Anda di halaman 1dari 28

Tugas Kimia Lingkungan

KOMPONEN UDARA, PARAMETER PENCEMARAN UDARA,


PERATURAN TENTANG PENCEMARAN UDARA DAN SUMBER
PENCEMARAN UDARA

OLEH

KELOMPOK I

AYU LESTARI (A1C4 14 009)

HERNI (A1C4 14 017)

ENENG ETSAWIDYA (A1C4 14 051)

NURHIDAYA WAHID (A1C4 14 053)

EKA DWI NOVITASARI (A1C4 14 079)

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu

dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan

bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal. Pencemaran udara dewasa ini

semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran

udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi,

perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi

terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas.

Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan

alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dll. Dampak dari

pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang

berdampak negatif terhadap kesehatan manusia. Udara merupakan media

lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar manusia perlu mendapatkan perhatian

yang serius, hal ini pula menjadi kebijakan Pembangunan Kesehatan Indonesia pada

tahun 2010, dengan program pengendalian pencemaran udara merupakan salah satu

dari sepuluh program unggulan. Pertumbuhan pembangunan seperti industri dan

transportasi disamping memberikan dampak positif namun disisi lain akan

memberikan dampak negatif dimana salah satunya berupa pencemaran udara dan

kebisingan baik yang terjadi didalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan

(outdoor) yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan terjadinya penularan

penyakit. Menurut data dari Dinas Kesehatan penduduk Surabaya yang terkena
infeksi akut saluran pernafasan bagian atas sebanyak 235.725 penderita (menempati

peringkat pertama kejadian penyakit).

Udara merupakan campuran dari gas yang terdiri dari 78% nitrogen, 20%

oksigen, 0,93% argon, 0,03% karbon dioksida, dan sisanya terdiri dari neon,

helium, metan dan hidrogen. Udara dikatakan tercemar apabila berbedanya

komposisi udara aktual dengan kondisi udara normal dan dapat mendukung

kehidupan manusia.

Dari studi-studi literatur digambarkan bahwa secara global sektor

transportasi sebagai tulang punggung aktifitas manusia mempunyai kontribusi yang

cukup besar bagi pencemaran udara, 44% TSP (Total Suspended Particulate), 89%

hidrokarbon, 100% Pb, dan 73% NOx. Sementara dari data inventarisasi Bapedal

menunjukkan bahwa di Jakarta emisi yang dilepaskan ke udara sebagai dampak

penggunaan konsumsi energi mencakup 15% TSP, 16% NOx, dan 63% SOx

(Budiyono, 2001). Berlebihnya tingkat konsentrasi zat pencemar seeprti tersebut di

atas, hingga melampaui ambang batas toleransi yang diperkenankan akan

mempunyai dampak negatif yang berbahaya terhadap lingkungan, baik bagi

manusia, tumbuh-tumbuhan, hewan dan rusaknya benda-benda (material) serta

berpengaruh pada kualitas air hujan (hujan asam), yang berakibat pada ekosistem

flora dan fauna. Olehnya itu penting untuk mengetahui pencemaran udara yang

diakibatkan karena berbagai sebab.


1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :

1.2.1. Apa saja komponen dalam udara?

1.2.2. Apa saja parameter ketika udara tercemar?

1.2.3. Bagaimana pemerintah mengatur ambang batas pencemaran udara?

1.2.4. Apa saja sumber pencemaran udara?

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan dari makalah ini yaitu :

1.3.1. Mengetahui komponen dalam udara.

1.3.2. Mengetahui parameter ketika udara tercemar.

1.3.3. Mengetahui peraturan-peraturan pemerintah yang mengatur ambang batas

pencemaran udara.

1.3.4. Mengetahui sumber-sumber pencemaran udara.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Komponen Udara

Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya

tidak tetap. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan dan selalu

berubah dari waktu ke waktu. Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi

adalah air yang berupa uap air. Jumlah air yang terdapat di udara bervariasi

tergantung dari cuaca dan suhu. Udara bersih yang dihirup hewan dan manusia

merupakan gas yang tidak tampak, tidak berbau, tidak berwarna maupun berasa

(Wardhana, 1995).

Udara terdiri atas campuran homogen dari berbagai gas; komposisi gas-

gas di atmosfer berubah-ubah dan berbeda bergantung pada tempatnya.

Penguapan dan pengembunan (karena perbedaan temperatur) dari hidrosfer dan

makhluk di bumi akan mempengaruhi uap air di udara. Rata-rata udara

mengandung uap air dengan kadar berkisar dari 0,14% - 1,56% volum. Udara di

permukaan bumi yang mengandung uap air disebut udara lembab, sedangkan jika

tidak mengandung uap air disebut udara kering. Komposisi udara kering di mana

semua uap air telah dihilangkan relatif konstan. Konsentrasi gas dinyatakan dalam

persen atau per sejuta/part per million (ppm), tetapi untuk gas yang

konsentrasinya sangat kecil biasanya dinyatakan dalam ppm, seperti pada tabel

berikut.

