml maka 5 kali
balikan)
5. Pindahkan kertas saring dengan hati-hati dari peralatan penyaring dan
dibentang di atas cawan arloji.
6. kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 110° selama 1 jam
(Pastikan kertas saring tidak menempel dengan dasar cawan arloji supaya
saat kering, kertas saring tidak robek)
7. Dinginkan dalam desikator untuk menyeimbangkan suhu. Timbanglah
setelah langkah ini selesai dilakukan.
8. Setelah itu tibang kembali berat kertas akhir
9. Lalu hitung TSS dengan rumus:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠
TSS =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 118,5 ml/l
3
V. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu pemeriksaan kadar TSS pada sampel air
menggunakan metode Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara
penimbangan hasil reaksi pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah
zat yang paling tua dan paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan
kimia lainnya. Kesederhanaan itu kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat
ditentukan dengan cara menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat
lain. Gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau
komponenyang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam
keadaan murni setelahmelalui proses pemisahan, demgan kata lain metode
gravimetric menitikberatkan pada prinsip pemurnian dan penimbangan. Selain itu
juga, Analisis gravimetric dapat didefinisikansebgai suatu proses isolasi dan
pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu
Berdasarkan pada standar nilai Total Suspended Solid (TSS) yang kadar
maksimum nya adalah 1.000mg/L pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 32 tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitas,
Kolam Renang, Solus PerAqua, dan Pemandian Umum.
VI. Kesimpulan
4
Higiene Sanitas, Kolam Renang, Solus PerAqua, dan Pemandian Umum nilai
maksimum Total Suspended Solid(TSS) sebesar 1.000 mg/L.
5
DAFTAR PUSTAKA
http://hijrah-darwis.blogspot.com/2012/02/laporan-tss-tds.html.
http://www.saka.co.id/news-detail/monitoring-total-suspended-solid--tss--pada- pada-
pengolahan-air-minum.
6
LAMPIRAN
7
Laporan Praktikum II
Pemeriksaan Minyak Lemak Pada Air Lindi Menggunakan Metode Gravimetri
I. Tinjauan Pustaka
Minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu
senyawa organic yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam pelarut organic non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform
(CHCl3), benzene dan hidrokarbon lainnya. Minyak dapat larut dalam pelarut
tersebut karena minyak mempunyai polaritas yang sama (I Putu, 2012)
Dilihat dari asalnya, terdapat dua golongan besar minyak, yaitu (Anonymous
B,2009):1.
Lemak atau lipid merupakan suatu senyawa organik yang terdapat pada
alamyang tidak larut di dalam air, akan tetapi akan larut dalam pelarut organic
non- polar (anonymous C, 2009).
8
Berdasarkan komponen dasarnya, lemak atau lipid terbagi dalam
(AnonymousC, 2008):
a. Lipid Sederhana;
b. Lipid Majemuk;
c. Lipid Turunan.
Baku mutu yang mengatur batasan maksimal konsentrasi minyak dan lemak
yang diperbolehkan untuk air limbah salah satunya ditetapkan dalam Perda
Provinsi Jawa Tengah no. 5 tahun 2012. Kisaran konsentrasi yang disyaratkan
adalah 2 – 25 mg/L. Baku mutu Kepmen LH No.51 tahun 2004 juga telah
menetapkan konsentrasi maksimum untuk air permukaan dan laut. Konsentrasi
maksimal yang dibolehkan lebih kecil dari effluent air limbah industri yaitu
1mg/L. Perairan lain seperti air laut pada perairan pelabuhan dipersyaratkan
mempunyai konsentrasi minyak dan lemak maximum sebesar 5 mg/L.
Berdasarkan fakta tersebut, maka ketersediaan metode uji minyak dan lemak
yang sesuai dengan batasan konsentrasi tersebut penting untuk dilakukan. Saat
ini, terdapat dua metode uji standar yang telah digunakan untuk penentuan
konsentrasi minyak dan lemak yaitu metode infra merah (APHA SM: 5520 C)
dan metode gravimetri (APHA SM: 5520 B dan SNI 06-6989.10-2011).
A. Alat
1. Blub
2. Desikator
3. Neraca digital
4. Pipet 25 ml
5. Corong pisah
6. Waterbath
7. Cawan porselen
8. Gelas ukur 100 ml
9
B. Bahan
1. Sampel air lindi
2. Aquadest
3. N- heksana
1. Panaskan beaker glass kosong di dalam oven dengan suhu 105° Cselama 1 jam
2. Timbang berat awal cawan porselen dan catat massanya
3. Masukkan 50 ml sampel dan 30 ml N-Hexana ke dalam corong pisah;
4. Kocok larutan selama 10 menit
5. Selanjutnya akan terbentuk 2 lapisan
6. Ambil lapisan yang paling sedikit masukan kecawan porselen. Dan yang
banyak dibuang
7. Isi air pada waterbath kotak kecil 4 lubang
8. Colokkan ke arus listrik
9. Letakkan cawan porselen yang berisi cairan hasil pemisahan pada (poin 7) di
atas lubang waterbath
10. Biarkan sampai cairan yang ada di cawan porselen habis menguap, jika air
dalam waterbath habis sebelum cairan pada cawan porselen menguap, maka
waterbath harus ditambahkan air
11. Setelah cairan habis menguap, cawan porselen dimasukkan ke desikator
12. Timbang berat akhir cawan porselen
13. Lalu hitung minyak lemak dengan rumus:
10
IV. Hasil praktikum
Sampel awal Sampel akhir
4,9 𝑚𝑔
=
0,1 𝑙
= 49 mg/l (ppm)
V. Pembahasan
Pada praktikum modul minyak dan lemak kali ini, praktikan melakukan
percobaan yang bertujuan untuk menentukan kadar minyak dan lemak dari air
lindi.yang diambil dari lingkungan sekitar.
