Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN 2

Jurusan Teknik Lingkungan – FALTL – Universitas Trisakti


Gasal 2017/2018

KELOMPOK 5
1. Achmad Kamal (082001500001)
2. Annisa Nur Islami (082001500006)
Asisten: Corry Valentina
INDEKS STANDAR PENCEMARAN UDARA (ISPU) DAN INDEKS
KUALITAS UDARA (AQI)

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Udara mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya. Setiap makhluk hidup membutuhkan udara untuk
mendukung kehidupan secara optimal, sehingga udara adalah sumber daya alam
yang penting untuk dijaga kualitasnya. Untuk mendapatkan kualitas udara yang
baik maka perlu dilakukan pengendalian pencemaran udara.
Pencemaaran udara diartikan sebagai turunnya kualitas udara sehingga
udara mengalami penurunan mutuu dalam penggunaannya dan akhirnya tidak dapat
digunakan sebagai mana mestinya. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan
turunnya kualitas udara salah satun faktor yang berdampak besar adalah hasil gas
buangan dari kegiatan industri. Oleh karena hal tersebut perlu dilakukan adanya
pemantauan kualitas udara di suatu tempat yang disebut Indeks Standar
Pencemaran Udara (ISPU) dan Air Quality Index (AQI).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum yang dilakukan adalah untuk mengetahui
besarnya Indeks Standar Pencemaran Udara dan Air Quality Index agar dapat
menanggulangi pencemaran udara yang ada.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Indeks Standar Pencemar Udara adalah angka yang tidak mempunyai satuan
yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu
yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan
makhluk hidup lainnya. ISPU ditetapkan berdasarkan 5 pencemar utama, yaitu: CO,
SO2, NO2, Ozon permukaan (O3), dan partikel debu (PM10).
a. PM 10
PM merupakan kependekan dari particulate matter atau partikulat.
Partikulat merupakan zat pencemar padat maupun cair yang terdispersi di udara.
Partikulat ini dapat berupa debu, abu, jelaga, asap, uap, kabut, atau aerosol. Jenis-
jenis partikulat dibedakan berdasarkan ukurannya. Partikel yang sangat kecil dapat
bergabung satu sama lain membentuk partikel yang lebih besar.
Partikulat dalam emisi gas buang dapat terdiri atas bermacam-macam komponen.
Beberapa unsur kandungan partikulat adalah karbon (dari pembakaran tidak
sempurna) dan logam timbel (dari pembakaran bensin bertimbel). Sebagian
partikulat keluar dari cerobong pabrik sebagai asap hitam tebal. Tetapi, yang paling
berbahaya adalah butiran-butiran halus sehingga dapat menembus bagian terdalam
paru-paru. Jika ini yang terjadi, organ pernapasan akan terganggu. Standar baku mutu
yang diperbolehkan adalah 150 ug/Nm3.
b. SO2
SO2 merupakan rumus kimia untuk gas sulfur dioksida. Gas ini berasal dari
hasil pembakaran bahan bakar yang mengandung sulfur. Selain dari bahan bakar,
sulfur juga terkandung dalam pelumas. Gas sulfur dioksida sukar dideteksi karena
merupakan gas tidak berwarna. Sulfur dioksida dapat menyebabkan gangguan
pernapasan, pencernaan, sakit kepala, sakit dada, dan saraf. Pada kadar di bawah
batas ambang, dapat menyebabkan kematian. Korban sulfur dioksida bukan hanya
manusia, tetapi juga bangunan dan tumbuhan. Keberadaan gas ini di udara dapat
menimbulkan hujan asam yang merusakkan bahan bangunan dan menghambat
pertumbuhan tanaman. Standara baku mutu yang diperbolehkan adalah 365 ug/Nm3.
c. CO
CO merupakan rumus kimia untuk gas karbon monoksida. Gas ini
dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna. Pembakaran tidak
sempurna, salah satu sebabnya adalah kurangnya jumlah oksigen. Bisa karena saring
udara yang tersumbat, bisa juga karena karburator kotor dan setelannya tidak tepat.
Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di berbagai
perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60 persen pencemaran udara di kota-kota
besar disumbang oleh transportasi umum. Karbon monoksida bersifat racun,
mengakibatkan turunnya berat janin, meningkatkan jumlah kematian bayi, serta
menimbulkan kerusakan otak. Standar baku mutu yang diperbolehkan adalah 10.000
ug/Nm3.
d. O3
O3 merupakan lambang dari ozon. Senyawa kimia ini tersusun atas tiga
atom oksigen. Ozon merupakan gas yang sangat beracun dan berbau sangit. Ozon
terbentuk ketika percikan listrik melintas dalam oksigen. Adanya ozon dapat
dideteksi melalui bau (aroma) yang ditimbulkan oleh mesin-mesin bertenaga listrik.
Secara kimiawi, ozon lebih aktif ketimbang oksigen biasa dan juga merupakan zat
pengoksidasi yang lebih baik.
Biasanya, ozon digunakan dalam proses pemurnian (purifikasi) air,
sterilisasi udara, dan pemutihan jenis makanan tertentu. Di atmosfer, terjadinya ozon
berasal dari nitrogen oksida dan gas organik yang dihasilkan oleh emisi kendaraan
maupun industri. Di samping dapat menimbulkan kerusakan serius pada tanaman,
ozon berbahaya bagi kesehatan, terutama penyakit pernafasan seperti bronkitis
maupun asma. Standar baku mutu yang diperbolehkan adalah 235 ug/Nm3 pada
pengukuran selama 1 jam
e. NO2
NO2 singkatan dari nitrogen dioksida. Zat nitrogen dioksida sangat
beracun sehingga dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan saluran
pernapasan serta menimbulkan kerusakan paru-paru. Gas ini terbentuk dari hasil
pembakaran tidak sempurna. Setelah bereaksi di atmosfer, zat ini membentuk
partikel-partikel nitrat sangat halus sehingga dapat menembus bagian terdalam paru-
paru. Partikel-partikel nitrat ini pula, jika bergabung dengan air baik air di paru-paru
atau uap air di awan akan membentuk asam. Asam ini dapat merusakan tembok
bangunan dan menghambat pertumbuhan tanaman. Jika bereaksi dengan sisa
hidrokarbon yang tidak terbakar, akan membentuk smog atau kabut berwarna cokelat
kemerahan. Standar baku mutu yang diperbolehkan adalah 150 ug/Nm3.
Agar lebih mudah dipahami ISPU dapat dibayangkan seperti penggaris angka 1
hingga 1000. Semakin tinggi nilai ISPU maka semakin tinggi tingkat pencemaran
dan semakin berbahaya dampaknya terhadap kesehatan. Sebagai contoh, ISPU 30
menunjukkan kualitas udara baik dan tidak ada dampak yang berbahaya terhadap
kesehatan.
Ketika kondisi ISPU di bawah 100 dipandang tidak berbahaya terhadap
masyarakat secara umum. Namun ketika ISPU beranjak melebihi 100 maka pertama-
tama kelompok masyarakat yang sensitif seperti penderita asma dan anak-anak serta
orang dewasa yang aktif di luar ruangan, akan paling awal merasakan dampak
kualitas udara yang tidak sehat. Sejalan dengan meningkatnya ISPU maka akan
semakin banyak yang merasakan dampak, hingga akhirnya seluruh masyarakat akan
menderita karena dampak kesehatan yang terjadi.
2.2 Kategori Rentang Warna Penjelasan
1. Baik 0 – 50 Hijau Tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi
kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan
ataupun nilai estetika.
2. Sedang 51 – 100 Biru Tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh pada
kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang
sensitive dan nilai estetika
3. Tidak Sehat 101 – 199 Merah Tingkat kualitas udara yang bersifat
merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang sensitive atau bias
menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.
4. Sangat Tidak Sehat 200 – 299 Kuning Tingkat kualitas udara yang dapat
merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar.
5. Berbahaya 300 – lebih Hitam Tingkat kualitas udara berbahaya yang secara
umum dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.
III. HASIL PENGAMATAN
3.1 Data Analisis
3.1.1 Nilai Batas Indeks Pencemar Udara

Tabel 3.1 Batas indeks pencemar udara (dalam SI)