Tabel 1. Komposisi udara bersih


Konsentrasi dalam volume
Komponen
(ppm) (%)
Nitrogen (N2) 780,900 78,09
Oksigen (O2) 209,500 20,95
Argon (Ar) 9,300 0,93
Karbon dioksida (CO2) 320 0.032
Neon (Ne) 18 1,8 x 10-3
Helium (He) 5,2 5,2 x 10-4
Metana (CH4) 1,5 1,5 x 10-4
Krypton (Kr) 1,0 1,0 x 10-5
H2 0,5 5,0 x 10-5
H2O 0,2 2,0 x 10-5
CO 0,1 1,0 x 10-5
Xe 0,08 8,0 x 10-6
O3 0,02 2,0 x 10-6
NH3 0,006 6,0 x 10-7
NO2 0,001 1,0 x 10-7
NO 0,0006 6,0 x 10-8
SO2 0,0002 2,0 x 10-8
H2S 0,0002 2,0 x 10-8
(Gidding, 1973)

Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali.

Beberapa gas seperti sulfur dioksida (SO2), hidrogen sulfida (H2S), dan karbon

monoksida (CO) selalu dibebaskan ke udara sebagai produk sampingan dari

proses-proses alami seperti aktivitas vulkanik, pembusukan sampah tanaman

(meningkatkan kadar CO2), kebakaran hutan, dan sebagainya. Selain itu partikel-

partikel padatan atau cairan berukuran kecil dapat tersebar di udara oleh angin,

letusan vulkanik atau gangguan alam lainnya. Selain disebabkan polutan alami

tersebut, polusi udara juga dapat disebabkan oleh aktivitas manusia.

Udara bersih adalah udara yang mengandung beberapa macam gas dengan

komposisi yang normal. Contohnya gas oksigen merupakan esensial bagi

kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia. Namun, akibat aktivitas manusia

yang tidak ramah lingkungan, udara sering kali menurun kualitasnya. Perubahan

ini dapat berupa sifat-sifat fisis maupun kimiawi. Perubahan kimiawi dapat berupa
pengurangan maupun penambahan salah satu komponen kimia yang terkandung

dalam udara. Kondisi seperti itu lazim disebut dengan pencemaran (polusi) udara.

2.2. Parameter Pencemaran Udara

Parameter pencemar udara didasarkan pada baku mutu udara ambien

menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, yang meliputi : Sulfur

dioksida (SO2), Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO 2), Ozon (O3),

Hidro karbon (HC), Pb (Timbal). Masalah dalam pencemaran udara adalah emisi

kendaraan bermotor dimana sebagian besar kendaraan bermotor ini menggunakan

bahan bakar minyak (BBM) berupa Premix, Premium atau Solar yang

mengandung timbal berperan sebagai penyumbang polusi cukup besar terhadap

kualitas udara dan kesehatan (Sudrajat, 2006).

Pencemaran udara mempengaruhi sistem kehidupan makhluk hidup seperti

gangguan kesehatan, ekosistem yang berkaitan dengan manusia. Menurut Mukono

(2008) terdapat berbagai macam jenis zat pencemar udara terhadap penurunan

kualitas udara seperti gas pencemar yang secara garis besar dibedakan menjadi:

1) Nitrogen dioksida (NO₂)

Nitrogen dioksida (NO₂) adalah gas yang toksik bagi manusia. Efek yang

terjadi tergantung pada dosis serta lamanya pemaparan yang diterima oleh

seseorang. Konsentrasi oleh NO₂ yang berkisar antara 50-100 ppm dapat

menyebabkan peradangan paru-paru bila orang terpapar selama beberapa

menit saja. Pada fase ini seseorang masih dapat sembuh kembali dalam waktu

6-8 minggu. Konsentrasi 150-200 ppm dapat menyebabkan pemampatan

bronkhioli. Seseorang dapat meninggal dalam waktu 3-5 minggu setelah


pemaparan oleh gas tersebut. Bahkan konsentrasi yang lebih dari 500 ppm

dapat mematikan dalam waktu 2-10 hari.

Gas NO₂ merupakan gas yang sangat berbahaya terhadap manusia, pada

konsentrasi yang normal ditemukan di atmosfer, NO tidak mengakibatkan

iritasi dan tidak berbahaya tetapi pada konsentrasi udara ambien yang normal

NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO₂ yang lebih beracun, dengan

sifatnya berwarna cokelat kemerahan dan berbau tajam dapat menimbulkan

keluhan yang berupa sakit mata (iritasi) dan sakit pada paru-paru. Kedua

bentuk gas ini paling banyak ditemukan sebagai polutan udara yang sangat

berbahaya terhadap manusia.

Dari seluruh jumlah oksigen nitrogen ( NOx ) yang dibebaskan ke udara,

jumlah yang terbanyak adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh

aktivitas bakteri. Akan tetapi pencemaran NO dari sumber alami ini tidak

merupakan masalah karena tersebar secara merata sehingga jumlah nya

menjadi kecil. Yang menjadi masalah adalah pencemaran NO yang diproduksi

oleh kegiatan manusia karena jumlahnya akan meningkat pada tempat-tempat

tertentu.

Kadar NOx diudara perkotaan biasanya 10–100 kali lebih tinggi dari pada

di udara pedesaan. Kadar NOx diudara daerah perkotaan dapat mencapai 0,5

ppm (500 ppb). Seperti halnya CO, emisi NOx dipengaruhi oleh kepadatan

penduduk karena sumber utama NOx yang diproduksi manusia adalah dari

pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan


bermotor, produksi energi dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi

NOx buatan manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas, dan bensin.

