I
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
3.3 Perhitungan.......................................................................................................................... 7
II
5.1.3 Hasil pengamatan tes pelengkap ................................................................................... 14
LAMPIRAN................................................................................................................................. 18
III
DAFTAR TABEL
IV
DAFTAR GAMBAR
V
DAFTAR LAMPIRAN
VI
BAB I PENDAHULUAN
1
bukan satu-satunya syarat air berkualitas bagi ikan. Sering dijumpai ikan hidup dan berkembang
dengan "subur" justru pada air yang bagi manusia menimbulkan kesan jorok. Ikan hidup dalam
lingkungan air dan melakukan interaksi aktif antara keduanya.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum bioindikator kualitas air ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui parameter kualitas air baik secara fisika, kimia maupun biologi.
2. Mengetahui kualitas air yang diuji dalam laboratorium dengan parameter biologi, yaitu
menggunakan bioindikator bakteri Eschercihia coli.
3. Mempelajari peranan bakteri Coli sebagai indikator pencemaran air.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Air merupakan media hidup bagi ikan dan beberapa organisme kecil lainnya sebagai
makanannya sehingga tanpa air tidak mungkin suatu usaha perikanan akan berjalan. Namun ,
dalam usaha perikanan tentunya diperlukan air yang memiliki kualitas baik dengan kriteria
tertentu untuk dapat mendukung usaha perikanan tersebut. (Purnama dan Hanafi, 2002).
Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi, atau komponen lain
di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu fisika (suhu, kekeruhan,
padatan, suspense, dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, dan
sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya) (Effendi,
2003). Berikut ini merupakan penjelasan singkat mengenai parameter kualitas air:
2.1. Parameter Fisika
2.1.1. Suhu
Boyd (2003), di daerah tropis suhu perairan berkisar 25-32˚C dan masih layak untuk
kehidupan organisme perairan. Suhu perairan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain
zona iklim, altitude, suhu udara, musim dan pemasukan aliran sungai.
Pola temperatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti intensitas
cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggian
geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang
tumbuh di tepi. Di samping itu, pola temperatur perairan dapat di pengaruhi oleh faktor-
faktor anthropogen (faktor yang di akibatkan oleh aktivitas manusia), seperti limbah panas
yang berasal dari air pendingin pabrik, penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya
perlindungan sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung (Barus, 2003).
Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan
status kesehatan untuk jangka panjang, misalnya stres yang ditandai dengan tubuh lemah,
kurus, dan tingkah laku abnormal. Pada suhu rendah, akibat yang ditimbulkan antara lain
ikan menjadi lebih rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya
sistem imun. Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih
tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres pernafasan pada ikan berupa menurunnya laju
pernafasan dan denyut jantung sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan
akibat kekurangan oksigen (Irianto, 2005).
3
2.1.2. Kecerahan
Birowo (2000), menyatakan bahwa perairan laut yang nilai kecerahannya kurang
dari satu meter dapat dikatakan rendah.
Kecerahan merupakan ciri penentu untuk pencerahan, penglihatan, yang mana suatu
sumber dilihat memancarkan sejumlah kandungan cahaya, dalam kata lain kecerahan
adalah pencerahan yang terhasil dari pada kekilauan sasaran penglihatan, kecerahan
merupakan suatu ukuran dimana cahaya di dalam air yang disebabkan oleh adanya partikel-
partikel kaloid dan suspensi dari suatu bahan pencemaran, antara lain bahan organik dari
buangan-buangan industry, rumah tangga, maupun pertanian yang terkandung di perairan
(Chakroff dalam Syukur, 2002).
Suman Widjaya (2000), kecerahan adalah suatu ukuran untuk menentukan daya
penetrasi cahaya matahari yang masuk kedalam perairan. Nilai ini berbanding terbalik
dengan kekeruhan. Kecerahan yang produktif adalah 20-40 cm dari permukaan air. Tingkat
kecerahan perairan memengaruhi pertumbuhan fitoplankton.
2.1.3. Kedalaman
Kedalaman di suatu perairan sangat penting untuk diperhatikan, hal ini
diakarenakan kedalaman suatu perairan dapat memengaruhi jumlah cahaya yang akan
masuk ke perairan dan ketersediaan oksigen diperairan tersebut. Jika di suatu perairan
kekurangan cahaya masuk ke dalamnya, maka ikan-ikan yang ada di dalam perairan
tersebut akan stress. Begitu juga halnya dengan kandungan oksigen, biasanya di perairan
dalam ketersediaan oksigen lebih sedikit dibandingkan dengan perairan dangkal.