24 Jam 24 Jam SO2 8 Jam CO 1 Jam O3 1 Jam NO2


ISPU
PM 10 µg/Nm³ µg/Nm³ µg/Nm³ µg/Nm³ µg/Nm³
50 50 80 5 120 -
100 150 365 10 253 -
200 350 800 17 400 1130
300 420 1600 34 800 2260
400 500 2100 46 1000 3000
500 600 2620 57,5 1200 3750

3.1.2 Angka dan Kategori Indeks Standar Pencemar Udara(ISPU)

Tabel 3.2 Angka dan Kategori Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)

Indeks Kategori
1-50 Baik
51-100 Sedang
101-199 Tidak Sehat
200-299 Sangat Tidak Sehat
300-lebih Berbahaya
3.1.3 Data Konsentrasi Tiap Parameter 12 Kelompok
Tabel 3.3 Tabel Data Konsentrasi Tiap Parameter 12 Kelompok
PARAMETER
PM10 O3
KELOMPOK TSP CO SO2 N02
(24 PM2,5 (30
(24 Jam) (8 Jam) (1 Jam) (1 Jam)
Jam) Menit)
µg/Nm3 mg/m3 µg/Nm3 µg/Nm3 µg/Nm3 µg/Nm3 µg/Nm3
1 70,02 3,4355 38,511 19,26 6,9872 0,3 9,77x10-3
PARAMETER
PM10 O3
KELOMPOK TSP CO SO2 N02
(24 PM2,5 (30
(24 Jam) (8 Jam) (1 Jam) (1 Jam)
Jam) Menit)
2 198,57 3,897 53,20 26,60 5,47 0,478 6,59x10-3
3 97,388 3,388 53,56 26,78 1,888 0,299 0,051
4 44,13 3,435 24,27 12,135 13,01 0,4607 0,0443
5 152,51 3,4126 83,88 41,94 6,7559 0,9360 0,0203
6 307,30 3,4355 169,01 84,50 7,8467 2,569 0,0992
7 96,425 3,4355 53,03 26,5 8,254 0,303 0,0162
8 8971,14 5,725 4934,13 2467,06 12,59 0,3023 4,0906x10-4
9 38,41 5,760 21,12 10,56 5,861 0,299 0,216
10 153,65 5,748 84,50 42,25 8,309 0,182 0,035
11 232,67 3,458 127,97 63,98 8,882 0,236 0,0293
12 1313,5 3,4355 722,425 361,213 8,2 0,4 9,961x10-3
Keterangan : Tidak ada di range

3.1.4 Nilai Indeks Standar Pencemar Udara(ISPU) 12 Kelompok


Tabel 3.4 Nilai Insdeks Standar Pencemar Udara(ISPU)
PARAMETER
KELOMPOK CO PM10 SO2 O3 NO2
(8 Jam) (24 Jam) (1 Jam) (30 Menit) (1 Jam)
1 34,35 - 4,367 0,125 0
2 38,97 - 3,41 0,199 0
3 34,3 51 1,175 0,124 0
4 34,35 - 8,13 0,191 0
5 34 67 37 5 -
6 34,35 109,5 2,71 0,941 0
7 34,35 51,5 5,2 0,13 0
8 57,6 - 7,869 0,126 0
9 57,6 - 4 0,2 0,261
10 57,48 67 3,5 0,067 0
11 3,5 89 5,6 0,1 0
12 34,35 - 5,12 0,2 0
3.1.5 Nilai Air Quality Index(AQI) 12 Kelompok
Tabel 3.5 Tabel Nilai Air Quality Index (AQI) 12 Kelompok
PARAMETER
PM2,5 O3 PM10
KELOMPOK CO SO2 N02
(24 (30 (24
(8 Jam) (1 Jam) (1 Jam)
Jam) Menit) Jam)
1 0 58 4 0 0 36
2 0 73 3 0 0 49
3 5,49 3,25 11,18 0 0 56,44
4 0 39 7 0 0 22
5 32,75 103,83 3,67 0,36 0 65,29
6 33 162 2 1 0 108
7 32,97 72,65 4,48 0,07 0 49,10
8 0 8 7 0 0 5
9 0,06 34,29 3,18 0,12 0 19,56
10 23 105 2 0 0 66
11 0 147 5 0 0 87
12 33 408,1 4 0,15 0 646,6