Kadar NOx di udara dalam suatu kota bervariasi sepanjang hari tergantung

dari intensitas sinar mataharia dan aktivitas kendaraan bermotor. Perubahan

kadar NOx berlangsung sebagai berikut :

a) Sebelum matahari terbit, kadar NO dan NO2 tetap stabil dengan kadar

sedikit lebih tinggi dari kadar minimum sehari-hari.

b) Setelah aktifitas manusia meningkat ( jam 6-8 pagi ) kadar NO meningkat

terutama karena meningkatnya aktivitas lalulintas yaitu kendaraan

bermotor. Kadar NO tetinggi pada saat ini dapat mencapai 1-2 ppm.

c) Dengan terbitnya sinar matahari yang memancarkan sinar ultra violet kadar

NO2 ( sekunder ) kadar NO2 pada saat ini dapat mencapai 0,5 ppm.

d) Kadar ozon meningkat dengan menurunnya kadar NO sampai 0,1 ppm.

e) Jika intensitas sinar matahari menurun pada sore hari ( jam 5-8 malam )

kadar NO meningkat kembali.

f) Energi matahari tidak mengubah NO menjadi NO2 (melalui reaksi

hidrokarbon) tetapi O3 yang terkumpul sepanjang hari akan bereaksi

dengan NO. Akibatnya terjadi kenaikan kadar NO2 dan penurunan kadar

O3.

g) Produk akhir dari pencemaran NOx di udara dapat berupa asam nitrat, yang

kemudian diendapkan sebagai garam-garam nitrat didalam air hujan atau

debu. Merkanisme utama pembentukan asam nitrat dari NO2 di udara masih

terus dipelajari Salah satu reaksi dibawah ini diduga juga terjadi diudara
tetapi diudara tetapi peranannya mungkin sangat kecil dalam menentukan

jumlah asam nitrat di udara.

2) Karbonmonoksida (CO)

Karbonmonoksida (CO) yang terdapat di alam terbentuk dari salah satu

proses yaitu pembakaran tidak sempurna terhadap karbon atau komponen

yang mengandung karbon, reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang

mengandung karbon pada suhu tinggi, pada suhu tinggi, CO₂ terurai menjadi

CO dan O₂. Pembebasan CO ke atmosfer sebagai aktivitas manusia lebih

nyata, misalnya dari transportasi, pembakaran minyak, gas arang atau kayu,

proses-proses industri, industri besi, kertas, kayu, pembuangan limbah padat,

kebakaran hutan dan lain-lain. Dengan sifatnya yang tidak berwarna, tidak

berbau, tidak mempunyai rasa yang terdapat dalam bentuk gas pada suhu di

atas -192°C. mempunyai berat sebesar 96,5% dari berat air dan tidak larut

dalam air dan dapat memberikan kelainan seperti kerusakan otot jantung dan

susunan saraf pusat (SSP) dengan keluhan yang di rasakan seperti rasa pusing,

pandangan menjadi kabur, kehilangan daya pikir, penurunan koordinasi

syaraf, dan akhirnya sampai berujung pada kematian (Daryanto, 2004).

Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang

menggunakan bahan bakar bensin. Berdasarkan estimasi, jumlah CO dari

sumber buatan diperkirakan mendekati 60 juta Ton per tahun. Separuh dari

jumlah ini berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bakan bakar

bensin dan sepertiganya berasal dari sumber tidak bergerak seperti

pembakaran batubara dan minyak dari industri dan pembakaran sampah


domestik. Di dalam laporan WHO (1992) dinyatakan paling tidak 90% dari

CO diudara perkotaan berasal dari emisi kendaraan bermotor. Selain itu asap

rokok juga mengandung CO, sehingga para perokok dapat memajan dirinya

sendiri dari asap rokok yang sedang dihisapnya.

Sumber CO dari dalam ruang (indoor) termasuk dari tungku dapur rumah

tangga dan tungku pemanas ruang. Dalam beberapa penelitian ditemukan

kadar CO yang cukup tinggi didalam kendaraan sedan maupun bus. Kadar CO

diperkotaan cukup bervariasi tergantung dari kepadatan kendaraan bermotor

yang menggunakan bahan bakar bensin dan umumnya ditemukan kadar

maksimum CO yang bersamaan dengan jam-jam sibuk pada pagi dan malam

hari. Selain cuaca, variasi dari kadar CO juga dipengaruhi oleh topografi jalan

dan bangunan disekitarnya.

Pemajanan CO dari udara ambien dapat direfleksikan dalam bentuk kadar

karboksi-haemoglobin (HbCO) dalam darah yang terbentuk dengan sangat

pelahan karena butuh waktu 4-12 jam untuk tercapainya keseimbangan antara

kadar CO diudara dan HbCO dalam darah oleh karena itu kadar CO didalam

lingkungan, cenderung dinyatakan sebagai kadar rata-rata dalam 8 jam

pemajanan Data CO yang dinyatakan dalam rata-rata setiap 8 jam pengukuran

sepajang hari (moving 8 hour average concentration) adalah lebih baik

dibandingkan dari data CO yang dinyatakan dalam rata-rata dari 3 kali

pengukuran pada periode waktu 8 jam yang berbeda dalam sehari.