2.2. Parameter Kimia
2.2.1 Derajat keasaman (pH)
Tambunan dalam laporan praktikum umum (2006), pH adalah ukuran tingkat
keasaman dari air atau besarnya konsentrasi ion H dalam air dan merupakan gambaran
keseimbangan antara asam (H+) dan basa (OH-) dalam air. Nilai pH sangat dipengaruhi
oleh daya produktifitas suatu perairan.
Kadar pH dinilai dengan ukuran antara 0-14. Sebagian besar persediaan air
memiliki pH antara 7,0-8,2. Namun, beberapa air memiliki pH di bawah 6,5 atau diatas 9,5.
Air dengan kadar pH yang tinggi pada umumnya mempunyai konsentrasi alkali karbonat
4
yang lebih tinggi. Alkali karbonat menimbulkan noda alkali dan meningkatkan farmasi
pengapuran pada permukaan yang keras (iCLEAN, 2007).
Fardiez (2000), nilai pH yang normal adalah sekitar antara 6-8. O2 terlarut
merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan hewan dan tanaman dalam air. Derajat
keasaman (pH) mempunyai pengaruh yang besar terhadap biota air sehingga sering
digunakan sebagai parameter atau sebagai petunjuk untuk menyatakan baik buruknya
keadaan perairan sebagai lingkungan hidup.
2.2.2. Oksigen terlarut (DO)
Oksigen adalah unsur vital yang diperlukan oleh semua organisme untuk respirasi
dan sebagai zat pembakar dalam proses metabolisme. Sumber utama oksigen terlarut dalam
air adalah penyerapan oksigen dari udara melalui kontak antara permukaan air dengan
udara dan dari proses fotosintesis. Selanjutnya, air kehilangan oksigen melalui pelepasan
dari permukaan ke atmosfer dan melalui kegiatan respirasi dari semua organisme (Barus,
2003).
Fauzi et al (2003), oksigen terlarut (DO-Dissolved Oxygen) adalah jumlah oksigen
terlarut yang digunakan dalam air. Oksigen terlarut dalam air dapat berasal dari proses
fotosintesa oleh fitoplankton atau tumbuhan air lainya dan difusi dari udara.
Kristanto (2002), DO (Dissolved Oxygen), adalah gas yang tidak berbau, tidak
berasa dan hanya sedikit larut dalam air. Untuk mempertahankan hidupnya, mahkluk hidup
yang hidup di dalam air, baik tumbuhan maupun hewan bergantung pada oksigen yang
terlarut ini. Jadi, kadar oksigen terlarut dapat dijadikan ukuran untuk menentukan kualitas
air. Konsentrasi oksigen terlarut minimal untuk kehidupan biota tidak boleh kurang dari 6
mg/l.
2.2.3 Karbondioksida bebas (CO2)
Kordi (2004), karbondioksida bebas merupakan gas yang juga dibutuhkan oleh
tumbuhan air (phytoplankton), maupun tumbuhan air tingkat tinggi untuk melakukan
proses fotosintesis. Konsentrasi karbondioksida yang baik adalah kurang dari 25 ppm dan
tidak boleh kurang dari 10 ppm.
Pamungkas (2002), karbondioksida yang berada dalam bentuk gas yang terkandung
dalam air. Kandungan CO2 bebas di udara adalah berkisar 0,03%. Kandungan CO2 dalam
air murni pada tekanan 1 atm dan temperatur 25˚C adalah sekitar 0,4 ppm.
5
Kristanto (2002), karbondioksida dapat juga terbentuk dari hasil metabolisme. Pada
proses fotosintesis CO2 lebih banyak digunakan dan O2 lebih banyak dihasilkan. Hal ini
akan memengaruhi konsentrasi CO2 dalam air yang bergantung pada kedalaman air
tersebut. Respirasi oleh hewan dan tumbuhan akan menghasilkan CO2.
Kasry (1995) mengemukakan bahwa tingginya tingkat CO2 bebas dalam air
dihasilkan dari proses perombakan bahan organik dan mikroba. Kadar karbondioksida
bebas yang dikehendaki tidak lebih dari 12 mg/L dan kandungan terendah adalah 2 mg/L.
Kandungan CO2 bebas di perairan tidak lebih dari 25mg/L dengan catatan kadar O2 terlarut
cukup tinggi.
6
BAB III METODE PENELITIAN
3.2 Laboratorium
Metode yang dipakai dalam percobaan kali ini adalah laboratorium. Pada
percobaan ini, praktikan melakukan sampling. Sampel yang akan di uji berbentuk
padatan, cairan dan gas. Sampel yang berbentuk padatan terlebih dahulu di larutkan
dengan air suling. Kemudian dilakukan pengenceran agar sampel yang akan diuji
tidak terlalu pekat sehingga tidak mengganggu pada saat proses pengujian.