IV. RUMUS DAN PERHITUNGAN


6.1 Rumus
Indeks Standar Pencemaran Udara

𝑰𝒂− 𝑰𝒃
𝑰=( ) 𝒙 (𝑿𝒙 − 𝑿𝒃 ) + 𝑰𝒃
𝑿𝒂 − 𝑿𝒃

Dimana
I = Ispu terhitung
Ia = Ispu batas awas
Ib = Ispu batas bawah
Xa = Ambien batas atas
Xb = Ambien batas bawah
Xx = Ambien hasil pengukuran
6.2 Perhitungan
6.2.1 Indeks Standar Pencemaran Udara ( ISPU)

100−50
𝐼𝐶𝑂 = 𝑥 (3.4126 − 5) + 50 = 34 (baik)
10−5

100−50
𝐼𝑃𝑀10 = 150−50 𝑥 (83.88 − 50) + 50 = 67 (sedang)

100−50
𝐼𝑆𝑂2 = 365−80 𝑥 (6.7559 − 80) + 50 = 37 (baik)

100−50
𝐼𝑁𝑂2 = 𝑥 (0.0203 − 0) + 50 =tidak ada indeks
0−0

100−50
𝐼𝑂3 = 253−120 𝑥 (0.9360 − 120) + 50 = 5 (baik)