Perhitungan tersebut akan lebih mendekati gambaran dari respons tubuh

manusia tyerhadap keracunan CO dari udara.


Karbon monoksida yang bersumber dari dalam ruang (indoor) terutama

berasal dari alat pemanas ruang yang menggunakan bahan bakar fosil dan

tungku masak. Kadar nya akan lebih tinggi bila ruangan tempat alat tersebut

bekerja, tidak memadai ventilasinya. Namun umunnya pemajanan yang

berasal dari dalam ruangan kadarnya lebih kecil dibandingkan dari kadar CO

hasil pemajanan asap rokok. Beberapa individu juga dapat terpajan oleh CO

karena lingkungan kerjanya. Kelompok masyarakat yang paling terpajan oleh

CO termasuk polisi lalu lintas atau tukang pakir, pekerja bengkel mobil,

petugas industri logam, industri bahan bakar bensin, industri gas kimia dan

pemadam kebakaran.

Pemajanan CO dari lingkungan kerja seperti yang tersebut diatas perlu

mendapat perhatian. Misalnya kadar CO di bengkel kendaraan bermotor

ditemukan mencapai setinggi 600 mg/m 3 dan didalam darah para pekerja

bengkel tersebut bisa mengandung HbCO sampai lima kali lebih tinggi dari

kadar nomal. Para petugas yang bekerja dijalan raya diketahui mengandung

HbCO dengan kadar 4–7,6% (porokok) dan 1,4–3,8% (bukan perokok) selama

sehari bekarja. Sebaliknya kadar HbCO pada masyarakat umum jarang yang

melampaui 1% walaupun studi yang dilakukan di 18 kota besar di Amerika

Utara menunjukan bahwa 45 % dari masyarakat bukan perokok yang terpajan

oleh CO udara, di dalam darahnya terkandung HbCO melampaui 1,5%. Perlu

juga diketahui bahwa manusia sendiri dapat memproduksi CO akibat proses

metabolismenya yang normal. Produksi CO didalam tubuh sendiri ini

(endogenous) bisa sekitar 0,1+1% dari total HbCO dalam darah.


Mekanisme alami di mana karbonmonoksida hilang dari udara banyak

diteliti dan pembersihan CO dari udara kemungkinan terjadi karena beberapa

proses yaitu reaksi atmosfer yang berjalan sangat lambat sehingga jumlah CO

yang hilang sangat sedikit, aktivitas mikroorganisme yang terdapat dalam

tanah dapat menghilangkan CO dengan kecepatan relatif tinggi dari udara.

Meskipun tanah dengan mikroorganisme di dalamnya dapat berfungsi dalam

pembersihan CO di atmosfer, tetapi kenaikan konsentrasi CO di udara masih

saja terjadi. Hal ini disebabkan tanah yang tersedia tidak tersebar rata

(Daryanto, 2004).

3) Sulfur dioksida (SO₂)

SO₂ merupakan ikatan yang tidak stabil dan sangat reaktif terhadap gas

lain. Sumber emisi gas SO₂ berupa pembakaran yang tidak bergerak, yang

paling tinggi 76%, proses dalam industri, limbah padat, pembakaran limbah

pertanian. Sumber emisi SO₂ yang terbanyak berasal dari alam, sedangkan

aktivitas manusia hanya beberapa bagian gas. Gas SO₂ yang memiliki sifat

tidak berwarna, baunya yang tajam, sangat mengiritasi, tidak terbakar dan

tidak meledak. Gas SO₂ memberikan dapat menimbulkan keluhan berupa

iritasi mata, saluran pernafasan, batuk kronis, pandangan menjadi kabur,

bahkan dapat menimbulkan gejala penyakit jantung.

Pembakaran bahan-bahan yang mengandung Sulfur akan menghasilkan

kedua bentuk sulfur oksida, tetapi jumlah relative masing-masing tidak

dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia. Di udara, SO 2 selalu terbentuk

dalam jumlah besar. Jumlah SO3 yang terbentuk bervariasi dari 1 sampai 10%
dari total SOx. Mekanisme pembentukan SOx dapat dituliskan dalam dua

tahap reaksi sebagai berikut :

S + O2 ↔ SO2

2SO2 + O2 ↔ 2SO3

SO3 di udara dalam bentuk gas hanya mungkin ada jika konsentrasi uap air

sangat rendah. Jika konsentrasi uap air sangat rendah. Jika uap air terdapat

dalam jumlah cukup, SO3 dan uap air akan segera bergabung membentuk

droplet asam sulfat (H2SO4 ) dengan reaksi sebagai berikut :

SO2 + H2O2 ↔ H2SO4

Komponen yang normal terdapat di udara bukan SO3 melainkan H2SO4

Tetapi jumlah H2SO4 di atmosfir lebih banyak dari pada yang dihasilkan dari

emisi SO3 hal ini menunjukkan bahwa produksi H2SO4 juga berasal dari

mekanisme lainnya. Setelah berada diatmosfir sebagai SO2 akan diubah

menjadi SO3 (Kemudian menjadi H2SO4) oleh proses-proses fotolitik dan

katalitik Jumlah SO2 yang teroksidasi menjadi SO3 dipengaruhi oleh beberapa

faktor termasuk jumlah air yang tersedia, intensitas, waktu dan distribusi

spektrum sinar matahari, Jumlah bahan katalik, bahan sorptif dan alkalin yang

tersedia. Pada malam hari atau kondisi lembab atau selama hujan SO 2 di udara

diaborpsi oleh droplet air alkalin dan bereaksi pada kecepatan tertentu untuk

membentuk sulfat di dalam droplet.