3.3 Perhitungan
10
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑃𝑁 (𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙)
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑒𝑠
7
3.4 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
No Nama Alat Ukuran Jumlah Nama bahan Konsentrasi Jumlah
1 Tabung - 9 Medium EMB - 1
reaksi dalam cawan
petri
2 Rak tabung - 1 Kaldu laktosa - 1
reaksi
3 Tabung - 9 Air sampel - 1
durham
4 Pembakar - 1 Media BGLB - 1
spiritus
5 Pipet 5 ml dan 1 1 Media agar - 1
gondok ml miring
6 Pipet tetes - 1 Alcohol 95% - 1
7 Kaca objek - 1 Larutan Kristal - 1
violet
8 Mikroskop - 1 Larutan - 1
safranin
9 Kawat ose - 1 Lugol - 1
10 Gegep kayu - 1 Minyak imersi - 1
11 Pipet mikro - 1 Aquadest - 1
8
3.5 Cara Kerja
3.5.1 Tes Pendugaan Bioindikator Air
No Cara kerja Gambar
1 Ambil sampel air dengan pipet gondok
sebanyak 0.1 ml; 1 ml dan 10 ml
2 Masukkan ke dalam 9 tabung reaksi yang
berisi laktosa.
3 Homogenkan ketiga tabung reaksi yang
telah ditetesi air sampel.
4 Inkubasikan pada suhu 37 oC selama 48
jam.
9
3.5.3 Tes Pelengkap Bioindikator Air
No Cara kerja Gambar
1 Sterilisasi kawat ose yang akan digunakan
2 Ambil sampel pada media BGLB dengan
kawat ose
3 Lalu celupkan pada tabung reaksi yang
berisi kaldu laktosa
4 Ambil sampel yang ada ada media EMB
dalam cawan petri
5 Goreskan pada agar miring dengan
menggunakan ose
6 Inkubasikan keduanya pada suhu 37Oc
selama 48 jam
7 Amati hasil pada kedua tabung
8 Lakukan pewarnaan gram untuk
meyakinkan hasil
10
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil pengamatan
5.1.1 Hasil pengamatan tes pendugaan
No Volume No tabung Hasil pengamatan Gambar
sampel
1 10 ml Tabung A Lebih keruh ada
CAN endapan di tengah.
Terdapat sedikit
oksigen
Tabung B Lebih keruh ada
endapan di tengah.
Terdapat sedikit
oksigen
Tabung C -
1 ml Tabung A Ada endapan, sedikit
lebih keruh. Gas
sedikit.
Tabung B Ada endapan, sedikit
lebih keruh. Gas
sedang.
Tabung C -
0.1 ml Tabung A -
Tabung B -
Tabung C -
2 10 ml Tabung A
AS Tabung B
Tabung C
1 ml Tabung A
Tabung B
Tabung C
11
0.1 ml Tabung A
Tabung B
Tabung C
3 10 ml Tabung A
MANDA Tabung B
Tabung C
1 ml Tabung A
Tabung B
Tabung C
0.1 ml Tabung A
Tabung B
Tabung C
4 10 ml Tabung A
Tabung B
Tabung C
1 ml Tabung A
Tabung B
Tabung C
0.1 ml Tabung A
Tabung B
Tabung C
5 10 ml Tabung A
TARI Tabung B
Tabung C
1 ml Tabung A
Tabung B
Tabung C
0.1 ml Tabung A
Tabung B
Tabung C
12
6 10 ml Tabung A Terdapat gas dan
GUA endapan. Larutan
menjadi keruh.
Tabung B Terdapat gas dan
endapan. Larutan
menjadi keruh.
Tabung C Terdapat gas dan
endapan. Larutan
menjadi keruh.
1 ml Tabung A Terdapat gas dan
endapan. Larutan
menjadi keruh.
Tabung B Terdapat gas dan
endapan. Larutan
menjadi keruh.
Tabung C Terdapat gas dan
endapan. Larutan
menjadi keruh.
0.1 ml Tabung A Terdapat gas dan
endapan. Larutan
menjadi keruh.
Tabung B Terdapat gas dan
endapan. Larutan
menjadi keruh.
Tabung C Terdapat gas dan
endapan. Larutan
menjadi keruh.
13
EMB
5 BGLG
EMB
6 BGLG Larutan menjadi keruh dan
terdapat gas.
EMB Terdapat koloni
mengkilaplogam.
14
pewarnaan gram. dihasilkan warna merah muda
yang menandakan adanya gram
negatif.
Kaldu laktosa Keruh dan terdapat gas.
5.2 Pembahasan
15
BAB V SIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
18