6.2.2 Air Quality Indeks (AQI)


• CO

Gambar 6.1 Hasil Perhitungan CO


• PM10

Gambar 6.2 Hasil Perhitungan PM10

• SO2

Gambar 6.3 Hasil Perhitungan SO2


• NO2

Gambar 6.4 Hasil Perhitungan NO2

• O3

Gambar 6.5 Hasil Perhitungan O3


• PM 2.5

Gambar 6.6 Hasil Perhitungan PM 2.5

• AQI berdasarkan excel

Gambar 6.7 Hasil Perhitungan AQI


V. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan penentuan Indeks Standar Pencemaran
Udara (ISPU) yamg dilakukan di lingkungan kampus A, Universitas Trisakti.
Pengukuran ISPU dilakukan bertujuan untuk menggambarkan kondisi kualitas
udara ambien di lokasi dan waktu tertentu yang didasarkan kepada dampak
terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk hidup lainnya. ISPU
ditetapkan berdasarkan 5 pencemar utama, yaitu: CO, SO2, NO2, Ozon
permukaan (O3), dan partikel debu (PM10). Agar pengendalian pencemaran udara
dapat dilakukan maka dilakukan perhitungan Indeks Standar Pencemaran Udara
(ISPU). Perhitungan ISPU ditetapkan oleh Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan (Bapedal) yang diberlakukan untuk pengendalian pencemaran udara
di Indonesia.
Nilai Indeks yang dihitung akan dibandingkan dengan Indeks yang
ditetapkan oleh Bapedal berdasarkan beberapa strata. Strata baik memiliki indeks
sebesar 0-50 dan digambarkan dengan warna hijau. Strata sedang memiliki nilai
indeks sebesar 51-100 dan digambarkan dengan warna biru. Strata tidak sehat
memiliki indeks sebesar 101-199 dan digambarkan dengan warna kuning. Strata
sangat tidak sehat memiliki indeks sebesar 200-299 dan digambarkan dengan
warna merah. Yang terakhir yaitu strata berbahaya dengan nilai indeks 300-lebih
dan digambarkan dengan warna hitam.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan didapatkan indeks
karbonmonoksida (CO) sebesar 34 dan dapat dikategorikan baik dan tidak
memiliki efek apapun terhadap kesehatan. Indeks PM10 didapatkan sebesar 67
dengan kategori sedang. Indeks sulfur dioksida (SO2) didapatkan sebesar 37
dengan kategori baik yang dapat menyebabkan luka pada beberapa spesies
tumbuhan akibat kombinasi dengan O3 (selama 4 Jam). Indeks nitrogen dioksida
(NO2) tidak memiliki indeks karena nilai NO2 pada lingkungan Universitas
Trisakti sangat kecil. Terakhir yaitu indeks oksidan (O3) didapatkan sebesar 5
dengan kategori baik yang dapat menyebabkan luka pada beberapa spesies
tumbuhan akibat kombinasi dengan SO2 (selama 4 Jam). Dari 5 parameter yang
dihitung untuk penentukan Indeks Standar Pencemaran Udara didapatkan indeks
terbesar adalah pada parameter PM10 dengan kategori sedang yang dapat
menurunkan jarang pandang.
Selanjutnya dilakukan pula perhitungan Air Quality Index yang dihitung
dengan bantuan AQI calculator pada www.airnow.gov. AQI dan ISPU memiliki
fungsi yang sama yaitu untuk mengetahui kualitas udara agar dapat dilakukan
pengendalian pencemaran udara. Tetapi perbedaannya terletak pada
penggunaannya saja. Apabila ISPU digunakan hanya dalam skala nasional. Tetapi
AQI digunakan untuk memantau kualitas udara diseluruh dunia atau secara global.
Setelah dilakukan perhitungan Air Quality Indeks di kampus A, Universitas
Trisakti didapatkan nilai CO sebesar 0.2 dengan kategori baik dan digambarkan
dengan warna hijau. Nilai PM10 didapatkan sebesar 65 dikategorikan moderate
yang berisiko tinggi terhadap penderita asma dan digambarkan dengan warna
kuning. Nilai SO2 sebesar 9 dengan kategori baik dan digambarkan dengan warna
hijau. Nilai O3 didapatkan sebesar 0 karena dinilai keberadaan O3 sangat kecil.
Nilai NO2 didapatkan sebesar 0 karena dinilai keberadaan NO2 sangat kecil.
Terakhir yaitu nilai PM 2.5 didapatkan sebesar 112 dengan kategori unhealthy for
sensitive group yang digambarkan dengan warna kuning. Berdasarkan
perhitungan dengan AQI calculator didapatkan indeks terbesar adalah pada
parameter PM 2.5 dengan nilai 112.
Dilakukan juga perhitungan dengan SIM-air menggunakan Microsoft excel
didapatkan nilai CO sebesar 32.75. Nilai PM10 sebesar 65.29. Nilai SO2 sebesar
3.67. Nilai NO2 tidak ada dan nilai PM 2.5 sebesar 103.83. Berdasarkan
perhitungan dengan SIM- air didapatkan nilai terbesar adalah pada parameter PM
2.5 sebesar 103.83.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan penentuan nilai Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) dan Air
Quality Index (AQI) dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Nilai ISPU yang didapatkan pada pengukuran parameter CO, SO2, NO2 dan
O3 termasuk dalam kategori baik yang digambarkan dengan warna hijau.
2. Nilai ISPU yang didapatkan pada pengukuran parameter PM10 termasuk
dalam kategori sedang yang digambarkan dengan warna biru.
3. Nilai Air Quality Index yang didapatkan berdasarkan parameter CO, SO2,
NO2 dan O3 dikategorikan good dan digambarkan dengan warna hijau.
4. Nilai Air Quality Index yang didapatkan berdasarkan parameter PM 10
dikategorikan moderate yang digambarkan dengan warna kuning.
5. Nilai Air Quality Index yang didapatkan berdasarkan parameter PM 2.5
dikategorikan unhealthy for sensitive group yang digambarkan dengan
warna oranye.
DAFTAR PUSTAKA
Bapedal. 1998. Pedoman Teknis Perhitungan dan Pelaporan serta Informasi
Indeks Standar Pencemar Udara.
http://www.scribd.com/doc/24166164/ISPU-IndeksStandar-Pencemar-
Udara-pdf#scribd diakses pada 7 Desember 2017
Haritsyah, M. 2010. Pendeteksi Gas Karbon Monoksida (CO) Disertai Pengiriman
Data Via Handphone Menggunakan Sensor Gas TGS 2442. Jurnal
Penelitian Teknik Elektro UGM, Vol. 3 No. 4, 329-332.

Anda mungkin juga menyukai