4) Ozon

Ozon adalah gas yang tidak stabil. Berwarna biru, mudah mengoksidasi,

dan bersifat iritan terhadap saluran pernapasan. Ozon dapat memasuki saluran
pernapasan lebih dalam daripada SO₂. Ozon akan mematikan sel-sel

makrofag, mengstimulir penebalan dinding arteri paru-paru, dan apabila

pemaparan terhadap ozon sudah berjalan cukup lama maka dapat terjadi

kerusakan paru-paru yang disebut emphysema dan sebagai akibatnya jantung

kanan dapat melemah. Ozon didapat dari berbagai sumber seperti peralatan

listrik bervoltase tinggi, peralatan sinar rontgen, dan spektograf. Karena ozon

bersifat bakterisidal, maka ozon seringkali sengaja dibuat untuk dipakai

sebagai desinfektan. Keluhan yang dapat dirasakan akibat gas ini yaitu iritasi

dan rasa kering ditenggorokan, sakit kepala, mual, tidak ada nafsu makan,

batuk dan nyeri dada serta pernapasan menjadi pendek dan sembab paru.

5) Partikulat

Partikulat adalah zat padat/cair yang halus, dan tersuspensi di udara,

misalnya embun, debu, asap, dan uap. Sumber alamiah partikulat atmosfer

adalah debu yang memasuki atmosfer karena terbawa oleh angin. Sumber lain

adalah segala proses yang menimbulkan debu seperti pabrik semen, industri

metarulgi, industri konstruksi, industri bahan makanan, dan juga kendaraan

bermotor. Sebagai akibat yang ditimbulkan yaitu dapat mengganggu saluran

pernapasan, mengotori bangunan, dan bahan makanan.

Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM)

merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan

anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai

dari < 1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Partikulat debu tersebut

akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-
layang di udara dan masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran

pernafasan. Selain dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan, partikel

debu juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan juga

mengadakan berbagai reaksi kimia di udara. Partikel debu SPM pada

umumnya mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda, dengan

berbagai ukuran dan bentuk yang berbada pula, tergantung dari mana sumber

emisinya.

Karena Komposisi partikulat debu udara yang rumit, dan pentingnya

ukuran partikulat dalam menentukan pajanan, banyak istilah yang digunakan

untuk menyatakan partikulat debu di udara. Beberapa istilah digunakan

dengan mengacu pada metode pengambilan sampel udara seperti : Suspended

Particulate Matter (SPM), Total Suspended Particulate (TSP), balack smake.

Istilah lainnya lagi lebih mengacu pada tempat di saluran pernafasan dimana

partikulat debu dapat mengedap, seperti inhalable/thoracic particulate yang

terutama mengedap disaluran pernafasan bagian bawah, yaitu dibawah

pangkal tenggorokan (larynx ). Istilah lainnya yang juga digunakan adalah

PM-10 (partikulat debu dengan ukuran diameter aerodinamik <10 mikron),

yang mengacu pada unsur fisiologi maupun metode pengambilan sampel.

Menurut Kastiyowati (2001) jenis-jenis pencemaran udara adalah sebagai

berikut:

a. Menurut bentuk : gas, partikel

1) Golongan belerang terdiri dari sulfur dioksida (SO2), hidrogen sulfida (H2S)

dan sulfat aerosol. 2) Golongan nitrogen terdiri dari nitrogen oksida (N 2O),
nitrogen monoksida (NO), amoniak (NH3) dan nitrogen dioksida (NO2). 3)

Golongan karbon terdiri dari karbon dioksida (CO 2), karbon monoksida (CO),

hidrokarbon. 4) Golongan gas yang berbahaya terdiri dari benzen, vinyl

klorida, air raksa.

b. Menurut tempat : ruangan (indoor), udara bebas (outdoor)

Pencemaran udara ruangan (indoor air pollution), berupa pencemaran udara di

dalam ruangan yang berasal dari pemukiman, perkantoran ataupun gedung

tinggi. Pencemaran udara bebas (outdoor air pollution) yang sumber

pencemarnya yaitu sebagai berikut: 1) Alamiah, berasal dari letusan gunung

berapi, pembusukan, dll. 2) Kegiatan manusia, misalnya berasal dari kegiatan

industri, rumah tangga, asap kendaraan, dll.

c. Gangguan kesehatan : iritansia, asfiksia, anetesia, toksis

d. Menurut asal : primer, sekunder

Adapun klasifikasi bahan pencemar atau polutan menurut (Mukono, 2003)

dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1) Polutan Primer

Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber

tertentu, dan dapat berupa gas. Gas terdiri dari:

a. Senyawa karbon yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenasi, dan karbon

(CO atau CO₂).

b. Senyawa sulfur yaitu sulfur oksida.

c. Senyawa nitrogen yaitu nitrogen oksida dan amoniak.


d. Senyawa halogen yaitu fluor, klorin, hidrogen klorida, hidrokarbon

terklorinasi, dan bromin.