praktikan mendapatkan hasil kadar minyak dan lemak yang terdapat pada air
sampel adalah 49 mg/l (ppm). Kadar minyak dan lemak yang diperbolehkan
menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang penelolaan
kualitas air baku dan pengendalian pencemaran air adalah 1 ppm. Dapat dilihat
bahwa kadar minyak dan lemak pada air limbah tersebut di bawah standar baku
mutu, jadi air lindi ini tidak layak untuk dijadikan air baku,
VI. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan oleh praktikan pada percobaan minyak
dan lemak diperoleh hasil 49mg/l. dan tidak layak dijadikan air baku.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
13
Laporan Praktikum III
Pemeriksaan COD Pada Air Lindi
I. Tinjauan Pustaka
14
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah
adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati, yang dapat digolongkan
menjadi :
1) Pengamatan secara fisik, yaitu pencemaran air berdasarkan tingkat
kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya
perubahan warna bau dan rasa.
2) Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air
berdasarkan zat kimia yang terlarut perubahan pH.
3) Pengamatan secara biologi, yaitu pengamatan pencemaran air
berdasarkan mikroorganisme yang dalam air, terutama ada
tidaknya materi patogen.
Chemical Oxygen Demand (COD) menyatakan jumlah kandungan
oxygen dalam suatu sampel air yang dapat dioksidasi secara kimiawi
menggunakan oksidator kuat (K2Cr2O2) atau banyaknya jumlah oksigen
(Cr2O22-) yang bereaksi dengan contoh uji COD menggambarkan jumlah
total oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi bahan organic secara
kimiawi baik yang dapat di degradasi secara biologis. Metode yang
dilakukan dalam penentuan konsentrasi COD adalah titrasi.
15
B. Bahan
1. Sampel air lindi
2. Aquades
3. Reagen sulfat
4. Merkuri sulfat
5. K2Cr2O7
6. FAS
7. Ferroin
Catatan :
Jika berwarna hijau biru waktu ditambah, maka sampel encerkan dan
diulangi pemeriksaan dari awal.
16
IV. Hasil Praktikum
A. Hasil
Kadar COD mg/l = (a-b) x Np x 8000
Vs
= ( 7,2 ml – 6,6 ml ) x 0,1 x 8000
2
= 0,6 x 0,1 x 8000
2
= 240 ml
V. Pembahasan
Dalam PP No. 20/1990 pasal pertama angka kedua tentang
Pengendalian Pencemaran Air. Pencemaran Air adalah masuknya atau
dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke
dalam air oleh kegiaan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya. Pemerintah lewat PP Nomor 82 Tahun 2001
telah menetapkan baku mutu kualitas air untuk berbagai jenis
penggunaan air. Mutu air ditentukan antara lain oleh beberapa sifat
fisik air seperti suhu, warna, kekeruhan air dan total dissolved solid
(TDS), taraf keudaraan di dalam tubuh air yang diidentifikasi lewat
beberapa sifat antara lain : dissolved oxygen (DO) dan chemical
oxygen demand (COD), taraf kehidupan mikroba air biological oxygen
demand (BOD). Nilai COD pada PP No. 82 Tahun 2001 adalah sebesar
25 mg/L.
Nilai COD sebesar 25 mg/L merupakan baku mutu air. Baku mutu
air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya di dalam air. Dengan penentuan nilai COD
kadar air tersebut masih dalam keadaan normal dan tidak mengalami
suatu pencemaran, jika nilai COD diatas 25 mg/L maka air tersebut
mengalami pencemaran. Pada hasil praktikum kali ini, pada sampel
limbah cair didapatkan hasil nilai COD 300 mg/L sehingga untuk
percobaan kali ini, tingkat pencemaran air sangat tinggi. Tingkat
17
pencemaran yang tinggi akan membahayakan bagi kelangsungan
manusia bahkan lingkungan hidup yang disekitarnya. Kehidupan
mikroorganisme yang ada di dalam air akan terancam karena kebutuhan
oksigen berkurang.
VI. Kesimpulan
Dari hasil percobaan diperoleh kadar COD sebesar 240 mg/L.
Maka berdasarkan baku mutu yang dianjurkan adalah 25 mg/L untuk
nilai COD. Sehingga dapat disimpulkan bahwa air sampel tersebut
mengalami pencemaran yang cukup tinggi.