Penyebab pencemaran lingkungan di atmosfer biasanya berasal dari

sumber kendaraan bermotor dan atau industri. Bahan pencemar yang di

keluarkan antara lain adalah gas NO₂, SO₂, O₃, CO, partikel debu. Gas NO₂,

SO₂, O₃, CO dapat dihasilkan dari proses pembakaran oleh mesin yang

menggunakan bahan bakar yang berasal dari bahan fosil. Untuk partikel dalam

atmosfer mempunyai karakteristik spesifik, dapat berupa zat padat maupun

suspensi aerosol cair. Bahan partikel tersebut dapat berasal dari proses

kondensasi, proses disperse (misalnya proses menyemprot (spraying) maupun

proses erosi bahan tertentu. Asap (smoke) seringkali juga dipakai untuk

menunjukkan campuran bahan partikulat (particulate matter), uap (fumes, gas,

dan kabut (mist). Adapun yang dimaksud dengan:

a) Asap adalah partikel karbon yang sangat halus (sering disebut sebagai

jelaga) dan merupakan hasil dari pembakaran yang tidak sempurna.

b) Debu adalah partikel padat yang dapat dihasilkan oleh manusia atau alam

dan merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan.

c) Uap adalah partikel padat yang merupakan hasil dari sublimasi, distilasi

atau reaksi kimia.

d) Kabut adalah partikel cair dari reaksi kimia dan kondensasi uap air.

2) Polutan Sekunder

Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan

kimia diudara misalnya reaksi foto kimia. Sebagai contoh adalah disosiasi NO₂
yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan dan arah reaksinya

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Konsentrasi relatif dan bahan reaktan

b. Derajat fotoaktivasi

c. Kondisi iklim

d. Topografi lokal dan adanya embun. Polutan sekunder ini mempunyai sifat

fisik dan sifat kimia yang tidak stabil.

Toksitas polutan tersebut berbeda-beda, polutan yang paling berbahaya

bagi kesehatan adalah partikel, diikuti berturut-turut oleh NOx, SOx,

hidrokarbon dan yang paling rendah toksisitasnya adalah karbon monoksida

(CO).

Tabel 2. Toksisitas polutan udara


Level
Toksisitas Relatif
Polutan Toleransi Polutan
Ppm μg/m3
CO 32,0 40000 1.00
HC - 19300 2.07
SOx 0.50 1430 28.0
NOx 0.25 514 77.8
Partikel - 375 106.7

Babcock (1971) dalam Fardiaz (2003)

2.3. Peraturan-Peraturan Ambang Batas Pencemaran Udara

a. Udara Ambien

Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan

troposfer yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, mahluk hidup

dan unsur hidup lainnya. Pencemaran udara dapat diartikan sebagai adanya

bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan


susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya. Masuknya bahan-bahan

atau zat-zat asing ke dalam udara selalu menyebabkan perubahan kualitas udara.

Masuknya bahan-bahan atau zat-zat asing tersebut tidak selalu menyebabkan

pencemaran udara. Mengacu pada defenisinya, pencemaran udara baru terjadi

jika masuknya bahan-bahan atau zat-zat asing tersebut menyebabkan mutu

udara turun sampai ke tingkat dimana kehidupan manusia, hewan dan binatang

terganggu atau lingkungan tidak berfungsi sebagai mana mestinya (Wardana

dan Wisnu, 2001)

Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi,

dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur

pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Emisi adalah

zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang

masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai

dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar yang tetap pada

suatu tempat.

b. Udara Emisi

Udara emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan

dari suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannnya ke dalam udara

ambien yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur

pencemar. Menurut Fardiaz (2003) untuk menghindari pencemaran udara di

lingkungan ditetapkan baku mutu udara yang dapat dibedakan atas baku mutu

udara ambien dan baku mutu udara emisi. Baku mutu udara ambien adalah

batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di
udara, namun tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh-

tumbuhan dan atau benda. Baku mutu emisi adalah batas kadar yang

diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dikelluarkan dari sumber

pencemaran ke udara sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu

udara ambien.

Baku mutu udara dapat dibagi dalam baku mutu yang ditujukan pada

sumbernya dan baku mutu yang ditujukan pada akibatnya. Baku mutu udara

yang ditujukan pada sumbernya merupakan persyaratan-persyaratan yang

berhubungan dengan perbuatan yang yang mempunyai potensi pencemaran

udara. Baku mutu yang ditujukan pada sumbernya kerapkali dinamakan “ baku

mutu emisi”. Baku mutu udara yang ditujukan pada akibatnya adalah

persyaratan-persyaratan mengenai kualitas bagian-bagian elementer dari udara.

Baku yang udara yang ditujukan pada pada akibatnya disebut baku mutu

ambien yang berlaku bagi emisi yang berasal dari sumber bergerak maupun

sumber tidak bergerak (Drupsteen, Th, G dan L. Woltgens,1996).