18
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/295292226/laporan-Praktikum-TeknisPengolahan-
Limbah-COD
Efendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Anita, Agnes. 2005. Perbedaan Kadar BOD, COD, TSS, dan MPN Coliform Pada
Air Limbah, Sebelum dan Sesudah Pengolahan Di RSud Nganjuk. Jurnal
Kesehatan Lingkungan. 2(1):97-110.
19
LAMPIRAN
20
Laporan Praktikum IV
Pemeriksaan BOD Pada Air Lindi
I. Tinjauan pustaka
21
diusahakan konstan pada 20°C yang merupakan suhu yang umum di
alam.Secara teoritis, waktu yang diperlukan untuk proses oksidasi yang
sempurna.sehingga bahan organik terurai menjadi CO2dan H2O adalah
tidak terbatas.Dalam prakteknya dilaboratoriurn, biasanya berlangsung
selama 5 hari dengan anggapan bahwa selama waktu itu persentase
reaksi cukup besar dari total BOD.Nilai BOD 5 hari merupakan bagian
dari total BOD dan nilai BOD 5 harimerupakan 70 - 80% dari nilai BOD
total (SAWYER & MC CARTY, 1978).
B. Bahan
1. Sampel air lindi
2. MnSO4
3. Alkali iodide
4. Asam sulfat pekat
5. Tiosulfat 0,025 N
6. Amilum
22
4) Tutup kembali botol hati-hati, kocok dengan cara membolak-balik
botol beberapa kali
5) Diamkan botol sehingga gumparan mengendap
6) Bagian yang jernih dibuang menggunakan pipet
7) Tambahkan 2 ml asam sulfat pekat pada endapan dalam botol
dengan mengalirkan melalui dinding bagian dalam dari leher botol,
kemudian segera tutup botol
8) Goyangkan botol dengan hati-hati sebagai semua endapan melarut
9) Titrasi dengan larutan tiosulfat 0,025 N sampai terjadi kuning
10) Masukkan indikator amilum 1-2 ml (terbentuk warna biru).
Lanjutkan titrasinya sampai warna biru hilang pertama kali
DO = Vp x Np x 8000
( Vs – 5 )
= 8,5 x 0,1 x 8000
( 500 – 5 )
= 6.800
495
= 13,7 m/l
5 Hari
Volume panetri = 15 ml
DO = Vp x Np x 8000
( Vs – 5 )
= 15 x 0,1 x 800
500 – 5
= 12.000 = 24,3 m/l
495
2. Blanko
23
0 hari
Volume peniter = 10,2
𝑣𝑝 𝑥 𝑛𝑝 𝑥 8000
DO = 𝑣𝑠−4
10,2𝑥 0,1 𝑥 8000
= (300−4)
8.160
= 495𝑚𝑙 = 16,4 m/l
5 hari
𝑣𝑝 𝑥 𝑛𝑝 𝑥 8000
DO = 𝑣𝑠−4
= 12 x 0,1 x 8000
500 – 5
= 9.600 = 19,3 m/l
495
= (10,5) – ( 1,45)
= 9,05 m/l
V. Pembahasan
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan mikroorganisme
untuk menguraikan bahan organiknya yang mudah terurai. Bahan
organik yang tidak mudah terurai umumnya berasal dari limbah
pertanian, pertambangan dan industri. Sehingga makin banyak bahan
organik dalam air, makin besar BOD nya sedangkan DO akan semakin
rendah. DO adalah oksigen terlarut yang terkandung dalam air, berasal
dari udara dan hasil fotosintesis tumbuhan air. Pada praktikum ini untuk
mengetahui oksigen yang diperlukan oleh mikroba maka ditentukan DO
awal dan setelah diinkubasi selama 5 hari, dimana selisih yang
dihasilkan adalah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme.
24
Dari pratikum pemeriksaan parameter BOD sampel air limbah
didapatkan hasilnya yaitu 19,71 mg/l. Dan standar BOD PP No. 81
tahun 2001 = maks 12 mg/l. Jadi sampel yang diperiksa adalah air yang
tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh peraturan pemerintah.
VI. Kesimpulan
Dari percobaan yang praktikan lakukan untuk menentukan kualitas
air limbah dilihat dari kandungan BOD adalah 9,05 m/ldapat
disimpulkan bahwa sampel air limbah yang di periksa untuk di uji
mutunya,kualitas air cukup memenuhi standard BOD.
25
DAFTAR PUSTAKA
Anita, Agnes. 2005. Perbedaan Kadar BOD, COD, TSS, dan MPN Coliform Pada
Air Limbah, Sebelum dan Sesudah Pengolahan Di Rsud Nganjuk. Jurnal
Kesehatan Lingkungan. 2(1): 97-110.
http://www.airproducts.co.id/ind/environmental/BOD_COD.htm: diakses 22
Februari 2016
http://scients.darkbb.com/kimia-analitik-f7/cod-dan-bod-t12.htm:diakses 22
Februari 2016
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan.Oseana.
30(3): 21-26.
26
LAMPIRAN
27