Menurut Kristanto (2013), Fungsi Baku Mutu Ambien di dalam

pencemaran udara :

1. Sebagai indikator untuk secara dini mengetahui bahwa suatu udara sudah

mulai dicemari oleh suatu bahan/zat yang dinyatakan melalui Baku Mutu

Ambien.

2. Sebagai parameter untuk menyatakan sampai batasan berupa suatu zat akan

mulai berubah sifatnya dari suatu kontaminan menjadi suatu polutan.


3. Baku mutu ambien digunakan sebagai pedoman di dalam program

pengendalian masalah pencemaran udara.

4. Digunakan untuk perlindungan bagi kesehatan masyarakat.

Faktor yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan BMUA meliputi :

a. Reseptor sensitif.

b. Kelakuan Polutan di atmosfir.

c. Kelakuan Polutan di lingkungan.

d. Level natural dan fluktuasi, level konsentrasi dan fluktuasi pencemar yang

terjadi secara alami atau masuk ke dalam atmosfir dari sumber pencemar

yang tidak terkontrol atau sumber natural.

e. Teknologi, biaya dan ketersediaan teknologi untuk mengontrol atau

mengurangi emisi.

Sumber emisi adalah setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan

emisi dari sumber bergerak, sumber bergerak spesifik, sumber tidak bergerak,

maupun sumber tidak bergerak spesifik. Sumber bergerak adalah sumber emisi

yang bergerak atau tidak tetap pada suatu tempat yang berasal dari kendaraan

bermotor.Sumber tidak bergerak adalah sumber emisi yang tetap pada suatu

tempat. Baku mutu emisi sumber tidak bergerak adalah batas kadar maksimum

dan/atau beban emisi maksimum yang diperbolehkan masuk atau dimasukkan

ke dalam udara ambien.

Contoh sumber emisi tidak bergerak yang digunakan dalam usaha

dan/atau kegiatan tersebut terutama kegiatan industri adalah turbin gas (gas

turbine), alat kompresi gas (gas compressor), boiler dan incinerator. Adapun
alat yang digunakan sebagai sarana pembuangan emisi adalah cerobong

(chimney) dan flare (suar pembakar).

Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan Baku Mutu Udara

Ambien (BMUA) di dalam Peraturan Pemerintah tentang Pengendalilan

Pecemaran Udara (PP No. 41 Tahun 1999). Baku mutu ini memiliki 9

parameter yang berlaku untuk menilai kondisi udara ambient secara umum dan

4 parameter lain yang hanya berlaku untuk menilai kondisi udara ambient di

kawasan industri kimia dasar.(Kemenlh, 2007). Adapun 9 parameter tersebut

adalah SO2, CO, NO2,O3, HC, PM 10.

Peraturan-peraturan Ambang Batas Pencemar Udara

1. PP RI No. 41/1999 : Pengendalian Pencemaran udara

2. KepMen.LH No.13/1995: BME (Baku Mutu Emisi) sumber tidak bergerak

3. Kep.MenLH No. 5/2006 : BME gas buang kendaraan

4. SEMeNaKer No. SE-01/MEN/1997 : NAB (Nilai Ambang Batas) faktor kimia

di udara lingkungan kerja

5. KepMenLH No. 45/1997 : ISPU

6. KepKaBapedal No. 205/1996 : Pengendalian pencemaran udara sumber tidak

bergerak

Pengaruh Indeks Standar Pencemar Udara Untuk Setiap Parameter Pencemar


Rentang
Kategor

CO NO2 Ozon (O3) SO2 Partikulat


i
Luka pada Luka pada
beberapa beberapa
spesies spesies
tumbuhan tumbuhan
Sedikit Tidak ada
Baik

0-50
Tidak ada efek akibat akibat
berbau efek
kombinasi kombinasi
dengan SO2 dengan SO2
(selama 4 (selama 4
jam) jam)
Perubahan Luka pada Luka pada Terjadi
Sedang

51-100

kimia darah beberapa beberapa penurunan


Berbau
tapi tidak spesies spesies pada jarak
terdeteksi tumbuhan tumbuhan pandang

Bau dan
kehilangan Jarak
Peningkatan warna, pandang
Penurunan
Tidak sehat

pada peningkatan Bau, menurun


kemampuan
101-199

kardiovaskular reaktivitas meningkatnya dan terjadi


pada atlit
pada perokok pembuluh kerusakan pengotoran
yang berlatih
yang sakit tenggorokan tanaman debu
keras
jantung pada dimana-
penderita mana
asma

Meningkatnya
kardiovaskular Olahraga
pada orang ringan Meningkat
Meningkatn
Sangat tidak sehat

bukan perokok mengaibatka Meningkatny nya


ya
yang n pengaruh a sensitivitas sensitivitas
sensitivitas
200-299

berpenyakit pernapasan pasien yang pasien


pasien yang
jantung, dan pada pasien berpenyakit yang
berpenyakit
akan tampak yang asma dan berpenyaki
asma dan
beberapa berpenyakit bronkitis. t asma dan
bronkitis.
kelemahanyan paru-paru bronkitis.
g terlihat kronis
secara nyata
Bahaya
Tingkat berbahaya bagi semua populasi yang terpapar

lebih
300-
(Bapedal, 1997)

2.4. Sumber-Sumber Pencemaran Udara

Berbagai macam sumber pencemar yang dapat menimbulkan penurunan

kualitas udara. Sumber pencemaran udara yang utama adalah berasal dari

transportasi terutama kendaraan bermotor. Pencemaran yang dihasilkan terdiri

dari karbon monoksida 60 % dan sekitar 15 % terdiri dari hidrokarbon, timbal

(Fardiaz, 1992).

Zat pencemar dibentuk dari bahan baku yang digunakan, terbentuk karena

proses (teknologi) yang dipakai. Sedangkan pencemaran udara terjadi karena ada

sumber-sumber zat pencemar (emisi). Zat pencemar juga dapat dikelompokkan ke

dalam sumber alamiah dan sumber buatan. Sumber alamiah yaitu sumber-sumber

pencemar yang terjadi dengan sendirinya seperti gunung berapi, kebakaran hutan,

gunung meletus, pembusukan bahan organik oleh mikroba, dan reduksi sulfat

secara biologis. Sedangkan sumber pencemar buatan berasal dari pembakaran

bahan bakar minyak, gas, dan terutama batu bara yang mengandung sulfur tinggi

(Mulia, 2005).

Daerah perkotaan, kendaraan bermotor menghasilkan 85 % dari seluruh

pencemaran udara yang terjadi. Berbagai macam sumber pencemar yang dapat

menimbulkan penurunan kualitas udara. Menurut Slamet (2011) bahwa sumber

titik pencemar dapat dibagikan ke dalam sumber titik, mobil, dan area:
a) Sumber titik

Sumber titik adalah sumber yang diam yang tergolong dalam sumber tidak

bergerak yaitu berupa cerobong asap yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan

industri. Misalnya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berbahan

bakar batu bara.

b) Sumber mobil

Sumber mobil yang dimaksudkan yaitu sumber yang bergerak berasal dari

kendaraan bermotor dan lain sebagainya yang menghasilkan pembakaran yang

berakibat terhadap pencemaran udara.

c) Sumber area

Sumber area adalah sumber sumber yang berasal dari pembakaran terbuka

di daerah permukiman, pedesaan dan lain-lain misalnya pembakaran sampah.

Kualitas udara sangat dipengaruhi oleh besar dan jenis sumber pencemar yang

ada seperti dari kegiatan industri, kegiatan transportasi dan lain-lain. Masing-

masing sumber pencemar yang berbeda-beda baik jumlah, jenis, dan

pengaruhnya bagi kehidupan. Pencemar udara yang terjadi sangat ditentukan

oleh kualitas bahan bakar yang digunakan, teknologi serta pengawasan yang

dilakukan. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor akan meningkatkan

pemakaian bahan bakar gas, dan hal itu akan membawa risiko pada

penambahan gas beracun di udara terutama CO, CxHy, SO 2 (Santoso, 2010).

Kendaraan bermotor dan kegiatan industri merupakan salah satu sumber

pencemaran udara. Bahan Bakar Minyak (BBM) berupa bensin bertimbal dan

solar menyebabkan pembakaran dalam mesin tidak sempurna.


BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan dari makalah ini yaitu :

3.1. Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya

tidak tetap. Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama

sekali. Beberapa gas seperti SO2, H2S, dan CO selalu dibebaskan ke udara

sebagai produk sampingan dari proses-proses alami seperti aktivitas vulkanik,

pembusukan sampah tanaman (meningkatkan kadar CO2), dan sebagainya.

3.2. Parameter pencemar udara didasarkan pada baku mutu udara ambien menurut

Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, yang meliputi : Sulfur dioksida

(SO2), Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO 2), Ozon (O3), Hidro

karbon (HC), Pb (Timbal).

3.3. Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan Baku Mutu Udara

Ambien (BMUA) di dalam Peraturan Pemerintah tentang Pengendalilan

Pecemaran Udara (PP No. 41 Tahun 1999). KepMen.LH No.13/1995: BME

(Baku Mutu Emisi) sumber tidak bergerak Kep.MenLH No. 5/2006 : BME

gas buang kendaraan mengatur tentang ambang batas dan baku mutu udara

emisi.

3.4. Sumber pencemaran udara menurut Slamet (2011) yaitu sumber titik, mobil

dan area. Sumber titik adalah sumber yang diam yang tergolong dalam

sumber tidak bergerak. Sumber mobil yang dimaksudkan yaitu sumber yang

bergerak berasal dari kendaraan bermotor dan lain sebagainya. Sumber area

adalah sumber sumber yang berasal dari pembakaran terbuka.


DAFTAR PUSTAKA

Budayono, Afif, 2001. Pencemaran Udara: Dampak Pencemaran Udara pada


Lingkungan. Berita Dirgantara 2(1).
Daryanto. 2004. Masalah Pencemaran. Yrama Widya. Bandung.
Gidding, J. S. 1973. Chemistry, Man, and Environmental Change. Canfield Press.
New York.
Sudrajat. 2006. Mengelola Sampah Kota. Penebar Suwadaya. Jakarta.
Wardhana, W. A. 1995. Teknik Analisis Radioaktivitas Lingkungan. Andi Offset.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai